KOMPENSASI DAN INSENTIF MAKALAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia Oleh: RISMA DEWI LESTARI (14101063) DIAH WIDIASTUTY (14101092) EKA AFRIANA (14101016) RASUL (14101131) Dosen Pengajar: R. Abumanshur M., MPM PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KOMPENSASI DAN INSENTIF
MAKALAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Sumber Daya Manusia
Oleh:
RISMA DEWI LESTARI (14101063)
DIAH WIDIASTUTY (14101092)
EKA AFRIANA (14101016)
RASUL (14101131)
Dosen Pengajar: R. Abumanshur M., MPM
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK RAJA HAJI
TANJUNG PINANG
2016
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia yang akan
membahas mengenai Stress dan Konflik kerja
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak menghadapi kesulitan dan
hambatan tetapi berkat dorongan dan dukungan dari rekan-rekan oleh karena itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis sehingga penulisan makalah ini dapat di selesaikan.
Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis khusus nya dan
para pembaca umumnya.Namun walaupun makalah ini selesai tentulah masih
banyak kekurangan hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan yang penulis
miliki , oleh karena itu kritik dan saran yang mengarah kepada perbaikan isi
makalah ini sangat penulis harapkan.
Tanjungpinang, 3 Desember 2016
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................4
a. Definisi mengenai konflik..................................................................4
b. Pandangan tentang konflik.................................................................5
1. Proses konflik...............................................................................5
c. Klasifikasi konflik..............................................................................7
b. Making contractual norm (norm of reciprocity,norm of equity):
dalam negosiasi harus dibuat standar dasar dalam
menyelesaikan kesulitan untuk mencapai kesepakatan.
Misalnya, dalam suatu negosiasi antara pengusaha dan majikan
mengenai gaji, standar yang dibuat adalah besar gaji yang
dibayarkan oleh pengusaha yang sama, kemampuan bayar dari
perusahaan dan biaya hidup.
c. Negosiasi membutuhkan waktu yaitu dimulai dengan
mempertukarkan informasi, kemudain proses negosiasi dan
25
pengambilan keputusan. Mempercepat persetujuan dapat
mengakibatkan pertentangan yang lebih besar.
d. Dalam negosiasi, masing-masing pihak menghadapi goal
dilemma (dilemma tujuan).
Langkah-langkah problem-solving negotiation
Dengan tanpa mengabaikan pentingnya win-lost negotiation,
problem solving negotiation merupakan sebuah penanganan
konflik yang paling baik.Pendekatan ini merupakan upaya untuk
memecahkan konflik yang mampu memaksimalkan dan
menghasilkan keuntungan bersama dan menjamin keberadaan
hubungan jangka panjang serta menghindari terjadinya konflik
yang sama pada masa yang akan datang.
1. Menjelaskan apa yang menjadi keinginan bersama
Langkah pertama adalah menjelaskan secara spesifik dan
terbuka secara arif apa yang menjadi keinginan dan tujuan
pihak lain, misalnya dengan menyalahkan orang lain atau
mendiskreditkan orang lain. Hal yang serupa juga dilakukan
oleh pihak lain, yakni dengan meminta secara spesifik apa yang
menjadi keinginan pihak lain, kemudian menjelaskan dan
meyakinkan pihak lain bahwa perbedaan pendapat atau konflik
sebagai masalah bersama yang harus dipecahkan. Ketika situasi
konflik terjadi, seringkali masing-masing pihak secara
emosional langsung menyalahkan pihak lain atau menyatakan
pihak lain dengan penilaian tertentu, misalnya dengan
menyatakan anda tidak benar dan saya benar sehingga anda
harus begini atau begitu. Sebagai contoh konflik antara
pengusaha dan kelompok buruh.Pengusaha atau manajemen
mengatakan anda telah disusupi oleh pihak lain kemudian
buruh menyatakan anda telah mengeksploitasi kami.
2. Saling mempertukarkan alasan keinginan masing-masing.
26
Setelah masing-masing menjelaskan keingiannya, masing-
masing pihak diminta untuk menjelaskan alasan
keinginannya.hal ini dapat dilakukan dengan menyatakan apa
alasan atau latar belakang keinginan dan mendengarkan alasan
keinginan masing-masing pihak secara baik, serta memperjelas
dan mengidentifikasi perbedaan dan persamaan.sesuau yang
tidak boleh dilupakan adalah pernyataan tujuan atau maksud
dilakukannya negosiasi adalah untuk mencapai kesepakatan
yang dapat memuaskan kedua belah pihak.Kegiatan ini perlu
dilakukan secara melakukan kerjasama dan usaha yang terus-
menerus sehingga tercapai kesepakatan. Dengan cara ini
diharapkan masing-masing pihak tidak defense serta
mempunyai keinginan untuk mempertimbangkan tuntutan
secara terbuka untuk melihat siapa yang benar dan salah.
