8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
1/134
I. REFRAKSI DAN LENSA KONTAK
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
2/134
MIOPIA
PENGERTIAN
Kelainan refraksi di mana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat
(tanpa akomodasi) akan dibias membentuk bayangan di depan retina
Patofisiologi
1. Myopia aksial karena sumbu aksial mata lebih panjang dari normal
2. Myopia kurvatura karena kurvatura kornea atau lensa lebih kuar dari normal
3.
Myopia indeks karena indeks bias mata lebih tinggi dari normal
Pembagian
Berdasarkan besar kelainan refraksi, dibagi :
1. Myopia ringan : ∫ -0.25 s/d ∫ -3.002. Myopia sedang : ∫ -3.25 s/d ∫ -6.003. Myopia berat : ∫ -6.25 atau lebih
Berdasarkan perjalanan klinis, dibagi :
1. Myopia simpleks : dimulai pada usia 7-9 tahun dan akan bertambah sampai
berhenti tumbuh + usia 20 tahun
2. Myopia progresif : myopia bertambah secara cepat (+ 4.0 D / tahun) dan sering
disertai perubahan vitreo-retinal
ANAMNESIS
1. Gejala utamanya kabur melihat jauh
2.
Sakit kepala (jarang)3. Cenderung memicingkan mata bila melihat jauh
4. Suka membaca
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Tonometri
3. Slitlamp biomikroskopi
4.
Funduskopi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Auto Refrakto-keratometri (ARK)2.
Streak Retinoskopi
KRITERIA DIAGNOSIS
Refraksi subyektif
Metoda “Trial and Error”
- Jarak pemeriksaan 6 meter / 5 meter / 20 feet
- Digunakan kartu snellen yang diletakkan setinggi mata penderita
- Mata diperiksa satu persatu
- Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata
- Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis negative
Refraksi obyektif
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
3/134
Retinoskopi : dengan lensa kerja ∫ +2.00, pemeriksa mengamati refleksi fundus yang bergerak berlawanan dengan arah gerakan retinoskop (against movement)
kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negative sampai tercapai netralisasiAutorefraktometer
PENATALAKSANAAN
1.
Kacamata
Koreksi dengan lensa sferis negative terlemah yang menghasilkan tajam
penglihatan terbaik
2. Lensa kontak
Untuk : anisometropia
myopia tinggi
3. Rujul pto Bedah refraktif
a. Bedah refraktif kornea : tindakan untuk merubah kurvatura permukaan
anterior kornea (Excimer laser, operasi Lasik)
b.
Bedah refraktif lensa : tindakan ekstraksi lensa jernih, biasanya diikuti denganimplantasi lensa intraokuler (Refractive Lens Exchange)
KOMPLIKASI
1. Ablasio retina terutama pada myopia tinggi
2. Strabismus
a.
Esotropia bila myopia cukup tinggi bilateral
b. Exotropia pada myopia dengan anisometropia
3.
Ambliopia terutama pada myopia dan anisometropia
EDUKASI
1. Kelainan ini merupakan bawaan dan biasanya akan betambah sesuai dengan
pertambahan usia. Penambahan akan berhenti bila masa pertumbuhan berhenti
(usia 18 – 20 tahun).
2. Miopia tidak bisa dikurangi dengan pemberian obat dan vitamin.
3. Pemakaian kacamata hanya untuk alat bantu / koreksi, tidak untuk mengurangi
ukuran myopia.
4. Beberapa usaha yang bisa dilakukan untuk menghambat progresivitas myopia
antara lain adalah mengurangi akomodasi dengan cara melepas kaca mata
minusnya saat melakukan aktivitas penglihatan dekat, dan menambah aktivitas
yang menggunakan penglihatan jauh.
KEPUSTAKAAN
1.
Basic and Clinical Science Course, Optics, Refraction and Contract Lenses,
Section 3, American Academy of Ophthalmology, 2009.
2.
Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr.
Soetomo Surabaya, 2006
3. Abrams D : Duke Elder’s Practice of Refraction, 9th
ed, Churchill Livingstone,
Edinburgh-London-New York, 1978, pp. 44-51
4. Philips CI : Basic Clinical Ophthalmology, Churchill Livingstone, Edinburgh,
1984, pp. 40-42
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
4/134
5. Sloane AE : Manual of Refraction, 3rd
ed, Little, Brown and Company, Boston,
1979, pp. 39-47
6. Vaughn D et all : General Ophthalmology, 15th
ed, Appleton & Lange, A Simon
& Schuster Company, 1999, pp. 365-366
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
5/134
HIPERMETROPIA
PENGERTIAN
Kelainan refraksi di mana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat
(tanpa akomodasi) akan dibiaskan membentuk bayangan di belakang retina
Patofisiologi
1. Hipermetropia aksial karena sumbu aksial mata lebih pendek dari normal
2. Hipermetropia kurvatura karena kurvatura kornea atau lensa lebih lemah dari
normal
3. Hipermetropia indeks karena indeks bias mata lebih rendah dari normal
Pembagian
Berdasarkan besar kelainan refraksi, dibagi :
1. Hipermetropia ringan : ∫ + 0.25 s/d ∫ + 3.002. Hipermetropia sedang : ∫ + 3.25 s/d ∫ + 6.003.
Hipermetropia berat : ∫ + 6.25 atau lebih
Berdasarkan kemampuan akomodasi, dibagi :
1. Hipermetropia latent : kelainan hipermetropik yang dapat dikoreksi dengan tonus
otot siliaris secara fisiologis, di mana akomodasi masih aktif
2.
Hipermetropia manifest, dibagi :
- Hipermetropia manifest fakultatif : kelainan hipermetropik yang dapat
dikoreksi dengan akomodasi sekuatnya atau dengan lensa sferis positif
- Hipermetropia manifest absolute : kelainan hipermetropik yang tidak dapat
dikoreksi dengan akomodasi sekuatnya
3.
Hipermetropia total :Jumlah dari hipermetropia latent dan manifest
ANAMNESIS
1. Penglihatan jauh kabur, terutama pada hipermetropia 3 D atau lebih,
hipermetropia pada orang tua di mana amplitude akomodasi menurun
2. Penglihatan dekat kabur lebih awal, terutama bila lelah, bahan cetakan kurang
terang atau penerangan kurang
3. Sakit kepala terutama daerah frontal dan makin kuat pada penggunaan mata yang
lama dan membaca dekat
4.
Penglihatan tidak enak (asthenopia akomodatif = eye strain) terutama bila melihat pada jarak yang tetap dan diperlukan penglihatan jelas pada jangka waktu yang
lama, misalnya menonton TV, dll
5.
Mata sensitive terhadap sinar
6. Spasme akomodasi yang dapat menimbulkan pseudomiopia
7. Perasaan mata juling karena akomodasi yang berlebihan akan diikuti konvergensi
yang berlebihan pula
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Tonometri
3.
Slitlamp biomikroskopi4. Funduskopi
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
6/134
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Auto Refrakto-Keratometri (ARK)
2. Streak Retinoskopi
KRITERIA DIAGNOSISRefraksi subyektif
Metoda “Trial and Error”
- Jarak pemeriksaan 6 meter / 5 meter / 20 feet dengan menggunakan kartu Snellen
yang diletakkan setinggi mata penderita
- Mata diperiksa satu persatu
-
Ditentukan visus/tajam penglihatan masing-masing mata
- Pada dewasa dan visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif
-
Pada anak-anak dan remaja dengan visus 6/6 dan keluhan asthenopia akomodativa
dilakukan tes sikloplegik, kemudian ditentukan koreksinya
Refraksi obyektif1. Retinoskop
Dengan lensa kerja ∫ + 2.00 pemeriksa mengamati refleksi fundus yang bergeraksearah gerakan retinoskop (with movement), kemudian dikoreksi dengan lensa
sferis positif sampai tercapai netralisasi
2. Autorefraktometer
PENATALAKSANAAN
1. Kacamata
Koreksi dengan lensa sferis positif terkuat yang menghasilkan tajam penglihatan
terbaik
2.
Lensa kontak terutama untuk Anisometropia dan Hipermetropia tinggi
3. Rukuk pro Bedah refraksi (LASIK)
Komplikasi
- Glaucoma sudut tertutup
- Esotropia pada hipermetropia > 2.0 D
- Ambliopia terutama pada hipermetropia dan anisotropia. Hipermetropia
merupakan penyebab tersering ambliopia pada anak dan bisa bilateral
EDUKASI
1. Kelainan ini merupakan bawaan dan biasanya akan betambah sesuai dengan
pertambahan usia. Penambahan akan berhenti bila masa pertumbuhan berhenti
(usia 18 – 20 tahun).
2. Hipermetropia tidak bisa dikurangi dengan pemberian obat dan vitamin.
3.
Pemakaian kacamata hanya untuk alat bantu / koreksi, tidak untuk mengurangi
ukuran hipermetropia.
4.
Koreksi optik sebaiknya digunakan agar mata lebih relax baik untuk penglihatan
jauh apalagi untuk penglihatan dekat.
KEPUSTAKAAN
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
7/134
1. Basic and Clinical Science Course, Optics, Refraction, and Contact lenses,
Section 3, The Foundation of The American Academy of Ophthalmology,
2009
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr.
Soetomo Surabaya, 2006
3.
Abrams D : Duke Elder’s Practice of Refraction, 9th
ed, Churchill Livingstone,Edinburgh-London-New York, 1978, pp. 37-41
4.
Philips CI : Basic Clinical Ophthalmology, Churchill Livingstone, Edinburgh,
1984, pp. 39-40
5.
Sloane AE : Manual of Refraction, 3rd ed, Little, Brown and Company, Boston,
1979, pp. 39-47
6.
Vaughn D et all : General Ophthalmology, 15 th ed, Appleton & Lange, A Simon
& Schuster Company, 1999, p. 366
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
8/134
ASTIGMATISM
PENGERTIAN
Kelainan refraksi di mana pembiasaan pada meridian yang berbeda tidak
sama. Dalam keadaan istirahat (tanpa akomoadasi) sinar sejajar yang masuk ke mata
difokuskan pada lebih dari satu titik
PATOFISIOLOGI
Penyebab tersering dari astigmatism adalah kelainan bentuk kornea. Pada
sebagian kecil dapat pula disebabkan kelainan lensa
PEMBAGIAN
1. Astigmatism regular
Pada bentuk ini selalu didapatkan dua meridian yang saling tegak lurus
Disebut Astigmatism with the rule bila meridian vertical mempunyai daya bias
terkuatnya
Bentuk ini lebih sering pada penderita mudaDisebut Astigmatism against the rule bila meridian horizontal mempunyai daya
bias terkuat. Bentuk ini lebih sering pada penderita yang lebih tua
Kelainan refraksi ini bisa dikoreksi dengan lensa silinder
2. Astigmatism ireguler
Pada bentuk ini didapatkan titik focus yang tidak beraturan. Penyebab tersering
adalah kelainan kornea seperti sikatriks kornea, keratokonus. Bisa juga
disebabkan kelainan lensa seperti katarak imatur
Kelainan refraksi ini tidak bisa dikoreksi dengan lensa silinder
ANAMNESIS
1.
Penglihatan buram
2. Head tilting
3. Menengok untuk melihat jelas
4. Memicingkan mata
5. Memegang bahan bacaan lebih dekat
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2.
Tonometri3. Slitlamp biomikroskopi
4. Funduskopi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. ARK
2.
