HUBUNGAN PREEKLAMPSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD BENGKALIS SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran FATHI ZAHRA NIM : 03010102 UNIVERSITAS TRISAKTI FAKULTAS KEDOKTERAN JAKARTA, AGUSTUS 2013
HUBUNGAN PREEKLAMPSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD BENGKALIS
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran
FATHI ZAHRA
NIM : 03010102
UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS KEDOKTERAN
JAKARTA, AGUSTUS 2013
Bidang Ilmu : Klinik
SKRIPSI
HUBUNGAN PREEKLAMPSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD BENGKALIS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran
FATHI ZAHRA, 03010102
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA,AGUSTUS 2013
PERSETUJUAN
Skripsi
HUBUNGAN PREEKLAMPSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD BENGKALIS
Nama mahasiswa : FATHI ZAHRA
NIM 03010102
Telah disetujui untuk diuji dihadapan
Tim Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Pada Hari . , Tanggal . 2014
Pembimbing
dr. Sutopo Widjaja, MS
PENGESAHAN SKRIPSI
HUBUNGAN PREEKLAMPSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD BENGKALIS
Nama mahasiswa : FATHI ZAHRA
NIM 03010102
Telah diuji dan disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Pada Hari ................, Tanggal .............. 2014
Pembimbing
Nama: .......................................................................
NIK: ..................................
Penguji 1
Nama: .......................................................................
NIK: ..................................
Penguji 2
Nama: .......................................................................
NIK: ..................................
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama:Fathi Zahra
NIM:03010102
Program Studi:Pendidikan Dokter Umum
Alamat Korespondensi:Jl. P. Diponegoro gg.Pala no.7A Dumai, Riau
Telepon / mobile:082112699164
E-mail:[email protected]
Judul Skripsi:Hubungan Preeklampsia dengan Berat Badan Lahir Rendah di RSUD Bengkalis
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya ilmiah saya sendiri. Skripsi ini belum pernah diajukan sebagai suatu karya ilmiah untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan SK permendiknas No. 17 tahun 2010 tentang pencegahan dan penanggulangan plagiat di perguruan tinggi.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, agar dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Jakarta, 24 Juli 2013
FATHI ZAHRA
NIM 03010102
KATA PENGANTAR
Peneliti mengucapkan syukur atas berkat Rahmat dan Ridho Allah SWT peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Preeklampsia dengan Berat Badan Lahir Rendah di RSUD Bengkalis. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.
Peneliti menyadari sangat sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan terima kasih kepada dr. Suriptiastuti, DAP&E, MS, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti yang telah berjasa memberikan bantuan baik berupa fasilitas dan berbagai sarana lainnya demi kelancaran proses pembuatan skripsi; dr. Sutopo Widjaja, MS, dosen pembimbing yang telah berjasa memberikan bimbingan, petunjuk, kritikan dan saran dengan penuh bijaksana, kesabaran dan tanggung jawab sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan; Prof.DR.Dr.Moeslichan.M.Z.Sp.A(K) dan dr.Rose,Sp.M,M.Sc sebagai dosen penguji proposal skripsi yang juga memberikan bimbingan, petunjuk, kritikan dan saran; Prof.DR.Dr.Adi Hidayat, MS; tim penguji skripsi; seluruh staff bagian Obstetri dan Ginekologi, staff departemen Anak, dan staff bagian rekam medis RSUD Bengkalis yang telah membantu dalam proses penelitian; orang tua, keluarga, dan para sahabat yang selama ini terus memberikan dorongan dan semangat untuk menyelesaikan penelitian ini.
Peneliti berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik untuk pendidikan maupun penerapan dalam kehidupan.
Jakarta, 24 Juli 2013
Fathi Zahra
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI DAN DEKANiii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN iv
KATA PENGANTAR ................................................................................v
DAFTAR ISI ..................................................................vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
DAFTAR ARTI SINGKATAN ....................................................xii
ABSTRAK BAHASA INDONESIA xiii
ABSTRAK BAHASA INGGRIS xiv
BAB 1PENDAHULUAN ................................................................1
1.1Latar belakang .......................................1
1.2Perumusan masalah .........................................2
1.3Tujuan penelitian................................................2
1.3.1 Tujuan umum 2
1.3.2 Tujuan khusus3
1.4Hipotesis .....................3
1.5Manfaat penelitian................................3
1.5.1Manfaat untuk ilmu pengetahuan...........................3
1.5.2Manfaat untuk profesi...............................3
1.5.3Manfaat untuk masyarakat ......................................3
BAB IITINJAUAN DAN RINGKASAN PUSTAKA.....4
2.1Berat badan lahir rendah 4
2.1.1Bayi prematur 4
2.1.2Bayi kecil untuk masa kehamilan .........................4
2.2Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan lahir.......5
2.2.1 Faktor ibu5
2.2.2 Faktor janin6
2.3 Preeklampsia6
2.3.1 Epidemiologi7
2.3.2 Etiologi dan patofisiologi preeklampsia8
2.3.3 Faktor risiko11
