BAB I
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan JTM
5. K3 DAN SOP PEMELIHARAAN JTM5.1. KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (K3)5.1.1. Dasar Hukum.
Sumber hukum yang paling mendasar tentang keselamatan kerja di
Indonesia ialah Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja. Undang-undang ini dibuat dengan menimbang bahwa :
a. Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup
dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
b. Bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu
terjamin pula keselamatannya
c. Bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan
secara aman dan efisien.
d. Bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya upaya
untuk membina norma-norma perlindungan kerja
e. Bahwa pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam
Undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang
keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat,
industrialisasi, teknik dan teknologi.
Sumberdaya manusia merupakan salah satu sumberdaya yang paling
penting dalam kegiatan usaha. Maka perusahaan harus memberikan
perlindungan keselamatan dan kesehataan bagi manusia yang terkait
dengan kegiatan usahanya, maupun orang lain yang terkait dengan
usaha tersebut.
Misalnya PLN sebagai perusahaan yang kegiatan usahanya
membangkitkan, menyalurkan, mendistribusikan, dan melayani
pelanggan. Maka setiap manusia yang terlibat dalam kegiatan usaha
tersebut harus dijamin keselamatan dan kesehatannnya. Dan orang
lain yang berada di sekitar kegiatan usaha maupun yang menggunakan
produk energi listrik juga harus terjamin keselamatan dan
kesehatannya.
Upaya menegakkan keselamatan dan kesehatan kerja memang bukan
kegiatan meningkatkan keuntungan, tetapi upaya memanusiakan manusia
dan membatasi dan atau memperkecil kerugian dampak kecelakaan.
Yang bertanggungjawab melaksanakan tegaknya keselamatan dan
kesehatan kerja ialah : manajemen, atasan pekerja, dan pekerja itu
sendiri.
Dengan terjaminnya keselamatan dan kesehatan, berarti
terciptanya safe production , yang bermuara kepada peningkatan
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.
5.1.2. Pengertian.
Keselamatan kerja mengatur segala upaya guna mencegah/mengurangi
terjadinya kecelakaan di tempat kerja yang mana dapat mengakibatkan
kerugian, baik jiwa/raga dan atau harta. Sedangkan kesehatan kerja
mengatur segala upaya guna mencegah/mengurangi sakit akibat
melaksanakan kerja.
Dalam Undang-undang ini No. 1 tahun 1970, yang dimaksud dengan
tempat kerja ialah segala tempat dimana :
a. Tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan,
b. Dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana
dirinci dalam pasal 2;
c. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman
dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang
berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
Dan selanjutnya bahwa tiap tempat kerja harus memenuhi
syarat-syarat keselamatan kerja seperti diurai pada pasal 3. yakni
:
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara atau getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat bekerja
baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi, dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperalancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman, atau barang
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
5.1.3. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (KKK).
Tujuan KKK adalah mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja
yang aman, sehat dan sejahtera, sehingga akan tercapai :
a. Suasana lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman.
b. Tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan bebas
kecelakaan.
c. Meningkatnya produktivitas dan efisiensi perusahaan.
d. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat tenaga kerja.
5.1.4. Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja Sesuai Undang-undang No. 1
tahun 1970 pasal 12,
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak
tenaga kerja untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh Pegawai
Pengawas dan atau Ahli Keselamatan Kerja.
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan kerja
dan kesehatan kerja yang diwajibkan.
d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat-syarat
keselamatan kerja dan kesehatan kerja yang diwajibkan.
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat
keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri
yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus
ditentuakan lain oleh Pegawai Pengawas dalam batas-batas yang masih
dapat dipertanggungjawabkan.
5.1.5. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).
Yang dimaksud dengan jaminan sosial tenaga kerja menurut
Undang-undang No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
ialah :
Suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan
berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang
atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan
yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit,
hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.
Ruang lingkup program Jamsostek meliputi :
a) Jaminan Kecelakaan Kerja.
b) Jaminan Kematian.
c) Jaminan Hari Tua.
d) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.
Karena PLN sebagai perusahaan mampu memberikan emulemen Jaminan
Sosial Tenaga Kerja sendiri dengan standard ( dari ketentuan
pemerintah, maka PLN tidak mengasuransikan pegawainya ke program
Jamsostek, baik milik pemerintah / BUMN maupun swasta. 5.1.6.
Kecelakaan Kerjaa. Pengertian Kecelakaan Kerja.