Streak Retinoskopi
KRITERIA DIAGNOSIS
Refraksi subyektif
Metoda “Trial and Error”
-
Jarak pemeriksaan 6 meter / 5 meter / 20 feet dengan menggunakan kartu snellenyang diletakkan setinggi mata penderita
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
9/134
- Mata diperiksa satu persatu
- Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata
- Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa silinder negative atau positif dengan
aksis diputar 0o sampai 180o. Kadang-kadang perlu dikombinasi dengan lensa
sferis negative atau positif
Refraksi obyektif
1. Retinoskopi : dengan lensa ∫ + 2.00, pemeriksa mengamati refleksi fundus, bila berlawanan dengan gerakan retinoskop (against movement) dikoreksi dengan
lensa sferis negative, sedangkan bila searah dengan gerakan retinoskop (with
movement) dikoreksi dengan lensa sferis positif. Meridian yang netral lebih dulu
adalah komponen sferisnya. Meridian yang belum netral dikoreksi dengan lensa
silinder positif sampai tercapai netralisasi. Hasil akhirnya dilakukan transposisi.
2. Autorefraktometer
PENATALAKSANAAN1. Astigmatism regular, diberikan kacamata sesuai kelainan yang didapatkan, yaitu
dikoreksi dengan lensa silinder negative atau positif dengan atau tanpa kombinasi
lensa sferis
2. Astigmatism ireguler, bila ringan bisa dikoreksi dengan lensa kontak keras.
3. Rujuk Bedah refraksi
EDUKASI
1. Kelainan ini merupakan bawaan dan biasanya akan betambah sesuai dengan
pertambahan usia. Penambahan akan berhenti bila masa pertumbuhan berhenti
(usia 18 – 20 tahun).
2.
Astigmatism tidak bisa dikurangi dengan pemberian obat dan vitamin.
3. Pemakaian kacamata hanya untuk alat bantu / koreksi, tidak untuk mengurangi
ukuran astigmatism.
KEPUSTAKAAN
1. Basic and Clinical Science Course, Optics, Refraction, and Contact Lenses,
Section 3, American Academy of Ophthalmology, 2009
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr.
Soetomo Surabaya, 20063. Sloane AE : Manual of Refraction, 3rd
ed, Little, Brown and Company, Boston,
1979, pp. 49-59
4. Vaughn D et all : General Ophthalmology, 15 th ed, Appleton & Lange, A Simon
& Schuster Company, 1999, p. 366-367
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
10/134
PRESBIOPIA
PENGERTIAN
Makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin
meningkatnya umur
Patofisiologi
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi
mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan
kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur maka lensa
menjadi lebih keras (sclerosis) dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung,
dengan demikian kemampuan melihat dekat makin kurang.
ANAMNESIS
Pada awalnya akan kesulitan pada waktu membaca dekat huruf dengan cetakan kecil.Dalam upayanya untuk membaca lebih jelas maka penderita cenderung menegakkan
punggungnya atau menjauhkan obyek yang dibacanya sehingga mencapai titik
dekatnya dengan demikian obyek dapat dibaca lebih jelas
Presbiopia mulai timbul pada umur sekitar 40 tahun.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2.
Tonometri
3.
Slitlamp biomikroskopi
4.
Funduskopi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Auto Refrakto-Keratometri
KRITERIA DIAGNOSIS
1. Penderita terlebih dahulu dikoreksi penglihatannya jauhnya dengan metoda “trial
and error” hingga visus mencapai 6/6
2. Dengan menggunakan koreksi jauhnya kemudian secara binokuler ditambahkan
lensa sferis positif dan diperiksa dengan menggunakan kartu “Jaeger” pada jarak0,33 meter
PENATALAKSANAAN
Diberikan penambahan lensa sferis positif sesuai pedoman umur yaitu 40
tahun (umur rata-rata) diberikan tambahan sferis + 1.00 dan setiap 5 tahun diatasnya
ditambahkan lagi sferis + 0.50
Lensa sferis (+) yang ditambahkan dapat diberikan dalam berbagai cara :
1. Kacamata baca untuk melihat dekat saja
2. Kacamata bifocal untuk melihat jauh dan dekat
3.
Kacamata progressive di mana tidak ada batas bagian lensa untuk melihat jauhdan melihat dekat
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
11/134
Jika koreksi jauhnya tidak dapat mencapai 6/6 maka penambahan lensa sferis (+)
tidak terikat pada pedoman umur, tetapi boleh diberikan seberapapun sampai dapat
membaca dekat dengan nyaman.
EDUKASI
1.
Presbiopia akan selalu bertambah sesuai dengan usia, dengan ukuran maksimal
S+3.00 D (pada usia sekitar 60 tahun)
2.
Pemakaian kacamata bifocal memerlukan waktu adaptasi untuk awal pemakaian.
KEPUSTAKAAN
1. Basic and Clinical Science Course, Optics, Refraction, and Contact Lenses,
Section 3, American Academy of Ophthalmology, 2009
2. Abrams D : Duke Elder’s Practice of Refraction, 9th
ed, Churchill Livingstone,
Edinburgh-London-New York, 1978, pp. 65-673. Philips CI : Basic Clinical Ophthalmology, Churchill Livingstone, Edinburgh,
1984, pp. 39
4. Sloane AE : Manual of Refraction, 3rd
ed, Little, Brown and Company, Boston,
1979, pp. 127-137
5. Vaughn D et all : General Ophthalmology, 15th
ed, Appleton & Lange, A Simon
& Schuster Company, 1999, p. 365
6. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr.
Soetomo Surabaya, 2006
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
12/134
LENSA KONTAK
PENGERTIAN
Lensa yang langsung menempel pada kornea
JENIS LENSA KONTAK1. Lensa kontak keras / Polimetil metakrilat
2. Lensa kontak lunak / Hisdroksi etil metakrit
3. Lensa kontak rigit gas permeable, dengan transmisi oksigen yang tinggi
INDIKASI
1.
Indikasi optic
- Media refraksi tambahan
-
Koreksi anisometropia/ametropia
- Membantu memperbaiki tajam penglihatan
2. Indikasi medik
-
Alat Bantu oklusi strabismus / terapi ambliopia- Alat pelindung kornea
- Alat Bantu / bebat pada kerusakan epitel kornea berulang
- Alat diagnostic : funduskopi, gonioskopi
PEMERIKSAAN 1. Visus dan refraksi
2.
Tonometri
3. Pendahuluan dengan Slitlamp biomikroskopi :
-
Pemeriksaan segmen anterior bola mata
-
Pemeriksaan kualitas dan kuantitas air mata
4.
Khusus :
- Base curve (kelengkungan kornea sentral anterior) dengan keratometer
- Power dengan cara refraksi dan over refraksi
- Diameter
5. Funduskopi
EDUKASI
Perawatan dan pemeliharaan lensa kontak, meliputi:
1.
Pemakaian dan pelepasan2. Pencucian dan pembilasan
3. Disinfeksi
4. Pembersih protein dan pelumas
KEPUSTAKAAN 1. Basic and Clinical Science Course, Optics, Refraction, and Contact Lenses,
Section 3, American Academy of Ophthalmology, 2009, pp. 168-197
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr.
Soetomo Surabaya, 2006
3.
M. Ruben and M. Guillan : Contact Lens Practice, 1st
ed, Chapman & Hall 2-6Boundary Row, London, 1994, pp. 497-529
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
13/134
II. STRABISMUS
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
14/134
STRABISMUS
PENGERTIAN
Penyimpangan posisi bola mata yang terjadi oleh karena syarat-syarat penglihatan
binokuler yang normal tidak terpenuhi.
Syarat-syarat penglihatan binokuler normal :1. Faal masing-masing mata baik
2. Kerjasama dan faal masing-masing otot luar bola mata baik
3. Kemampuan fusi : normal
KRITERIA DIAGNOSIS
• Menurut manifestasinyaLatent (phoria)
Manifest (tropia) :
− Intermiten− Konstan
•
Menurut arah deviasinya (penyimpangan bola mata)1.
Strabismus vertikal :
Latent : Hipophoria, hiperphoria
Manifest : Hipotropia, Hipertropia
2. Strabismus horizontal :
a.
Esodeviasi : deviasi ke nasal
Latent : eophoria
Manifest : esotropia
b. Eksodeviasi : deviasi ke temporal
Latent : esophoria
Manifest : esotropia
PENATALAKSANAAN
1. Koreksi kelainan refraksi bila ada
2. Terapi ambliopia
3. Koreksi bedah dilakukan secepat mungkin setelah onset (tidak lama setelah onset)
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
15/134
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
16/134
III. PENYAKIT MATA LUAR
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
17/134
HORDEOLUM
PENGERTIAN
Suatu peradangan supuratif kelenjar Zeis, kelanjar Moll (hordeolum eksterternum) atau
kelenjar Meibom (hordeolum internum)
Etiologi
Infeksi :
- Stafilokokus
-
Moraxella
Patofisiologi
- Pembentukan nanah terdapat dalam lumen kelenjar
-
Bisa mengenai kelenjar Meibom, Zeis danmoll
- Apabila mengenai kelenjar Meibom, pembengkakan agak besar, disebut hordeolum
internum
-
Penonjolan pada hordeolum ini mengarah ke kulit kelopak mata atau ke arah konjungtiva.Kalau yang terkena kelenjar Zeis dan Moll; penonjolan ke arah kulit palpebra, disebut
hordeolum eksternum
ANAMNESIS
- Gejala subyektif dirasakan mengganjal pada kelopak mata rasa yang bertambah kalau
menunduk
-
Tampak suatu benjolan pada kelopak mata atas / bawah yang berwarna merah dan nyeri
bila ditekan
PEMERIKSAAN FISIK
1.
Visus dan refraksi
2. Inspeksi
3. Slitlamp biomikroskop
KRITERIA DIAGNOSIS
- Visus tidak menurun
- Secara umum gambaran ini sesuai dengan suatu abses kecil, tampak suatu benjolan pada
kelopak mata atas/bawah yang berwarna merah dan sakit bila ditekan di dekat pangkal
bulu mata
DIAGNOSIS BANDING
1. Kalasion
PENATALAKSANAAN
- Kompres hangat selama 10-15 menit, 3-4 kali sehari
-
Antibiotic :
o Topical
o Sistemik
- Analgesic bila disertai nyeri
- Bila tidak terjadi resorbsi dengan pengobatan konservatif, atau sudah fase abses,
dianjurkan insisi dan drainage
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
18/134
Penyulit
Suatu hordeolum yang besat dapat menimbulkan abses palpebra dan selulitis palpebra
EDUKASI
Perbaikan hygiene dapat mencegah terjadinya infeksi kembali
KEPUSTAKAAN
1.
American Academy of Ophthalmology, Basic and Clinical Science, Course section 7
External Disease and Corneal, 2009
2.
Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr. Soetomo
Surabaya, 2006
3.
Miller J.H : Parson’s disease of the eye, 18th ed, Churchill Livingstone, 1990, pp. 253-257
4. Vaughan D, Asbury T : General Ophthalmology, 12 th ed, Lange Medical Publication,
Maruzen Asia, 1989, pp. 55-56
5.
