LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROGRAM INSENTIF RISET KNRT TAHUN 2010 Judul : BUDIDA YA TUMBUHAN OBAT JENIS PASAK BUMI (Eurycoma sp) PADA EKOSISTIM HUTAN DIPTEROCARPACEAE Judul RPI: PENGELOLAAN BASIL HUTAN BUKAN KAYU FEM (FOOD, ENERGY, MEDICINE) OJeh: Rayan, S.Hut Lydia Suastati, S.Hut Armansah Supriadi BALAI BESAR PENELITIAN DIPTEROKARPA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN SAMARINDA, 2010
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROGRAM INSENTIF RISET KNRT TAHUN 2010
Judul :
BUD IDA Y A TUMBUHAN OBAT JENIS P ASAK BUMI (Eurycoma sp) PADA EKOSISTIM HUTAN DIPTEROCARPACEAE
Judul RPI:
PENGELOLAAN BASIL HUTAN BUKAN KAYU FEM (FOOD, ENERGY, MEDICINE)
OJeh:
Rayan, S.Hut Lydia Suastati, S.Hut
Armansah Supriadi
BALAI BESAR PENELITIAN DIPTEROKARPA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
KEMENTERIAN KEHUTANAN SAMARINDA, 2010
1.
2. 3. 4.
5.
6. 7. 8.
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
Judul Kegiatan Budidaya tumbuhan obat jenis pasak bumi (Eurycoma sp) pada ekosistim hutan dipterocarpaceae
Jenis Penelitian Riset T era pan Bidang Fokus Kesehatan dan Obat Unit Lembaga Badan Litbang Kehutanan lnstansi Kerja Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Ketua Pelaksana a. Nama lengkap Rayan, S. Hut b. Jenis Kelamin Laki-laki c. NIP 19610607.1 99103.1.002 d. PangkaVGolongan Penata Tk. I I 111/d e. Jabatan Peneliti Madya f. Alamat Kantor Jl. A.W. Syahrani, Sempaja No 68
Samarinda g. Telp/F aks/Email 0541-206364/Fax:0541-7 42298
Email: h. Alamat Rumah Jl. AW Syahrani RT.22 No.11, Sempaja
Gambar 1. Tumbuhan pasak bumi berbuah yang sudah siap untuk dipetik atau dipanen .... ........................................... .. .. .... ..... .
Gambar 2. Proses penangan benih pasak bumi dari hasil pemetikan, pembersihan kulit dan daging buah penyortiran dengan merendam di air dan yang terapun dibuang sampaibenih siap dikecambahkan .............................................................. .
Gambar 3. Proses pembibitan tum buhan jenis pasak bumi mulai dari pengecambahan benih di persemaian ...... ...... ....... ............ .. .
Gam bar 4 . Bibit jenis pasak bumi di persemaian yang akan di tanam di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja . ..... .
Gam bar 5. Bibit jenis pasak bumi di persernaian dimuat kedalam kantong plastik yang akan di tanam di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja ............................................. .
Gambar 6. Persiapan lahan untuk penanaman tumbuhan obat pasak bumi di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja ...... .
Gam bar 7. Penanaman tumbuhan obat pasak bumi di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja ......... . ... ...... .. .... .
Gambar 8. Pengukuran awal tanaman obat pasak bumi di Kawasan Hufan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja ..... .... ... ..... .... ... .
Gam bar 9. Contoh akar tumbuhan obat pasak bumi dari Ekosistem Hutan Dipterocarpaceae Kalimantan ........................................... .