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi pada seseorang
karena hubungan kerja, dan kemungkinan disebabkan oleh bahaya yang
ada kaitannya dengan pekerjaannya.
Sedangkan kecelakaan dinas ialah kecelakaan yang terjadi karena
hubungan kerja, baik karena pekerjaan langsung ataupun dalam
perjalanan menuju tempat kerja sampai kembali ke rumah melalui
jalan normal.
b. Proses Kecelakaan.
Kecelakaan ialah suatu insiden yang terjadi karena adanya bahaya
dan dapat mengakibatkan kerugian berupa jiwa/raga, harta, dan
ataupun efisiensi perusahaan.
Urutan proses terjadinya kecelakaan :Kultur LingkunganSebab
dasarBahayaInsidenKerugian
-Budaya kerja
- Pola pikir
- Manajemenvisi dan misi kurang mendukung Unsafe act
Unsafe condi-tion
Miss manaje-men Kecelakaan
Near misses-Jiwa/raga
- Harta
- Efisiensi
Kultur Lingkungan.
Kultur lingkungan, dalam hal ini berupa :
tingkat kematangan budaya kerja
pola pikir lingkungan masyarakat pada umumnya atau lingkungan
tempat kerja pada khususnya
serta perhatian manajemen puncak dan menengah akan membentuk
suatu behavior (paradigma, sikap, dan perilaku) para pekerjanya
dalam menegakkan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di lingkungan
kerja.
Lingkungan masarakat / tempat kerja yang secara sadar :
Menjunjung tinggi harkat manusia sebagai ciptaan tuhan yang
paling tinggi nilainya..
Selalu berpikir selamat (think safety) di segala tindakannya,
memiliki paradigma untuk memikirkan keselamatan bagi manusia maupun
bagi proses produksinya.
Adanya komitmen yang tinggi dari manajemen untuk menegakkan KKK,
dsb.
Akan membentuk visi dan misi yang lebih realistis untuk
tercapainya safe production.
Bahaya.
Tidak setiap bahaya mengakibatkan kecelakaan. Tapi kecelakaan
terjadi karena ada bahaya, baik itu berupa :
tingkah laku yang tak aman (unsafe act).
kondisi yang tak aman (unsafe condition).
manajemen/ prosedur yang tak benar / tak ada (miss
manajemen).
Contoh tingkahlaku tak aman :
Bekerja mengabaikan prosedur.
Mengerjakan pekerjaan bukan bidangnya.
Bekerja tanpa kompetensi (rendah).
Tidak menggunakan alat keselamatan kerja.
Sikap tubuh yang tidak benar.
Bekerja dengan bersendau gurau.
Bekerja dengan kondisi fisik dan atau mental yang labil.
Bekerja dengan emosional / panik, dll.
Contoh kondisi yang tak aman :
Peralatan pelindung yang tak memenuhi syarat.
Bahan, peralatan yang aus atau rusak.
Kondisi lantai yang licin.
House keeping yang tidak tertata baik.
Kurang sarana pemberi tanda-tanda keselamatan kerja.
Keadaan udara beracun.
Bising.
Contoh miss manajemen :
Tidak tersedianya alat keselamatan kerja.
Tidak adanya petunjuk/prosedur kerja.
Tidak melakukan identifikasi bahaya dan cara
penanggulangannya.
Tidak melakukan pembahasan tentang KKK secara terjadwal.
Insiden.
Suatu kejadian yang tidak diinginkan, bias berbentuk kecelakaan
ataupun near misses yang dapat merugikan. Kerugian dapat berbentuk
cidera/tewas, rusaknya barang / material, dan ataupun menurunnya
efisiensi produksi.
Contoh kecelakaan : kejatuhan benda, terjepit, terkena listrik,
terbakar.
Contoh near miises :tersandung pipa atau terpeleset tanpa luka
maupun rusaknya benda/barang.
Kerugian.
Baik sang korban maupun perusahaan pemilik tempat kerja
mengalami kerugian.
Kerugian bagi korban kecelakaan (bila ia pekerja) meliputi :
Cidera, cacat tetap, bahkan tewas itu berarti menurun/hilangnya
kesempatan mendapatkan prestasi (penghasilan) karena
menurun/hilangnya kemampuan kerja.
Menurunnya moril dan rasa peran keberadaannya di lingkungan
keluarga, masayarakat, maupun lingkungan tempat kerja.
Kerugian bagi perusahaan antara lain meliputi :
Biaya perawatan korban.
