PUTUSAN Nomor 4/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden terhadap Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang diajukan oleh: [1.2] Nama : Sri Sudarjo Alamat : Jalan Batu Ampar 3 Nomor 11A, Kelurahan Batu Ampar, Kecamatan Kramatjati, Condet, Jakarta Timur Selanjutnya disebut sebagai -------------------------------------------------------- Pemohon; [1.4] Membaca permohonan Pemohon; Mendengar keterangan Pemohon; Memeriksa bukti-bukti Pemohon; Mendengar keterangan ahli dan saksi Pemohon; Mendengar keterangan Pemerintah; Mendengar dan membaca keterangan Dewan Perwakilan Rakyat; Membaca kesimpulan Pemohon; 2. DUDUK PERKARA [2.1] Menimbang bahwa Pemohon telah mengajukan permohonan yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi (selanjutnya disebut Kepaniteraan Mahkamah) pada tanggal 2 Januari 2013 berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 7/PAN.MK/2013 dan dicatat dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi dengan Nomor 4/PUU-XI/2013 pada tanggal 7 Januari 2013, yang telah diperbaiki dan diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 28 Januari 2013, menguraikan hal-hal sebagai berikut:
72
Embed
4 PUU 2013 telah ucap 26 Maret 2013Secure Site peraturan.go.id/common/dokumen/putusan/2013/...Pasal 28I ayat (2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PUTUSAN Nomor 4/PUU-XI/2013
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA
[1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,
menjatuhkan putusan dalam perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 42 Tahun
2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden terhadap Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang diajukan oleh:
[1.2] Nama : Sri Sudarjo
Alamat : Jalan Batu Ampar 3 Nomor 11A, Kelurahan Batu Ampar,
Kecamatan Kramatjati, Condet, Jakarta Timur
Selanjutnya disebut sebagai -------------------------------------------------------- Pemohon;
[1.4] Membaca permohonan Pemohon;
Mendengar keterangan Pemohon;
Memeriksa bukti-bukti Pemohon;
Mendengar keterangan ahli dan saksi Pemohon;
Mendengar keterangan Pemerintah;
Mendengar dan membaca keterangan Dewan Perwakilan Rakyat;
Membaca kesimpulan Pemohon;
2. DUDUK PERKARA
[2.1] Menimbang bahwa Pemohon telah mengajukan permohonan yang
diterima di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi (selanjutnya disebut Kepaniteraan
Mahkamah) pada tanggal 2 Januari 2013 berdasarkan Akta Penerimaan Berkas
Permohonan Nomor 7/PAN.MK/2013 dan dicatat dalam Buku Registrasi Perkara
Konstitusi dengan Nomor 4/PUU-XI/2013 pada tanggal 7 Januari 2013, yang telah
diperbaiki dan diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 28 Januari 2013,
menguraikan hal-hal sebagai berikut:
2
Kewenangan Mahkamah
1. Bahwa Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan, “Kekuasan
Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan
yang dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan
agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara,
dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi”.
2. Bahwa Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-
undang Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran
Negara RI Tahun 2003 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor
4316, selanjutnya disebut UU MK 24/ 2003) dan Pasal 29 ayat (1) huruf a
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
(Lembaga Negara RI Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaga RI Nomor
5076) menyatakan, “Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat
pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-
undang terhadap Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 06/PMK/2005 tentang pedoman
beracara dalam perkara pengajuan Undang-Undang Pasal 42 ayat (2) terlepas
dari ketentuan ayat (1) di atas permohonan pengujian terhadap muatan ayat,
pasal, dan/atau bagian yang sama dengan perkara yang pernah diputus oleh
Mahkamah dapat dimohonkan pengujian kembali dengan syarat-syarat
konstitusionalitas yang menjadi alasan pemohon yang bersangkutan berbeda.
presiden dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan mekanisme
internal partai politik bersangkutan dirubah menjadi Pasal 10 angka 1 frasa
penentuan calon Presiden dan Calon wakil Presiden dilakukan secara
demokratis dan terbuka sesuai dengan mandat utusan golongan rakyat,
golongan buruh, golongan petani, golongan kaum miskin kota, golongan
fungsional seluruh rakyat Indonesia berdasarkan kesepakatan nasional.”
Pasal 14 angka 2 frasa, “Masa pendaftaran sebagaimana di maksud dalam
Pasal 13, paling lama tujuh hari terhitung sejak penetapan secara nasional
hasil pemilu anggota DPR dirubah menjadi Pasal 14 angka 2 frasa masa
pendaftaran calon Presiden dan Wakil Presiden paling lambat 90 hari terhitung
sejak diadakan Kongres Nasional Rakyat sejak penetapan tanda tangan dan
kesepakatan nasional rakyat yang dihadiri oleh perwakilan utusan golongan
seluruh Indonesia”
6. Bahwa Norma Hukum yang terkandung di dalam Undang-Undang Nomor 42
Tahun 2008
Pasal 1 angka 2, “Partai adalah Partai politik yang telah ditetapkan sebagai
peserta pemilihan umum, anggota Dewan Perwakilan Rakyat”.
Pasal 9,“Pasangan calon diusulkan oleh partai politik dan gabungan partai
politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling
sedikit 20% dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% dari suara sah
nasional dalam pemilu anggota DPR, sebelum pelaksanaan pemilu presiden
dan wakil presiden.”
Pasal 10 angka 1, “Penentuan calon presiden dan/atau calon wakil presiden
dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan mekanisme internal
partai politik bersangkutan.”