Halaman
17
17
18
18
19
19
20
20
21
IV
Pasak bumi (Eurycoma sp sat\.i 1enis tumbuhan obat potensial yang
merupakan sumber bahan bak\..1 ooat alam yang mempunyai prospek. Tujuan
penelitian ini adalah menyediakan !nformasi tentang teknik budidaya jenis tumbuhan
obat potensial pasak bumi. Eksplorasi dan pengumpulan materi genetik
dilaksanakan pada ekosistem hutan dipterocarpaceae di Mentoko, Sengata Kutim
termasuk dalam kawasan Taman Nasional Kutai Kalimantan Timur, pembibitan
dilaksanakan di persemaian Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan Acak Lengkap dengan
perlakuan penundaan pengecambahan dengan perlakuan-pertakuan sebagai
berikut: Po(Biji langsung dikecambahakan), P1(Pengecambahan biji ditunda 10 hari),
Pl{Pengecambahan biji ditunda 20 hari) dan P3(Pengecambahan biji ditunda 30
hari). Hasil yang diperoleh adatah terkumpulnya materi genetiklbenih jenis pasak
bumi dan perkecambahannya dengan perlakuan Po, P1, P2, dan P3 yang kecepatan
berkecambahnya masing-masing berurut-urut setama 35,4 hari, 30,9 hari, 29,6 hari
dan 25,7 hari sedangkan daya kecambahnya, pertakuan P0,sebesar 100% daya
kecambah 84,2 %, 80% dan 75,8% masing-masing berurutan untuk perlakuan P1,
P2. dan P3 Dan setelah dianalisis secara statistik perlekuan yang diberikan terhadap
kecepatan berkecambah dan daya kecambah keduanya berbeda sangat nyata.
Penanaman jenis pasak bumi data yang berhasil dikumpulkan baru data rata-rata
pengukuran awal karena terbatasnya waktu
Kata kunci: hutan dipterocarpaceae, perkecambahan, budidaya, jenis pasak bumi.
PRAKATA
Alhamdulillah kami telah dapat me11ye:esaikan tugas penyusunan laporan akhir
kegiatan penelitian program penelttian KNRT yang berjudul Budidaya tumbuhan
obat jenis pasak bumi (Eurycoma sp ! pada ekosistim hutan dipterocarpaceae.
Jenis pasak bumi adalah suatu tumbuhan obat potensial yang merupakan sumber
bahan baku obat alam yang mempunyai prospek. Akhir-akhir ini jenis pasak bumi
keberadaannya di ekosistim hutan dipterocarpaceae sudah mulai terancam akibat
konversi lahan dari hutan menjadi pemukiman, areal penambangan, pertanian,
perkebunan dan lain-lain. Ditambah dengan adanya jenis tersebut dipatenkan oleh
Malaysia dengan nama "Tongkat Al i" banyak terjadi penjualan akar pasak bumi secara
illegal oleh masyarakat daerah perbatasan Indonesia dan Malaysia. Oleh sebab itu
untuk kelestarian jenis pasak bumi ini perlu dikembangkan melalui budidayanya.
Penelitian ini bertujuan menyediakan informasi tentang teknik budidaya jenis tumbuhan
obat potensial pasak bumi yang tumbuh pada ekosistim hutan dipterocarpaceae di
Kalimantan dalam rangka optimalisasi pengelolaan sumber daya hutan, peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan restrukturisasi sektor kehutanan.
Kami menyadari bahwa laporan Akhir ini masih banyak kekurangan sehingga kami
masih mengharapkan adanya perbaikan dari pembaca. Demikian semoga laporan akhir
ini bermanfaat untuk tujuan kegiatan penelitian Budidaya jenis pasak bumi dan atas
saran dan perbaikannya kami mengucapkan terimakasih.
Samarinda, Nopember 2010
Penyusun
VI
I. PENDAHULUAN
Seiring dengan reformasi di bidang Kehutai"Jan, eksplortasi atau pengusahaan hutan
mulai bergeser dari komoditi kayu ke arah l<omoditi hasil hutan bukan kayu FEM
(Food, Energy, Medicine) dan jasa hutan_ Hasil hutan bukan kayu (HHBK) adalah
hasil nabati selain kayu yang dihasilkan dart hutan dan terdiri dari delapan kelompok
yaitu batang dan turunannya; minyak atsirt: bunga-bungaan; buah-buahan; biji-bijian;
kulit kayu; getah-getahan dan satwa liar yang tidak dilindungi (Anonim, 1983).
Yusliansyah {1994) mengemukakan bahwa pengusahaan HHBK di Kalimantan
masih dilakukan secara tradisional , bersifat musiman dan sangat bergantung dengan
permintaan pasar. Adapun HHBK yang telah dipungut dan diperdagangkan antara
lain adalah : rotan, gaharu, sarang burung, damar, tengkawang, madu, kulit kayu
gemor, akar tunjuk langit, haur jelaya, kulit reptile, getah jelutung dan pasak bumi.