Biaya untuk pemberian santunan-santunan.
Waktu produksi berkurang.
Rusaknya peralatan dan atau material, sehingga menurunnya
kemampuan produksi.
Biaya inventasi yang telah dikeluarkan untuk (pembinaan,
pendidikan, dll.) mencapai tingkat kompetensi seperti saat
sekarang.
Menurunnya citra perusahaan.
Naiknya biaya asuransi.
Untuk mencegah / mengurangi kerugian bagi manusia (pekerja dan
atau orang lain) dan kerugian perusahaan akibat kecelakaan, kita
harus menghilangkan / mengurangi bahaya (unsafe act, unsafe
condition, dan miss manajemen) tersebut. Salah satu upaya untuk
mencegah / mengurangi bahaya antara lain :
Mengadakan identifikasi bahaya (unsafe act, unsafe condition,
dan miss mana-jemen) dan tindakan / cara mengatasinya.
Setiap bekerja selalu berpikir tentang selamat (think
safety).
Dll.
5.1.7. Keselamatan Dalam Bekerja.a. Tempat Kerja
Bertegangan.
Hal penting diperhatikan bila memasuki ruang kerja listrik :
Mendapat ijin yang berwenang dan diawasi oleh petugas.
Jangan sendirian (dua orang).
Sehat jasmani dan rohani.
Pakaian kering dan bersepatu dengan sol berbahan isolasi.
Gunakan alat pengaman yang diperlukan sesuai spesifikasinya
(missal: tegangan ijin, daya hantar, dll).
Perhatikan rambu-rambu peringatan yang ada.
Berada pada jarak yang aman.
Bekerja Pada Bebas Tegangan.
Perhatikan perlengkapan bebas tegangan :
Tempat kerja telah dinyatakan aman oleh Pengawas.
Perlengkapan yang dikerjakan harus dibumikan.
Bila ada sirkuit ganda :
pekerjaan dilakukan pada salah satu sirkuit.
masing-masing kawat harus dibumikan pada kedua ujungnya .
tempat yang berdekatan dengan yang dikerjakan.
Harus ada penanggungjawab / pengawas penuh pada sirkuit
tersebut.
Pekerjaan boleh dimulai bila semua persyaratan tersebut atas
telah dipenuhi.
Bekerja Pada Keadaan Bertegangan.
Memiliki ijin kerja dari yang berwenang sesuai
kompetensinya.
Minimum harus 2 (dua) orang ( 1 pengaawas, 1 pekerja).
Pekerja dalam keadaan sadar, tidak mengantuk, tidak mabuk.
Pekerja berdiri di tempat yang berisolasi.
Pekerja menggunakan alat pengaman diri dan peralatan kerja utama
yang diwajibkan.
Semua peralatan harus telah diperiksa setiap kali mau dipakai
sesuai petunjuk yang diberikan.
Cuaca harus baik, tidak mendung, tidak hujan.
Dilarang menyentuh peralatan listrik bertegangan dengan
telanjang.
Dilarang bekerja dalam keadaan bertegangan di ruang dengan
bahaya kebakaran, ruang lembab, ruang sangat panas.
Bekerja di dekat instalasi bertegangan :
Harus tahu jarak minimum aman dari perlengkapan bertegangan
Perlengkapan yang digunakan bebas dari kebocoran isolasi atau
imbas yang membahayakan, selain harus dibumikan.
Tidak menggunakan peralatan yang panjang, tali dari logam,
tangga yang diperkuat dengan logam.
Jika jarak tidak aman, harus menggunakan pengaman dari bahan
isolasi.
b. Batas Aman Arus dan Tegangan.
Batas aman arus dan tegangan untuk manusia ialah 1,1 mA dan 50
V.
Tegangan sentuh maksimum yang dapat ditahan manusia :
Tegangan Sentuh
( V efektif )Waktu maksimum
( detik )Keterangan
50
75
90
110
150
220
2805
1
0,5
0,2
0,1
0,05
0,03
Korelasi antara daya tahan terhadap arus dan waktu.
Tegangan Sentuh
(m A efektif )Waktu Maks.
( detik )Keterangan
10 ( 20
20 ( 40
60 ( 80
10010
2
0,2
0,1
Kepekaan terhadap kejutan listrik secara kontinyu .
Besar Arus
( mA )Akibat arus melalui jantung
melalui lintasan tangan ke kaki
0,7Tidak terlihat sesuatu akibat
0,7 ( 2Terasa getaran
2 ( 8System syaraf terpengaruh, sangat sakit
8 ( 20System syaraf terpengaruh.