Wright P : Clinical Ophthalmology, Wright IOP Publishing Limited, Bristol BS16NX,1987, pp. 107-129
6. Seminar sehari Perdami : Glaukoma, Penyakit Mata Luar, Katarak dan Fakoemulsifikasi,
Surabaya 12 Juli 1997
7. Newell F.W. : Ophthalmology, Principles and Concepts, Fifth Ed, The CV Mosby Co –
St Louis, 1982, p 181
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
19/134
KALAZION
(Chalazion)
PENGERTIAN
Suatu peradangan lipogranuloma menahun dengan konsistensi tidak lunak dari kelenjar
Meibom
Etiologi
Tidak diketahui dengan jelas, diduga disebabkan oleh gangguan sekresi kelenjar
Meibom
Patofisiologi
Diduga disebabkan gangguan sekresi kelenjar Meibom, hal ini menyebabkan penyumbatan
dan menimbulkan reaksi jaringan sekitarnya terhadap bahan-bahan yang tertahan.
Factor tambahan pada kelainan ini adalah :
- Suatu sumbatan mekanis, pembedahan yang merusak saluran kelenjar Meibom
-
Infeksi bacterial yang ringan pada kelenjar Meibom- Suatu blefaritis
Kalazion dapat terjadi infeksi sekunder yang menyebabkan keradangan supuratif akut
ANAMNESIS
- Gejala subyektif berupa gejala peradangan ringan.
Apabila kista ini cukup besar dapat menekan bolamata dan dapat menimbulkan gangguan
refraksi berupa astigmatisma
PEMERIKSAAN FISIK
1.
Visus dan refraksi
2.
Inpeksi
3.
Slitlamp biomikroskopi
KRITERIA DIAGNOSIS
- Gangguan obyektif :
Kelopak mata tampak tebal dan edema
Teraba suatu benjolan pada kelopak mata yang konsistensinya agak keras
Pada ujung kelenjar Meibom terdapat massa kuning dari sekresi kelenjar yang tertahan
Bila kalzion yang terinfeksi, dapat terjadi jaringan granulasi yang menonjol keluar
DIAGNOSIS BANDING
- Hordeolum interna
- Abses palpebra
-
Meibomianitis
- Kista retensi kelenjar Moll
-
Hemangioma palpebra
- Neurofibromatosis
PENATALAKSANAAN
-
Kompres hangat- Pembedahan berupa insisi dan kuretase untuk mengeluarkan isi kelenjar.
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
20/134
PROGNOSIS
Baik.
Bisa terjadi berulang-ulang pada lokasi yang berbeda.
EDUKASI Pada kalazion yang berulang-ulang timbul sesudah pembedahan sebaiknya dipikirkan
kemungkinan keganasan sehingga perlu pemeriksaan histopatologi
KEPUSTAKAAN
1.
American Academy of Ophthalmology, Basic and Clinical Science, Course section 7
External Disease and Corneal, 2009
2.
Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr. Soetomo
Surabaya, 2006
3. Fedukowitz, HB : External infections of the eye, 3rd
ed, Appleton Century Croft /
Norwalk, Connecticut, 1985, pp. 21-224. Miller J.H : Parson’s disease of the eye, 18
th ed, Churchill Livingstone, 1990, pp. 353-357
5. Vaughan D, Asbury T : General Ophthalmology, 12 th ed, Lange Medical Publication,
Maruzen Asia, 1989, pp. 55-56
6. Seminar sehari Perdami : Glaukoma, Penyakit Mata Luar, Katarak dan Fakoemulsifikasi,
Surabaya 12 Juli 1997
7. Newell F.W. : Ophthalmology, Principles and Concepts, Fifth Ed, The CV Mosby Co –
St Louis, 1982, p 181
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
21/134
KONJUNGTIVITIS
PENGERTIAN
Suatu keradangan konjungtiva yang disebabkan bacteria, virus, jamur, chlamidia, alergi atau
iritasi dengan bahan-bahan kimia
Patofisiologi
Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar. Kemungkinan konjungtiva
terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar
Pertahanan konjungtiva terutama oleh karena adanya tear film pada konjungtiva yang
berfungsi untuk melarutkan kotoran-kotoran dan bahan-bahan yang toksik kemudian
mengalirkan melalui saluran lakrimalis ke meatus nasi inferior
Disamping itu tear film juga mengandung beta lysine, lysozym, IgA, IgG yang berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan kuman
Apabila ada mikro organisme pathogen yang dapat menembus pertahanan tersebut sehingga
terjadi infeksi konjungtiva yang disebut konjungtivitis
Klasifikasi
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, konjungtivitis dapat diklasifikasikan menjadi
konjungtivitis hiperakut, akut, subakut, dan kronik
Ret atau getah mata dapat bersifat purulen, mukopurulen, mucus, serus atau kataral
ANAMNESIS
Keluhan utama berupa rasa ngeres, seperti ada pasir di dalam mata, gatal, panas, kemeng di
sekitar mata, epifora, mata merah dan keluar kotoran (beleken)
PEMERIKSAAN FISIK
1.
Visus dan refraksi
2. Slitlamp biomikroskopi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium :
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut
dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan Gram atau Giemsa dapat dijumpai sel-
sel radang polimorfonuklear, sel-sel mononuclear, juga bakteri atau jamur penyebab
konjungtivitis dapat diidentifikasi dari pengecatan ini
Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan Giemsa akandidapatkan sel-sel Eosinofil
KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis konjungtivitis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
laboratorium.
Pemeriksaan klinis:
- Visus tidak menurun
-
Hyperemia konjungtiva : konjungtiva berwarna meraholeh karena pengisian pembuluh
darah konjungtiva yang dalam keadaan normal kosong
Pengisian pembuluh darah konjungtiva terutama di daerah fornix akan semakin
menghilang atau menipis ke arah limbus- Epifora : keluarnya air mata yang berlebihan
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
22/134
- Pseudotosis : kelopak mata atas seperti akan menutup, oleh karena edema konjungtiva
palpebra dan eksudasi sel-sel radang pada konjungtiva palpebra
- Hipertrofi papiler : suatu reaksi onspesifik konjungtiva di daerah tarsus dan limbus,
berupa tonjolan-tonjolan yang berbentuk polygonal
- Folikel : suatu reaksi nonspesifik konjungtiva biasanya karena infeksi virus, berupa
tonjolan kecil-kecil yang berbentuk bulat- Khemosis : edema konjungtiva
-
Membrane atau pseudomembran : suatu membrane yang berbentuk oleh karena koagulasi
fibrin
-
Preaurikular adenopati : pembesaran kelenjar limfe preaurikular
Pemeriksaan laboratorium - Ditemukannya kuman-kuman atau mikroorganisme dalam sediaan langsung dari kerokan
konjungtiva atau getah mata, juga sel-sel radang polimorfonuklear atau sel-sel radang
mononuclear.
- Pada konjungtivitis karena jamur ditemukan adanya hyfe
-
Pada konjungtivitis karena alergi ditemukan sel-sel Eosinofil
DIAGNOSIS BANDING
- Skleritis dan episkleritis
- Keratitis
- Glaukoma akut dan sub akut
- Uveitis anterior
PENATALAKSANAAN
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Dua penyebab klasik
konjungtivitis bakteri akut adalah Streptococcus pneumoni dan Haemophyllus aegypticus.
Pada umumnya konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan antibiotic topical
Konjungtivitis karena jamur sangat jarang. Dapat diberi Amphotericin B 0,1% yang
efektif untuk Aspergillus dan Candida. Konjungtivitis karena virus, pengobatan terutama
ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder dengan antibiotic. Pengobatan utama
adalah suportif. Berikan kompres hangat atau dingin, bersihkan secret dan dapat memakai air
mata buatan. Pemberian kortikosteroid tidak dianjurkan untuk pemakaian rutin
Konjungtivitis karena alergi diobati dengan antihistamin atau kortikosteroid topical
PENYULIT
Penyakit pada konjungtivitis dapat berbentuk :
-
Phlikten- Keratis epithelial
-
Ulkus kataralis
PROGNOSIS
Baik
EDUKASI
1. Kondisi imunitas dan stamina dapat berpengaruh pada lamanya proses penyembuhan
2.
Hati-hati untuk penggunaan obat steroid topical. Bila obat steroid topical diperlukanharus dengan pengawasan yang ketat dari dokter.
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
23/134
KEPUSTAKAAN
1. External Disease and Cornea. Basic and Clinical Science Course. Section 8. California:
American Academy of Ophthalmology 2011; p.149-157.
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr. Soetomo
Surabaya, 20063. Miller J.H : Parson’s disease of the eye, 18
th ed, Churchill Livingstone, 1990, pp. 127-134
4.
Vaughan D, Asbury T : General Ophthalmology, 12 th ed, Lange Medical Publication,
Maruzen Asia, 1989, pp. 78-83
5.
Wright P : Clinical Ophthalmology, Wright IOP Publishing Limited, Bristol BS16NX,
1987, pp. 107-129
6.
Seminar sehari Perdami : Glaukoma, Penyakit Mata Luar, Katarak dan Fakoemulsifikasi,
Surabaya 12 Juli 1997
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
24/134
GONOBLENORE
PENGERTIAN
Konjungtivitis yang hiperakut dengan sekret purulen yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoea.
Patofisiologi
Proses keradangan hiperakut konjungtiva dapat disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoea, yaitu kuman-kuman berbentuk kokus, Gram negative yang sering menjadi
penyebab uretritis pada pria dan vaginitis atau bartolinitis pada wanita. Infeksi dapat terjadi
karena adanya kontak langsung antara Neisseria gonorrhoea dengan konjungtiva.
ANAMNESIS
Penyakit gonoblenore dapat terjadi secara mendadak. Masa inkubasi dapat terjadi beberapa
jam sampai 3 hari. Keluhan utama : mata merah, bengkak, dengan sekret seperti nanah yang
kadang-kadang bercampur darah.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Slitlamp biomikroskopi
3. Funduskopi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Laboratorium
KRITERIA DIAGNOSIS
Pemeriksaan klinis : keradangan konjungtiva yang hiperakut
-
Hiperemi konjungtiva
- Getah mata seperti nanah yang banyak sekali
- Kelopak mata bengkak oleh karena edema konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbi
- Pendarahan dapat terjadi oleh karena edema konjungtiva yang hebat. Hal ini akan
mengakibatkan pecahnya pembuluh darah konjungtiva, dan timbul pendarahan
Pemeriksaan laboratorium :
Kerokan konjungtiva atau getah mata yang purulen dicat dengan pengecatan Gram
dan diperiksa di bawah mikroskop. Didapatkan kokus Gram negative yang berpasang-
pasangan seperti biji kopi yang tersebar di luar dan di dalam sel, adalah kuman-kuman Neisseria gonorrhoea.
