JC - 27 Infeksi Saluran [email protected]
dr. Frida, SpA
By: dr. Frida, SpA
Infeksi ISNA (Infeksi Saluran Napas Akut)
Terbagi menjadi :
Bagian atas (hidung s/d pharyng) Bagian bawah (di bawah pharyng
dari trachea s/d paru-paru)
Merupakan penyebab utama (terpenting) morbiditas &
mortalitas pada anak Infeksi saluran napas bagian atas t.d. :
Rhinitis
Pharyngitis
Tonsilitis
Sinusitis
Otitis
Sinusitis & otitis merupakan bagian dari ISNA juga karena
pada anak-anak, saluran tuba esutachius masih datar. Sekret lendir
(mukus) bisa dengan mudah berkumpul di Sinus Maxillaris. Anak suka
nyedot lendir/ ingus Infeksi saluran napas bagian bawah t.d.:
Laryngitis
Epiglottis
Laryngotracheobronchitis
Bronchitis (mengenai saluran napas yang paling besar)
Bronchiolitis (mengenai saluran napas yang lebih kecil
bronkiolus)
Pneumonia (mengenai jaringan paru)
Pneumonia lobaris
Pneumonia lobularis (bronchopneumonia) Pneumonia
interstitiel
ISNA bawah hanya terjadi 5% kasus Penyebab/ etiologi paling
banyak untuk ISNA adalah virus jadi untuk terapi tidak perlu
antibiotika Bakteri yang dapat menyerang ISNA bawah contohnya
Staphylococcus, Streptococcus. Misalnya epiglotis ( perlu
antibiotikapeRadangan pada
SALURAN NAPAS
- Menyerang SALURAN NAPAS ATAS -
rhinitis Disebut juga COMMON COLD (Flu)
Sering pada anak di bawah 2 tahun
Etiologi :
Virus saluran napas yaitu : Rhinovirus
Parainfluenza virus
Respiratory Syncytial Virus (RSV) Influenza virus
Adenovirus
Gejala : Rhinorrhea (pilek), hidung tersumbat ; mengganggu
pernapasan
Pada bayi umur 1 atau 2 bulan belum dpt bernapas lewat mulut
jadi kalau hidung tersumbat hanya bisa nangis ( Bersin-bersin
Demam subfebril (kadang-kadang)
Gejala Rhinitis ini mirip dg Rhinitis allergica. Dapat dibedakan
dengan Rhinitis Allergica yaitu: Pada Rhinitis Allergica, bersin
lebih menonjol dan lebih hebat, tidak ada demam subfebril. Disertai
dengan rasa gatal di mata dan hidung, mata berair dan disertai
tanda-tanda alergi lainnya), mukosa hidung pucat Therapy dg anti
histamin akan sembuh (CTM, Clarifin, Loratadin, Golongan KS
kuat)
Komplikasi : Bila tidak sembuh-sembuh akan menjalar ke saluran
napas yang lebih bawah
Pharyngitis, BronchitisTherapy :
Simtomatik (dekongestan, antipiretik)
Istirahat cukup, gizi baik PHArYnGitis Jarang terjadi pada anak
umur di bawah 1 tahun Sering pada anak usia 4 7 tahun
Etiologi :
Virus (t.u)
Bakterial Streptococcus haemolyticus grup A Streptococcus
pyogenes Corynebacterium diphtheriaeGejala Klinik : Aspesifik ;
mula-mula gejala infeksi biasa (batuk pilek, demam, suara serak,
rhinitis)
Sakit menelan
Pharyng hiperemis
Ada selaput/ eksudat pada palatum/ tonsil (bila etiologinya
bakterial) Gejala pada bakteri lebih berat. Klo pd virus akan lebih
ringan dan aspesifik Bila etiologi bakteri, gejalanya sbb :
Demam lebih tinggi
Muntah-muntah
Eksudat ( Uvula bengkak
Nyeri telan Petechiae di palatum mole
Ruam/ Rash (bila etiologi Streptococcus)
Komplikasi : Bisa menyerang infeksi saluran napas bawah Bila
etiologinya bakteri terjadi gangguan atau sumbatan jalan napas,
gangguan irama jantung (( pada diphtheriae) Bila etiologinya
Streptococcus gejala tadi ditambah dengan GN akut, demam
rematik
Therapy : Antibiotika (untuk bakteri) ; virus tidak perlu
antibiotika
Golongan Eritromisin atau Penicillin Ampicillin hingga
Cephalosporin
- Menyerang SALURAN NAPAS BAWAH -
LARYNGitis Disebut juga CROUPGejala :
Batuk hebat (Barking Cough) ( batuk kering dan keras
Serak
Stridor inspiratoir (waktu tidur)
Laryngitis terbagi menjadi beberapa terminologi yaitu :1.
