Top Banner
LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROGRAM INSENTIF RISET KNRT TAHUN 2010 Judul : BUDIDA YA TUMBUHAN OBAT JENIS PASAK BUMI (Eurycoma sp) PADA EKOSISTIM HUTAN DIPTEROCARPACEAE Judul RPI: PENGELOLAAN BASIL HUTAN BUKAN KAYU FEM (FOOD, ENERGY, MEDICINE) OJeh: Rayan, S.Hut Lydia Suastati, S.Hut Armansah Supriadi BALAI BESAR PENELITIAN DIPTEROKARPA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN SAMARINDA, 2010
27

426

Dec 11, 2015

Download

Documents

Fitri Wulandari

kehutanan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 426

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROGRAM INSENTIF RISET KNRT TAHUN 2010

Judul :

BUD IDA Y A TUMBUHAN OBAT JENIS P ASAK BUMI (Eurycoma sp) PADA EKOSISTIM HUTAN DIPTEROCARPACEAE

Judul RPI:

PENGELOLAAN BASIL HUTAN BUKAN KAYU FEM (FOOD, ENERGY, MEDICINE)

OJeh:

Rayan, S.Hut Lydia Suastati, S.Hut

Armansah Supriadi

BALAI BESAR PENELITIAN DIPTEROKARPA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN SAMARINDA, 2010

Page 2: 426

1.

2. 3. 4.

5.

6. 7. 8.

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN

Judul Kegiatan Budidaya tumbuhan obat jenis pasak bumi (Eurycoma sp) pada ekosistim hutan dipterocarpaceae

Jenis Penelitian Riset T era pan Bidang Fokus Kesehatan dan Obat Unit Lembaga Badan Litbang Kehutanan lnstansi Kerja Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Ketua Pelaksana a. Nama lengkap Rayan, S. Hut b. Jenis Kelamin Laki-laki c. NIP 19610607.1 99103.1.002 d. PangkaVGolongan Penata Tk. I I 111/d e. Jabatan Peneliti Madya f. Alamat Kantor Jl. A.W. Syahrani, Sempaja No 68

Samarinda g. Telp/F aks/Email 0541-206364/Fax:0541-7 42298

Email: h. Alamat Rumah Jl. AW Syahrani RT.22 No.11, Sempaja

Selatan, Samarinda.

I. T elp/F ax/email 081545152346 Email: [email protected]

Jumlah Anggota Tim 4 Orang Rencana Biaya 123.300.000 Jadwal Pelaksanaan Februari s/d Nopember 2010

Samarinda, Nopember 2010

Mengetahui Kepala Bidang Perencanaan, Ketua Tim Pelaksana,

~\ lr. Adang Sopandi, M.Sc NIP 196204031988031 002

1~~ Rayan, S. Hut

NIP 19610607.199103.1.002

11

Page 3: 426

DAFTAR lSI

Halaman LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN .... .. . . .. . .. .. . .. .. .. .... ii

DAFTAR lSI . . ...... .. ..... ..... .. .......................................... ...... .. ..... iii

RINGKASAN ........... .. .... .. ................. .......... ... .. ...... .. ...... , ....... ., .... ..... ..... iv

PRAKATA.... .... ....... ... ... ........................................................ v

DAFTAR GAMBAR ................ ., .......... ., ....... .,....................................... vi

I. PENDAHULUAN. ...... .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

II. TINJAUAN PUSTAKA.. .... ............ ...... ... ... .... ........ ...... ..... 2

Ill. TUJUAN DAN MANFAAT . ., .,., ...... ., .......................... .,.................. 3

IV. METODOLOGI. ........... .,...... ... ...... .. . ... ... ... ... ... ... ... ...... ... .... 4

V. HASIL DAN PEMBAHASAN..... ... ........ .. ............. .... ... .. ...... 7

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ......... .... ... .. ............. ... .. . ... ... ... 14

DAFTAR PUSTAKA. .... . .. .... ............. .... .... ... .. ... . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... . 15

iii

Page 4: 426

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tumbuhan pasak bumi berbuah yang sudah siap untuk dipetik atau dipanen .... ........................................... .. .. .... ..... .

Gambar 2. Proses penangan benih pasak bumi dari hasil pemetikan, pembersihan kulit dan daging buah penyortiran dengan merendam di air dan yang terapun dibuang sampaibenih siap dikecambahkan .............................................................. .

Gambar 3. Proses pembibitan tum buhan jenis pasak bumi mulai dari pengecambahan benih di persemaian ...... ...... ....... ............ .. .

Gam bar 4 . Bibit jenis pasak bumi di persemaian yang akan di tanam di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja . ..... .

Gam bar 5. Bibit jenis pasak bumi di persernaian dimuat kedalam kantong plastik yang akan di tanam di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja ............................................. .

Gambar 6. Persiapan lahan untuk penanaman tumbuhan obat pasak bumi di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja ...... .

Gam bar 7. Penanaman tumbuhan obat pasak bumi di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja ......... . ... ...... .. .... .