DIAGNOSIS BANDING
Endoftalmitis
PENATALAKSANAAN-
Gonoblenore tanpa penyulit pada kornea
Topical :
Salep mata Tetracycline HCl 1% atau Ciprofloxacin 0.3% yang diberikan minimal 6 kali
sehari pada neonatus dan diberikan sedikitnya tiap 2 jam sekali pada penderita dewasa,dilanjutkan sampai 5 kali sampai terjadinya resolusi
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
25/134
Sebelum diberikan salep/tetes mata, sekret harus diberikan terlebih dahulu
Sistemik :
Pada orang dewasa diberikan Penicillin G 4,8 juta IU intra muscular dalam dosis tunggal
ditambah dengan Probenecid 1 gram peroral, atau Ampicillin dosis tunggal 3,5 gram
peroral
Pada neonatus dan anak-anak injeksi penicillin diberikan dengan dosis 50.000-100.000IU/kgBB
Bila penderita tidak tahan dengan obat-obatan derivate penicillin bisa diberikan
Thiamphenicol 3,5 gram dosi tunggal atau Tetracycline 1,5 gram dosis initial dilanjutkan
dengan 4 kali 500 mg/hari selama 4 hari
-
Gonoblenore dengan penyulit pada kornea
Topikal :
Ciprofloxacin 0,3% dengan cara pemberian sbb :
Hari I : 1-2 tetes, setiap 15 menit selama 6 jam
Selanjutnya diberikan 2 tetes setiap 30 menit
Hari II : 2 tetes tiap 1 jamHari III : 2 tetes tiap 4 jam
Obat-obat topical lain yang dapat diberikan ialah : Bacitracin, Vancomycin, Cephaloridin,
Cephazolin, Gentamycin, Tobramycin, Carbenicillin dan Polymyxin B
Sistemik :
Pengobatan sistemik diberikan seperti pada gonoblenore tanpa penyulit (ulkus kornea)
Selain obat-obat spesifik untuk Neisseria Gonorrhea dapat diberikan : sikloplegik
(Scopolamin 0,25%) 2-3 X setiap hari untuk menghilangkan nyeri karena spasme siliar
dan mencegah sinekia
Apabila ada bahaya perforasi yang mengancam (descemetocele) dapat dilakukan operasi
flap konjungtiva “partial conjunctival bridge flap”
PROGNOSIS
Bila pengobatan diberikan secepatnya dengan dosis cukup, gonoblenore akan sembuh
tanpa komplikasi. Bila pengobatan diberikan lebih lambat atau kurang intensif, maka
kesembuhannya mungkin disertai sikatriks kornea dan penurunan tajam penglihatan yang
menetap atau kebutaan
EDUKASI
1. Penyakit bersifat hiperakut dan infeksius, memerlukan perawatan intensif dan isolasi.
2. Sumber penularan harus diketahui dan diberikan penjelasan untuk melakukan
pemeriksaan dan pengobatan
KEPUSTAKAAN
1.
External Disease and Cornea. Basic and Clinical Science Course. Section 8. California:
American Academy of Ophthalmology, 2011.
2.
Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr. Soetomo
Surabaya, 2006
3. Miller J.H : Parson’s disease of the eye, 18th
ed, Churchill Livingstone, 1990, pp. 129-
132, 181
4. Vaughan D, Asbury T : General Ophthalmology, 12th
ed, Lange Medical Publication,
Maruzen Asia, 1989, pp. 77-99
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
26/134
5. WHO : Conjunctivitis of New Born Prevention and Treatment at the Primary Health
Care, 1986, pp. 2-39
6. Smollin G : the Cornea Scientific Foundations and Clinical Practice, Little, Brown and
Co. – Boston / Toronto, 1983, p. 158-166
7. Roussel T.J. : Treatment of Gonococcal Conjunctivitis
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
27/134
TRAKOMA
PENGERTIAN
Keradangan konjungtiva yang akut, subakut atau kronik disebabkan oleh Chlamydia
trachomatis
Patofisiologi
Chlamydia trachomatis memiliki kecenderungan untuk menginfeksi kedua mata. Pada
stadium dini, penyakit ini mirip dengan konjungtivitis kronis pada umumnya, yaitu mata
merah dan didapatkan folikel maupun hipertropi papiler pada tarsus bagian atas. Hipertropi
papiler dan inflamasi konjungtiva mengakibatkan sikatrik konjungtiva yang dapat
mengakibatkan penyulit-penyulit yang ringan maupun berat, pada sikratik yang berat dapat
terjadi “tear deficiency syndrome”.
Kelainan di kornea dapat berupa epithelial keratis, subepithelial keratis, infiltrate
disertai neovaskularisasi (pannus), ulkus kornea, sikratik folikel-folikel di limbus yang
disebut Herbert’s pits. Entropion dan trikiasis, terjadi akibat sikatrik konjungtiva yang hebat,
dimana bulu-bulu mata dan menggores kornea dan mengakibatkan ulkus kornea, kadang-kadang perforasi kornea
ANAMNESIS
Periode inkubasi sekitar 5-14 hari dengan rata-rata sekitar 7 hari. Pada bayi dan anak-anak
perjalanan penyakitnya sangat ringan, akan tetapi pada orang dewasa perjalanan penyakitnya
dapat akut atau subakut, seperti pada konjungtivitis yaitu : mata merah, nyeri epifora, folokel
dan hipertropi papiler.
PEMERIKSAAN FISIK
1.
Visus dan refraksi
2.
Slitlamp biomikroskopi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
KRITERIA DIAGNOSIS
Berdasarkan pemeriksaan klinis dan laboratorium
Pemeriksaan klinis :
Didapatkan folikel-folikel dan hipertropi papiler pada tarsus di bagian atas, pannus,
Herbert’s pits, entropion, trikiasis, atau sikatrik tarsus bagian atas
Gambaran klinis pada trachoma oleh McCallan digambarkan sebagai berikut :Stadium I : didapatkan folikel yang imatur dan hipertropi papiler pada tarsus di
bagian atas
Stadium IIa : didapatkan folikel yang matur dan hipertropi papiler pada tarsus di
bagian atas
Stadium IIb : hipertropi papiler makin jelas sehingga menutupi folikel
Pada stadium IIa dan IIb disebut sebagai : established trakoma
Pada stadium IIa dan IIb juga didapatkan epithelial keratis,
subepitelial keratis, pannus, herbert’s pits
Stadium III : trachoma aktif dan sikatrik (di samping sikatrik didapatkan juga
folikel dan hipertropi papiler)
Stadium IV : sikatrik tanpa disertai tanda-tanda trachoma aktif
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
28/134
Pemeriksaan laboratorium :
Kerokan konjungtiva dicat dengan Giemsa didapatkan sel-sel polimorfonuklear, sel
plasma, sel leber (makrofag yang besar dan berisi debris), juga didapatkan inclusion bodi
pada sitoplasma sel-sel konjungtiva yang disebut Halberstaedler – Prowasek Inklusion
Bodies.
DIAGNOSIS BANDING
Konjungtivitis vernalis
PENATALAKSANAAN
Topical :
Trakoma sampai sekarang masih diobati dengan Tetracycline 1%, Erythromycin dan
Sulfonamide 15% berupa tetes mata ataupun salep mata. Pemberian topical selama 3
bulan
Sistemik :
Tetracycline 250 mg sehari 4 kali selama 3-4 minggu
Erythromycine 250 mg sehari 4 kali selama 3-4 mingguDosis dapat diperbesar, dengan lama pemberian lebih pendek
Dosis : 2-4 Gram/hari, selama 14 hari
Pengobatan ditunjang dengan kebersihan perorangan dan gizi yang baik
Penyulit
Trakoma merupakan salah satu penyakit yang dapat mengakibatkan kebutaan. Kebutaan
karena trakoma dapat disebabkan oleh : pannus totalis, ulkus panusum yang mengalami
perforasi, ulkus kornea akibat entropion dan trikiasis
Bila sudah terjadi entropion dan trikiasis dapat dikoreksi dengan operasi tarsotomi metode
SBL (Sie Boen Liang)
PROGNOSIS
Trakoma adalah suatu penyakit mata yang kronis dan diderita dalam waktu yang
lama. Pada kasus-kasus yang ringan dapat sembuh tanpa meninggalkan cacat atau sembuh
tanpa bekas. Pada kasus yang berat dapat terjadi sikatrik ataupun penyulit-penyulit yang
dapat mengakibatkan kebutaan
EDUKASI
Menjaga hygiene mata
Penyuluhan kesehatan komunitas
KEPUSTAKAAN
1.
Miller J.H : Parson’s disease of the eye, 18th ed, Churchill Livingstone, 1990, pp. 135-138
2. Vaughan D, Asbury T : General Ophthalmology, 12 th ed, Lange Medical Publication,
Maruzen Asia, 1989, pp. 77-99
3. Wright P : Clinical Ophthalmology, Wright IOP Publishing Limited, Bristol BS16NX,
1987, pp. 117-119
4. Seminar sehari Perdami : Glaukoma, Penyakit Mata Luar, Katarak dan Fakoemulsifikasi,
Surabaya 12 Juli 1997
5.
Newell F.W. : Ophthalmology, Principles and Concepts, Fifth Ed, The CV Mosby Co –St Louis, 1982, p 192
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
29/134
6. Basic and Clinical Science, Course Section 7 External Disease and Cornea, California:
American Academy of Ophthalmology, 2009, p. 53
7. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr. Soetomo
Surabaya, 2006
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
30/134
KONJUNGTIVITIS VERNAL
PENGERTIAN
Keradangan bilateral konjungtiva yang berulang menurut musim dengan gambaran spesifik
hipertropi papiler di daerah tarsus dan limbus
Patofisiologi
Menurut lokalisasinya dibedakan tipe palpebral dan tipe limbal. Pada tipe palpebral,
pada beberapa tempat akan mengalami hiperplasi sedangkan di bagian lain mengalami atrofi.
Perubahan mendasar terdapat di substansia propia. Substansia propia terinfiltrasi sel-sel
limfosit, plasma dan eosinofil. Pada stadium lanjut jumlah sel-sel limfosit, plasma dan
eosinofil akan semakin meningkat, sehingga terbentuk tonjolan jaringan di daerah tarsus,
disertai pembentukan pembuluh darah baru. Degenerasi hyaline di stroma terjadi pada fase
dini dan semakin menghebat pada stadium lanjut
Pada tipe limbal juga terjadi perubahan yang serupa sebagaimana yang terjadi pada
tipe palpebral, hanya lokalisasinya saja yang berbeda yaitu pada limbus konjungtiva
Etiologi
Alergi merupakan kemungkinan terbesar penyebab konjungtivitis vernal
Hal ini berdasarkan atas :
- Tendensi untuk diderita anak-anak dan orang usia muda
- Kambuh secara musiman
- Pemeriksaan getah mata didapatkan eosinofil
ANAMNESIS
-
Gatal pada mata merupakan keluhan utama pada hampir semua penderita konjungtivitis
vernal.
-
Mata terlihat kotor / tidak bersih / tidak putih (merah kecoklatan)
- Kotoran mata elastis (bila ditarik molor)
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Tonometri
3. Slitlamp biomikroskopi
4. Funduskopi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
KRITERIA DIAGNOSIS
Berdasarkan atas pemeriksaan klinis dan laboratorium
Pemeriksaan klinis :
- Anamnesa adanya keluhan gatal, mata merah kecoklatan (kotor)
-
Palpebra : didapatkan hipertropi papiler, couble-stone, Giant’s papillae. Dapat terjadi
ptosis bilateral, kadang-kadang yang satu lebih ringan dibandingkan yang lain. Prosis
terjadi karena infiltrasi cairan ke dalam sel-sel konjungtiva palpebra dan infiltrasi sel-
sel limfosit plasma, eosinofil, juga adanya degenerasi hyaline pada stroma konjungtiva
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
31/134
- Konjungtiva bulbi : warna merah kecoklatan dan kotor, terutama di area fisura
Interpalpebralis
- Limbus : Horner Trantas dots (gambaran seperti renda pada limbus). Merupakan
penumpukan eosinofil dan merupakan hal yang patognomonis pada konjungtivitis
vernal
-
Kornea : dapat ditemukan pungtat epithelial keratopati, kadang-kadang didapatkanulkus kornea yang berbentuk bulat lonjong vertical. Kelainan di kornea ini tidak
membutuhkan pengobatan khusus
Pemeriksaan laboratorium :
- Pada pemeriksaan kerokan konjungtiva atau getah mata didapatkan sel-sel eosinofil dan
eosinofil granul
DIAGNOSIS BANDING
1. Trachoma : didapatkan folikel pada stadium awal yang akhirnya terselubung dengan
hipertropi papiler, sedangkan pada konjungtivitis vernal tidak pernah didapatkan folikel
2.
