BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam pembangunan nasional, terutama dalam pembentukan manusia Indonesia yang seutuhnya, yang mempunyai kualitas prima secara jasmani dan rohani serta mampu menjadi komponen pembangunan yang solid. Sedangkan tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan itu sendiri adalah tercapainya kehidupan yang sehat bagi tiap-tiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari pembangunan nasional. Salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkan masyarakat sehat mandiri dan berkeadilan dengan menerapkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, yang berarti setiap upaya program pembangunan harus mempunyai kontribusi positif terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat dan perilaku sehat. Terdapat paradigma baru dalam konsep kesehatan yaitu terjadinya pergeseran dari pelayanan medis (medical care) ke pemeliharaan kesehatan (health care), sehingga setiap upaya penanggulangan masalah kesehatan lebih menonjolkan aspek peningkatan (promotive) dan pencegahan (preventive) dibanding pengobatan (curative). 1 Perbaikan kualitas kesehatan secara nasional sebaiknya dimulai sejak usia dini dan dimulai dari hal yang mendasar yaitu pemenuhan kebutuhan gizi yang optimal sejak dini. Salah satu hal yang krusial mengenai ini adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif yang merupakan suatu komponen yang penting sebab termasuk dalam periode emas pertumbuhan. Pemberian ASI eksklusif merupakan pemberian ASI saja selama bayi berusia 0-6 bulan tanpa diberi cairan lain seperti susu formula, madu, air putih, teh, sari buah, serta tanpa makanan padat tambahan seperti bubur susu, pisang, nasi tim, dsb. Pemberian makanan padat dan pengganti ASI yang terlalu dini dapat memberikan efek yang kurang baik bagi imunitas bayi dan permasalahan pemenuhan kebutuhan gizi bayi tersebut. 1,2 Pemberian ASI ekklusif sendiri sebenarnya telah mendapat tempat tersendiri dalam UU kesehatan No.36 tahun 2009. Dalam pasal 128 ayat (1) disebutkan bahwa setiap bayi berhak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan kecuali atas indikasi medis. Dalam penjelasan pasal ini disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “pemberian air susu ibu eksklusif” adalah pemberian hanya air susu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam
pembangunan nasional, terutama dalam pembentukan manusia Indonesia yang
seutuhnya, yang mempunyai kualitas prima secara jasmani dan rohani serta mampu
menjadi komponen pembangunan yang solid. Sedangkan tujuan pembangunan nasional
di bidang kesehatan itu sendiri adalah tercapainya kehidupan yang sehat bagi tiap-tiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu
unsur kesejahteraan umum dari pembangunan nasional. Salah satu strategi
pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkan masyarakat sehat mandiri dan
berkeadilan dengan menerapkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, yang
berarti setiap upaya program pembangunan harus mempunyai kontribusi positif
terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat dan perilaku sehat. Terdapat paradigma
baru dalam konsep kesehatan yaitu terjadinya pergeseran dari pelayanan medis (medical
care) ke pemeliharaan kesehatan (health care), sehingga setiap upaya penanggulangan
masalah kesehatan lebih menonjolkan aspek peningkatan (promotive) dan pencegahan
(preventive) dibanding pengobatan (curative).1
Perbaikan kualitas kesehatan secara nasional sebaiknya dimulai sejak usia
dini dan dimulai dari hal yang mendasar yaitu pemenuhan kebutuhan gizi yang optimal
sejak dini. Salah satu hal yang krusial mengenai ini adalah pemberian ASI (Air Susu
Ibu) eksklusif yang merupakan suatu komponen yang penting sebab termasuk dalam
periode emas pertumbuhan. Pemberian ASI eksklusif merupakan pemberian ASI saja
selama bayi berusia 0-6 bulan tanpa diberi cairan lain seperti susu formula, madu, air
putih, teh, sari buah, serta tanpa makanan padat tambahan seperti bubur susu, pisang,
nasi tim, dsb. Pemberian makanan padat dan pengganti ASI yang terlalu dini dapat
memberikan efek yang kurang baik bagi imunitas bayi dan permasalahan pemenuhan
kebutuhan gizi bayi tersebut.1,2
Pemberian ASI ekklusif sendiri sebenarnya telah mendapat tempat tersendiri
dalam UU kesehatan No.36 tahun 2009. Dalam pasal 128 ayat (1) disebutkan bahwa
setiap bayi berhak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sejak dilahirkan selama 6
bulan kecuali atas indikasi medis. Dalam penjelasan pasal ini disebutkan bahwa yang
dimaksud dengan “pemberian air susu ibu eksklusif” adalah pemberian hanya air susu
ibu selama 6 bulan dan dapat dilanjutkan sampai 2 tahun dengan memberikan makanan
pendamping air susu ibu (MP-ASI) sebagai makanan tambahan sesuai dengan
kebutuhan bayi. Sedangkan kriteria “indikasi medis” dalam ketentuan ini adalah kondisi
kesehatan ibu yang tidak memungkinkan memberikan air susu ibu berdasarkan indikasi
medis yang ditetapkan oleh tenaga medis. Lebih lanjut lagi dinyatakan bahwa selama
pemberian air susu ibu, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus
yang diadakan di tempat kerja dan sarana umum.2
Belakangan ini, angka pemberian ASI eksklusif mengalami penurunan.
Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), menunjukkan
adanya penurunan jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya (64% dari
total bayi yang ada). Hal ini sangat memprihatinkan dan perlu mendapatkan perhatian
khusus oleh para praktisi kesehatan, terutama ujung tombak pelayanan kesehatan seperti
puskesmas.2
Tidak dapat dipungkiri, ada berbagai macam hal yang mengakibatkan hal
tersebut. Semakin banyaknya wanita yang bekerja di luar rumah, adanya ketidaktahuan
mengenai pemberian ASI ekslusif serta manfaatnya, serta keengganan ibu untuk
melakukan pemberian ASI ekslusif merupakan beberapa hal yang dimungkinkan
menjadi penyebab semakin menurunnya angka pemberian ASI eksklusif. Untuk
memecahkan permasalahan-permasalahan ini diperlukan peran aktif dan kerjasama
antara pihak petugas kesehatan dengan masyarakat itu sendiri.2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui, menganalisa, dan mendeskripsikan pelaksanaan manajemen
program dan pelayanan di Puskesmas Salaman I periode Januari-Oktober 2010
serta memberikan alternatif pemecahan masalah dalam rangka upaya perbaikan
kinerja Puskesmas.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan yang
ada di Puskesmas Salaman 1 Periode Januari – Oktober 2010.
b. Mahasiswa mampu menentukan prioritas masalah yang ditemukan di
Puskesmas Salaman 1 Periode Januari – Oktober 2010.
c. Mahasiswa mampu menganalisis penyebab masalah dari prioritas masalah
yang telah ditemukan di Puskesmas Salaman 1 Periode Januari – Oktober
2010.
d. Mahasiswa mampu membuat alternatif pemecahan masalah dari masalah-
masalah yang ditemukan di Puskesmas Salaman 1 Periode Januari –
Oktober 2010.
e. Mahasiswa mampu menentukan pengambilan keputusan dari alternatif
masalah di Puskesmas Salaman 1 Periode Januari – Oktober 2010.
f. Mahasiswa mampu menyusun rencana kegiatan dari pemecahan masalah
yang terpilih di Puskesmas Salaman 1 Periode Januari – Oktober 2010.
C. Metodologi
Data primer diperoleh dari wawancara dengan Kepala Puskesmas, dokter,
pemegang program dan staf Puskesmas, untuk memperoleh informasi program
pelayanan di Puskesmas Salaman I. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
catatan tertulis yang ada di Puskesmas Salaman I tanggal 2 sampai 7 Desember
2010.
Dari segi manajemen puskesmas, data yang diperoleh yaitu data hasil
kegiatan sampai dengan bulan berjalan. Hasil cakupan dibandingkan dengan target
tahun 2010 didapatkan pencapaian. Masalah didapatkan jika pencapaian kurang dari
100%. Kemudian ditentukan prioritas masalah dengan Hanlon kuantitatif. Dari
prioritas masalah tersebut dilakukan analisis penyebab masalah dengan pendekatan
sistem. Kemudian dilakukan pembuatan Fish Bone Analyze dengan output sebagai
masalah/akibat, input dan proses sebagai akar penyebab masalah. Penyebab masalah
yang ada kemudian diprioritaskan dengan paired comparison. Dengan
menggunakan tabel dan diagram Pareto, dipilihlah penyebab masalah yang akan
diintervensi. Penyebab masalah yang telah terpilih kemudian dicari alternatif
pemecahan masalahnya. Kemudian dilakukan pengambilan keputusan mengenai
pemecahan masalah mana yang akan diusulkan dan dibuat plan of action.
BAB II
ANALISIS SITUASI
A. Lingkungan
1. Data Wilayah
1.1. Batas-batas wilayah Puskesmas Salaman I adalah :
Utara : Kecamatan Tempuran, Kab. Magelang.
Selatan : Kecamatan Bener, Kab. Purworejo dan Kec. Samigaluh, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Barat : Wilayah kerja Puskesmas Salaman II
Timur : Kecamatan Borobudur, Kab. Magelang.
gambar 1: Peta Wilayah Kerja Puskesmas Salaman I Kabupaten Dati II Magelang
1.2. Luas Wilayah Kerja
Luas wilayah kerja Puskesmas Salaman I adalah 31,89 km2.