Gambar 8. Pengukuran awal tanaman obat pasak bumi di Kawasan Hufan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja ..... .... ... ..... .... ... .

Gam bar 9. Contoh akar tumbuhan obat pasak bumi dari Ekosistem Hutan Dipterocarpaceae Kalimantan ........................................... .

Halaman

17

17

18

18

19

19

20

20

21

IV

Page 5: 426

Pasak bumi (Eurycoma sp sat\.i 1enis tumbuhan obat potensial yang

merupakan sumber bahan bak\..1 ooat alam yang mempunyai prospek. Tujuan

penelitian ini adalah menyediakan !nformasi tentang teknik budidaya jenis tumbuhan

obat potensial pasak bumi. Eksplorasi dan pengumpulan materi genetik

dilaksanakan pada ekosistem hutan dipterocarpaceae di Mentoko, Sengata Kutim

termasuk dalam kawasan Taman Nasional Kutai Kalimantan Timur, pembibitan

dilaksanakan di persemaian Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan Acak Lengkap dengan

perlakuan penundaan pengecambahan dengan perlakuan-pertakuan sebagai

berikut: Po(Biji langsung dikecambahakan), P1(Pengecambahan biji ditunda 10 hari),

Pl{Pengecambahan biji ditunda 20 hari) dan P3(Pengecambahan biji ditunda 30

hari). Hasil yang diperoleh adatah terkumpulnya materi genetiklbenih jenis pasak

bumi dan perkecambahannya dengan perlakuan Po, P1, P2, dan P3 yang kecepatan

berkecambahnya masing-masing berurut-urut setama 35,4 hari, 30,9 hari, 29,6 hari

dan 25,7 hari sedangkan daya kecambahnya, pertakuan P0,sebesar 100% daya

kecambah 84,2 %, 80% dan 75,8% masing-masing berurutan untuk perlakuan P1,

P2. dan P3 Dan setelah dianalisis secara statistik perlekuan yang diberikan terhadap

kecepatan berkecambah dan daya kecambah keduanya berbeda sangat nyata.

Penanaman jenis pasak bumi data yang berhasil dikumpulkan baru data rata-rata

pengukuran awal karena terbatasnya waktu

Kata kunci: hutan dipterocarpaceae, perkecambahan, budidaya, jenis pasak bumi.

Page 6: 426

PRAKATA

Alhamdulillah kami telah dapat me11ye:esaikan tugas penyusunan laporan akhir

kegiatan penelitian program penelttian KNRT yang berjudul Budidaya tumbuhan

obat jenis pasak bumi (Eurycoma sp ! pada ekosistim hutan dipterocarpaceae.

Jenis pasak bumi adalah suatu tumbuhan obat potensial yang merupakan sumber

bahan baku obat alam yang mempunyai prospek. Akhir-akhir ini jenis pasak bumi

keberadaannya di ekosistim hutan dipterocarpaceae sudah mulai terancam akibat

konversi lahan dari hutan menjadi pemukiman, areal penambangan, pertanian,

perkebunan dan lain-lain. Ditambah dengan adanya jenis tersebut dipatenkan oleh

Malaysia dengan nama "Tongkat Al i" banyak terjadi penjualan akar pasak bumi secara

illegal oleh masyarakat daerah perbatasan Indonesia dan Malaysia. Oleh sebab itu

untuk kelestarian jenis pasak bumi ini perlu dikembangkan melalui budidayanya.

Penelitian ini bertujuan menyediakan informasi tentang teknik budidaya jenis tumbuhan

obat potensial pasak bumi yang tumbuh pada ekosistim hutan dipterocarpaceae di

Kalimantan dalam rangka optimalisasi pengelolaan sumber daya hutan, peningkatan

kesejahteraan masyarakat dan restrukturisasi sektor kehutanan.

Kami menyadari bahwa laporan Akhir ini masih banyak kekurangan sehingga kami

masih mengharapkan adanya perbaikan dari pembaca. Demikian semoga laporan akhir

ini bermanfaat untuk tujuan kegiatan penelitian Budidaya jenis pasak bumi dan atas

saran dan perbaikannya kami mengucapkan terimakasih.

Samarinda, Nopember 2010

Penyusun

VI

Page 7: 426

I. PENDAHULUAN

Seiring dengan reformasi di bidang Kehutai"Jan, eksplortasi atau pengusahaan hutan

mulai bergeser dari komoditi kayu ke arah l<omoditi hasil hutan bukan kayu FEM

(Food, Energy, Medicine) dan jasa hutan_ Hasil hutan bukan kayu (HHBK) adalah

hasil nabati selain kayu yang dihasilkan dart hutan dan terdiri dari delapan kelompok

yaitu batang dan turunannya; minyak atsirt: bunga-bungaan; buah-buahan; biji-bijian;

kulit kayu; getah-getahan dan satwa liar yang tidak dilindungi (Anonim, 1983).