Laryngitis akut
2. Laryngotracheitis
3. Laryngotracheobronchitis
4. Spasmodik Croup
Gejalanya mirip-mirip. Mula-mula selalu diikuti dengan gejala
infeksi ISNA bagian atas lalu gejala ISNA bagian bawah Gejalanya :
Aspesifik ISNA
Batuk Barking Cough
Stridor inspiratoir ( sesak napas
Sputum purulen ( (pada yang bakterial)
Panas tinggi, anaknya terlihat sakit berat
Sering komplikasi ke arah pneumonia
Therapy : Simtomatik dengan :
Humidifikasi
Pasien ditempatkan di ruang lembab, mandi air panas (uap)
Corticosteroid masih kontroversi (kalo penyakitnya berat, boleh
pake !!) Inhalasi epinefrin racemis (menurunkan gejala stridor dan
bengkak)
Bila et/ bakteri ( antibiotika (penicilin cephalosporin)
BRONCHitis AKUT Meliputi inflamasi saluran napas bag atas
(trachea + bronchus) ( di saluran napas yg besar Tdk langsung
meradang di daerah tersebut tetapi didahului oleh infeksi sal napas
bag atas
Etiologi :
Virus (adenovirus, dll)
Bakteri H.influenzae gram (-) Sekarang ada imunisasi HIB
(H.influenzae) ( Act-HiB, Hiberix
Komplikasi : Pneumonia berat
Radang otak dan selaput otak (meningitis)
Epiglositis
Tujuan vaksin adalah mencegah infeksi H.influenzae
Bordetella pertusis (vaksin DPT) Mycoplasma pneumoniae
Gejala : Batuk, lama kelamaan menjadi produktif (sering dan
banyak sekret)
Ronchi (suara napas kasar)
Foto thorax normal (karena yang terkena hanya bronchus dan
trachea)Komplikasi :
Pneumonia
Otitis
Sinusitis
Meningitis
Therapy :
Simtomatik (bila karena virus), sembuh dalam 7 hari (1
minggu)
Bila karena bakterial, beri antibiotika
BATUK KRONIK BERULANG (BKB) Bila pada dewasa disebut Bronchitis
KronikDefinisi :
Suatu keadaan klinis yg disebabkan oleh berbagai penyebab dengan
gejala batuk minimum 2 minggu berturut-turut dan atau berulang
paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa gejala
respiratorik lainnya
2 mgg sakit 2 mgg sembuh 2 mgg sakit
2 mgg sakit Batuk Kronik Berulang Bila sudah BKB harus Waspada (
menjadi tanda-tanda dari adanya penyakit paru atau penyakit
sistemik lainnya yang mendasari batuk-batuk tadi Penyakit yang bisa
menimbulkan BKB adalah sebagai berikut : TBC (KP) kuman
Asthma alergi
Kistik fibrosis herediter
Kelainan bawaan: Primary Cilliary Diskinesia
Lesi anatomik tertentu
Benda asing iritan (rokok, susu (keselek), lingkungan pabrik
garmen, benang) Penyakit imunodefisiensi infeksi (mis: HIV)
Gejala : Batuk kering (produktif)
Nyeri dada
Kadang-kadang bising
Gejala bisa meningkat pada malam hari
Therapy : tergantung etiologi awal
Pneumonia Radang paru Pembagian berdasarkan:
Distribusi anatomi
Pneumonia lobaris: hanya mengenai lobus
Pneumonia interstitialis: mengenai jaringan paru
Bronchopneumonia (Pneumonia lobularis)
Pleuropneumonia (mengenai pinggir paru dan pleura)
Etiologi
Pneumonia pneumococcus Pneumonia streptococcus Pneumonia
staphylococcus Pneumonia virus Pneumonia aspirasi Klasifikasi
pneumonia menurut etiologi adalah :1. Bakteri: Pneumococcus,
Staphylococcus, H.influenzae, M.tbc, Streptococcus, Klebsiella, P.
