L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR IV - 1 4.1. DAYA DUKUNG PRASARANA DAN FASILITAS LINGKUNGAN A. SISTEM BANGUNAN Seperti jenis infrastruktur, jangkauan pelayanan, jumlah mahasiswa yang terlayani, dan kapasitas pelayanan, dalam penyusunan Master Plan Kampus 2 UIN Samata perlu diketahui system bangunan yaitu : 1. Sistem Pemeliharaan Bangunan Dasar pertimbangan adalah : Kemudahan pelaksanaan Kebersihan dan keawetan bangunan Dampak terhadap lingkungan sekitarnya Keindahan bangunan dan sekitarnya 2. Pencahayaan Dasar pertimbangan dalam penggunaan sistem penerangan adalah : Karakteristik kegiatan Suasana yang ingin ditampilkan Kenyamanan dan keindahan Jenis pencahayaan yang digunakan, seperti pencahayan alami dan buatan Kebutuhan akan penerangan Persyaratan ruang 3. Penghawaan Kebutuhan suhu udara untuk ruang yang nyaman adalah 200 C – 240 C dengan udara bersih sebesar 8 liter/detik/orang atau 29 m3
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
IV - 1
4.1. DAYA DUKUNG PRASARANA DAN FASILITAS LINGKUNGAN
A. SISTEM BANGUNAN
Seperti jenis infrastruktur, jangkauan pelayanan, jumlah mahasiswa yang
terlayani, dan kapasitas pelayanan, dalam penyusunan Master Plan Kampus 2 UIN
Samata perlu diketahui system bangunan yaitu :
1. Sistem Pemeliharaan Bangunan
Dasar pertimbangan adalah :
Kemudahan pelaksanaan
Kebersihan dan keawetan bangunan
Dampak terhadap lingkungan sekitarnya
Keindahan bangunan dan sekitarnya
2. Pencahayaan
Dasar pertimbangan dalam penggunaan sistem penerangan adalah :
Karakteristik kegiatan
Suasana yang ingin ditampilkan
Kenyamanan dan keindahan
Jenis pencahayaan yang digunakan, seperti pencahayan alami dan buatan
Kebutuhan akan penerangan
Persyaratan ruang
3. Penghawaan
Kebutuhan suhu udara untuk ruang yang nyaman adalah 200 C – 240 C
dengan udara bersih sebesar 8 liter/detik/orang atau 29 m3
L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
IV - 2
Kondisi penghawaan yang dianggap normal adalah :
Suhu udara : 20 C – 260 C
Kecepatan angin : 20 – 30 m3/jam/orang
Kelmbaban udara : 40 % - 55 %
Sistem pengkondisian udara terbagi atas :
Sistem langsung
Sistem tidak langsung
B. SISTEM SIRKULASI DAN JALUR PENGHUBUNG
1. Sirkulasi Kendaraan
Sirkulasi kendaraan didalam kawasan Kampus 2 UIN Samata merupakan
jaringan transportasi yang memperlancar pergerakan aktifitas Mahasiswa
dan Pegawai.
- Jalan Utama, dengan Lebar = 11 meter, merupakan sirkulasi untuk
kendaraan terbesar yaitu bus dan kendaraan umum. Pada setiap jarak
tertentu disiapkan halte bus.
- Jalan lokal dan lingkungan dengan Lebar = 6 meter dan 3,5 meter,
merupakan jaringan jalan didalam satuan lingkungan klasifikasi jalan ini
Gambar 4.1.. Potongan Jalan
L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
IV - 3
dimaksudkan sebagai jalur lambat. Sumber : PP Nomor 34 Tahun 2006
Tentang Jalan.
2. Sirkulasi Manusia
Pergerakan pejalan kaki didalam lingkungan kawasan Kampus 2 UIN Samata
tidak menimbulkan crossing dengan sirkulasi kendaraan. Ada 2 klasifikasi
jalur pejalan kaki yaitu : trotoar pada kiri-kanan sirkulasi kendaraan dan jalur
pedestrian skala kawasan.