Yusliansyah {1994) mengemukakan bahwa pengusahaan HHBK di Kalimantan

masih dilakukan secara tradisional , bersifat musiman dan sangat bergantung dengan

permintaan pasar. Adapun HHBK yang telah dipungut dan diperdagangkan antara

lain adalah : rotan, gaharu, sarang burung, damar, tengkawang, madu, kulit kayu

gemor, akar tunjuk langit, haur jelaya, kulit reptile, getah jelutung dan pasak bumi.

Pasak bumi yang sudah di patenkan oleh Negara luar dengan nama "Tongkat Ali"

yang te~adi akhir-akhir ini banyak penjualan akar pasak bumi secara illegal ke

Malaysia yang banyak ditemui di daerah perbatasan. Hal ini jika ber1angsung terus

menerus tidak diatur dengan baik dikawatirkan beberapa tahun yang akan datang

jenis tersebut akan menjadi tumbuhan langka ditempat endemiknya ekosistim hutan

dipterocarpaceae.

Jenis pasak bumi adalah salah satu jenis HHBK FEM potensial yang dapat

ditemukan di hutan ekosistim dipterocarpaceae perlu dilakukan penelitian

budidayanya. Melalui penelitian ini diharapkan tersedia informasi dan teknologi

untuk pengembangan pengusahaan HHBK FEM di Kalimantan, dalam rangka

optimalisasi pengelolaan sumber daya hutan, peningkatan kesejahteraan

masyarakat dan restrukturisasi sector kehutanan.

Penelitian ini bertujuan menyediakan informasi tentang teknik budidaya jenis

potensial HHBK FEM ·pasak bumi di Kalimantan dengan sasaran tersedianya

informasi teknik budidaya jenis pasak bumi untuk kelestarian jenis dan pengusahaan

di Kalimantan.

1

Page 8: 426

II. TINJAU PUSTAKA

Indonesia dikenal sebagai salah satu !"'egara yang memiliki hutan hujan tropis yang

cukup luas di dunia dan sangat kaya dengan keanekaragaman hayati (biodiversity).

Pada hutan hujan trop!s Indonesia diperidrakan terdapat sekitar 10% dari semua

tumbuhan dunia, kemudian 12,5% dari semua hewan menyusui, 16,5% dari semua

hewan melata dan amphibi serta 17% dari semua jenis burung. Kekayaan berlimpah

yang terdapat pada hutan hujan tropis tersebut belum sepenuhnya dapat

dimanfaatkan. Pemanfaatan masih terfokus pada komoditi kayu, terutama dari

keluarga Dipterocarpaceae diperkirakan sekitar 400 jenis dan dikenal dalam dunia

perdagangan baru beberpa persen saja dengan nama meranti merah (red meranti)

(Ashton 1983). Disamping itu juga hutan merupakan sumber daya alam yang

tidak hanya menghasilkan kayu sebagai hasil utama tetapi juga hasil non

kayu yang telah lama menjadi komoditi perdagangan, antara lain termasuk

tumbuhan penghasil obat-obatan {Jafar Sidik, 1987).

Menu rut Wijayakusuma ( 1995) di Indonesia ada sekitar 600 jenis tanaman

yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Khususnya untuk pohon hutan

terdapat 85 jenis yang berguna sebagai tanaman obat, termasuk ke dalam 35

suku. Leguminaceae :merupakan suku dengan jenis pohon yang terbanyak

digunakan di dalam pengobatan, disusul oleh suku lainnya yaitu Lauraceae,

Euphorbiaceae dan Apoqinaceae (Jatar Sidik, 1987). Jenis tumbuhan yang

berkhasiat obat dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat setempat di sekitar hutan

ekosistim dipterocarpaeeae berdasarkan hasil penelitian Noorhidayah dan Sidiyasa

(2005) di Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur teridentifikasi 127 jenis

tumbuhan. Oi kawasan Malinau Research Forest Kalimantan Timur terdapat 132

jenis tumbuhan (Rahayu, 2005). 38 jenis di hutan pendidikan Hampangen

Kalimantan Tengan (Ilona, 2003). Di Kawasan Taman Nasional Bitung Karibun,

Kalimantan Barat tercatat 41 jenis (Gantavid et al .. 1997). Leamen at al .. (1991)

menyebutkan bahwa di Dayak Kenyah dataran tinggi Apo Kayan, Kalimantan Timur

teridentifikasi 200 jenis tumbuhan obat.

2

Page 9: 426

Dari jumlah tersebut di atas :::am sc~:a

Hal ini disebabkan karena

dan bagaimana cara me

harganya relatif

penggunaannya (Wijayakus ....,_

a,g dapat dimanfaatkan.

a tanaman obat trdisional

an efek sampingan dalam

Dari beberapa tanaman obat yang oerasa; dari hutan alam, pasak bumi

(Eurycoma sp.) adalah yang paling 01Kenal luas dan banyak digunakan oleh

masyarakat untuk obat menamoah tenaga, menghilangkan pegal, linu dan

demam. Sebagai bahan obat digunakan akar dari tanaman tersebut.