Pasak bumi yang sudah di patenkan oleh Negara luar dengan nama "Tongkat Ali"
yang te~adi akhir-akhir ini banyak penjualan akar pasak bumi secara illegal ke
Malaysia yang banyak ditemui di daerah perbatasan. Hal ini jika ber1angsung terus
menerus tidak diatur dengan baik dikawatirkan beberapa tahun yang akan datang
jenis tersebut akan menjadi tumbuhan langka ditempat endemiknya ekosistim hutan
dipterocarpaceae.
Jenis pasak bumi adalah salah satu jenis HHBK FEM potensial yang dapat
ditemukan di hutan ekosistim dipterocarpaceae perlu dilakukan penelitian
budidayanya. Melalui penelitian ini diharapkan tersedia informasi dan teknologi
untuk pengembangan pengusahaan HHBK FEM di Kalimantan, dalam rangka
optimalisasi pengelolaan sumber daya hutan, peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan restrukturisasi sector kehutanan.
Penelitian ini bertujuan menyediakan informasi tentang teknik budidaya jenis
potensial HHBK FEM ·pasak bumi di Kalimantan dengan sasaran tersedianya
informasi teknik budidaya jenis pasak bumi untuk kelestarian jenis dan pengusahaan
di Kalimantan.
1
II. TINJAU PUSTAKA
Indonesia dikenal sebagai salah satu !"'egara yang memiliki hutan hujan tropis yang
cukup luas di dunia dan sangat kaya dengan keanekaragaman hayati (biodiversity).
Pada hutan hujan trop!s Indonesia diperidrakan terdapat sekitar 10% dari semua
tumbuhan dunia, kemudian 12,5% dari semua hewan menyusui, 16,5% dari semua
hewan melata dan amphibi serta 17% dari semua jenis burung. Kekayaan berlimpah
yang terdapat pada hutan hujan tropis tersebut belum sepenuhnya dapat
dimanfaatkan. Pemanfaatan masih terfokus pada komoditi kayu, terutama dari
keluarga Dipterocarpaceae diperkirakan sekitar 400 jenis dan dikenal dalam dunia
perdagangan baru beberpa persen saja dengan nama meranti merah (red meranti)
(Ashton 1983). Disamping itu juga hutan merupakan sumber daya alam yang
tidak hanya menghasilkan kayu sebagai hasil utama tetapi juga hasil non
kayu yang telah lama menjadi komoditi perdagangan, antara lain termasuk
tumbuhan penghasil obat-obatan {Jafar Sidik, 1987).
Menu rut Wijayakusuma ( 1995) di Indonesia ada sekitar 600 jenis tanaman
yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Khususnya untuk pohon hutan
terdapat 85 jenis yang berguna sebagai tanaman obat, termasuk ke dalam 35
suku. Leguminaceae :merupakan suku dengan jenis pohon yang terbanyak
digunakan di dalam pengobatan, disusul oleh suku lainnya yaitu Lauraceae,
Euphorbiaceae dan Apoqinaceae (Jatar Sidik, 1987). Jenis tumbuhan yang
berkhasiat obat dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat setempat di sekitar hutan
ekosistim dipterocarpaeeae berdasarkan hasil penelitian Noorhidayah dan Sidiyasa
(2005) di Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur teridentifikasi 127 jenis
tumbuhan. Oi kawasan Malinau Research Forest Kalimantan Timur terdapat 132
jenis tumbuhan (Rahayu, 2005). 38 jenis di hutan pendidikan Hampangen
Kalimantan Tengan (Ilona, 2003). Di Kawasan Taman Nasional Bitung Karibun,
Kalimantan Barat tercatat 41 jenis (Gantavid et al .. 1997). Leamen at al .. (1991)
menyebutkan bahwa di Dayak Kenyah dataran tinggi Apo Kayan, Kalimantan Timur
teridentifikasi 200 jenis tumbuhan obat.
2
Dari jumlah tersebut di atas :::am sc~:a
Hal ini disebabkan karena
dan bagaimana cara me
harganya relatif
penggunaannya (Wijayakus ....,_
a,g dapat dimanfaatkan.
a tanaman obat trdisional
an efek sampingan dalam
Dari beberapa tanaman obat yang oerasa; dari hutan alam, pasak bumi
(Eurycoma sp.) adalah yang paling 01Kenal luas dan banyak digunakan oleh
masyarakat untuk obat menamoah tenaga, menghilangkan pegal, linu dan
demam. Sebagai bahan obat digunakan akar dari tanaman tersebut.