Hey fever konjungtivitis : pembengkakan terjadi karena adanya infiltrasi cairan ke dalamsel
PENATALAKSANAAN
Kortikosteroid local diberikan pada fase akut dengan gejala mata merah kecoklatan (kotor)
dan keluhan sangat gatal. Diberikan setiap 2 jam selama 4 hari, untuk selanjutnya digantikan
obat-obat lain seperti :
1. Sodium cromoglycate 2% : 4-6 x 1 tetes / hari
2.
Naphazoline & Pheniramine maleat 4 x 1 tetes / hari
Pada kasus-kasus berat dapat dipertimbangkan pemberian :
1.
Kortikosteroid peroral
2.
Antihistamin peroral
Yang perlu diperhatikan bagi penderita :
1. Tidak boleh menggunakan obat tetes mata steroid secara terus menerus
2. Setiap pembelian obat harus dengan resep dokter
3. Bahaya pemakaian steroid : infeksi bakteri dan jamur, glaucoma
4. kontrol secara teratur sesuai saran dokter mata
Kompres dingin selama 10 menit beberapa kali sehari dapat mengurangi keluhan-keluhan
penderita
PROGNOSIS
Konjungtivitis vernal diderita sekitar 4-10 tahun, dengan remisi dan eksaserbasi.
EDUKASI
Usahakan menghindari faktor pencetus.
Hati-hati bila pengobatan menggunakan kortikosteroid topical, harus dengan pengawasan
dokter, karena tidak jarang mengakibatkan glaucoma dan dapat berakhir dengan kebutaan.
KEPUSTAKAAN
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
32/134
1. External Disease and Cornea. Basic and Clinical Science Course. Section 8. California:
American Academy of Ophthalmology, 2011.
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr. Soetomo
Surabaya, 2006
3. Miller J.H : Parson’s disease of the eye, 18th
ed, Churchill Livingstone, 1990, pp. 135-138
4.
Vaughan D, Asbury T : General Ophthalmology, 12th
ed, Lange Medical Publication,Maruzen Asia, 1989, pp. 77-99
5.
Wright P : Clinical Ophthalmology, Wright IOP Publishing Limited, Bristol BS16NX,
1987, pp. 117-119
6.
Clinical Signs Journal : Allergic conjunctivitis, Vol XV No. 3, 1994
7. British Journal of Ophthalmology : Leonardi A, Borghesan F, Avarello A, Plebani M,
Secchi A.G : “Effect of Loxodamide and disodium chromoglycate on tear Eosinophil
cationic protein in Vernal keratoconjunctivitis” ; 81:23-26 ; 1997
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
33/134
PTERIGIUM
PENGERTIAN
Penebalan konjungtiva bulbi yang berbentuk segitiga, mirip daging yang menjalar ke kornea
PatofisiologiKonjungtiva bulbi selalu berhubungan dengan dunia luar. Kontak dengan ultraviolet,
debu, kekeringan mengakibatkan terjadinya penebalan dan pertumbuhan konjungtiva bulbi
yang menjalar ke kornea
ANAMNESIS
Keluhan penderita mata merah dan timbulnya bentukan seperti daging yang menjalar ke
kornea
PEMERIKSAAN FISIK1. Visus dan refraksi
2. Tonometri
3. Slitlamp biomikroskopi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Patologi
KRITERIA DIAGNOSIS
Gambaran klinis :
pterigium ada 2 macam, yaitu yang tebal dan mengandung banyak pembuluh darah, atau
yang tipis dan tidak mengandung pembuluh darah. Pterigium yang mengalami iritasi dapat
menjadi merah dan menebal yang kadang-kadang dikeluhkan kemeng oleh penderita.
Patologi :
Pada pemeriksaan hispatologi didapatkan konjungtiva mengalami degenerasi hyaline
dan elastis, sedangkan di kornea terjadi degenerasi hyaline dan elastis pada membrane
Bowman
DIAGNOSIS BANDING
1. Pingeukulum : penebalan terbatas pada konjungtiva bulbi, berbentuk nodul yang
berwarna kekuningan2. Pseudopterigium : suatu reaksi dari konjungtiva oleh karena ulkus kornea. Pada
pengecekan dengan sonde, sonde dapat masuk di antara konjungtiva dan kornea
PENATALAKSANAAN
Pterigium ringan tidak perlu diobati. Pterigium yang mengalami iritasi, dapat
diberikan anti inflamasi tetes mata golongan steroid, non steroid dan vasokonstriktor tetes
mata
Indikasi operasi (ekstirpasi) :
1.
Pterigium yang menjalar ke kornea sampai lebih 3 mm dari limbus2. Pterigium mencapai jarak lebih dari separuh antara limbus dan tepi pupil
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
34/134
3. Pterigium yang sering memberi keluhan mata merah, berair dan silau karena
astigmatismus
4. Kosmetik, terutama untuk penderita wanita
Penyulit
Pterigium yang tebal dapat mengakibatkan astigmatisme irregular. Bila menutup opticcenter dapat menurunkan visus
PROGNOSIS
Pterigium adalah suatu neoplasma yang benigna. Umumnya prognosis baik.
Kekambuhan dapat dicegah dengan modifikasi teknik operasi dan kombinasi operasi dengan
sitostatik tetes mata.
EDUKASI
Bila tidak menimbulkan keluhan atau gangguan penglihatan tidak harus dilakukan operasi,karena bersifat rekuren.
KEPUSTAKAAN
1. External Disease and Cornea. Basic and Clinical Science Course. Section 8. California:
American Academy of Ophthalmology, 2011.
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr. Soetomo
Surabaya, 2006
3.
Bankes JLK : Clinical Ophthalmology a Text Colour and Atlas ELBS / Churchill
Livingstone Reprint ed. 1986, pp. 42-43
4.
Miller J.H : Parson’s disease of the eye, 18th ed, Churchill Livingstone, 1990, pp. 142
5.
Vaughan D, Asbury T : General Ophthalmology, 12 th ed, Lange Medical Publication,
1989, pp. 98
6. British Journal of Ophthalmology : Mahar P.S.; Nwokora G.E. : Role of Mitomycin C in
Pterygium surgery, 77 : 433-435, 1993
7. British Journal of Ophthalmology : Rachmiel R.; Leiba H; Levartovsky S : Results of
treatment with topical Mitomycin C 0,02% following excision of primary pterygium;
79 : 233-236, 1995
8. Suryo SS; Akbar P.A : Pengobatan pterygium dengan tetes mata Thiotepa pasca bedah
dalam usaha mengurangi tubuh ulang : Kumpulan makalah KONAS Perdami VI
Semarang 4-6 Juli 1988
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
35/134
IV. KORNEA
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
36/134
KERATITIS NUMULARIS
= Keratitis Sawahica
= Keratitis Punctata Tropica
PENGERTIAN
Keradangan kornea dengan gambaran infiltrate sub epitel berbentuk bulatan sepertimata uang (coin lesion)
Patofisiologi
Organisme penyebabnya diduga virus yang masuk ke dalam epitel kornea melalui
luka kecil setelah terjadinya trauma ringan pada mata
Replikasi virus pada sel epitel diikuti penyebaran toksin pada stroma kornea
menimbulkan kekeruhan / infiltrate yang khas berbentuk bulat seperti mata uang
Kelainan ini dapat mengenai semua umur, seringkali mengenai satu mata tapi
beberapa kasus dapat mengenai kedua mata
ANAMNESISPenderita mengeluh perasaan adanya benda asing dan fotofobi. Kekaburan terjadi
apabila infiltrate pada stroma kornea berada pada aksis visual
Kadang penderita melihat sendiri adanya bercak putih pada matanya. Khas pada
penderita ini tidak terdapat riwayat konjungtivitis sebelumnya
PEMERIKSAAN FISIK
1.
Visus dan refraksi
2. Slitlamp biomikroskopi dengan flouresin
3.
Sensibilitas kornea
KRITERIA DIAGNOSIS
- Keluhan adanya benda asing, fotofobi, kadang-kadang disertai penglihatan kabur bila
infiltrate berada di tengah aksis visual
- Tidak terdapat hiperemi konjungtiva maupun hiperemi peri-kornea
- Retroiluminasi : tampak bercak putih bulat di bawah epitel kornea baik di daerah sentral
atau perifer. Epitel di atas lesi sering mengalami elevasi dan tampak irregular. Umur
bulatan infiltrate tidak selalu sama dan terdapat kecenderungan bergabung menjadi satu.
Besar infiltrate bervariasi + 0,5 – 1,5 mm
- Tes fluoresin : Menunjukkan hasil negative
-
Tes sensibilitas kornea : Baik (tidak menurun)
DIAGNOSIS BANDING
1. E.K.C (Epidemic Kerato Conjunctivitis)
-
Didahului konjungtivitis
- Infiltrate lebih tebal dibandingkan infiltrate pada keratitis numuralis
2.
Varicella keratitis
- Ada tanda-tanda varicella sebelumnya dan lesi pada kornea timbul setelah lesi di kulit
menghilang
PENATALAKSANAAN
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
37/134
Kortikosteroid topical (missal: dexamethasone) diberikan 3-4 kali sehari akan
mengurangi keluhan penderita, diberikan sampai 5-7 hari dan pemberian dapat diulang
sampai 4-6 minggu untuk mencegah timbulnya keluhan berulang
PROGNOSIS
Tergantung luas dan lokasi lesi di kornea
EDUKASI
Penyembuhan lama, perlu kerjasama pasien untuk pengobatan secara teratur.
KEPUSTAKAAN 1.
External Disease and Cornea. Basic and Clinical Science Course. Section 8. California:
American Academy of Ophthalmology, 2011.
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr. Soetomo
Surabaya, 2006
3. Grayson Merill : Disease of the cornea, 2nd
ed, CV Mosby Co, St Louis, 1983, pp. 97-100
4.
Smolin Gilbert, Thoft Richard A : The Cornea-Scientific Foundation and Clinical practice, 1
st ed, Edited by Gilbert smolin, 1983, pp. 226-229
5. Vughan D, Asbury T : General Ophthalmology, Lange Medical Publication 11 th ed
1986, p. 107
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
38/134
ULKUS KORNEA KARENA BAKTERI
PENGERTIAN
Ulkus kornea yang timbul akibat infeksi kuman-kuman (bakteri)
Patofisiologi
-
Ulkus kornea terjadi setelah adanya kerusakan epitel kornea. Walaupun kerusakan epitelterjadi dibagian tepi / perifer kornea, tetapi ulkus cenderung bermigrasi ke tengah kornea
- Sering diikuti hipopion yaitu endapan sel-sel radang di dalam kamera anterior
ANAMNESIS
Mendadak mata merah, nyeri, seperti ada benda asing, epifora dan fotofobi, disertai
penglihatan kabur
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2.