Dengan demikian dalam pemanfaatannya tanaman harus dicabut terlebih

dahulu. Bilamana keadaan ini berlangsung terus dan di sisi lain upaya

budidaya hampir tidak pemah dilakukan, dikhawatirkan kelestarian tanaman

pasak bumi akan terancam.

Pasak bumi termasuk suku Simarubaceae dan digolongkan kedalam

kelompok semak dengan tinggi dapat mencapai 10 meter (Kochummen,

1972). Tumbuh tersebar di Sumatera, Semenanjung Malaysia, Kalimantan

dan Philipina Selatan pada daratan rendah yang berpasir dan di bawah

tegakan hutan primer dan sekunder. Nama lain dari pasak bumi adalah

tongkat oli, penawar pahit ~Kochummen, 1972). Balikurus, bidara laut, bidara

putih, kayu kebel, mempoleh (Heyne, 1987; Supardi, 1971) dan sentaur ular

(Kessler & Sidiyasa, 1994)

Ill. TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan penelitian adalah menyediakan informasi tentang teknik budidaya jenis

potensial HHBK FEM pasak bumi di Kalimantan dengan manfaat tersedianya

informasi teknik budidaya jenis pasak bumi untuk kelestarian jenis dan pengusahaan

di Kalimantan

3

Page 10: 426

IV. METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian pengumpulan materi genetiklbenih jenis pasak bumi dilaksanakan di

Stasiun penelitian Mentoko Sengata, Kutim termasuk dalam kawasan Taman

Nasional Kutai Kalimantan Timur. Benih/biji yang yang berhasil dikumpulkan

selanjutnya dibibitkan/disemaian di persemaian Balai Besar Penelitian Dipterokarpa

di Samarinda. Penanaman dilakukan di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus

(KHDTK) Samboja.

Bahan dan Alat penelitian

Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah buah/biji jenis pasak bumi

(sudah tersedia), bak dan media kecambah (tersedia menggunakan bak dan media

KOFFCO), pupuk, pestisida, sapu lidi , polybag, media sapih dan bedeng sapih, ATK

dan lain-lain. Sedangkan alat yang dipergunakan antara lain: palu gergaji, parang,

meteran, kaliper dan komputer.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian budidaya jenis HHBK FEM tumbuhan pasak bumi adalah

sebagai berikut:

• Survey tumbuhan pasak bumi pada ekosistem hutan dipterocarpaceae,

setelah ditemukan pohon induk pasak bumi yang sedang berbuah dan

apabila buahnya sudah mulai masak selanjutnya dilakukan pengunduhan

dan pengumpulan buah pasak bumi di pohon induk yang sedang berbuah

masaklsiap panen tersebut.

• Pembersihan biji dari daging buah dan penyortiran biji dengan cara

memasukan biji tersebut ke dalam air dan biji yang terapung di buang.

• Biji-biji yang sudah siap untuk disemaikan yang berhasil dikumpulkan di

hutan selanjutnya biji-biji tersebut di atas disemaikan di persemaian sesuai

perlakuan dalam RPTP penelitian ini dan diteruskan pengamatan

perkecambahannya.

• Penanaman bibit yang telah siap tanam di lapangan sesuai perlakuan.

4

Page 11: 426

Pengamatan perkecambahan biji pasak bumi di persemaian

Parameter yang diamati untuk penelitian perkecambahan biji adalah Kecepatan

berkecambah dan daya kecambah biji jenis pasak bumi digunakan rumus

(Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan.1990) sebagai berikut:

h h KB = ~ NjPj/L Nj

i=1 i=1

di mana

KB = Kecepatan Berkecambah.

N; = Jumlah biji yang berkecambah normal pada hari pengamatan ke-i; i=1, 2, ... h.

P; = Waktu pengamatan ke-i (hari).

h = jumlah hari berkecambah.

Jumlah biji yang berkecambah normal

Daya Kecambah =

(%) Jumlah biji yang dikecambahkan

X 100%

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan Acak Lengkap dengan

perlakuan penundaan pengecambahan dengan perlakuan-perlakuan sebagai

berikut:

P0 = Biji langsung dikecambahakan

P1 = Pengecambahan biji ditunda 10 hari

P2 = Pengecambahan biji ditunda 20 hari

P3 = Pengecambahan biji ditunda 30 hari

Diulang 4 kali ulangan setiap ulangan terdiri dari 30 biji

Penanaman bib it jenis pasak bumi

Penelitian pertumbuhan tanaman jenis pasak bumi yang ditanam tahun 2010

dengan jarak tanam 1 ,5 m X 1,5 m dengan persiapan lahan, tanah digemburkan

terlebih dahulu dan dalamnya lubang tanam 40 em, tidak dapat dilakukan

disebabkan karena terbatasnya waktu. Data yang sempat dikumpulkan baru data

penukuran awal

Page 12: 426

Rancangan percobaan yang digunakan rancangan acak berblok dengan

perlakuan pemberian pupuk dasar dengan perlakuan-perlakuan sebagai berikut:

To = tanpa pupuk (kontrol)

T 1 = Dengan pupuk dasar seresah 203,4 gram per lubang tanam

T 2 = Dengan pupuk dasar pupuk kandang 1 09,7 gram per lubang tanam

Diulang 6 kali ulangan setiap ulangan terdiri dari 50 Tanaman

Data pertumbuhan tinggi dan diameter jenis pasak bumi dalam penelitian ini

adalah pertumbuhan umur tanaman kurang lebih hingga satu tahun.