1.3. Pembagian Wilayah
Wilayah kerja Puskesmas Salaman I terdiri dari 10 desa (Salaman, Kalisalak,
8. Cakupan ibu hamil yang diberi 90 tablet Fe 95,47 4,539. TP2M yang memenuhi syarat sanitasi 92,05 7,9510. Jumlah rumah sehat 82,54 17,4811. Cakupan suspek TB paru 58,2 41,812. Penemuan kasus TB BTA (+) 37,8 62,213. Cakupan pneumoni balita yang ditangani 4,67 95,3314. Jumlah bumil yang mendapat TT1 92,8 7,215. Jumlah bumil yang mendapat TT2 88,17 11,8316. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT1 99,21 0,7917. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT3 86,49 13,5118. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio1 89,04 10,9619 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 4 92,95 7,0520. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Campak 74,16 25,8421. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi
Hepatitis B (0-7hr)
91,58 8,42
22. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi
Hepatitis B 1 total
91,1 8,9
23. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi 89,4 10,6
Hepatitis B 224. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi
Hepatitis B 3
87,6 12,4
25. Rumah tangga sehat 90,67 9,3326. Bayi yang mendapat asi eksklusif 6,95 93,0527. Pembinaan dokter kecil 62,5 37,5
B. Prioritas Masalah
Dari sekian permasalahan yang ada di Puskesmas Salaman I ditentukan
prioritas masalah berdasarkan metode Hanlon Kuantitatif sebagai berikut :
1. Besarnya masalah (kriteria A) dengan bobot 10
Besarnya masalah dilihat dari besarnya dampak pada penduduk dengan kategori
sebagai berikut :
Kelas = 1+ 3,3 log 27 = 5,723 ~ 6 kelas
Interval kelas = nilai max-nilai min
Kelas
= 93,05-0,79
6
= 15,3766~ 15
Tabel 9. Besarnya masalah ( kriteria A)
MASALAH BESARNYA MASALAH TERHADAP PENCAPAIAN
TARGET 100%
NILAI
0-15
(1)
16-31
(2)
32-47
(3)
48-63
(4)
64-79
(5)
80-96
(6)1 x 12 x 13 X 24 x 15 X 26 X 37 X 38 X 19 x 110 X 211 X 312 x 413 x 614 x 115 x 116 x 117 x 118 x 119 x 120 X 221 x 122 x 123 x 124 x 125 x 126 x 627 X 3
2. Kegawatan masalah (kriteria B)
Keganasan terhadap cakupan program dengan bobot 5, dimana :
Sangat berpengaruh : 5
Berpengaruh : 4
Cukup berpengaruh : 3
Kurang berpengaruh : 2
Tidak berpengaruh : 1
Tingkat urgensi dengan bobot 5 dimana :
Sangat mendesak : 5
Mendesak : 4
Cukup mendesak : 3
Kurang mendesak : 2
Tidak mendesak : 1
Tingkat biaya yang dikeluarkan dengan bobot 5 dimana :
Setelah kriteria A, B, C, dan D didapatkan kemudian nilai-nilai tersebut
dimasukkan ke dalam rumus sebagai berikut :
Nilai prioritas dasar (NPD) = (A+B) x C
Nilai prioritas total (NPT) = (A+B) x C x D
Tabel 13. Penilaian Prioritas Masalah
Masalah A B C NPDPEARL
(D)NPT=NPDxD Prioritas
1 1 7 3.5 28 1 28 VIII
2 1 9 3.5 35 1 35 V
3 2 8.6 1.5 15.9 0 0
4 1 10.1 3.6 39.96 1 39.96 III
5 2 8.5 3 31.5 1 31.5 VI
6 3 8.5 2.8 32.2 0 0
7 3 6.9 2.3 22.77 0 0
8 1 12.8 3.7 51.06 1 51.06 II
9 1 9.6 2.3 24.38 0 0
10 2 6.9 2.2 19.58 0 0
11 3 10.3 1.3 17.29 0 0
12 4 10.3 1.4 20.02 0 0
13 6 9.4 1 15.4 1 15.4 XVIII
14 1 8.6 2.3 22.08 1 22.08 X
15 1 8.6 2.1 20.16 1 20.16 XI
16 1 10.9 2.4 28.56 1 28.56 VII
17 1 10.9 1.9 22.61 1 22.61 IX
18 1 10.9 1.6 19.04 1 19.04 XIII
19 1 10.9 1.1 13.09 1 13.09 XIX
20 2 10.9 1.5 19.35 1 19.35 XII
21 1 10.9 1.5 17.85 1 17.85 XV
22 1 10.9 1.5 17.85 1 17.85 XVI
23 1 10.9 1.6 19.04 1 19.04 XIV
24 1 10.9 1.3 15.47 1 15.47 XVII
25 1 9.8 3.1 33.48 0 0
26 6 11.1 4.7 80.37 1 80.37 I
27 3 9.1 3.2 38.72 1 38.72 IV
Tabel 14. Prioritas Masalah
No Masalah Prioritas1 Bayi yang mendapat asi eksklusif I
2 Cakupan ibu hamil yang diberi 90 tablet Fe II
3 Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah III
4 Pembinaan dokter kecil IV5 Cakupan kunjungan bumil K4 VI6 Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh
tenkes atau terlatih/guru UKS/dokter kecil
VII
7 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT1 VIII
8 Cakupan kunjungan bumil K1 IX9 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT3 X
10 Jumlah bumil yang mendapat TT1 XI11 Jumlah bumil yang mendapat TT2 XII12 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Campak XIII
13 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio1 XIV
14 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B 2 XV
15 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B (0-7hr) XVI
16 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B 1 total XVII
17 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B 3 XVIII
18 Cakupan pneumoni balita yang ditangani XVIII19 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 4 XIX
Berdasarkan hasil perhitungan secara Hanlon kuantitatif dan berdasarkan
konfirmasi dengan pihak Puskesmas Salaman I, dari 27 masalah di atas didapatkan 1
masalah yang menjadi prioritas pertama dan dicari alternatif pemecahannya serta
dibuat rencana pelaksanaan kegiatannya yaitu rendahnya cakupan bayi yang
mendapat ASI eksklusif.