Slitlamp biomikroskopi dengan fluoresin
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : scraping ulcus untuk pewarnaan (Gram, KOH, dll) dan kultur sensitivitas
antibiotika.
KRITERIA DIAGNOSIS
- Mendadak mata merah, seperti ada benda asing, merah epifora dan fotofobi.
-
Visus : menurun
- Hiperemi perikornea
-
Retroiluminasi : Infiltrate pada kornea berupa bercak putih pada epitel sampai stroma,
bisa kecil tapi bisa menutup seluruh kornea, tidak jarang di atas lesi menjadi rapuh
-
Tes fluoresin : Hasil positif di tepi ulkus
- Hipopion : berupa cairan kental di dalam bilik mata depan
- Laboratorium :
- Hapusan langsung : untuk mengetahui jenis kuman dengan pengecatan “Gram”.
- Biakan kuman : untuk identifikasi kuman. Untuk keperluan pemeriksaan laboratorium
ini bahan diambil dari tepi ulkus menggunakan kapas steril
DIAGNOSIS BANDING
Ulkus kornea akibat jamur :
-
Di sekitar infiltrate induk terdapat infiltrat satelit- Elemen jamur ditemukan di dalam bilik mata depan (hype)
PENATALAKSANAAN
Antibiotic :
Pemilihan Antibiotik :
- Empiris selama 2 hari, kalau tidak membaik dilakukan scrapping untuk pewarnaan
Gram dan kultur.
- Tergantung hasil pewarnaan dan biakan kuman
Cara pemberian :
-
Topical- Sistemik
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
39/134
Pemilihan rawat jalan / rawat inap :
- Tergantung berat ringan ulkus
Penatalaksanaan ulkus kornea yang dianjurkan ;
Ukuran Ulkus Lokasi pada Kornea Penatalaksanaan
A. 3 mm Tidak pada sumbu mata -
Rawat Jalan
- Antibiotik topical tiap jam
B. 3 mm Pada sumbu mata - Rawat tinggal
- Antibiotic topical tiap jam
C. 3 mm + hypopyion Disegala tempat - Rawat inap
- Antibiotic topical tiap jam
- Antibiotic sistemik
PROGNOSIS
Dubius tergantung luas dan lokasi dan virulensi kuman.
EDUKASI
1. Pengobatan biasanya memerlukan waktu yang lama.
2. Diperlukan ketekunan dan kepatuhan dalam pengobatan.
3. Tajam penglihatan pada kebanyakan kasus tidak akan pulih kembali, karena adanya
jaringan parut pada kornea.
4. Pada kasus yang berat dapat terjadi prolaps isi bola dan endoftalmitis yang memerlukan
tindakan pengangkatan bola mata.
KEPUSTAKAAN
1.
External Disease and Cornea. Basic and Clinical Science Course. Section 8. California:American Academy of Ophthalmology, 2011.
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr. Soetomo
Surabaya, 2006Smolin Gilbert, Thoft Richard A : The Cornea – Scientific Foundation
and Clinical Practice, 1st ed, edited by Gilbert Smolin, 1983, pp 156-166
3.
Grayson Merill : Disease of The Cornea, 2nd ed, CV Mosby, St. Louis, 1983, pp. 45-76
4. Vaughan D. Asbury T : General Ophthalmology, 11 th ed, Lange Medical Publication,
California, 1986, pp. 109-112
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
40/134
KERATITIS DENDRITIKA
= Keratitis Herpes Simplex
PENGERTIAN
Keradangan kornea akibat virus Herpes Simplex PATOFISIOLOGI
Infeksi primer :
Terjadi akibat kontak langsung dengan penderita herpes simplex, pada bayi baru lahir akibat
kontak langsung dengan jalan lahir ibu yang terkontaminasi virus herpes simplex. Kontak
dapat pula terjadi secara oral, seksual atau melalui media lain seperti: obat-obat mata,
handuk, tangan penderita dll.
Herpes rekuren :
Infeksi primer yang telah sembuh dapat kambuh kembali akibat rangsangan non spesifik
seperti :
-
Trauma- Sinar ultra violet
- Demam
- Menstruasi
- Stress psikis
- Penggunaan obat-obat kortikosteroid baik local maupun sistemik
Lesi yang timbul pada kornea diakibatkan penetrasi virus ke dalam sel epitel didahului mikro
utama, sehingga virus berkembang melalui siklus replikasi di sepanjang cabang-cabang saraf
oftalmik pada kornea sehingga terbentuk infiltrate berupa kekeruhan menyerupai pita halus
bercabang-cabang (dendrite), sedang toksin yang dihasilkan akan menembus stroma dan
menimbulkan kekeruhan kornea berbentuk cakram (disciformis).
Lesi pada kornea dapat mengalami ulserasi.
ANAMNESIS
Penderita mengeluh fotofobi dan epifora (banyak airmata). Keluhan bersifat ringan akibat
serangan virus pada cabang saraf oftalmik pada kornea sehingga kornea mengalami hipo
sampai anestesi. Kekaburan terjadi apabila lesi berada tepat di tengah aksis visual.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2.
Slitlamp biomikroskopi dengan fluoresin3. Sensibiltas kornea
KRITERIA DIAGNOSIS
- Visus : menurun bila lesi berada di kornea sentral
-
Pemeriksaan mata luar :
o Infeksi primer :
Berupa keratis punctata difusa non spesifik
Sering disertai :
• Konjungtivitis folikularis akut
•
Pembentukan pseudomembrano Herpes rekuren :
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
41/134
Lesi kornea khas berbentuk dendrite tetapi bisa berbentuk filament, geografis,
disiform maupun punctata
Tes fluoresin : (+) pada lesi epitel
Tes sensibilitas : menurun sampai negative
DIAGNOSIS BANDING
-
Keratis Herpes Zoster
o Didahului oleh infeksi herpes zoster di organ tubuh lain, misalnya zoster oftalmikus di
dahi dan palpebra herpes zoster fasialis dipipi.
PENATALAKSANAAN
1. Primer
- Acyclovir peroral 5 x 400mg selama 7 – 10 hari
-Acyclovir topical 5 kali sehari
-Artifisial tears
2. Sekunder- Acyclovir topical 5 kali sehari
- steroid topical 4 kali sehari
- artificial tears
PROGNOSIS
Dubius oleh karena kekambuhannya
EDUKASI
1. Penyakit ini sering residif, hindari faktor pencetus
2. Pada kasus yang lanjut perlu dilakukan cangkok kornea untuk memperbaiki tajam
penglihatan.
KEPUSTAKAAN
1. External Disease and Cornea. Basic and Clinical Science Course. Section 8. California:
American Academy of Ophthalmology, 2011.
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr. Soetomo
Surabaya, 2006
3. Smolin G, Thoft Ricard A : The Cornea-Scientific foundation and clinical practice, 1st ed,
edited by Gilbert Smolin, 1983, pp 178-189
4. Grayson Merill : Disease of The Cornea, 2nd
ed, CV Mosby, St Louis, 1983, pp. 150-176
5.
Vaughan D, Asbury T : General Ophthalmology, 11
th
ed, Lange Medical Publication,California, 1986, pp. 112-114
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
42/134
KERATOPATI BULOSA
PENGERTIAN
Kelainan kornea ditandai adanya bula di permukaan kornea akibat edema kornea kronis
PatofisiologiKerusakan endotel kornea menyebabkan cairan akuos humor di bilik mata depan
masuk menembus stroma sampai epitel kornea menyebabkan edema dan bentukan bula di
epitel.
Penyebab kerusakan endotel kornea tersebut di antaranya :
-
Trauma akibat operasi intra okuler
- Glaukoma
-
Uveitis kronis
- Distrofi Fuch
- Bahan-bahan toksik terhadap endotel seperti cairan saline dan epinephrine
-
Perlekatan badan kaca dan endotel
ANAMNESIS
Perasaan adanya benda asing sampai nyeri yang sangat dikeluhkan terutama bila penderita
berkedip, disertai epifora dan fotofobi.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2.
Slitlamp biomikroskopi
3. Fluoresin test
4.
Tekanan Intraokuler
KRITERIA DIAGNOSIS - Perasaan adanya benda asing sampai nyeri yang sangat bila berkedip, disertai epifora dan
fotofobi.
- Visus menurun akibat edema kornea
- Retroiluminasi : Kornea keruh (edema) disertai bercak-bercak seperti kantung air di
permukaan tampak menonjol berisi air, dapat berupa bula yang besar dan mengalami
fluktuasi bila ditekan pelan-pelan. Di sekitar bula sering didapat infiltrate berwarna putih.
Bula dapat pecah dan menimbulkan erosi kornea yang luas. Sering ditemui adanya lipatan
descemet berbentuk garis-garis putih di bawah stroma
-
Tes fluoresin : Menunjukkan hasil positif bila terjadi erosi kornea akibat bula yang pecah
DIAGNOSIS BANDING
- Keratis Herpes Simplex :
o Didahului mikrotrauma
o Tes sensibilitas : menurun
PENATALAKSANAAN
- Bahan hiperosmotik : salep NaCl 5% diberikan 3-4 kali/hari
-
Obat-obat sikloplegik : Atropin 0,5-1% tetes mata diberikan 1 kali sehari- Lensa kontak khusus (“bandage lens”)
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
43/134
- Keratoplasti tembus (penetrating keratoplasty)
PROGNOSIS
Dubia
EDUKASI
Pengobatan hanya untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan faktor penyebabnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr. Soetomo
Surabaya, 2006
2. External Disease and Cornea. Basic and Clinical Science Course. Section 8. California:
American Academy of Ophthalmology, 2011
3. .Phillip C : Basical Clinical Ophthalmology, ELBS 1st Published, Churchill Livingstone,
1986, p. 124
4.
Leibowtz : Corneal Disoders; Clinical Diagnosis and Management, W.B. Saunders Co,1984, pp. 172-180
5. Vaughan D, Asbury T : General Ophthalmology, 13 th ed, Lange Medical Publication,
California, 1992, p. 121-122
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
44/134
V. KATARAK
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
45/134
KATARAK KONGENITAL
PENGERTIAN
Kekeruhan lensa yang terjadi sejak lahir
Patofisiologi
Sepertiga katarak congenital disebabkan oleh kelainan herediter, sepertiga yang lain
karena gangguan metabolisme atau infeksi atau berkaitan dengan bermacam sindrom, sedang
sepertiga terakhir tidak dapat dipastikan penyebabnya.
Pembagian
Katarak congenital sering disertai kelainan congenital lainnya sehingga merupakan
sindrom, antara lain :
- Sindrom rubella : disertai kelainan jantung, telinga dan genitor urinary
- Galaktosemi : adanya gangguan metabolisme galaktosa. Sering disertai retardasi mental,
hambatan pertumbuhan, dan gangguan fungsi hati.- Hipoglikemi : kadar gula darah 20 mg / 100 ml atau kurang yang terjadi berulang-ulang
menyebabkan konvulsi, somnolen, diaforesis dan tidak sadar.
- Sindrom lowe (sindrom okuloserebral renal) : katarak nuclear bilateral dan mikrofakia
bisa disertai retardasi mental, proteinuria, glukosuria dan batu ginjal.