Isu trotoar yang ada sekarang ini adalah tidak nyaman digunakan. Konsep
tata hijau lebih ditekankan untuk memperoleh trotoar yang nyaman
digunakan sepanjang kiri-kanan trotoar diletakkan jalur hijau dan
pepohonan.
Jalur pejalan kaki pada pedestrian kawasan dimaksudkan juga sebagai bagian
dari olahraga outdoor seperti jogging track dan juga sebagai jalur pejalan
kaki mencapai kawasan atau antar Fakultas di kawasan Kampus 2 UIN
Samata.
Gambar 4.2.. Sirkulasi Pejalan Kaki
L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
IV - 4
3. Sirkulasi Sepeda
Trotoar pada kawasan Kampus 2 UIN Samata maksudkan pula untuk sirkulasi
sepeda. Pada pedestrian kawasan yang melingkar kawasan Kampus 2 UIN
Samata digunakan sebagai jalur sirkulasi sepeda.
C. SISTEM RUANG TERBUKA DAN TATA HIJAU
Secara umum, Ruang Terbuka dan Tata Hijau merupakan komponen
rancang kawasan, yang tidak sekedar terbentuk sebagai elemen tambahan
ataupun elemen sisa setelah proses rancang arsitektural diselesaikan, melainkan
juga diciptakan sebagai bagian integral dari suatu lingkungan yang lebih luas.
Penataan sistem ruang terbuka diatur melalui pendekatan desain tata
hijau yang membentuk karakter lingkungan serta memiliki peran penting baik
secara ekologis, rekreatif dan estetis bagi lingkungan sekitarnya, dan memiliki
karakter terbuka sehingga mudah diakses sebesar-besarnya oleh publik.
Komponen penataan sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau adalah
sebagai berikut:
1. Sistem ruang terbuka umum (kepemilikan publik aksesibilitas publik)
2. Sistem ruang terbuka pribadi (kepemilikan pribadi aksesibilitas pribadi)
3. Sistem ruang terbuka privat yang dapat diakses oleh umum (kepemilikan
pribadi aksesibilitas publik)
4. Sistem pepohonan dan tata hijau
5. Area jalur hijau meliputi kawasan sepanjang sisi dalam daerah milik jalan, sisi
kiri kanan jalur pedestrian kawasan dan sepeda dan jalur hijau yang
diperuntukkan sebagai jalur taman .
Prinsip penataan sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau adalah sebagai
berikut:
1. Secara fungsional meliputi:
a. Pelestarian ruang terbuka kawasan
b. Aksesibilitas publik
L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
IV - 5
c. Keragaman fungsi dan aktivitas
d. Skala dan proporsi ruang yang manusiawi dan berorientasi bagi pejalan
kaki
e. Sebagai pengikat lingkungan atau bangunan
f. Sebagai pelindung, pengaman dan pembatas lingkungan atau bangunan
bagi pejalan kaki.
2. Secara Fisik dan Non-Fisik meliputi:
a. Peningkatan estetika, karakter dan citra kawasan
b. Kualitas Fisik
c. Kelengkapan fasilitas penunjang lingkungan
3. Dari sisi lingkungan meliputi:
a. Keseimbangan kawasan perencanaan dengan sekitar
b. Keseimbangan dengan daya dukung lingkungan
c. Kelestarian ekologis kawasan
d. Pemberdayaan kawasan
Ruang Terbuka Hijau dimaksudkan adalah ruang terbuka dengan
perkerasan ruang terbuka dengan tata hijau dan ruang terbuka hijau alami.
1. Ruang Terbuka Perkerasan
Gambar 4.3.. Pelataran Keras-Hijau
L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
IV - 6
Ruang terbuka dengan tutupan perkerasan atau pelataran keras difungsikan
untuk area parkir kendaraan dan pelataran halaman bangunan fasilitas
Kampus.
2. Ruang Terbuka Tata Hijau
Ruang terbuka dengan tata hijau adalah bagian ruang yang ditata untuk
mencapai nilai kesejukan dan estetika visual.
Konsep perletakan ruang terbuka tata hijau :
- Sepanjang 2 sisi jalan. Tata hijau rumput dan pohon sepanjang sisi jalan
dimaksudkan untuk menciptakan kesejukan bagi pejalan kaki diatas
trotoar.
- Halaman rumah, halaman bangunan fasilitas lapangan olahraga dan
bagian ruang lainnya.
D. TATA KUALITAS LINGKUNGAN
Pengertian Tata Kualitas Lingkungan merujuk pada upaya rekayasa elemen
kawasan yang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kawasan atau subarea
dengan sistem lingkungan yang informatif, berkarakter khas, dan memiliki
orientasi tertentu.
Gambar 4.4.. Ruang Terbuka Tata Hijau
L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
IV - 7
Elemen dasar penataan kawasan antara lain yaitu :
Pathways (jalan); jaringan pergerakan dimana manusia akan bergerak dari
suatu tempat ke tempat lain.
Districts (kawasan); merupakan integrasi dari berbagai kegiatan fungsional
kawasan.
Landmarks (penonjolan); suatu struktur fisik yang paling menonjol dan
menjadi perhatian dari kawasan perencanaan.
Pada kawasan perencanaan, elemen pathways sudah tercakup dalam
konsep penataan linkage system (sistem penghubung), sedangkan edges
tercakup dalam konsep peruntukan lahan makro dan mikro. Elemen nodes pada
kawasan perencanaan tersebar pada beberapa lokasi sehingga tidak
menonjolkan adanya suatu titik pemusatan kegiatan yang menonjol.
Elemen Districts sebagai integrasi dari berbagai kegiatan fungsional dalam
konsep penataan lahan mikro dijabarkan dalam konsep space use (pemanfaatan
ruang) kawasan perencanaan. Sebagai suatu kawasan yang baru dan potensial
untuk berkembang, tidak ada suatu struktur fisisk yang menonjol yang dapat
dijadikan sebagai sebuah landmark kawasan. Untuk itu konsep penataan
landmark kawasan perencanaan ditetapkan sebagai berikut:
Penciptaan landmark terintegrasi dengan rencana sistem linkage
khususnya penataan jalan.
Landmark diwujudkan dengan bentukan fisik berupa sculpture/patung.
Tema landmark diangkat dari ciri khas bangunan dan simbol budaya
setempat seperti dalam bentuk bangunan ibadah, yang menonjol dari
lingkungan sekitarnya.
Komponen penataan kualitas lingkungan terdiri dari:
1. Konsep identitas lingkungan, yaitu perancangan karakter lingkungan yang
dapat diwujudkan melalui pengaturan dan perancangan elemen fisik dan
non-fisik lingkungan atau subarea tertentu. Pengaturan ini terdiri dari:
a. Tata karakter bangunan atau lingkungan
L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
IV - 8
b. Tata penanda identitas bangunan atau lingkungan
c. Tata kegiatan pendukung secara formal dan informal (supporting
activities)
2. Konsep orientasi lingkungan, yaitu perancangan elemen fisik dan non-fisik
guna membentuk lingkungan yang informatif sehingga memudahkan
pemakai untuk berorientasi dan bersirkulasi.
Pengaturan ini terdiri atas:
a. Sistem tata informasi (directory signage system)
b. Sistem tata rambu pengarah (directional signage system)
3. Wajah Jalan yaitu perancangan elemen fisik dan non-fisik guna membentuk
lingkungan berskala manusia pemakainya pada suatu ruang publik berupa
ruas jalan yang akan memperkuat karakter suatu blok perancangan yang
lebih besar. Pengaturan ini terdiri atas:
a. wajah penampang jalan dan bangunan
b. Perabot jalan (street furniture)
c. Jalur dan ruang bagi pejalan kaki (pedestrian)
d. Tata hijau pada penampang jalan
e. Elemen tata informasi dan rambu pengarah pada penampang jalan
f. Elemen papan reklame komersial pada penampang jalan.
E. SISTEM PRASARANA DAN UTILITAS LINGKUNGAN
1. Konsep Fasilitas Pejalan Kaki
Jalur Pedestrian adalah suatu bentuk transportasi yang penting, sehingga
kebutuhan para pejalan kaki merupakan suatu bagian integral/terpadu
dalam sistem transportasi jalan. Para pejalan kaki berada pada posisi yang
lemah jika mereka bercampur dengan kendaraan, maka mereka akan
memperlambat arus lalu lintas. Oleh karena itu salah satu tujuan utama dari
manajemen lalu lintas adalah berusaha untuk memisahkan pejalan kaki dari
arus kendaraan bermotor, tanpa menimbulkan gangguan yang besar
L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
IV - 9
terhadap aksesibilitas. Konsep rencana penataan fasilitas pejalan kaki pada
core area dapat dirumuskan sebagai berikut :
Pada jalan-jalan yang memiliki rute angkutan umum yang tetap.
Pada lokasi-lokasi yang memiliki kebutuhan/permintaan yang tinggi
Pada lokasi yang mempunyai permintaan yang tinggi untuk hari-hari
tertentu, misalnya pada saat ada wisuda.
Pergerakan pejalan kaki dapat dikelompokkan menjadi pergerakan
menyusuri jalan, memotong jalan dan pergerakan di persimpangan. Fasilitas
pejalan kaki dapat berupa :
a. Fasilitas Menyusuri Jalan berupa Trotoar
Pada jumlah pejalan kaki yang melalui suatu jalan tinggi, lebar trotoar
yang dianjurkan :
Tabel 4.1. Standar Desain Trotoar Berdasarkan Jumlah Pejalan Kaki
No. Jumlah Pejalan Kaki/Detik/Meter Lebar Trotoar (Meter)
1 6 orang 2,3 – 5,0
2 3 orang 1,5 – 2,3
3 2 orang 0,9 – 1,5
4 1 orang 0,6 – 0,9
Sumber : Direktorat Perhubungan Darat, Dephub
b. Fasilitas Menyeberang Jalan
Secara hirarkhi terdiri dari pulau pelindung (refuge island), zebra cross,
penyeberangan dengan lampu pengatur (pelican crossing).
2. Konsep Tempat Henti (Shelter)
Penentuan lokasi berdasarkan kebutuhan, keterhubungan dengan jalur
angkutan umum dan ketersediaan ruang.
Memperhatikan desain dan standar minimal keamanan, keselamatan
dan kenyamanan penumpang maupun kendaraan yang berhenti.
Tidak mengganggu kelancaran arus lalu-lintas yang melewatinya.
L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
IV - 10
Mempertimbangkan perilaku mahasiswa pengguna
3. Fasilitas Parkir
Tersedianya ruang sebagai lahan parkir terutama di sepanjang koridor
utama.
Penataan parkir yang mencegah terjadinya kemacetan dan mengganggu
arus lalu lintas
Penataan parkir yang sesuai dengan tata letak yang harmonis dengan
bangunan di sekitarnya dengan luasannya disesuaikan dengan kapasitas
daya tampung.
Pola pengaturan parkir terintergrasi dengan arus sirkulasi lalu lintas.
Mengurangi pola penggunaan lahan on street parking.
Dengan mengacu kepada sifat dan fungsi kawasan, maka kebutuhan sarana
parkir dipertimbangkan terhadap :
Kepentingan Mahasiswa
Kepentingan pegawai
Dalam perencanaan perletakan sarana parkir ini yang perlu dipertimbangkan,
yaitu :
Daya tampung dan kaitan dengan kondisi tapak
Kemudahan dalam pencapaian
Sirkulasi,keamanan dan kenyamanan parkir kendaraan di Setiap Fakultas
Jarak terhadap area yang dilayani
Pemisahan area parkir antara mahasiswa dan pegawai.
4. Konsep Street Furniture (Perabot Jalan)
Rencana elemen perabot jalan Kawasan Perencanaan akan mencakup lampu
penerangan jalan, lampu taman, lampu parkir dan pedestrian, tempat
sampah, papan informasi, bangku taman, halte, rambu lalu lintas, dan pos
keamanan khususnya pada rencana pengembangan dan penataan kawasan
Kampus 2 UIN. Konsep penataannya ditetapkan dengan arahan sebagai
berikut, yaitu :
L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
IV - 11
Bahan yang dipergunakan mampu mendukung keawetan, daya tahan,
dan kemudahan perawatan.
Pemilihan bahan, wama, bentuk, skala, dan tata letak
memungkinkan pengintegrasiannya dengan lingkungan sekitar.
Peran dan fungsinya terhadap pembentukan citra dan wajah kawasan
serta manfaatnya harus bisa dirasakan langsung oleh mahasiswa dan
pegawai.
Mampu mengantisipasi dan mencegah kemungkinan terjadinya
tindakan vandalisme (perusakan).
5. Jaringan Drainase
Perencanaan sistem drainase harus dilihat sebagai bagian yang
terintegrasi dengan rencana kawasan atau secara menyeluruh.
Tujuan utama dari perencanaan sistem drainase adalah untuk
memperoleh pola yang baik dan dapat mengurangi kerugian akibat
genangan disaat sekarang maupun akan datang sesuai dengan rencana
pengembangan kawasan yang dikehendaki.
Perencanaan sistem drainase harus dikoordinasikan secara terus
menerus dengan tata kawasan, air minum, air limbah, telekomunikasi
dan transportasi.
Perencanaan sistem drainase perlu memperhatikan segi keindahan,
kenyamanan, kualitas lingkungan dan kondisi alam setempat lainnya.
Dalam pengembangan kawasan ke depannya, konsep rencana penataan
kawasan perencanaan ditetapkan sebagai berikut :
Sangat dibutuhkan pengadaan jaringan drainase yang mencakup seluruh
kawasan perencanaan.
Dibutuhkan koordinasi dengan kawasan sekitarnya guna mewujudkan
sistem drainase terpadu.
Perbaikan dan pemeliharaan jaringan pembuangan sekunder (got)
dengan perkerasan yang ada, sehingga dapat berfungsi optimal.
L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
IV - 12
Pembuatan ramp pada masing-masing kavling bangunan dilengkapi
dengan tali air, sehingga air hujan tidak langsung dibuang ke jalan raya
melainkan dapat disalurkan ke saluran pembuangan sekunder (got).
Dasar pertimbangan dalam perencanaan saluran drainase adalah
berdasarkan :
Topografi kawasan
Perletakan saluran drainase utama (primer) dan saluran drainase
sekunder serta saluran drainase lingkungan (tersier) ke setiap bangunan
Konsep perencanaan drainase tersebut akan dilakukan secara berjenjang
mulai dari saluran primer, sekunder dan tersier yang terkait langsung dengan
daerah tangkapan. Misi pengembangan drainase tersebut tidak hanya
membuang air larian secepat mungkin akan tetapi juga untuk membuang air
dalam waktu yang tepat sesuai dengan kapasitas saluran.
Konsep sistem jaringan drainase ini bertolak dari keadaan alami topografi
kawasan perencanaan. Konsep yang diajukan adalah hal-hal bagian solusi
terhadap kondisi lahan.
a. Jaringan dan Arah
Sistem saluran drainase yang direncanakan adalah memakai
selokan/drainase tertutup untuk menampung air hujan dan air
limbah/bekas yang selanjutnya akan diteruskan menuju ke drainase
primer eksisting atau ke sungai yang sebelumnya diproses dalam
Sewage Treatment Plant (STP) apabila kandungan air limbah/bekas
mengandung zat kimiawi yang dapat membahayakan kehidupan mahluk
hidup.
b. Run-Off Air Hujan
Run off air hujan menuruni bukit padang rumput (tanpa pohon) cukup
besar debitnya sehingga diperlukan drainase pada tepi jalan.
L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
IV - 13
c. Drainase Tertutup
Jalur drainase terbuka dalam kawasan kampus 2 UIN selalu terkait
dengan tempat pembuangan sampah. Fungsi drainase yang sepenuhnya
belum dipahami Mahasiswa, menjadikan selokan atau jalur drainase
terbuka sebagai tempat pembuangan sampah. Dalam jangka panjang
cara ini menjadi suatu kebiasaan. Secara bertahap kebiasaan ini
dihilangkan dengan solusi pada desain jalur drainase tertutup di dalam
kawasan kampus. Model drainase tertutup mestinya didukung dengan
manajemen persampahan yang baik pula.
Gambar 4.6. Model Drainase Tertutup
Gambar 4.5. Run Off Air Hujan
L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
IV - 14
PETA RENCANA RTH
L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
IV - 15
PETA RENCANA SEBARAN RTNH
L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
IV - 16
PETA RENCANA JARINGAN JALAN
L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
IV - 17
PETA RENCANA JARINGAN DRAINASE
L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
IV - 18
6. Jaringan Listrik
Sangat dibutuhkan pengadaan jaringan listrik yang mencakup seluruh
kawasan perencanaan di Kampus 2 UIN Samata.
Penempatan tiang-tiang listrik diarahkan pada areal telajakan jalan,
supaya tidak mengganggu sirkulasi para pejalan kaki.
Perlu dipikirkan kemungkinan penataan jaringan listrik dengan
menggunakan sistem jaringan kabel bawah tanah, untuk menjaga
kualitas visual lingkungan, dan perlunya ketersediaan ruang bebas
vertikal yang memadai.
Kelancaran distribusi ke setiap unit pemakaian
Mampu mencukupi batas pemakaian sesuai dengan fungsinya
Persiapan/cadangan bila distribusi dari PLN terhenti berupa genset.
Faktor penghematan energi dalam pendistribusian.
7. Jaringan Telepon
Dibutuhkan pengadaan jaringan telepon yang mencakup seluruh
kawasan perencanaan.
Penempatan tiang-tiang telepon diarahkan pada areal telajakan jalan,
supaya tidak mengganggu sirkulasi para pejalan kaki.
Seperti halnya jaringan listrik, perlu dipikirkan kemungkinan penataan
jaringan listrik dengan menggunakan sistem jaringan kabel bawah
tanah. Hal ini selain untuk menjaga kualitas visual lingkungan, juga
dengan pertimbangan ketersediaan ruang bebas vertikal yang memadai.
Penempatan fasilitas telepon umum pada tempat-tempat tertentu dan
strategis yang menjadi pusat konsentrasi massa, sehingga eksistensinya
dapat berfungsi dengan optimal.
Dasar pertimbangan system komunikasi, yaitu :
Sistem radio dan music sentral, sistem ini berfungsi sebagai sarana
pemberitahuan pada situasi darurat dan sarana informasi
L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
IV - 19
Staff paging, sistem kumunikasi staf dan karyawan kampus yang mampu
menunjukkan keberadaan karyawan kampus.
Sistem telepon dan faksimili
Sistem jaringan Wifi pada seluruh kawasan.
Sistem kamera CCTV untuk mendukung keamanan dalam kawasan
terutama pada beberapa titik yang dianggap rawan.
8. Jaringan Air Bersih dan Hydrant
Pada kawasan perencanaan saat ini sumber air bersih sebagian berasal dari air
tanah. Untuk dapat memenuhi kebutuhan air bersih pada kawasan perencanaan,
direncanakan diperoleh melalui sistem perpipaan. Rencana sumber air bersih
akan didistribusikan ke masing-masing gedung melalui satu induk penampungan
terpusat. Selain itu, sebagai alternatif, selain dengan sistem induk penampungan
terpusat, sistem distribusi air bersih dilakukan pada masing-masing gedung atau
klaster zona peruntukan fakultas atau bangunan lainnya untuk memenuhi
kebutuhan air bersihnya.
Untuk menghindari kebocoran jaringan distribusi dipergunakan sistem zoning
yang dilengkapi dengan distrik meter. Sistem zoning dengan distrik meter
merupakan system pengendalian dan pemantau kebocoran serta mempunyai
prinsip dasar yaitu pemasangan alat pengukur meter pada jaringan distribusi yang
dapat diisolasi dan membandingkan jumlah meter alat tersebut dengan meter
yang terdapat pada pelanggan.
L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
IV - 20
Gambar 4.11. Skema sistem penyediaan air bersih (Sumber : Hasil Anlisis 2014)
Sangat dibutuhkan pengadaan jaringan air bersih yang mencakup
seluruh kawasan perencanaan.
Pemanfaatan dan pengembangan secara efektif dan maksimal sistem
pemadam kebakaran lokal pada masing-masing kavling bangunan dan
fungsi peruntukan.
Penataan dan penyediaan hydrant-hydrant pemadam kebakaran pada
tempat-tempat strategis pada kawasan perencanaan.
Dasar pertimbangan pengadaan air besih, yaitu :
Kelancaran distribusi ke setiap unit pemakaian
Mampu mencukupi batas pemakaian sesuai dengan fungsinya
Pemanfaatan sumber air pada kawasan
Persiapan/cadangan bila distribusi dari PDAM terhenti untuk itu harus
ada dibuatkan deepwell sebagai alternatif sumber air yang terlebih
dahulu menggunakan filtrasi.
Faktor penghematan energi dalam pendistribusian
SUMUR
ARTESIS
Penampungan
Terpusat
L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
IV - 21
9. Konsep Penanggulangan Kebakaran
Dalam perencanaan penanggulangan dan proteksi terhadap bahaya
kebakaran baik, unsur utama yang penting adalah ketersediaan air untuk
pemadaman kebakaran. Sumber pasokan air untuk keperluan pemadaman
kebakaran. Pasokan air yang berasal dari sumber air alami maka harus
dilengkapi dengan sistem penghisap air. Permukaan air pada sumber alami
harus di jamin pada kondisi kemarau masih mampu dimanfaatkan. Sumber
air alami ini haruslah mudah dilihat dan dapat digunakan dalam kondisi
apapun. Jika menggunakan pasokan air dari sumber air buatan seperti
hidran, perletakan lokasinya termasuk pemasangan dan pemeliharaan harus
sesuai dengan ketentuan dan standar yang berlaku dan terintegrasi dengan
sistem perpipaan yang ada. Dari hidran harus tersedia jarak bebas hambatan
sebesar 50 M ke dan dari tiap bagian jalur untuk akses mobil pemadam
kebakaran di lahan bangunan.
Mengenai sarana penanggulangan kebakaran, ini terdiri dari kendaraan
operasional lapangan, peralatan teknik operasional dan kelengkapan
perorangan.
10. Sanitasi
Solusi sanitasi dalam kawasan Kampus 2 UIN digunakan konsep yang efisien
dan efektif dengan memanfaatkan kondisi kawasan perencanaan yang
mendukung seperti topografi dan kondisi tanah.
Sistem pembuangan air limbah/bekas dan air kotor yang digunakan dalam
kawasan perencanaan adalah dengan memakai septictank dan peresapan
untuk tiap bangunan.
L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
IV - 22
- Air bekas terdiri dari air kamar mandi, wastafel, dan bangunan fasilitas.
- Air kotor padat yang berasal dari WC digunakan konsep standar.
Solusinya pada setiap bangunan dan bangunan fasilitas, tidak secara
kawasan.
Alternatif lain yang dapat digunakan adalah dengan memakai sistem kolam
oksidasi (oxidation pond). Air limbah/bekas dialirkan melalui saluran
sekunder menuju ke saluran primer dan terakhir ditampung pada kolam
oksidasi dan selanjutnya ke pond terakhir yang ditempatkan tersebar di tiap
sub-sub bangunan dalam kawasan perencanaan.
Secara umum kriteria air limbah terbagi atas:
Air cucian, air dapur adalah air limbah “Grey Water”
Air jamban (WC) adalah air limbah “Black Water”
Perencanaan pengembangan sistem jaringan air limbah terdiri dari dua
jenis penanganan yaitu sistem on site dan sistem off site. Sistem on site
adalah sistem penanganan air limbah (grey dan black water) pada masing-
masing unit bangunan yang berupa tangki-tangki septik yang langsung di
proses dalam bidang resapan dan di lakukan perawatan penyedotan
lumpur tinja dengan menggunakan truk tinja untuk dibawa ke Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Gambar 4.12.. Diagram Pembuangan Air Limbah/Bekas
L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
IV - 23
Sedangkan sistem off site adalah sistem penanganan air limbah terpusat
yang mana setiap hasil produksi air limbah tersebut langsung dialirkan
secara terpusat pada instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Sistem ini
kurang efektif karena membutuhkan fisik lahan yang memiliki kelerengan
tertentu sehingga pengaliran air limbah ini dapat mengalir dengan sesuai.
Untuk itu sistem pengelolan air limbah yang direkomendasikan adalah
dengan menggunakan sistem on site baik dengan membangun tangki-
tangki septik individu maupun komunal. Sistem pengelolaan air limbah
tersebut dapat dilihat pada gambar ilustrasi berikut ini.
Gambar 4.13. Ilustrasi Sistem Penggunaan Septic Tank Kolektif
11. Sistem Persampahan
Berdasarkan hasil analisa sebelumnya maka untuk penanggulangan
sampah pada kawasan Kampus 2 UIN dilakukan dengan cara menyediakan
lahan pembuangan dan kendaraan pengangkut berupa mobil atau gerobak
serta penyediaan bak penampungan sementara.
Untuk jenis pengangkutan sampah dapat dilakukan dengan sistem
perwadahan menggunakan wadah komunal dan kontainer, sedangkan
untuk bak penampungan sementara sebaiknya diletakkan di setiap
L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
IV - 24
bangunan gedung. Jenis pewadahan disesuaikan dengan pola
pelayanannya.
Hal-hal yang perlu di perhatikan di dalam penanggulangan sampah adalah :
Pewadahan dan Pengumpulan Sampah
Untuk memudahkan pengumpulan sampah oleh petugas maka
diperlukan pewadahan yang optimal dengan memisahkan sampah
organic dan anorganik. Sistem pewadahan tersebut sangat ditentukan
pola pelayanannya. Pola pelayanan dengan system individual langsung
sebaiknya menggunakan pewadahan yang mudah diambil petugas,
sedangkan untuk pelayanan dengan komunal disediakan pewadahan
sampah yang fleksibel serta kontainer (TPS) yang mencukupi.
Lebih utama lagi dalam penyediaan tempat sampah baik pada
lingkungan Fakultas maupun kantin perlu digalakkan untuk
memisahkan antara sampah organik dan non-organik dengan konsep
penanganan reuse, reduce, dan recycle.Penyediaan tempat sampah
dengan pemisahan ke dalam 3 (tiga) bak sampah, merah untuk sampah
plastic dan logam (tidak terbaharui), biru untuk sampah cair, dan hijau
untuk sampah kertas, daun (organic).
Gambar 4.14. Model tempat sampah (Sumber : Hasil analisis 2014)
ORGANIK
ORGANIK CAIR
NON ORGANIK
L A P O R A N PENYUSUNAN MASTER PLAN KAWASAN KAMPUS 2 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
IV - 25
Penataan waktu pengangkutan juga sangat penting untuk
dipertimbangkan, untuk peletakan kontainer atau TPS dalam kawasan
disesuaikan dengan lokasi yang tidak mengganggu dan sesuai dengan
ketentuan teknis terkait.
Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah sebaiknya dilaksanakan pada waktu aktivitas
tidak terlalu tinggi agar tidak mengganggu kegiatan yang sedang
berlangsung di area kampus, Adapun volume pengangkutan sebaiknya
minimal 3 kali seminggu agar sampah yang terkumpul tidak terlalu
banyak utamanya sampah yang bisa menimbulkan bau.
Dasar pertimbangan dalam perencanaan jaringan persampahan pada
perencanaan kawasan khusus ini adalah :
1. Terintegrasi dengan sistem pembuangan sampah Kampus 2 UIN.
2. Pengelolaan sampah kawasan harus memperhatikan beberapa aspek
pencemaran yaitu pengendalian bau, pengendalian penyebaran