Laporan Kerja Praktek PTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang BAB IV PROSES PRODUKSI Pabrik gula Tjoekir menghasilkan produk utama gula kristal putih I (GKP I) dengan kualitas IA dan hasil sampingnya adalah ampas, tetes dan blotong. Proses pemurniannya menggunakan belerang dan kapur untuk pemisahan dari nira jernihnya. Faktor utama yang menentukan mutu hasil produksi adalah pada bahan dasar. Dalam hal ini tergantung pada bahan baku dan bahan- bahan pembantu. IV.1 Pengadaan Bahan Baku Bahan baku PG. Tjoekir yang digunakan adalah tebu yang berasal dari petani. Untuk memenuhi kebutuhan pabrik, tebu didatangkan dari tiga sumber, yaitu tebu rakyat, tebu pabrik dan tebu dari luar. Untuk menjaga kuantitas produksi maka selalu diadakan penyuluhan, kebun-kebun percobaan untuk tebu giling dan perluasan penyediaan bibit sehingga kebutuhan tercukupi. Semua kegiatan ini dilakukan oleh Kecamatan setempat. Ada 8 Kecamatan yang menangani tebu dari rakyat, yaitu Gudo, Diwek, Jogoroto, Mojoagung, Mojowarno, Wonosalam, Ngono, dan Gareng. IV.2 Stasiun Penimbangan IV. 1 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
BAB IV
PROSES PRODUKSI
Pabrik gula Tjoekir menghasilkan produk utama gula kristal putih I (GKP
I) dengan kualitas IA dan hasil sampingnya adalah ampas, tetes dan blotong.
Proses pemurniannya menggunakan belerang dan kapur untuk pemisahan dari nira
jernihnya. Faktor utama yang menentukan mutu hasil produksi adalah pada bahan
dasar. Dalam hal ini tergantung pada bahan baku dan bahan-bahan pembantu.
IV.1 Pengadaan Bahan Baku
Bahan baku PG. Tjoekir yang digunakan adalah tebu yang berasal dari
petani. Untuk memenuhi kebutuhan pabrik, tebu didatangkan dari tiga sumber,
yaitu tebu rakyat, tebu pabrik dan tebu dari luar. Untuk menjaga kuantitas
produksi maka selalu diadakan penyuluhan, kebun-kebun percobaan untuk tebu
giling dan perluasan penyediaan bibit sehingga kebutuhan tercukupi. Semua
kegiatan ini dilakukan oleh Kecamatan setempat. Ada 8 Kecamatan yang
menangani tebu dari rakyat, yaitu Gudo, Diwek, Jogoroto, Mojoagung,
Mojowarno, Wonosalam, Ngono, dan Gareng.
IV.2 Stasiun Penimbangan
Stasiun penimbangan berfungsi untuk mengetahui banyaknya tebu yang
akan diproses atau digiling di unit ekstraksi. Tebu dari kebun diangkut
menggunakan truk dan lori. Tebu yang masuk melalui proses seleksi mutu di
Emplacement untuk menunggu giliran penimbangan sebelum digiling. Sebelum
dimasukkan ke stasiun penimbangan dilakukan analisa untuk mengetahui brix dan
pH tebu. Nilai brix tebu yang diinginkan minimal 15 dengan pH 5.
Tebu yang diangkut dengan truk ditimbang pada DCS (Digital Crane
Scale). Hasil timbangan yang diperoleh adalah bruto, tara, dan netto. Pada
timbangan, yang ditimbang adalah berat lori dan tebu, sedang pada timbangan tara
yang ditimbang adalah berat lori sebesar 6 ku. Sehingga berat tebu merupakan
IV. 1 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
hasil pengurangan berat bruto dengan berat tara. Jadi, netto didapat dari bruto
dikurangi tara.