- Distrofi miotonik : suatu penyakit autosomal dominant. Katarak ditandai dengan bintik-
bintik halus tersebar di korteks dan subkapsular. Nucleus jernih. Kelainan sistemik yang
menyertai adalah distrofi otot-otot, gangguan kontraksi dan relaksasi, atropi testis.
Menifestasi kelainan mata yang bisa menyertai katarak congenital adalah :
-
Megalokornea
-
Koloboma
-
Ektopia lensa
- Aniridia
- Mikroftalmus
- Displasia retina
ANAMNESIS
Subyektif : Penurunan atau gangguan penglihatan
Obyektif : Tampak warna putih pada pupil akibat kekeruhan lensa (Leukokoria)
PEMERIKSAAN FISIK1. Visus dan refraksi
2. Tonometri
3. Slitlamp biomikroskopi
4.
Funduskopi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG
2.
Laboratorium : serologi IgG dan IgM Rubella
KRITERIA DIAGNOSIS
-
Pemeriksaan tajam penglihatan secara objektif untuk mengevaluasi visual respon
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
46/134
- Lampu senter : diamati apakah bayi masih ada reaksi terhadap cahaya, yaitu mengikuti
arah cahaya. Dengan pupil yang telah dilebarkan tampak kekeruhan lensa putih keabuan.
- Oftalmoskopi : mengevaluasi refleks fundus
- Pemeriksaan USG mata
- Pemeriksaan IgG, IgM Rubela
-
Konsul dokter spesialis anak
DIAGNOSIS BANDING
1.
Retinoblastoma
2. PHPV
3.
Ablatio Retina Kongenital
4. ROP
PENATALAKSANAAN
1.
Pembedahan : apabila didapatkan katarak unilateral yang padat, sentral dengan diameterlebih dari 2 mm atau katarak menyerang kedua mata, dianjurkan ekstraksi katarak pada
waktu bayi berusia 6 bulan untuk memungkinkan berkembangnya tajam penglihatan dan
mencegah ambliopia. Apabila operasi ini berhasil baik, operasi mata kedua dapat
dilakukan segera
2. Bila Rubela positif operasi ditunda 1-2 tahun kemudian sehingga resiko penyulit operasi
lebih rendah
3. Tindakan pembedahan berupa disisi lensa diikuti dengan aspirasi irigasi. Dilakukan
kapsulotomi posterior primer dan vitrektomi anterior untuk mencegah kekeruhan pada
kapsul posterior
4.
Pemasangan lensa intraokuler dapat dilakukan jika diameter kornea > 10 mm
Penyulit
- Ambliopia eks anopsia : tajam penglihatan tidak mencapai 6/6 karena macula lutea tidak
berkembang
- Nistagmus
- Strabismus
PROGNOSIS
Dubia
EDUKASI Sering terjadi kekeruhan kapsul posterior paska operasi
KEPUSTAKAAN
1.
Vaughan D, Asbury T : General Ophthalmology, 15 th ed, Lange Medical Publication,
California, 1995, pp. 30-36
2.
Basic and Clinical Science Course : Lens and Cataract, The Foundation of The American
Academy of Ophthalmology, 2001-2002, pp. 30-36
3. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr. Soetomo
Surabaya, 2006
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
47/134
47
KATARAK SENILIS
PENGERTIAN
Setiap kekeruhan lensa yang terjadi pada usia lanjut
Patofisiologi
Penyebab pasti sampai sekarang belum diketahui. Terjadi perubahan kimia
pada protein lensa dan agregasi menjadi protein dengan berat molekul tinggi.
Agregasi protein ini mengakibatkan fluktuasi indeks refraksi lensa, pemendaran
cahaya dan mengurangi kejernihan lensa. Factor yang berperan penting pada
pembentukan karatak antara lain proses oksidasi dari radikal bebas, paparan sinar
ultra violet dan malnutrisi.
Pembagian
Menurut tebal tipisnya kekeruhan lensa, katarak senil dibagi menurut 4 stadia :
1.
Katarak insipienKekeruhan lensa tampak terutama di bagian perifer korteks berupa garis-garis
yang melebar dan makin ke sentral menyerupai ruji sebuah roda
Biasanya pada stadium ini belum menimbulkan gangguan tajam penglihatan yang
bermakna
2. Katarak imatur atau katarak intumesen
Kekeruhan terutama di bagian posterior nucleus dan belum mengenai seluruh
lapisan lensa. Terjadi pencembungan lensa karena lensa menyerap cairan, akan
mendorong iris ke depan yang menyebabkan bilik mata depan menjadi dangkal
Lensa yang menjadi lebih cembung akan meningkatkan daya bias, sehingga
terjadi perubahan refraksi
3.
Katarak matur
Kekeruhan sudah mengenai seluruh lensa, warna menjadi putih keabu-abuan
Tajam penglihatan menurun sampai hitung jari atau gerakan tangan atau persepsi
cahaya
4. Katarak hipermatur
Apabila stadium matur dibiarkan akan terjadi pencairan korteks dan nucleus
tenggelam ke bawah (KATARAK MORGAGNI), atau lensa akan terus
kehilangan cairan dan keriput (SHRUNKEN CATARACT). Operasi pada stadium
ini kurang menguntungkan karena menimbulkan penyulit.
ANAMNESIS
- Tajam penglihatan menurun; makin tebal kekeruhan lensa, tajam penglihatan
makin mundur
Demikian pula bila kekeruhan terletak di sentral dari lensa penderita merasa lebih
kabur dibandingkan kekeruhan di perifer
-
Penderita merasa lebih enak membaca dekat tanpa kacamata seperti biasanya
karena miopisasi
-
Kekeruhan di subkapsular posterior menyebabkan penderita mengeluh silau dan
penurunan penglihatan pada keadaan terang
PEMERIKSAAN FISIK1. Visus dan refraksi
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
48/134
48
2. Tonometri
3. Slitlamp biomikroskopi
4. Funduskopi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
USG2. Biometri
3.
Laboratorium : BSN
KRITERIA DIAGNOSIS
- Visus menurun bisa sampai LP (+). Diperiksa proyeksi iluminasi dari segala arah
pada katarak matur untuk mengetahui fungsi retina secara garis besar
- Refleks pupil terhadap cahaya pada katarak masih normal.
- Leukokoria : Tampak pupil berwarna putih pada katarak matur dan kekeruhan
pada lensa terutama bila pupil dilebarkan, berwarna putih keabu-abuan yang harus
dibedakan dengan refleks senil.
-
Tes iris shadow (bayangan iris pada lensa) : yang positif pada katarak imatur dannegative pada katarak matur
- Refleks fundus pada stadium insipien dan imatur tampak kekeruhan kehitam-
hitaman dengan latar belakang jingga sedangkan pada stadium matur hanya
didapatkan warna kehitaman tanpa latar belakang jingga atau refleks fundus
negative
DIAGNOSIS BANDING
1.
Refleks senil : pada orang tua dengan lampu senter tampak warna pupil keabu-
abuan mirip katarak, tetapi pada pemeriksaan refleks fundus positif
2.
Katarak komplikata : katarak terjadi sebagai penyulit dari penyakit mata (missal
uveitis anterior) atau penyakit sistemik (misal Diabetes Mellitus)
3.
Katarak karena penyebab lain : misal obat-obatan (kortikosteroid), radiasi,
rudapaksa mata dan lain-lain
4. Kekeruhan badan kaca
5. Ablasi retina
PENATALAKSANAAN
1. Pada stadis insipien dan imatur bisa dicoba koreksi dengan lensa kacamata yang
terbaik
2. Pencegahan sampai saat ini belum ada
3.
Pembedahan : dilakukan apabila kemunduran tajam penglihatan penderita telahmengganggu pekerjaan sehari-hari dan tidak dapat dikoreksi dengan kaca mata.
4.
Pembedahan berupa ekstraksi katarak yang dapat dikerjakan dengan cara :
a. ECCE
b.
ICCE
c. SICS
5.
Koreksi afakia (mata tanpa lensa)
a. Implantasi intra okuler : lensa intra okuler ditanam setelah lensa mata diangkat
b. Kaca mata
Kekuatan lensa yang diberikan sekitar + 10 D bila sebelumnya emetrop
c. Lensa kontak : diberikan pada afakia monokuler di mana penderita koperatif,
trampil dan kebersihan terjamin
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
49/134
49
Kaca mata dan lensa kontak diberikan apabila pemasangan lensa intra okuler
tidak dapat dilakukan atau merupakan kontraindikasi
Penyulit
- Glaucoma sekunder : terjadi pada katarak intumesen, karena pencembungan lensa
-
Uveitis pakotoksik atau glaucoma fakolitik : terjadi pada stadium hipermatursebagai akibat massa lensa yang keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan
PROGNOSIS
Bila tanpa penyulit dan komplikasi prognosis tajam penglihatan akan baik
EDUKASI
1. Aturan perawatan paska operasi harus diikuti, sampai batas waktu yang
ditentukan.
2. Diperlukan control rutin paska operasi sampai batas waktu yang diperlukan (1 – 3
bulan)
KEPUSTAKAAN
1. Vaughan D, Asbury T : General Ophthalmology, 15th ed, Lange Medical
Publication, California, 1995, pp. 160, 164-165
2. Basic And Clinical Science Course : Lens and Cataract, The Foundation of The
American Academy of Ophthalmology, 2001-2002, pp. 40-45, 96-110
3. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr.
Soetomo Surabaya, 2006
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
50/134
50
VI. GLAUKOMA
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
51/134
51
GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP PRIMER AKUT
PENGERTIAN
Kelainan mata yang terjadi karena Tekanan Intra Okuler (TIO) meningkat secara
cepat sebagai hasil dari tertutupnya sudut Bilik Mata Depan (BMD) secara total dan
mendadak akibat blok pupil karena kondisi primer mata dengan segmen anterior yangkecil
Patofisiologi
Mata dengan segmen anterior yang kecil dan sumbu aksial yang pendek
dengan BMD yang dangkal, dengan meningkatnya usia, lensa membesar sehingga
kontak irido-lentikular meningkat dan bila tiba-tiba mengalami kondisi yang
menyebabkan pupil middilatasi, terjadi aposisi iris-lensa yang maksimal, blok pupil,
kontak iris dengan Trabecular Meshwork (TM), sudut BMD tertutup, akuos
terbendung, TIO meningkat dengan cepat.
ANAMNESIS
Keluhanmerah, nyeri periokuler, penglihatan sangat menurun dan melihatwarna pelangi sekitar sumber cahaya (halo), dapat disertai mual dan muntah.
Keluhan dan gambaran klinis timbul sebagai akibat dari peningkatan TIO yang
mendadak dan sangat tinggi.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus
2. Tonometer (Schiotz / Applanasi / NCT)
3.
Biomikroskopi lampu celah
4. Funduskopi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Gonioskopi
2. Perimetri
3. Imaging
KRITERIA DIAGNOSIS
- Keluhan mata merah dan nyeri
- Visus menurun
- Biomicroskopi / Slit Lamp
Segmen anterior didapatkan hyperemia limbal dan konjungtiva, edema kornea,
BMD dangkal dengan flare dan cells, iris bombans tanpa adanya rubeosis iridis, pupil dilatasi bulat lonjong vertical reflex negative, lensa posisi normal tidak
katarak.
- Tonometri : TIO sangat tinggi
-
Gonioskopi : sudut BMD tertutup dengan PSA
- Papil Saraf Optik (PSO) hyperemia
DIAGNOSIS BANDING1.
