Resusitasi Kardiopulmonal (RKP) Maisarah Azzahra Ledisda Apriana Pembimbing : dr. Rapto Hardian, Sp.An
ResusitasiKardiopulmonal
(RKP)
Maisarah AzzahraLedisda Apriana
Pembimbing :dr. Rapto Hardian, Sp.An
• Basic Life Support (BLS)
• Advanced Cardiac Life Support (ACLS)
Resusitasi Kardiopulmonal
Tujuan…
1. Mencegah berhentinya sirkulasi darah atau berhentinya pernapasan
2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi (melalui kompresi dada) dan ventilasi (melalui bantuan napas penolong) dari pasien yang mengalami henti jantung atau henti napas melalui rangkaian kegiatan Resusitasi Kardiopulmonal (RKP).
Travers, A. H. et al. Circulation 2010;122:S676-S684
1. Segera tanggap dengan adanya cardiac arrest dan secara aktif dalam sistem respon gawat daruratnya
2. Awali RKP dengan kompresi dada3. Segera mendapatkan akses defibrilasi4. Life support selanjutnya yang efektif5. Mengintegrasikan perawatan setelah
cardiac arrest
AHA menekankan fokus bantuan hidup dasar
Selama 50 tahun yang lalu, American Heart Association menganut A-B-CAirway, Breathing, and chest
Compressions.
Sekarang, A-B-C telah berubah menjadi C-A-B:
Chest Compressions, open the Airway, and give 2 rescue Breaths
Panduan terdahulu (2005) menekankan pada penanganan “ABC” (Airway, Breathing, Chest
Compression) yaitu dengan melakukan pemeriksaan jalan napas, melakukan pernapasan buatan melalui
mulut, kemudian memulai kompresi dada.
Panduan terbaru (2010) yang dikeluarkan oleh AHA lebih menekankan pada penanganan “CAB” (Chest
Compression, Airway, Breathing) yaitu dengan terlebih dahulu melakukan kompresi dada, memeriksa jalan
napas kemudian melakukan pernapasan buatan.
Panduan ini juga mencatat bahwa pernapasan buatan melalui mulut boleh tidak dilakukan pada
kekhawatiran terhadap orang asing dan kurangnya pelatihan formal.
Sebenarnya, seluruh metode ini memiliki tujuan yang sama, yaitu membuat aliran darah dan oksigen tetap
bersirkulasi secepat mungkin.
ETIK
2005 (Dulu)Tidak ada kriteria tertentu sebelumnya.
2010 (Baru)
Untuk orang dewasa dengan post perawatan rumah sakit karena cardiac arrest yang hanya menerima BLS, “aturan penghentian resusitasi pada BLS” diatur untuk mempertimbangkan terminasi resusitasi sebelum ambulan datang.
Mengakhiri Upaya Resusitasi pada Orang Dewasa dengan Riwayat Cardiac Arrest
Pelaksanaan aturan ini termasuk menghubungi kontrol medis online ketika kriteria terpenuhi. Penyedia layanan kesehatan darurat harus menerima pelatihan dalam komunikasi sensitif dengan keluarga tentang hasil resusitasi.
2005 (Dulu)Tidak ada indikator prognostik yang diatur untuk pasien yang menjalani terapi hipotermia.
2010 (Baru)
Pada pasien dewasa pasca cardiac arrest yang diobati dengan terapi hipotermia, disarankan mengetahui tanda-tanda klinis neorologis, studi elektropsikologi, biomarker, dan pencitraan dilakukan bila tersedia pada 3 hari setelah cardiac arrest.
Indikator Prognosis pada Pasien Dewasa pasca Cardiac Arrest yang Dirawat dengan Terapi
Hipotermia
Saat ini, ada bukti terbatas untuk memandu keputusan mengenai penarikan dukungan kehidupan. Dokter harus mendokumentasikan semua uji prognosis yang ada 72 jam setelah cardiac arrest diobati dengan terapi hipotermia dan penggunaan penilaian klinis terbaik berdasarkan pengujian ini untuk membuat keputusan untuk menarik dukungan hidup pada saat yang tepat.