Tidak sanggup melepaskan pegangan, karena pengerutan atau
kontraksi otot-otot
20 ( 50System syaraf terpengaruh.
Otot kerongkongan dipaksa mengkerut .
Paru-paru kirim udara secara tidak normal.
Tidak mampu melepaskan pegangan
c. Jarak Aman Daerah Bertegangan.
Jarak lendutan penghantar udara tegangan rendah ke tanah,
minimum :
NoLokasi pemasanganPenghantar udara telanjangPenghantar udara
berisolasi
1
2
3Jalan umum
Bukan jalan umum
Halaman rumah5 meter
5 meter
5 meter5 meter
4 meter
3 meter
Jarak bebas (minimum) antara SUTT dan SUTET dengan tanah dan
benda lain.NoL o k a s iS U T TSUTET 500 kV
66 kV
( m )150 kV
( m )Sirkit ganda
( m )Sirkit tunggal
( m )
1
2
3
4
5
6
7
8
9Lapangan terbuka daerah luar kota
Jalan raya
Pohon-pohon pada umumnya
Bangunan tidak tahan api dan lapangan olah raga
Bagian bangunan yang tahan api
SUTT lainnya : SUTR; jaringan tele-komunikasi dan kereta
gantung
Rel kereta biasa
Jembatan besi, rangka besi penahan penghantar kereta listrik
terdekat dsb.
Titik tertinggi tiang kapal pada kedudukan air pasang pada lalu
lintas air6,5
8
3,5
12,5
3,5
3
8
3
37,5
9
4,5
13,5
4,5
4
9
4
410
15
8,5
14
8,5
8,5
15
8,5
8,511
15
8,5
15
8,5
8,5
15
8,5
8,5
5.1.8. Alat Keselamatan Kerjaa. Pengertian.
Pengertian alat keselamatan kerja :
Suatu alat yang dipergunakan untuk melindungi pekerja terhadap
kemungkinan timbulnya kecelakaan.
Suatu alat yang dipergunakan untuk memperlancar/mempermudah
pekerja dalam melaksanakan tugas pekerjaan dengan aman.
b. Tiga macam Alat Keselamatan Kerja Terpasang tetap pada
peralatan.
Kap pelindung benda berputar.
Batas pengaman daerah. Untuk dipakai pekerja.
Alat pelindung batok kepala.
Alat pelindung muka dan mata.
Alat pelindung badan.
Alat pelindung anggota badan (lengan dan kaki).
Alat pelindung pernapasan.
Alat pelindung pendengaran.
Alat pencegah jatuh.
Alat pencegah tenggelam. Pelengkap
Peraturan-peraturan.
Penjelasan-penjelasan.
Instruksi kerja.
Tanda-tanda peringatan.
Poster-poster keselamatan kerja.
Komunikasi dan koordinasi.
Pengawasan, dll.
Yang perlu diperhatikan pada poster :
Antara gambar dan tulisan disesuaikan, sehingga fokus pesan
dapat dimengerti.
Jenis isi pesan disesuaikan dengan bahaya yang dapat timbul di
tempat kerja.
Tanda-tanda keselamatan isinya mengingatkan kita terhadap :
Bahaya yang dapat timbul di suatu tempat.
Kemungkinan membuat kesalahan.
Tanda peringatan ditempatkan pada tempat yang :
Mudah dan kelihatan.
Menuju ke tempat yang ada bahaya.
c. Alat Keselamatan Kerja & PenggunaannyaNoAlat Keselamatan
KerjaKegunaan / Pemakaiannya
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10Topi keselamatan.
Kap las tangan Kap las kepala .
Kap las kepala dengan topi.
Pelindung muka.
Pelindung mata.
Kacamata las .
Kacamata warna bening.
Kacamata karet.
Pelindung mata kedok (yang dibuka).Melindungi batok kepala
terhadap tertumbuk/ kejatuhan benda dari atas .
Melindungi muka dan mata waktu mengelas listrik.
Melindungi muka dan mata waktu mengelas listrik.
Melindungi muka, mata dan batok kepala waktu mengelas listrik
.
Mengasah, menotok, bekerja dengan ramuan kimia.
Mengasah, menotok, bekerja dengan ramuan kimia.
Mengelas dengan las karbit/asitilin.
Mengecat, membelah, menotok beton, dsb.
