V - 1 A. KAJIAN LINGKUNGAN FISIK 1. KLIMATOLOGI Kota Makassar beriklim tropis karena wilayah ini dipengaruhi monsoon barat dan pola curah hujan ekuatorial karena letak geografisnya di dekat ekuator. Suhu rata-rata sepanjang tahun 2008 berkisar antara 26,60°C -28,90 °C. Suhu udara maksimum berkisar antara 29,80°C – 32,90°C dan suhu udara minimum berkisar antara 23,60°C – 25,30°C. Kelembapan udara rata- rata wilayah Kota Makassar berdasarkan data tahun 2008 adalah 81,5%,dengan persentase penyinaran matahari di Kota Makassar berkisar antara 25,5% - 87,5%, dengan rata-rata penyinaran sekitar 61,02%. a. Curah hujan Berdasarkan analisis data curah hujan dari Stasiun BMG Paotere, curah hujan rata-rata bulanan terjadi di musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan dengan curah hujan rata-rata bulanan lebih besar dari 200 mm terjadi pada bulan Desember sampai April. Musim kemarau dengan curah hujan rata-rata bulanan lebih kecil dari 200 mm terjadi pada bulan Mei sampai November. Besar curah hujan rata-rata bulanan berkisar antara 6 sampai 685 mm dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan September dan tertinggi pada bulan Februari. Variasi curah hujan rata-rata bulanan dapat dilihat pada Tabel 5-1. Tahun Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des 1997 529 846 193 189 21 4 14 0 0 0 25 176 1998 167 110 240 220 87 23 257 110 56 174 684 862 1999 1277 994 433 580 140 76 31 6 12 126 225 836 2000 823 778 1114 338 337 37 180 67 0 47 84 303 2001 445 893 813 687 163 11 92 0 0 6 20 550 2002 1042 813 435 617 139 87 31 2 0 0 1.5 97 2003 492 695 534 157 110 147 5 15 0 7 20 104 2004 928 618 690 624 54 59 33 0 0 0 24 129 2005 531 718 235 200 139 6 2 35 0 0 165 225 2006 398 587 649 353 265 26 137 1 0 0 0 20 2007 694 486 283 197 36 130 4 3 0 16 215 869 Rata 666 685 511 378 136 55 71 22 6 34 133 379 LAPORAN AKHIR BAB V. KAJIAN LINGKUNGAN WILAYAH KOTA MAKASSAR Tabel 5-1 Data Curah Hujan Rata-Rata Bulanan Sumber: Badan Metereologi dan Geofisika Wilayah IV, Makassar, 2008
70
Embed
55177714 Laporan Akhir Bab 5 Kajian Lingkungan WKM
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
V - 1
A. KAJIAN LINGKUNGAN FISIK
1. KLIMATOLOGI
Kota Makassar beriklim tropis karena wilayah ini
dipengaruhi monsoon barat dan pola curah hujan
ekuatorial karena letak geografisnya di dekat ekuator.
Suhu rata-rata sepanjang tahun 2008 berkisar antara
26,60°C -28,90 °C. Suhu udara maksimum berkisar
antara 29,80°C – 32,90°C dan suhu udara minimum berkisar antara 23,60°C – 25,30°C. Kelembapan udara rata-
rata wilayah Kota Makassar berdasarkan data tahun 2008 adalah 81,5%,dengan persentase penyinaran matahari di
Kota Makassar berkisar antara 25,5% - 87,5%, dengan rata-rata penyinaran sekitar 61,02%.
a. Curah hujan
Berdasarkan analisis data curah hujan dari Stasiun BMG Paotere, curah hujan rata-rata bulanan terjadi di musim
hujan dan musim kemarau. Musim hujan dengan curah hujan rata-rata bulanan lebih besar dari 200 mm terjadi
pada bulan Desember sampai April. Musim kemarau dengan curah hujan rata-rata bulanan lebih kecil dari 200
mm terjadi pada bulan Mei sampai November. Besar curah hujan rata-rata bulanan berkisar antara 6 sampai 685
mm dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan September dan tertinggi pada bulan Februari. Variasi curah
hujan rata-rata bulanan dapat dilihat pada Tabel 5-1.
Tahun Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
1997 529 846 193 189 21 4 14 0 0 0 25 176
1998 167 110 240 220 87 23 257 110 56 174 684 862
1999 1277 994 433 580 140 76 31 6 12 126 225 836
2000 823 778 1114 338 337 37 180 67 0 47 84 303
2001 445 893 813 687 163 11 92 0 0 6 20 550
2002 1042 813 435 617 139 87 31 2 0 0 1.5 97
2003 492 695 534 157 110 147 5 15 0 7 20 104
2004 928 618 690 624 54 59 33 0 0 0 24 129
2005 531 718 235 200 139 6 2 35 0 0 165 225
2006 398 587 649 353 265 26 137 1 0 0 0 20
2007 694 486 283 197 36 130 4 3 0 16 215 869
Rata 666 685 511 378 136 55 71 22 6 34 133 379
LAPORAN AKHIR
BAB V. KAJIAN LINGKUNGAN
WILAYAH KOTA MAKASSAR
Tabel 5-1 Data Curah Hujan Rata-Rata Bulanan
Sumber: Badan Metereologi dan Geofisika Wilayah IV, Makassar, 2008
V - 2
b. Hari Hujan
Berdasarkan data rata-rata hari hujan dari Stasiun BMG, jumlah hari hujan yang terjadi sepanjang tahun 2008
berlangsung selama 197 hari. Rata-rata hari hujan adalah 1 sampai 29 hari hujan, bulan yang mempunyai hari
hujan yang terendah adalah September, sedangkan yang tertinggi adalah pada bulan Februari (lihat tabel 5-2)
Tabel 5-2 Jumlah Hari Hujan dirinci Menurut Bulan pada Stasiun Maritim Paotere Makassar
Bulan Jumlah Hujan (hari) Januari 27
Februari 29
Maret 22
April 16
Mei 7
Juni 8
Juli 10
Agustus 8
September 4
Oktober 13
Nopember 26
Desember 27
Sumber Makassar dalam Angka Tahun 2008
c. Intensitas Hujan
Berdasarkan analisis frekuensi untuk mendapatkan curah hujan rancangan periode ulang 2, 5, 10, dan 25 tahun
menggunakan metode Gumbel dan pendekatan Mononobe diperoleh hasil perhitungan intensitas hujan
ditunjukkan pada Tabel 5-3 dan pada Gambar 5-1 diperlihatkan hubungan antara intensitas dan durasi hujan.
Tabel 5-3 Hasil perhitungan Intensitas Hujan
tc I2 I5 I10 I25
menit Jam (mm/jam) (mm/jam) (mm/jam) (mm/jam)
5 0.0833 349.46 497.38 595.30 719.05
10 0.1667 220.15 313.33 375.01 452.98
15 0.2500 168.00 239.11 286.19 345.69
20 0.3333 138.68 197.38 236.24 285.36
30 0.5000 105.84 150.63 180.29 217.77
40 0.6667 87.37 124.34 148.82 179.76
50 0.8333 75.29 107.16 128.25 154.92
60 1.0000 66.67 94.89 113.57 137.19
75 1.2500 57.46 81.78 97.88 118.22
90 1.5000 50.88 72.42 86.67 104.69
105 1.7500 45.91 65.34 78.21 94.47
120 2.0000 42.00 59.78 71.55 86.42
150 2.5000 36.20 51.52 61.66 74.48
180 3.0000 32.05 45.62 54.60 65.95
Sumber: Hasil Perhitungan Penyusunan Studi AMDAL
V - 3
Gambar 5-1 Curva Intensitas – Durasi Hujan, 2008
Intensitas hujan mengalami kenaikan seiring dengan bertambahnya waktu (durasi hujan dari 2 – 25 tahun).
Intensitas hujan maksimum sebesar 719,05 mm/jam dan intensitas hujan minimum sebesar 32,05. Berdasarkan
data-data klimatologi di atas maka Kota Makassar masuk dalam kriteria hujan lebat karena intensitas hujan lebih
besar dari 20 mm/jam. Indikasi ini menunjukkan bahwa Kota Makassar diprediksi menjadi daerah rawan banjir di
tahun yang akan datang. Tingginya intensitas curah hujan yang terjadi lebih disebabkan karena tingginya
evaporasi yang terjadi.
Selain dari faktor curah hujan dan intensitasnya, kondisi bentang alamnya yang diklasifikasikan datar hingga
miring landai (0 – 21 m) serta berada dekat dengan kawasan pantai dan sebagai tempat muara 2 sungai besar
(Sungai Jeneberang dan Sungai Tallo) dan kondisi baik buruknya sistem drainase kota (seperti kanal) juga
berpengaruh terhadap terbentuknya genangan air dan potensi banjir. Tingginya curah hujan yang terjadi dapat
mempengaruhi aliran drainase kota, dimana volume tampungan aliran tidak sesuai dengan volume hujan yang
turun. Adanya fenomena La Nina yang terjadi juga dapat menjadi salah satu faktor terjadinya banjir, Fenomena La
Nina dapat mengakibatkan besarnya curah hujan yang turun terjadi diatas rata-rata dan volumenya tidak merata
dengan jumlah hari hujan, sehingga mampu meningkatkan debit aliran drainase hingga ke aliran sungai,
Fenomena La Nina terhadap cuaca di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 5-2.
Gambar 5-2 Fenomena La Nina Terhadap Cuaca di Indonesia
Curva Intensitas - durasi
0
100
200
300
400
500
600
700
800
0 30 60 90 120 150 180 210
t (menit)
I (m
m/ja
m)
I2
I5
I10
I25
V - 4
2. TOPOGRAFI
Secara topografi Kota Makassar dicirikan dengan keadaan dan kondisi sebagai berikut: tanah relatif datar,
bergelombang, dan berbukit serta berada pada ketinggian 0-25 meter diatas permukaan laut (dpl) dengan tingkat
kemiringan lereng (elevasi) 0-15%. Sementara itu, dilihat dari klasifikasi kelerengannya, sebagian besar berada
pada kemiringan 0-8%.
Tabel 5-4 .Peta Kemiringan Makassar, 2007
KODE WIL.
KECAMATAN BUJUR LINTANG TINGGI DPL (M)
(1) (2) (3) (4) (5)
010 MARISO 5º9’59‖ 119º24’30‖ 1 – 4
020 MAMAJANG 5º9’05‖ 119º25’04‖ 1 – 5
030 TAMALATE 5º10’30‖ 119º24’28‖ 1 – 6
031 RAPPOCINI 5º11’20‖ 119º26’30‖ 2 – 6
040 MAKASSAR 5º8’40‖ 119º25’25‖ 1 – 4
050 UJUNG PANDANG 5º8’15‖ 119º24’27‖ 1 – 3
060 WAJO 5º7’45‖ 119º24’40‖ 1 – 4
070 BONTOALA 5º7’54‖ 119º25’24‖ 1 – 4
080 UJUNG TANAH 5º7’47‖ 119º25’23‖ 1 – 4
090 TALLO 5º7’16‖ 119º26’10‖ 1 – 3
100 PANAKKUKANG 5º9’40‖ 119º27’35‖ 1- 13
101 MANGGALA 5º10’03‖ 119º29’29‖ 2 – 22
110 BIRINGKANAYA 5º4’50‖ 119º30’10‖ 1 – 19
111 TAMALANREA 5º8’25‖ 119º29’31‖ 1- 22
Sumber: Badan Pertanahan, 2008
Berdasarkan tabel 5-4 menunjukkan bahwa sebagian besar kawasan kecamatan Kota Makassar berelief datar.
Beberapa kawasan tersebut, yaitu: kecamatan Mariso, ujung pandang, Tallo dll. Kondisi kawasan seperti ini
terancam rawan banjir akibat luapan kanal pada saat hujan rata-rata maksimum 200 mm/jam. Akan tetapi wilayah
dengan topografi relative datar berpotensi sebagai kawasan pemukiman, usaha ataupun industri. Kawasan
pemukiman dilakukan secara vertical bagi kawasan/kecamatan perkotaan, dimana kawasan tersebut memiliki lahan
yang relative terbatas. Begitu juga sebaliknya, dilakukan pembangungan secara horizontal bagi kawasan yang
memiliki lahan kosong masih relative luas. Selain itu, dapat juga dilakukan pengembangan kawasan usaha/industry
sesuai dengan potensi dari tiap kawasan tersebut, yakni dengan memiliki tingkat aksesbilitas yang tinggi dan
potensial alam yang dimilikinya.
Gambar 5-3 Peta Geomorfologi Kota Makassar, 2008
V - 5
Berdasarkan Gambar 5-3 menunjukkan bahwa keadaan geomorfologi Kota Makassar dicirikan dengan daratan
bergelombang miring denudasial dan pedataran flufial.
Dari hasil penelitian yang ada menunjukkan bahwa untuk kondisi ruang seperti ini Kota Makassar sangat berpotensi
untuk pengembangan kegiatan permukiman, perdagangan, jasa, industri, rekreasi, pelabuhan laut dan fasilitas
penunjang lainnya. Melihat kondisi real makassar saat ini, daerah yang cenderung relatif datar akan memungkinkan
untuk terjadi genagan air atau banjir akibat meluapnya air permukaan pada saat musim hujan. Air akan terakumulasi
di daerah dengan relief lebih rendah.
3. GEOLOGI
a. Geologi Umum
Berdasarkan gambar peta di atas menunjukkan bahwa kondisi geologi umum Kota Makassar disusun atas 3 satuan
batuan:
1) Satuan Aluvial
Satuan batuan alluvial mendominasi seluruh wilayah kota dengan luas 11.693,83 ha yang penyebaran di sekitar
daratan sampai ke pantai. Daerah yang mengandung kandungan alluvial cocok untuk pengembangan daerah
pertanian. Hal ini karena alluvial banyak mengandung mineral dan miskin basa sehingga alluvial merupakan jenis
tanah yang sangat subur. Di Makassar jenis tanah tersebut tersebar disekitar kecamatan Mariso, Tamalate,
Wajo, Tamalanrea, Ujung Tanah dan lainnya.
2) Satuan Basal
Satuan batuan basal terdapat di Kota Makassar hanya terdapat di dua wilayah kecamatan yaitu Kecamatan
Tamalanrea dengan luas 3,201 ha dan di Kecamatan Biringkanaya dengan luas 25,027 ha.
3) Satuan Tufa dan Breksi
Satuan tufa dan breksi terdapat di Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Panakukang dan Kecamatan
Manggala. Sedangkan Stratigrafi berupa endapan alluvium, rawa dan pantai. Di bawahnya terdapat batuan
gunung api Lompobatang (QW), sedangkan batuan tertua adalah batuan sedimen flysch kapur atas yang
dipetakan sebagai formasi Marada (Km). Batuan gunung api Lompobatang tersusun atas konglomerat, lava,
breksi, endapan lahar dan tufa.