Aeruginosa
2. Virus: RSV, adenovirus, CMV, Giant Cell Pneumoniae, influenza
virus
(RSV = Respiratory Syncytial Virus)
3. Infeksi lain: Pneumocystic carini
Q-fever
Mycoplasma pneumoniae
Nocardiosis
Chlamydia
Omitmosis
Psittacosis
Ureaplasma
4. Jamur5. Aspirasi (minyak tanah, cairan, benda asing,
debu)
6. Loeffler Syndrome
7. Hypostatic pneumonia: krn sakit, berbaring lama di
ranjang
8. Obat/ radiasi
9. Hypersensitivitas pneumonitis
PatogenesisInfeksi oleh kuman-kuman yang masuk dari saluran
napas atas. Selanjutnya proses radang ini terjadi dalam 4
stadium:
1. Stadium kongestiTimbul udema yang mengakibatkan terjadinya
proliferasi/ penyebaran kuman ke jaringan sekitar. 2. Stadium
hepatisasi merahKonsolidasi/ pemadatan (sel PMN, fibrin, eritrosit,
cairan udem, kuman di alveoli)3. Stadium hepatisasi kelabuDeposit
fibrin di pleura; PMN ( di alveoli
4. Stadium resolusi Makrofag meningkat di alveoli
Degenerasi sel
Fibrin menipis
Akhirnya kuman hilang
Manifestasi klinis Sebagian besar ringan/ sedang ( jadi hanya
berobat jalan
Sebagian kecil dirawat di RS
Berdasarkan etiologinya, gambaran klinis tidak berbeda jelas
Jadi dari gejala yang tampak, sukar dibedakan untuk mengetahui
etiologinya. Gejala dibagi menjadi :1. Manifestasi non spesifik
infeksi & toksisitas Demam, sakit kepala, iritabel, malaise,
nafsu makan menurun
2. Gejala infeksi saluran napas bawah
Batuk, takipnoe, sputum, napas cuping hidung, sesak napas,
meringis, sianosis Anak besar: berbaring pada sisi yang sakit,
lutut ditekuk akan terasa nyeri dada
Bila paru mengembang akan lebih sakit lagi
3. Tanda pneumoniae Perkusi pekak, fremitus ( (getaran yg terasa
pd palpasi), suara napas (, ronki ( Tanda signifikan: retraksi
sternal/ intercostal ( dan frekuensi napas ( Pneumonia lobus kanan
bawah ( nyeri abdomen karena banyak saraf di sana
4. Tanda efusi pleura
Gerak dada tertinggal
Perkusi pekak
Suara napas ( Fremitus ( Bila efusi >> ( nyeri ( ( sesak
(5. Gejala ekstra pulmoner Abses kulit/ jaringan lunak, otitis
media akut, sinusitis, meningitis (bila berat)
Bila kuman H.influenzae bisa timbul komplikasi lain: epiglotis,
pericarditis
Pada bayi neonatus, tanda pneumonia tidak jelas. Pemeriksaan
perkusi dan auskultasi sering normal
Laboratorium Leukositosis (PMN () shift to the left (15.000
40.000/ mm3)
Leukopeni
Titer ASTO ( Pemeriksaan mikrobiologis (utk menentukan etiologi)
dg usap tenggorok, sekresi nasofaring
Bilasan bronkitis, aspirasi trachea, pungsi pleura ( invasif
Sputum ( lebih muda diperiksa
Rontgen Pneumonia pneumococcus = Bronchopneumonia atau pneumonia
lobarisPerubahan radiologis tidak selalu berhubungan dengan gejala
klinik
Pneumonia Streptococcus ( Bronchopneumonia (efusi pleura)
Pneumonia Staphylococcus :
Infiltrat berupa bercak memadat mengenai seluruh lobus
Abses-abses kecil
Efusi pleura
Empiema
Staphylococcus aureus sering menimbulkan abses-abses kecil
(pneumatokel) pada bayi( Karena toksin
Karena enzim hemolisin
Leukositosis
Streptokinase
Koagulase
(Nekrosis
Perdarahan
Kauter
M.pneumoniae ( gambaran paru beragam, sering pada remaja/ anak
besarDiagnosis berdasarkan
1. Riwayat penyakit
Mula-mula gejalanya batuk, pilek, sesak
2. Pemeriksaan fisik ( ada/ tidak tanda-tanda pneumonia
Contohnya: takipne, retraksi, ronki
3. Pemeriksaan penunjang: Ro
4. Diagnosis etiologi: pemeriksaan mikroskopis, serologi test
(sulit)
Komplikasi Empyema
Pericarditis purulenta
Pneumothorax
Meningitis
Dari WHO dikeluarkan: Pedoman klinis diagnosis
Tatalaksana pneumoniaMeliputi penilaian:1. Demam
2. Status nutrisi
3. Letargi
4. Frekuensi napas
5. Observasi dinding dada/ retraksi
6. Auskultasi (wheezing, stridor)
Pneumonia dibagi atas:
1. Pneumonia sangat berat (Rawat) Sianosis sentral ( Minum
(-)
2. Pneumonia berat (Rawat) Retraksi ( Sianosis (-)/ sedikit
Minum (3. Pneumonia ringan sedang
Retraksi (-)
Napas cepat (> 60/ menit = bayi < 2 bulan
> 50/ menit = 2 bulan 1 tahun
> 40/ menit = anak 1 5 tahun
Napas cuping hidung (4. Bukan pneumonia Pneumonia
PneumococcusTherapy Antibiotika
Penisillin
Ampisillin 100 mg/ kgBB/ hari
Cephalosporin 100 mg/ kgBB/ hari
Chloramphenicol 100 mg/ kgBB/ hari
H. influenza
Klebsiella
P. aeruginosa
Eritromisin ( pneumonia
Bila etiologi belum diketahui, digunakan kombinasi obat untuk
gram ( dan (-) BRONCHIOLITIS AKUT Akut Obstruksi inflamasi
bronchiolus
Prevalensi
Pada umumnya < 2 tahun
Terbanyak usia 6 bulan
Patogenesis
Gejala ISPA ringan
Demam subfebril/ demam (-)
Distress pernapasan : Batuk
Mengi
Dyspnoe
Takipnoe
Napas cuping hidung
Retraksi
Iritabel
Pemeriksaan fisik ada: Ronki
Mengi
Foto Ro Thorax: bisa hiperinflasi atau NLab: leukosit/ hitung
jenis ( N
Follow Up Gejala respiratorik menetap: batuk, mengi,
hiperreaktivitas bronkus Etiologi: Hipotesa1. Virus merusak saluran
napas/ sistem imun
2. Ada faktor genetik (atopi), hipereaktifitas
Therapy Bronchodilator Anti virus
Antibiotik
Kortikosteroid
ASTHMA Sering pada anak-anak dan prevalensinya tinggi karena
tingkat polusi yang tinggiDefinisi (menurut Konsensus Nasional Asma
Anak tahun 2001), adalah : Mengi atau bising berulang dan atau
batuk persisten dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Timbul episodik kadang ada kadang juga tidak ada
b. Cenderung terjadi pada malam hari atau dini hari
c. Musiman lebih sering pada musim hujan/ dingin
d. Timbul setelah aktivitas fisik
e. Ada riwayat alergi/ atopi/ asma pada pasien/ keluarga
Untuk anak usia di bawah 2 tahun, diagnosanya sulit karena
etiologi mengi banyak.1. Penyakit saluran napas reaktif
Asthma
Exercise asthma
Reaksi hipersensitifitas
Pneumonitis hipersensitifitas
Eosinofil tropis
Migran larva visceral
Aspergillosis alergika
2. Aspirasi
Benda asing
Makanan, air liur, isi lambung
Cegah laringotrakeoesofagal
Fistel tracheo-esofagus
Inkoordinasi/ kelumpuhan neuromuscular faring
3. Fibrosis
4. Sindroma silia imotil
5. Gagal jantung
6. Bronchiolitis obliterans
7. Tekanan intrinsik saluran napas
Cairan vaskuler
Pembesaran kelenjar limfe
Tumor mediastinum
Kista paru
8. Tracheo-broncho malaise
9. Masa endobronkial10. Refluks gastroesofagus
11. Hemosiderosis paru
12. Sisa aktivitas displasia bronchopulmoner
Diagnosis untuk anak usia lebih dari 6 tahun dilakukan dengan
Tes Faal Paru dengan
Peak Flow Meter
Spirometer
Diagnosis asma menurut pemeriksaan ini yaitu ada :1.
Variabilitas pada Peak Flow Meter/ FEV1 < 15%2. Kenaikan lebih
dari 15% pada PEFR atau FEV1 setelah pemberian bronkodilator (lebih
bagus)
3. Penurunan yang lebih besar dari 15% pada Peak Flow Meter atau
FEV1 setelah provokasi bronkus dengan menghirup sesuatu sehingga
bronkus menjadi bronkokonstriksi
Contoh: menghirup udara kering/ dingin, pemberian histamin
Diagnosis untuk anak usia < 6 thn ( lihat BAGAN 1. ALUR
DIAGNOSTIK ASMA ANAK DD/: TBC ( gejala batuk persisten. Jadi saat
diagnosis harus diperiksa apakah pasien itu TBC atau asma.
Kemungkinan hasil diagnosis bisa:
Asma
Asma + penyakit lain (TBC) Bukan asma
Bagan diagnosis penting untuk melihat apakah si anak (pasien)
mengalami asma atau bukan. Karena dengan diagnosis dini, penanganan
akan lebih optimal karena dilakukan penanganan secara dini. Optimal
yang dimaksud adalah dalam hal kualitas hidup dan kualitas parunya
sendiri
Patologi Asma (dapat menyebabkan bising) Dasarnya adalah
Bronkospasme (penyempitan) sehingga menimbulkan obstruksi
Obstruksinya satu arah (ini yang menimbulkan bising).