3. Memahami cara pandang pihak lain.
Suatu hal yang perlu dipahami bahwa setiap orang memiliki
perspektif yang unik yang berbeda dengan perspektif orang
lain: perspektif seseorang menentukan bagaimana seseorang
memilih serta mengorganisasi apa yang dimaksudkan dan
dialami; setiap orang memiliki perbedaan perspektif pada
waktu yang berbeda, pesan yang sama dapat mengartikan dua
hal yang berbeda dari dua perspektif yang berbeda;salah
pengertian sering terjadi sebab kita mengasumsikan setiap
orang melihat dari perspektif masing-masing.
Pemahaman terhadap perspektif pihak lain secara tepat
merupakan satu aspek yang paling sulit dalam penyelesaian
konflik. Pemahaman perspektif merupakan aspek penting
dalam penyelesaian konflik dengan alasan: (a) memerhatikan
perspektif orang lain akan memperbaiki komunikasi (b)
mengurangi kesalingtidakpengertian dan distorsi dapat
dilakukan dengan mengusahakan pesan diulangi (c)
27
memperhatikan perspektif orang lain akan membantu
pengembangan pemecahan masalah bersama secara kreatif dan
baik (d) memerhatikan perspektif orang lain cenderung
memperbaiki hubungan dengan orang lain (e) cara yang terbaik
untuk dapat memahami perspektif orang lain adalah dengn cara
introspeksi yaitu dengan cara memikirkan andaikan peran yang
dimainkan oranglain itu ada pada diri kita atu dengan cara
memposisikan diri kita pada orang lain.
4. Mengidentifikasi alternatif yang menguntungkan bersama
Mengembangkan atau menciptakan beberapa alternatif
pemecahan secara bersama-sama dengan ,eihat berbagai
keuntungan dan kerugian yang diterima oleh masing-masing
pihak dan kemudian mencari pemecahan yang paling
menguntungkan masing-masing pihak.
5. Mencari kesepakatan yang terbaik
Pemerolehan kesepakatan yang terbaik merupakan proses
pencarian alternatif pemecahan yang diharapkan paling
menguntungkan dan dianggap adil/fair oleh masing-masing
pihak yang terlibat dalam konflik. Pemerolehan kesepakatan
yang terbaik harus didasarkan pada prinsip-prinsip dan kriteria-
kriteria yang objektif, peningkatan kemampuan bekerja sama
dan peningkatan kemampuan memecahkan masalah secara
konstruktif apabila terjadi konflik pada masa mendatang.
Penyelesaian konflik dengan menguntungkan dan berarti apabila
dapat memenuhi kebutuhan yang dapat diterima dari masing-masing
pihak berkonflik.Penyelesaian konflik dianggap adil oleh masing-masing
pihak apabila dilakukan berdasarkan kriteria yang objektif yakni masing-
masing pihak memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan
keuntungan, mengetahui keuntungan dan kerugian yang mungkin
28
didapat dan mencari keseimbangan yang didasarkan pada kepentingan
yang lebih besar, atau dilakukan melalui pengujian secara ilmiah.
H. Definisi mengenai Stress
Terdapat beberapa pengertian mengenai stress yang dikemukakan para
ahli. Diantaranya yaitu :
a. Menurut Keith Davis (Badeni,2013:62) mengartikan stress adalah
kondisi ketegangan emosi pada diri seseorang yang berproses baik
pada pikiran/mental maupun fisik.
b. Menurut Stephen P. Robbin (Badeni,2013:62) mendefinisikan stress
sebagai suatu kondisi dinamik yang didalamnya seorang individu
dihadapkan dengan suatu peluang, kendala, atau tuntutan yang
berkaitan dengan yang ia inginkan dan hasilnya dipersepsikan sebagai
yang tidak pasti dan penting.
Dari kedua pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa stress
adalah ketegangan atau tekanan emosional yang dialami seseorang
yang sedang menghadapi tuntutan yang sangat besar atau kesempatan
melakukan sebuah kegiatan penting, yang dalam pemenuhannya
terdapat hambatan-hambatan dan ketidakpastian yang dapat
mempengaruhi emosi, pikiran dan kondisi fisik seseorang.