Gambar 5-4 Peta Geologi Kota Makassar, 2008
V - 6
b. Geologi wilayah
Karakteristik litologi Kota Makassar dibagi menjadi beberapa bagian antara lain:
a) Daerah Aliran Sungai Jeneberang
Bagian hulu daerah aliran Sungai Jeneberang disusun oleh batuan gunung api yang terdiri dari aglonmerat,
breksi, lava, endapan lahar dan tufa. Batuan gunungapi tersebut termasuk dalam batuan gunung api Battrape-
Cindako dan batuan gunung api Lompobattang. Beberapa diantara batuan gunung api tersebut tidak mengalami
kompaksi yang sempurna, sehingga sangat mudah mengalami longosoran dan erosi.
Bagian tengah daerah aliran Sungai Jeneberang, selain batuan gunungapi, dijumpai juga batuan sedimen laut
dari formasi Camba yang terdiri dari batupasir, batulempung, napal, batu gamping, konglomerat dan breksi
gunung api.
Bagian hilir Sungai Jeneberang tersusun atas endapan fluvial yang terdiri dari kerikil, pasir, lempung, lumpur dan
batu gamping koral. Batuan yang menyusun daerah perairan pantai di sekitar muara Sungai Jeneberang sebagai
endapan aluvial pantai terdiri dari pasir, lempung dan lumpur.
Dalam pengolahannya endapan berupa pasir tersebut dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai material
campuran dalam pembuatan konstruksi bangunan.
b) Daerah Pantai Kota Makassar
Batuan alas yang menyusun pada Pantai Kota Makassar berasal dari formasi Camba yang berumur miosen
tengah sampai miosen akhir, batuan alas ini terdiri dari satuan batupasir, batu lempung, tufa dan breksi.
Bagian atas batuan alas yang berbentuk cekungan diisi oleh endapan pasir kasar dari Sungai Jeneberang dan
endapan pasir halus dari Sungai Tallo. Sedangkan di sepanjang daerah pantai, ditemukan pasir berbutir kasar
dan halus yang berwarna abu abu hingga kehitaman.
c. Geologi Permukaan
Berdasarkan peta jenis tanah menunjukkan bahwa secara geologi Makassar tersusun oleh jenis tanah inceptisol dan
ultisol, Jenis tanah inceptisol dominan berada di bagian barat dan selatan Kota Makassar. Jenis tanah ini terdiri dari
tanah alluvial, andosol, regosol dan gleihumus. Daerah bagian barat dan selatan berpotensi untuk pengembangan
pemukiman, bisnis dan pariwisata. Hal ini disebabkan karena jenis tanah inceptisol memiliki tingkat porositas yang
rendah dan permeabilitas yang tinggi sehingga kemungkinan terjadinya erosi kecil bila dilihat dari segi
geologinya.Sebagai contoh, Kecamatan Mariso yang potensial sebagai kawasan pariwisata yang ditunjang dengan
adanya ‖land mark‖ Kota Makassar di daerah tersebut yaitu Pantai Losari.
Sebaliknya jenis tanah ultisol dominan berada di sebelah utara Kota Makassar. Jenis tanah ini termasuk didalamnya
podzolik merah kuning, latosol dan hidromorf kelabu. Daerah utara tidak cocok dijadikan sebagai kawasan
pertambakan karena jenis tanah ini banyak mengandung lapisan tanah liat dan bersifat asam serta miskin unsur
hara. Daerah ini lebih diarahkan pada pengembangan pemukiman. Hal ini ditunjang oleh masih luasnya areal yang
belum terbangun dan jumlah penduduknya masih sedikit sehingga tidak terjadi konsentrasi penduduk di pusat kota.
Bagian timur Kota Makassar jenis tanahnya merupakan kombinasi kedua jenis tanah. Pengembangan kawasan di
daerah ini lebih beragam mulai dari kawasan pendidikan, kawasan pemukiman hingga kawasan riset. Daerah ini juga
merupakan jalur lingkar baru Kota Makassar sehingga dapat mengurangi kemacetan dari pusat kota.
V - 7
4. HIDROLOGI
a. Air Permukaan
Pada dasarnya sistem aliran Kota Makassar di pengaruhi oleh dua faktor, yakni sistem aliran dari sungai
Jeneberang dan sungai Tello. Komponen DAS Kota Makassar pada umumnya sudah
beralih fungsi menjadi lahan pemukiman dan aktivitas manusia lainnya, akibatnya hujan
yang jatuh di DAS Kota Makassar menghasilkan genangan air. Air hujan yang jatuh
seharusnya teresap langsung ke dalam tanah dan mengalirkan airnya pada kantong-
kantong resapan sebelum masuk ke sungai atau laut, mengalami gangguan, sehingga
membentuk genangan banjir pada daerah yang mempunyai relief lebih rendah.
b. Kajian Kecenderungan DAS Jeneberang
Debit sungai jeneberang berkisar antara 238,8 – 1.152 m3/detik dengan debit rata-
rata tahunan sebesar 33,05 m3/detik. Debit aliran sungai ini mengalami penurunan
tiap tahunnya akibat meningkatnya derajat sebaran lumpur (sedimen) dari daerah
hulu. Dengan Panjang sungai 75,6 km dan debit 33,05 m3/detik kondisi sungai ini
masih relatif aman. Dalam artian bahwa kondisi sungai ini tetap stabil/aman jika
dalam pengelolaan dan pemeliharaan dam Bili-Bili dilakukan secara kontinyu. Jika stabilitas dam Bili-bili menurun
hingga secara teknis tidak mampu berfungsi dengan maksimal, hal ini akan memberikan pengaruh yang berbahaya
terhadap pedataran Kota Makassar. Karena penurunan stabilitas Dam ini akan menaikkan besarnya kecepatan
aliran debris. Kecepatan alir yang terlalu besar memungkinkan gaya gravitasi bumi sangat kuat yang dapat mengikis
permukaan tanah yang sampai akhirnya dapat menyebabkan longsor. Ancaman ini akan semakin besar dikarenakan
tekstur tanah yang tersusun dan tersebar di kawasan ini merupakan struktur tanah yang tidak terkompaksi secara
maksimal.
c. Kajian Kecenderungan DAS Tello
Debit aliran sungai Tello 143,07 liter/detik dengan panjang sungai 61,2 km. Sistem DAS Sungai Tallo penyebab
utama dalam pembentukan daerah rawan banjir Kota Makassar, sehingga apabila hujan datang dengan rata-rata
592,54 mm/bulan daerah Kota Makassar yang masuk dalam sisitem DAS ini akan membentuk banjir, terkhusus di
sekitar samping kiri dan kanan.
d. Air Tanah
Makassar sebagai kota bisnis dan daerah industri di wilayah indonesia Timur, membutuhkan ruang/wilayah yang
cukup besar untuk beroperasi, sehingga sering terjadi peralihan fungsi ruang. Laju industri dan bisnis yang cukup
pesat mengakibatkan tingkat Kebutuhan sumberdaya air terus meningkat, Meskipun sering tidak diimbangi oleh
siklus air yang relatif tetap. Perubahan lahan akibat tekanan aktifitas penduduk yang mengakibatkan perubahan
badan air yang terbentuk di daratan. Contoh nyata di berbagai wilayah pada saat musim hujan selalu/menjadi banjir,
sedangkan pada saat musim kemarau daerah yang sama mengalami kekeringan.
Perubahan ini mengakibatkan penduduk di beberapa wilayah seperti, daerah Tamalanrea, sering terjadi kekeringan
pada saat kemarau dan terjadi luapan muka air yang cukup signifikan akibat pengaruh hujan. Luapan muka air juga
disebabkan oleh adanya siklus pola aliran yang tidak tetap dan tidak terencana.
Siklus air yang relatif tidak tetap diakibatkan oleh ketidak seimbangan antara meningkatnya ekstensifikasi
pembangunan dengan desentralisasi daerah resapan air. Secara abstrak tingkat kebutuhan air tanah yang
dieksplorasi saat ini disentralisasikan untuk penggunaan air bersih, sehingga penggunaan air tanah relatif meningkat
cukup signifikan.
V - 8
Akibat dari eksploitasi berlebih ini mulai terasa dampaknya, yakni menurunnya muka air tanah secara berkala yang
mengakibatkan keringnya sumur-sumur setempat, amblesan tanah, intrusi air laut dan banyak lagi.
Untuk menentukan atau memetakkan derah resapan air tidak hanya di tinjau dari tingkat kemiringan lereng dan
gravitasi tanah, tetapi perlu juga pengkajian geologi dan struktur tanah wilayah Makassar
Gambar 5-5 Peta Kawasan Rawan Genangan air Kota Makassar, 2008
Berdasarkan gambar 5-5 menunjukkan bahwa kawasan yang rawan terjadi genangan air disebabkan oleh topografi
yang relatif landai dan ketidakmampuan sistem saluran yang tidak optimal. Daerah tersebut sering terjadi pada
daerah kecamatan Tallo, Biringkanaya, dan Tamalanrea.
e. Sedimen
Sebaran sedimentasi daerah Kota Makassar terbentuk di sekitar Sungai Tallo dan Sungai Jeneberang, yang
membentuk endapan delta dan tersebar mengikut pesisir pantai kota membentuk spit dan gundukan pulau. Proses
sedimentasi ini menjadikan penampang sungai menjadi sempit, sehingga sangat mempengaruhi terjadinya
limpasan air pada saat musim hujan kearah samping kiri/kanan sungai.
Berdasarkan hasil penelitian ―Lingkungan hidup Kota Makassar”, 2007 menunjukkan bahwa sebaran sedimen
diketahui dengan mengacu pada debit sungai Janeberang, yaitu antara 238,8 – 1.152 m3/detik dengan debit rata-
rata tahunan sebesar 33,05 m3/ detik dengan kadar lumpur yang terbawa antara 25 – 200 gr/liter. Pengaruh
perkembangan sedimentasi ini berdampak pada daerah sekitar Tanjung Bunga relatif kearah barat laut hingga utara.
Namun mengingat berfungsinya DAM Bili-bili sebagai alternatif pembendungan muatan sedimentasi, diperkirakan
muatan sedimentasi menuju muara akan menurun hingga 0,2 x 106 m/tahun atau seperempat kali volume semula.
Sebaran sedimen yang lain datang dari sungai Tallo dengan debit alir 143,07 liter/detik. Kecepatan sedimentasi
sungai Tallo yang bermuara di pelabuhan Paotere berkisar antara 29,6 – 76,1 cm dengan rata-rata kecepatan
sedimentasi 52,85 cm/tahun. Lambatnya kecepatan aliran sungai Tallo dengan laju sedimentasi yang cukup tinggi,
menimbulkan kecenderungan mengalami perubahan alur membentuk meander. Ditambah dengan kondisi
kemiringan yang landai (1/10.000) dan pasang surut air laut yang dapat menjalar hingga jarak 20 km, maka
kecepatan sedimentasi seperti ini menjadi rawan bagi daerah pelabuhan Paotere, pemukiman termasuk Kawasan
Industri Makassar.
V - 9
B. KAJIAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA UNGGUL
Untuk pengembangan Kota Makassar saat ini pemerintah daerah tidak hanya merevisi infrastruktur kota tetapi juga
dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Karena manusia merupakan subyek sekaligus objek dalam
mobilitas pembangunan kota.
Peningkatan sumber daya manusia sangat erat hubungannya dengan kualitas pendidikan. Secara statistik, tingkat
sumber daya manusia berbanding lurus dengan kualitas pendidikan.
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan SDM adalah dengan cara memberikan subsidi penuh sekitar
400 sekolah negeri, dari SD hingga SMP di 14 kecamatan. Subsidi penuh ini di kenal dengan program sekolah gratis.
Selain itu dilakukan pula program penghapusan ―Buta Aksara‖ di beberapa daerah, khususnya para orang tua yang buta
huruf.
Ditinjau dari aspek infrastruktur kota, pemerintah kota merevisi dan mengembangkan sarana dan prasarana sekolah. Hal
ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah sekolah dalam tiap tahun. Selain itu, Berdasarkan data BPS 2008
menunjukkan bahwa jumlah sekolah SD 448 unit, SMP 172 unit, dan SMU sebanyak 110 unit.
Mengacu pada data BPS yang sama, jumlah pencari kerja menurut tingkat pendidikan terlihat bahwa tingkat pendidikan
SMA yang menempati peringkat pertama yaitu sekitar 50,87 persen disusul tingkat pendidikan Sarjana sekitar 30,51
persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas sumber daya manusia di Kota Makassar masih tergolong sedang.
Namun peningkatan jumlah Enginer dan lulusan sarjana cukup real setiap periodenya. Upaya-upaya pemerintah Kota
Makassar masih terus berjalan, yakni dengan dibangunnya sarana universitas terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa
pemerintah Kota Makassar memberi kesempatan seluasnya kepada masyarakat yang tidak mampu untuk dapat
mengenyam bangku perkuliahan. Selain itu diadakannya pula kegiatan pelatihan-pelatihan tenaga siap kerja kepada
para lulusan kerja. Strategi-strategi terus dilakukan pemerintah sehingga tercipta masyarakat sebagai sumber daya
manusia yang unggul dan berdaya saing, dimana sesuai dengan visi Makassar sendiri ― Menuju Kota Dunia dengn
kearifan lokal.
C. KAJIAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN
Kajian Aspek Lokasi
Makassar sebagai kawasan yang cukup strategis dan potensial, sangat memungkinkan untuk menjadi kota yang
unggul, mandiri dan bahkan berpeluang untuk menjadi kota dunia. Kawasan-kawasan di kota ini memiliki banyak
kelebihan, mulai dari aspek eksotisme ekologis, seni tradisi yang kuat serta nialai-nilai budaya yang khas.
Kajian Aspek Sumberdaya Alam
Dari aspek sumber daya alam, Makassar tidak potensial untuk daerah tambang, karena secara geologi daerah ini
tidak ditemukan titik/sumber tambang. Untuk wilayah darat sebagian masyarakat memanfaatkan pasir sebagai
bahan bangunan. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pengerukan masyarakat di sekitar Maccini Sombala. Pasir
tersebut merupakan akumulasi sedimen dari Dam bili-bili.
Dari sektor maritim, Kota Makassar cukup potensial untuk peningkatan sumber daya alam. Keanekaraman hayati
yang dimiliki cukup menarik perhatian wisatawan, selain itu Makassar juga memiliki gugusan pulau-pulau yang
masing-masing memiliki karakter eksotik yang berbeda-beda. Sebagai contoh pulau Kodingareng Keke, pulau ini
memiliki nilai estetika Coral reefs dengan formasi yang membentuk lereng vertikal.