C. Analisis Penyebab Masalah
1. Analisis kemungkinan penyebab masalah dengan menggunakan pendekatan sistem
Dalam menganalisis penyebab masalah manajemen secara menyeluruh
digunakan pendekatan sistem yang meliputi input, proses, output, outcome, serta
environment. Dengan pola pemecahan masalah berdasarkan pendekatan sistem
tersebut, dapat ditelusuri secara retrospektif hal-hal yang dapat menyebabkan
munculnya permasalahan.
Tabel 15. Identifikasi kemungkinan penyebab masalah Tahap Analisis Pendekatan Sistem
Komponen Kekurangan KelebihanInput Man • Terbatasnya jumlah
petugas kesehatan yang
aktif
• Adanya dokter,
bidan, kader
• Bidan sudah
memberi pelatihan
pada kader
Money • Tidak ada anggaran biaya
penyuluhan ASI eksklusif
• -
Method • Metode penyuluhan ASI
eksklusif dengan
kunjungan rumah belum
dilaksanakan
• Metode inisiasi Menyusu
Dini belum
disosialisasikan pada
pelayanan ANC dan PNC
• SOP mengenai ASI
ekslusif yang terdapat
dalam SOP ANC dan PNC
belum lengkap
• Terdapat pembinaan
kader untuk
penyuluhan ASI
eksklusif yang
dilaksanakan setiap
1-3 bulan
• Penyuluhan ASI
eksklusif dilakukan
bersamaan dengan
pelayanan posyandu
• Adanya SOP untuk
pelaksanaan ASI
ekslusif
Machine • Media promosi ASI
eksklusif kurang memadai
• Tidak tersedianya alat
• Ada media promosi
untuk pemberian ASI
ekslusif
peraga untuk penyuluhan
ASI Eksklusif Material • - • Terdapat tempat
edukasi di posyandu,
Polindes, PKD,
puskesmas Lingkungan • Sebagian besar ibu hamil
dan menyusui bekerja
sebagai karyawati
• Tidak adanya ruangan dan
fasilitas khusus bagi ibu
menyusui di tempat kerja
• Adanya kebijakan
pemerintah yang
mendukung
diberikannya ASI
eksklusif
Proses P1 • Belum ada perencanaan
penyuluhan ASI secara
berkelompok
• Sudah ada target bayi
yang mendapatkan
ASI eksklusif
• Adanya perencanaan
pelatihan kader
mengenai ASI
ekslusif P2 • Kurang lengkapnya
informasi tentang ASI
eksklusif dari bidan
kepada kader dan ibu
hamil
• Kegiatan penyuluhan ASI
eksklusif secara
berkelompok belum
dilakukan
• Kegiatan pembinaan kader
oleh petugas kesehatan
belum maksimal
• Sudah dilakukan
penyuluhan ASI
eksklusif secara
perorangan saat
ANC, dan PNC
P3 • Kurangnya koordinasi
bidandesa dengan
pelayanan kesehatan
swasta dalam pelaporan
asi eksklusif.
• Evaluasi dilakukan
tiap bulan membahas
pelaksanaaan
kegiatan, dan
diikutsertai oleh
lintas sektor dan
lintas program
Tabel 16. Identifikasi Penyebab Masalah Setelah Konfirmasi Terhadap Pihak Puskesmas
Komponen Kekurangan
Input Method SOP mengenai ASI ekslusif yang terdapat dalam SOP
ANC dan PNC belum lengkapMachine Media promosi ASI eksklusif kurang memadai
Lingkungan Tidak adanya ruangan dan fasilitas khusus bagi ibu
menyusui di tempat kerja
Proses P2 Kurang lengkapnya informasi tentang ASI eksklusif
dari bidan kepada kader dan ibu hamil
Kegiatan penyuluhan ASI eksklusif secara
berkelompok belum dilakukanP3 Kurangnya koordinasi bidan desa dengan pelayanan
kesehatan swasta dalam pelaporan ASI ekslusif
2. Analisis kemungkinan penyebab masalah dengan menggunakan Fishbone Analysis
Gambar 2. Diagram analisis kemungkinan penyebab masalah dengan Fishbone Analysis
Cakupan jumlah bayi
yang mendapat ASI ASI eksklusif
6,95% (seharusnya
80 %) di puskesmas Salaman 1
ProsesTidak adanya ruangan dan fasilitas khusus bagi ibu menyusui di tempat kerja
MachineMethod SOP mengenai ASI ekslusif yang terdapat dalam SOP ANC dan PNC belum lengkap
Media promosi ASI eksklusif kurang memadai
EnvironmentP2 : Kurang lengkapnya informasi tentang ASI
eksklusif dari bidan kepada kader dan ibu hamilKegiatan penyuluhan ASI eksklusif secara berkelompok belum dilakukanP3: Kurangnya koordinasi bidan desa dengan pelayanan kesehatan swasta dalam pelaporan ASI ekslusif
3. Analisis penyebab masalah dengan menggunakan quality assurance (QA)
Selain dengan pendekatan system dan Fishbone Analysis, analisis masalah
manajemen Puskesmas juga dilakukan dengan penilaian mutu dari pelayanan
kesehatan Puskesmas. Penilaian ini meliputi 2 hal, yaitu :
a. Simple Problem : Penilaian terhadap mutu melalui penilaian kualitas identifikasi
ASI ekslusif pada tanggal 4 Desember 2010.