2.3.4 Klasifikasi preeklampsia12
2.4 Ringkasan pustaka13
BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL16
3.1Kerangka konsep16
3.2Definisi operasional ..............16
BAB IVMETODE .................................................................19
4.1Desain penelitian ........................19
4.2Lokasi dan waktu penelitian ......................19
4.3Populasi dan sampel penelitian ..............................19
4.4Bahan dan instrumen penelitian 21
4.5Analisis data 22
4.5.1 Analisis univariat22
4.5.2Analisis bivariat23
4.6Alur kerja penelitian 23
4.7Etika penelitian 24
4.8 Penjadwalan penelitian25
BAB VHASIL
5.1 Data umum 26
5.2 Data khusus 26
BAB VIPEMBAHASAN
6.1Analisis univariat30
6.1.1 Gambaran karakteristik responden 30
6.2Analisis bivariat31
6.2.1 Hubungan preeklampsia dengan kejadian BBLR 31
6.2.2 Hubungan usia ibu saat hamil dengan BBLR32
6.2.3 Hubungan riwayat paritas dengan BBLR 33
BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan 34
7.2 Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 35
LAMPIRAN .37
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Ringkasan pustaka .. 14
Tabel 2. Definisi operasional. 17
Tabel 3. Persentase data karakteristik 220 ibu bersalin26
Tabel 4. Persentase berat badan lahir bayi pada 220 ibu di RSUD Bengkalis tahun 201227
Tabel 5. Berat badan lahir bayi berdasarkan status preeklampsia pada 220 ibu di RSUD Bengkalis27
Tabel 6. Berat badan lahir bayi berdasarkan usia ibu saat hamil pada 220 ibu di RSUD Bengkalis28
Tabel 7. Berat badan lahir bayi berdasarkan riwayat paritas pada 220 ibu di RSUD Bengkalis29
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka konsep .. 16
Gambar 2. Alur kerja penelitian . 24
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Formulir persetujuan etik riset 37
Lampiran 2. Surat keterangan penelitian 38
Lampiran 3. Tabel perhitungan statistik 39
DAFTAR ARTI SINGKATAN
BBLR: Berat Badan Lahir Rendah
RSUD: Rumah Sakit Umum Daerah
WHO: World Health Organization
IUGR: Intrauterine Growth Restriction
IMT: Indeks Massa Tubuh
HLA-G : Human Leukocyte Antigen Protein G
HELLP: Hemolysis, Elevated Liver Enzym, Low Platelets
ABSTRAK
Hubungan preeklampsia dengan berat badan lahir rendah di RSUD Bengkalis
LATAR BELAKANG
Pertumbuhan janin merupakan sebuah proses kompleks yang dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya peranan nutrisi feto-maternal melalui aliran utero-plasenta. Adanya gangguan atau penurunan perfusi utero-plasenta seperti yang terjadi pada preeklampsia dapat mempengaruhi pertumbuhan janin. Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan keterkaitan antara preeklampsia dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk memahami pengaruh preeklampsia terhadap BBLR.
METODE
Penelitian menggunakan studi analitik observasional dengan desain Cross-sectional yang menganalisis 220 data persalinan ibu di RSUD Bengkalis, Riau pada Januari-Desember 2012. Data diambil dalam bentuk lembaran rekam medik pasien yang meliputi usia, riwayat paritas, kejadian preeklampsia, dan berat badan lahir bayi. Analisis data dengan menggunakan SPSS for Windows versi 17.0.
HASIL
Hasil menunjukkan dari 220 data ibu bersalin, 88 ibu menderita preeklampsia (40,0%), 52 orang ibu masuk dalam kategori usia yang berisiko tinggi (23,6%), dan 24 orang ibu yang memiliki riwayat paritas tinggi (10,9%). Dari 220 data tersebut, 32 ibu melahirkan bayi dengan BBLR, 21 diantaranya dilahirkan dari ibu dengan preeklampsia. Analisis Chi-Square menunjukkan dari data karakteristik ibu yang diteliti, terdapat hubungan yang bermakna antara preeklampsia dengan kejadian BBLR (p=0,001).
KESIMPULAN
Penelitian ini menunjukkan meskipun sebagian besar ibu dengan preeklampsia melahirkan bayi dengan berat lahir normal, namun terdapat hubungan yang bermakna antara preeklampsia dengan BBLR.
Kata kunci: BBLR, Preeklampsia, Usia ibu hamil, Riwayat paritas
ABSTRACT
The correlation of preeclampsia and low birth weight in RSUD Bengkalis
BACKGROUND
Fetal growth is a complex process that is influenced by various factors, one of them is the role of feto-maternal nutrition through the utero-placental flow. Disruption or reduction in utero-placental perfusion as occurs in preeclampsia may affect fetal growth. Several studies indicate a difference in results between preeclampsia and low birth weight(LBW). Therefore, a study was conducted to understand the effect of preeclampsia on LBW.
METHODS
Research using observational analytic study with cross-sectional design that analyzed 220 data of maternal in RSUD Bengkalis, Riau in January-December 2012. The data is taken in medical records include age, parity, preeclampsia and birth weight. Data analysis was performed using SPSS for Windows release 17.0.
RESULTS
Results showed that 88 mothers suffer from preeclampsia (40.0 %), 52 mothers in the category of high-risk age(23.6 %), and 24 mothers who had a history of high parity(10.9 %) of 220 mothers. From this data, 32 mothers gave birth to babies with low birth weight, 21 of them were born to preeclamptic-mothers. Chi-square results showed that among maternal characteristics studied, there is a significant correlation between preeclampsia with low birth weight(p = 0.001).
CONCLUSION
This study showed the majority of mothers with preeclampsia gave birth to babies with normal birth weight, but there is a significant correlation between preeclampsia and LBW .