Bekerja dengan debu.
Mengasah, menetak (terutama) bagi yang berkacamata.
11
12
13Pelapis dada dari kulit.
Pelapis dada karet hitam.
Pelapis dada karet putih.a. Mengelas karbid dan listrik.
b. Menempa, menuang, kerja hangat lainnya.
Bekerja dengan ramuan kimia.
a. Bekerja di instalasi TEL.
b. Membersihkan tangki-tangki bensin yang mengandung TEL.
14
15
16
17
18
19
20Sarung tangan asbes.
Sarung tangan kain.
Sarung tangan utk kerja.
Sarung tangan.
Sarung tangan utk tukang listrik
Sarung tangan karet (plastic).
Pelindung lengan.Kerja panas, tuang, membengkokkan pipa, tukang
api, buka tutup kran uap.
Kerja ringan : mematri, mengecat, menyemprot, dsb.
a. Kerja konstruksi yang ringan.
b. Kerja pengangkutan yang ringan.
c. Membuka keran uap.
Mengelas listrik dan gas karbid.
Bekerja pada hubungan listrik.
a. Bekerja dengan ramuan kimia.
b. Bekerja dengan gemuk-gemuk kotor.
Mengelas listrik, karbid.
21
22
23
24Sepatu karet panjang hitam.
Sepatu keselamatan.
Sepatu karet panjang hitam sampai paha.
Pelindung kaki dari kulit.a. Bahan kimia (asam garam, asam
belerang, dsb)
b. Komponen minyak kasar (bensin, minyak, gas)
c. Kerja tanah dan kerja kotor lainnya
Pelindung jari kaki dari tertumbuk benda berat/ jatuh.
Mengelas listrik, karbid, menempa dan untuk pekerjaan
tuang-menuang.
25
26Tali pinggang keselamatan.
Jaring keselamatan.Untuk bekerja diketinggian ( 2,5 meter.
Dipakai dimana tidak memungkinkan pakai tali pinggang
keselamatan.
27
28Sumbat telinga (ear plug)
Tutup telinga (ear muff)Untuk mengurangi suara masuk telinga
Untuk mengurangi suara yang bernada tinggi atau keras
29
30
31Schakel stock
Tester TeganganKlem hubungan tanahUntuk memasukkan pemisah,
dilengkapi untuk chek tegangan menengah (TM).
Untuk mengetahui adanya tegangan rendah
Untuk menbumikan jaringan, trafo generator
5.2. STANDING OPERATION PROCEDURE (SOP)5.2.1. Pengertian
Adalah suatu bentuk ketentuan tertulis berisi prosedur /
langkah-langkah kerja yang dipergunakan untuk melaksanakan suatu
kegiatan.
Dalam bahasa Indonesia SOP disebut dengan Prosedur Tetap dan
disingkat Protap.
SOP Pemeliharaan distribusi berarti ketentuan tentang prosedur /
langkah langkah kerja untuk memelihara distribusi pada Gardu Induk,
Gardu Hubung dan Gardu Distribusi.
5.2.2. Tujuan SOP
Pemeliharaan Distribusi berarti melakukan pemeriksaan atau
perbaikan yang menyebabkan perlunya pemadaman listrik atau tidak
.Pada saat pelaksanaan pemeliharaan dengan pemadaman berarti
memerlukan koordinasi dengan pihak operasi agar tidak sampai
terjadi gangguan atau kecelakaan kerja pada saat pembukaan alat
hubung yang akan dipelihara maupun penormalannya kembali.
Hasil dari pemeliharaan adalah berupa kondisi / unjuk kerja
peralatan harus memenuhi ketentuannya, yaitu aman dioperasikann
kembali, maka untuk itu perlu diatur cara melakukan pemeliharaan,
peralatan untuk mengukur kondisi peralatan kubikel, perkakas kerja
yang digunakan pada waktu pemeliharaan.
Penyimpangan dari ketentuan berarti hasil pemeliharaan tidak
sesuai dengan ketentuan dan dampaknya akan menyebabkan permaslahan
dalam pengoperasian bahkan dapat terjadi kecelakaan kerja.
Contoh :
Akibat terhadap komponen Ditentukan bahwa tahanan kontak -
kontak adalah maksimal 200 micro ohm, tetapi hasil pemeliharaan
menunjukkan lebih dari nilai maksimal tersebut dan dipaksakan
operasi, maka akan terjadi ledakan pada tersebut akibat panas yang
ditimbulkan oleh alat kontak. Kejadian ini tentu akan mengganggu
sistem operasi dan kerugian material.