Tabel 17. Simple Problem
N
o
Penilaian Ya Tida
k
TB
1 Apakah puskesmas mempunyai kebijakan yang
mengatur tentang pemberian ASI ekslusif?
V
2 Apakah semua petugas mengetahui kebijakkan
tersebut?
V
3 Apakah ibu hamil mendapat penjelasan mengenai
ASI ekslusif dari petugas?
V
4 Apakah ibu hamil mendapat penjelasan mengenai
kerugian pemberian susu formula dari petugas?
V
5 Apakah petugas mengajarkan kepada ibu hamil
mengenai cara menyusui yang benar?
V
6 Apakah petugas menjelaskan pada ibu menyusui agar
menghindari stress?
V
7 Apakah petugas menjelaskan pada ibu mengenai
posisi yang benar saat menyusui?
V
8 Apakah petugas menjelaskan pada ibu agar tetap
menyusui meski ibu sibuk bekerja atau sakit?
V
9 Apakah petugas menjelaskan pada ibu agar menyusui
semau bayi?
V
10 Apakah petugas menjelaskan pada ibu agar tidak
memberikan kempeng pada bayi yang diberi ASI?
V
11 Apakah petugas menjelaskan tentang cara perawatan
payudara selama menyusui?
V
12 Apakah petugas menjelaskan kepada ibu bagaimana
cara memerah ASI?
V
13 Apakah petugas menjelaskan tentang cara
penyimpanan ASI perah?
V
14 Apakah petugas menjelaskan cara mengatasi putting
yang terbenam ?
V
15 Apakah petugas memberi penjelasan kepada ibu
mengenai MPASI?
V
16 Apakah petugas mengingatkan ibu untuk selalu
membawa KMS?
V
Total 13 3
Nilai CR (Compliance Rate) =
%100×+ tidakbenar
benar
=
%100313
13 ×+
=
%10016
13 ×
= 81,25 %
Berdasarkan nilai Compliance Rate yang didapat maka kepatuhan petugas terhadap
SOP adalah 81,25%, tidak menjadi masalah ( simple problem ).
b. Kompleks problem
Dibawah ini adalah daftar inventarisasi pendapat yang merupakan masalah yang
berdasarkan instrumen jaminan mutu kompleks problem yang telah dirumuskan
sebelumnya. Inventarisasi ini didapatkan dari wawancara pada tanggal 4
Desember 2010 dengan 9 pasien mengenai 9 dimensi mutu di puskesmas
Salaman I.
Tabel 18. Kompleks Problem
No 9 DIMENSI QA YA TIDAK TB Pencapaian
%
1.KOMPETENSI TEKNIS,
PENGETAHUAN, KETERAMPILAN
a. Apakah petugas puskesmas memberi
penjelasan mengenai pentingnya manfaat
ASI eksklusif bagi bayi?
1 8 0 11,11
b. Apakah petugas puskesmas
menjelaskan mengenai cara menyusui
yang benar?
7 2 0 77,78
c. Apakah menurut Anda petugas sudah
memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang cukup dalam hal pemberian ASI?
9 0 0 100
d. Apakah petugas menjelaskan akibat
yang berkaitan dengan tidak
dilakukannya pemberian ASI eksklusif
terhadap pertumbuhan dan
perkembangan bayi?
1 0 8 100
2. AKSES TERHADAP PELAYANAN
a. Apakah puskesmas Salaman dekat
dengan rumah Anda?
5 4 0 55,56
b. Apakah tidak dibutuhkan waktu lama
untuk mencapai puskesmas?
4 5 0 44,44
c. Apakah biaya menuju ke puskesmas
terjangkau?
9 0 0 100
d. Apakah ada alat transportasi menuju
ke puskesmas?
9 0 0 100
3. KESINAMBUNGAN PELAYANAN
a. Apakah Anda datang ke Puskesmas
jika mengalami masalah dalam
3 6 0 33,33
pemberian ASI?
b. Apakah petugas rutin menanyakan
tentang pemberian ASI Anda setiap kali
kontrol?
5 4 0 55,55
c. Apakah petugas puskesmas selalu
mencatat keluhan Anda berkaitan dengan
pemberian ASI?
9 0 0 100
4. EFISIENSI
a. Apakah pelayanan poli KIA di
puskesmas buka tepat waktu?
7 2 0 77,77
b. Apakah petugas kesehatan di poli KIA
datang tepat waktu?