Model Umum penelitian ini adalah sebagai berikut: (Hanafiah, 1991; Steel & Torrie, 1995).

dimana:

Vii =

~l = a.i = J}j = Eij =

Analisa data

Y .. = II + rv . + n.. + <' .. g ~ ~. ~J ~g

Respon varia bel yang diukur pad a perlakuan ke j. Rata-rata (umum). Efek ulangan ke i. Efek perlakuan ke j.

ulangan

Efek galat pada ulangan ke i, perlakuan ke j.

ke i,

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diuji dianalisis

dengan uji F, sedangkan perbedaan yang nyata dilakukan uji lanjutan dengan

menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Hanafiah, 1991; Steel & Torrie,

1995).

6

Page 13: 426

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembibitan jenis pasak bumi

Penelitian Budidaya tumbuhan obat jenis pasak bumi (Eurycoma sp) pada ekosistim

hutan dipterocarpaceae telah dihasilkan bibit-bibit pasak bumi yang berasal dari

benih atau biji dan cabutan anakan alam.

Bibit-bibit jenis pasak bumi yang berasal dari biji sebelumnya telah melalui proses

pengecambahan biji dengan perlakuan seperti perlakuan dalam proposal penelitian

ini. Berdasarkan hasil pengamatan perkecambahan biji pasak bumi di persemaian

telah dihasilkan data-data sebagai berikut:

1. Proses Perkecambahan

Proses perkecambahan biji-biji jenis pasak bumi dalam penelitian ini disajikan

dalam Gambar 1.

Proses selama Perkecambaha1 biji jenis pasak bumi (Eurycoma sp)

70 -71 62

~

8. 60 .t::

l- - _,_

~l «J

..0 50 E «J

~ 40 ~ ::::s

.88l Cl)£ 30 !5 E >-

R 20 .t:: «J

E 10 ::::s ...,

0

I-.

42 -

~ill

. - I-.-

-

J. ~27_ r

r.

:t=·

- OPO

.... L-

23 rl61

CP1

il--

~2

-DP2

I .4a -1

~ 7

-

F ... !:::: - 1~ I

CP3

ru 2 3 4 5

Minggu ke

Gambar 1. Proses perkecambahan biji-biji jenis pasak bumi dengan perlakuan

penundaan pengecambahan biji.

7

Page 14: 426

Berdasarkan pengamatan perkecambahan biji pasak bumi yang digambarkan

pada Gambar 1 menunjukkan bahwa biji jenis pasak bumi dalam proses

perkecambahannya diawali dengan keluamya akar dilanjutkan tumbuh tunas

yang kotiledonya tidak terangkat, perkecambahan ini disebut perkecambahan

hipogeal (Hamidin, 1983).

Biji pasak bumi dengan perlakuan Po (langsung dikecambahkan) biji mulai

berkecambah pada hari ke 22 dan berakhir pada hari ke 44 sedang perlakuan P 1

(penundaan pengecambahan 10 hari), P2 (penundaan pengcambahan 20 hari)

dan P3 (penundaan penyapihan 30 hari) berurut-urut biji mulai berkecambah

pada hari ke 21, 18 dan 10 dan berakhir pada hari ke 42, 42 dan 56, jadi

perlakuan Po, P1, dan P2 interval berkecambahnya biji rata-rata kurang lebih 3

minggu sedangkan P3 5 minggu. Hal ini barati bahwa biji pasak bumi makin

lama disimpan makin cepat awal perkecambahannya, hal ini disebabkan biji

pasak bumi dormansinya akan berkurang dengan berjalannya waktu.

Semua perlakuan rata-rata jumlah biji yang berkecambah selama dalam proses

perkecambahan membentuk grafik parabola yaitu perlakuan Po, P1 dan P2

puncak parabola pada minggu kedua sedangkan perlakuan P3 pada minggu

ketiga.