V - 10
Makassar saat ini telah menjadi kota pengekspor ikan jenis pelagis dan ikan karang untuk kawasan Negara-negara
Asia (Singapura, Hongkong, Cina, dan Filipina) dan bahkan ke benua Amerika (Amerika serikat). Selain itu terdapat
pula jenis karang keras yang di budidayakan untuk penghias akuarium. Jenis Karang ini juga telah berhasil di ekspor
ke luar negeri. Dengan keadaan seperti ini, tentunya dapat meningkatkan kualitas ekonomi daerah. Selain itu Kota
Makassar dan keanekaragaman hayati yang dimilikinya dapat terekspos secara luas. Keadaan seperti ini sangat
menguntungkan terhadap perkembangan wilayah makassar pada umumnya, karena akan semakin banyak
wisatawan atau tourism yang akan berkunjung dan menarik investor-investor baru.
1. Budidaya Perikanan dan Pantai
Makassar berbatasan langsung dengan Selat Makassar, mempunyai garis pantai sepanjang 32 Km serta
mencakup 12 pulau dengan luas keseluruhan 178.5 Ha atau 1,1% dari luas wilayah daratan. Dengan kondisi
geografis yang demikian, maka prospek pengembangan wilayah pesisir dan kepulauan dengan melakukan
eksplorasi terhadap potensi kelautan dan perikanan, harusnya sangat kondusif bagi peningkatan investasi.
Perkembangan sektor perikanan di Kota Makassar tidak hanya terpusat pada potensi perikanan laut tetapi juga
perikanan darat (tambak).
Berdasarkan peta kawasan tambak kota (Gambar 5-24), menunjukkan bahwa luas areal kawasan penggunaan
lahan tambak masih tergolong besar yakni sebesar 2354,183 ha, yang terkonsentrasi di beberapa kecamatan
yang letaknya berdekatan dengan daerah aliran sungai yakni Kec. Biringkanaya, Tamalanrea, Tallo, dan
Tamalatea.
Gambar 5-6 Peta Kawasan Tambak Kota Makassar, 2008
V - 11
Tabel 5-5 Produksi Perikanan Menurut Kecamatan (dalam ton)
Kecamatan Perikanan Laut
Perikanan Darat
Jumlah Total
MARISO 1227 - 1227
MAMAJANG - 38.4 38.4
TAMALATE 2696 - 2696
RAPPOCINI - - -
MAKASSAR - - -
UJUNG PANDANG - - -
WAJO - - -
BONTOALA - - -
UJUNG TANAH 6709 - 6709
TALLO 2784 74.9 2858.9
PANAKKUKANG - - -
MANGGALA - 59.1 59.1
BIRINGKANAYA 1725 149.8 1874.8
TAMALANREA 409 190.1 599.1
Sumber: BPS, 2008
Tabel 5-6 Produksi Perikanan dari Tahun 2006-2008 (dalam ton)
Mengacu pada data BPS 2008 (tabel 5-6) menunjukkan bahwa produksi perikanan tiap kecamatan bervariasi.
Hal ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik masing-masing kecamatan serta letak kecamatan dari laut
berbeda-beda. Nilai produksi ikan terbesar dimiliki oleh Kecamatan Tallo sebesar 2858.9 ton dan terendah di
Kecamatan Mamajang sebesar 38.4 ton. Selanjutnya dari tahun 2006 hingga tahun 2008 (Tabel 5-6), produksi
perikanan laut dan darat berfluktuatif bahkan cenderung menurun. Hal ini disebabkan oleh sarana dan prasarana
yang kurang memadai, seperti alat tangkap nelayan yang cenderung masih Manual serta kurangnya keterlibatan
pihak Engineer dalam bidang tersebut. Yakni minimnya kegiatan penyuluhan terhadap petani tambak mengenai
cara peningkatan jumlah produksi ikan hasil budidaya. Selain itu pula, adanya penurunan kualitas air laut yang
mempengaruhi jumlah tangkapan nelayan dan menurunnya kualitas tanah tambak. Penurunan produktivitas
tambak lebih dipengaruhi oleh pesatnya aktivitas industri di kecamatan Biringkanaya, desakan pemukiman
penduduk di beberapa kecamatan yang merubah fungsi kawasan tambak dan peningkatan pencemaran
(air,udara dan tanah) kawasan tambak.
Tahun Perikanan
Laut
Perikanan
Darat
Total
2008 15550 512.30 16062.30
2007 15619 453.20 16072.30
2006 20338 712.10 21051.10
Sumber: BPS, 2008
V - 12
Foto Pulau Lajukkang (September, 2004)
2. Pulau-Pulau
Dalam kapasitas pemanfaatan lahan untuk lingkungan wilayah lautnya dari wilayah administratif Makassar
tercatat bahwa pemanfaatan lahan terbatas hanya pada pemanfaatan 12 pulau dan 1 gusung yang dimiliki
Makassar, dengan luas lahan pulau yang mencapai ±140 ha dengan luas laut yang mencapai ±10.000 ha.
Berikut ini data potensi yang menyangkut karakteristik dan potensi dari 12 pulau berpasir putih yang dimiliki
Makassar(sumber: Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan), sebagai berikut:
Pulau Lajukkang
Luas Pulau : 6,3 Ha Jarak dari Makassar : 40,17 Km (pulau terluar Makassar) Kecamatan/Kelurahan : Ujung Tanah/Barrang Caddi Jumlah Penduduk : 32 Jiwa (9 kepala keluarga) Fasilitas : Dermaga belum ada Belum Ada transportasi reguler
Perahu carteran (10 Penumpang) bisa disewa dengan biaya sewa pulang pergi Rp. 750.000,-
Ciri Spesifik : Pasir Putih Terumbu karang 11 Ha Panorama bawah air sangat indah Vegetasi : Pohon Pinus, Pohon kelapa, dan Pohon pisang ditengah pulau Mata Pencaharian Penddk : Nelayan Pemancing Aktivitas Wisata : Camping, Snorkling, dan Sport Fishing
Pulau Langkai
Luas Pulau : 26,7 Ha Jarak dari Makassar : 35,8 Km (3 pulau terluar Makassar) Jarak dari Pulau Terdekat : 3,3 mil dari P. Lajukkang Kecamatan/Kelurahan : Ujung Tanah/Barrang Caddi Jumlah Penduduk : 430 Jiwa (127 KK) Fasilitas : Dermaga Belum Ada transportasi reguler Perahu carteran (10 Penumpang)
bisa disewa dengan biaya sewa pulang pergi Rp. 750.000,- Ciri Spesifik : Pasir Putih Terumbu karang 142,2 Ha Panorama bawah air sangat indah Vegetasi : Pohon kelapa Mata Pencaharian Penddk : Nelayan Pancing, Nelayan Pukat, Pengrajin Perahu, Pedagang Kelontong,
Guru dan pegawai Negeri Aktivitas Wisata : Camping, Snorkling, dan Sport Fishing
V - 13
Foto Pulau Langkai (September, 2004)
Pulau Lumu-Lumu
Luas Pulau : 3,75 Ha Jarak dari Makassar : 27,54 Km (pulau terdekat dari 3 pulau terluar Makassar) Kecamatan/Kelurahan : Ujung Tanah/Barrang Caddi Jumlah Penduduk : 984 Jiwa, dengan tingkat kepadatan 262 jiwa/ha Fasilitas : Dermaga Belum ada transportasi reguler
Perahu carteran (10Penumpang) bisa disewa dengan biaya sewa pulang pergi Rp. 400.000,-
Masjid Permanen :(1 buah) Puskesmas :(1 buah) Sekolah Dasar :(1 buah) Ciri Spesifik : Pasir Putih Panorama bawah air sangat indah Vegetasi : Pohon kelapa, Pohon Kayu Cina Mata Pencaharian Penddk : Nelayan Pancing, Nelayan Pukat, Aktivitas Wisata : Sport Fishing, Swimming
Pulau Bonetambung
Luas Pulau : 5 Ha Jarak dari Makassar : 17,87 Km (3 pulau terluar Makassar) Kecamatan/Kelurahan : Ujung Tanah/Barrang Caddi Jumlah Penduduk : 481 Jiwa Fasilitas : Dermaga Belum ada transportasi reguler
Perahu carteran (10 Penumpang) bisa disewa dengan biaya sewa pulang pergi Rp. 350.000,-
Masjid Permanen (1 buah) Puskesmas Pembantu (1 buah) Sekolah Dasar (1 buah)
Foto Pulau Lumu-Lumu (September, 2004)
V - 14
Foto Pulau Kodingareng Lompo (September, 2004)
Instalasi Listrik (generator); beroperasi pada pukul 18.00-22.00 wita Ciri Spesifik : Pasir Putih Panorama bawah air sangat indah Vegetasi : Pohon kelapa Biota laut : Kepiting, crustasea, molusca, cacing pasir, kerang-kerangan, bintang laut, bulu
babi; cumi-cumi, baronang, papakulu, mairo (teri), katamba, banyar. Mata Pencaharian Penddk : Nelayan Ikan Kerapu Aktivitas Wisata : Camping, Snorkling, dan Sport Fishing
Pulau Kodingareng Lompo
Luas Pulau : 14 Ha Jarak dari Makassar : 15,05 Km Kecamatan/Kelurahan : Ujung Tanah/Barrang Caddi Jumlah Penduduk 4.170 Jiwa (891 KK) Fasilitas : Dermaga Tersedia Transportasi Reguler Rp. 4.000/penumpang Perahu carteran (10 Penumpang) bisa disewa dengan biaya sewa pulang pergi
Rp. 250.000,- Masjid Permanen (2 buah); Mushalla (2 buah)
Puskesmas Pembantu (1 buah) Pos Yandu Bantu (1 buah) Taman Kanak-Kanak (1 buah) Sekolah Dasar (2 buah) Pos Obat Desa (1 buah) Lapangan Sepak Bola Instalasi Listrik (generator), beroperasi selama 12 jam.
Ciri Spesifik : Pasir Putih Panorama bawah air sangat indah Vegetasi : Pohon kelapa Biota : Bulu babi, ubur-ubur, kepiting, bintang laut; beseng-beseng, giru, leto-leto,
cepa, belawas (sejenis baronang) Mata Pencaharian Penddk : Nelayan Tangkap
Foto Pulau Bonetambun (September, 2004)
V - 15
Foto Pulau Kodingareng Keke (September, 2004)
Pulau Kodingareng Keke
Luas Pulau : 1 Ha Jarak dari Makassar : 13,48 Km Kecamatan/Kelurahan : Ujung Tanah/Barrang Caddi Jumlah Penduduk : --- Fasilitas : Dermaga tidak ada Belum ada transportasi reguler Perahu carteran (10 Penumpang) bisa disewa dengan biaya sewa pulang pergi
Rp. 300.000,- Tersedia tempat peristirahatan yang dipersewakan oleh seorang warga negara Belanda
Ciri Spesifik : Pasir Putih Panorama bawah air sangat indah Vegetasi : Pohon Pinus Biota : Ikan Karang Aktivitas Wisata : Camping, Swimming, Diving
Pulau Barrang Lompo
Luas Pulau : 19,23 Ha Jarak dari Makassar : 12,77 Km Kecamatan/Kelurahan : Ujung Tanah/Barrang Caddi Jumlah Penduduk : 3.563 Jiwa Fasilitas : Dermaga (2 buah)
Tersedia transportasi reguler dengan biaya Rp. 4000/sekali jalan Masjid Permanen (2 buah); Mushalla (2 buah) Puskesmas (1 buah); Puskesmas Pembantu (1 buah) Taman Kanak-Kanak (1 buah) Sekolah Dasar (2 buah) Marine Field Station – Universitas Hassanuddin Instalasi Listrik (2 generator; 360 KVA), beroperasi dari pukul 18.00-06.00 Wita.
Ciri Spesifik : Pasir Putih, kuburan tua Panorama bawah air sangat indah
Vegetasi : Pohon Asam, Pohon Pisang, Pohon Sukun Mata Pencaharian Penddk : Nelayan pemancing, pedagang, pegawai negeri Aktivitas Wisata : Camping, Snorkling, Sport Fishing, dan Wisata Budaya
V - 16
Foto Pulau Barrang Lompo (September, 2004)
Foto Pulau Barrang Caddi (September, 2004)
Pulau Barrang Caddi
Luas Pulau : 4 Ha Jarak dari Makassar : 11,15 Km Kecamatan/Kelurahan : Ujung Tanah/Barrang Caddi Jumlah Penduduk : 1263 Jiwa Fasilitas : Dermaga Tersedia transportasi reguler dengan biaya Rp. 4000/ sekali jalan Puskesmas Pembantu (1 buah) Pos Yandu (1 buah) Taman Kanak-Kanak (1 buah) Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama
Terdapat fasilitas penyulingan air laut menjadi air tawar bantuan Pemerintah Jepang
Tersedia Instalasi Listrik Ciri Spesifik : Pasir Putih Panorama bawah air sangat indah Vegetasi : Pohon Kelapa Mata Pencaharian Penddk : Nelayan tradisional (bubu, pancing, rengge, dan lepa-lepa) Aktivitas Wisata : Camping, Snorkling, Sport Fishing, Wisata Budaya.
V - 17
Foto Pulau Samalona (September, 2004)
Foto Pulau Kayangan (September, 2004)
Pulau Samalona
Luas Pulau : 2,34 Ha Jarak dari Makassar : 6,8 Km Kecamatan/Kelurahan : Mariso/Mariso Jumlah Penduduk : 82 Jiwa Fasilitas : Dermaga rusak Belum Tersedia Transportasi Reguler
Perahu carteran (10 Penumpang) bisa disewa dengan biaya sewa pulang pergi Rp. 200.000,-
Musahallah Rumah Sewa lengkap MCK Tersedia Instalasi Listrik dari PLN yang beroperasi dari pukul 18.00-22.00 Wita Ciri Spesifik : Pasir Putih Panorama bawah air sangat indah Vegetasi : Pohon Kelapa, Pohon Cina, Tammate, Mata Pencaharian Penddk : Nelayan tangkap, pedagang wisata Aktivitas Wisata : Camping, Snorkling, Sport Fishing
Pulau Kayangan
Luas Pulau : 1 Ha Jarak dari Makassar : 0,8 Km Kecamatan/Kelurahan : Ujung Pandang/Bulo Gading Jumlah Penduduk : ---- Fasilitas : Dermaga
Transportasi Reguler dengan biaya Rp. 10.000,-/org pulang-pergi (senin- minggu); bila ada atraksi wisata biaya bisa mencapai Rp. 15.000,-/org pulang- pergi Tempat penginapan yang cukup representatif
Mushollah Tersedia Air Bersih Tersedia Instalasi Listrik dari PLN yang beroperasi dari pukul 18.00-22.00 Wita
Ciri Spesifik : Pasir Putih Panorama bawah air sangat indah
Aktivitas Wisata : Camping dan rekreasi
V - 18
Foto Pulau Lae-Lae Kecil (September, 2004)
Foto Pulau Lae-Lae (September, 2004)
Pulau Lae-Lae
Luas Pulau : 11,6 Ha Jarak dari Makassar : 1,2 Km Kecamatan/Kelurahan : Ujung Pandang/Lae-Lae Jumlah Penduduk : 1.500 Jiwa Fasilitas : Dermaga
Tersedia Transportasi Reguler Rp. 2.000/org/sekali jalan Masjid Permanen Puskesmas Pos Yandu
Sekolah Dasar Pos Air bersih yang disupplai dari Makassar
Instalasi Listrik (2 generator), beroperasi dari pukul 17.30-21.00 Wita. Ciri Spesifik : Pasir Putih Vegetasi : Pohon kelapa Mata Pencaharian Penddk : Nelayan Tangkap (ikan kerapu) Aktivitas Wisata : Rekreasi, berjemur
Pulau Lae-Lae Kecil
Luas Pulau : 2 Ha Jarak dari Makassar : 1,6 Km Kecamatan/Kelurahan : Ujung Pandang/Lae-Lae Jumlah Penduduk : Tidak berpenghuni Ciri Spesifik : Pulau Gusung (Sand Barrier) Vegetasi : Tidak ada pohon, ada tanaman rumput dan perdu pantai
Dari luas keseluruhan pulau yang dimiliki Makassar kurang lebih 140 ha, perkembangan laju pembangunan yang
ada belum menunjukkan perkembangan yang berarti dan relatif orientasi kegiatan masyarakatnya masih
berfokus pada kegiatan nelayan. Belum banyak diantaranya yang sudah dikelola dengan baik untuk dijadikan
sebagai objek wisata yang bernilai jual, kecuali untuk pulau kodingareng keke yang secara swakelola telah
dikembangkan oleh sepasang suami istri berkewarganegaraan Belanda atas nama Pemerintah Kota Makassar.