6 3 0 66,67
c. Apakah Anda tidak menunggu lama
untuk mendapatkan pelayanan di poli
KIA?
6 3 0 66,67
d. Apakah menurut Anda mudah saat
melakukan pendaftaran/pembayaran di
loket?
9 0 0 100
5. EFEKTIFITAS
a. Apakah menurut Anda, pelayanan
puskesmas memberikan perubahan yang
lebih baik bagi kesehatan ibu dan anak?
9 0 0 100
b. Apakah menurut Anda penyuluhan
yang diberikan puskesmas bermanfaat?
9 0 0 100
c. Apakah Anda merasa puas dengan
pelayanan kesehatan di poli KIA?
9 0 0 100
6. HUBUNGAN INTERPERSONAL
a. Apakah petugas puskesmas melayani
Anda dengan ramah dan sopan?
9 0 0 100
b. Apakah petugas di puskesmas ini
menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti?
9 0 0 100
c. Apakah petugas kesehatan puskesmas
mendengarkan pertanyaan atau
permasalahan Anda dengan penuh
perhatian?
9 0 0 100
d. Apakah petugas puskesmas meminta
izin sebelum melakukan tindakan?
9 0 0 100
7. KEAMANAN
a. Apakah Anda diperiksa oleh bidan
atau dokter?
9 0 0 100
b. Apakah Anda tidak pernah dimintai
pungutan selain di loket?
9 0 0 100
8. KENYAMANAN
a. Apakah Anda merasa nyaman dengan
ruang tunggu puskesmas?
8 1 0 88,89
b. Apakah menurut Anda kebersihan di
puskesmas terjaga?
4 5 0 44,44
c. Apakah tidak ada pasien lain ketika
Anda sedang diperiksa?
8 1 0 88,89
d. Apakah Anda merasa nyaman untuk
menyampaikan keluhan menyusui di poli
KIA?
5 4 0 55,55
9. INFORMASI
a. Apakah Anda pernah mendapatkan
edukasi tentang pemberian ASI eksklusif
dari puskesmas?
3 6 0 33,33
b. Apakah penyuluhan tersebut berguna
bagi Anda?
3 0 6 100
c. Apakah penjelasan dari petugas
puskesmas mudah dimengerti?
9 0 0 100
d. Apakah Anda merasa mudah mencari
ruangan di Puskesmas?
9 0 0 100
TOTAL 220 50 14
1. Penyebab Masalah Berdasar MP dan QA
Tabel 19. Penyebab Masalah Berdasar MP dan QA
No. Penyebab Masalah
1. Kurang lengkapnya informasi tentang ASI eksklusif dari bidan kepada
kader dan ibu hamil2. SOP mengenai ASI ekslusif yang terdapat dalam SOP ANC dan PNC
belum lengkap
3. Media promosi ASI eksklusif kurang memadai
4. Tidak adanya ruangan dan fasilitas khusus bagi ibu menyusui di tempat
kerja
5. Kegiatan penyuluhan ASI eksklusif secara berkelompok belum dilakukan
6. Kurangnya koordinasi bidan desa dengan pelayanan kesehatan swasta
dalam pelaporan ASI ekslusif
D. Prioritas Penyebab Masalah
Paired Comparison
Tabel 20. Penyebab Masalah
No. Huruf Penyebab Masalah
1. A Kurang lengkapnya informasi tentang ASI eksklusif dari bidan
kepada kader dan ibu hamil2. B SOP mengenai ASI ekslusif yang terdapat dalam SOP ANC dan
PNC belum lengkap
3. C Media promosi ASI eksklusif kurang memadai
4. D Tidak adanya ruangan dan fasilitas khusus bagi ibu menyusui di
tempat kerja
5. E Kegiatan penyuluhan ASI eksklusif secara berkelompok belum
dilakukan6. F Kurangnya koordinasi bidan desa dengan pelayanan kesehatan
swasta dalam pelaporan ASI ekslusif
Tabel 21. Paired Comparison
A B C D E F Total
horisontal
A A A A A A 5
B B B B B 4
C C C C 3
D E D 1
E E 1
F
Total
vertikal
0 0 0 0 1 0 0
Total
horizontal
5 4 3 1 1 0
TOTAL 5 4 3 1 2 0
Tabel 22. Tabel Pareto Penyebab Masalah
Penyebab
masalah
Frekuensi Persen (%) Frekuensi
Kumulatif
Persen
Kumulatif (%)
A 5 33,33 5 33,33
B 4 26,67 9 60,00
C 3 20,00 12 80,00
E 2 13,33 14 93,33
D 1 6,67 15 100
Gambar 3. Diagram Pareto Penyebab Masalah
E. Alternatif Pemecahan Masalah