Dengan demikian dalam pemanfaatannya tanaman harus dicabut terlebih
dahulu. Bilamana keadaan ini berlangsung terus dan di sisi lain upaya
budidaya hampir tidak pemah dilakukan, dikhawatirkan kelestarian tanaman
pasak bumi akan terancam.
Pasak bumi termasuk suku Simarubaceae dan digolongkan kedalam
kelompok semak dengan tinggi dapat mencapai 10 meter (Kochummen,
1972). Tumbuh tersebar di Sumatera, Semenanjung Malaysia, Kalimantan
dan Philipina Selatan pada daratan rendah yang berpasir dan di bawah
tegakan hutan primer dan sekunder. Nama lain dari pasak bumi adalah
tongkat oli, penawar pahit ~Kochummen, 1972). Balikurus, bidara laut, bidara
putih, kayu kebel, mempoleh (Heyne, 1987; Supardi, 1971) dan sentaur ular
(Kessler & Sidiyasa, 1994)
Ill. TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan penelitian adalah menyediakan informasi tentang teknik budidaya jenis
potensial HHBK FEM pasak bumi di Kalimantan dengan manfaat tersedianya
informasi teknik budidaya jenis pasak bumi untuk kelestarian jenis dan pengusahaan
di Kalimantan
3
IV. METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian pengumpulan materi genetiklbenih jenis pasak bumi dilaksanakan di
Stasiun penelitian Mentoko Sengata, Kutim termasuk dalam kawasan Taman
Nasional Kutai Kalimantan Timur. Benih/biji yang yang berhasil dikumpulkan
selanjutnya dibibitkan/disemaian di persemaian Balai Besar Penelitian Dipterokarpa
di Samarinda. Penanaman dilakukan di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus
(KHDTK) Samboja.
Bahan dan Alat penelitian
Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah buah/biji jenis pasak bumi
(sudah tersedia), bak dan media kecambah (tersedia menggunakan bak dan media
KOFFCO), pupuk, pestisida, sapu lidi , polybag, media sapih dan bedeng sapih, ATK
dan lain-lain. Sedangkan alat yang dipergunakan antara lain: palu gergaji, parang,
meteran, kaliper dan komputer.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian budidaya jenis HHBK FEM tumbuhan pasak bumi adalah
sebagai berikut:
• Survey tumbuhan pasak bumi pada ekosistem hutan dipterocarpaceae,
setelah ditemukan pohon induk pasak bumi yang sedang berbuah dan
apabila buahnya sudah mulai masak selanjutnya dilakukan pengunduhan
dan pengumpulan buah pasak bumi di pohon induk yang sedang berbuah
masaklsiap panen tersebut.
• Pembersihan biji dari daging buah dan penyortiran biji dengan cara
memasukan biji tersebut ke dalam air dan biji yang terapung di buang.
• Biji-biji yang sudah siap untuk disemaikan yang berhasil dikumpulkan di
hutan selanjutnya biji-biji tersebut di atas disemaikan di persemaian sesuai
perlakuan dalam RPTP penelitian ini dan diteruskan pengamatan
perkecambahannya.
• Penanaman bibit yang telah siap tanam di lapangan sesuai perlakuan.
4
Pengamatan perkecambahan biji pasak bumi di persemaian
Parameter yang diamati untuk penelitian perkecambahan biji adalah Kecepatan
berkecambah dan daya kecambah biji jenis pasak bumi digunakan rumus
(Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan.1990) sebagai berikut:
h h KB = ~ NjPj/L Nj
i=1 i=1
di mana
KB = Kecepatan Berkecambah.
N; = Jumlah biji yang berkecambah normal pada hari pengamatan ke-i; i=1, 2, ... h.
P; = Waktu pengamatan ke-i (hari).
h = jumlah hari berkecambah.