Keywords : LBW, preeclampsia, maternal age, parity
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berat badan lahir rendah (BBLR) masih menjadi masalah utama yang mempengaruhi kesehatan dan kelangsungan hidup bayi di Negara maju dan berkembang.1 Menurut Badan Kesehatan dunia (WHO), angka kematian perinatal pada bayi dengan BBLR sangat tinggi dibandingkan dengan angka kematian perinatal pada bayi dengan berat badan lahir normal.2
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 di Indonesia diperoleh angka kejadian BBLR sebesar 11,1%.3,4 Sedangkan data bayi BBLR di Riau menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Riau tahun 2011, diketahui 1,6 % (2.113 kasus) bayi lahir dengan berat badan rendah dari 131.908 bayi lahir hidup.5
Berat badan lahir rendah terkait dengan pertumbuhan janin terhambat dan kelahiran prematur. Pertumbuhan janin merupakan proses kompleks yang dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya nutrisi feto-maternal melalui aliran utero-plasenta.1 Adanya gangguan atau penurunan perfusi utero-plasenta seperti yang terjadi pada preeklampsia, yaitu komplikasi yang sering terjadi pada kehamilan, akan mempengaruhi pertumbuhan janin.6
Preeklampsia ditandai dengan peningkatan tekanan darah disertai proteinuria pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengalami hipertensi.7,8 Pengaruh yang ditimbulkannya merupakan masalah yang banyak menentukan keselamatan atau kesejahteraan ibu dan janin yang dikandungnya.9 Karena risiko ini, pada banyak kasus bayi dilahirkan lebih awal sebelum kehamilan 37 minggu, sehingga prematuritas juga akan mempengaruhi pertumbuhan janin.7
Kasus preeklampsia dengan BBLR juga telah dilaporkan di Kab. Cilacap berdasarkan data Dinas Kesehatan Kab. Cilacap 2004, jumlah kelahiran dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 414 per 1000 kelahiran hidup dan jumlah kematian neonatal sebanyak 243 kasus. Dari 243 kasus kematian neonatal, diketahui sebanyak 81 kasus disebabkan oleh preeklampsia dan eklampsia.10
Penyebab preeklampsia sampai saat ini masih belum dapat diketahui secara pasti sehingga preeklampsia disebut sebagai the disease of theories.11 Preeklampsia sering terjadi pada wanita dengan kehamilan pertama, kehamilan kembar, Pregnancy-induced Hypertension pada kehamilan sebelumnya dan juga pada wanita yang mempunyai hipertensi kronis.7
Beberapa hal yang sering ditemukan pada bayi dari ibu dengan preeklampsia antara lain kelahiran prematur (1567%), pertumbuhan janin yang terhambat (1025%), cedera hipoksianeurologik (0,57kg/minggu.16
2.3.1 Epidemiologi
Setiap tahun di seluruh dunia, lebih dari empat juta wanita menderita pre-klampsia dan sekitar 100.000 wanita akan mengalami kejang eklampsia dengan lebih dari 90% terjadi di negara berkembang. Preeklampsia merupakan penyulit 2-3% dari seluruh kehamilan (5-7% pada wanita nulipara) dan 2% wanita dengan preeklampsia akan berkembang menjadi eklampsia.7
Menurut data di rumah sakit Cipto Mangunkusumo ditemukan 400-500 kasus preeklampsia/4000 5000 persalinan per tahun.17 Sedangkan di RSUP dr Kariadi Semarang pada tahun 2004 terdapat 227 kasus preeklampsia berat pada kehamilan. Sebagian besar cara persalinan dilakukan dengan seksio sesaria (33,9%) dan ekstraksi vakum (30,4%).11
2.3.2Etiologi dan patofisiologi preeklampsia
Etiologi dan patofisiologi preeklampsia belum diketahui secara jelas. Beberapa teori yang berkaitan dengan terjadinya Preeklampsia antara lain:
a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut menembus miometrium berupa arteri arkuata dan arteri arkuata memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis dan arteri basalis memberi cabang arteri spiralis.16
Pada kehamilan normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis ini memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan aliran darah pada daerah uteroplasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini dinamakan remodeling arteri spiralis.16
Pada preeklampsia tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi, dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.16
Diameter rata-rata arteri spiralis pada kehamilan normal adalah 500 mikron, sedangkan pada preeklampsia rata-rata 200 mikron. Pada kehamilan normal vasodilatasi lumen arteri spiralis dapat meningkatkan 10 kali aliran darah ke utero- plasenta.16
b. Teori Iskemia Plasenta, Radikal Bebas, dan Disfungsi Endotel
Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas
Telah dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada preeklampsia terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis, dengan akibat plasenta mengalami iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan (disebut juga radikal bebas). Oksidan atau radikal bebas adalah senyawa penerima elektron atau atom/molekul yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan. Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Sebenarnya produksi oksidan pada manusia adalah suatu proses yang normal, karena oksidan dibutuhkan untuk perlindungan tubuh, namun radikal hidroksil akan merusak membran sel, yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan merusak membran sel, juga akan merusak nukleus, dan protein sel endotel.16
Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan
Pada preeklampsia telah terbukti bahwa kadar oksidan, khususnya peroksida lemak meningkat, sedangkan antioksidan, misal vitamin E pada preeklampsia menurun, sehingga terjadi dominasi kadar oksidan peroksida lemak. Peroksida lemak sebagai oksidan/radikal bebas yang sangat toksis ini akan beredar diseluruh tubuh dalam aliran darah dan akan merusak membran sel endotel. Membran sel endotel lebih mudah mengalami kerusakan oleh peroksida lemak, karena letaknya langsung berhubungan dengan aliran darah dan mengandung banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan terhadap oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah menjadi peroksida lemak.16
Disfungsi sel endotel
Akibat sel endotel terpapar peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel endotel, yang dimulai dari membran sel endotel. Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut disfungsi endotel. Pada saat ini akan terjadi :
Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi sel endotel adalah memproduksi prostaglandin, sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (vasodilator kuat)
Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi trombosit akan memproduksi tromboksan (vasokonstriktor kuat).