Stress sering dikonotasikan buruk, sehingga umunya dibahas dalam
konteks negative, padahal tidak selamanya stress itu buruk. Stress juga
memiliki nilai positif. Stress merupakan peluang bila stress itu
memberikan kesempatan perolehan yang potensial.Seperti, seorang
peneliti dihadapkan lomba karya ilmiah hasil penelitian. Dalam
menghadapi lomba ia mungkin sekali merasakan stress yang tinggi
namun stress ia miliki justru mampu mengaktualisasikan potensi yang
dimiliki untuk berkinerja secara prima sehingga mampu menghasilkan
temuan-temuan yang tidak diduga selama ini. Ini seperti sering kali
memanfatkan stress secara positif untuk meningkat ke kesempatan dan
29
berkinerja secara maksimum sehingga mampu mengaktualisasikan
potensi yang dimiliki menjadi kenyataan.
I. Sumber-sumber stress Potensial
Sumber potensial stress atau disebut juga dengan stressor adalah
situasi atau kejadian yang dapat menimbulkan stress. Marihot Tua Efendi
Harianja (Badeni,2013:64) mengemukakan bahwa stress pada dasarnya
dapat bersumber dari pekerjaan dan lingkungan kerja serta dapat juga
bersumber dari luar pekerjaan. Stressor yang bersumber dari pekerjaan
misalnya adalah beban pekerjaan yang terlalu besar atau kecil, konflik
peran ketidakjelasan peran, wewenang yang tidak sesuai dengan
pelaksanaan tanggungjawab , lingkungan kerja yang tidak menyenangkan,
atasan yang tidak menyenangkan, rekan sekerja yang tidak membantu, dan
lain-lain. Sementra Stephen P.Robin (Badeni 2013:64) mengatakan bahwa
stress dapat bersumber dari faktor lingkungan, faktor organisasi dan faktor
individu. Lebih lengkapnya dapat kita telaah pada gambar berikut :
Sumber Marihot Tua Efendi Harjanja (2006): perilaku organisasi
(memahami dan mengelola perilaku dalam organisasi.
30
STRESSOR
1. Pekerjaan dan Lingkungan Kerjaa. Beban Kerjab. Konflik peranc. Wewenang yang tidak seimbangd. Ketidakjelasan tugase. Lingkungan kerja yang burukf. Atasan yang tidak menyenangkang. Rekan kerja yang tidak
menyenangkan2. Lingkungan
a. Kematian suami atau istrib. Perceraianc. Kenakalan Anak-anak
STRES
Sumber Potensial
Sumber : Stephen P.Robin,1996.
31
Faktor Lingkungan
Ketidakpastian ekonomi
Ketidakpastian politik
Ketidakpastian teknologi
Faktor Organisasi
Faktor tugas Faktor sarana Tuntutan antar
personal Struktur organisasi Kepemimpinan
organisasi Tahap
perkembangan organisasi
Faktor Individu
Masalah keluarga Masalah ekonomi Kepribadian
Perbedaan Individu
Persepsi Pengalaman kerja Dukungan sosial Percaya terhadap
letak pengawasan permusuhan
Pengalaman Stres
Gejala Fisiologis
sakit kepala tekanan darah
tinggi sakit hati
Gejala psikolgis
Gelisah Depresi Penurunan
kepuasan kerja
Gejala Perilaku
Produktivitas Tidak hadir perpindahan
J. Faktor yang mempengaruhi tingkat stress
Sejumlah faktor mempengaruhi perbedaan tingkat stress antara orang yang
satu dengan orang yang lain ketika menghadapi stressor yang sama adalah
perbedaan individual dalam hal:
1. Persepsi
Sebagaimana kita bahas persepsi merupakan suatu proses yang
ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-
kesan indera mereka untuk memberi makna terhadap lingkungannya.
Ini berarti bahwa pemaknaan terhadap kesan-kesan indra atas
lingkungannya bersifat individual. Individu yang mempersepsikan
kesan indera atas lingkungannya secara positif ia akan cenderung
kurang stress dibandingkan dengan mereka yang mempersepsikan
secara negative terhadap lingkungannya.
2. Kemampuan memprediksi peristiwa yang menyebabkan stress
Situasi yang akan kita hadapi pada masa mendatang dapat
menimbulkan stress. Misalnya, seseorang akan memberikan pidato
dalam sebuah pertemuan penting. Ini semua akan menimbulkan stress
karena adanya tuntutan yang menimbulkan ketidakpastian dalam
melakukannya. Apabila ia mampu memprediksi apa yang akan terjadi
besok, ia akan mampu mengurangi stress, karena ia dapat
mempersiapkan diri untuk menjadi lebih sebelum aktivitas itu
dilakukan. Sebaliknya, kalau ia tidak memiliki gambaran situasi seperti
apa yang akan dilakukan besok, kemungkinan stress akan tinggi.