Udara masuk lebih banyak dari yang keluar ; terjadi Air Trapping
Pada alveolus, terjadi hiperinflasi yang mengakibatkan tekanan
udara dalam paru ( Bila asma berat dapat terjadi Pneumothorax,
Pneumomediastinum Akibat hiperinflasi terjadi gangguan pertukaran
oksigen (oksigenasi) dan hambatan pertukaran CO2 sehingga terjadi :
Gangguan asam basa
Gangguan kesadaran karena hipoxia
Bila asma tidak terlalu berat, awalnya O2 masih bagus, lama-lama
O2 tidak bisa masuk pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan CO2
dan penurunan kadar O2 ( OS jatuh dalam keadaan sianosis.
Gejala awal Pencetus gejala (Contoh: alergen - hirup udara
dingin, debu, serbuk bunga
Aktivitas fisik (olahraga berat, lari-lari)
Gangguan ISNA ringan mulai dari batuk, pilek, rhinitis,
bersin-bersin Mengi pada ekspirasi
Gejala Klinis Asma1. Gejala respiratorik: sesak napas (ringan/
sedang/ berat)
2. Gejala kardiovaskuler:
Nadi (/ ( Tensi ( Akral dingin
Tekanan nadi lemah
3. Gejala klinis saraf & otak: hipoksia (ggn emosi, ggn
motorik/ sensorik, ggn kesadaran, kejang)4. Gejala lain: gangguan
asam basa & metabolik cairanBerdasarkan berat ringan gejala,
asma dibagi menjadi : Asma berat Asma ringan
Asma sedang
Ancaman henti napas
Asma dibagi menurut Frekuensi Serangan Asma : Asma episodik
jarang 75% kasus (1 x dalam 3 sampai 4 bulan) Asma episodik sering
20%
Asma persistent 5%
Derajat beratnya serangan tidak ada hubungannya dengan
frekuensi. Bisa saja si anak mengalami serangan asma tiap 6 bulan
tapi sekali terserang serangannya berat. Penatalaksanaan1. Untuk
penyakitnya sendiri ( maintenance 2. Untuk gejala saat serangan (
pengobatan untuk akutTujuan utama penatalaksanaan adalah :
Serangan ditekan sehingga tidak timbul
Untuk menjamin tercapainya potensi tumbuh kembang yang optimal*
sebaik mungkin
Karena bila si anak sakit, jadi tidak dapat sekolah. Batuk di
malam hari jadi tidak bisa bobo besoknya jadi tidak bisa sekolah
sehingga waktu belajar terganggu. Begitu juga bila gangguan terjadi
di siang hari, jadi tidak bisa belajar. Jadi tumbuh kembang jadi
tidak optimal.Pertumbuhan juga terganggu ( waktu serangan biasanya
tidak nafsu makan ( gizi 3 dosis/ minggu
Tambah Na-kromoglikat
Kurang respon dalam 6 minggu
Ganti atau tambah steroid inhalasi dosis rendah.
Lanjutkan 2 agonis inhalasi intermiten
Respon kurang baik
Pertimbangkan xantin long acting
Pertimbangkan ipatropium bromid
Pertimbangkan 2 agonis long acting
Respon tidak baik
Dosis steroid inhalasi dinaikkan
Tambah steroid oral
SANGATBERAT
BERAT
SEDANG
RINGAN
Pemberian steroid dini pada asma prognosis lebih baik
Beri O2 (pertama kali)
Terantisipasi (membaik)
Pengobatan yang biasa + 2 agonis inhalasi
Tambah steroid oral jangka pendek
Tidak ada respon
Di luar dugaan
Nebulizer 2 agonis subkutan
Dosis awal steroid oral atau i.v
Tidak ada respon
Rujuk IGD
Nebulizer dosis tinggi atau 2 agonis i.v
Respon (-)
Rawat
Steroid oral/ i.v + aminofilin i.v
Respon (-)
Rawat ICU (alat bantu napas)
Maksimalkan terapi:
O2 humidifikasi
Teofilin
2 agonis max (inhalasi/ i.v)
Steroid
Gagal
Intubasi + ventilasi
Spirometri
Tes
Fungsi Paru
Pencetus
Asthma
Serbuk Sari
Tungau Debu
Jamur (Spora)
Bulu binatang peliharaan
Nebulizer
Its
Done
JC