6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1. Definisi Gastroenteritis adalah keadaan ketika frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi, dan lebih tiga kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah/ lendir saja. (Suraatmaja dalam buku Mardalena Ida, 2018). Gastroenteritis adalah pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Gastroenteritis adalah selaput lendir saluran pencernaan yang ditandai dengan diare atau muntah. (Halimatussa’diah, dkk, 2018). Wahyudi menyatakan (dalam buku Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza Putri, 2017, p.74) bahwa gastroenteritis adalah tinja yang lunak atau cair sebanyak tiga kali atau lebih dalam satu hari. Berdasarkan hal tersebut, secara praktis gastroenteritis pada anak balita bisa didefinisikan sebagai meningkatnya frekuensi buang air besar tiga kali atau lebih, tinja konsistensinya menjadi lebih lunak dari biasanya, sehingga hal itu dianggap tidak normal dari ibunya. Menurut Sudoyo (dalam buku Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza Putri, 2017, p.74), gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair (setengah padat), kandungan air lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/ 24 jam. Gastroenteritis adalah meningkatnya frekuensi Buang Air Besar (BAB) dan konsistensi feses menjadi cair. Secara praktis dikatakan gastroenteritis bila frekuensi BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi cair. Menurut Hermayudi (2017) Gastroenteritis dapat digolongkan dengan gastroenteritis akut dan gastroenteritis kronik (bila telah berlangsung lebih dari 2 minggu). Gastroenteritis adalah peningkatan frekuensi atau penurunan konsistensi feses.
49
Embed
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Gastroenteritis
1. Definisi
Gastroenteritis adalah keadaan ketika frekuensi buang air besar lebih
dari empat kali pada bayi, dan lebih tiga kali pada anak dengan konsistensi
feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan
darah/ lendir saja. (Suraatmaja dalam buku Mardalena Ida, 2018).
Gastroenteritis adalah pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak
berbentuk. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Gastroenteritis adalah
selaput lendir saluran pencernaan yang ditandai dengan diare atau muntah.
(Halimatussa’diah, dkk, 2018).
Wahyudi menyatakan (dalam buku Andra Saferi Wijaya & Yessie
Mariza Putri, 2017, p.74) bahwa gastroenteritis adalah tinja yang lunak atau
cair sebanyak tiga kali atau lebih dalam satu hari. Berdasarkan hal tersebut,
secara praktis gastroenteritis pada anak balita bisa didefinisikan sebagai
meningkatnya frekuensi buang air besar tiga kali atau lebih, tinja
konsistensinya menjadi lebih lunak dari biasanya, sehingga hal itu dianggap
tidak normal dari ibunya. Menurut Sudoyo (dalam buku Andra Saferi
Wijaya & Yessie Mariza Putri, 2017, p.74), gastroenteritis adalah buang air
besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair (setengah padat), kandungan air
lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/ 24 jam.
Gastroenteritis adalah meningkatnya frekuensi Buang Air Besar
(BAB) dan konsistensi feses menjadi cair. Secara praktis dikatakan
gastroenteritis bila frekuensi BAB lebih dari 3 kali sehari dengan
konsistensi cair. Menurut Hermayudi (2017) Gastroenteritis dapat
digolongkan dengan gastroenteritis akut dan gastroenteritis kronik (bila
telah berlangsung lebih dari 2 minggu). Gastroenteritis adalah peningkatan
frekuensi atau penurunan konsistensi feses.
7
Gastroenteritis pada anak dapat bersifat akut atau kronik. (Terri Kyle &
Susan Carman, 2016).
Dari pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
gastroenteritis merupakan suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada
bagian mukosa dari saluran gastrointestinal yang ditandai dengan diare
dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari, konsistensi encer dan atau
berlendir, dan disertai mual muntah.
2. Etiologi
Menurut Ida Mardalena (2018) faktor- faktor penyebab gastroenteritis
antara lain:
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi Virus
a) Rotavirus
(1) Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahului
atau disertai dengan muntah
(2) Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin
(3) Dapat ditemukanatau muntah
(4) Didapatkan penurunan HCC
b) Enterovirus
Biasanya timbul pada musim panas
c) Adenovirus
(1) Timbul sepanjang tahun
(2) Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/ pernapasan
d) Norwalk
(1) Epidemik
(2) Dapat sembuh sendiri dalam 24-48 jam
2) Infeksi Bakteri
a) Shigella
(1) Semusim, puncaknya pada bulan Juli- September
(2) Insiden paling tinggi pada umur 1,5 tahun
(3) Dapat dihubungkan dengan kejang demam
8
(4) Muntah yang tidak menonjol
(5) Sel polos dalam feses
(6) Sel batang dalam darah
b) Salmonella
(1) Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun
(2) Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid
(3) Mungkin ada peningkatan temperatur
(4) Muntah tidak menonjol
(5) Sel polos dalam feses
(6) Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari
(7) Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-
bulan
c) Escherichia Coli
(1) Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang
menghasilkan entenoksin.
