6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kehamilan a. Pengertian Kehamilan adalah keadaan yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan, dan diakhiri dengan proses persalinan yang menunjukkan bahwa janin dikandung di dalam tubuh wanita, (El- Manan, 2011). b. Diagnosa Kehamilan Diagnosa kehamilan dapat dilihat dari tanda-tanda kehamilan (tanda pasti dan tidak pasti kehamilan), serta pemeriksaan diagnostik (ultrasonografi, rontgenografi, fetal electro cardiografi, dan tes laboratorium). Tanda tidak pasti kehamilan yang meliputi amenorrhea, mual dan muntah, mastoidinia, quickening, konstipasi, perubahan berat badan, perubahan warna kulit, perubahan pada serviks (tanda hegar, tanda goodells, tanda chadwick, dan tanda mc donald), dan perubahan pada uterus. Tanda pasti kehamilan meliputi denyut jantung janin yang dapat didengar dengan stetoskop leanec dan doppler pada minggu 17-18, serta pada saat dipalpasi dapat merasakan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user
18
Embed
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kehamilan ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kehamilan
a. Pengertian
Kehamilan adalah keadaan yang sebelumnya diawali dengan
proses pembuahan, dan diakhiri dengan proses persalinan yang
menunjukkan bahwa janin dikandung di dalam tubuh wanita, (El-
Manan, 2011).
b. Diagnosa Kehamilan
Diagnosa kehamilan dapat dilihat dari tanda-tanda kehamilan
(tanda pasti dan tidak pasti kehamilan), serta pemeriksaan diagnostik
(ultrasonografi, rontgenografi, fetal electro cardiografi, dan tes
laboratorium). Tanda tidak pasti kehamilan yang meliputi
amenorrhea, mual dan muntah, mastoidinia, quickening, konstipasi,
perubahan berat badan, perubahan warna kulit, perubahan pada serviks
(tanda hegar, tanda goodells, tanda chadwick, dan tanda mc donald),
dan perubahan pada uterus. Tanda pasti kehamilan meliputi denyut
jantung janin yang dapat didengar dengan stetoskop leanec dan
doppler pada minggu 17-18, serta pada saat dipalpasi dapat merasakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
gerakan janin yang biasanya menjadi jelas setelah minggu ke-22
(Pantikawati dan Saryono, 2010).
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan dilihat dari status
kesehatan, status gizi, dan gaya hidup ibu hamil (Pantikawati dan
Saryono, 2010).
1) Status kesehatan
Status kesehatan ibu meliputi dua klasifikasi berdasarkan
penyakit yang dialami oleh ibu hamil yaitu (1) komplikasi akibat
langsung kehamilan seperti hyperemesis gravidarum,
preeklampsia, kehamilan ektopik, perdarahan antepartum dan
kelainan plasenta. (2) Penyakit atau kelainan yang tidak
berhubungan langsung dengan kehamilan yang dapat memperberat
serta mempengaruhi kehamilan atau penyakit ini dapat diperberat
oleh karena kehamilan salah satunya penyakit jantung, dan
penyakit hepar (Pantikawati dan Saryono, 2010).
2) Status gizi
Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan pada
masa kehamilan. Kebutuhan gizi pada ibu hamil secara garis besar
yaitu asam folat, zat besi, kalsium, pemberian vitamin D dan lain-
lain (Pantikawati dan Saryono, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3) Gaya hidup ibu hamil
Ibu hamil yang merokok akan berisiko pada kehamilannya.
Kebiasaan merokok terjadi pada kelompok sosial rendah, paritas
tinggi, penghasilan rendah, atau ibu dengan problem psikologis
seperti depresi, stress, pekerja berat, dan lain-lain. Efek yang
muncul diakibatkan merokok adalah kelahiran BBLR, persalinan
preterm, kematian perinatal dan ketuban pecah dini (Pantikawati
dan Saryono, 2010).
d. Deteksi Dini Terhadap Komplikasi
Kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologi.
Seorang bidan melakukan penapisan dini adanya komplikasi atau
penyakit yang mungkin terjadi selama hamil muda. Adapun
komplikasi ibu dan janin yang mungkin terjadi pada masa kehamilan
muda seperti perdarahan pervaginam, hipertensi gravidarum maupun
nyeri perut bagian bawah (Pantikawati dan Saryono, 2010).