Aturan Terminasi Resusitasi dalam BLS untuk Orang Dewasa dengan Riwayat Cardiac Arrest
Aturan Terminasi Resusitasi dalam ALS untuk Orang Dewasa dengan Riwayat Cardiac Arrest
Resusitasi Kardiopulmonal
2005 (Dulu)Urutan RKP dulu dimulai dengan membebaskan jalan napas, memeriksa pernapasan, dan kemudian memberikan 2 kali napas inisial yang diikuti oleh siklus 30 kompresi dada dan 2 napas.
2010 (Baru)
Memulai kompresi dada sebelum diberi ventilasi.
Perubahan dalam urutan RKP: C-A-B Menjadi A-B-C
Dengan perubahan urutan C-A-B, kompresi dada akan cepat dimulai dan keterlambatan dalam ventilasi harus minimal yaitu, hanya waktu yang diperlukan untuk memberikan siklus pertama 30 pkompresi dada, atau sekitar 18 detik
2010 (Baru)
Memulai kompresi dada sebelum diberi ventilasi.
Perubahan dalam urutan RKP: C-A-B Menjadi A-B-C
Pada tahun 2008, AHA menyatakan bahwa penolong tak terlatih atau mereka yang tidak mau melakukan pernapasan buatan melalui mulut dapat melakukan
kompresi dada hingga bantuan medis datang.
Panduan terbaru (2010) dari AHA menyarankan kompresi dada terlebih dahulu baik bagi penolong
terlatih maupun penolong tidak terlatih.
Eliminasi “Look, Listen, and Feelfor Breathing”
2005 (Dulu)
“Look, listen, and feel” digunakan untuk menilai pernapasan setelah jalan napas dibebaskan.
2010 (Baru)
“Look, listen, and feel” dihapus dari urutan RKP. Setelah pemberian 30 kompresi, seorang penolong membebaskan jalan napas korban dan memberikan 2 napas.
…Pernapasan sebentar diperiksa sebagai bagian dari pengecekan cardiac arrest; setelah set pertama kompresi dada, jalan napas dibebaskan, dan penolong memberikan 2 napas.
Kecepatan Kompresi Dada: Sedikitnya
100 kali per Menit2005 (Dulu)
Kecepatan kompresi sekitar 100 kali per menit.
2010 (Baru)
Sewajarnya untuk penolong awam dan pelayanan kesehatan melakukan kompresi dada dengan kecepatan sedikitnya 100 kali per menit.
Jumlah kompresi dada yang diberikan per menit selama RKP adalah penentu kembalinya sirkulasi spontan (ROSC) dan bertahan hidup dengan fungsi neurologis yang baik... Tingkat kompresi yang tidak adekuat atau sering terputus (atau keduanya) akan mengurangi jumlah kompresi yang diberikan per menit.
Kedalaman Kompresi
2005 (Dulu)
“Menekan sternum sekitar 1½ sampai 2 inchi (kira-kira 4 to 5 cm) dan kemudian memungkinkan dada kembali ke posisi normal.”
2010 (Baru)• “Masuk akal untuk
petugas dan pelayanan kesehatan untuk kompresi dada dewasa pada kecepatan sedikitnya 100 kompresi per menit dengan kedalaman kompresi setidaknya 2 inchi/5 cm.”
Berg, R. A. et al. Circulation 2010;122:S685-S705
Algoritma Pelayanan Kesehatan dalam BLS
Algoritma Pelayanan Kesehatan dalam BLS
Aplikasi Tindakan...
Circulation Airway Breathing
Response…“Touch and talk”
Respon
Tidak respon
Tidak menekankan pemeriksaan nadi karotis sebagai mekanisme untuk menilai henti jantung karena penolong sering mengalami kesulitan mendeteksi nadi.