(2) Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.
d) Compylobacter
(1) Sifatnya invasis (feses yang berdarah dan bercampur
mukus) pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa
manifestasi klinik yang lain.
(2) Kram abdomen yang hebat
(3) Muntah/ dehidrasi jaran terjadi
e) Yersinia Enterocolitica
(1) Fese mukosa
(2) Sering didapatkan sel polos pada feses
(3) Mungkin ada nyeri abdomen yang berat
(4) Diare selama 1-2 minggu.
b. Faktor Non Infeksi
Malabsorbsi bisa menjadi faktor non infeksi pada pasien
gastroenteritis. Malabsorbsi akan karbohidrat disakarida (intoleransi
laktosa, maltosa, dan sukrosa), atau non sakarida (intoleransi glukosa,
9
fruktusa, dan galaktosa). Penyebab non infeksi pada bayi dan anak yang
menderita gastroenteritis paling sering adalah intoleransi laktosa.
Malabsorbsi lain yang umum terjadi adalah malabsorbsi lemak (long
chain trygliseride) dan malabsorbsi protein seperti asam amino, atau
B-laktoglobulin.
c. Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu (milk
alergy, food alergy, down milk protein senditive enteropathy/ CMPSE).
d. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas yang tidak tertangani dapat menjadi
penyebab psikologis akan gangguan gastroenteritis.
3. Manifestasi Klinis
Menurut Ida Mardalena (2018) manifestasi klinis gastroenteritis
antara lain :
a. Nyeri perut
b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
d. Nafsu makan berkurang
e. Rasa lekas kenyang
f. Perut kembung
g. Rasa panas di dada dan perut
h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
i. Diare
j. Demam
k. Membran mukosa mulut dan bibir kering
l. Lemah
m. Fontanel cekung.
4. Pencegahan
a. Vaksinasi terhadap rotavirus.
b. Menggunakan air bersih dan sanitasi yang baik.
c. Memasak makanan dan air minum hingga matang.
10
d. Selalu mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun sebelum dan
sesudah makan.
e. Menghindari makanan yang telah terkontaminasi oleh lalat.
f. Tidak mengkonsumsi makanan yang basi.
g. Menggunakan alat makan dan alat pribadi.
h. Hanya minum air kemasan yang masih tersegel dan belum kadaluarsa.
i. Menghindari makanan yang dapat menimbulkan diare.
j. Makan dan minum secara teratur.
k. Segera mencuci pakaian kotor.
l. Hindari makanan mentah dan sayuran yang belum dicuci
5. Klasifikasi
Menurut Ayu Putri Ariani (2017) menyatakan klasifikasi diare
sebagai berikut :
a. Berdasarkan lama waktu
1) Gastroenteritis akut (berlangsung kurang dari 2 minggu)
Gastroenteritis akut yaitu BAB dengan frekuensi yang
meningkat dan konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat
mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2
minggu.
2) Gastroenteritis persisten (berlangsung selama 2-4 minggu)
Gastroenteritis persisten adalah diare akut dengan atau tanpa
disertai darah dan berlanjut sampai 14 hari atau lebih. Jika terdapat
dehidrasi sedang atau berat, diare persisten diklasifikasikan sebagai
diare berat.
3) Gastroenteritis kronik (berlangsung lebih 4 minggu)
Gastroenteritis kronik ditetapkan berdasarkan kesepakatan,
yaitu diare yang berlangsung lebih dari 4 minggu.
b. Berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dalam tubuh.
1) Gastroenteritis tanpa dehidrasi
11
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi
karena frekuensi diare masih dalam batas toleransi dan belum ada
tanda-tanda dehidrasi.
2) Gastroenteritis dengan dehidrasi ringan (3-5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau
lebih, kadang- kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai
berkurang, nafsu makan menurun, aktifitas sudah menurun, tekanan
nadi massih normal atau takikardia yang minimu dan pemeriksaan
fisik dalam batas normal.
3) Gastroenteritis dengan dehidrasi sedang (5-10%)
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi,
kencing yang kurang atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu,
mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, turgor kulit berkurang,
selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering, air mata
berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik)
dengan kulit yang dingin dan pucat.