2. Rokok
a. Pengertian
Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan
untuk dibakar, dihisap, dan atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok
putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman
Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
sintesisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau
tanpa bahan tambahan (Menkes dan Mendagri, 2011).
b. Kandungan Rokok
Rokok mengandung 4000 jenis senyawa kimia. Sebanyak 400
jenis diantaranya adalah termasuk zat berbahaya dan 43 jenis yang
tergolong karsinogenik (zat penyebab kanker). Zat yang terkandung
antara lain:
1) Nikotin
Nikotin, adalah zat berbahaya yang menyebabkan kecanduan
(adiktif). Nikotin bekerja di otak yang akan merangsang pelepasan
zat dopamin yang memberi rasa nyaman yang menyebabkan rasa
ketergantungan (Kemenkes RI, 2012).
2) Karbon Monoksida (CO)
Karbon Monoksida (CO), adalah salah satu gas beracun yang
menurunkan kandungan oksigen dalam darah (Kemenkes RI,
2012).
c. Kategori Perokok
1) Perokok Pasif
Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok namun
terpaksa menghisap atau menghirup asap rokok yang dikeluarkan
oleh perokok (Menkes dan Mendagri, 2011). Seseorang yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
bukan perokok namun terpapar oleh rokok di lingkungannya
disebut dengan perokok pasif. Asap rokok yang terdapat di
lingkungan dikenal dengan istilah secondhand smoke atau
environmental tobacco smoke (ETS). ETS merupakan campuran
dari dua jenis asap hasil pembakaran rokok yaitu side stream
smoke yang disebarkan ke udara bebas sehingga dapat terhirup
oleh orang lain yang dikenal sebagai perokok pasif dan main
stream smoke yang dihisap langsung oleh perokok dan asap
samping (Oberg et al, 2010). Waktu pajanan asap rokok miinimal
sehingga seseorang dapat dikategorikan sebagai perokok pasif
adalah 15-60 menit/hari (Titisari, 2011).
2) Perokok Aktif
Perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung
menghisap rokok melalui mulutnya serta dapat mengakibatkan
bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar
(Windriya, 2013; Bustan, 2007).
3. Ketuban Pecah Dini (KPD)
a. Pengertian
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum
persalinan dan sebelum 37 minggu (Cuningham, 2013).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Definisi ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan < 4
cm (fase laten). KPD preterm adalah KPD sebalum usia kehamilan 37
minggu. Sedangkan KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi
lebih dari 12 jam sebelum waktu melahirkan (Nugroho, 2012).
Dari beberapa definisi KPD (Ketuban Pecah Dini) di atas maka
dapat disimpulkan bahwa KPD (Ketuban Pecah Dini) adalah pecahnya
ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan.
b. Etiologi
Penyebab KPD (Ketuban Pecah Dini) meliputi antara lain serviks
inkompetensia, pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi
genetalia), overdistensi uterus, malposisi atau malpresentase janin,
faktor yang menyebabkan kerusakan serviks, riwayat KPD
sebelumnya dua kali atau lebih, merokok selama kehamilan, usia ibu
yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat dari pada
usia muda, riwayat hubungan seksual baru-baru ini, paritas, anemia,
faktor golongan darah, kehamilan kembar, defisiensi gizi dari tembaga
atau asam askorbat (vitamin C), dan keadaan sosial ekonomi
(Nugroho, 2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
1) Faktor paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan bayi
aterm. Pada paritas terbagi menjadi nullipara, primipara, multipara.
Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang
mampu hidup. Primipara adalah wanita yang pernah hamil sekali
dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup. Ibu primipara
yang mengalami KPD berkaitan dengan kondisi psikologis,
mencakup sakit saat hamil, gangguan fisiologis seperti emosi dan
termasuk kecemasan akan kehamilan. Wanita yang telah
melahirkan beberapa kali dan mengalami KPD pada kehamilan
sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat, diyakini
lebih beresiko akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya
(Cunningham et al, 2006).
2) Faktor usia
Usia ibu dibagi menjadi 2 kategori yaitu usia berisiko (apabila
<20 dan >35 tahun) dan usia tidak berisiko (apabila >20 dan <35
tahun) (Fraser et al, 1995; Cunnigham et al, 2006). Usia dan fisik
wanita sangat berpengaruh terhadap proses kehamilan pertama,
pada kesehatan janin dan proses persalinan. Rekomendasi WHO
untuk usia yang dianggap paling aman menjalani kehamilan dan
persalinan adalah 20 hingga 30 tahun. Kehamilan di usia kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
dari 20 tahun dapat menimbulkan masalah karena kondisi fisik
belum 100% siap dan termasuk usia yang terlalu muda dengan
keadaan uterus yang masih kurang matur untuk melahirkan
sehingga rentan mengalami KPD. Sedangkan ibu dengan usia lebih
dari 35 tahun tergolong usia yang terlalu tua untuk melahirkan
khususnya pada ibu primi (tua) dan berisko tinggi mengalami KPD
(David et al, 1997; Afrianti, 2012).