AHA 2010
The American Heart Association (AHA) menyarankan, ketika seorang dewasa ditemukan tidak responsif dan tidak bernapas atau mengalami kesulitan bernapas,
setiap orang yang ada di sekitarnya wajib untuk menghubungi tenaga kesehatan kemudian segera
melakukan kompresi dada.
Setelah mengaktifkan bantuan tenaga kesehatan dan melakukan kompresi dada, maka tindakan berikutnya
yang harus dilakukan adalah dengan segera bisa mendapatkan akses terhadap AED (automatic external
defibrillator), sebuah alat bantu kejut jantung yang dapat membantu ritme jantung kembali normal.
Ketiga mata rantai awal ini dapat membantu meningkatkan keberhasilan pertolongan dan angka
kehidupan pada korban. Perubahan panduan ini mengacu pada penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan berarti pada hasil dari
tindakan RKP kompresi dada dan pernapasan buatan dengan RKP kompresi dada saja.
C-Circulation…AHA Guideline 2010 1.Kompresi dada dilakukan cepat dan
dalam (push and hard )2.Kecepatan adekuat setidaknya 100
kali/menit3.Kedalaman adekuat • Dewasa : 2 inchi (5 cm), rasio 30 :
2 (1 atau 2 penolong) • Anak : 1/3 AP (± 5 cm), rasio 30 : 2
(1penolong) dan 15 : 2 (2 penolong)
• Bayi : 1/3 AP (± 4 cm), rasio 30 : 2 (1 penolong)dan 15 : 2 (2 penolong)
4.Memungkinkan terjadinya complete chest recoil atau pengembangan dada seperti semula setelahkompresi, sehingga chest compression time samadengan waktu relaxation/recoil time.
A-Airway…
Bersihkan jalan napas• Amati suara napas dan
pergerakan dinding dada• Cek dan bersihkan
dengan menyisiri rongga mulut dengan jari, bisa dilapisi dengan kasa untuk menyerap cairan
• Dilakukan dengan cara jari silang (cross finger ) untuk membuka mulut
AHA Guideline 2010…
Head tilt – chin lift Untuk membuka jalan napas pada pasien tanpa ada trauma kepala dan leher
Jaw thrust Jika curiga cedera servikal
B-Breathing…Jika pasien bernapas
• Posisikan pasien secara recovery position
• Observasi secara regular
Jika tidak bernapas
• Berikan 2x napas buatan mulut ke mulut/hidung
- Tutup hidung pasien- Tiup ke dalam mulut pasien sekitar 1 detik
- Lihat adanya pengembangan dada pada tiap tiupan
- Beri tiupan yang kedua
Panduan “Resusitasi Kardiopulmonal” terbaru ini menjadi lebih mudah dilakukan juga bagi orang awam
karena menekankan pada kompresi dada untuk mempertahankan aliran darah dan oksigen dalam
darah tetap mengalir ke jantung dan otak. Kompresi dada memang cenderung lebih mudah untuk
dilakukan, dan setiap orang dapat melakukannya.
Kompresi dada dapat dilakukan dengan meletakkan satu tangan di atas tangan yang lain dan menekan
dengan kuat pada dada korban.
Panduan RKP yang baru ini menekankan bahwa penolong harus berfokus memberikan kompresi
sekuat dan secepat mungkin, 100 kali kompresi dada per menit, dengan kedalaman kompresi sekitar 5-5,5 cm. Dan, sangat penting untuk tidak bersandar pada dada ketika melakukan kompresi dada pada korban.
Penolong tidak perlu takut dan ragu untuk melakukan kompresi dada yang dalam karena risiko
ketidakberhasilan justru terjadi ketika kompresi dada yang dilakukan kurang dalam.
Algoritma Sirkular Cardiac Arrest dalam ACLS
Algoritma Sirkular Cardiac Arrest dalam ACLS
Algoritma Sirkular Cardiac Arrest dalam ACLS
Algoritma Bradikardi dalam ACLS
Algoritma Takhikardi dalam ACLS
Algoritma Perawatan Pasca Cardiac Arrest
TERIMA KASIH