Perubahan khas pada sel endotel kapilar glomerulus
Peningkatan permeabilitas kapiler.
Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, yaitu endotelin (vasokonstriktor).
Peningkatan faktor koagulasi.16
c. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Pada kehamilan normal, respons imun ibu tidak menolak adanya hasil konsepsi yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human leukocyte antigen protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam modulasi respons imun. Adanya HLA-G pada plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel Natural Killer (NK) ibu.16
Pada preeklampsia, terjadi penurunan ekspresi HLA-G. Berkurangnya HLA-G di desidua daerah plasenta, menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga memudahkan terjadinya dilatasi arteri spiralis. HLA-G juga merangsang produksi sitikon, sehingga memudahkan terjadinya reaksi inflamasi.16
d. Teori adaptasi kardiovaskular
Pada kehamilan normal, pembuluh darah refrakter atau tidak peka terhadap rangsangan bahan vasopresor akibat dilindungi oleh adanya sintesis prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Sedangkan pada preeklampsia,terjadi kehilangan daya refrakter terhadap bahan vasokonstriktor dan peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor. Peningkatan kepekaan ini yang akan menimbulkan terjadinya hipertensi dalam kehamilan.16
e. Teori inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Pada kehamilan normal, jumlah debris trofoblas masih dalam batas wajar, sehingga reaksi inflamasi juga masih dalam batas normal. Berbeda dengan proses apoptosis pada preeklampsia, terjadi peningkatan stress oksidatif, sehingga produksi debris apoptosis dan nekrotik trofoblas juga meningkat. Semakin banyak sel trofoblas plasenta, misalnya pada plasenta besar, pada kehamilan ganda, maka reaksi stress oksidatif akan sangat meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofoblas juga semakin meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi jauh lebih besar, dibanding reaksi inflamasi pada kehamilan normal. Respons inflamasi ini akan mengaktifasi sel endotel, dan sel-sel makrofag/granulosit, sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala preeklampsia pada ibu.16
2.3.3Faktor risiko
Faktor risiko yang berperan pada preeklampsia dapat diklasifikasikan menjadi faktor risiko umum dan penyakit yang berhubungan dengan terjadinya preeklampsia. Faktor risiko umum yang berperan seperti primigravida, usia ibu 35 tahun, status sosioekonomi yang rendah, dan kehamilan ganda. Sedangkan penyakit yang berhubungan dengan terjadinya preeklampsia seperti obesitas, hipertensi kronik, penyakit ginjal, trombofilia, diabetes gestasional, dan Systemic Lupus Erythematosus.18
2.3.4Klasifikasi preeklampsia
Berdasarkan gejala klinik, preeklampsia dapat dibagi menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat.
a. Preeklampsia ringan
Preeklampsia ringan adalah suatu sindrom spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.16
Diagnosis preeklampsia ringan ditegakkan bila timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu dengan ketentuan sebagai berikut:
- Hipertensi : Tekanan sistolik/diastolik 140/90 mmHg.
- Proteinuria: 300 mg/24 jam atau 1+ dipstick.
- Edema: edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia, kecuali edema pada lengan, muka dan perut, serta edema generalisata.16
b. Preeklampsia berat
Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah 160/110 mmHg, disertai proteinuria > 5 g/24 jam.16
Diagnosis preeklampsia berat ditegakkan bila ditemukan salah satu atau lebih gejala sebagai berikut:
- Tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 110mmHg.
- Proteinuria > 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.
- Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500cc/24jam.
- Kenaikan kadar kreatinin plasma.
- Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan pandangan kabur.
- Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen.
- Edema paru-paru dan sianosis.
- Hemolisis mikroangiopatik.
- Trombositopenia berat: 37 minggu
2. Kehamilan tunggal
Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian adalah sebagai berikut :
1. Ibu yang mengalami komplikasi kehamilan seperti perdarahan antepartum.
2. Ibu yang memiliki riwayat penyakit sistemik sebelum kehamilan seperti diabetes mellitus, kelainan jantung, penyakit ginjal dan anemia berat.
3. Ibu dengan diabetes gestasional.
Besar sampel pada penelitian ini ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Sampel Infinit :
n = (1,96)2 (0,111)(0,889)
(0,05)2
= 151,6 dibulatkan menjadi 152.
Keterangan :
n = besar sampel
= tingkat kemaknaan, ditetapkan sebesar 5%. Untuk nilai sebesar 5%, nilai Z (derajat kesalahan) adalah 1,96
P =proporsi kejadian BBLR di Indonesia ditetapkan sebesar 11,1% berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar.
Q = Perkiraan jumlah bayi dengan berat badan lahir normal, didapatkan dari 1-P
d = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki, ditetapkan sebesar 5%
Sampel finit :
= 152
1 + (152/196)
=85,6 dibulatkan menjadi 86
Jadi, sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah minimal 86 sampel.
Keterangan :
N = Besar Populasi, yang ditetapkan sebesar 196 dari data rekam medik RSUD Bengkalis
n= Besar Sampel
4.4 Bahan dan instrument penelitian
Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan berupa data sekunder, yaitu data rekam medik di RSUD Bengkalis pada Januari - Desember 2012.
Data sekunder pada penelitian ini terdiri dari :
1. Data mengenai jumlah ibu hamil yang melakukan persalinan di RSUD Bengkalis.
2. Data karakteristik ibu, yaitu usia, riwayat paritas, dan preeklampsia.
3. Data berat badan lahir bayi.
Data yang telah dikumpulkan, dilakukan pengolahan data dengan menggunakan komputer melalui tahapan sebagai berikut :
1. Editing
Dalam tahap ini data yang dikumpulkan dilakukan pengecekan terhadap kelengkapannya.