3. Pengalaman menghadapi peristiwa yang menyebabkan stress
Seseorang yang telah berpengalaman dalam menghadapi sebuah
peristiwa, akan mengakibatkan ia memahami apa yang akan dilakukan
untuk menghadapi situasi yang penuh tekanan mungkin tidak
mengalami stress yang berbeda dengan orang yang belum mempunyai
pengalaman. Misalnya, seseorang yang sudah biasa menjadi pembicara
dalam sebuah seminar, biasa berpidato dan biasa bekerja keras, ketika
diminta untuk berbicara dalam seminar , ketika tiba-tiba diminta
32
berpidato, atau mengerjakan pekerjaan berat, tingkat stress yang
dialami tidak tinggi.
4. Kemampuan yang dimiliki
Kemampuan yang dimiliki seseorang jelas akan berhubungan dengan
tingkat stress yang dialami ketika berhadapan dengan situasi yang
menimbulkan stress. Orang yang memiliki kemampuan yang lebih
baik memiliki tingkat stress yang lebih rendah dalam mengahadapi
situasi yang penuh stress dibandingkan mereka yang kemampuannya
lebih rendah.
5. Dukungan sosial
Bukti menunjukkan bahwa dukungan sosial, yaitu hubungan kolegial
atau atasan, dapat mengurangi stress.Seseorang yang bekerja dalam
suatu lembaga memiliki dukungan para kolegianya dan merasa
nyaman bekerja, dan ia akan berkurang tingkat stresnya.
6. Jenis kepribadian
Para ahli mengemukakan bahwa beberapa jenis kepribadian tertentu
cenderung mengalami stress yang lebih tinggi bila menghadapi situasi
yang menyebabkan stress. Orang yang memiliki kepribadian internal
locus of control diprediksi lebih rendah tingkat stresnya ketika
menghadapi situasi yang penuh stress dibandingkan orang yang
memiliki kepribadian external locus of control. Ini didasarkan pada
pemikiran bahwa mereka dengan tempat pengendalian dari dalam
yakni bahwa mereka dapat mengendalikan situasi, sedangkan dengan
tempat pengendalian dari luar bahwa mereka tidak dapat
mengendalikan situasi.Demikian pada seseorang yang memiliki
kepribadian kategori A cenderung mengalami stress yang lebih tinggi
dibandingakn yang kepribadian B ketika mengahadapi situasi yang
penuh stress. Nalarnya bahwa orang dengan kepribadian jenis A
menginginkan semuanya sempurna ideal dibandingkan jenis
kepribadian B yang lebih aktual.keinginan semuanya harus sempurna
33
inilah yang menyebabkan apabila belum tercapainya keingiann dirinya
stress.
7. Permusuhan
Ada seseorang yang mudah terjadi mengalami kemarahan dan
permusuhan yang tinggi.Orang-orang jenis ini secara kronis
mencurigai dan tidak mempercayai orang lain.Kondisi kepribadian
yang demikian ini sangat mudah terkena stress.
K. Gejala Stres
Stress bisa muncul dalam berbagai gejala. Sebagai contoh seseorang yang
mengalami stress yang tinggi dapat menderita tekanan darah tinggi, lekas
marah, sulit membuat keputusan, hilang selera makan. Gejala ini dapat
digolongkan menjadi 3 kategori (Stephen P.Robbin,1996).Gejala
fisiologis, psikologis dan perilaku.
1. Gejala fisik: orang yang terkena stress cenderung mengalai perubahan-
perubahan yang terjadi pada metabolism organ tubuh seperti denyut
jantung yang meningkat, tekanan darah yang meningkat,pernafasan,
sakit kepala, sakit perut yang dapat kita alami dan harus diwaspadai
serta serangan jantung
2. Gejala psikologis: yaitu perubahan-perubahan sikap yang terjadi
seperti ketegangan, kegelisahan, ketidaktenangan ,ketidakpuasan,
kebosanan, cepat marah.dan suka menunda-nunda pekerjaan.
3. Gejala keperilakuan, yaitu perubahan-perubahan atau situasi ketika
produktivitas seseorang menurun, absensi meningkat,kebiasaan makan
berubah, merokok bertambah, banyak minum-minuman keras,
berbicara tidak tenang dan gangguan tidur.
L. Hubungan stress dengan prestasi kerja
Stres sebagai sebuah keadaan yang dapat dialami setiap orang, dalam
hubungannya dengan pekerjaan dapat dalam keadaan tinggi atau rendah
serta dapat berpengaruh pada berbagai macam faktor.Salah satunya dapat
berpengaruh pada prestasi kerja seperti digambarkan pada gambar
dibawah.Stress dapat menurunkan prestasi amupun meningkatkan prestasi
34
kerja.Hal sangat bergantung seberapa tingkat stress yang dimiliki.Pada
gambar dibawah ini kita bisa lihat antara hubungan tingkat stress dan
prestasi kerja. Ketika tidak ada stress, tantangan berkinerja tidak ada,