Dari hasil analisis pareto didapatkan bahwa dengan mengatasi tiga penyebab
masalah, dianggap masalah dapat diselesaikan. Penyebab dan alternatif pemecahan
masalah tersebut adalah:
Tabel 23. Penyebab dan Alternatif Pemecahan Masalah
No. Penyebab Alternatif pemecahan masalah
1 Kurang lengkapnya informasi tentang
ASI eksklusif dari bidan kepada kader
dan ibu hamil
Pemanfaatan posyandu sebagai tempat
penyuluhan dan pengawasan pemberian
ASI eksklusif
Pelatihan rutin untuk kader oleh bidan
mengenai ASI eksklusif secara
komprehensif
2 SOP mengenai ASI ekslusif yang
terdapat dalam SOP ANC dan PNC
belum lengkap
Menyarankan kepada pihak puskesmas
untuk melengkapi SOP
3 Media promosi ASI eksklusif kurang
memadai
Pengadaan pamflet mengenai ASI
eksklusif
F. Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan menggunaan kriteria mutlak dan kriteria
keinginan. Kriteria mutlak dan kriteria keinginan yang dipakai antara lain :
a. Kriteria mutlak :
• Kegiatan mampu dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas
• Dana tidak melebihi anggaran yang ditetapkan
• Kegiatan dapat diterima oleh masyarakat
• Hasil dapat dilihat dalam waktu 1 tahun
b. Kriteria keinginan :
• Efektif
• Efisien
• Mudah dilaksanakan oleh tenaga kesehatan puskesmas
• Melibatkan peran serta aktif kader
• Biaya operasional murah
Kriteria keinginan dan bobot
• Efektif : 9
• Efisien : 8
• Mudah dilaksanakan : 7
• Peran serta aktif kader : 6
• Biaya murah : 5
Beberapa alternatif pemecahan masalah tersebut antara lain :
1. Pemanfaatan posyandu sebagai tempat penyuluhan dan pengawasan pemberian
ASI eksklusif
2. Pelatihan rutin untuk kader oleh bidan mengenai ASI eksklusif
3. Menyarankan kepada pihak puskesmas untuk melengkapi SOP
4. Pengadaan pamflet mengenai ASI eksklusif
Alternatif-alternatif tersebut diuji dalam matrik kriteria mutlak dan kriteria
keinginan sebagai berikut :
Tabel 24. Kriteria Mutlak
AlternatifKriteria Mutlak
L/TLTenaga Dana Sarana Target
1 1 1 1 1 L
2 1 1 1 1 L
3 1 1 1 1 L
4 1 1 1 1 L
L= Lulus TL= Tidak Lulus
Tabel 25. Kriteria Keinginan
Kriteria Bobot Alternatif
1 2 3 4
Efektif 9 9x9 9x9 9x6 9x7
Efisien 8 8x8 8x8 8x5 8x5
Mudah
dilaksanakan
7 7x5 7x6 7x3 7x4
Peran serta
aktif kader
6 6x3 6x3 6x1 6x4
Biaya murah 5 5x3 5x5 5x2 5x3
Jumlah 213 230 131 170
Dari alternatif mutlak dan keinginan untuk sementara diputuskan alternatif
program 1 yaitu pelatihan rutin untuk kader oleh bidan mengenai ASI eksklusif secara
komprehensif kemudian alternatif program 2 yaitu pemanfaatan posyandu sebagai
tempat penyuluhan dan pengawasan pemberian ASI eksklusif sedangkan alternatif
program 3 berupa menyarankan kepada pihak puskesmas untuk melengkapi SOP.
Langkah selanjutnya adalah inventarisasi konsekuensi terhadap keputusan sementara.
1. Konsekuensi positif :
• efektif
• efisien
• biaya murah
• mudah dilakukan
2. Konsekuensi negatif
Mengingatkan kader untuk berperan aktif dalam mengikuti pelatihan mengenai
ASI ekslusif.
G. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Biaya Metode IndikatorPersiapan
Penyusunan
rencana kegiatan
penyuluhan kader
mengenenai ASI
eksklusif
Pelaksanaan
Mengadakan
pelatihan kader
mengenai ASI
eksklusif
Pengawasan,
penilaian dan
pengendalian
kegiatan pelatihan
kader
Terselenggaranya
rencana kegiatan
pelatihan kader
mengenai ASI
eksklusif yang
terjadwal dan
berkesinambungan.