2. Coding
Yaitu melakukan pengkodean terhadap beberapa variabel yang akan diteliti. Coding mempermudah pada saat analisa data dan entry data.
3. Processing
Processing dilakukan dengan cara memindahkan data dari data rekam medik ke paket komputer dengan menggunakan program SPSS (Statistical For Social Science ) versi 17.0.
4. Cleaning
Yaitu Pembersihan data, yang merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan, karena kesalahan dapat terjadi saat memindahkan data pada komputer.
4.5 Analisis data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat.
4.5.1 Analisis univariat
Analisis univariat digunakan untuk melihat penyajian distribusi frekuensi dari seluruh data yang diteliti. Data yang diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi berdasarkan masing-masing variabel untuk persentase.
Persentase distribusi frekuensi masing-masing variabel dihitung dengan memakai rumus sebagai berikut:
%
100
=
n
x
f
Keterangan :
f = frekuensi
x= jumlah yang didapat (variabel yang diteliti)
n= jumlah populasi
4.5.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung. Dalam penelitian ini dilakukan analisis data dengan menggunakan uji Chi-square karena variabel bebas dan tergantung termasuk dalam jenis variabel kategorik.
Adapun rumus uji Chi Square adalah :
X2=
(
)
-
E
E
O
2
X2= Kai Kuadrat
O (Observed)= Nilai observasi
E (Expected)= Nilai harapan
Hasil akhir uji statistik adalah untuk mengetahui apakah keputusan uji Hipotesis ditolak atau diterima. Untuk menguji kemaknaan hubungan, digunakan tingkat kepercayaan 95 % dimana nilai p pada tingkat kepercayaan 95 % sebagai berikut:
a. P > 0,05 menunjukkan hasil tidak bermakna/ berhubungan (Hipotesis ditolak)
b. P < 0,05 menunjukkan hasil bermakna/ berhubungan (Hipotesis diterima).
4.6 Alur kerja penelitian
Alur kerja penelitian seperti pada gambar berikut:
Gambar 2. Alur kerja penelitian
4.7 Etika penelitian
Protokol dari penelitian ini telah memperoleh persetujuan dari Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti dan izin resmi dari pihak RSUD Bengkalis dengan mengajukan surat permohonan izin, kaji etik dan proposal penelitian sebelum penelitian terhadap data sekunder milik instansi dilakukan.
4.8 Penjadwalan Penelitian
Aktivitas penelitian ini secara keseluruhan dilaksanakan selama delapan bulan, sejak bulan Juni 2013 sampai dengan bulan Januari 2014
No
Tahapan Kegiatan
Waktu pelaksanaan
Jun
Jul
Agus
Sept
Okt
Nov
Des
Jan
1
Persiapan
2
Observasi
3
Pengumpulan data
4
Pengolahan dan analisis data
5
Konsultasi
BAB V
HASIL
5.1 Data Umum
Survei dilakukan pada 1552 data persalinan ibu tahun 2012 di Rumah Sakit Umum Daerah Bengkalis. Data persalinan yang termasuk kriteria inklusi,eksklusi dan dapat dianalisis sejumlah 220 buah data dalam bentuk lembaran rekam medis pasien.
5.2Data Khusus
Data karakteristik ibu dan bayi
Sebaran karakteristik ibu bersalin di RSUD Bengkalis tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Persentase data karakteristik 220 ibu bersalin
Karakteristik ibu
Kategori
Jumlah
Persentase
Usia ibu
Risiko tinggi
52
23,6
Risiko rendah
168
76,4
Riwayat paritas
rendah
196
89,1
tinggi
24
10,9
Menderita preeklampsia
Ya
88
40,0
tidak
132
60,0
Pada Tabel 3. diketahui bahwa ibu dengan kategori usia yang berisiko rendah (76,4%) lebih banyak dibandingkan ibu dengan kategori usia yang berisiko tinggi (23,6%) di RSUD Bengkalis. Begitu pula karakteristik ibu dengan riwayat paritas rendah (89,1%) lebih banyak dibandingkan ibu dengan riwayat paritas tinggi (10,9%) serta ibu yang tidak menderita preeklampsia (60,0%) juga lebih banyak dibandingkan ibu yang menderita preeklampsia (40,0%).
Sedangkan sebaran data pasien di RSUD Bengkalis tahun 2012 berdasarkan data berat badan lahir bayi dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Persentase berat badan lahir bayi pada 220 ibu di RSUD Bengkalis tahun 2012
Variabel
Kategori
Jumlah
Persentase
Berat Badan Lahir
Rendah
32
14,5
Normal
188
85,5
Pada Tabel 4. diketahui bahwa sebagian besar bayi lahir di RSUD Bengkalis (85,5%) mempunyai berat badan normal dan hanya 14,5% bayi lahir dengan berat badan lahir rendah.
Hubungan preeklampsia dengan kejadian BBLR
Untuk mengetahui adanya hubungan antara preeklampsia dengan kejadian BBLR dilakukan perhitungan statistik dan hasil dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Berat badan lahir bayi berdasarkan status preeklampsia pada 220 ibu di RSUD Bengkalis
Variabel
Kategori
Berat badan lahir bayi
Uji
Rendah
Normal
N
%
N
%
Preeklampsia
ya
21
9,5
67
30,5
Chi-Square (p = 0,001)
tidak
11
5,0
121
55,0
Pada Tabel 5. diketahui bahwa terdapat 21 bayi dengan berat badan lahir rendah dan 67 bayi dengan berat badan lahir normal pada ibu dengan preeklampsia. Sedangkan pada ibu yang tidak menderita preeklampsia didapatkan 11 bayi dengan berat badan lahir rendah dan 121 bayi dengan berat badan lahir normal. Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara preeklampsia dengan kejadian BBLR (p < 0,05).