Beberapa resiko yang bisa terjadi pada kehamilan di usia
kurang dari 20 tahun adalah kecenderungan naiknya tekanan darah,
pertumbuhan janin terhambat dan secara mental juga belum siap.
Hal ini menyebabkan kesadaran untuk memeriksakan diri dan
kandungannya menjadi rendah. Berbeda dengan wanita usia 20 – 30
tahun yang dianggap ideal untuk menjalani kehamilan dan
persalinan. Di rentang usia ini kondisi fisik wanita dalam keadaan
prima. Rahim sudah mampu memberi perlindungan atau kondisi
yang maksimal untuk kehamilan. Umumnya secara mental juga
sudah siap, yang dampak pada perilaku merawat dan menjaga
kehamilan secara hati-hati (Caughey et al, 2008).
3) Faktor perkerjaan
Wanita yang hamil yang kelelahan akibat perkerjaan yang
berat bisa menyebabkan selaput ketuban pecah dan robek. Menurut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
satu laporan, insiden KPD pada wanita hamil yang tidak berkerja
adalah lebih rendah dibandingkan wanita hamil yang berkerja. Gaya
hidup yang tidak sehat seperti merokok juga dikatakan sebagai
faktor predisposisi terjadinya KPD (Morgan dan Hamilton, 2009).
c. Mekanisme ketuban pecah dini
Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses
biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstra selular amnion,
korion, dan apoptosis membran janin. Membran janin dan desidua
bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput
ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin,
sitokinin, dan protein hormon yang merangsang aktivitas “matrix
degrading enzyme” (Prawirohardjo, 2008).
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada
trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan
selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus,
kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi
perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya selaput ketuban
pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis (Prawirohardjo, 2008).
Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen
menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput
ketuban pecah. Faktor risiko untuk terjadinya ketuban pecah dini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
adalah berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen,
kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan
struktur abnormal karena antara lain merokok. Degradasi kolagen
dimediasi oleh (Matriks Metalloproteinase) (MMP) yang dihambat
oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease (Prawirohardjo,
2008).
Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan
(Tissue inhibitor of Metalloproteinase – 1) TIMP-1 mengarah pada
degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran janin.
Aktifitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan.
Pada penyakit periodonitis di mana terdapat peningkatan MMP,
cenderung terjadi ketuban pecah dini (Prawirohardjo, 2008).
d. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD
(Ketuban Pecah Dini) adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau
amoniak, mungkin cairan tersebut masih mengalir, dengan ciri pucat
dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering
karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila dalam posisi
duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
(Nugroho, 2012).
e. Diagnosis
Tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanya cairan
ketuban (cairan berbau khas) di vagina. Jika tidak ada dapat dicoba
dengan menggerakkan sedikit bagian terbawah janin atau meminta
pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat
dilakukan dengan tes lakmus (Nitrazin test) merah menjadi biru
(Oxorn dan Wiliam, 2010). Tentukan usia kehamilan, bila perlu
dengan pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda –
tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38°C serta air ketuban
keruh dan berbau. Pemeriksaan pH vagina perempuan hamil sekitar
4,5-6,0 dengan kertas nitrazin tidak berubah warna; bila ada cairan
ketuban pHnya sekitar 7,1-7,3 (Cuningham, 2013). Pemeriksaan
mikroskopik dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering akan menunjukan gambaran daun pakis (Nugroho,
2012).
f. Komplikasi ketuban pecah Dini
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung
pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
persalinan prematur (dapat terjadi sindrom distress pernapasan pada
bayi baru lahir), korionamnionitis (Nugroho, 2012), hipoplasia, sepsis,
deformitas janin, meningkatan insiden seksio sesarea, atau gagalnya
persalinan normal (Errol, 2010).
g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk ketuban pecah dini meliputi; memastikan
diagnosis, menentukan umur kehamilan, mengevaluasi ada tidaknya
infeksi maternal ataupun infeksi janin, melihat apakah dalam keadaan
inpartu, terdapat kegawatan janin.
1) Konservatif
Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4x500mg
atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin dan metronidazol 2 x
500 mg selama 7 hari). Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu,
dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban
tidak keluar lagi. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum
inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif beri deksametason,
observasi tanda – tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi
pada kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu,
ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda – tanda