Alat timbang yang digunakan di PG. Tjoekir ada 3 macam :
1. Jembatan Timbang
Berfungsi untuk menimbang tebu yang berada dalam lori / truk dengan cara
menimbang berat truk beserta tebunya (bruto), karena berat lori / truk
diketahui maka berat tebu (netto) dapat diketahui.
2. Jembatan Timbang Elektronik
Sama dengan jembatan timbangan cepat hanya saja menggunakan sistem
digital.
3. Digital Crane Scale
Digunakan untuk menimbang tebu yang ada dalam truk tanpa menimbang
truknya. Alat ini letaknya berdekatan dengan stasiun gilingan.
Setelah tebu ditimbang, tebu siap dikirim ke stasiun gilingan untuk
diproses lebih lanjut. Sistem penggilingan yang dilakukan di PG. Tjoekir adalah
sistem FIFO (First In First Out), artinya tebu yang masuk lebih dulu akan digiling
lebih dulu pula. Hal ini untuk menghindari penimbangan tebu yang terlalu lama,
karena dapat menyebabkan penurunan kadar selulosa dan kerusakan tebu akibat
sinar matahari maupun mikroorganisme atau bakteri.
Pengangkutan tebu ke emplacement pabrik dilakukan oleh :
1. Lori
Lori digunakan apabila daerah penghasil tebu mempunyai rel yang
dapat dilalui lori. Pada tiap-tiap lori terdapat nomor lori dan berat lori. Dari
penimbangan diperoleh berat bruto.
2. Truk
Truk digunakan untuk daerah penghasil tebu yang tidak dilalui oleh
lori. Truk dan tebu ditimbang pada timbangan bruto kemudian dilakukan
amper, yaitu pemindahan tebu dari truk ke lori. Pada penimbangan ini
(penimbangan 1) tiap sopir menyerahkan surat perintah tebang angkut
(SPTA). Setelah tebu dipindahkan, truk menuju ke timbangan tara (timbangan
2) untuk mengetahui berat truk.
IV. 2 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
Sebelum dimasukkan ke stasiun penggilingan dilakukan analisa
rendemen kebun di laboratorium analisa pendahuluan. Untuk tebu rakyat dan
tebu pabrik dilakukan analisa pada saat tebu ditebang, sedangkan untuk tebu
luar dilakukan analisa untuk tiap truk.
Gambar 4.1 : Halaman Pabrik (Emplasement)
IV. 3 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
IV.3 Proses Produksi
Dalam pelaksanaan proses produksi gula di pabrik, mulai dari bahan baku
tebu sampai menjadi gula dilakukan proses yang berurutan, yaitu :
1. Unit Penggilingan
2. Unit Pemurnian
3. Unit Penguapan
4. Unit Kristalisasi
5. Unit Putaran
6. Unit Penyelesaian
IV. 4 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
Gambar 4.2 Blok Diagram Sederhana Proses Pengolahan Gula
IV. 5 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
IV.3.1 Unit Penggilingan / Ekstraksi
Unit ekstraksi merupakan awal proses untuk membuat gula yang
didapatkan dari nira (sari tebu). Proses ekstraksi bertujuan untuk mengambil nira
yang ada di dalam tebu sebanyak mungkin dengan cara yang efektif, efisien, dan
ekonomis. Proses yang terjadi adalah untuk memperoleh nira mentah dari tebu,
memisahkan gula dari ampasnya dan sekaligus menimbang hasil nira mentah
sebelum masuk unit pemurnian.
Pada unit ini diharapkan menghasilkan nira mentah yang maksimum dan
ampas yang mengandung gula seminimal mungkin. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil pemerahan gula di unit penggilingan, antara lain :
a. kualitas tebu meliputi jenis tebu, kadar sabut, umur tebu, kandungan kotoran
tebu, kadar gula atau pol tebu
b. persiapan tebu sebelum masuk gilingan yaitu tipe atau jenis pencacahan awal
c. air imbibisi
d. derajat kompresi terhadap ampas
e. jumlah roll gilingan, susunan gilingan, putaran rol, bentuk alur rol, setelan