Hubungan usia ibu saat hamil dengan kejadian BBLR
Untuk mengetahui adanya hubungan antara usia ibu saat hamil dengan kejadian BBLR dilakukan perhitungan statistik dan hasil dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Berat badan lahir bayi berdasarkan usia ibu saat hamil pada 220 ibu di RSUD Bengkalis
Variabel
Kategori
Berat badan lahir bayi
Uji
Rendah
Normal
N
%
N
%
Usia ibu
risiko tinggi
7
3,2
45
20,5
Chi-Square (p = 0,800)
risiko rendah
25
11,4
143
65,0
Pada Tabel 6. diketahui bahwa terdapat 7 bayi dengan berat badan lahir rendah dan 45 bayi dengan berat badan lahir normal pada ibu dengan kategori usia yang berisiko tinggi. Sedangkan pada ibu dengan kategori usia yang berisiko rendah didapatkan 25 bayi dengan berat badan lahir rendah dan 143 bayi dengan berat badan lahir normal. Tabel diatas menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara usia ibu saat hamil dengan kejadian BBLR (p > 0,05).
Hubungan riwayat paritas ibu dengan kejadian BBLR
Untuk mengetahui adanya hubungan antara riwayat paritas ibu dengan kejadian BBLR dilakukan perhitungan statistik dan hasil dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Berat badan lahir bayi berdasarkan riwayat paritas pada 220 ibu di RSUD Bengkalis
Variabel
Kategori
Berat badan lahir bayi
Uji
Rendah
Normal
N
%
N
%
Riwayat paritas
rendah
28
12,7
168
76,4
Fisher (p=0,760)
tinggi
4
1,8
20
9,1
Pada Tabel 7. diketahui bahwa terdapat 28 bayi dengan berat badan lahir rendah dan 168 bayi dengan berat badan lahir normal pada ibu dengan riwayat paritas rendah. Sedangkan pada ibu dengan riwayat paritas tinggi didapatkan 4 bayi dengan berat badan lahir rendah dan 20 bayi dengan berat badan lahir normal. Tabel diatas menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara riwayat paritas ibu dengan kejadian BBLR (p > 0,05).
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Analisis univariat
6.1.1 Gambaran karakteristik responden
Berdasarkan hasil penelitian, dari 220 ibu bersalin diantaranya ibu dengan kategori usia yang berisiko tinggi sebanyak 52 orang. Rerata usia ibu adalah 28,5 (18 44) dengan usia termuda adalah 18 tahun dan usia tertua adalah 44 tahun. Ibu dengan riwayat paritas tinggi 24 orang. Rerata riwayat paritas ibu adalah 1,0 (0-6), dengan riwayat paritas terendah adalah 0 dan riwayat paritas tertinggi adalah 6. Sedangkan ibu yang menderita preeklampsia sejumlah 88 orang, artinya pasien di RSUD Bengkalis yang tidak menderita preeklampsia lebih banyak daripada yang menderita preeklampsia.
Dari 220 ibu tersebut yang memiliki bayi dengan berat badan lahir rendah sejumlah 32 orang (14,5%). Rerata berat badan lahir bayi adalah 3000,0 (300-4600) dengan berat lahir terendah adalah 300 gram dan berat lahir tertinggi adalah 4600 gram, sehingga sebagian besar ibu di RSUD Bengkalis tahun 2012 melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal sejumlah 188 dari 220 ibu (85,5%). Terjadi peningkatan angka kejadian bayi dengan berat badan lahir normal pada ibu preeklampsia sebesar 21,7% apabila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arinda Aggana Raras di Semarang11 dan peningkatan sebesar 29,5 % dibandingkan penelitian yang dilakukan oleh Chappel LC23.
Dari 32 bayi BBLR, diantaranya 21 bayi dilahirkan dari ibu dengan preeklampsia.
6.2 Analisis bivariat
6.2.1 Hubungan preeklampsia dengan kejadian BBLR
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara preeklampsia dengan kejadian BBLR pada ibu di RSUD Bengkalis (nilai p = 0,001 pada uji Chi-Square).