Potensi untuk mengembangakan pulau-pulau diatas menjadi objek wisata sesungguhnya cukup menjanjikan,
selain karena memiliki jarak yang relatif dekat dengan Kota Makassar juga secara lingkungan cukup menarik
V - 19
untuk dijual karena semua pulau-pulau diatas berpasir putih dan memiliki panorama bawah laut yang cukup
menarik. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan dari menjadi pulau-pulau ini menjadi objek wisata diantaranya
kegiatan snorkling, rekreasi pulau, sport fishing, wisata budaya dan lain-lain.
Pertumbuhan Wisata
Pada tahun 2007, jumlah objek wisata di Kota Makassar sebanyak 83 buah. Sebanyak 12 buah diantaranya
adalah objek wisata pulau. Sementara itu, objek wisata sungai yang ada sebanyak 8 buah, Objek wisata pantai
6 buagh, objek wisata budaya dan sejarah sebanyak 31 buah, objek wisata belanja atau niaga sebanyak 13 buah,
objek wisata pendidikan 8 buah dan objek wisata olahraga sebanyak 5 buah.
Pada tahun 2008, jumlah objek kunjungan wisata yang ada di Kota Makassar mengalami peningkatan menjadi 88
buah. Peningkatan ini dialami terjadi pada objek wisata belanja ata niaga yang bertambah 5 buah, dari 83 menjadi
88 buah. Sementara itu untuk objek wisata lain, jumlahnya tidak berubah.
Perkembangan Kota Makassar yang telah bertransformasi menjadi kota Metropolitan memang memberi peluang
yang lebih besar untuk tumbuh kembangnya pariwisata belanja atau niaga. Bentuk konkritnya adalah berdirinya
sejumlah pusat perbelanjaan baru di beberapa titik di Kota Makassar.
Tabel 5-7 , Jenis Obyek Wisata di Kota Makassar
Pertumbuhan objek wisata cukup signifikan dari beberapa tahun terakhir ini, sebagai contoh konkritnya, yakni
pada tahun 2009, bertambahnya objek wisata moderen hadir di Kota Makassar, yaitu Transtudio Park Trans
Studio, yang merupakan bagian dari Para Group, adalah Indoor Theme Park terbesar di dunia. Di Trans Studio ini
ada 21 wahana, seperti Dunia Lain, Si Bolang, Jelajah, Magic Thunder Coaster, Ayun Ombak, Angin Beliung, dan
masih banyak lagi wahana yang menarik dan seru. Para pengunjung dapat merasakan bagaimana menjadi
seorang bintang di depan kamera, serta menjadi orang-orang di balik layar dari tayangan-tayangan favorit Trans
TV dan Trans7, seperti: Ceriwis, Dunia Lain, dan Jelajah.
Kehadiran Transtudio di tengah-tengah Kota Makassar merupakan genjatan awal dalam peranserta Kota
Makassar menuju kota Dunia. Makassar mampu menampakkan jati dirinya kepada dunia melalui objek-objek
wisata yang dimilikinya. Namun, upaya-upaya yang dilakukan pemerintah Kota Makassar tidak hanya dari satu
segi saja, dari segi/aspek pemerintahan dan pendidikan, niaga dan aspek lainnya juga mendapat perhatian yang
sama.
Selain itu, ada juga da Studio Central, sebuah kawasan menakjubkan yang menampilkan gemerlap dunia layar
lebar dan TV dalam tampilan a'la Hollywood era tahun 60-an. Zona ini menyingkap rahasia-rahasia di balik layar.
Ada juga The Lost City, suatu kawasan super seru yang dikemas secara apik untuk dinikmati para petualang
sejati.
Sejumlah titik kunjungan pariwisata berwawasan global lain juga rencananya akan di bangun di Kota Makassar.
Hal ini untuk mewujudkan Kota Makassar sebagai kota yang berkelas dunia namun tetap memelihara kearifarn-
kearifan lokalnya.
No Jenis obyek/Daya Tarik Wisata 2007 2008
1 obyek Wisata Pulau 12 12
2 Obyek Wisata Sungai/Kanal 8 8
3 Obyek Wisata Pantai/Pelabuhan 6 6
4 Obyek Wisata budaya dan Sejarah 31 31
5 Obyek wisata belanja /niaga 13 17
6 Obyek wisata pendidikan 8 8
7 Obyek Wisata Olahraga 5 5
JULMLAH 83 87
V - 20
D. KAJIAN PENGEMBANGAN SOSIAL BUDAYA
1. Tatanan Perkembangan Ruang Wilayah Kota Makassar
Sejak abad ke-16, Makassar merupakan pusat perdagangan yang dominan di Indonesia Timur, dan kemudian menjadi
salah satu kota terbesar di Asia
Tenggara. Raja-raja Makassar
menerapkan kebijakan
perdagangan bebas yang ketat, di
mana seluruh pengunjung ke
Makassar berhak melakukan
perniagaan disana, dan menolak
upaya VOC (Belanda) untuk
memperoleh hak monopoli di kota
tersebut.
Selain itu, sikap yang toleran
terhadap agama berarti bahwa
meskipun Islam semakin menjadi
agama yang utama di wilayah
tersebut, pemeluk agama Kristen
dan kepercayaan lainnya masih
tetap dapat berdagang di
Makassar. Hal ini menyebabkan
Makassar menjadi pusat yang
penting bagi orang-orang Melayu yang bekerja dalam perdagangan di kepulauan Maluku, dan juga menjadi markas
yang penting bagi pedagang-pedagang dari Eropa dan Arab.Semua keistimewaan ini tidak terlepas dari
kebijaksanaan Raja Gowa-Tallo yang memerintah saat itu (Sultan Alauddin, Raja Gowa & Sultan Awalul Islam Raja
Tallo).
Kepentingan Makassar menurun seiring semakin kuatnya Belanda di wilayah tersebut, dan semakin mampunya
mereka menerapkan monopoli perdagangan rempah-rempah seperi keinginan mereka. Pada tahun 1669, Belanda,
bersama dengan La Tenri Tatta Arung Palakka dan beberapa kerajaan sekutu Belanda Melakukan penyerangan
terhadap kerajaan Islam kembar Gowa-Tallo yang mereka anggap sebagai Batu Penghalang terbesar untuk
menguasai rempah-rempah di Indonesia timur. dan setelah berperang habis-habisan mempertahankan Negaranya
melawan beberapa koalisi kerajaan yang dipimpin oleh belanda, akhirnya Gowa-Tallo (Makassar)terdesak dan
dengan terpaksa menanda tangani perjanjian Bungayya. Sebenarnya jejak kehadiran Makassar sudah dapat dilihat
didalam kitab Nagara kartagama yang di tulis oleh Empu Prapanca pada abad ke14.
Sejak tahun 2004 Kota Makassar sudah mulai melakukan pembangunan sarana-sarana publik yang baru dan
berkualitas. Hal ini dilakukan berdasarkan pada slogan Kota Makassar yaitu Great Expectation City. Sejak saat itu
dimulailah pembangunan mulai dari Menara Balaikota sekarang sudah difungsikan, Graha Pena Fajar yang juga
merupakan gedung tertinggi di Makassar, Pelataran Losari, Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin,
Pelebaran Jalan tol yang menghubungkan Kota Makassar ke Bandara dan juga GOR Sudiang.
Pemenuhan energi dalam bentuk listrik merupakan salah satu indikator kemajuan suatu kota. Pemenuhan
kebutuhan listrik tidak hanya untuk kebutuhan rumah tangga tetapi juga untuk industri. Berdasarkan data BPS 2008
(Gambar 5-25), jumlah pelanggan sambungan baru sebesar 12792 pelanggan sedangkan untuk tambahan daya
sebesar 2290 pelanggan dengan jumlah daya listrik yang digunakan sebesar 1.208.539.708 Kwh. Dari tahun 2006
hingga 2008 terjadi peningkatan pelanggan sambungan baru secara signifikan dibandingkan dengan pelanggan
tambahan baru. Peningkatan jumlah pelanggan listrik perlu direspon oleh pemerintah guna menjawab kebutuhan
listrik masyarakat dengan meningkatkan produksi daya listrik melalui pembangunan pembangkit listrik baru,
mengusahakan sumber energi alternatif yang dapat dikonversi menjadi energi listrik dan penerapan-penerapan
teknologi elektronik yang hemat listrik.
Gambar 5-25 Pertumbuhan jumlah Pelanggan PLN
(Sumber BPS Tahun 2008)
3. Kajian Jaringan Telekomunikasi
Pembangunan sarana komunikasi diarahkan untuk meningkatkan kelancaran arus informasi dari suatu daerah ke
daerah lainnya. Kelancaran arus informasi dapat memperlancar aktifitas perekonomian di suatu wilayah.
a. Media Pos
Bila dilihat dari data kantor pos, pada tahun 2008, banyaknya surat pos yang dikirim secara keseluruhan
sebanyak 1.827.858 buah, untuk surat dalam negeri sebanyak 1.812.290 dan 15.568 buah surat luar negeri.
Sementara jumlah surat yang diterima secara keseluruhan sebanyak 2.349.581 surat dalam negeri.dan luar
negeri. Masing-masing sebanyak 2.331.051 surat dalam negeri dan 18.530 surat luar negeri.
Tabel 5-25 Jumlah penggunaan media komunikasi surat di Kantor Pos
JENIS SURAT POS 2005 2006 2007 2008
I. DALAM NEGERI
1.1. BIASA 943.656 437.871 1.193.076 1.002.473
1.2. KILAT 93.455 135.553 146.556 112.741
1.3. KILAT KHUSUS 356.486 493.546 468.719 678.637
1.4. TERCATAT BIASA 4.671 5.848 22.939 18.439
II. LUAR NEGERI
2.1. POS UDARA 0 13.064 13.775 11.432
2.2. E M S/Biasa 14.037 2.555 2.913 3.097
2.3. TERCATAT 3.129 - 2.621 1.039
JUMLAH-Total ( I + II ) 1.415.434 1.088.437 1.850.599 1.827..858
Sumber: BPS, 2008
V - 43
Gambar 5-26 Grafik Jenis Surat Pos Dalam Negeri
Berdasarkan gambar 5-26 menunjukkan bahwa pemanfaatan telkomunikasi surat pos dalam negeri mengalami
fluktuasi dan cenderung menurun. Dengan kemajuan tekhnologi yang super canggih di bidang telekomunikasi
memungkinkan surat pos mengalami penurunan, karena dianggap aksesnya cukup lama dengan biaya relatif
mahal. Sehingga penggunaan dalam bidang ini kurang diminati lagi oleh masyarakat.
Gambar 5-27 Grafik Jenis Surat Pos Luar Negeri
Berdasarkan gambar 5-27 menunjukkan bahwa penggunaan jasa pos surat untuk akses ke luar negeri di Kota
Makassar fluktuatif. Pada tahun 2006 penggunaan jasa EMS cenderung stabil. Perbandingan penggunaan jasa
pos udara dengan jasa EMS tahun 2006 – 2008 terlihat cukup
signifikan. Jika dilihat dari tahun sebelumnya (tahun 2005)
penggunan jasa EMS/biasa sebanyak 14.037 buah,
Secara total (gambar 5.28), penggunaan jasa pos surat dalam
negeri dan luar negeri di Kota Makassar fluktuatif dalam empat
tahun terakhir. Terjadi penurunan dari tahun 2007 ke tahun
2008. Hal ini disebabkan karena penggunaan jasa via pos
dianggap sudah tidak efektif lagi. Keberadaan perusahan-
perusahaanhan serupa (TIKI), juga turut berperan dalam
menurunnya jumlah pengguna surat pos. Apalagi, masyarakat
banyak beranggapan kalau sistem pengiriman melalui perusahan jasa pengiriman swasta ini lebih canggih dan
lebih baik dibandingkan dengan jasa pos.