Akibat terhadap personil
Pemeliharaan dengan pemadaman berarti harus dipastikan bahwa
aliran listrik dari sisi hulu maupun sisi hilir harus dipastikan
padam, tetapi penyimpangan terjadi misalnya tiba-tiba ada aliran
listrik.Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa akibat dari
pemeliharaan tidak memenuhi ketentuan dapat menyebabkan terjadinya
kondisi yang tidak aman dan kerugian material.
Untuk menghindari hal tersebut maka dibuatlah SOP yang berisi
prosedur langkah-langkah yang tertata guna melaksanakan
kegiatan.
5.2.3. Komponen Dalam SOP
Beberapa komponen penting yang tertulis pada SOP Pemeliharaan
Distribusi antara lain :
Pihak yang terkait
Yaitu pihak-pihak yang berkepentingan dan terkena dampak akibat
pemeliharaan 20 KV. Keterkaitan ini dilakukan dalam bentuk
komunikasi yang dilakukan dapat berupa tertulis / surat ataupun
komunikasi langsung / lisan bertujuan agar semua pihak
berkoordinasi dapat mengantisipasi terjadinya kondisi kurang aman
atau mencegah kerusakan material akibat dipeliharanya kubikel.
Dalam berkomunikasi baik lisan maupun tertulis dibuat berupa
format yang standar untuk mencegah kesalahan presepsi dari
pihak-pihak yang terkait . Waktu berkomiunikasi / berkoordinasi
yang digunakan selalu pada batas standar agar dalam mengambil
keputusan tidak berlarut-larut.
Di Operasional Distribusi pengaturan tentang berkomunikasi ini
dibuat menjadi SOP Komunikasi.
Pihak yang terkait pada pemeliharaan Distribusi antara lain
:
Beberapa pihak yang terkait antara lain, Pengatur Distribusi /
Piket Pengatur, pihak operasi dan Konsumen. Berkoordinasi dengan
pihak adalah untuk mengetahui dan memastikan bahwa instalasi yang
akan dipelihara dan dipadamkan sudah diantisipasi akibat
pemadamannya. Berkoordinasi dengan Pengatur Distribusi / Piket
Pengatur adalah agar keadaan jaringan dipastikan siap dipadamkan
atau dibebani dan aman dari adanya kecelakaan kerja bagi personil
di lokasi pemeliharaan dimaksud maupun di luar lokasi yang
berhubungan dengan jaringan yang akan dipelihara. Sedangkan
berkoordinasi dengan Konsumen bertujuan agar konsumen tahu akan
adanya listrik pemdadaman listrik di tempatnya.
Perlengkapan Kerja
Perlengkapan kerja untuk meleksanakan pemeliharaan dengan baik
dan aman harus dipenuhi spesifikasi dan jumlahnya. Memaksakan
bekerja dengan peralatan seadanya berarti mengabaikan adanya resiko
bahaya kecelakaan dan kerusakan yang bakal terjadi. Pemeriksaan
terhadap jumlah dan kondisi perlengkapan kerja harus dilakukan
secara rutin agar selalu siap kapanpun digunakan.
Yang dimaksud dengan perlengkapan kerja adalah sebagai berikut
:
Perkakas kerja
Alat bantu kerja
Alat Ukur
Material / bahan
Alat Pelindung Diri ( APD ) atau Alat K3
Berkas Dokumen Instalasi Distribusi yang akan dioperasikan
Lembaran Format berupa Check-List Pelaksanaan dan Pelaporan.
Prosedur Komunikasi
Berisi tentang urutan berkomunikasi dengan pihak yang terkait
dengan dari mulai persiapan pemeliharaan, saat pemeliharaan sampai
pelaporan pekerjaan.
Peralatan yang digunakan untuk berkomunikasi dapat berupa
telepon atau handy-talky ( HT ) dengan menggunakan bahasa yang
sudah distandarkan. Penyimpangan terhadap ketentuan berkomunikasi
dapat menyebabkan terjadinya gangguan operasi bahkan kecelakaan
kerja.
Prosedur Langkah-langkah Kerja
Berisi tentang urutan dalam melaksanakan pekerjaan di lokasi
pengoperasian kubikel, mulai dari persiapan pekerjaan, pelaksanaan
pekerjaan, pemeriksaan pekerjaan sampai pelaporan pekerjaan.