Jumlah biji yang berkecambah normal
Daya Kecambah =
(%) Jumlah biji yang dikecambahkan
X 100%
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan Acak Lengkap dengan
perlakuan penundaan pengecambahan dengan perlakuan-perlakuan sebagai
berikut:
P0 = Biji langsung dikecambahakan
P1 = Pengecambahan biji ditunda 10 hari
P2 = Pengecambahan biji ditunda 20 hari
P3 = Pengecambahan biji ditunda 30 hari
Diulang 4 kali ulangan setiap ulangan terdiri dari 30 biji
Penanaman bib it jenis pasak bumi
Penelitian pertumbuhan tanaman jenis pasak bumi yang ditanam tahun 2010
dengan jarak tanam 1 ,5 m X 1,5 m dengan persiapan lahan, tanah digemburkan
terlebih dahulu dan dalamnya lubang tanam 40 em, tidak dapat dilakukan
disebabkan karena terbatasnya waktu. Data yang sempat dikumpulkan baru data
penukuran awal
Rancangan percobaan yang digunakan rancangan acak berblok dengan
perlakuan pemberian pupuk dasar dengan perlakuan-perlakuan sebagai berikut:
To = tanpa pupuk (kontrol)
T 1 = Dengan pupuk dasar seresah 203,4 gram per lubang tanam
T 2 = Dengan pupuk dasar pupuk kandang 1 09,7 gram per lubang tanam
Diulang 6 kali ulangan setiap ulangan terdiri dari 50 Tanaman
Data pertumbuhan tinggi dan diameter jenis pasak bumi dalam penelitian ini
adalah pertumbuhan umur tanaman kurang lebih hingga satu tahun.
Model Umum penelitian ini adalah sebagai berikut: (Hanafiah, 1991; Steel & Torrie, 1995).
dimana:
Vii =
~l = a.i = J}j = Eij =
Analisa data
Y .. = II + rv . + n.. + <' .. g ~ ~. ~J ~g
Respon varia bel yang diukur pad a perlakuan ke j. Rata-rata (umum). Efek ulangan ke i. Efek perlakuan ke j.
ulangan
Efek galat pada ulangan ke i, perlakuan ke j.
ke i,
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diuji dianalisis
dengan uji F, sedangkan perbedaan yang nyata dilakukan uji lanjutan dengan
menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Hanafiah, 1991; Steel & Torrie,
1995).
6
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembibitan jenis pasak bumi
Penelitian Budidaya tumbuhan obat jenis pasak bumi (Eurycoma sp) pada ekosistim
hutan dipterocarpaceae telah dihasilkan bibit-bibit pasak bumi yang berasal dari
benih atau biji dan cabutan anakan alam.
Bibit-bibit jenis pasak bumi yang berasal dari biji sebelumnya telah melalui proses
pengecambahan biji dengan perlakuan seperti perlakuan dalam proposal penelitian
ini. Berdasarkan hasil pengamatan perkecambahan biji pasak bumi di persemaian
telah dihasilkan data-data sebagai berikut:
1. Proses Perkecambahan
Proses perkecambahan biji-biji jenis pasak bumi dalam penelitian ini disajikan
dalam Gambar 1.
Proses selama Perkecambaha1 biji jenis pasak bumi (Eurycoma sp)
70 -71 62
~
8. 60 .t::
l- - _,_
~l «J
..0 50 E «J
~ 40 ~ ::::s
.88l Cl)£ 30 !5 E >-
R 20 .t:: «J
E 10 ::::s ...,
0
I-.
42 -
~ill
. - I-.-
-
J. ~27_ r
r.
:t=·
- OPO
.... L-
23 rl61
CP1
il--
~2
-DP2
I .4a -1
~ 7
-
F ... !:::: - 1~ I
CP3
ru 2 3 4 5
Minggu ke
Gambar 1. Proses perkecambahan biji-biji jenis pasak bumi dengan perlakuan
penundaan pengecambahan biji.
7
Berdasarkan pengamatan perkecambahan biji pasak bumi yang digambarkan
pada Gambar 1 menunjukkan bahwa biji jenis pasak bumi dalam proses
perkecambahannya diawali dengan keluamya akar dilanjutkan tumbuh tunas
yang kotiledonya tidak terangkat, perkecambahan ini disebut perkecambahan
hipogeal (Hamidin, 1983).