Meningkatkan
pengetahuan dan
ketrampilan kader
tentang ASI
eksklusif
• Mengawasi
kegiatan ini
dari
perencanaan
hingga
pelaksanaan
• Mengendalik
an kegiatan
ini selama
Seluruh kader
Seluruh kader
Tim Pembina
kader
Wilayah kerja
Puskesmas
Salaman 1
Puskesmas
Salaman 1
Puskesmas
Salaman 1
Kepala
Puskesmas
beserta Tim
Pembina kader
Tim Pembina
kader
Pemegang
program KIA
Minggu ke-4
bulan Desember
Minggu ke-3
bulan januari
Minggu ke-4
bulan Desember
sampai minggu
ke-3 bulan januari
Dana operasional
Puskesmas
Dana operasional
Puskesmas
Dana operasional
Puskesmas
Rapat
koordinasi
penyusunan
RUK pelatihan
kader
Ceramah,
diskusi dan
praktek
ketrampilan
Pengamatan
langsung
• Tersedianya
SK tim
penyusunan
RUK
pelatihan
kader
• Hadirnya
seluruh
anggota tim
Pembina
kader
• Terbentuk
rencana
pelaksanaan
kegiatan dan
pembagian
tugas
• Minimal 80
% pihak
yang
diundang
hadir
• Kader dapat
aktif dalam
diskusi dan
praktek
Tabel 26. Rencana Pelaksanaan Kegiatan
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil peninjauan manajemen dan analisis mutu Puskesmas Salaman I, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Dari data 6 program pokok Puskesmas Salaman I periode Januari – Oktober
4. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah5, Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenkes atau
terlatih/guru UKS/dokter kecil 6. Cakupan pemeriksaan siswa TK, kelas 1 SLTP, SLTA dan setingkat7. Cakupan pelayanan kesehatan remaja (penjaringan kelas 1 SLTP,
SLTA/sederajat)8. Cakupan ibu hamil yang diberi 90 tablet Fe 9. TP2M yang memenuhi syarat sanitasi10. Jumlah rumah sehat11. Cakupan suspek TB paru12. Penemuan kasus TB BTA (+)13. Cakupan pneumoni balita yang ditangani14. Jumlah bumil yang mendapat TT115. Jumlah bumil yang mendapat TT216. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT117. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT318. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio119 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 420. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Campak21. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B (0-7hr)22. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B 1 total23. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B 224. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B 325. Rumah tangga sehat26. Bayi yang mendapat asi eksklusif27. Pembinaan dokter kecil
2. Dari 27 masalah tersebut di atas diperoleh prioritas masalah, yaitu :
Kurangnya penyuluhan bayi yang mendapat asi eksklusif, dengan alternatif
pemecahan masalah sebagai berikut :
1. Pemanfaatan posyandu sebagai tempat penyuluhan dan pengawasan
pemberian ASI eksklusif
2. Pelatihan rutin untuk kader oleh bidan mengenai ASI eksklusif
3. Menyarankan kepada pihak puskesmas untuk melengkapi SOP
4. Pengadaan pamflet mengenai ASI eksklusif
Dari alternatif pemecahan masalah yang diusulkan, diambil keputusan
alternatif program 1 yaitu pelatihan rutin untuk kader oleh bidan mengenai ASI
eksklusif kemudian alternatif program 2 yaitu pemanfaatan posyandu sebagai
tempat penyuluhan dan pengawasan pemberian ASI eksklusif sedangkan alternatif
program 3 berupa menyarankan kepada pihak puskesmas untuk melengkapi SOP.
B. Saran
Untuk mengatasi masalah rendahnya cakupan bayi yang dapat ASI eksklusif,
kami menyarankan kepada kepala puskesmas hal-hal sebagai berikut :
1. Pelatihan rutin untuk kader oleh bidan mengenai ASI eksklusif.
2. Perlu dilakukan pengawasan yang berkala terhadap program cakupan bayi
yang mendapat ASI eksklusif (dari bidan, polindes, pustu dan posyandu).
3. Perlu dilakukan penyusunan SOP ASI ekslusif.
BAB V
PENUTUP
Demikian laporan dan pembahasan tentang manajemen dan permasalahan yang
terdapat di puskesmas Salaman 1 Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. Setelah
meninjau puskesmas dari segi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta
pengawasan dan pertanggungjawaban, ditemukan penyebab masalah yang ditinjau dari
segi manajemen dan ditentukannya prioritas masalah dan alternatif pemecahan masalah.
Manajemen puskesmas sangat penting karena puskesmas sebagai unit pelaksana
teknis dari dinas kesehatan yang memiliki tanggungjawab dalam menjalankan kegiatan
pelayanan kesehatan, oleh karena itu puskesmas perlu dikelola dengan sebaik-baiknya
agar tercipta hasil yang maksimal. Dimensi mutu juga penting karena pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan harus memperhatikan mutu. Kedua
kegiatan tersebut saling terkait dan tidak dapat dipisahkan karena cakupan atau
kuantitas yang tinggi belum tentu disertai dengan mutu dan kualitas yang baik, begitu
pula sebaliknya.
Kami menyadari kegiatan ini penting dan bermanfaat bagi para calon dokter,
khususnya yang kelak akan terjun ke puskesmas sebagai health care provider,
manager, decision maker dan komunikator sebagai wujud peran serta dalam
pembangunan kesehatan.
Akhir kata kami berharap laporan ini bermanfaat bagi bahan masukan dalam
usaha peningkatan derajaat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Salaman
1.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman
Penetapan Provinsi Sehat dan Kabupaten / Kota Sehat. Depkes RI. 2003 [cited
on Dec 2010]. Available from: www.litbang. Depkes.go.id
2. Departemen Kesehatan RI. ASI Menurut UU kesehatan No.36 pasal tahun 2009
[cited on Dec 2010].
Available from: www.muslimpinang. Files.wordpress.com.
3. Balai Pelatihan Kesehatan Salaman. Pedoman Praktis Pelaksanaan Kerja di
Puskesmas. Magelang: Podorejo. 2000
4. Sastroasmoro S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 2. Jakarta:
Sagung Seto. 2002
5. Dahlan S. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Arkans. 2004