Gambar 5-28 Grafik Total Jumlah Surat
V - 44
b. Sambungan Telepon
Tabel 5-26 Jumlah Sambungan Telepon Kandatel di Kota Makassar
Tahun Pelanggan Line in Service
Connected Line
2003 101.706 106.206 107.414
2004 120.076 124.997 126.270
2005 123.376 128.302 129.679
2006 122.756 127.707 129.033
2007 *) *) *)
2008 196.787 198.353 286.100
Sumber: BPS, 2008 Keterangan: *) tidak ada data
Berdasarkan Tabel 5-26, menunjukkan bahwa jumlah pelanggan sambungan telepon untuk Line in Service Kota
Makassar mengalami peningkatan dari tahun 2006 – 2008 sebanyak 70.646 sambungan yang tersebar di seluruh
wilayah makassar, sedangkan untuk Connected Line peningkatan tersebut sebanyak 157.067 buah sambungan.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan masyarakat terhadap sambungan telepon cukup signifikan.
c. Gelombang Radio
Keberadaan regulasi yang mengatur penggunaan frekuensi radio, telah menertibkan keberadaan stasiun radio yang
ada di Kota Makassar. Menurut data yang dilansir dari AC Nielsen, di Kota Makassar saat ini terdapat sekitar 34
Radio siaran yang mengudara pada 3 jenis jenis gelombang. Yaitu MW, SW dan FM. Secara lebih rinci, jumlah
stasiun Radio yang mengudara pada MW sebanyak 4 stasiun, di SW 3 stasiun dan pada gelombang FM sebanyak
22 Stasiun Radio.
Tabel 5-27 Nama Stasiun Radio
Berdasarkan Gelombang Radio
4. Kajian Sumber Daya Air Bersih
Gelombang Radio Nama Stasiun Radio
Medium Wave
RRI PRO 1
Radio Christy Ria
Radio Suara As'adiyah
Radio Suara Victoria
Short Wave PRO 1 - 4757 kHz
PRO 1 - 9552 kHz
Frequency Modulation
Radio Forum Madama
Radio Rema
Radio Fajar
Radio Swara Medika
Radio Swara Celebes
Radio De Javu
Radio Tudang Sipulung
RRI PRO 4
Radio Nursery Swara
Radio PRO 1
Radio Bharata
Radio Suara Sonata
Two Radio
Radio Venus Nusantara
Radio PRO 2
Radio Metro Bersatu
Radio Delta
Radio SQ FM
Radio SMART FM
Radio Al Ihwan
Radio Telstar FM
Radio SPFM
Radio Merkurius
Radio Prambors
Radio Gamasi
Radio RRI PRO 3
Radio Savana FM
Radio Maestro
Radio EBS FM
Radio Matrix
Radio Kharisma
V - 45
Sumber air bersih yang digunakan oleh masyarakat Kota Makassar pada saat sekarang ini yaitu berasal dari sumur,
PDAM dan sumur bor. Berdasarkan data dari Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Kota Makassar sampai dengan
akhir tahun 2008 jumlah pelanggan PDAM Kota Makassar sebanyak 140.457 pelanggan, dengan jumlah total Air
yang disalurkan sepanjang tahun 2008 sebanyak 35.664.607 m3. Persentase volume air terbesar yang disalurkan
oleh PDAM adalah pelanggan rumah tangga, persentasenya mencapai 81% dari persentase keseluruhan.
Sedangkan yang lainnya merupakan Pemakaian pelanggan dalam bidang Bisnis, Industri, Pemerintah, Sosial,
dengan masing-masing persentasenya mencapai 9%, 1 %, 5%, 4%.
Gambar 5-29 Persentase Volume Air yang disalurkan PDAM untuk Kategori Pelanggan
Tabel 5-28 Jumlah Volume Air Minum Yang Disalurkan Oleh Pdam Menurut Bulan dan Nilai di Kota Makassar (2008)
Bulan
Volume Air Minum
Nilai (Rp) yang Disalurkan
(m3)
Januari 3.004.802 10.639.954.777
Februari 2.900.389 10.119.771.982
Maret 2.804.968 9.702.698.981
April 2.820.618 9.685.390.315
Mei 2.963.584 10.430.304.585
Juni 3.012.564 10.476.050.380
Juli 3.016.120 10.336.403.474
Agustus 3.035.097 10.764.369.534
September 3.097.750 10.917.071.760
Oktober 3.090.143 10.630.984.861
Nopember 2.915.915 10.137.044.117
Desember 3.002.657 10.575.343.614
jumlah 2008 35.664.607 124.415.388.380
2007 33.575.620 114.973.934,570 Sumber: BPS, 2008
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah air minum yang disalurkan oleh PDAM sepanjang tahun 2007-
2008 mengalami peningkatan sebesar 3,02% atau sebanyak 2088987 m3. Pemakaian terbanyak terjadi pada bulan
September 2008. Sedangkan jika dilihat dari segi Rupiah kenaikan tersebut mencapai Rp 3.943.974.482
V - 46
5. Kajian Jaringan Prasarana Wilayah Kota
a. Sistem Drainase Kota Makassar
Kanal merupakan jantung dari sistem drainase Kota Makassar. Oleh sebab itu sistem pola air kanal perkotaan
lebih diperhatikan guna menjaga kestabilan dan keseimbangan lingkungan. Melihat kondisi real kanal saat ini
cukup memprihatinkan, karena telah terjadi sedimentasi dan pencemaran yang menurut standarisasi lingkungan
dan kesehatan telah melewati ambang batas. Pendangkalan sedimen bukan hanya di daerah hilir, tetapi juga di
daerah hulu. Hal ini di sebabkan oleh pembuangan sampah yang tidak bersahabat dengan lingkungan, yakni
sampah dalam bentuk anorganik. Hal ini sesuai hasil study Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Makassar, bahwa
dari 14 kilometer (km) kanal yang membelah kota dari selatan ke utara, Jongaya hingga Pannampu hampir 70
persen di antaranya sudah dipenuhi endapan lumpur. Dari lima sampai enam meter kedalaman kanal, dua sampai
tiga meter di antaranya merupakan tanah endapan. "Dengan berkurangnya daya tampung saluran utama (tersier)
bisa mempercepat genangan air di wilayah yang berada di seputar kanal," dan ini menjadi ancaman serius
terhadap keseimbangan pola air kanal dengan pendangkalan (proses sedimentasi di sepanjang kanal dengan
relief rendah). Dengan kondisi seperti ini perlu dilakukan tindakan dan mitigasi sistem pengairan yang tepat dan
berbasis lingkungan.
b. Sarana Kesehatan
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan bisa dilihat dari 2 aspek kesehatan yaitu sarana kesehatan dan
sumber daya manusia. Pada tahun 2008 di Kota Makassar terdapat 15 Rumah Sakit, yang terdiri dari 7 Rumah
Sakit Pemerintah/ABRI, 7 Rumah Sakit Swasta serta 1 Rumah Sakit khusus lainnya.
Jumlah Puskesmas pada tahun 2008, dari 116 unit puskesmas dapat di kategorikan menjadi 37 puskesmas, 42
puskesmas pembantu dan puskesmas keliling 37 buah.
Di samping sarana kesehatan, ada sumber daya manusia di bidang kesehatan seperti dokter praktek sebanyak
3.329 orang dan bidan praktek sebanyak 168 orang. Dalam pelaksanaan Keluarga Berencana (KB), jumlah
akseptor KB baru secara keseluruhan pada tahun 2008 sebanyak 39.060 orang yang terdiri dari 1.235 orang
memakai IUD, 19 orang memakai MOP, 638 orang memakai MOW, 1.688 orang memakai IMP, 14.551 orang
memakai PIL, 21.837 orang memakai suntikan dan 2.672 orang yang memakai kondom.
Berdasarkan data dari BPS, 2008 menunjukkan bahwa pengembangan sarana kesehatan tidak hanya dari
fasilitas kesehatan yang lengkap namun di picu juga dengan peningkatan kualitas maupun kuantitas dari sumber
daya manusianya. Hal ini dimaksudkan agar terjadi keseimbangan antara pelayanan dokter terhadap pasien.
Selain itu peran dokter dan oknum kesehatan lainnya terhadap pemerintah, yaitu dengan menggalakkan program
KB guna mengurangi tingkat laju pertumbuhan penduduk. Peran serta ini memberikan dampak yang positif
terhadap pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan keluarga sejahterah di Kota Makassar.
V - 47
Tabel 5-29 Sarana Kesehatan
No SARANA KESEHATAN Jumlah (Unit)
1 Rumah Sakit Umum 16
2 Rumah Sakit Jiwa 1
3 Rumah Sakit Bersalin 13
4 RS. Khusus Lainnya 1
5 Puskesmas 37
6 Puskesmas Pembantu 41
7 Puskesmas Keliling 39
8 Balai Pengobatan 4
9 Apotik 275
10 Toko Obat 85
11 Dokter Praktek 3329
Total 3841
Sumber : BPS, 2008
c. Sarana Pendidikan
Pembangunan bidang pendidikan dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana diamanatkan
dalam Undang-Undang Dasar 1945 menggambarkan peran strategis pendidikan dalam meningkatkan daya saing
bangsa pada tingkat dunia. Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa pembangunan sumberdaya manusia
akan mempengaruhi dan menentukan karakter dari pembangunan ekonomi dan sosial, karena manusia
merupakan subyek dan obyek dari seluruh kegiatan produktif tersebut.
Berdasarkan data yang ada, partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Hal ini berkaitan dengan dengan berbagai program pendidikan yang dicanangkan oleh pemerintah
untuk lebih meningkatkan kesempatan kepada masyarakat untuk dapat mengenyam bangku pendidikan.
Keputusan stratejik dalam bidang pendidikan di Kota Makassar telah diambil oleh Pemerintah Propinsi Sulawesi
Selatan dengan meluncurkan program pendidikan gratis. Diharapkan dengan adanya program ini rasio tingkat
pendidikan yang berhasil ditamatkan penduduk Sulawesi akan terus mengalami peningkatan dan perbaikan.
Data tahun 2008/2009 menunjukkan bahwa di Kota Makassar jumlah Sekolah Dasar sebanyak 448 unit dengan
jumlah guru sebanyak 5.747 orang dan jumlah murid sebanyak 148.179 orang. Jumlah SLTP sebanyak 172 unit
dengan jumlah guru sebanyak 4.369 orang dan jumlah murid sebanyak 59.878 orang. Jumlah SLTA 110 unit
dengan jumlah guru sebanyak 1.589 orang dan jumlah murid sebanyak 41.738 orang.
Tabel 5-30 Rasio Jumlah Guru Terhadap Murid
GURU MURID RASIO
SD 5.747 148.179 1 : 26
SLTP 4.369 59.878 1 : 14
SLTA 1.589 41.738 1 : 26
Sumber: Analisis Konsultan Berdasarkan Data BPS, 2008/2009
V - 48
Tabel 5-31 Standarisasi Rasio Jumlah Guru Terhadap Jumlah Murid
Tingkatan Rasio
SD 1:15
SLTP 1:13
SLTA 1:15
Sumber: Diknas,2008
Berdasarkan standarisasi nasional kualitas pelayanan guru terhadap murid dikatakan mendekati kondisi ideal
untuk SLTP, dalam artian bahwa tingkat daya serap siswa terhadap materi pelajaran cukup baik. Sedangkan
untuk siswa SD dan SLTA, tingkat rasio guru terhadap murid menunjukkan kurang ideal. Dalam artian bahwa
efektifitas pelayanan terhadap daya serap materi siswa kurang baik. Semakin kecil rasio guru terhadap murid
akan semakin besar tingkat kualitas murid.
Usaha yang dilakukan pemerintah terhadap peningkatan mutu pendidikan di Kota Makassar, PEMDA
mengaluarkan kebijakan dengan membuka penerimaan CPNS 2009 sebanyak 195 orang untuk golongan strata
satu (S1) dan diploma dua (D2) kualifikasi pendidikan guru sekolah dasar (PGSD). hal ini dilakukan dengan tujuan
untuk meningkatkan keseimbangan rasio guru terhadap murid. Dimana tingkat kebutuhan guru semakin
meningkat setiap periode/tahunnya.
d. Sarana Peribadatan
Perkembangan pembangunan di bidang spiritual dapat dilihat dari besarnya sarana peribadatan masing-masing
agama. Jumlah tempat peribadatan umat Islam di Makassar sampai dengan tahun 2008 mencapai 1.249 masjid
dan 114 musholla. Tempat peribadatan untuk umat lainnya meliputi 32 gereja Katholik, 90 gereja Protestan, 3
Pura, 15 Wihara dan 5 klenteng.
Keberadaan tempat peribadatan masing-masing agama yang mengalami peningkatan mengindikasikan bahwa
terdapat kebutuhan bagi masyarakat Kota Makassar untuk melaksanakan dan menjalankan agamanya melalui
ibadah di tempat peribadatan. Hal ini diharapkan dapat memberikan dampak yang positif terhadap ketersediaan
sumberdaya manusia yang didukung dengan kesehatan (fisik dan jiwa) dan kesehatan spiritual.
Tabel 5-32 Jumlah sarana ibadah di Kota Makassar
No KECAMATAN
Sarana Peribadatan
Mesjid Langgar Musholla Gereja
Protestan
Gereja
Katolik Pura Wihara Klenteng
1 MARISO 36
2 2 2
1
2 MAMAJANG 37
6 5 1 1
3 TAMALATE 104
15 1 3
4 RAPPOCINI 486
19 3 2
5 MAKASSAR 35
1 27
1
6 UJUNG PANDANG 21
14 15 3
6
7 WAJO 24
3
7 3
8 BONTOALA 20
8 2 3
2
9 UJUNG TANAH 33
3
1
10 TALLO 66
5 5 4
11 PANAKKUKANG 85
7 14 6
12 MANGGALA 78
3
3
13 BIRINGKANAYA 129
10 7 3
14 TAMALANREA 95
18 9 1 2
Total 1249 0 114 90 32 3 15 5
Sumber : BPS 2009
V - 49
G. KAJIAN STRUKTUR DAN PRODUKTIVITAS POLA RUANG
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang dimana pola ruang merupakan distribusi peruntukan ruang dalam
suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
Pola ruang merupakan alokasi pemanfaatan ruang yang pada prinsipnya merupakan perwujudan dari upaya
pemanfaatan sumberdaya alam di suatu wilayah melalui pola pemanfaatan yang diyakini dapat memberikan suatu
proses pembangunan yang berkesinambungan. Dalam UU penataan ruang secara jelas sudah lebih tegas dinyatakan
bahwa pola pemanfaatan ruang adalah bentuk pemanfaatan ruang yang menggambarkan ukuran, fungsi, serta karakter
kegiatan manusia dan atau kegiatan alam. Karakter dan innerbeauty wilayah yang dimiilki merupakan suatu kebanggaan
yang harus dimanfaatkan dan lestarikan. Sehingga melahirkan keunggulan-keunggulan yang tentunya dapat membawa
nilai positif tersendiri dalam suatu wilayah dalam segala aspek. Wujud dari pola pemanfaatan ruang tersebut
teridentifikasi dari keunggulan dan keunikan lokal yang ada, yaitu dengan
mengklasifikasikan pola ruang menjadi 12 kawsan terpadu.
a. Keunggulan dan Keunikan Lokal
Kebutuhan ruang kota berkembang sesuai dengan karakter dan anatomi fisik,
sehingga menuntut pemenuhan kebutuhan ruang yang memiliki keunggulan
dan keunikan lokal dalam bentuk pembagian kawasan terpadu yang fungsional
dan operasional. Secara administratif Kota Makassar terbagi menjadi 13 kawasan terpadu, antara lain:
1) Kawasan Pusat Kota
Dengan branding kawasan ‖Karebosi, Pantai Losari dan Fort Rotterdam‖,
merupakan kawasan yang tumbuh sebagai pusat kota dengan percampuran
berbagai kegiatan, memiliki fungsi strategis dalam peruntukannya seperti
kegiatan pemerintahan, sosial, ekonomi, dan budaya serta kegiatan pelayanan
kota. Mencakup wilayah Kecamatan Wajo, Bontoala, Ujung Pandang, Mariso,
Makassar, Ujung Tanah, dan Tamalate.