Biji pasak bumi dengan perlakuan Po (langsung dikecambahkan) biji mulai
berkecambah pada hari ke 22 dan berakhir pada hari ke 44 sedang perlakuan P 1
Keterangan (Remark) : ns = Tidak berbeda nyata (non significant) ** = berbeda sangat nyata (Hight sign~ficant).
Dan uji BNT yang disajikan dalam T abel 2 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan Po,dan P3
berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya. Hasil yang terlama selama berkecambahnya
biji yaitu dengan perlakuan P0 dan tercepat P3. Sedangkan perlakuan P1 dan Pz tidak berbeda
nyata
Tabel 2. Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) rataan Kecepatan Berkecambah biji Jenis pasak
bumi (Eurycoma sp) dengan perlakuan penundaan pengecambahan di rumah kaca
Balai Besar Penelitia Dipterokarpa Samarinda
Rataan Kecepatan Berkecambah (Han)
PO 35.44 a P1 30.86 b P2 29.57 b P3 I 25.67 I c
Keterangan (remark): Nilai yang mempunyai huruf yang sama tidak berbeda nyata pada tarat 5%. (the values included by the same letter are not significantly differetnt at 5%)
10
3. Daya Kecambah
Data rata-rata daya kecambah biji pasak bumi dengan perlakuan penundaan
pengecambahan biji digambarkan pada Gambar 3.
~ ~
" .c E " il lC
!J. " 0
Daya Kecambah biji jenis pasak bumi {Eurycoma sp)
100.0
60.0
40.0
20.0
0.0 PO
CRataan Oaya Kecambah (%)
P1 P2
Perlakuan
P3
Gam bar 3. Rata-rata Daya Kecambah biji-biji jenis pasak bumi dengan perlakuan
penundaan pengecambahan biji di persemaian
Gambar 3 menunjukkan bahwa rata-rata daya kecambah biji jenis pasak bumi dengan
perlakuan penundaan pengecambahan secara keseluruhan sebesar 85%. Menunjukkan
daya kecambah yang c'ukup tinggi berbeda dengan pendapat Rayan (1996) menyebutkan
bahwa daya kecambah cukup rendah yaitu 31 % Hal ini karena rendahnya daya
kecambah tersebut disebabkan biji yang dikecambahkan kemungkinan tersimpan lebih
dari satu bulan dan bijinya tidak disortir terlebih dahulu. Dan perlakuan penundaan
pengecambahan dengan terinci yaitu: Po, P1, P2, dan PJ menghasilkan daya kecambah
berurutan masing-masing 100%, 84,2%, 80% dan 75,8%. Makin lama disimpan benih
pasak bumi semakin menurun daya kecambahnya, Kemungkinan benih ini tidak dapat
disimpan lebih lama lagi sesuai dengan pendapat Sony (1992) menyebutkan bahwa biji
pasak bumi tidak tahan lama disimpan.
11
Hasil analisis keragaman rataan daya kecambah biji jenis pasak bumi dengan per1akuan
penundaan pengecambahan dapat dilihat pada T abel 3. Dalam T abel 3 terlihat bahwa
pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap daya kecambah biji jenis tersebut di atas
berpengaruh sangat nyata
Tabel 3. Hasil uji beda nyata rata-rata Daya Kecambah Biji Pasak Bumi (Eurycoma sp) dengan perlakuan penundaan pengecambahan di rumah kaca B2PD Samarinda.
Sumber Keragaman DB JK KT Frut Ftabel (F tablcj_ Source of variation DF ss MS Fcal 5%
Keterangan (Remark) : ns = Tidak berbeda nyata (non significant) ** = berbeda sangat nyata (Hight significant).
Dari uji BNT yang disajikan dalam Tabel 4 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan Po
dan P1 tidak berbeda nyata. Begitu juga dengan perlakuan P1, P2 dan P3 tetapi petlakuan
Po berbeda sangat nyata dengan perlakuan P2 dan PJ. Hasil yang terbaik yaitu dengan
perlakuan Po disusul dengan perlakuan P1, P2 dan P3.