8

Page 15: 426

2. Kecepatan Berkecambah

Data rata-rata kecepatan berkecambah biji pasak bumi dengan per1akuan

penundaan pengecambahan biji digambarkan pada Gambar 2.

biji jenis pasak bumi (&ryaur~a sp)

:: ~ Kecepatan Berkecambah (hari)

i ~ ~

~0

B ~0 ~ ~ mo 0

R ~ ~0 ~

B ~0 E B 1~0 ~ ~

~ 1QO c ~0 ~ ~ QO ~ 0 ~ ~ PO P1 P2 P3

Perlakuan

Gambar 2. Rata-rata kecepatan perkecambahan biji jenis pasak bumi dengan

per1akuan penundaan pengecambahan biji di persemaian

Gambar 3 menunjukkan bahwa rata-rata Kecepatan berkecambah biji jenis pasak bumi

dengan perlakuan penundaan pengecambahan Po, P1, P2, dan P3 berurutan masing­

masing selama 35,4 hari, 30,9 hari, 29,6 hari dan 25,7 hari, hal ini seiring dengan proses

proses perkecambahan bahwa semakin lama disimpan pengecambahan pasak bumi

kecepatan berkecambahnya biji semakin cepat

Hasil analisis keragaman rataan kecepatan berkecambah biji jenis pasak bumi dengan

perlakuan penundaan pengecambahan dapat dilihat pad a T abel1. Dalam Tabel 3 terlihat

bahwa pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap Kecepatan berkecambah biji jenis

tersebut di atas berpengaruh sangat nyata

9

Page 16: 426

Tabel 1. Hasil uji beda nyata rata-rata Kecepatan Berkecambah Biji Pasak Bumi

(Eurycoma sp) dengan perlakuan penundaan pengecambahan di rumah kaca

B2PD Samarinda.

DB DF

3 3

JK ss

3.56 194.71

KT MS

1.1850167 64.903367

9 4.204 0.4670722 151 202.469

Fhit

Fcal 5% 1% 2.5371166ns 3.86 6.99 138.95788- 3.86 6.99

Keterangan (Remark) : ns = Tidak berbeda nyata (non significant) ** = berbeda sangat nyata (Hight sign~ficant).

Dan uji BNT yang disajikan dalam T abel 2 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan Po,dan P3

berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya. Hasil yang terlama selama berkecambahnya

biji yaitu dengan perlakuan P0 dan tercepat P3. Sedangkan perlakuan P1 dan Pz tidak berbeda

nyata

Tabel 2. Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) rataan Kecepatan Berkecambah biji Jenis pasak

bumi (Eurycoma sp) dengan perlakuan penundaan pengecambahan di rumah kaca

Balai Besar Penelitia Dipterokarpa Samarinda

Rataan Kecepatan Berkecambah (Han)

PO 35.44 a P1 30.86 b P2 29.57 b P3 I 25.67 I c

Keterangan (remark): Nilai yang mempunyai huruf yang sama tidak berbeda nyata pada tarat 5%. (the values included by the same letter are not significantly differetnt at 5%)

10

Page 17: 426

3. Daya Kecambah

Data rata-rata daya kecambah biji pasak bumi dengan perlakuan penundaan

pengecambahan biji digambarkan pada Gambar 3.

~ ~

" .c E " il lC

!J. " 0

Daya Kecambah biji jenis pasak bumi {Eurycoma sp)

100.0

60.0

40.0

20.0

0.0 PO

CRataan Oaya Kecambah (%)

P1 P2

Perlakuan

P3

Gam bar 3. Rata-rata Daya Kecambah biji-biji jenis pasak bumi dengan perlakuan

penundaan pengecambahan biji di persemaian

Gambar 3 menunjukkan bahwa rata-rata daya kecambah biji jenis pasak bumi dengan

perlakuan penundaan pengecambahan secara keseluruhan sebesar 85%. Menunjukkan

daya kecambah yang c'ukup tinggi berbeda dengan pendapat Rayan (1996) menyebutkan

bahwa daya kecambah cukup rendah yaitu 31 % Hal ini karena rendahnya daya

kecambah tersebut disebabkan biji yang dikecambahkan kemungkinan tersimpan lebih

dari satu bulan dan bijinya tidak disortir terlebih dahulu. Dan perlakuan penundaan

pengecambahan dengan terinci yaitu: Po, P1, P2, dan PJ menghasilkan daya kecambah

berurutan masing-masing 100%, 84,2%, 80% dan 75,8%. Makin lama disimpan benih

pasak bumi semakin menurun daya kecambahnya, Kemungkinan benih ini tidak dapat

disimpan lebih lama lagi sesuai dengan pendapat Sony (1992) menyebutkan bahwa biji

pasak bumi tidak tahan lama disimpan.

11

Page 18: 426

Hasil analisis keragaman rataan daya kecambah biji jenis pasak bumi dengan per1akuan

penundaan pengecambahan dapat dilihat pada T abel 3. Dalam T abel 3 terlihat bahwa

pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap daya kecambah biji jenis tersebut di atas

berpengaruh sangat nyata

Tabel 3. Hasil uji beda nyata rata-rata Daya Kecambah Biji Pasak Bumi (Eurycoma sp) dengan perlakuan penundaan pengecambahan di rumah kaca B2PD Samarinda.

Sumber Keragaman DB JK KT Frut Ftabel (F tablcj_ Source of variation DF ss MS Fcal 5%

Ulangan(Rep/ ication) 3 61.11 20.37037 0.4125ns 3.86 Perlakuan(Treatmenlj 3 1338.89 446.2963 9.0375** 3.86 Galat 9 444.44 49.382716 Total 15 1844.44

----- --- -----~----

Keterangan (Remark) : ns = Tidak berbeda nyata (non significant) ** = berbeda sangat nyata (Hight significant).

Dari uji BNT yang disajikan dalam Tabel 4 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan Po

dan P1 tidak berbeda nyata. Begitu juga dengan perlakuan P1, P2 dan P3 tetapi petlakuan

Po berbeda sangat nyata dengan perlakuan P2 dan PJ. Hasil yang terbaik yaitu dengan

perlakuan Po disusul dengan perlakuan P1, P2 dan P3.

Tabel 4. Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) rataan Oaya Kecambah biji Jenis pasak bumi

(Eurycoma sp) dengan perlakuan penundaan pengecambahan di rumah kaca Balai

Besar Penelitia Dipterokarpa Samarinda

Perlakuan Rataan Daya Kecambah (%) (TreatmenQ BNT (LSD) (0.01)

PO 100 a P1 84.17 ab P2 80 b P3 75.83 b

Keterangan (remark): Nilai yang mempunyai huruf yang sam a tidak berbeda nyata pad a taraf 5%. (the values included by the same letter are not significantly differetnt at 5%)

12

1% 6.99

6.99

Page 19: 426

B. Penanaman jenis pasak bumi

Berdasarkan pelaksanaan kegiatan penanaman jenis pasak bumi, hasil yang dapat

dieapai adalah informasi data awal pengukuran tinggi dan diameter jenis tersebut di

atas, yang disajikan dalam Table 5.

Tabel 5 Data rata-rata pengukuran awal jenis tanaman pasak bumi dengan

perlakuan pemberian pupuk dasar dengan serasah atau pupuk kandang

ayam di KHDTK Samboja.

Data rataan tinggi pengukuran awal (em)

Perlakuan( TreatmenQ Ulangan (Replication)

1 2 3 4 5 6

To 14,05 13,05 12,63 13,36 12,93 13,82

T1 12,93 12,97 11 ,30 14,61 12,69 14,09

T2 12,40 14,91 13.63 12,45 15,61 11,58

Data rataan Diameter pengukuran awal (em)

Perlakuan( TreatmenQ Ulangan (Replication)

1 2 3 4 5 6

To 0,26 0,18 0,21 0,19 0,17 0,21

T1 0,23 0,24 0,20 0,23 0,16 0,23

T2 0,18 0,25 0,23 0,17 0,29 0,18

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa data rata-rata tinngi awal berkisar antara

11,30 em dan 14,91 em dengan rata-rata diameter berkisar antara 0,17 em dan

0,19 em. yang akan datang data ini dengan berjalannya waktu dapat dijadikan

untuk mengetahui pertumbuhan dari tanaman pasak bumi yang ditanam dimasa

yang akan datang.

13

Page 20: 426

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

• Proses perkecambahan biji pasak bumi perlakuan P0, P1 dan P2 memertukan

waktu tiga minggu sedangkan pertakuan P3 memertukan waktu 5 minggu. Dan

semua pertakuan memghasilkan rata-rata jumlah biji yang berkecambah selama

dalam proses perkecambahan membentuk grafik parabola.

• Kecepatan berkecambah biji pasak bumi makin lama dikecambahkan semakin

singkat kecepatan berkecambahnya. Pertakuan penundaan pengecambahan

yang diberikan terhadap perkecambahan biji jenis pasak bumi berbeda sangat

nyata.

• Daya kecambah biji jenis pasak bumi makin cepat dikecambahkan semakin

besar persentase kecambahnya. Setelah dianalisa statistik pertakuan penundaan

pengecambahan berpengaruh sangat nyata, dan hasil daya kecambah terbesar

adalah yang langsung dikecambahkan disusul penundaan pengecambahan 1 0

hari, 20 hari dan 30 hari.

• Bibit hasil perkecambahan tersebut di atas baru ditanam dan belum diketahui

pertumbuhannya

SARAN

• Dalam mengecambahkan biji pasak bumi disarankan setelah memperoleh biji

segera dikecambahkan tidak boleh menunda-nunda atau lebih cepat lebih baik,

• Untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan tanaman obat pasak bumi

disarankan untuk melanjutkan penelitian ini beberapa tahun kedepan hingga

tanaman berbuah.

14

Page 21: 426

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1983. Hasil Hutan lkutan. Direktorat Jenderal Kehutanan. Departemen

Pertanian. Jakarta.

Ashton, P .. S 1983. Dipterocarpaceae. Flora Malesiana Ser. I Vol.9. (2), 237-552.

Guntavid, J. P., L. C. J. Julaihi and Supar diyono. 1997. Etnnobotany dalam ITTO

Borneo Biodiversity Expedition 1997 ScientificReport (Eds. Kuswanda, M. Chai &

I. N. S. Jaya) Yokohama, Collaboration between Governments of Indonesia &

Malaysia & International Tropical Timber Organization (ITTO).