2) Kawasan Permukiman Terpadu
Dengan branding kawasan ‖LAKUCINI‖ , merupakan kawasan
yang diarahkan dan diperuntukkan bagi pemusatan dan
pengembangan cluster-cluster permukiman atau tempat
tinggal/hunian beserta prasarana dan sarana lingkungannya
yang terstruktur secara terpadu. Mencakup wilayah Kecamatan
Manggala, Panakukang, Rappocini dan Tamalate.
3) Kawasan Pelabuhan Terpadu
Dengan branding kawasan ‖Paotere‖ merupakan kawasan yang diarahkan sebagai kawasan yang memberi
dukungan kuat dalam satu sistem ruang yang bersinergi
terhadap berbagai kepentingan dan kegiatan yang lengkap
berkaitan dengan aktivitas kepelabuhanan dan segala
persyaratannya. Mencakup wilayah Kecamatan Ujung Tanah
dan Wajo.
V - 50
4) Kawasan Bandara Terpadu
Dengan branding kawasan ‖Bandara Internasional Sultan
Hasanuddin‖, merupakan kawasan yang diarahkan dan
diperuntukkan sebagai kawasan yang memberi dukungan
kuat dalam satu sistem ruang yang bersinergi terhadap berbagai kepentingan dan kegiatan yang lengkap
berkaitan dengan aktivitas bandara dan segala persyaratannya. Mencakup wilayah Kecamatan
Biringkanaya dan Tamalanrea.
5) Kawasan Maritim Terpadu
Dengan branding kawasan ‖Politeknik Ilmu Pelayaran‖,
merupakan kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan
sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan
berbagai kegiatan kemaritiman yang dilengkapi dengan
kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling
bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid. Mencakup
wilayah Kecamatan Biringkanaya.
6) Kawasan Industri Terpadu
Dengan branding kawasan ‖Kawasan Industri Makassar (KIMA)‖,
merupakan kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai
kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai
kegiatan industri yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan
penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu
sistem ruang yang solid. Mencakup wilayah Kecamatan
Tamalanrea dan Biringkanaya
7) Kawasan Pergudangan Terpadu
Dengan branding kawasan ‖Sutami‖ Adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan
dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan pergudangan yang dilengkapi dengan kegiatan-
kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid. Mencakup
wilayah Kecamatan Tamalanrea, Biringkanaya dan Tallo.
8) Kawasan Pendidikan Tinggi Terpadu
Dengan branding kawasan ‖Perguruan-perguruan tinggi‖ , merupakan kawasan yang diarahkan dan
diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan pendidikan
tinggi yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu
sistem ruang yang solid. Mencakup wilayah Kecamatan Panakukang, Tamalanrea dan Tallo.
9) Kawasan Budaya Terpadu
Dengan branding kawasan ‖Somba Opu‖,merupakan kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai
kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan budaya yang dilengkapi dengan
kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid.
Mencakup wilayah Kecamatan Tamalate.
V - 51
10) Kawasan Olahraga Terpadu
Dengan branding Adalah kawasan ‖Barombong‖ yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan
dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan olahraga yang dilengkapi dengan kegiatan-
kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu
sistem ruang yang solid. Mencakup wilayah Kecamatan Tamalate
11) Kawasan Bisnis dan Pariwisata Terpadu
Dengan branding kawasan ‖Gowa Makassar Tourism Development
(GMTD)‖, merupakan kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan
sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai
kegiatan bisnis dan pariwisata yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang
saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid. Mencakup wilayah Kecamatan Tamalate.
12) Kawasan Bisnis dan Global Terpadu
Dengan branding kawasan ‖Pantai Losari, Center Point Of
Indonesia, Trans Studio, merupakan kawasan yang diarahkan dan
diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan
pengembangan berbagai kegiatan bisnis global yang dilengkapi
dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling
bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid. Mencakup wilayah
Kecamatan Mariso.
b. Anatomi dan Otonomi Ruang
Secara anatomi ruang Kota Makassar yang terbagi menjadi 13 kawasan terpadu, dimana Pantai Losari sebagai
identitas Kota Makassar dan Bandara Soekarno-Hattta sebagai Pintu
Utama memasuki kawasan-kawasan terpadu lainnya yang ada di Kota
Makassar. Operasionalisasi 13 kawasan terpadu ditunjang oleh sektor
jalur transportasi darat, laut dan udara yang tidak hanya menghubungkan
antar kawasan tetapi juga yang ada diluar kawasan terpadu.
Apresiasi tatanan nilai perencanaan yang disegmentasi dalam konotasi
otonomi ruang mengandung maksud bahwa nilai-nilai substansial kawasan yang diangkat berdasarkan
karakteristik, nilai fungsi ruang berlaku secara penuh dalam formulasi yang utuh dalam peran ruang yang
dimainkannya. Dari kebutuhan ini, ruang makassar terpola menurut pemanfaatan dan karakteristik pertumbuhan
alami dan buatannya, yang terdiri atas kawasan pulau dengan keunggulan eco-marine, kawasan pantai
merupakan daerah front, dimana pantai selatan merupakan perpaduan pertumbuhan pembangunan jasa bertaraf
global dan daerah pantai utara Untia merupakan konsentrasi pengembangan kemaritiman serta pembagian
daerah lain yang berada dibagian timur Kota Makassar.
V - 52
c. Metamorphosis dan organism ruang
Suatu bentuk analisis yang meformulasikan denyut pergerakan atau pertumbuhan suatu kawasan dengan rating
waktu tertentu yang disesuaikan berdasarkan kepentingan prioritas pencapaian tujuan ruang dengan
Gambar 5-30 Lapangan Karebosi yang Telah Berkembang Menjadi Pusat Kegiatan Masyarakat dan Kegiatan Perniagaan.
Organism ruang : ruang tersebut hidup tanpa meninggalkan peran lamanya menjadi satu kesatuan system
pencapaian tujuannya Time line metamorphosis ruang ekonomi, transportasi, social. Oleh karena itu, arah dan
perkembangan ruang Makassar berkembang sesuai dengan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan
pendudukya yang dalam kelanjutannya membutuhkan lahan untuk pemenuhannya. Pertumbuhan pembangunan
Makassar turut merubah fungsi dan struktur ruang menjadi lebih bernilai ekonomi tinggi dan juga beberapa
diantaranya menyebabkan penurunan kwalitas lingkungan ruang ekologinya. Perubahan fungsi lahan dari
resapan air menjadi daerah pemukiman terjadi didaerah Toddopuli, Antang, Kelurahan Bung, dan daerah sekitar
sungai Tallo yang kini termanfaatkan untuk pemukiman. Perubahan lahan yang dari lahan kurang produktif
menjadi daerah LandBank adalah daerah Tanjung Bunga. Tanjung bunga telah menjadi kota Baru dibagian
pesisir selatan Kota Makassar yang mengintegrasikan konsep pembangunan perdagangan (mall GTC), Jasa &
Pemukiman (Perumahan Tanjung Bunga) dan wisata bahari (Pantai Akkarena).
Perubahan daerah tanjung bunga telah meningkatkan nilai prospectus kawasan terutama didaerah pesisir
Makassar yang juga telah memicu bertumbuhnya kawasan Tanjung Merdeka dan Tanjung Bayang sebagai
daerah wisata bahari.
Berbeda dengan daerah lainnya, Pantai Losari (Anjungan) mengalami pertumbuhan kawasan kearah pantai
dengan perluasan reklamasi sejauh 73 meter , dan menyediakan lahan 0,74 ha untuk kebutuhan Anjungan Losari.
Konsep revitalisasi losari memicu pertumbuhan kawasan sekitarnya yang ditandai dengan hadirnya gedung
convention center (Celebes Convention Centre ) Trans Studio Park, dan rencana kehadiran CenterPoint Of
Indonesia yang juga melakukan pembanguan kearah laut dengan rencana luas lahan 150 Ha.
V - 53
d. Positioning dan profesionalisme ruang
Dari segi posisinya Kota Makassar sangat diuntungkan karena kota ini merupakan titik pusat antara wilayah barat
dan timur serta antara wilayah utara dan selatan. Dengan letak yang strategis kota ini dapat berperan dalam
kegiatan-kegiatan yang dilakukan baik yang bersifat regional maupun internasional serta sebagai pengendali roda
kegiatan ekonomi melalui pengembangan agromaritim dan agro industri di kawasan timur Indonesia. Untuk
menunjang semua itu diperlukan profesionalisme ruang penataan kawasan yang berdasarkan daya dukung dan
fungsi peruntukannya. Adanya dukungan sumber daya hayati laut Kepulauan Spermonde seperti terumbu karang
yang memiliki persentase tutupan karang berkisar 5-60% , menjadikan kota ini sebagai salah satu kawasan yang
berperan dalam Coralreefs Triangle Initiative (CTI). CTI merupakan salah satu bentuk usaha yang dilakukan
dalam melestarikan terumbu karang demi kelangsungan keanekaragaman hayati laut. Nantinya CTI ini dapat
menjadi ―land mark‖ baru bagi kota ini. Oleh karena itu pengembangan kawasan ini menuntut adanya perlakuan
kawasan yang sesuai dengan sumber daya ekologi yang dimilikinya.
e. Prospektus dan engineering ruang
Sebagai sebuah kota yang ingin dikenal luas secara global, Makassar dituntut untuk memiliki keunggulan-
keunggulan lokal yang bisa diterima secara global. Selama ini Makassar banyak dikenal sebagai kota maritim
dengan latar sejarah dan tradisi budaya yang kuat. Keberadaan banyak situs sejarah seperti Benteng Somba
Opu, dan Benteng Fort Rotterdam, merupakan bentuk afiliasi masa lalu antara Kota Makassar dengan peradaban
dunia luar.
Sementara itu, keunggulan Maritim dari Kota Makassar tercermin dari keberadaan kampus PIP yang merupakan
Instistusi pendidikan pelayaran terbesar di Asia. Dengan kapasitas yang besar ini, kampus PIP bisa melahirkan
alumni-alumni pelayaran dengan keunggulan baik secara kualitas dan kuantitas. Persebaran para alumni PIP di
dunia pelayaran global dengan segenap kualitas dan keterampilannya, tentu saja akan turut mempopulerkan
nama Kota ini di komunitas dunia.
Perubahan visi Kota Makassar untuk bertransformasi menjadi kota dunia yang berlandaskan kearifan lokal,
menuntut adanya tata kelola ruang yang baru. Konsep penataan ruang yang baru itu, tentu saja juga harus
mengadopsi tuntutan baru perihal arah pembangunan Kota Makassar sebagaimana yang tertera dalam Visi dan
Misi Kota Makassar.
Proses tata kelola lahan dan transformasi kawasan merupakan aspek penting yang harus terpenuhi. Diawali
dengan analisis terhadap kondisi faktual dan prospek dari setiap lahan yang ada, kemudian dilanjutkan dengan
pembangunan lahan tersebut dengan mengacu pada peruntukan kawasan secara umum. Proses ini lazim
disebut sebagai proses engineering wilayah atau kawasan. Yaitu, bagaimana mentransformasi sebuah lahan
untuk bisa mendukung daya guna dan peruntukan kawasan secara umum.
V - 54
f. EcoBisnis dan Tourism
Merupakan suatu analisis substansial perencanaan ruang
kota yang berkelanjutan dengan memadukan aspek ekologi,
bisnis dan tourism satu kawasan. Sehingga nantinya
pemanfaaatan ruang tersebut tidak hanya memberikan
peluang bisnis bagi para investor dan peluang peningkatan
nilai ekologi satu kawasan, tetapi memberikan manfaat bagi
masyarakat yang menjadikan kawasan tersebut sebagai
sarana pariwisata yang mampu menghilangkan kejenuhan
yang dialami masyarakat perkotaan dan menciptakan akselerasi pemanfaatan kawasan.
g. Bioritmik dan Ekoritmik
Karakteristik bioritmik dan ekoritmik merupakan pola alami ruang yang terbentuk dari keberadaan ekosistem
darat, ekosistem pesisir, ekosistem estuaria, ekosistem laut dangkal dan ekosistem terumbukarang yang
melengkapi keutuhan Makassar sebagai daerah maritime dengan potensi ekologi dan bioekologi tinggi yang
menunjang produktivitas lahan dan tersedianya fauna atau biota yang hidup. Kawasan pantai memiliki
pendekatan atas usaha memanfaatkan lahan untuk pembangunan, dan menjaga karakteristik ekosistem pantai
dengan usaha mengurangi dampak pencemaran yang dapat terjadi akibat buangan, sehingga dalam pengelolaan
kawasan pantai system ekologi kawasan harus diadopsi untuk menunjang keberlanjutan lingkungan pantai.
H. KAJIAN TATA GUNA LAHAN
Sebagai kota metropolitan di kawasan Timur Indonesia, Kota Makassar memiliki luas lahan keseluruhan mencapai ±
17.577 Ha. Mayoritasnya merupakan lahan-lahan yang sudah terbangun, dengan komposisi ruang padat dan ruang
kosongnya relatif besar perbedaannya. Pengaruh urbanisasi yang kian meningkat, mempengaruhi pola pemanfaatan
lahan di ruang kota. Sehingga mengakibatkan tingginya penggunaan lahan atau terjadi peralihan fungsi ruang kota
menjadi kawasan pemukiman. Seperti jalur hijau yang banyak diubah fungsikan menjadi tempat bermukim dan atau
menjadi tempat berusaha. Berikut ini penggunaan lahan yang ada di Kota Makassar (Tabel 5-33 )
Tabel 5-33 Penggunaan Lahan di Kota Makassar
Penggunaan Lahan Luas Area (Ha) Persentase Terhadap
Luas Kota Makassar (%)
Pekarangan/Lahan untuk Bangunan dan Halaman Sekitarnya
7.481 42,5
Tegal / kebun / ladang / huma 1.016 5,8
Lahan sawah 2.700 15,4
Penggembalaan padang rumput - -
Lahan sementara tidak diusahakan 194 1,1
Lahan tanaman kayu – kayuan - -
Perkebunan - -
Rawa – rawa ( yang tidak ditanami )
104 0,6
Tambak 1.360 77
Kolam / tebat / empang - -
Lainnya 4.722 26,9
Sumber Makassar dalam Angka Tahun 2008
V - 55
Selain faktor urbanisasi, pengalihfungsian lahan juga dipengaruhi oleh faktor tingkat aktivitas dan kepentingan
masyarakat di dalamnya, sehingga berdampak pada metamorfosis ruang kota. Beberapa daerah tersebut diantaranya :
a. Daerah tambak yang berada di sebelah utara kota telah berubah menjadi daerah pemukiman penduduk. Hal ini
disebabkan karena produktivitas tambak menurun yang diakibatkan oleh tingginya pencemaran air dan tanah di
daerah tersebut serta miskin kandungan unsur hara. Untuk itu perlu dilakukan pemindahan kawasan budidaya ke
daerah lain yang masih produktif.
b. Daerah kawasan hijau yang berada disebelah timur dan tengah kota telah berubah menjadi daerah pemukiman. Hal
ini mengakibatkan semakin berkurangnya daerah resapan air. Untuk itu dibutuhkan suatu usaha pembangunan
media penyimpanan air (water storage) /situ/bendungan pada kawasan yang belum terbangun (dapat dilihat pada
Gambar 5.31)
c. Perkembangan Kota Makassar ke wilayah Timur didominasi oleh pembangunan ruko dan mengambil pola umum
linear dengan mengikuti ruas jalan. Hal ini mengakibatkan terjadinya pembangunan yang tidak terarah pengambilan
lahan yang kurang sesuai.
d. Pola pembangunan yang tidak teratur juga terdapat di Kecamatan Mariso. Tepatnya di sekitar pelabuhan Paotere
hingga ke pinggiran kanal. Pembangunan yang tidak tepat di kawasan ini telah mengakibatkan penurunan nilai
aksesibilitas dan estetika ruang kota, serta penurunan kestabilan lereng di sekitar daerah aliran sungai akibat telah
bertransportasi pemukiman penduduk.
e. Perkembangan Kota Makassar ke wilayah Barat ditujukan ke arah bisnis jasa yang ditandai dengan banyaknya
restoran dan hotel, yang memberikan kontribusi buangan limbah ke perairan Pantai Losari.