4) Gastroenteritis dengan dehidrasi berat (10-15%)
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan
dari tubuh dan biasanya pada keadaan ini penderita mengalami
takikardi dengan pulsasi yang melemah, hipotensi dan tekanan nadi
yang menyebar, tidak ada penghasilan urin, mata dan ubun-ubun
besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata, tidak
mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya
menurun dan juga masa pengisian kapiler memanjang (≥3detik)
dengan kulit yang dingin dan pucat.
c. Berdasarkan ada atau tidaknya infeksi gastroenteritis (diare dan
muntah)
1) Gastroenteritis infeksi spesifik : Tifus abdomen dan para tifus,
disentri basil (Shigella).
2) Gastroenteritis non spesifik : Gastroenteritis dieretik.
d. Berdasarkan penyebabnya
12
1) Gastroenteritis primer
Gastroenteritis primer disebabkan oleh :
a) Makanan dan minuman bahan yang merangsang lambung dan
usus seperti cabe dan jamur.
b) Racun seperti larangan air raksa.
c) Iklim seperti hawa dingin dan panas tiba-tiba.
d) Gangguan saraf seperti histeris, ketakutan dan cemas.
2) Gastroenteritis sekunder
Gastroenteritis sekunder disebabkan oleh :
a) Penyakit infeksi.
b) Penyakit menahun dari jantung paru-paru dan hati.
c) Penyakit radang ginjal dan kurang darah.
e. Berdasarkan mekanisme patofisiologik
1) Gastroenteritis inflamasi
Gastroenteritis inflamasi ditandai dengan adanya demam,
nyeri perut, feses yang berdarah dan berisi leukosit serta lesi
inflamasi pada biopsy mukosa intestinal.
2) Gastroenteritis sekresi
Gastroenteritis sekretori ditandai oleh volume feses yang
besar oleh karena abnormal cairan dan transport elektrolit yang tidak
selalu berhubungan dengan makanan yang dimakan. Diare biasanya
menetap dengan puasa. Pada keadaan ini tidak ada malabsorbsi
larutan.
3) Gastroenteritis osmotik
Gastroenteritis osmotik terjadi jika cairan yang dicerna tidak
seluruhnya diabsorbsi oleh usus halus akibat tekanan osmotik yang
mendesak cairan kedalam lumen intestinal.
4) Gastroenteritis Motilitas Intestinal
Gastroenteritis ini disebabkan oleh kelainan yang
menyebabkan perubahan motilitas intestinal. Kasus paling sering
adalah Irritable Bowel Syndrome. Gastroenteritis ini ditandai
13
dengan adanya konstipasi, nyeri abdomen, passase mucus dan rasa
tidak sempurna dalam defaksi.
5) Gastroenteritis Faktitia
Gastroenteritis ini terjadi pada pasien yang diduga memiliki
riwayat psikiatrik atau tanpa riwayat diare sebelumnya.
Penyebabnya dapat berupa infeksi intestinal, penggunaan yang salah
terhadap laktsantia.
6. Patofisiologi
Penyebab Gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus,
Adenovirus enteris, Virus Norwalk). Bakteri atau toksin (Compylobacter,
Salmonella, Escerichia Coli, Yersinia, dan lainnya), parasit (Biardia
Lambia, Cryptospordium). Beberapa mikroorganisme patogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau
Cystotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada
gastroenteritis akut.
Penularan gastroenteritis biasa melalui fekal ke oral dari suatu
penderita ke penderita lain. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen
disebabkan oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme
dasar penyebab timbulnya gastroenteritis adalah gangguan osmotic. Ini
artinya, makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotic dalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul
diare. Selain itu muncul juga gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air meningkat kemudian terjadi gastroenteritis. Gangguan
multilitas usus mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik.
Gastroenteritis dapat menimbulkan gangguan lain misalnya
kehilangan air (dehidrasi). Kondisi ini dapat mengganggu keseimbangan
asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake
kurang, output berlebih), hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah.
Normalnya makanan atau feses bergerak sepanjang usus dengan
bantuan gerakan peristaltik dan segmentasi usus, akan tetapi
mikroorganisme seperti salmonella, escherchia coli, vibriodisentri dan
14
virus entero yang masuk ke dalam usus tersebut. Usus kemudian akan
kehilangan cairan kemudian terjadi dehidrasi. Dehidrasi merupakan
komplikasi yang sering terjadi jika cairan yang dikeluarkan oleh tubuh
melebihi cairan yang masuk, dan cairan yang keluar disertai elektrolit.
(Mardalena Ina, 2018, p.124-125).
15
7. Pathways
Infeksi
Isi usus meningkat
Penyerapan makanan
di usus menurun
Frekuensi BAB
meningkat
Berkembang
di usus
Makanan basi,
beracun, dan yang
menyebabkan alergi
Hipersekresi
air
Toksik tak dapat
diserap
Psikologi
Ansietas
Malabsorbsi KH,
lemak, protein
Meningkatnya
tekanan osmotik
Dehidrasi
Pergeseran air ke
usus
Hiperperistaltik
Gangguan keseimbangan
cairan
Hilang cairan
berlebihan
Defisit volume cairan
Gambar 2.1 Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma, 2016.
Mual dan muntah
16
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Ida Mardalena (2018), pemeriksaan laboratorium pada
gastroetenteritis meliputi :
a. Pemeriksaan Tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis.
2) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
dinistest, bila diduga intoleransi gula.
3) Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b. Pemeriksaan Darah
1) pH darah (Natrium, Kalium, Kalsium, dan Fosfor) dalam serum
untuk menentukan keseimbangan asam basa.
2) Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
c. Intubasi Duodenum
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis pada penderita gastroenteritis menurut Ida
Mardalena (2018) yaitu :
a. Pemberian cairan untuk mengganti cairan yang hilang
b. Dietetik: pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita
dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang
perlu diperhatikan :
1) Memberi ASI (pada anak usia 0-2 tahun)
2) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,
vitamin, mineral, dan makanan yang bersih
3) Monitor dan koreksi input dan output elektrolit
4) Obat-obatan.
1) Berikan antibiotik
2) Koreksi asidosis metabolik
3) Berikan obat anti mual
10. Komplikasi
17
Menurut Ida Mardalena (2018), ada beberapa komplikasi dari
gastroenteritis, yaitu :
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Malnutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
B. Konsep Defisit Volume Cairan
1. Pengertian
Penurunan cairan intravaskuler, intestitial, dan/ atau intraseluler. Ini
mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan dengan pengeluaran sodium
(Mardalena Ida, 2018, p.432).
2. Batasan karakteristik
a. Perubahan status mental
b. Penurunan turgor kulit
c. Penurunan tekanan darah
d. Penurunan tekanan nadi
e. Penurunan volume nadi
f. Penurunan turgor lidah
g. Penurunan haluaran urine
h. Penurunan pengisian vena
i. Membran mukosa kering
j. Kulit kering
k. Peningkatan suhu tubuh
l. Peningkatan frekuensi nadi
m. Peningkatan konsentrasi urine
n. Penurunan berat badan tiba-tiba
18
o. Haus
p. Kelemahan (Budi Anna Keliat, dkk, 2018, p.181)
3. Faktor yang Berhubungan dengan Defisit Volume Cairan
a. Hambatan mengakses cairan
b. Asupan cairan kurang
c. Kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan (Budi Anna Keliat, dkk,
2018, p.181).
4. Faktor yang Mempengaruhi Defisit Volume Cairan
Menurut Anas Tamsuri (2009), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kebutuhan cairan pada tubuh, diantaranya :
a. Usia
b. Aktivitas
c. Diet
d. Pengobatan
e. Penyakit
f. Iklim
g. Pembedahan
h. Tindakan medis
i. Stress
5. Derajat Dehidrasi
Menurut Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma (2016), dehidrasi
diklasifikasikan menjadi tiga yaitu :
a. Dehidrasi ringan
Dehidrasi ini ditandai dengan tenggorokan sedikit perih, sering rasa
haus, bibir kering, dan terkadang pusing.
b. Dehidrasi sedang
19
Dehidrasi ini ditandai dengan mukosa bibir kering hingga pecah-
pecah, turgor kulit kurang atau cubitan kembali dengan lambat (>1
detik), mata cekung, terasa selalu haus, terasa pusing, gelisah dan rewel.
c. Dehidrasi berat
Dehidrasi ini ditandai dengan mata cekung, malas minum, selalu
merasa haus, latergis (tidak sadar), bibir pecah (mukosa bibir kering),
turgor kulit sangat kurang atau cubitan kembali sangatlah lambat (>3
detik).
Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan :
1) Kehilangan berat badan
a) Dehidrasi ringan : bila pasien mengalami penurunan berat badan
21/2 – 5%
b) Dehidrasi sedang : bila pasien mengalami penurunan berat badan
5 – 10%
c) Dehidrasi berat : bila pasien mengalami penurunan berat badsdan
>10%
2) Skor Murice King
a) Penentuan kekenyalan kulit
Penentuan kekenyalan kulit, kulit perut dicubit dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk selama 30 – 60 detik,
kemudian dilepas kembali, dan mempunyai 3 hasil yang berbeda,
apabila :
1 detik : turgor sedikit kurang (dehidrasi ringan)
1- 2 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)
2 detik : turgor sangat kurang ( dehidrasi berat)
b) Penentuan derajat dehidrasi
Derajat dehidrasi dapat ditentukan melalui jumlah skor yang
telah dilakukan dari pemeriksaan, dan dapat dikategorikan
menjadi tiga :
Skor 0-2 : dehidrasi ringan
Skor 3-6 : dehidrasi sedang
20
Skor >7 : dehidrasi berat
6. Penanganan Dehidrasi
Menurut WHO (2018), penanganan dehidrasi berdasarkan derajat dehidrasi
dibagi menjadi 3, yaitu ;
a. Rencana perawatan A - manajemen pasien tanpa tanda-tanda
dehidrasi (rekomendasi WHO)
Anak-anak tanpa tanda-tanda dehidrasi membutuhkan cairan dan garam
ekstra untuk menggantikan kehilangan air dan elektrolit akibat diare
untuk menghindari berkembangnya tanda-tanda dehidrasi.
Ibu harus diedukasi tentang pentingnya cairan ekstra dan cara mencegah
malnutrisi dengan terus memberi makan anak.
Sebagian besar cairan yang biasanya dikonsumsi anak dapat digunakan.
Jika memungkinkan, ini harus mencakup setidaknya satu cairan yang
biasanya mengandung garam.
• cairan yang biasanya mengandung garam
• solusi oralit
• minuman asin (misalnya air beras asin atau minuman yoghurt asin)
• sayur atau sup ayam dengan garam.
• cairan yang biasanya tidak mengandung garam
• air biasa
• air di mana sereal telah dimasak (misalnya air beras tawar)
• sup tawar
• minuman yoghurt tanpa garam
• air kelapa hijau
• teh lemah (tanpa pemanis)
• jus buah segar tanpa pemanis
• Minuman yang dimaniskan dengan gula seperti minuman
berkarbonasi komersial atau jus buah komersial harus dihindari
karena dapat menyebabkan diare osmotik dan hipernatremia.
21
Secara umum berikan cairan sebanyak yang diinginkan anak atau orang
dewasa sampai diare berhenti. Sebagai panduan, setelah setiap buang air
besar, berikan:
1) anak-anak di bawah usia 2 tahun: 50-100 ml (seperempat hingga
setengah cangkir besar) cairan
2) anak-anak berusia 2 hingga 10 tahun: 100-200 ml (setengah hingga
satu cangkir besar)
3) anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa: cairan sebanyak yang
mereka inginkan.
Berikan suplemen zinc (10 – 20 mg) pada anak, setiap hari selama 10
sampai 14 hari.
Pemberian makanan harus dilanjutkan untuk mencegah malnutrisi.
Tujuannya adalah untuk memberikan makanan kaya nutrisi sebanyak
yang akan diterima anak
1) diet biasa bayi harus dilanjutkan selama diare dan ditingkatkan
sesudahnya
2) makanan tidak boleh ditahan dan makanan biasa anak tidak boleh
diencerkan
3) menyusui harus selalu dilanjutkan
4) makan sering, makan kecil ditoleransi lebih baik daripada yang
kurang sering, yang besar (1)
b. Rencana perawatan B - manajemen pasien dengan beberapa tanda
dehidrasi (rekomendasi WHO)
Pasien-pasien ini harus menerima terapi rehidrasi oral (ORT) dengan
larutan oralit di fasilitas kesehatan
1) Jika berat badan anak diketahui, ini harus digunakan untuk
menentukan perkiraan jumlah larutan yang dibutuhkan.
➔ Jumlahnya juga dapat diperkirakan dengan mengalikan berat
badan anak dalam kg dikali 75 ml.
2) Jika berat badan anak tidak diketahui, pilih jumlah perkiraan sesuai
dengan usia anak.
22
Perkiraan jumlah larutan oralit untuk diberikan dalam 4 jam pertama
meliputi:
Usia
<4
bulan
4-11 bulan 12-23
bulan
2-4
bulan
5-14
bulan
15 tahun
atau lebih
Berat
Badan < 5 kg 5-7.9 kg 8-10.9 kg 11-15.9 kg 16-29.9 kg