Glaucoma sudut tertutup sekunder karena kelainan lensa :
- Glaucoma fakomorfik (lensa yang membesar)
- Glaucoma ektopia lentis anterior
2.
Glaucoma sudut tertutup sekunder karena blok pupil akibat inflamasi intra okuler3. Glaucoma sudut tertutup sekunder karena rubeosis iridis (Glaukoma neovaskuler)
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
52/134
52
4. Glaucoma maligna
PENATALAKSANAAN
A. Segera menurunkan TIO
1. Hiperosmotik : Glycerine 1,5 gr/kgBB 50% larutan dapat dicampur dengan
sari jeruk; bila sangat mual dapat diganti dengan Manitol 1-15 gr/kgBB 20%larutan intravena (dalam infuse 3-5 cc/menit = 60 – 100 tetes/menit.
Hati-hati pada orang tua, penderita penyakit jantung, ginjal dan hati.
2. Acetazolamide 500 mg oral dilanjutkan 250 mg sehari 4 kali
Hati-hati pada : penderita batu ginjal, obstruksi paru menahun dan gangguan
fungsi hati.
B. Menekan reaksi radang
Steroid sistemik topical : Prednisolone 1% atau dexamethasone 0,1% sehari 4
kali
C.
Sesudah + 1 jam, periksa TIO dan sudut BMDa. Pada umumnya TIO sudah mulai turun dan bila sudah < 40 mmHg, beri
Pilocarpine 2% dan setelah ½ jam bila TIO tetap turun dan sudut mulai
terbuka beri Pilocarpine 1% sehari 4 kali, Timolol 0,5% sehari 2 kali, topical
Prednisolone 1% atau dexamethasone 0,1% sehari 4 kali
Pilocarpine tidak perlu diberi secara “intensive”
Bila kondisi mata sudah mulai tenang terutama bila kornea sudah jernih,
dilakukan Bedah Iridektomi Perifer (bedah IP).
Bila TIO tetap tinggi dan sudut tetap tertutup, harus dipikirkan kemungkinan
glaucoma sudut tertutup karena kelainan lensa jangan diberi Pilocarpine akan
menambah lensa bergerak kedepan, blok pupil)
Siapkan pasien untuk dirujuk Argon Laser Peripheral Iridoplasty (ALPI) yang
akan mengkerutkan iris perifer sehingga sudut terbuka, TIO turun, kondisi
mata menjadi tenang (2-3 hari) untuk selanjutnya dilakukan laser PI.
D. Pasca bedah IP
Gonioskopi :
a. Sudut terbuka; Pilocarpine diteruskan sampai tampak jelas lubang IP, Timolol
dan Prednisolone atau Dexamethasone diteruskan sampai kondisi mata tenang
(bebas dari inflamasi)
b. Sudut tetap tertutup; dugaan Glaukoma plateau iris, Glaukoma ektopia lentis
anterior, Glaukoma maligna
E.
Untuk Mata jiran (Fellow Eye)
Sementara Pilocarpine 1% sehari 4 kali dan Timolol 0.5% ( 1- 2kali sehari), atau
Timolol 0.5% saja, sampai saat terbaik untuk dilakukan Laser PI atau Bedah IP
Pemberian Pilocarpine harus disertai obat anti glaucoma lainnya misal Timolol maleat
0,5% .
PROGNOSIS
Tergantung dari beratnya, lamanya, dan adanya kerusakan permanen dipapil syaraf
optic.
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
53/134
53
EDUKASI KEPADA PASIEN 1. Pasien harus menggunakan obat tetes mata sesuai dengan petunjuk dokter,
terutama dalam hal kepatuhan (compliance, adherence) dan jumlah pemberian
obat per hari.
2. Pasien harus teratur berobat ke dokter mata untuk melakukan pemeriksaan
tekanan intra okular, penilaian status saraf N II (struktur anatomi saraf mata) danlapang pandang fungsi penglihatan).
3. Pemeriksaan teratur juga dikenakan kepada keluarga pasien.
4. Berobat teratur bila terdapat penyakit penyerta sistemik, terutama diabetes
melitus.
KEPUSTAKAAN
1. Brubaker RF; Cantor LB; Epstein D; Gross RL; Katz LJ; Noecker RJ; Schuman
JS; Simmons ST; Guide to Glaucoma Management, A Continuing Medical
Education Program; Review of Ophthalmology; Sept 2001; 25-28
2. Cantor L; Fechtner RD; Michael AJ; Simmons ST; Wilson AR; Brown SVL, eds.
Basic and Clinical Science Course, Glaucoma, Section 10; 2001-2002; SanFrancisco; The Foundation of The American Academy of Ophthalmology; 72-
81, 100-108, 130-146, 147-153, 163-166
3. Kanski JJ; Clinical Ophthalmology, A Systematic Approach; 4th
ed; Oxford;
Butterworth-Heinemann; 1999; 206-217, 229, 243-248
4. Ritch R; Shields MB; Krupin T; eds. The Glaucomas; 2nd
ed; 1996; St Louis,
Mosby; 821-836, 841-853, 103-104, 1521-1527, 1549-1551, 1707-1708,
1715-1716
5.
Sefansson E; Costa VP, Harris A; Wiederholt M; CO-REGULATION, A
Comprehensive Approach for Glaucoma Management, Highlight from a
Satelite Symposium with the 13th Congress of the European Society of
Ophthalmology; Istambul, June 4, 2001; 1-2, 3-4
6.
Pedoman Diagnosis Terapi RSU Dr. Soetomo, Bag/SMF Ilmu Penyakit Mata,
Divisi Glaukoma, RSU Dr. Soetomo, tahun 2006
7. Lowe RF; Lim ASM: Primary Angle closure Glaucoma. PG PUBLISHING.
Singapore.Hong Kong.New Delhi.Auckland.Boston. 1989.
8. Krupin T,M.D.: Manual of Glaucoma. Diagnosis and Management. Churchill
Livingstone. NewYork, Edinbergh, London, Melbourne 1988
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
54/134
54
GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP PRIMER KRONIS
DENGAN GEJALA
(=Glaukoma Sudut Tertutup Primer Akut Terbengkalai atau Glaukoma Sudut
Tertutup Primer Akut yang lama / GSTP Akut Terbengkalai)
BATASAN / PENGERTIANSudut tertutup akut yang berlangsung lama prolonged appositional closure
sehingga menjadi sinekia anterior perifer (SAP) yang menyebabkan TIO tetap tinggi
disertai kerusakan pada PSO
ANAMNESIS
Keluhan nyeri periokuler, penglihatan sangat menurun dan melihatwarna pelangi
sekitar sumber cahaya (halo).
PEMERIKSAAN FISIK
1.
Visus2. Tonometer (Schiotz / Applanasi / NCT)
3. Biomikroskopi lampu celah
4. Funduskopi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Gonioskopi
2. Perimetri
3.
Imaging
KRITERIA DIAGNOSIS
-
Riwayat serangan GSTP Akut beberapa waktu yang lalu dan gambaran klinis
utama
- Visus menurun
- segmen anterior didapatkan hyperemia limbal dan konjungtiva, Atrofi iris, Fixed
semidilated pupil, BMD dangkal, glaukomflecken
- TIO tinggi
- Sudut BMD tertutup
- PSO sudah mulai atrofi
DIAGNOSIS BANDING
-
Glaucomatocyclitis krisis (syndrome Posner-Schlossman)- Glaukoma sudut tertutup akut
- Glaukoma neovaskular
- Glaukoma berpigmen
PENATALAKSANAAN
a.
Bila SAP tidak luas, langsung Laser PI atau Bedah IP untuk membuka sudut yang
aposisi dan mencegah SAP bertambah luas kemudian dilanjutkan dengan obat-
obat.
b. Bila sudut yang tertutup 75%, pada umumnya TIO masih tetap tinggi (
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
55/134
55
PROGNOSIS
Tergantung kerusakan yang sudah terjadi pada papil syaraf optiknya.
EDUKASI
-
Menjelaskan kepada penderita dan keluarganya bahwa tujuan terapi danoperasi yg dilakukan untuk mempertahankan kondisi yang ada saat ini.
- Pentingnya memonitor kondisi pasien karena peningkatan tekanan intra ocular
dapat mengakibatkan gangguang lapangan pandang.
-
KEPUSTAKAAN
1.
Boyd BF; Luntz M; Boyd S; eds. Innovations in the Glaucomas, Etiology,
Diagnosis and Management; English edition 2002; Eldorado Panama;
Highlights of Ophthalmology International; 83-87, 269-278, 293-294, 297-
300, 301-304, 373-3762. Brubaker RF; Cantor LB; Epstein D; Gross RL; Katz LJ; Noecker RJ; Schuman
JS; Simmons ST; Guide to Glaucoma Management, A Continuing Medical
Education Program; Review of Ophthalmology; Sept 2001; 25-28
3. Bournias TE; Cohen JS; Gross RL; Schuman JS; Katz LJ; 3 Targets Total
Glaucoma Management; Ocular Surgery News; April 2002; 5,10-11,13
4. Cantor L; Fechtner RD; Michael AJ; Simmons ST; Wilson AR; Brown SVL, eds.
Basic and Clinical Science Course, Glaucoma, Section 10; 2001-2002; San
Francisco; The Foundation of The American Academy of Ophthalmology; 72-
81, 100-108, 130-146, 147-153, 163-166
5.
Kanski JJ; Clinical Ophthalmology, A Systematic Approach; 4th ed; Oxford;
Butterworth-Heinemann; 1999; 206-217, 229, 243-248
6.
Ritch R; Shields MB; Krupin T; eds. The Glaucomas; 2nd ed; 1996; St Louis,
Mosby; 821-836, 841-853, 103-104, 1521-1527, 1549-1551, 1707-1708,
1715-1716
7. Sefansson E; Costa VP, Harris A; Wiederholt M; CO-REGULATION, A
Comprehensive Approach for Glaucoma Management, Highlight from a
Satelite Symposium with the 13th Congress of the European Society of
Ophthalmology; Istambul, June 4, 2001; 1-2, 3-4
8. Pedoman Diagnosis Terapi RSU Dr. Soetomo, Bag/SMF Ilmu Penyakit Mata,
Divisi Glaukoma, RSU Dr. Soetomo, tahun 2006
9.
Lowe RF; Lim ASM: Primary Angle closure Glaucoma. PG PUBLISHING.Singapore.Hong Kong.New Delhi.Auckland.Boston. 1989.
10.
Krupin T,M.D.: Manual of Glaucoma. Diagnosis and Management. Churchill
Livingstone. NewYork, Edinbergh, London, Melbourne 1988
8/20/2019 55cf864b550346484b962e79
56/134
56
GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP
KARENA EKTOPIA LENTIS ANTERIOR
PENGERTIAN
Kelainan mata yang terjadi karena TIO meningkat dengan cepat sebagai hasil dari
tertutupnya sudut akibat subluksasi lensa anteriorPatofisiologi:
Akibat trauma atau pada beberapa penyakit sindroma, lensa tidak pada posisi normal
tetap subluksasi atau dislokasi anterior sehingga terjadi blok pupil oleh lensa dan
mungkin juga vitreous, timbul iris bombans, iris perifer kontak dengan TM sudut
tertutup, TIO meningkat.
ANAMNESIS
Keluhan nyeri periokuler, peng