Tabel 4. Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) rataan Oaya Kecambah biji Jenis pasak bumi
(Eurycoma sp) dengan perlakuan penundaan pengecambahan di rumah kaca Balai
Besar Penelitia Dipterokarpa Samarinda
Perlakuan Rataan Daya Kecambah (%) (TreatmenQ BNT (LSD) (0.01)
PO 100 a P1 84.17 ab P2 80 b P3 75.83 b
Keterangan (remark): Nilai yang mempunyai huruf yang sam a tidak berbeda nyata pad a taraf 5%. (the values included by the same letter are not significantly differetnt at 5%)
12
1% 6.99
6.99
B. Penanaman jenis pasak bumi
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan penanaman jenis pasak bumi, hasil yang dapat
dieapai adalah informasi data awal pengukuran tinggi dan diameter jenis tersebut di
atas, yang disajikan dalam Table 5.
Tabel 5 Data rata-rata pengukuran awal jenis tanaman pasak bumi dengan
perlakuan pemberian pupuk dasar dengan serasah atau pupuk kandang
ayam di KHDTK Samboja.
Data rataan tinggi pengukuran awal (em)
Perlakuan( TreatmenQ Ulangan (Replication)
1 2 3 4 5 6
To 14,05 13,05 12,63 13,36 12,93 13,82
T1 12,93 12,97 11 ,30 14,61 12,69 14,09
T2 12,40 14,91 13.63 12,45 15,61 11,58
Data rataan Diameter pengukuran awal (em)
Perlakuan( TreatmenQ Ulangan (Replication)
1 2 3 4 5 6
To 0,26 0,18 0,21 0,19 0,17 0,21
T1 0,23 0,24 0,20 0,23 0,16 0,23
T2 0,18 0,25 0,23 0,17 0,29 0,18
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa data rata-rata tinngi awal berkisar antara
11,30 em dan 14,91 em dengan rata-rata diameter berkisar antara 0,17 em dan
0,19 em. yang akan datang data ini dengan berjalannya waktu dapat dijadikan
untuk mengetahui pertumbuhan dari tanaman pasak bumi yang ditanam dimasa
yang akan datang.
13
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
• Proses perkecambahan biji pasak bumi perlakuan P0, P1 dan P2 memertukan
waktu tiga minggu sedangkan pertakuan P3 memertukan waktu 5 minggu. Dan
semua pertakuan memghasilkan rata-rata jumlah biji yang berkecambah selama
dalam proses perkecambahan membentuk grafik parabola.
• Kecepatan berkecambah biji pasak bumi makin lama dikecambahkan semakin
singkat kecepatan berkecambahnya. Pertakuan penundaan pengecambahan
yang diberikan terhadap perkecambahan biji jenis pasak bumi berbeda sangat
nyata.
• Daya kecambah biji jenis pasak bumi makin cepat dikecambahkan semakin
besar persentase kecambahnya. Setelah dianalisa statistik pertakuan penundaan
pengecambahan berpengaruh sangat nyata, dan hasil daya kecambah terbesar
adalah yang langsung dikecambahkan disusul penundaan pengecambahan 1 0
hari, 20 hari dan 30 hari.
• Bibit hasil perkecambahan tersebut di atas baru ditanam dan belum diketahui
pertumbuhannya
SARAN
• Dalam mengecambahkan biji pasak bumi disarankan setelah memperoleh biji
segera dikecambahkan tidak boleh menunda-nunda atau lebih cepat lebih baik,
• Untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan tanaman obat pasak bumi
disarankan untuk melanjutkan penelitian ini beberapa tahun kedepan hingga
tanaman berbuah.
14
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1983. Hasil Hutan lkutan. Direktorat Jenderal Kehutanan. Departemen
Pertanian. Jakarta.
Ashton, P .. S 1983. Dipterocarpaceae. Flora Malesiana Ser. I Vol.9. (2), 237-552.
Guntavid, J. P., L. C. J. Julaihi and Supar diyono. 1997. Etnnobotany dalam ITTO
Borneo Biodiversity Expedition 1997 ScientificReport (Eds. Kuswanda, M. Chai &
I. N. S. Jaya) Yokohama, Collaboration between Governments of Indonesia &
Malaysia & International Tropical Timber Organization (ITTO).
Hamidin, E,. 1983. Pedoman Teknologi Biji. PT Pembimbing Masa. Jakarta Hanafiah, K. A. 1991. Rancangan Percobaan. T eori & Aplikasi. F akultas Pertanian
Universitas Sriwijaya Palembang. Jakarta.
Heyne, 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Diterbitkan oleh Badan Litbang
Kehutanan, Depertemen Kehutanan Jakarta.