Setiap langkah dilaksanakan secara berurutan sesuai tertulis di
SOP. Penyimpangan terhadap langkah-langkah tersebut dapat
menyebabkan kegagalan pemeliharaan bahkan dapat terjadi kecelakaan
kerja.
Hasil Pemeliharaan harus dilaporkan ke Pengatur Distribusi /
Piket Pengatur dan melaporkan secara lisan guna memutuskan
dioperasikannya kembali dan melaporkan secara tertulis setelah
pelaksanaan dilokasi selesai. 5.2.4. Pembuatan SOP
Untuk membuat SOP perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :
Keterlibatan pihak-pihak yang terkait dengan pengoperasian
distribusi untuk membuat ketentuan berkoordinasi.
Kondisi jaringan berupa data kemampuan Trafo, Kemampuan Hantar
Arus (KHA) hantaran penyulang, pemanfaatan energi listrik pada
konsumen.
Struktur jaringan
Contoh SOP Pemeliharaan JTM
PT. PLN (PERSERO)
.....................................
........................................
......................................
PETUGAS :
1. Pengawas Lapangan 1 orang
2. Pengemudi 1 orang
KOORDINASI :
1. Piket UPJ
2. Pelaksana Lapangan
PERALATAN KERJA :
1. Megger Isolasi 5000 Volt
2. Megger Pentanahan / Earth Tester
3. Tester Tegangan 20 kV
4. Tool set
5. Radio Komunikasi ( 1 bh Handy Talky dan base di
kendaraan)
PERLENGKAPAN K3:
1. Pakaian Kerja
2. Helm pengaman
3. Sepatu alas karet Isolasi Tahan 24 kV
4. Sarung tangan Karet Isolasi Tahan 24 kV
5. Sarung tangan kulit
6. Tangga fibre/ Aluminium
MATERIAL :
PROSEDUR KERJA :1. Dasar pelaksanaan pekerjaan adalah atas
laporan dari pelanggan
2. Kendaraan Pelayanan selalu dalam keadaan siap dengan
perlengkapan sesuai standar diatas.
3. Petugas Pelayanan selalu dalam keadaan siap diruang pelayanan
gangguan dengan pakaian kerja
4. Setelah mendapat laporan petugas menuju lokasi gangguan
5. Lakukan koordinasi dengan piket UPJ
6. Lakukan prosedur pengamanan/pemadaman jaringan TM
7. Lakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pelaksana
8. Lakukan koordinasi dengan piket UPJ
9. Normalkan tegangan
10. Pembuatan Laporan tertulis .
LANGKAH KERJA :
Penanganan Gangguan SUTM 20 kV
1. Lakukan pemeriksaan peralatan kerja, K-3 dan material
kerja
2. Indikasi Gangguan PMT di Gardu Induk trip (GFR atau OCR)
3. Gunakan peralatan K-3
4. Bila titik gangguan sudah diketahui segera menuju lokasi
tersebut, segera amankan jaringan tersebut
5. Bila titik gangguan belum diketahui, lakukan penyusuran
sesuai SOP per penyulang
6. Koordinasi dengan piket UPJ
7. Lakukan pemadaman untuk daerah yang terganggu
8. Lakukan pemindahan sebagian beban ke penyulang lain
9. Bila jaringan sudah keadaan tidak bertegangan, perintahan
kepada pelaksana untu mengamankan SUTM terganggu dengan tongkat
pentanahan
10. Selesai pekerjaan, bereskan dan lakukan pemeriksaan Bila
keadaan sudah aman, lakukan koordinasi dengan piket UPJ untuk
penormalan tegangan.
11. Lakukan penormalan tegangan setelah koordinasi dengan piket
UPJ, catat waktu penormalan.
12. Lakukan pemeriksaan disisi pelanggan apakah sudah normal/
nyala
13. Kembali ke kantor dan siap diruang pelayanan gangguan.
14. Pembuatan laporan hasil pekerjaan.
Penanganan Gangguan SKTM 20 kV
Cara Pertama :
1. Lakukan pemeriksaan peralatan kerja, K-3 dan material
kerja
2. Indikasi Gangguan PMT Gardu Induk trip
3. Menuju lokasi gangguan dengan membawa kunci gardu yang
diperlukan
4. Gunakan peralatan K-3
5. Bila pada gardu penyulang tersebut terpasang indikator
burdin, lakukan penyusuran mulai dari Gardu pertama menuju gardu
akhir dan bila diketahui titik gangguan, lakukan pemindahan
sebagian beban ke penyulang lain sesuai SOP.