Hamidin, E,. 1983. Pedoman Teknologi Biji. PT Pembimbing Masa. Jakarta Hanafiah, K. A. 1991. Rancangan Percobaan. T eori & Aplikasi. F akultas Pertanian

Universitas Sriwijaya Palembang. Jakarta.

Heyne, 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Diterbitkan oleh Badan Litbang

Kehutanan, Depertemen Kehutanan Jakarta.

Ilona, M. , 2003. Analisys, ldentifikasi dan Karakteristik Tumbuhan obat di Hutan

Pendidikan Hampangen Universitas Palangkaraya Kalimantan Tengah. (Tesis)

Program Pascasa~ana Universitas Mulawanman.

Jatar Sidik, 1987. Potensi tumbuhan hutan (Pohon) Penghasil Obat Tradisional.

Presiding. Diskusi Pemanfaatan Kayu Kurang Dikenal, 13-14 Januari 1987.

Kessler & Sidiyasa, 1994. Trees of the Balikpapan - Samarinda Area, East Kalimantan

Indonesia A. Manual to 280 selected species. Tropenbos. Series 7.

Kochummen, K.H. 1972. Simarubaceae. Tree Flora of Malaya. A Manual For Forester.

Vol. II Forest Departement Ministry of Primary Industries Malaysia.

Leaman, D. J., R. Jusuf dan H. Sangat Reomantyo, 1991. Kenyah Dayak Medicines,

Jakarta, World Wide Fund for Nature Indonesia Programme.

Noorhidayah & K. Sidiyasa, 2005. Keanekaragaman Tumbuhan berkhasiat obat di

Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan

2(2) : 115-128.

Rahmanto, GH. dan Yusliansyah. 1998. Beberapa Hasil Penelitian Berkaitan dengan

Hasil Hutan Bukan Kayu di BPK Samarinda. Samarinda.

Rahayu, Y.D., 2005. Kajian Potensi Tumbuhan Obat di Kawasan Malinau Research

Forest (MRF) CIFOR Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur. (Tesis) Program

Pascasa~ana Universitas Mulawanman.

15

Page 22: 426

Rayan, 1996. Pasak Bumi (Eurycoma sp) Tanaman Obat Tradisional Yang perlu

diperhatikan. Prosiding Ekpose Hasii-Hasil dan Program penelitian dan

pengembangan Kehutanan Wilayah Kalimantan. Samarinda, Indonesia.

Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. 1990. Perlakuan pendahuluan Benih Cendana

(Santalum album LINN) Dengan air (H20), Asam Giberelin (GA3) dan Asam

Sulfat (H2S04) Bogor.

Sony, NS. 1992.Trubus 272-TH XXIII-Juli 1992. Tanaman Obat. Pasak Bumi di

Australia dan Diskripsi Pasak Bumi. Jakarta

Steel R.G.D & J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik Suatu Pendekatan

Biometrik. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Supardi, R., 1971. Apotik Hijau. Tumbuhan Obat-obatan. Diterbitkan oleh BPU

Perhutan Jakarta.

Wijayakusuma, HM., 1995. Indonesia Berpeluang Jadi Tanaman Obat di Dunia Koran

Harian Pelita 5 Desember 1995.

Yusliansyah. 1994. Studi Hasil Hutan Bukan Kayu di Daerah Pedalaman Mahakam,

Kalimantan Timur. Jurnal Wanatrop. Vol. 7 No. 2. 1994.

16

Page 23: 426

Lampiran: Foto-foto kegiatan Penelitian BL~IDAYA TUMBUHAN OBAT JENIS PASAK BUMI (Eurycoma sp) PADA EKOSISTIM HUT AN

DIPTEROCARPACEAE

Gam bar 1. Tumbuhan pasak bumi berbuah yang sudah siap untuk dipetik atau dipanen

1 Gambar 2. Proses penangan benih pasak bumi dari hasil pemetikan, pembersihan kulit dan

daging buah penyortiran dengan merendam di air dan yang terapun dibuang sampaibenih siap dikecambahkan

Page 24: 426

Gambar 3. Proses pembibitan tum buhan jenis pasak bumi mulai dari pengecambahan benih di persemaian.

Gam bar 4. Bibit jenis pasak bumi di persemaian yang akan di tanam di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja.

Page 25: 426

Gam bar 5. Bibit jenis pasak bumi di persemaian dimuat kedalam kantong plastik yang akan di tanam di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja.

Gambar 6. Persiapan lahan untuk penanaman tumbuhan obat pasak bumi di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja.

Page 26: 426

Gambar 7. Penanaman tumbuhan obat pasak bumi di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja.

"' Gambar 8. Pengukuran awal tanaman obat pasak bumi di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja~

Page 27: 426

·uelUBW!IB)i aeeoedJ~oJald!a ueJnH waJS!SO)f3 !Jep !Wnq )fesed leqo ue4nqwnl Je)fe 40lUO~ ·a Jeqwe8