Hasil penelitian ini dapat dijelaskan dengan teori kelainan vaskularisasi plasenta pada preeklampsia bahwa pada preeklampsia tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis, cabang dari arteri basalis yang memperdarahi endometrium, sehingga lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku, keras, dan tidak memungkinkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan vasodilatasi seperti pada kehamilan normal. Diameter arteri spiralis pada kehamilan normal adalah 500 mikron, sedangkan pada preeklampsia rata-rata 200 mikron. Sehingga terjadilah penurunan aliran darah uteroplasenta dan hipoksia serta iskemi plasenta.16
Penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Ching Ming-Liu dengan metode Case-Control di Taiwan didapatkan bahwa bayi dengan berat badan lahir rendah lebih sering ditemukan pada kelompok pasien dengan preeklampsia. Pada penelitian ini juga diketahui bahwa proteinuria yang terjadi pada pasien preeklampsia memainkan peranan terhadap kejadian komplikasi maternal dan bayi dengan berat badan lahir sangat rendah.24,25
Penelitian lain yang juga berkaitan ialah penelitian yang dilakukan oleh James M. Roberts dan C. Escudero, University of Pittsburgh,USA, menunjukkan bahwa akar permasalahan pada preeklampsia ialah plasenta. Adanya abnormalitas plasenta pada ibu preeklampsia yang menyebabkan berkurangnya perfusi oksigen ke janin dan paparan stres oksidatif terhadap endoplasma retikulum, sehingga menyebabkan perbedaan hasil penelitian yang bermakna antara ibu preeklampsia dengan ibu yang normal dalam hal kejadian pertumbuhan janin terhambat (Fetal Growth Restriction) yang nantinya akan mempengaruhi berat lahir.26-28
Penelitian terhadap preeklampsia dengan BBLR juga dilakukan di Indonesia dengan metode cross sectional di RSUP Dr Kariadi Semarang oleh Arinda Anggana Raras dengan perbedaan variabel dan metode penghitungan statistik, didapatkan bahwa preeklampsia mempengaruhi berat badan lahir bayi, namun sama halnya dengan penelitian ini bahwa sebagian besar pasien preeklampsia melahirkan bayi dengan berat badan >2500 gram (63,8%).11
Penelitian ini sekaligus menjawab pertanyaan dari penelitian yang dilakukan Svein Ramussen dan Lorentz M.Irgens yang melakukan penelitian terhadap ibu hamil dengan preeklampsia di Amerika. Pada penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa ibu dengan preeklampsia cenderung akan melahirkan preterm sehingga berat lahir bayi tentunya rendah.13 Hal yang sama juga dikemukakan pada penelitian oleh Xu Xiong bahwa ibu preeklampsia yang melahirkan bayi dengan BBLR sebagian besar dikarenakan persalinan preterm, sedangkan ibu preeklampsia dengan persalinan aterm melahirkan bayi dengan karakteristik berat lahir yang sama dengan ibu normal.21 Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan data ibu yang melakukan persalinan aterm dan didapatkan hubungan yang bermakna antara preeklampsia dengan kejadian BBLR.
Keterkaitan antara ibu preeklampsia dengan persalinan aterm juga diteliti oleh Arie Indrianto didapatkan hasil bahwa angka kejadian kelahiran aterm pada ibu preeklampsia adalah 74,5%.29 Akan tetapi hasil yang berbeda dilaporkan oleh Tuffnell dimana dari 1078 pasien preeklamsia berat sebagian besar (65,3%) lahir pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu.30 Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Chappell yang melaporkan bahwa 75% dari bayi yang lahir dilahirkan pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu.23
6.2.1 Hubungan usia ibu saat hamil dengan kejadian BBLR
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia ibu saat hamil dengan kejadian BBLR pada ibu di RSUD Bengkalis (nilai p = 0,800 pada uji Chi-Square).
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahardjo B di RSU Dr. Saiful Anwar Malang mengenai keterkaitan antara usia ibu dengan BBLR. Pada penelitian tersebut dikatakan bahwa ibu dengan usia terlalu muda, peredaran darah menuju serviks dan uterus masih belum sempurna sehingga hal ini dapat menganggu proses penyaluran nutrisi dari ibu ke janin.15 perbedaan hasil penelitian ini dapat dikarenakan perbedaan jumlah sampel.
Ibu dengan kategori usia yang berisiko rendah (76,4%) lebih banyak dibandingkan ibu dengan kategori usia yang berisiko tinggi (23,6%) di RSUD Bengkalis. Selain mempengaruhi validitas hasil, hal ini dapat menunjukkan bahwa adanya kesadaran masyarakat Bengkalis terhadap bahaya dan risiko hamil pada usia 35 tahun.
6.2.3 Hubungan riwayat paritas dengan kejadian BBLR
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat paritas dengan kejadian BBLR pada ibu di RSUD Bengkalis (nilai p=0,760 pada uji Fisher).
Hal ini juga bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahardjo B di RSU Dr. Saiful Anwar Malang didapatkan angka kejadian BBLR lebih sering terjadi pada ibu yang mempunyai riwayat paritas tinggi dibandingkan dengan ibu yang mempunyai riwayat paritas rendah oleh karena terdapatnya jaringan parut akibat kehamilan terdahulu sehingga perlekatan plasenta tidak adekuat yang menyebabkan penyaluran nutrisi dari ibu ke janin terhambat.15 perbedaan hasil penelitian ini juga dapat dikarenakan perbedaan jumlah sampel dan metode penelitian.
Kelemahan pada penelitian ini adalah beberapa data tidak jelas dan tidak lengkap sehingga mengurangi jumlah sampel yang dapat diteliti dari seluruh populasi di rumah sakit.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Angka kejadian preeklampsia di RSUD Bengkalis tahun 2012 sejumlah 88 (40%) dari 220 data persalinan.
2. Ibu dengan preeklampsia di RSUD Bengkalis tahun 2012 sebagian besar melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal (30,5%).
3. Dari 220 data persalinan, 32 ibu melahirkan bayi dengan BBLR, 21 diantaranya adalah ibu dengan preeklampsia.
4. Dari data karakteristik ibu saat hamil yang diteliti didapatkan hanya preeklampsia yang berhubungan dengan BBLR.
7.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian untuk membandingkan berat lahir bayi berdasarkan onset dan stage preeklampsia agar diketahui akar permasalahan pada ibu preeklampsia yang dapat mempengaruhi berat lahir.
DAFTAR PUSTAKA
1. Christian P. Micronutriens, birthweight and survival. Annu Rev Nutr 2010;30:83-104.
2. Goldenberg RL, Culhane JF. Low birth weight in the United States. Am J Clin Nutr 2007;85 Suppl:S58490.
3. Fikawati S, Wahyuni D, Syafiq A. Status gizi ibu hamil dan berat lahir bayi pada kelompok vegetarian. Makara Kesehatan 2012;16:29-35.
4. Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), laporan nasional 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2010.
5. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Profil Kesehatan Provinsi Riau 2011. Pekanbaru: Dinas Kesehatan Provinsi Riau; 2011.