6. Bila pada gardu penyulang tersebut belum terpasang indikator
burdin, dan titik gangguan belum diketahui , petugas menuju gardu
pertama dari penyulang tersebut.
7. Buka PMS arah GI , arah beban dan arah gardu kedua.
8. Yakinkan bahwa pisau-pisau PMS sudah dalam keadaan terbuka
dengan memeriksa melalui kaca pemantau di kubikel tersebut.
9. Lakukan pengukuran tahanan isolasi SKTM kearah GI dan
instalasi gardu tersebut,
10. Bila hasil pengukuran baik laporkan ke piket UPJ
11. Sebelum tegangan minta dinormalkan lakukan pemeriksaan
peralatan kerja dan petugas apakah sudah dalam keadaan aman
12. Bila sudah aman minta agar tegangan dari GI dinormalkan
sampai dengan PMS incoming gardu pertama.
13. Bila tegangan sudah normal sampaidengan PMS incoming,
masukkan PMS incoming, cek lampu indikator, bila sudah masuk .
masukkan PMS kearah beban gardu tersebut.
14. Lakukan pemeriksaan beban gardu tersebut, bila sudah
normal,
15. Satu orang petugas bersama pengemudi menuju gardu kedua.
16. Digardu kedua buka PMS incoming, PMS out going dan PMS beban
dibuka . yakinkan pisau-pisau PMS sudah dalam keadaan terbuka.
17. Lakukan pengukuran tahanan isolasi SKTM kearah gardu pertama
dan instalasi gardu tersebut,
18. Bila hasil pengukuran baik laporkan ke piket UPJ
19. Sebelum tegangan minta dinormalkan lakukan pemeriksaan
peralatan kerja dan petugas apakah sudah dalam keadaan aman
20. Koordinasi dengan piket UPJ agar tegangan dari gardu pertama
dimasukkan sampai dengan PMS incoming gardu kedua.
21. Bila sudah ada informasi tegangan sudah masuk periksa lampu
indikator kubikel tersebut.
22. Masukkan PMS incoming, masukkan PMS arah beban, lakukan
pemeriksaan.
23. Lakukan langkah tersebut sampai diketahui titik
gangguan.
24. Bila titik ganguan sudah diketahui, laporkan kepiket UPJ
25. Atas perintah piket UPJ , lakukan pemindahkan sebagian beban
ke peyulang yang tidak terganggu.
26. Bereskan dan periksa peralatan kerja, K-3, petugas serta
lingkungan, kembali kekantor.
27. Pembuatan laporan hasil pekerjaan sebagai dasar tindaklanjut
perbaikan seksi HAR.
Cara Kedua :
1. Lakukan pemeriksaan peralatan kerja, K-3 dan material
kerja
2. Indikasi Gangguan PMT Gardu Induk trip
3. Gunakan perlatan K-3
4. Petugas menuju gardu tengah pada penyulang tersebut
5. Buka PMS incoming, PMS outgoing dan PMS beban.
6. Yakinkan Pisau-pisau PMS sudah dalam keadaan terbuka
7. Lakukan koordinasi dengan piket UPJ
8. Minta penormalan tegangan dari Gardu Induk sampai dengan PMS
incoming gardu tengah
9. Bila tegangan masuk dengan normal, indikasi gangguan antara
gardu tengah kearah ujung/GH.
10. Lakukan penelusuran seperti cara 1 kearah gardu hubung.
11. Bila tegangan dari Gardu Induk tidak bisa masuk, ada
indikasi gangguan.
12. Koordinasi dengan piket UPJ.
13. Periksa kondisi kubikel, trafo dan instalasi di gardu tengah
tersebut, amankan peralatan kerja, peralatan K-3 dan petugas.
14. Atas ijin piket lakukan pemindahan beban mulai dari gardu
tengah sampai dengan gardu ujung dari penyulang tersebut ke
penyulang lain.
15. Apabila sebagian penyulang sudah normal, lakukan penelusuran
SKTM kearah Gardu Induk sesuai langkah pada cara 1 diatas.
Gambar : Diagram Garis Tunggal JTM
Mengetahui, Asman Perencanaan & Distribusi,
Manajer
.
SOP
DINAS GANGGUAN
JTM 20 KV
BAGI PENGAWAS (LEVEL 2)
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai
perusahaan
90
_1107770841.vsd
_1139508587.doc