Ilona, M. , 2003. Analisys, ldentifikasi dan Karakteristik Tumbuhan obat di Hutan
Pendidikan Hampangen Universitas Palangkaraya Kalimantan Tengah. (Tesis)
Program Pascasa~ana Universitas Mulawanman.
Jatar Sidik, 1987. Potensi tumbuhan hutan (Pohon) Penghasil Obat Tradisional.
Presiding. Diskusi Pemanfaatan Kayu Kurang Dikenal, 13-14 Januari 1987.
Kessler & Sidiyasa, 1994. Trees of the Balikpapan - Samarinda Area, East Kalimantan
Indonesia A. Manual to 280 selected species. Tropenbos. Series 7.
Kochummen, K.H. 1972. Simarubaceae. Tree Flora of Malaya. A Manual For Forester.
Vol. II Forest Departement Ministry of Primary Industries Malaysia.
Leaman, D. J., R. Jusuf dan H. Sangat Reomantyo, 1991. Kenyah Dayak Medicines,
Jakarta, World Wide Fund for Nature Indonesia Programme.
Noorhidayah & K. Sidiyasa, 2005. Keanekaragaman Tumbuhan berkhasiat obat di
Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
2(2) : 115-128.
Rahmanto, GH. dan Yusliansyah. 1998. Beberapa Hasil Penelitian Berkaitan dengan
Hasil Hutan Bukan Kayu di BPK Samarinda. Samarinda.
Rahayu, Y.D., 2005. Kajian Potensi Tumbuhan Obat di Kawasan Malinau Research
Forest (MRF) CIFOR Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur. (Tesis) Program
Pascasa~ana Universitas Mulawanman.
15
Rayan, 1996. Pasak Bumi (Eurycoma sp) Tanaman Obat Tradisional Yang perlu
diperhatikan. Prosiding Ekpose Hasii-Hasil dan Program penelitian dan
pengembangan Kehutanan Wilayah Kalimantan. Samarinda, Indonesia.
Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. 1990. Perlakuan pendahuluan Benih Cendana
(Santalum album LINN) Dengan air (H20), Asam Giberelin (GA3) dan Asam
Sulfat (H2S04) Bogor.
Sony, NS. 1992.Trubus 272-TH XXIII-Juli 1992. Tanaman Obat. Pasak Bumi di
Australia dan Diskripsi Pasak Bumi. Jakarta
Steel R.G.D & J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik Suatu Pendekatan
Biometrik. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Supardi, R., 1971. Apotik Hijau. Tumbuhan Obat-obatan. Diterbitkan oleh BPU
Perhutan Jakarta.
Wijayakusuma, HM., 1995. Indonesia Berpeluang Jadi Tanaman Obat di Dunia Koran
Harian Pelita 5 Desember 1995.
Yusliansyah. 1994. Studi Hasil Hutan Bukan Kayu di Daerah Pedalaman Mahakam,
Kalimantan Timur. Jurnal Wanatrop. Vol. 7 No. 2. 1994.
16
Lampiran: Foto-foto kegiatan Penelitian BL~IDAYA TUMBUHAN OBAT JENIS PASAK BUMI (Eurycoma sp) PADA EKOSISTIM HUT AN
DIPTEROCARPACEAE
Gam bar 1. Tumbuhan pasak bumi berbuah yang sudah siap untuk dipetik atau dipanen
1 Gambar 2. Proses penangan benih pasak bumi dari hasil pemetikan, pembersihan kulit dan
daging buah penyortiran dengan merendam di air dan yang terapun dibuang sampaibenih siap dikecambahkan
Gambar 3. Proses pembibitan tum buhan jenis pasak bumi mulai dari pengecambahan benih di persemaian.
Gam bar 4. Bibit jenis pasak bumi di persemaian yang akan di tanam di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja.
Gam bar 5. Bibit jenis pasak bumi di persemaian dimuat kedalam kantong plastik yang akan di tanam di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja.
Gambar 6. Persiapan lahan untuk penanaman tumbuhan obat pasak bumi di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja.
Gambar 7. Penanaman tumbuhan obat pasak bumi di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja.
"' Gambar 8. Pengukuran awal tanaman obat pasak bumi di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja~