Top Banner
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1. Definisi Gastroenteritis adalah keadaan ketika frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi, dan lebih tiga kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah/ lendir saja. (Suraatmaja dalam buku Mardalena Ida, 2018). Gastroenteritis adalah pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Gastroenteritis adalah selaput lendir saluran pencernaan yang ditandai dengan diare atau muntah. (Halimatussa’diah, dkk, 2018). Wahyudi menyatakan (dalam buku Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza Putri, 2017, p.74) bahwa gastroenteritis adalah tinja yang lunak atau cair sebanyak tiga kali atau lebih dalam satu hari. Berdasarkan hal tersebut, secara praktis gastroenteritis pada anak balita bisa didefinisikan sebagai meningkatnya frekuensi buang air besar tiga kali atau lebih, tinja konsistensinya menjadi lebih lunak dari biasanya, sehingga hal itu dianggap tidak normal dari ibunya. Menurut Sudoyo (dalam buku Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza Putri, 2017, p.74), gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair (setengah padat), kandungan air lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/ 24 jam. Gastroenteritis adalah meningkatnya frekuensi Buang Air Besar (BAB) dan konsistensi feses menjadi cair. Secara praktis dikatakan gastroenteritis bila frekuensi BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi cair. Menurut Hermayudi (2017) Gastroenteritis dapat digolongkan dengan gastroenteritis akut dan gastroenteritis kronik (bila telah berlangsung lebih dari 2 minggu). Gastroenteritis adalah peningkatan frekuensi atau penurunan konsistensi feses.
49

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

Apr 29, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Gastroenteritis

1. Definisi

Gastroenteritis adalah keadaan ketika frekuensi buang air besar lebih

dari empat kali pada bayi, dan lebih tiga kali pada anak dengan konsistensi

feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan

darah/ lendir saja. (Suraatmaja dalam buku Mardalena Ida, 2018).

Gastroenteritis adalah pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak

berbentuk. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Gastroenteritis adalah

selaput lendir saluran pencernaan yang ditandai dengan diare atau muntah.

(Halimatussa’diah, dkk, 2018).

Wahyudi menyatakan (dalam buku Andra Saferi Wijaya & Yessie

Mariza Putri, 2017, p.74) bahwa gastroenteritis adalah tinja yang lunak atau

cair sebanyak tiga kali atau lebih dalam satu hari. Berdasarkan hal tersebut,

secara praktis gastroenteritis pada anak balita bisa didefinisikan sebagai

meningkatnya frekuensi buang air besar tiga kali atau lebih, tinja

konsistensinya menjadi lebih lunak dari biasanya, sehingga hal itu dianggap

tidak normal dari ibunya. Menurut Sudoyo (dalam buku Andra Saferi

Wijaya & Yessie Mariza Putri, 2017, p.74), gastroenteritis adalah buang air

besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair (setengah padat), kandungan air

lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/ 24 jam.

Gastroenteritis adalah meningkatnya frekuensi Buang Air Besar

(BAB) dan konsistensi feses menjadi cair. Secara praktis dikatakan

gastroenteritis bila frekuensi BAB lebih dari 3 kali sehari dengan

konsistensi cair. Menurut Hermayudi (2017) Gastroenteritis dapat

digolongkan dengan gastroenteritis akut dan gastroenteritis kronik (bila

telah berlangsung lebih dari 2 minggu). Gastroenteritis adalah peningkatan

frekuensi atau penurunan konsistensi feses.

Page 2: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

7

Gastroenteritis pada anak dapat bersifat akut atau kronik. (Terri Kyle &

Susan Carman, 2016).

Dari pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa

gastroenteritis merupakan suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada

bagian mukosa dari saluran gastrointestinal yang ditandai dengan diare

dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari, konsistensi encer dan atau

berlendir, dan disertai mual muntah.

2. Etiologi

Menurut Ida Mardalena (2018) faktor- faktor penyebab gastroenteritis

antara lain:

a. Faktor Infeksi

1) Infeksi Virus

a) Rotavirus

(1) Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahului

atau disertai dengan muntah

(2) Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin

(3) Dapat ditemukanatau muntah

(4) Didapatkan penurunan HCC

b) Enterovirus

Biasanya timbul pada musim panas

c) Adenovirus

(1) Timbul sepanjang tahun

(2) Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/ pernapasan

d) Norwalk

(1) Epidemik

(2) Dapat sembuh sendiri dalam 24-48 jam

2) Infeksi Bakteri

a) Shigella

(1) Semusim, puncaknya pada bulan Juli- September

(2) Insiden paling tinggi pada umur 1,5 tahun

(3) Dapat dihubungkan dengan kejang demam

Page 3: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

8

(4) Muntah yang tidak menonjol

(5) Sel polos dalam feses

(6) Sel batang dalam darah

b) Salmonella

(1) Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun

(2) Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid

(3) Mungkin ada peningkatan temperatur

(4) Muntah tidak menonjol

(5) Sel polos dalam feses

(6) Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari

(7) Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-

bulan

c) Escherichia Coli

(1) Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang

menghasilkan entenoksin.

(2) Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.

d) Compylobacter

(1) Sifatnya invasis (feses yang berdarah dan bercampur

mukus) pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa

manifestasi klinik yang lain.

(2) Kram abdomen yang hebat

(3) Muntah/ dehidrasi jaran terjadi

e) Yersinia Enterocolitica

(1) Fese mukosa

(2) Sering didapatkan sel polos pada feses

(3) Mungkin ada nyeri abdomen yang berat

(4) Diare selama 1-2 minggu.

b. Faktor Non Infeksi

Malabsorbsi bisa menjadi faktor non infeksi pada pasien

gastroenteritis. Malabsorbsi akan karbohidrat disakarida (intoleransi

laktosa, maltosa, dan sukrosa), atau non sakarida (intoleransi glukosa,

Page 4: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

9

fruktusa, dan galaktosa). Penyebab non infeksi pada bayi dan anak yang

menderita gastroenteritis paling sering adalah intoleransi laktosa.

Malabsorbsi lain yang umum terjadi adalah malabsorbsi lemak (long

chain trygliseride) dan malabsorbsi protein seperti asam amino, atau

B-laktoglobulin.

c. Faktor Makanan

Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu (milk

alergy, food alergy, down milk protein senditive enteropathy/ CMPSE).

d. Faktor Psikologis

Rasa takut dan cemas yang tidak tertangani dapat menjadi

penyebab psikologis akan gangguan gastroenteritis.

3. Manifestasi Klinis

Menurut Ida Mardalena (2018) manifestasi klinis gastroenteritis

antara lain :

a. Nyeri perut

b. Rasa perih di ulu hati

c. Mual, kadang-kadang sampai muntah

d. Nafsu makan berkurang

e. Rasa lekas kenyang

f. Perut kembung

g. Rasa panas di dada dan perut

h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)

i. Diare

j. Demam

k. Membran mukosa mulut dan bibir kering

l. Lemah

m. Fontanel cekung.

4. Pencegahan

a. Vaksinasi terhadap rotavirus.

b. Menggunakan air bersih dan sanitasi yang baik.

c. Memasak makanan dan air minum hingga matang.

Page 5: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

10

d. Selalu mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun sebelum dan

sesudah makan.

e. Menghindari makanan yang telah terkontaminasi oleh lalat.

f. Tidak mengkonsumsi makanan yang basi.

g. Menggunakan alat makan dan alat pribadi.

h. Hanya minum air kemasan yang masih tersegel dan belum kadaluarsa.

i. Menghindari makanan yang dapat menimbulkan diare.

j. Makan dan minum secara teratur.

k. Segera mencuci pakaian kotor.

l. Hindari makanan mentah dan sayuran yang belum dicuci

5. Klasifikasi

Menurut Ayu Putri Ariani (2017) menyatakan klasifikasi diare

sebagai berikut :

a. Berdasarkan lama waktu

1) Gastroenteritis akut (berlangsung kurang dari 2 minggu)

Gastroenteritis akut yaitu BAB dengan frekuensi yang

meningkat dan konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat

mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2

minggu.

2) Gastroenteritis persisten (berlangsung selama 2-4 minggu)

Gastroenteritis persisten adalah diare akut dengan atau tanpa

disertai darah dan berlanjut sampai 14 hari atau lebih. Jika terdapat

dehidrasi sedang atau berat, diare persisten diklasifikasikan sebagai

diare berat.

3) Gastroenteritis kronik (berlangsung lebih 4 minggu)

Gastroenteritis kronik ditetapkan berdasarkan kesepakatan,

yaitu diare yang berlangsung lebih dari 4 minggu.

b. Berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dalam tubuh.

1) Gastroenteritis tanpa dehidrasi

Page 6: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

11

Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi

karena frekuensi diare masih dalam batas toleransi dan belum ada

tanda-tanda dehidrasi.

2) Gastroenteritis dengan dehidrasi ringan (3-5%)

Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau

lebih, kadang- kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai

berkurang, nafsu makan menurun, aktifitas sudah menurun, tekanan

nadi massih normal atau takikardia yang minimu dan pemeriksaan

fisik dalam batas normal.

3) Gastroenteritis dengan dehidrasi sedang (5-10%)

Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi,

kencing yang kurang atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu,

mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, turgor kulit berkurang,

selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering, air mata

berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik)

dengan kulit yang dingin dan pucat.

4) Gastroenteritis dengan dehidrasi berat (10-15%)

Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan

dari tubuh dan biasanya pada keadaan ini penderita mengalami

takikardi dengan pulsasi yang melemah, hipotensi dan tekanan nadi

yang menyebar, tidak ada penghasilan urin, mata dan ubun-ubun

besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata, tidak

mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya

menurun dan juga masa pengisian kapiler memanjang (≥3detik)

dengan kulit yang dingin dan pucat.

c. Berdasarkan ada atau tidaknya infeksi gastroenteritis (diare dan

muntah)

1) Gastroenteritis infeksi spesifik : Tifus abdomen dan para tifus,

disentri basil (Shigella).

2) Gastroenteritis non spesifik : Gastroenteritis dieretik.

d. Berdasarkan penyebabnya

Page 7: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

12

1) Gastroenteritis primer

Gastroenteritis primer disebabkan oleh :

a) Makanan dan minuman bahan yang merangsang lambung dan

usus seperti cabe dan jamur.

b) Racun seperti larangan air raksa.

c) Iklim seperti hawa dingin dan panas tiba-tiba.

d) Gangguan saraf seperti histeris, ketakutan dan cemas.

2) Gastroenteritis sekunder

Gastroenteritis sekunder disebabkan oleh :

a) Penyakit infeksi.

b) Penyakit menahun dari jantung paru-paru dan hati.

c) Penyakit radang ginjal dan kurang darah.

e. Berdasarkan mekanisme patofisiologik

1) Gastroenteritis inflamasi

Gastroenteritis inflamasi ditandai dengan adanya demam,

nyeri perut, feses yang berdarah dan berisi leukosit serta lesi

inflamasi pada biopsy mukosa intestinal.

2) Gastroenteritis sekresi

Gastroenteritis sekretori ditandai oleh volume feses yang

besar oleh karena abnormal cairan dan transport elektrolit yang tidak

selalu berhubungan dengan makanan yang dimakan. Diare biasanya

menetap dengan puasa. Pada keadaan ini tidak ada malabsorbsi

larutan.

3) Gastroenteritis osmotik

Gastroenteritis osmotik terjadi jika cairan yang dicerna tidak

seluruhnya diabsorbsi oleh usus halus akibat tekanan osmotik yang

mendesak cairan kedalam lumen intestinal.

4) Gastroenteritis Motilitas Intestinal

Gastroenteritis ini disebabkan oleh kelainan yang

menyebabkan perubahan motilitas intestinal. Kasus paling sering

adalah Irritable Bowel Syndrome. Gastroenteritis ini ditandai

Page 8: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

13

dengan adanya konstipasi, nyeri abdomen, passase mucus dan rasa

tidak sempurna dalam defaksi.

5) Gastroenteritis Faktitia

Gastroenteritis ini terjadi pada pasien yang diduga memiliki

riwayat psikiatrik atau tanpa riwayat diare sebelumnya.

Penyebabnya dapat berupa infeksi intestinal, penggunaan yang salah

terhadap laktsantia.

6. Patofisiologi

Penyebab Gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus,

Adenovirus enteris, Virus Norwalk). Bakteri atau toksin (Compylobacter,

Salmonella, Escerichia Coli, Yersinia, dan lainnya), parasit (Biardia

Lambia, Cryptospordium). Beberapa mikroorganisme patogen ini

menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau

Cystotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada

gastroenteritis akut.

Penularan gastroenteritis biasa melalui fekal ke oral dari suatu

penderita ke penderita lain. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen

disebabkan oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme

dasar penyebab timbulnya gastroenteritis adalah gangguan osmotic. Ini

artinya, makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan

osmotic dalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul

diare. Selain itu muncul juga gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,

sehingga sekresi air meningkat kemudian terjadi gastroenteritis. Gangguan

multilitas usus mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik.

Gastroenteritis dapat menimbulkan gangguan lain misalnya

kehilangan air (dehidrasi). Kondisi ini dapat mengganggu keseimbangan

asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake

kurang, output berlebih), hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah.

Normalnya makanan atau feses bergerak sepanjang usus dengan

bantuan gerakan peristaltik dan segmentasi usus, akan tetapi

mikroorganisme seperti salmonella, escherchia coli, vibriodisentri dan

Page 9: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

14

virus entero yang masuk ke dalam usus tersebut. Usus kemudian akan

kehilangan cairan kemudian terjadi dehidrasi. Dehidrasi merupakan

komplikasi yang sering terjadi jika cairan yang dikeluarkan oleh tubuh

melebihi cairan yang masuk, dan cairan yang keluar disertai elektrolit.

(Mardalena Ina, 2018, p.124-125).

Page 10: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

15

7. Pathways

Infeksi

Isi usus meningkat

Penyerapan makanan

di usus menurun

Frekuensi BAB

meningkat

Berkembang

di usus

Makanan basi,

beracun, dan yang

menyebabkan alergi

Hipersekresi

air

Toksik tak dapat

diserap

Psikologi

Ansietas

Malabsorbsi KH,

lemak, protein

Meningkatnya

tekanan osmotik

Dehidrasi

Pergeseran air ke

usus

Hiperperistaltik

Gangguan keseimbangan

cairan

Hilang cairan

berlebihan

Defisit volume cairan

Gambar 2.1 Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma, 2016.

Mual dan muntah

Page 11: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

16

8. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Ida Mardalena (2018), pemeriksaan laboratorium pada

gastroetenteritis meliputi :

a. Pemeriksaan Tinja

1) Makroskopis dan mikroskopis.

2) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet

dinistest, bila diduga intoleransi gula.

3) Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

b. Pemeriksaan Darah

1) pH darah (Natrium, Kalium, Kalsium, dan Fosfor) dalam serum

untuk menentukan keseimbangan asam basa.

2) Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal

c. Intubasi Duodenum

Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan

kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis pada penderita gastroenteritis menurut Ida

Mardalena (2018) yaitu :

a. Pemberian cairan untuk mengganti cairan yang hilang

b. Dietetik: pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita

dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang

perlu diperhatikan :

1) Memberi ASI (pada anak usia 0-2 tahun)

2) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,

vitamin, mineral, dan makanan yang bersih

3) Monitor dan koreksi input dan output elektrolit

4) Obat-obatan.

1) Berikan antibiotik

2) Koreksi asidosis metabolik

3) Berikan obat anti mual

10. Komplikasi

Page 12: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

17

Menurut Ida Mardalena (2018), ada beberapa komplikasi dari

gastroenteritis, yaitu :

a. Dehidrasi

b. Renjatan hipovolemik

c. Kejang

d. Bakterimia

e. Malnutrisi

f. Hipoglikemia

g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

B. Konsep Defisit Volume Cairan

1. Pengertian

Penurunan cairan intravaskuler, intestitial, dan/ atau intraseluler. Ini

mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan dengan pengeluaran sodium

(Mardalena Ida, 2018, p.432).

2. Batasan karakteristik

a. Perubahan status mental

b. Penurunan turgor kulit

c. Penurunan tekanan darah

d. Penurunan tekanan nadi

e. Penurunan volume nadi

f. Penurunan turgor lidah

g. Penurunan haluaran urine

h. Penurunan pengisian vena

i. Membran mukosa kering

j. Kulit kering

k. Peningkatan suhu tubuh

l. Peningkatan frekuensi nadi

m. Peningkatan konsentrasi urine

n. Penurunan berat badan tiba-tiba

Page 13: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

18

o. Haus

p. Kelemahan (Budi Anna Keliat, dkk, 2018, p.181)

3. Faktor yang Berhubungan dengan Defisit Volume Cairan

a. Hambatan mengakses cairan

b. Asupan cairan kurang

c. Kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan (Budi Anna Keliat, dkk,

2018, p.181).

4. Faktor yang Mempengaruhi Defisit Volume Cairan

Menurut Anas Tamsuri (2009), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi kebutuhan cairan pada tubuh, diantaranya :

a. Usia

b. Aktivitas

c. Diet

d. Pengobatan

e. Penyakit

f. Iklim

g. Pembedahan

h. Tindakan medis

i. Stress

5. Derajat Dehidrasi

Menurut Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma (2016), dehidrasi

diklasifikasikan menjadi tiga yaitu :

a. Dehidrasi ringan

Dehidrasi ini ditandai dengan tenggorokan sedikit perih, sering rasa

haus, bibir kering, dan terkadang pusing.

b. Dehidrasi sedang

Page 14: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

19

Dehidrasi ini ditandai dengan mukosa bibir kering hingga pecah-

pecah, turgor kulit kurang atau cubitan kembali dengan lambat (>1

detik), mata cekung, terasa selalu haus, terasa pusing, gelisah dan rewel.

c. Dehidrasi berat

Dehidrasi ini ditandai dengan mata cekung, malas minum, selalu

merasa haus, latergis (tidak sadar), bibir pecah (mukosa bibir kering),

turgor kulit sangat kurang atau cubitan kembali sangatlah lambat (>3

detik).

Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan :

1) Kehilangan berat badan

a) Dehidrasi ringan : bila pasien mengalami penurunan berat badan

21/2 – 5%

b) Dehidrasi sedang : bila pasien mengalami penurunan berat badan

5 – 10%

c) Dehidrasi berat : bila pasien mengalami penurunan berat badsdan

>10%

2) Skor Murice King

a) Penentuan kekenyalan kulit

Penentuan kekenyalan kulit, kulit perut dicubit dengan

menggunakan ibu jari dan telunjuk selama 30 – 60 detik,

kemudian dilepas kembali, dan mempunyai 3 hasil yang berbeda,

apabila :

1 detik : turgor sedikit kurang (dehidrasi ringan)

1- 2 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)

2 detik : turgor sangat kurang ( dehidrasi berat)

b) Penentuan derajat dehidrasi

Derajat dehidrasi dapat ditentukan melalui jumlah skor yang

telah dilakukan dari pemeriksaan, dan dapat dikategorikan

menjadi tiga :

Skor 0-2 : dehidrasi ringan

Skor 3-6 : dehidrasi sedang

Page 15: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

20

Skor >7 : dehidrasi berat

6. Penanganan Dehidrasi

Menurut WHO (2018), penanganan dehidrasi berdasarkan derajat dehidrasi

dibagi menjadi 3, yaitu ;

a. Rencana perawatan A - manajemen pasien tanpa tanda-tanda

dehidrasi (rekomendasi WHO)

Anak-anak tanpa tanda-tanda dehidrasi membutuhkan cairan dan garam

ekstra untuk menggantikan kehilangan air dan elektrolit akibat diare

untuk menghindari berkembangnya tanda-tanda dehidrasi.