6. Vatten LJ, Skjaerven R. Is pre-eclampsia more than one disease. Br J Obstet Gynaecol 2004;111:298-302.
7. Rahman S, Sultana N, Rahman AKMM, Akhtar S, Begum N, Rahman MM. Study on foetal outcome in pre-eclamptic mother. J Bangladesh Coll Phys Surg 2007;25:57-61.
8. Huppertz B. Trophoblast differentiation, fetal growth restriction and preeclampsia. Journal of Womens Cardiovascular Health (1) 2011:79-86.
9. Riyani AB. Hubungan kadar serum -human chorionic gonadotropin pada preeklampsi-eklampsi aterm dengan berat lahir. [tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2003.
10. Asih Y, Saryono, Kurniati P . Hubungan antara preeklampsia pada primigravida dengan berat badan lahir rendah di RSUD Cilacap periode Januari-Desember 2005. Jurnal Keperawatan Soedirman 2006;1:91-5.
11. Raras AA, Cahyanti RD. Pengaruh preeklamsia berat pada kehamilan terhadap keluaran maternal dan perinatal di RSUP Dr Kariadi tahun 2010. [skripsi]. Semarang : Universitas Diponegoro;2011.
12. Sistiarani C. Faktor maternal dan kualitas pelayanan antenatal yang berisiko terhadap kejadian berat badan lahir rendah. [tesis]. Semarang : Universitas Diponegoro;2008.
13. Ramussen S, Irgens LM. Fetal growth and body proportion in preeclampsia. Obstet Gynecol 2003;101:575-83.
14. Badshah S, Mason L, McKelvie K, Payne R, Lisboa PJG. Risk factors for low birthweight in the public-hospitals at Peshawar NWFP-Pakistan. BMC Public Health 2008;8:197.
15. Rahardjo B, Khasanah U, Habibah K. Hubungan antara usia ibu dan paritas dengan kejadian berat badan lahir rendah di RSU Dr. Saiful Anwar Malang. [tesis]. Malang : Universitas Brawijaya;2011.
16. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. 4th ed. In: Saifuddin AB, editors. Hipertensi dalam kehamilan. Jakarta: Bina Pustaka; 2010. p. 530-59.
17. Dharma R, Wibowo N, Raranta HPT. Disfungsi endotel pada preeklampsia. Makara Kesehatan 2005;9:63-9.
18. Jido TA, Yakasai IA. Preeclampsia: A review of the evidence. Ann Afr Med 2013;12:75-85.
19. Riawan W, Keman K, Wibowati S, Hidayati N, Ali M. Peningkatan insiden apoptosis pada sel-sel trofoblast jaringan plasenta preeklamsia berkaitan dengan peningkatan ekspresi protein P53 dan penurunsn PPAR teraktivasi. Jurnal Kedokteran Brawijaya 2004;20:136-41.
20. Susanto IA, Suharsono, Hadijono S. Kadar TNF-, IL-6 dan trofoblas pada preeklampsia-eklampsia. M Med Indones 2009;43:166-73.
21. Saadat M, Nejad SM, Habibi G, Sheikhvatan M. Maternal and neonatal outcomes in women with preeclampsia. J Obstet Gynecol 2007;46(3):255-9.
22. Ratih D, Hadisaputro H, Kristanto H. Hubungan kadar albumin urin dengan berat badan lahir bayi pada preeklampsia berat. Maj Obstet Ginekol Indones 2009;33-1:8-13.
23. Chappell LC, Enye S, Seed P, Briley AL, Poston L, Shennan AH. Adverse perinatal outcomes and risk factors for preeclampsia in women with chronic hypertension a prospective study. Journals of American Heart Association. 2008;51:1002-09.
24. Ching-Ming L, Po-Jen C, Shuenn-Dyh C. Maternal complications and perinatal outcomes associated with gestational hypertension and severe preeclampsia in taiwanese women. J Formos Med Assoc 2008;107(2):129138.
25. Marlow N, Wolke D, Bracewell MA, et al. Neurologic and developmental disability at six years of age after extremely preterm birth. N Engl J Med 2005;352:919.
26. Roberts JM, Escudero C.The placenta in preeclampsia. J Preghy 2012: 7283.
27. Burton GJ, Yung HW, Cindrova-Davies T, Charnock-Jones DS. Placental endoplasmic reticulum stress and oxidative stress in the pathophysiology of unexplained intrauterine growth restriction and early onset preeclampsia. Placenta 2009;30:S438.
28. von Dadelszen P, Magee LA, Roberts JM. Subclassification of preeclampsia. Hypertens Pregnancy 2003;22(2):1438.
29. Indrianto A, Hadisaputro H. Preeklampsia berat di rs dr kariadi periode 1 januari 2004 31 desember 2004. Semarang: Bagian Obstestri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2009.
30. Tuffnell DJ, Jankowicz D, Lindow SW, Lyons G, Mason GC, Russell IF, et al. Outcomes of severe pre-eclampsia / eclampsia in Yorkshire 1999/2003. Br J Obstet Gynecol. 2005;112: 875-80.
Jakarta, .................. 2014
Dekan FK Trisakti
Nama: ............................
NIK: ...............................
Materai
Rp. 6.000
Preeklampsia
Berat badan lahir rendah
Usia ibu
Riwayat paritas
n = Z2 PQ
d2
n = n0
1 + (n0/N)
Ibu hamil yang melakukan persalinan di RSUD Bengkalis
TIDAK
Memenuhi kriteria inklusi
Tidak diikutsertakan
YA
Pengumpulan, pengolahan, dan analisis data
Pembuatan laporan penelitian