I. KAJIAN BENCANA DAN UPAYA MITIGASI
a. Bahaya Kenaikan Muka Air Laut (Sea level rise)
Kenaikan muka air laut tinggi telah terjadi dibeberapa daerah dan pulau di Indonesia, seperti hilangnya salah satu
pulau di Maluku, di Pulau Bonetambung Makassar telah terjadi perubahan garis pantai dan air masuk hingga
daratan pulau. Untuk daerah pesisir Makassar ancaman terbesar berada dipantai Selatan yaitu Tanjung Bunga dan
Pantai Akkarena yang saat ini juga dipengaruhi oleh abrasi pantai. Hal ini juga akan semakin parah karena pantai
tersebut tidak memiliki pelindung pantai seperti mangrove ataupun tanggul laut yang dapat meredam gelombang
Gambar 5-31 Peta Kawasan Tidak Terbangun Kota Makassar, 2007
V - 56
pantai dan mengurangi pengaruh kenaikan muka air laut. Sementara dipantai bagian Utara yang merupakan pantai
landai, telah terdapat vegetasi mangrove sebagai barier atau penghalang walaupun dalam jumlah kepadatan yang
semakin menurun.
Dalam analisis ilmuwan didunia melalui forum UNFCC, bahwa dalam 100 tahun kedepan kenaikan muka air laut
setinggi 110 cm sebagai akibat peningkatan suhu global sebesar 6o C, dan kejadiannya akan mengancam pulau
dan daerah pesisir yang dapat merendam daratan hingga batas ketinggian
diatas muka air laut rata rata. Untuk daerah Makassar dengan ketinggian
muka air laut rata rata saat ini dalam kisaran 157 cm, maka dalam prediksi
100 tahun kedepan, tinggi muka air laut rata rata meningkat hingga 267 cm,
yang mengakibatkann ancaman terhadap daerah relief rendah dan
ketinggian diatas permukaan air laut dibawah 2,5 meter. Adapun daerah
yang terancam bencana kenaikan air laut adalah sebagai berikut:
Tabel 5-34 Ancaman Sea Level Rise
Sumber:Badan Pusat Statistik 2009
Gambar 5-32 Peta Ancaman Kenaikan Muka Air Laut, 2007
V - 57
Gambar 5-33 Upaya Mitigasi Ketinggian Muka Air Laut dengan Pembangunan Revitalisasi Pantai Losari
b. Bahaya Banjir
Kejadian banjir berpotensi terjadi pada daerah dengan serapan rendah dan daerah sekitar sungai yang terjadi akibat
meluapnya air melewati badan sungai pada waktu musim hujan dan mengakibatkan genangan yang biasa disertai
dengan lumpur. Ruang rencana berada pada daerah dengan vegetasi yang baik dengan tumbuhan alami mangrove,
merupakan daerah yang jauh dari titik banjir ataupun sumber genangan. Titik genangan yang berpotensi banjir
terletak dibagian Antam dan Tamalanrea sebelah timur Kota Makassar , serta di DAS Sungai Tallo, sementara
kemungkinan terjadinya luapan yang berasal dari kanal juga sangat rendah dimana kanal terdekat berada di daerah
Pannampu yang bermuara di laut.
Gambar 5-34 Peta Potensi Banjir Kota Makassar, 2008
(Sumber : Hasil Penelitian)
V - 58
Kota Makassar termasuk daerah yang rawan dengan bahaya banjir dan genangan air. Selain karena wilayahnya
memang berada dekat dengan pantai dan berada pada dataran rendah juga menjadi tempat muara dari beberapa
sungai (Jeneberang dan Tallo) didalamnya. Setelah kejadian longsoran Gunung Bawakaraeng, hampir setiap
tahunnya beberapa bagian kota di Kota Makassar mengalami banjir. Banjir itu pada umumnya terjadi pada bulan
Desember- Februari, yaitu pada saat curah hujan tertinggi pada setiap tahunnya. Beberapa banjir besar yang pernah
terjadi di antaranya adalah pada tahun 1967 dan tahun 1976, sedangkan pada tahun 1983 dan 1986 telah pula terjadi
banjir yang walaupun tidak sebesar yang terjadi pada tahun 1976. Banjir yang cukup besar yang terjadi di Kota
Makassar beberapa tahun terakhir ini adalah yang terjadi pada tahun 1999 dan tahun 2000, dimana sebagian besar
wilayah kota mengalami kebanjiran Daerah-daerah yang menjadi langganan banjir pada umumnya merupakan
daerah rendah,dahulu berupa empang atau daerah rawa-rawa yang kemudian berkembang menjadi daerah
permukiman. Daerah-daerah itu terletak di sepanjang daerah aliran Sungai Tello dan daerah aliran Sungai
Jenneberang serta sepanjang Sungai Pampang. Daerah langganan banjir selanjutnya adalah daerah-daerah hulu
atau bagian tengah dari suatu daerah layanan (catchment area), daerah tersebut seperti kawasan Antang, Minasa
Upa dan lain-lain. Langganan banjir lainnya adalah sekitar Pelabuhan dan sekitar Jalan Tol dan beberapa kawasan
kota lainnya
Dengan adanya genangan di beberapa lokasi di Kota Makassar terutama di kawasan wilayah kota baru merupakan
salah satu indicator kemampuan drainase yang ada saat ini tidak mampu lagi menampung arus air, baik saluran
primer maupun saluran sekunder. Faktor utama yang mengakibatkan terjadinya genangan adalah air hujan tidak
mengalir karena disebabkan di samping topografi yang relatif datar juga karena kemampuan saluran itu sendiri.
Saluran kanal yang ada di Kota Makassar (Tabel 18.2) tidak dapat berfungsi secara optimal untuk dapat menampung
buangan saluran primer dan sekunder karena banyaknya sampah yang menghambat aliran air buangan.
Kejadian banjir saat ini telah berkurang intensitasnya akibat keterlambatan musim hujan, namun perlu
dipertimbangkan akan hujam yang datang secara tiba tiba yang dapat mengakibatkan banjir, daerah daerah potensi
banjir tinggi memerlukan pengendalian fisik lingkungan yang adaptif terhadap banjir berupa saluran tertutup dan
saluran drainase yang dalam dan lebih lebar.
Potensi terhadap kejadian banjir juga dimiliki oleh daerah dengan zona resapan rendah, terutama pada daerah
dengan ketinggian lebih rendah dari daerah sekitarnya yakni bagian utara dari Kecamatan Panakkukang, bagian
barat dan timur Kecamatan tamalanrea serta bagian utara dan barat dari Kecamatan Biringkanaya. Daerah ini
disusun oleh litologi batuan vulkanik dimana sebagian besar lahannya digunakan untuk kegiatan pertanian dan
perkantoran, naiaga pemukiman dan pendidikan. Walaupun wilayah ini tergolong zona resapan rendah termasuk
daerah berpotensi banjir, namun beberapa lokasi kecil peluangnya untuk mengalami banjir. Hal ini dapat terjadi
karena daerah tersebut berada pada topografi yang cukup tinggi. Berdasarkan zonasi tersebut diketahui bahwa
wilayah yang perlu dikonservasi sebagai daerah resapan dan cocok untuk pengembangan adalah wilayah dengan
luas lahan terbuka yang cukup lebar, laju infiltrasi tinggi dan dengan kondisi topografi tinggi. Wilayah - wilayah
tersebut diantaranya adalah di Kecamatan Manggala dan Biringkanaya.
V - 59
Gambar 5-35 Peta Laju Infiltrasi, 2008 (Sumber : Hasil Penelitian)
Zona laju infiltrasi tinggi dengan nilai berkisar antara 80,1 – 124 mm/jam. Zona ini menempati wilayah bagian
barat, sebagian kecil d bagian tenggara dan utara Kota Makassar. Litologi penyusun umumnya adalah endapan
aluvial berupa endapan pasir pantai dan sungai. Kondisi topografi bergelombang lemah ingá datar.
Zona laju infiltrasi sedang dengan nilai berkisar antara 40,1 – 80 mm/jam. Zona ini menempati wilayah bagian
tengah dan bagian timur Kota Makassar. Batuan penyusun zona ini adalah umumnya endapan aluvial rawa
dengan kemiringan lereng landai.
Gambar 5-36 Peta Resapan Air Kota Makassar, 2008 (Sumber: Hasil Penelitian)
V - 60
Zona laju infiltrasi rendah dengan nilai antara 0,1 – 40 mm/jam. Zona ini menempati wilayah yang luas yaitu
sebagian besar wilayah utara, tengah dan timur Kota Makassar. Wilayah ini tersusun oleh batuan vulkanik, aluvial
rawa dengan kondisi muka iartanah sangat dangkal dan bahkan berupa daerah rawa. Walaupun berada pada
elevasi yang tinggi, karena kelerengan agak besar dan tutupan soil agak tipis, maka laju infiltrasinya rendah.
Penentuan zona didasarkan pada tingkat laju infiltrasi, luas lahan terbuka, kedudukan muka air tanah dan kondisi
topografi daerah tersebut.
a). Zona resapan tinggi terutama berada di Kecamatan Manggala dan Tamalanrea bagian timur, Tamalate bagian
selatan serta sebagian kecil dari Kecamatan Rappocini dan Biringkanaya dengan luas 245,82 ha. Kriteria
penetapan wilayah ini memiliki laju infiltrasi tinggi, lahan terbuka yang cukup luas serta kondisi topografi yang
tinggi. Jika hujan turun, besar kemungkinan daerah - daerah ini akan terbebas dari banjir karena kemampuannya
untuk menampung curah hujan tinggi.
b) Untuk kategori daerah dengan zona resapan sedang berada di Kecamatan Biringkanaya bagian timur. Luas
wilayah yang termasuk kedalam zona ini adalah 3360,97 Ha. Lahan terbuka yang ada di daerah ini masih
terbilang luas dan laju infiltrasinyapun termasuk dalam kategori sedang.
c) Daerah lainnya yang berada di koridor tengah memanjang ke bagian Utara Kota Makassar, termasuk dalam
kategori daerah zona resapan rendah. Luas wilayah zona ini adalah 4955,23 Ha. Wialayah ini meliputi
Kecamatan Manggala bagian barat, Panakkukang, Tamalanrea dan Biringkanaya, yang dicirikan oleh laju
infiltrasi rendah dan kelembaban tanah tinggi (berada pada daerah pengaliran sungai dan sebagian besar lahan
di daerah ini digunakan untuk kegiatan pertanian dan perkotaan)
c. Kemungkinan Bahaya Longsor
Daerah Untia merupakan relief datar dengan tingkat kemiringan 0-2% berada
dalam daerah aman terhadap lonsoran. Daerah lonsor umumnya terjadi pada
daerah dengan kemiringan lereng diatas 40% sebagaimana kejadian di tahun
2004 di Gunung Bawakaraeng Kabupaten Gowa. Pantai Untia berada pada
ruang pesisir sehingga sangat aman dari bahaya lonsor yang selama ini
banyak terjadi pada daerah pegunungan dengan tingkat kemiringan lahan yang
tinggi, oleh karenanya dengan kemiringan tersebut memungkinkan adanya
pemanfaatan ruang yang aman dari bencana alam seperti longsor.
Gambar 5-37 Peta waduk Bili-bili
V - 61
Longsoran Gunung Bawakaraeng ini meluncurkan 300 juta m3 tanah dan pasir melalui Sungai Jeneberang atas –
Waduk Bili-bili – Sungai Jeneberang bawah, yang bermuara di Makassar akan memberi dampak perubahan besar
terhadap morfologi pantai Makassar Terjadinya Longsor Gunung Bawakaraeng telah meluncurkan ± 300 juta m3
tanah dan pasir melalui Sungai Jeneberang atas – Waduk Bili-Bili - Sungai Jeneberang bawah, yang bermuara di
Makassar akan memberi dampak perubahan besar terhadap morfologi Pantai.
d. Kemungkinan Bahaya Gempa
Gambar 5-38 Peta Sebaran Gempa yang Pernah Terjadi di Pulau Sulawesi
Berdasarkan hasil Simulasi WinITDB (version 5.11 of July 31, 2004) (Gambar 5-38) terlihat bahwa Makassar aman
dari ancaman gempa, sehingga sangat prospectus untuk pengembangan kawasan PIP Makassar. Daerah rawan
gempa yang terdekat berada di (Teluk Mandar) sebelah barat kawasan dengan jarak cukup jauh yaitu ± 250 Km dan
pusat gempa berkisar pada kedalaman 50 – 100 Km.
Meskipun Makassar aman dari ancaman gempa, tetapi tetap harus mempertimbangkan prinsip mitigasi dalam
merancang kawasan ini. Strategi mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana sebagai berikut:
1) Zonasi daerah rawan bencana dan pengaturan penggunaan lahan
2) Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan
3) Pembangunan fasilitas umum denggan standar kualitas yang tinggi
4) Masyarakat waspada terhadap resiko gempa bumi
e. Kemungkinan Bahaya Tsunami
Meskipun berada dalam Ring of fire, Makassar tidak memiliki gunung aktif yang berpotensi menimbulkan gempa dan
tidak terdapat gunung berapi dan daerah vulkanik yang aktif dalam kawasan darat dan laut. Kota Makassar hanya
mendapat pengaruh dari aktivitas gunung berapi atau daerah vulkanik yang aktif di daerah Majene (Teluk Mandar)
dengan potensi pengaruh kecil karena berjarak jauh 250 Km dikedalaman < 50, dan 50-100 m.
Kejadian gempa yang terjadi di daerah Ring of Fire yang terdapat dalam lingkup Pulau Sulawesi dan sekitarnya
memiliki pengaruh sangat rendah tehadap ruang rencana oleh karena jarak dari lokasi yang sangat jauh dan
intensitas rendah.
< 50 Km
Kedalaman
50 - 100 Km
100-200 Km
200-300 Km
> 300 Km
Km
V - 62
Berdasarkan hasil Simulasi WinITDB (version 5.11 of July 31, 2004) (Gambar 5-12) terlihat bahwa Kota Makassar
cukup aman dari ancaman tsunami, tetapi harus tetap mempertimbangkan kemungkinan adanya ancaman
gelombang kiriman dari pusat kejadian. Ancaman kawasan perencananaan terhadap bahaya tsunami berada di
sebelah Selatan yaitu sumbawa (sebelah Selatan kawasan perencanaan, karena titik tsunami yang berada di
Sumbawa memiliki intensitas tsunami yang tinggi. Untuk melihat pengaruh terjadinya tsunami terhadap kawasan
perencanaan dapat dilihat pada simulasi pergerakan gelombang akibat tsunami di beberapa titik tsunami yang
terdekat, seperti dibawah:
5-40a 5-40 b
Intensitas Tsunami
3 - 4
2.5 - <3
1 - <2.5
0
-1 - >-2
Km
Gambar 5-39 Peta Sebaran Tsunami di Pulau Sulawesi
Gambar 5-40 a. Simulasi pergerakan gelombang tsunami berpusat di Donggala (Sulteng) Gambar 5-40 b. Simulasi pergerakan gelombang yang berpusat di daerah Toli-Toli {Pada titik tsunami pada titik ini mempunyai intensitas tsunami (2 – >3), untuk titik kejadian di barat Laut Flores gelombang yang dimunculkan tidak terlalu berpengaruh dengan lokasi perencanaan}
V - 63
5-42b 5-42a
Gambar 5-42 a. Simulasi pergerakan gelombang tsunami berpusat di daerah Maluku, Gambar 5-42b. Simulasi pergerakan gelombang yang berpusat di daerah Buol - Toli-toli {Pada titik tsunami pada titik ini mempunyai intensitas tsunami yang cukup tinggi (1 – <2.5).
terlihat pada kedua gambar bahwa bangkitan gelombang yang dimuncul dari titik kejadian di Maluku lumayan besar, sedang dari titik Buol – Toli-toli kurang berpengaruh }
5-41 a
Gambar 5-41 a. Simulasi pergerakan gelombang tsunami berpusat di barat Laut Flores Gambar 5-41 b. Simulasi pergerakan gelombang yang berpusat di daerah Majene {Pada titik tsunami pada titik ini mempunyai intensitas tsunami (1 – <2.5), untuk titik kejadian di barat Laut Flores gelombang yang dimunculkan tidak terlalu berpengaruh ke kawasan, tetapi pengaruh cukup besar datang dari titik kejadian di Majene dengan bangkitan gelombang yang cukup besar}
5-41b
V - 64
Melihat ancaman tsunami cukup berpegaruh ke daerah kawasan walapun bukan pusat lokasi, maka ancaman
tsunami harus dipertimbangkan dalam setiap aktivitas pembangunan fisik di Kota Makassar. Strategi Mitigasi dan
Upaya Pengurangan Bencana tsunami sebagai berikut
a. Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap bahaya tsunami
b. Penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai meredam gaya air tsunami
c. Perancangan bangunan yang tahan terhadap bahaya tsunami
d. Memahami cara penyelamatan jika terlihat tanda-tanda tsunami
e. Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi tsunami
Kekuatan Tsunami sangat bergantung pada kekuatan gempa bawah laut, patahan dan intensitas letupan serta jarak
pengaruh terhadap daerah sekitar. Kejadian Tsunami di Aceh yang terjadi di tahun 2004 sebelah barat Indonesia
menjadi momentum antisipasi dalam perencanaan kawasan. Keberadaan ruang rencana yang terletak pada bagian
tengah merupakan zona aman terhadap kejadian Tsunami oleh karena tidak berada dalam gunung aktif bawah laut,
sumber terjadinya tsunami terdekat berada di laut Flores dan Teluk Mandar. Laut Flores berada dibagian Selatan
Kota Makassar memiliki pengaruh akan intensitas tinggi untuk mendapatkan pengaruhnya oleh karena penjalaran
gelombang langsung masuk kedalam selat Makassar.
Potensi tsunami yang terjadi di daerah lain di Indonesia patut kita adaptasi untuk itu dengan memperhatikan:
Perancangan bangunan yang tahan terhadap bahaya tsunami
Memahami cara penyelamatan jika terlihat tanda-tanda tsunami
Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi tsunami
f. Kemungkinan Bahaya ROB
Bahaya limpahan air pasang surut yang terjadi akibat naiknya pasang surut yang disertai dengan genangan air pada
saat hujan sehingga mengakibatkan daerah mendapatkan limpasan air yang berasal dari air laut. Kejadian ini
berpotensi terjadi pada daerah pesisir yang rendah dan tidak memiliki saluran pembuangan air baik, daerah dengan
penurunan permukaan pantai, daerah tanpa perlindungan fisik dari arus pasang air laut dan daerah pesisir dengan
ruang esapan rendah.
Kawasan Tallo pantai utara dan dan kawasan tanjung bunga pantai selatan Kota Makassar merupakan daerah
dengan garis pantai rendah dan memungkinkan adanya bahaya banjir ROB yang masuk lewat saluran drainase,
sungai dan outlet kota yang dapat membahayakan pemukiman masyarakat.
Tumbuhan mangrove di pantai utara Makassar menjadi barier terhadap arus pasang sehingga air tidak masuk jauh
kedaratan. Kawasan Untia miliki potensi sangat rendah akan bahaya Rob oleh karena adanya barier mangrove
sepanjang garis pantai.
g. Kemungkinan Bahaya Abrasi
Mengidentifikasi abrasi dilakukan dengan melihat faktor-faktor kejadiannya. Kawasan pantai Makassar dapat dibagi
atas daerah pantai utara yang diwakili pantai untia, dan pantai selatan merupakan daerah tanjung bunga. Pantai
Untia merupakan daerah teluk yang menjorok masuk kedalam daratan memiliki pengaruh gelombang rendah karena
telah hanya mendapat pengaruh dari ombak pecah dengan tinggi gelombang interval 1,1 sampai 1,5 m, sementara
arus yang terjadi sekitar pantai Untia juga dengan kecepatan rendah berkisar 0,051 sampai 0,10 m/det (76,79 %).
Meskipun arus tergolong rendah namun untuk ruang rencana patut mempertimbangkan akan arus residu yang
merupakan arus sisa saat terjadnya pasang yang mengarah keutara berupa arus susur pantai. Di sekitar ruang pantai
utara tidak terdapat daerah abrasi, yang diketahui melalui adanya tumbuhan mangrove yang tumbuh di sepanjang
garis pantai dan agent transpor sedimen dengan kekuatan relatif rendah.
V - 65
Gambar 5-43 Peta titik terjadinya abrasi pantai di Kota Makassar, 2008
Pantai selatan Makassar dengan daerah Pantai Maccini Sombala (Tanjung Bayang, Pantai Akkarena, Tanjung Bunga
dan Pantai Losari) merupakan daerah berpasir dengan tingkat kemungkinan abrasi tinggi karena daerah ini memiliki
porositas tinggi. Karakteristik angkutan sedimen mempengaruhi kejadian abrasi terutama didaerah tanjung bunga dan
Akarena. Pantai terkikis dan sedimenya terdistribusi kearah utara dan masuk kepantai losari. Proses tersebut
dijelaskan dalam proses angkutan sediment.
Angkutan sedimen di pantai Tanjung Bayang, Pantai Akkarena, dan Tanjung Bayang banyak terakumulasi di Pantai
Losari dan daerah pelabuhan. Daerah Tanjung Bayang yang banyak mendapat akumulasi lansung dari sungai
Jeneberang berkisar 94.53 gr/L/Hari, Pantai Akkarena dengan angkutan tertinggi 245.09 gr/L/Hari dan Tanjung
Bunga berkisar 119.144 gr/L/Hari. Sedangkan Pantai Losari yang kini lebih sebagai bejana sedimen akibat kondisi
perairan yang semi tertutup lebih rendah di banding pantai yang lain, yaitu 11.3706 gr/L/Hari akibat jarak antara
muara sungai Je’neBerang sebagai sumber sedimen sangat jauh dan kondisi perairan yang sangat tenang dan tidak
banyak mendapat pengaruh dari faktor oseanografi seperti arus perairan yang merupakan faktor yang sangat
berpengaruh dalam proses transport sedimen.
Tanjung Bayang dengan panjang pantai +1,20 Kilometer berada pada bagian utara sungai Jeneberang memiliki
tekstur pasir, Lankoke (2006) menuliskan bahwa Tanjung Bayang dicirikan oleh morfologi pantai yang bervariasi dari
pantai yang bergelombang kuat, bergelombang lemah sampai pantai lurus dengan kemiringan dasar pantai
bervariasi, landai, sedikit terjal hingga relatif lebih terjal.
Faktor faktor yang mempengaruhi angkutan sedimen, oleh dinamika air laut di mana air laut banyak mendapat
pengaruh ekstrinsik seperti keadaan keadaan atmosfer sangat menentukan kondisi ini, angin, curah hujan, musim
dan lain sebagainya. Angin berhembus dengan arah dominan dari barat laut dan di ikuti dari barat serta barat daya
telah membuat pola arus yang bergerak dari selatan pantai menuju utara pantai Makassar.
V - 66
Gambar 5-44 Gradasi perubahan garis pantai di Pesisir Tanjung BUnga dari tahun 1989—2004
Pola tersebut membentuk sebaran angkutan sedimen dan proses terjadinya perubahan garis pantai (erosi dan akresi)
yang ada di sepanjang pantai tanjung bayang hingga pantai Losari Makassar. Kondisi pantai yang terbuka di Tanjung
Bayang, Pantai Akkarena dan Tanjung Bunga sangat memudahkan terjadinya perubahan garis pantai oleh tenaga-
tenaga pengangkutan, pada pengamatan selama penelitian di dapatkan adanya daerah-daerah yang tererosi dengan
potensi keberlanjutan erosi yang semakin meningkat. Peningkatan kejadian semakin berkurangnya daratan di
sekitaran Tanjung Bunga di juga di sebabkan oleh kurangnya deposisi sedimen yang berasal dari sungai Jeneberang
sehingga kalau dulunya terjadi akresi hingga membentuk delta yang sangat besar sekarang justru sebaliknya, terjadi
setelah adanya bangunan bendungan Bili Bili di aliran sungai Jeneberang dan penutupan muara sungai bagian utara.
Peningkatan sedimen tersuspensi di pantai Losari oleh karena daerah ini merupakan daerah yang menampung
banyak jenis sedimen tersuspensi dari berbagi sumber yang didukung dengan semakin melemahnya arus didaerah
tersebut.
h. Kemungkinan Bahaya Angin Topan
Angin Topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih yang sering terjadi di
wilayah tropis antara garis balik utara dan Selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan dengan
khatulistiwa yang banyak terjadi di dataran asia Timur seperti Cina dan Jepang. Angin topan disebabkan oleh
perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca. Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya
berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem dengan kecepatan
sekitar 20 Km/jam. Di Indonesia dikenal dengan sebutan angin badai.
Makassar berada dibawah garis katulistiwa dengan kecepatan maksimum angin yaitu berkisar antara 15-39 m/det,
terjadi pada bulan Desember hingga Bulan Februari, dengan kecepatan angin rata rata 2,9 m/det relatif, dengan
interval nilai kecepatan angin maksimum ini dapat dikatakan di Makassar tidak terjadi angin topan.
V - 67
i. Bahaya Kebakaran
Kebakaran merupakan kejadian yang diakibatkan adanya pemicu api, udara dan dan material. Kebakaran di Kota
Makassar umumnya terjadi pada pemukiman padat, daerah pergudangan, dan daerah perniagaan tradisional (Pasar).
Hingga tahun 2008, tercatat 63 kasus kebakaran dengan factor kejadian berupa, sambungan listrik yang kurang
bagus sehingga memicu koslet dan arus pendek, akibat kelalaian pada alat rumah tangga seperti kompor yang
meledak, Dan kasus kebakaran tertinggi adalah listrik yang dipicu dari arus pendek sebanyak 49 kasus sepanjang
tahun. Dari segi besar dampak kebakaran,ditahun 2008 tercatat 185 orang meninggal dunia saat kejadian kebakaran
di Tallo. Kecamatan Tallo merupakan daerah padat pemukiman dan sambungan listrik yang belum tertata bai,
sehingga terdapat sambungan liar yang dapat memicu terjadinya arus pendek.
Tabel 5-35 Penyebab Kebakaran di Kota Makassar tahun 2008
NO KECAMATAN Listrik Kompor Minyak Kompor Gas Lampu Minyak
1 MARISO 2 - - - 2
2 MAMAJANG 1 1 1 - 3
3 TAMALATE 6 - 1 - 7
4 RAPPOCINI 4 1 - - 5
5 MAKASSAR 2 2 - - 4
6 UJUNG PANDANG 5 - 1 - 6
7 WAJO 4 - - - 4
8 BONTOALA - - - - 0
9 UJUNG TANAH 2 - - - 2
10 TALLO 4 - 1 1 6
11 PANAKKUKANG 5 2 1 - 8
12 MANGGALA 3 - - - 3
13 BIRINGKANAYA 7 - - - 7
14 TAMALANREA 4 1 1 - 6
49 7 6 1 63
TAHUN 2006 43 14 2 59
JUMLAH TAHUN 2008
JUMLAH
PENYEBAB KEBAKARAN
Sumber : data Badan Pusat Statistik, 2008
Dari tahun 2006 hingga tahun 2008, kasus kebakaran semakin meningkat jumlahnya, oleh karenanya persmasalahan
kebakaran harus dijawab dengan strategi ruang nyang adaptif terhadapp kebakaran dengan menyediakan fire alarm
kawasan, hydrant fire dan zona evakuasi untuk daerah yang rentan kebakaran.
j. Bahaya konflik Sosial
Tabel 5-36 Jumlah Pelanggaran Hukum dan Konflik Sosial yang Terjadi di Kota Makassar.
JENISKEJAHATAN/ 2007
NO PELANGGARAN Dilaporkan Diselesaikan Dilaporkan Diselesaikan Dilaporkan Diselesaikan
1 KEBAKARAN 55 14 36 8 31 6
2 PERZINAHAN 29 19 23 17 14 6
3 PERJUDIAN 86 81 83 70 85 70
4 PEMBUNUHAN 30 39 23 31 22 22
5 PENGANIAYAAN BERAT 803 615 643 476 405 285
6 PENGANIAYAAN RINGAN 405 378 317 296 194 164
7 PENCURIAN BERAT 640 246 715 321 468 252
8 PENCURIAN RINGAN 756 362 705 336 481 250
9 PENCURIAN DENGAN KEKERASAN 390 95 368 104 335 86