Ibu harus diedukasi tentang pentingnya cairan ekstra dan cara mencegah

malnutrisi dengan terus memberi makan anak.

Sebagian besar cairan yang biasanya dikonsumsi anak dapat digunakan.

Jika memungkinkan, ini harus mencakup setidaknya satu cairan yang

biasanya mengandung garam.

• cairan yang biasanya mengandung garam

• solusi oralit

• minuman asin (misalnya air beras asin atau minuman yoghurt asin)

• sayur atau sup ayam dengan garam.

• cairan yang biasanya tidak mengandung garam

• air biasa

• air di mana sereal telah dimasak (misalnya air beras tawar)

• sup tawar

• minuman yoghurt tanpa garam

• air kelapa hijau

• teh lemah (tanpa pemanis)

• jus buah segar tanpa pemanis

• Minuman yang dimaniskan dengan gula seperti minuman

berkarbonasi komersial atau jus buah komersial harus dihindari

karena dapat menyebabkan diare osmotik dan hipernatremia.

Page 16: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

21

Secara umum berikan cairan sebanyak yang diinginkan anak atau orang

dewasa sampai diare berhenti. Sebagai panduan, setelah setiap buang air

besar, berikan:

1) anak-anak di bawah usia 2 tahun: 50-100 ml (seperempat hingga

setengah cangkir besar) cairan

2) anak-anak berusia 2 hingga 10 tahun: 100-200 ml (setengah hingga

satu cangkir besar)

3) anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa: cairan sebanyak yang

mereka inginkan.

Berikan suplemen zinc (10 – 20 mg) pada anak, setiap hari selama 10

sampai 14 hari.

Pemberian makanan harus dilanjutkan untuk mencegah malnutrisi.

Tujuannya adalah untuk memberikan makanan kaya nutrisi sebanyak

yang akan diterima anak

1) diet biasa bayi harus dilanjutkan selama diare dan ditingkatkan

sesudahnya

2) makanan tidak boleh ditahan dan makanan biasa anak tidak boleh

diencerkan

3) menyusui harus selalu dilanjutkan

4) makan sering, makan kecil ditoleransi lebih baik daripada yang

kurang sering, yang besar (1)

b. Rencana perawatan B - manajemen pasien dengan beberapa tanda

dehidrasi (rekomendasi WHO)

Pasien-pasien ini harus menerima terapi rehidrasi oral (ORT) dengan

larutan oralit di fasilitas kesehatan

1) Jika berat badan anak diketahui, ini harus digunakan untuk

menentukan perkiraan jumlah larutan yang dibutuhkan.

➔ Jumlahnya juga dapat diperkirakan dengan mengalikan berat

badan anak dalam kg dikali 75 ml.

2) Jika berat badan anak tidak diketahui, pilih jumlah perkiraan sesuai

dengan usia anak.

Page 17: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

22

Perkiraan jumlah larutan oralit untuk diberikan dalam 4 jam pertama

meliputi:

Usia

<4

bulan

4-11 bulan 12-23

bulan

2-4

bulan

5-14

bulan

15 tahun

atau lebih

Berat

Badan < 5 kg 5-7.9 kg 8-10.9 kg 11-15.9 kg 16-29.9 kg

30 kg or

more

Volume

Oralit 200-400 400-600 600-800 800-1200 1200-2200 2200-4000

Catatan:

• Jumlah pasti larutan yang dibutuhkan akan tergantung pada status

dehidrasi anak

• Jika pasien menginginkan oralit lebih dari yang ditunjukkan, berikan

lebih banyak (periksa tanda-tanda overhidrasi)

Bagaimana cara memberikan larutan oralit?

• Bayi dan anak kecil - sendok atau cangkir bersih dapat digunakan (botol

susu tidak boleh digunakan)

o Anak di bawah 2 tahun - satu sendok teh setiap 1-2 menit

o Anak-anak yang lebih besar (dan orang dewasa) - dapat sering

menyesap langsung dari cangkir

• Bayi - penetes atau jarum suntik (tanpa jarum) dapat digunakan untuk

memasukkan sedikit larutan ke dalam mulut

Jika muntah dapat terlihat selama satu atau dua jam pertama pengobatan

khususnya pada anak-anak jika mereka meminum larutan terlalu cepat.

Jika anak muntah, tunggu 5-10 menit lalu mulai berikan larutan oralit

lagi, tetapi lebih lambat (misalnya sesendok setiap 2-3 menit) (1).

Memantau kemajuan terapi rehidrasi oral

• Dari waktu ke waktu periksa anak untuk memastikan bahwa larutan

oralit diminum dengan memuaskan dan tanda-tanda dehidrasi tidak

memburuk. Jika sewaktu-waktu anak mengalami tanda-tanda dehidrasi

berat, alihkan ke

Page 18: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

23

• Setelah empat jam, nilai kembali anak sepenuhnya, dan putuskan

langkah pengobatan selanjutnya

o Jika tanda-tanda dehidrasi berat telah muncul, terapi intravena (IV)

harus dimulai mengikuti Rencana Perawatan C

o Jika anak masih menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, lanjutkan

terapi rehidrasi oral dengan mengulangi Rencana Perawatan B. Pada

saat yang sama mulailah menawarkan makanan, susu, dan cairan

lain, seperti yang dijelaskan dalam Rencana Perawatan A, dan terus

sering-sering menilai ulang anak.

o Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, anak harus dianggap rehidrasi

penuh. Saat rehidrasi selesai:

➢ cubitan kulit itu normal

➢ dahaga sudah reda

➢ urin dikeluarkan

➢ anak menjadi pendiam, tidak lagi rewel dan sering tertidur.

➢ Pasien harus memenuhi kebutuhan cairan normal harian saat

menjalani rehidrasi dan terapi pemeliharaan.

• Menyusui bayi - terus menyusui sesering dan selama yang diinginkan

bayi, bahkan selama rehidrasi oral.

• Bayi yang tidak disusui di bawah usia 6 bulan

o Jika menggunakan larutan oralit WHO lama yang mengandung 90

mmol/L natrium, berikan juga 100-200 ml air bersih selama periode

ini (hal ini tidak diperlukan jika digunakan larutan oralit osmolaritas

rendah (rendah) yang baru yang mengandung 75mmol/L natrium)

o Setelah menyelesaikan rehidrasi, lanjutkan pemberian susu (atau

formula) kekuatan penuh. Berikan air dan cairan lain yang biasa

diminum bayi

• Anak-anak dan orang dewasa yang lebih besar - tawarkan air minum

sebanyak yang mereka inginkan, selain larutan oralit

Page 19: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

24

c. Rencana perawatan C - manajemen pasien dengan tanda- tanda

dehidrasi berat (rekomendasi WHO)

Rehidrasi intravena cepat adalah pengobatan yang disukai pada

kelompok pasien ini.

• Jika pasien bisa minum, berikan oralit per oral sampai infus set.

• Mulai 100 ml/kg Ringer's Lactate Solution (jika tidak tersedia

normal saline dapat digunakan) dibagi sebagai berikut:

o Bayi di bawah 12 bulan

→ Pertama berikan 30 ml/kg dalam 1 jam (ulangi sekali jika

nadi radial masih sangat lemah atau tidak terdeteksi)

→ Kemudian berikan 70ml/kg dalam 5 jam

o Bayi lebih tua

→ Pertama berikan 30 ml/kg dalam 30 menit (ulangi sekali jika

nadi radial masih sangat lemah atau tidak terdeteksi)

→ Kemudian berikan 70ml/kg dalam 2 1/2 jam

Memantau kemajuan rehidrasi intravena

• Kaji pasien setiap 15-30 menit sampai ada denyut nadi radial yang

kuat dan setidaknya setiap jam setelahnya untuk memastikan bahwa

hidrasi membaik. Jika hidrasi tidak membaik, berikan infus lebih

cepat

• Setelah jumlah cairan IV yang direncanakan telah diberikan (setelah

3 jam untuk pasien yang lebih tua, atau 6 jam untuk bayi), status

hidrasi harus dinilai ulang sepenuhnya sesuai dengan skala WHO

untuk dehidrasi

o Jika tanda-tanda dehidrasi berat masih ada, ulangi infus cairan

IV seperti yang diuraikan di atas (sangat tidak biasa, dapat

terlihat pada anak-anak yang sering buang air besar encer selama

periode rehidrasi)

o Jika anak membaik (bisa minum) tetapi masih menunjukkan

tanda-tanda dehidrasi, hentikan infus IV dan berikan larutan

Page 20: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

25

oralit selama empat jam seperti yang disebutkan dalam rencana

perawatan B

o Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, ikuti rencana perawatan A.

Memantau kemajuan rehidrasi intravena

• Kaji pasien setiap 15-30 menit sampai ada denyut nadi radial yang

kuat dan setidaknya setiap jam setelahnya untuk memastikan bahwa

hidrasi membaik. Jika hidrasi tidak membaik, berikan infus lebih

cepat

• Setelah jumlah cairan IV yang direncanakan telah diberikan (setelah

3 jam untuk pasien yang lebih tua, atau 6 jam untuk bayi), status

hidrasi harus dinilai ulang sepenuhnya sesuai dengan skala WHO

untuk dehidrasi

o Jika tanda-tanda dehidrasi berat masih ada, ulangi infus cairan IV

seperti yang diuraikan di atas (sangat tidak biasa, dapat terlihat

pada anak-anak yang sering buang air besar encer selama periode

rehidrasi)

o Jika anak membaik (bisa minum) tetapi masih menunjukkan

tanda-tanda dehidrasi, hentikan infus IV dan berikan larutan oralit

selama empat jam seperti yang disebutkan dalam rencana

perawatan B

o Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, ikuti rencana perawatan A

o Jika anak perlu dipulangkan, ajarkan ibu cara memberikan

pengobatan di rumah mengikuti rencana pengobatan A, berikan

paket oralit cukup untuk dua hari. Juga beri tahu dia bahwa jika

anak mengembangkan tanda-tanda berikut untuk segera mencari

bantuan medis

➢ Mulai buang air besar encer

➢ Muntah berulang kali

➢ Menjadi sangat haus

➢ Sedang makan atau minum dengan buruk

➢ Mengalami demam

Page 21: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

26

➢ Memiliki darah dalam tinja

➢ Anak tidak membaik dalam tiga hari (1)

7. Keseimbangan Volume Cairan

Balance Cairan : cairan masuk – cairan keluar

a. Cairan masuk

1) Cairan masuk yang dapat dilihat

a) Oral : minuman serta makanan

b) Enteral : NGT, obat oral

c) Parenteral : IV line (infus) 20 tetes permenit, 500 cc habis dalam

8 jam 10 menit

2) Injeksi cairan masuk yang tidak dapat terlihat

Metabolisme air, pengeluaran cairan untuk setiap usia :

a) Usia balita (1 – 4 tahun) : 8 cc/kgBB/hari

b) Usia 5 – 7 tahun : 8 – 8,5 cc/kgBB/hari

c) Usia 8 – 11 tahun : 6 – 7 cc/kgBB/hari

d) Usia 12 – 14 tahun : 5 – 6 cc/kgBB/hari

Jadi, total intake cairan (cairan masuk) adalah

penjumlahan dari cairan masuk yang dapat dilihat dan yang tidak

dapat dilihat, yaitu penjumlahan dari cairan oral, enteral,

parenteral, dan air metabolisme air.

b. Cairan Keluar

1) Cairan keluar yang dapat dilihat

a) BAB : feses ± 100 ml/hari

b) Urin ( >0,5 – 1 ml/kgBB/jam), perkiraan produksi urin :

neonatus : 10 – 90 ml/kgBB/hari, bayi : 80 – 90 ml/kgBB/hari,

anak 50 ml/kgBB/hari, adanya kulit kering dan membran

mukosa kering, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler lambat,

remaja : 40 ml/kgBB/hari, dewasa : 30 ml/kgBB/hari.

Page 22: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

27

Urin = 0,5 cc – 1 cc/kgBB/hari

c) NGT : residu, gastrict cooling

d) Muntah

e) Drain

2) Cairan keluar yang tidak dapat dilihat

IWL (paru ± 400 ml/hari dan kulit : 600 ml/hari)

Standar kehilangan IWL :

Neonatus : 30 ml/kgBB/hari

Bayi : 50-60 ml/kgBB/hari

Anak (1 – 12 bulan) : (30 ml/umur) x BB/hari

Remaja : 20 ml/kgBB/hari

Dewasa : 10 ml/kgBB/hari untuk pasien

bedrest, 15 ml/kgBB/hari untuk pasien aktif dalam aktivitas

Jika ada kenaikan suhu : IWL = 200 (suhu badan sekarang – 36,8 o

C), dan jika anak mengompol hitung kebutuhan urinnya :

Rumus Menghitung Balance Cairan

Input – Output + IWL

(Anas Tamsuri, 2009)

Menurut Oktiawati.dkk (2017), Menghitung balance cairan

anak tergantung tahap umur, untuk menentukan Air Metabolisme,

yaitu :

Rumus balance cairan yaitu :

Balance cairan = Intake - Output

Yang termasuk dalam cairan masuk (intake) diantaranya adalah :

1. Makan, minum, NGT

2. Cairan reflex, injeksi

3. Air metabolisme.

Page 23: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

28

Usia balita (1-3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari

Usia 5- 7 tahun : 8 – 8,5 cc/kgBB/hari

Usia 7 – 11 tahun : 6 – 7 cc /kgBB/hari

Usia 12 – 14 tahun: 5 – 6 cc/kgBB/hari

Sedangkan untuk cairan keluar output yaitu:

1. Muntah, urine, feses.

2. Apabila anak mengompol, maka dihitung urin yang keluar

sebanyak 0,5-1 ml/KgBB/hari.

3. IWL (Insensible water loss ) yaitu kehilangan cairan yang

menguap melalui paru paru dan kulit.

Rumus untuk menghitung IWL pada anak yaitu :

IWL : (30-Usia anak dalam tahun) x Berat badan/kg

Jika anak mengompol menghitung urine:

0,5 cc – 1 cc/kgBB/hari.

C. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

1. Teori Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Menurut Soetjiningsih dan Ranuh (dalam buku Oktiawati Anisa,

2019, p.182 ) pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan

dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel atau organ yang bisa

diukur. Pertumbuhan (growth) merupakan masalah perubahan dalam

ukuran besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun

individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (Ridha Nabiel, 2014, p.86).

Perkembangan (development) merupakan bertambahnya kemampuan

(skill/keterampilan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks

dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses

pematangan. (Ridha Nabiel, 2014, p.86). Menurut Soetjiningsih dan Ranuh

(dalam buku Oktiawati Anisa, 2019, p.182) perkembangan adalah

bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan.

Page 24: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

29

2. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

1) Directional trends

Pertumbuhan dan perkembangan terjadi bertahap secara teratur, sesuai

arah atau gradient, mencerminkan perkembangan fisik dan

kematangan fungsi neuromuskular

a. Pola cepalocaudal atau head to tail

Arah perkembangan dimulai dari ujung kepala, dimana kepala

berukuran besar dan komplek. Sedangkan ujug bawah tubuh

berukuran kecil dan sederhana, terbentuk pada tahap akhir

perkembangan. Misalnya bayi dapat mengontrol gerakaan

kepalanya terlebih dahulu daripada ekstremitasnya atau bagian

tubuh lainnya, menegakkan punggung terlebih dahulu sebelum

mereka berdiri dan menggerakkan tangannya terlebih dahulu

sebelum kakinya.

b. Tahap proximodistal atau near to far

Konsep perkembangan terjadi mulai bagian tengah tubuh ke bagian

sisi tubuh. Pada bayi, kontrol gerakan bahu sudah ada terlebih

dahulu sebelum bagian tangannya dan perkembangan sistem saraf

pusatnya lebih cepat daripada sisem saraf perifer. Pola

perkembangan ini bersifat bilateral atau simetris, yang berlangsung

pada arah dan waktu yang sama.

c. Pola diferensiasi

Pola ini menggambarkan perkembangan dari gerakan-gerakan

yang sederhana ke fungsi dan aktivitas yang komplek

2) Sequential trends

Pada semua dimensi pertumbuhan dan perkembangan yang sudah jelas

batas-batasannya dan juga dapat diprediksi. Setiap tahap

perkembangan dipengaruhi tahap sebelumnya dan juga mempengaruhi

tahap perkembangan selanjutnya. Misalnya anak-anak merangkak

dahulu sebelum berdiri dan berdiri dulu sebelum berjalan.

a. Developmental place

Page 25: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

30

Kecepatan pada pertumbuhan tersebut tidak sama pada setiap anak.

Rata-rata pertumbuhan yang sangat cepat terjadi pada masa

pertengahan anak-anak kemudian meningkat pada masa awal

remaja sampai dewasa muda. Fokus pertumbuhan dan

perkembangan berjalan pada setiap tahapnya, misalnya kepala

tumbuh paling cepat sebelum kelahiran, sedangkan anggota tubuh

yang lain tumbuh lebih lambat, setelah kelahiran struktur-struktur

tubuh yang lain tumbuh lebih cepat daripada kepala.

b. Periode sensitif

Masa kritis pada masa sensitif adalah masa-masa dalam kehidupan

organisme ketika mereka mudah terpengaruh oleh hal-hal yang

positif dan negatif. Touwen (1989) memperkirakan bahwa pada

masa-masa sensitif matures adalah pada saat kondisi eksternal

kemungkinan berbahaya untuk jaringan, organ atau sistem tertentu.

Kualitas interaksi selama masa-masa sensitif menentukan apakah

efek yang terjadi pada anak akan menguntungkan atau merugikan.

Perkembangan psikologi juga tampak pada masa sensitif yaitu

ketika kejadian di lingkungan memiliki pengaruh maksimum bagi

perkembangan kepribadian anak. (Oktiawati Anisa & Erna Julianti,

2019, p.183 – 185).

3. Teori Perkembangan

Menurut Wong et al (dalam buku Oktiawati Anisa & Erna Julianti, 2019 ,

P.186 – 193) menggambarkan teori perkembangan terdiri dari :

a. Sigmeun Freud (Perkembangan Psychosexual)

1) Fase Oral (0 - 1 tahun)

Pusat aktivitas yang menyenangkan di dalam mulutnya, anak

mendapat kepuasan saat mendapat ASI, kepuasan bertambah

dengan aktivitas mengisap jari dan tangannya atau benda – benda

sekitarnya. Contohnya : mengisap, menggigit, mengunyah dan

berbicara.

2) Fase Anal (2 – 3 tahun)

Page 26: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

31

Meliputi retensi dan pengeluaran feces. Pusat kenikmatannya

pada anus saat BAB, waktu yang tepat untuk mengajarkan

disiplin dan bertanggung jawab. Contohnya : mengajarkan toilet

training.

3) Fase Urogenital atau faliks (3 – 6 tahun)

Tertarik pada perbedaan anatomis laki – laki dan perempuan, ibu

menjadi tokoh sentral bila menghadapi persoalan. Kedekatan

anak laki – laki pada ibunya menimbulkan gairah sexual dan

perasaan cinta yang disebut eodipus compleks.

4) Fase Latent (6 – 12 tahun)

Masa tenang tetapi anak mengalami perkembangan pesat aspek

motorik dan kognitifnya. Disebut juga fase homosexual alamiah

karena anak – anak mencari teman sesuai jenis kelaminnya, serta

mencari figur (role model) sesuai jenis kelaminnya dari orang

dewasa. Energi fisik dan psikis diarahkan pada mendapatkan

pengetahuan dan bermain.

5) Fase Genetalia (12 tahun ke atas)

Alat reproduksi sudah mulai matang, heteroseksual dan mulai

menjalin hubungan rasa cinta dengan berbeda jenis kelamin.

Tahap signifikan yang terakhir dimulai dari pubertas dengan

maturase sistem reproduksi dan produksi hormon seks.

b. Piaget (Perkembangan Kognitif)

Meliputi kemampuan intelegensi, kemampuan berpersepsi dan

kemampuan mengakses informasi, berfikir logika, memecahkan

masala kompleks menjadi simple dan memahami ide yang abstrak

menjadi konkrit, bagaimana menimbulkan prestasi dengan

kemampuan yang dimiliki anak.

1) Tahap sensori – motor (0 – 2 tahun)

Perilaku anak banyak melibatkan motorik, belum terjadi kegiatan

yang bersifat simbolis (berpikir). Sekitar usia 18 – 24 bulan anak

mulai bisa melakukan operations, awal kemampuan berfikir.

Page 27: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

32

2) Tahap pra operasional (2 – 7 tahun)

a) Tahap pra konseptual (2 – 4 tahun) anak melihat dunia hanya

dalam hubungan dengan dirinya, pola pikir egosentris. Pola

berfikir ada dua yaitu : transduktif ; anak mendasarkan

kesimpulannya pada suatu peristiwa tertentu (ayam bertelur jadi

semua binatang bertelur) atau karena ciri – ciri objek tertentu

(truk dan mobil sama karena punya roda empat). Pola penalaran

sinkretik terjadi bila anak mulai selalu mengubah – ubah kriteria

klasifikasinya. Misal mula – mula ia mengelompokkan truk,

sedan dan bis sendiri – sendiri, tapi kemudian mengelompokkan

mereka berdasarkan warnanya, lalu berdasarkan besar –

kecilnya, dan seterusnya.

b) Tahap intuitif (4 – 7 tahun)

Pola pikir berdasar intuitif, penalaran masih kaku, terpusat pada

bagian tertentu dari objek dan semata – mata didasarkan atas

penampakan objek.

3) Tahap operasional konkrit (7 – 12 tahun)

Konversi menunjukkan anak mampu menawar satu objek yang

diubah bagaimana bentuknya, bila tidak ditambah atau dikurangi

maka volumenya tetap. Sering kali menunjukkan anak mampu

mengklasifikasikan objek menurut berbagai macam cirinya seperti

: tinggi, besar, kecil, warna, bentuk, dan seterusnya.

4) Tahap operasional – formal (mulai usia 12 tahun)

Anak dapat melakukan representasi simbolis tanpa menghadapi

objek – objek yang ia pikirkan. Pola pikir menjadi lebih fleksibel

melihat persoalan dari berbagai sudut yang berbeda.

c. Erikson (Perkembangan Psikososial)

Proses perkembangan psikososial tergantung pada bagaimana

individu menyelesaikan tugas perkembangannya pada tahap itu, yang

paling penting adalah bagaimana memfokuskan diri individu pada

Page 28: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

33

penyelesaian konflik yang baik itu berlawanan atau tidak dengan tugas

perkembangannya.

Perkembangan psikososial :

1) Percaya versus tidak percaya (0 – 1 tahun)

Kebutuhan rasa aman dan ketidakberdayaannya menyebabkan

konflik basic trust dan misstrust, bila anak mendapatkan rasa

amannya maka anak akan mengembangkan kepercayaan diri

terhadap lingkungannya, ibu sangat berperan penting.

2) Tahap otonomi versus rasa malu dan ragu (2 – 3 tahun)

Organ tubuh lebih matang dan terkoordinasi dengan baik

sehingga terjadi peningkatan keterampilan motorik, anak perlu

dukungan, pujian, pengakuan, perhatian serta dorongan sehingga

menimbulkan kepercayaan terhadap dirinya, sebaliknya celaan

hanya akan membuat anak bertindak dan berfikir ragu – ragu.

Kedua orang tua objek sosial terdekat dengan anak.

3) Tahap inisiatif versus rasa bersalah (3 – 6 tahun)

Bila tahap sebelumnya anak mengembangkan rasa percaya diri

dan mandiri, anak akan mengembangkan kemampuan berinisiatif

yaitu perasaan bebas untuk melakukan sesuatu atas kehendak

sendiri. Bila tahap sebelumnya yang dikembangkan adalah sikap

ragu, maka ia akan selalu merasa bersalah dan tidak berani

mengambil tindakan atas kehendak sendiri.

4) Industry vs inferiority (6 – 11 tahun)

Logika anak sudah mulai tumbuh dan anak sudah mulai sekolah,

tuntutan peran dirinya dan bagi orang lain semakin luas sehingga

konflik anak masa ini adalah rasa mampu dan rendah diri. Bila

lingkungan ekstern lebi banyak menghargainya maka akan

muncul rasa percya diri tetapi bila sebaliknya, anak akan rendah

diri.

5) Tahap identitas dan kerancuan peran (mulai 12 tahun)

Page 29: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

34

Anak mulai diadapkan pada harapan – harapan kelompoknya dan

dorongan yang makin kuat untuk mengenal dirinya sendiri. Ia

mulai mencari identitas dirinya serta perannya, jika ia berhasil

melewati tahap ini maka ia tidak akan bingung menghadapi

perannya.

6) Intimasi vs isulasi (dewasa awal)

Individu sudah mulai mencari pasangan hidup. Kesiapan

membina hubungan dengan orang lain, perasaan kasih sayang dan

keintiman, sedang yang tidak mampu melakukannya akan

mempunyai perasaan terkucil atau tersaing.

7) Generativitas vs stagnasi atau aborpsi diri (dewasa tengah)

Adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar keluarganya,

pengabdian masyarakat dan manusia pada umumnya.

Pengalaman di masa lalu menyebabkan individu mampu berbuat

banyak untuk kemanusiaan, khususnya generasi mendatang tetapi

bila tahap – tahap silam, ia memperoleh banyak pengalaman

negatif maka mungkin ia terkurung dalam kebutuhan dan

persoalannya sendiri

8) Integritas ego vs putus asa (dewasa lanjut)

Memasuki masa ini, individu akan menengok masa lalu.

Kepuasan akan prestasi, dan tindakan – tindakan dimasa lalu akan

meimbulkan perasaan puas. Bila ia merasa semuanya belum siap

atau gagal akan timbul kekecewaan yang mendalam.

d. Kohlberg (Perkembangan Moral)

1) Pra – konvensional

Mulanya ditandai dengan besarnya pengaruh wawasan kepatuhan

dan hukuman terhadap perilaku anak. Penilaian terhadap perilaku

didasarkan atas akibat sikap yang ditimbulkan oleh perilaku.

Dalam tahap selanjutnya anak mulai menyesuaikan diri dengan

harapan – harapan lingkungan untuk memperoleh hadiah yaitu

senyum, pujian atau benda.

Page 30: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

35

2) Konvensional

Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan harapan ligkungan atau

ketertiban sosial agar disebut anak baik atau anak manis.

3) Purna konvensional

Anak mulai mengambil keputusan baik dan buruk secara mandiri.

Prisip pribadi mempunyai perasaan penting. Penyesuaian diri

terhadap segala aturan di sekitarnya lebih didasarkan atas

penghargaannya serta rasa hormatnya terhadap orang lain.

e. Hurlock (Perkembangan Emosi)

Menurut Hurlock, masa bayi mempunyai emosi yang berupa

kegairahan umum, sebelum bayi bicara ia sudah mengembangkan

emosi heran, malu, gembira, marah dan takut. Perkembangan emosi

sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Pengalaman

emosional sangat tergantung dari seberapa jauh individu dapat

mengerti rangsangan yang diterimanya. Otak yang matang dan

pengalaman belajar memberikan sumbangan yang besar terhadap

perkembangan emosi, selanjutnya perkembangan emosi dipengaruhi

oleh harapan orang tua dan lingkungan.

Tabel 2.1

Fase dan Karakteristik Perkembangan Anak

Fase Karakteristik

Prenatal Dimulai dari masa konsepsi sampai usia 9

bulan kandungan

Masa Natal

(Kelahiran)

Lahir – 14 hari => fase penysuaian dengan

lingkungan

Masa Bayi (2

minggu – 2

tahun)

Sangat bergantung pada lingkungan

Mulai menguasai gerakan – gerakan otot

Page 31: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

36

Masa Anak (2 –

10/11 tahun)

Mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan

=> merasa bagian dari lingkungan.

✓ Mulai bergaul

✓ Banyak bertanya

✓ Pada usia 3 tahun mengalami situasi segala

sesuatu hal yang ditanyakan dan diragukan.

Pra remaja

(11/12 – 13/14

tahun)

Perempuan =>11/12 – 12/13 tahun, laki – laki

12/13 – 13/14 tahun

Disebut sebagai fase negatif => fase sulit

membina hubungan antara orang tua dan anak

Fase Remaja

Awal (13/14 – 17

tahun)

• Terjadi perubahan fisik yang cepat

• Ketidakseimbangan emosional

• Mencari identitas diri

Remaja Lanjut

(17 – 20/21

tahun)

• Ingin menjadi pusat perhatian

• Ingin menonjolkan diri

• Idealis

• Mempunyai cita – cita tinggi

• Bersemangat dan mempunyai energi

• Ingin memantapkan identitas diri

• Ingin mencapai ketidakseimbangan secara

emosional.

(Oktiawati Anisa Erna Julianti, 2019, p.186-193).

4. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Soetjiningsih dan Ranuh (dalam buku Otiawati Anisa Erna Julianti,

2019, p.185 – 186) menyatakan faktor yang mempengaruhi tumbuh

kembang antara lain :

1) Faktor Genetik

Page 32: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

37

Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat

sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan

berhentinya pertumbuhan tulang, termasuk faktor genetik antara lain

berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin dan

suku bangsa. Faktor genetik misalnya kelainan bawaan yang

disebabkan kelainan kromosom seperti sindrom down, sindrom

turner.

2) Faktor Lingkungan

a. Faktor lingkungan pada waktu masih di dalam kandungan (faktor

prenatal). Gizi ibu waktu hamil, faktor mekanis, toksin atau zat

kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas, dan anoksia

embrio.

b. Faktor lingkungan setelah lahir (faktor post natal)

➢ Lingkungan biologis, meliputi ras, jenis kelamin, umur, gizi,

perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, fungsi

metabolisme dan hormon.

➢ Faktor fisik yaitu cuaca, sanitasi, kedaan rumah, dan radiasi.

➢ Faktor psikososial yaitu stimulasi, motivasi belajar, dan

ganjaran atau hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stress,

sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak –

orang tua.

➢ Faktor keluarga dan adat istiadat, pekerjaan dan pendapatan

keluarga, pendidikan ayah atau ibu, jumlah saudara, stabilitas

rumah tangga, kepribadian ayah atau ibu, adat istiadat, norma

– norma, agama.

5. Tahapan Tumbuh Kembang

a. Tumbuh kembang Infant/bayi, umur 0-12 bulan

1) Umur 1 bulan

Page 33: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

38

a) Fisik : berat badan akan meningkat 150-200 gr/mg, tinggi abdan

meningkat 2,5 cm/bulan, lingkar kepala meningkat 1,5

cm/bulan. Besarnya kenaikan seperti ini akan berlangsung

sampai bayi umur 6 bulan.

b) Motorik : bayi akan mulai berusaha untuk mengangkat kepala

dengan dibantu oleh orang tua, tubuh ditengkurapkan, kepala

menoleh kekiri maupun kekanan, reflek menghisap, menelan,

menggenggam sudah mulai positif.

c) Sensoris : mata mengikuti sinar tengah

d) Sosialisasi : bayi sudah mulai tersenyum pada orang yang ada

disekitarnya.

2) Umur 2-3 bulan

a) Fisik : fontanel posterior sudah menutup.

b) Motorik : mengangkat kepala, dada, dan berusaha untuk

menahanya sendiri dengan tangan, memasukan tangan ke

mulut; mulai berusaha untuk meraih benda-benda yang

menarik yang ada disekitarnya, bisa didudukan dengan posisi

punggung disokong, mulai asik bermain-main sendiri dengan

tangan dan jarinya.

c) Sensoris : sudah bisa mengikuti arah sinar ke tepi, koordinasi

ke atas dan bawah, mulai mendengarkan suara yang

didengarnya.

d) Sosialisasi : mulai tertawa pada seseorang, senang bila tertawa

keras, menangis sudah mulai berkurang.

3) Umur 4-5 bulan

a) Fisik : berat badan menjadi dua kali dari berat badan lahir,

ngecas karena tidak adanya koordinasi menelan saliva.

b) Motorik : Jika didudukan kepala sudah bisa seimbang dan

punggung sudah mulai kuat, bila ditengkurapkan sudah bisa

miring dan kepala sudah bisa tegak lurus, refleks primitif sudah

mulai hilang, usaha meraih benda di sekitar dengan tangannya.

Page 34: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

39

c) Sensoris : sudah bisa mengenal orang-orang yang sering berada

di dekatnya, akomodasi mata positif.

d) Sosialisasi : senang jika berinteraksi dengan orang lain

walaupun belum pernah dilihatnya atau dikenalnya, sudah bisa

mengeluarkan suara pertanda tidak senang bila mainan atau

benda miliknya di ambil oleh orang lain.

4) Umur 6-7 bulan

a) Fisik : berat badan meningkat 90-150 gram/minggu, tinggi

badan meningkat 1,25 cm/bulan, lingkar kepala meningkat 0,5

cm/bulan besarnya kenaikan seperti ini akan berlangsung

sampai bayi berusia 12 bulan (6 bulan kedua). Gigi sudah mulai

tumbuh.

b) Motorik : bayi sudah bisa mengembalikan badan sendiri,

memindahkan anggota badan dari tangan yang satu ke tangan

lainnya, mengambil mainan dengan tangannya, senang

memasukkan kaki ke mulut, sudah mulai bisa memasukkan

makanan ke mulut sendiri.

c) Sosialisasi : sudah dapat membedakan orang yang dikenalnya

dengan yang tidak dikenalnya, jika bersama dengan orang yang

belum dikenalnya bayi akan merasa cemas, sudah dapat

menyebut atau mengeluarkan suara em...em..em..., bayi

biasanya cepat menangis jika mendapat hal-hal yang tidak

disenanginya akan tetapi akan cepat tertawa lagi.

5) Umur 8-9 bulan

a) Fisik : sudah bisa duduk dengan sendirinya, koordinasi tangan

ke mulut sangat sering, bayi mulai tengkurap sendiri dan mulai

belajar untuk merangkak, sudah bisa mengambil benda dengan

menggunakan jari-jarinya.

b) Sensori : bayi tertarik dengan benda-benda kecil disekitarnya

c) Sosialisasi : Bayi mengalami stranger anxiety/merasa cemas

terhadap hal-hal yang belum dikenalnya sehingga dia akan

Page 35: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

40

menangis dan mendoros serta meronta-ronta,

merangkul/memluk orang yang dicintainya

6) Umur 10-12 bulan

a) Fisik : berat badan 3 kali berat badan waktu lahir, gigi bagian

atas dan bawah sudah tumbuh.

b) Motorik : sudah mulai belajar berdiri tetapi tidak bertahan

lama, berjalan dengan bantuan, sudah biasa berdiri dan duduk

sendiri, mulai belajar akan dengan menggunakan sendok tetapi

lebih senang menggunakan tangan, sudah biasa bermain

ci...luk..ba…, mulai senang mencoret coret kertas.

c) Sensoris : visual aculty 20-50 positif, sudah dapat

membedakan bentuk.

d) Sosialisai : emosi positif, cemburu, marah, lebih senang pada

lingkungan yang sudah diketahuinya, merasa takut pada situasi

yang asing, mulai mengerti akan perintah sederhana. sudah

mengerti namanya sendiri, dan sudah bisa menyebut nama

ayah,ibu.

b. Tumbuh kembang Toddler (BATITA), umur 1-3 tahun

a) Umur 15 bulan

(1) Motorik kasar : sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan

orang lain.

(2) Motorik halus : Sudah bisa memegangi cangkir,

mernasukan jari kelubang, membuka kotak. melempar

benda

b) Umur 18 bulan

(1) Motorik kasar : mulai berlan tetapi masih sering jatuh.

menarik¬narik mainan. mulai senang naik tangga tetapl

masih dengan bantuan.

(2) Motorik halus : sudah bisa makan dengan menggunakan

sendok, bisa membuka halaman buku. belajar menyusun

balok-balok.

Page 36: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

41

c) Umur 24 bulan

(1) Motorik kasar : berlari sudah baik, dapat naik tangga

sendiri dengan kedua kaki tiap tahap.

(2) Motorik halus : sudah bisa membuka pintu, membuka

kunci, menggunting sederhana, minum dengan

menggunakan gelas atau cangkir, sudah dapat

menggunakan sendok dengan baik

d) Umur 36 bulan

(1) Motorik kasar : sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan,

memakai baju dengan bantuan, mulai bisa naik sepeda roda

tiga.

(2) Motorik halus : bisa menggambar lingkaran. mencuci

tangannya sendiri, menggosok gigi.

c. Tumbuh kembang Pra sekolah

1) Usia 4 tahun

a) Motorik kasar : berjalan berjinjit, melompat, melompat

dengan satu kaki, menangkap bola dan melemparkanya dari

atas kepala.

b) Motorik halus : sudah bisa menggunakan gunting dengan

lancer, sudah bisa mengambar kotak. menggambar garis

vertical maupun horizontal, belajar membuka dan

memasang kancing baju.

2) Usia 5 tahun

a) Motorik kasar : berjalan mundur sambil berjinjit, sudah

dapat menagkap dan melempar bola dengan baik, sudah

dapat melompat dengan kaki secara bergantian.

b) Motorik halus : menulis dengan angka-angka, menulis

dengan huruf, menulis dengan kata-kata, belajar menulis

nama, belajar mengikat tali sepatu.

c) Social emosional : bermain sendiri mulai berkurang,

berkumpul dengan teman sebaya, interakasi social selama

Page 37: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

42

bermain meningkat, sudah siap untuk menggunakan alat-alat

bermain.

d) Pertumbuhan fisik : berat badan meningkat 2,5 kg/tahun,

tinggi badan meningkat 6,75-7,5 cm/tahun.

d. Tumbuh Kembang Usia Sekolah

1) Motorik : lebih mampu menggunakan otot- otot kasar daripada

otot- otot halus. Misalnya loncat tali, badminton, bola volley,

pada akhir masa sekolah motorik halus lebih berkurang, anak

laki-laki lebih aktif daripada anak perempuan.

2) Sosial emosional : mencari lingkungan yang lebih luas sehingga

cenderung sering pergi dari rumah hanya untuk bermain dengan

teman, saat ini sekolah sangat berperan untuk membentuk

pribadi anak, di sekolah anak harus berinteraksi dengan orang

lain selain keluarganya, sehingga peranan guru sangatlah besar.

3) Pertumbuhan fisik : berat badan meningkat 2- 3 kg/tahun, tinggi

badan meningkat 6- 7 cm/ tahun.

e. Tumbuh Kembang Remaja (Adolecent)

1) Pertumbuhan fisik : merupakan pertumbuhan yang sangat pesat,

tinggi badan 25% berat badan 50%, semua sistem tubuh berubah

dan yang paling bnayak perubahan adalah sistem endokrin,

bagian-bagian tubuh tertentu memanjang. Misalnya tangan,

kaki, proporsi tubuh memanjang.

2) Sosial emosional :kemampuanakan sosialisasi meningkat, relasi

dengan teman wanita/ pria akan tetapi lenih penting dengan

teman yang sejenis, penampilan fisik remaja sangat penting

karena mereka supaya diterima oleh kawan dan disamping itu

pula persepsi terhadap badannya akan mempengaruhi konsep

dirinya, peranan orangtua/ keluarga sudah tidak begitu penting

tetapi sudah mulai beralih pada teman sebaya. (Ridha Nabiel,

2014, p.89-94).

Page 38: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

43

D. Pengukuran Tumbuh dan Kembang Anak

1. Pengukuran Antopometri

Pengukuran antopometri meliputi :

a. Berat Badan

Untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua

jaringan yang ada pada tubuh (tulang, otot, lemak, cairan tubuh)

sehingga akan diketahui status gizi anak atau tumbuh kembang anak.

Berat badan (BB) dapat juga dipakai dalam perhitungan dosis obat.

Penilaian berat badan berdasarkan umur menurut World Health

Organization (WHO) dengan baku National Centers For Health

Statistics (NCHS) yaitu menggunakan presentil sebagai berikut :

presentil ≤ 3 termasuk kategori malnutrisi. Penilaian berat badan

berdasarkan tinggi badan menurut WHO yaitu menggunakan presentase

dari median sebagai berikut : 80 - 100 % dikatakan normal, sedangkan

< 80% dikatakan malnutrisi akut (tresting). Penilaian berat badan

berdasarkan tinggi badan menurut NCHS yaitu menggunakan presentil

le 75 – 25 dikatakan normal, presentil 10 – 5 malnutrisi sedang dan

presentil <5 malnutrisi berat. Selain penggunaan standar baku NCHS

juga dapat digunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).

Tabel 2.2.

Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, BB/TB Standart

Baku Antopometri WHO – NCHS

No. Indeks yang

dipakai

Batas

Pengelompokan

Sebutan Status

Gizi

1. BB/U < - 3 SD

-3 s/d < -2 SD

-2 s/d +2 SD

> +2 SD

Gizi buruk

Gizi kurang

Gizi baik

Gizi lebih

2. TB/U < - 3 SD

-3 s/d < -2 SD

Sangat pendek

Pendek

Page 39: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

44

-2 s/d +2 SD

> +2 SD

Normal

Tinggi

3. BB/TB < - 3 SD

-3 s/d < -2 SD

-2 s/d +2 SD

> +2 SD

Sangat kurus

Kurus

Normal

Gemuk

Tabel 2.3

Berat Badan Rata-rata Umur 0 – 5 Tahun :

Umur

Berat (Gram)

Standar 0% Standar

Lahir

0 – 1 bulan

2 bulan

3 bulan

4 bulan

5 bulan

6 bulan

7 bulan

8 bulan

9 bulan

10 bulan

11 bulan

12 bulan

400

4.300

5.000

5.700

6.300

6.900

7.400

8.000

8.400

8.900

9.300

9.600

9.900

2.700

3.400

4.000

4.500

5.000

5.500

5.900

6.300

6.000

7.100

7.400

7.700

7.900

1 tahun Bulan

6 Bulan

9 Bulan

10.600

11.300

11.900

500

9.000

9.600

2 tahun 0 Bulan

3 Bulan

6 Bulan

12.400

12.900

13.500

900

10.500

10.800

Page 40: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

45

9 Bulan 14.000 11.200

3 tahun 0 Bulan

3 Bulan

6 Bulan

9 Bulan

14.500

15.000

13.500

16.000

1.600

12.000

12.400

12.900

4 tahun 0 Bulan

3 Bulan

6 Bulan

9 Bulan

16.500

17.000

17.400

17.900

3.200

13.600

14.00

14.400

5 tahun 0 Bulan 18.400 4.700

Sumber : Direktori Gizi, Departemen Kesehatan RI (dalam buku

Sembiring Br Juliana, 2019 , p.51)

Kenaikan berat badan pada bayi cukup bulan kembali pada hari ke-10.

1) Umur 10 hari : BBL

2) Umur 5 bulan : 2 x BBL

3) Umur 1 tahun : 3 x BBL

4) Umur 2 tahun : 4 x BBL

5) Pra sekolah : meningkat 2 kg/ tahun

6) Adolescent : meningkat 3- 3,5 kg/tahun

7) Kenaikan BB pada tahun pertama kehidupan

8) Trimester I : 700 – 1000 gram/bulan

9) Trimester II : 500 – 600 gram/bulan

10) Trimester III : 350 – 450 gram/bulan

11) Trimester IV : 250 – 350 gram/bulan

12) Perkiraan BB dalam kilogram

Usia 3 – 12 bulan : umur (bulan) + 9

2

Usia 1 – 6 bulan : umur (tahun) x 2 + 8

Usia 6 – 12 tahun : umur (tahun) + 7 – 5

2

Page 41: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

46

b. Tinggi Badan

Pengukuran tinggi badan untuk menilai status perbaikan

gizi di samping faktor genetik. Penilaian TB dapat dilakukan dengan

sangat mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan

anak. Penilaian TB berdasarkan umur menurut WHO dengan baku

NCHS yaitu dengan cara presentase dari median dengan penilaian ; ≥

90% dikatakan normal, < 90% dikatakan malnutrisi kronis (abnormal).

TB meningkat sampai tinggi maksimal dicapai, meningkat pesat pada

usia bayi dan adolecent dan berhenti pada usia 18 – 20 tahun.

TB dapat diperkirakan sebagai berikut :

1) Umur 1 tahun = 1,5 x TB lahir

2) Umur 4 tahun : 2 x TB lahir

3) Umur 6 tahun = 1,5 x TB setahun

4) Umur 13 tahun = 3 x TB lahir

5) Dewasa = 3,5 x TB lahir atau (2 x TB umur 2 tahun)

Atau dengan rumus Behrman,

Lahir = 50 cm

Umur 1 tahun = 5 cm

Umur 2 – 12 tahun = (umur) x 6 + 77

Atau berdasarkan potensi genetik TB akhir :

Tabel 2.4

Tinggi Badan Rata- rata Umur 0 – 5 Tahun

Umur

Berat (Gram)

Standar 0% Standar

Lahir 0.5 40.5

Wanita = (TB ayah – 13 cm) + (TB Ibu) ± 8,5 cm

2

Pria = (TB ibu + 13 cm ) + (TB Ayah) ± 8,5 cm

2

Page 42: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

47

0 – 1 bulan

2 bulan

3 bulan

4 bulan

5 bulan

6 bulan

7 bulan

8 bulan

9 bulan

10 bulan

11 bulan

12 bulan

55.0

58.0

60.0

62.5

64.5

66.0

67.5

69.0

70.5

72.0

73.5

74.5

43.5

46.0

48.0

49.5

51.0

52.5

54.0

55.5

56.5

57.5

58.5

60.0

1 tahun Bulan

6 Bulan

9 Bulan

8.0

81.5

84.5

62.5

65.0

67.5

2 tahun 0 Bulan

3 Bulan

6 Bulan

9 Bulan

7.0

89.5

92.0

94.0

69.5

71.5

73.5

75.0

3 tahun 0 Bulan

3 Bulan

6 Bulan

9 Bulan

6.0

98.0

99,5

101.5

77.0

78.5

79.5

81.5

4 tahun 0 Bulan

3 Bulan

6 Bulan

9 Bulan

03.5

105.0

107.0

108.0

82.585.5

86.5

5 tahun 0 Bulan 09.0 87.0

Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI (dalam buku

Sembiring Br Juliana, 2019, p.54)

c. Lingkar kepala

Page 43: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

48

Dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan otak.

Penilaian ini dapat dilihat apabila pertumbuhan otak kecil (mikrosefali)

maka menunjukkan adanya retardasi mental, sebaliknya apabila otaknya

besar (volume kepala meningkat) akibat penyumbatan pada aliran cairan

cerebrospinalis.

Peningkatan volume

1) 6 – 9 bulan kehamilan = 3 gram/24 jam

2) Lahir – 6 bulan = 2 gram/24 jam

3) 6 bulan – 3 tahun = 0,35 gram/24 jam

4) 3 – 6 tahun = 0,15 gram/24 jam

(Sembiring Br Juliana, 2019 , p.55).

d. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA)

Digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot, tetapi

penilaian ini banyak berpengaruh pada keadaan jaringan tubuh apabila

dibanding dengan BB. Penilaian ini juga dapat dipakai untuk menilai

status gizi pada anak usia pra sekolah. (Sembiring Br Juliana, 2019,

p.55).

E. Pengukuran dengan KPSP (Kuisioner Pra Skrining Perkembangan)

KPSP merupakan suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan

pada orang tua dan dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining

pendahuluan untuk perkembangan anak usia 3 bulan sampai 6 bulan. Daftar

pertanyaan tersebut berjumlah 10 nomor yang harus dijawab oleh orang tua

atau pengasuh yang mengetahui keadaan perkembangan anak.

Pertanyaan dalam KPSP dikelompokkan sesuai usia anak saat

dilakukan pemeriksaan, mulai kelompok usia 3 bulan, 3 -6 bulan, dan

seterusnya sampai kelompok 5- 6 tahun. Untuk usia ditetapkan menurut

tahun dan bulan dengan kelebihan 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.

Pertanyaan dalam KPSP harus dijawab dengan ‘ya’ atau ‘tidak’ oleh

orangtua. Setelah semua pertanyaan dijawab, selanjutnya hasil KPSP dinilai

Page 44: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

49

➢ Apabila jawaban ‘ya’ berjumlah 9 – 10, berarti anak tersebut normal

(perkembangan baik)

➢ Apabila jawaban ‘ya’ kurang dari 9, maka perlu diteliti lebih lanjut

mengenai; Apakah cara menghitung usia dan kelompok pertanyaanya

sudah selesai.

➢ Kesesuaian jawaban orangtua dengan maksud pertanyaan. Apabila ada

kesalahan, maka pemeriksaan harus diulang.

➢ Apabila setelah diteliti jawaban ‘ya’ berjumlah 7 – 8, berarti hasilnya

meragukan dan perlu diperiksa ulang 1 minggu kemudian.

➢ Apabila jawaban ‘ya’ berjumlah 6 atau kurang, berarti hasilnya kurang

atau positif untuk perlu dirujuk guna pemeriksaan lebih lanjut.

(Sembiring Juliana Br, 2019, p.66-67).

F. Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Volume Cairan pada Pasien Anak

dengan Gastroenteritis Dehidrasi Sedang

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan menjadi dasar utama dalam proses

keperawatan yang nantinya akan membantu untuk penentuan masalah

keperawatan dan kebutuhan pada pasien. Menurut Mardalena Ida (2018)

ada beberapa data yang harus dikaji pada defisit volume cairan pada anak

dengan gastroenteritis, yaitu :

a. Identitas pasien

1) Identitas Pasien

Meliputi nama lengkap, nama panggilan, usia dan tempat tanggal

lahir, anak ke berapa dari berapa bersaudara, alamat, jenis kelamin,

nomor telepon, suku, agama, bahasa yang digunakan.

2) Identitas Penanggung jawab

Meliputi nama, alamat, usia/ tempat tanggal lahir, hubungan dengan

pasien, nomor telepon yang bisa dihubungi, pendidikan ayah,

pendidikan ibu, pekerjaan orangtua.

a. Alasan Masuk Rumah Sakit

Page 45: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

50

Alasan yang membuat anak/ pasien masuk rumah sakit : anak cengeng,

gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul diare.

b. Keluhan utama

Keluhan yang paling menonjol saat masuk rumah sakit : feses semakin

cair, muntah, bila kehilangan banyak air terjadi gejala dehidrasi, berat

badan menurun. Tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut

dan bibir kering, frekwensi BAB < 4 kali sehari (gastroenteritis tanpa

dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (gastroenteritis dehidrasi ringan/

sedang), atau BAB >10 kali (gastroenteritis dehidrasi berat). Apabila

diare berlangsung <14 kali sehari maka diare akut, sementara apabila

berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare kronik.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Anak tampak lemas. Suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan

berkurang atau tidak ada, dan timbul diare. Tinja cair, mungkin disertai

lendir atau lendir dan darah. Anus dan daerah sekitarya timbul lecet

karena sering defekasi. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau

sesudah diare. Meurunnya tekanan darah, menurunnya tekanan nadi,

nafsu makan berkurang atau tidak ada, turgor kulit menurun, mata

cekung, membran mukosa bibir kering.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian diarahkan pada waktu sebelumnya, apakah pasien anak

pernah dirawat di rumah sakit akibat gastroenteritis atau tidak.

e. Riwayat Kesehatan, meliputi :

1) Riwayat Imunisasi, meliputi : nama, jumlah dosis, usia saat

diberikan, imunisasi apa yang sudah pernah diberikan pada anak?

Kapan diberikan? Kekambuhan reaksi

2) Riwayat Alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotika)

3) Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya

f. Riwayat Nutrisi

1) Asupan makanan menurun

2) Keluhan nyeri abdomen

Page 46: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

51

3) Berat badan biasanya menurun sebanyak 5 – 10 %(dehidrasi

sedang)

4) Distensi abdomen, mual dan muntah

g. Kebutuhan Dasar

1) Pola eliminasi: akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4

kali sehari, BAK sedikit atau jarang. Konsistensi encer.

2) Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anoreksia

menyebabkan penurunan berat badan pasien.

3) Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi

abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.

4) Pola hygiene : kebiasaan cuci tangan sebelum dan setelah makan.

5) Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan

adanya nyeri akibat distensi abdomen.

h. Keadaan Umum

Keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentissampai koma,

suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.

i. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar/cekung, selaput lendir,

mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.

2) Perkusi : adanya distensi abdomen.

3) Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.

4) Auskultasi : terdengarnya bising usus.

j. Pemeriksaan Tingkat Tumbuh Kembang

Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi

sehingga berat badan menurun.

k. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation, yaitu

untuk mengetahui penyebab secara kuantitatf dan kualitatif. (Mardalena

Ida, 2018, p.128 – 129)

2. Diagnosa Keperawatan

Page 47: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

52

Diagnosa keperawatan yang bisa muncul pada pasien dengan

Gastroenteritis menurut Ida Mardalena (2018) yaitu defisit volume cairan

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang

berlebihan. (Mardalena, Ida, 2018, p.129-130).

3. Intervensi Keperawatan

b. Defisit Volume Cairan

Batasan Karakteristik :

1) Penurunan tekanan darah

2) Penurunan tekanan nadi

3) Penurunan turgor kulit

4) Penurunan haluaran urin

5) Membran mukosa kering

6) Peningkatan suhu tubuh

7) Peningkatan konsentrasi urin

8) Mual

9) Muntah

10) Kulit kering

11) Penurunan berat badan

12) Haus

13) Kelemahan

Tujuan (NOC) :

Kebutuhan cairan terpenuhi dengan kriteria hasil :

1) Turgor kulit baik

2) Eliminasi urin normal

3) Tekanan darah, nadi dan suhu tubuh dalam batas normal

4) Tidak ada mual muntah

5) Berat badan seimbang

6) Membran mukosa lembab

7) Tidak ada rasa haus yang berlebihan

Intervensi (NIC) :

1) Mandiri :

Page 48: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

53

a) Atur posisi pasien senyaman mungkin dengan posisi semifowler.

b) Berikan hidrasi secara oral maupun parenteral

c) Atur tetesan infus

d) Berikan makanan sedini mungkin utuk mencegah terjadinya

malnutrisi

e) Istirahat cukup

f) Kebersihan perorangan dan lingkungan

g) Monitor tanda-tanda vital.

h) Monitor status hidrasi (kelembaban, membran mukosa, turgor

kulit, pengisian kapiler lambat)

i) Lakukan rehidrasi oral dengan menganjurkan anak minum air

minum yang cukup.

j) Dorong pasien makan sedikit tapi sering.

k) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.

l) Monitor dan catat status cairan termasuk intake dan output

cairan. (jumlah, konsistensi dan warna).

m) Monitor tingkat Hb dan Hematokrit.

n) Monitor berat badan setiap hari.

o) Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan.

2) Kolaborasi :

a) Lakukan rehidrasi parenteral dengan pemberian cairan IV.

b) Pemberian transfusi darah sesuai indikasi.

c) Berikan terapi anti diare sesuai program medik.

d) Berikan terapi antiemetik sesuai program medik.

e) Berikan terapi antipiretik sesuai program medik.

(Nurarif Amin Nurhuda & Hardhi Kusuma, 2016, p.377-378).

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah melaksanakan, atau mengimplementasikan

rencana asuhan keperawatan atau juga bisa didefinisikan sebagai kegiatan

memberikan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk membantu

masalah keperawatan defisit volume cairan pada anak dengan

Page 49: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Gastroenteritis 1 ...

54

gastroenteritis berdasarkan perencanaan keperawatan agar mencapai hasil

dan tujuan yang diharapkan (Praptiani, Wuri, 2017, p.483).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan pengukuran keefektifan pengkajian, diagnosis,

perencanaan, dan implementasi dalam pengelolaan asuhan keperawatan

dengan masalah defisit volume cairan pada anak dengan gastroenteritis,

dengan menganalisis respons klien, mengidentifikasi faktor keberhasilan

dalam pemberian asuhan keperawatan dan perencanaan untuk asuhan

keperawatan di masa depan (Praptiani, Wuri, 2017, p.485).