Pasal 14 angka 2, “Masa pendaftaran sebagaimana di maksud dalam Pasal
13, paling lama tujuh hari terhitung sejak penetapan secara nasional hasil
pemilu anggota DPR,” merupakan norma hukum yang diskriminatif karena
bertentangan dengan hak-hak konstitusional pemohon sehingga harus
dinyatakan inkonstitusional.
7. Bahwa Pemohon sebagai Presiden Lembaga Komite Pemerintahaan Rakyat
Independen sangat mempunyai potensi kerugian konstitusional disebabkan
Pemohon selama ini tidak pernah ikut di dalam memilih Presiden dan Wakil
20
Presiden karena menganggap pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dengan
menggunakan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 Pasal 1 Angka 2, Pasal
9, Pasal 10 angka 1, Pasal 14 angka 1 adalah bentuk pengingkaran
kedaulatan rakyat dan penghianatan terhadap UUD 1945 karena hanya
merekomendasikan Presiden dan Wakil Presiden dari segelitir elit DPR dan
partai politik tertentu, disamping itu Pemohon juga aktif di dalam kegiatan bela
negara, memperjuangkan hak buruh yang tertindas dalam perbudakan modern
yang disebabkan upah murah, memperjuangkan hak petani dan hak tanah
adat dari perampasan dan perampokan yang dilakukan oleh sistem
neolibelarisme yang disokong oleh antek-anteknya kapitalisme birokrasi dan
kapitalisme legislatif, Pemohon juga aktif di dalam memperjuangkan hak-hak
kaum miskin kota dalam memperoleh kesejahteraan hidup sehingga di dalam
pola perjuangan yang dilakukan oleh Pemohon selama ini selalu berlandaskan
Pancasila dan UUD 1945 yaitu kedaulatan rakyat adalah sesuatu dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat dan motto perjuangan Pemohon selama ini
tegakkan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dalam rangka menegakan kembali
kedaulatan rakyat dengan konsep berdikari secara ekonomi berdaulat secara
politik dan prinsip secara budaya.
8. Bahwa hak konstitusional Pemohon yang dijamin oleh konstitusi yakni hak
untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum atau hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun juga termasuk apabila Pemohon
memilih Presiden atau mejadi Calon Presiden dan Wakil Presiden Republik
Indonesia melalui partai politik atau utusan golongan buruh, rakyat tani, kaum
miskin kota, pemuda dan mahasiswa serta kaum jompo dan rakyat pinggiran
yang tergabung di dalam Komite Pemerintahan Rakyat Independen. Presiden
dan Wakil Presiden merupakan manifestasi kedaulatan rakyat jadi hak
konstitusi Pemohon sangat sesuai dengan alinea ke-3 UUD 1945 yang
berbunyi “Atas berkat rahmat Allah Yang maha Kuasa dan dengan didorong
oleh keinginan luhur, supaya bekehidupan kebangsaan yang bebas, maka
rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”
9. Bahwa Presiden dan Wakil Presiden merupakan wujud daripada kedaulatan
rakyat yang tidak terlahir dari konspirasi, manipulasi, kongkalikong segelintir
elit atas nama DPR karena hari ini DPR bukanlah wujud kedaulatan yang
bertindak, berbuat berdasarkan semangat dari rakyat dan untuk rakyat
21
sehingga DPR saat ini tidak pernah bertindak mewakili rakyat adat tertindas,
buruh tertindas, kaum jompo tertindas, kaum miskin kota tertindas maupun
buruh tani tertindas. DPR saat ini lebih merupakan perpanjangan tangan
imprialisme dan telah menjadi mesin pembunuh terhadap rakyat Indonesia.
Apabila kita memandang secara historis bukanlah DPR yang melahirkan
Pancasila dan Undang-undang 1945 namun Pancasila dan UUD 1945 yang
membuat DPR. Ini bisa kita belajar dari history atau sejarah Pancasila dan
UUD 1945 berawal dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia adalah
panitia yang bertugas untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, sebelum
panitia ini terbentuk, sebelumnya telah berdiri BPUPKI namun karena
dianggap terlalu cepat ingin melaksanakan proklamasi kemerdekaan, maka
Jepang membubarkannya dan membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) (Komite Persiapan Kemerdekaan) pada tanggal 7 Agustus
1945 yang diketuai oleh Ir. Soekarno.
Pada awalnya PPKI beranggotakan 21 orang (12 orang dari Jawa, 3 orang dari
Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa
Tenggara, 1 orang dari Maluku, 1 orang dari golongan Tionghoa).
Susunan awal anggota PPKI adalah sebagai berikut:
Ir. Soekarno (Ketua)
Drs. Moh. Hatta (Wakil Ketua)
Prof. Mr. Dr. Soepomo (Anggota)
KRT Radjiman Wedyodiningrat (Anggota)
R. P. Soeroso (Anggota)
Soetardjo Kartohadikoesoemo (Anggota)
Kiai Abdoel Wachid Hasjim (Anggota)
Ki Bagus Hadikusumo (Anggota)
Otto Iskandardinata (Anggota)
Abdoel Kadir (Anggota)
Pangeran Soerjohamidjojo (Anggota)
Pangeran Poerbojo (Anggota)
Dr. Mohammad Amir (Anggota)
Mr. Abdul Maghfar (Anggota)
Mr. Mohammad Hasan (Anggota)
Dr. GSSJ Ratulangi (Anggota)
22
Andi Pangerang (Anggota)
A.H. Hamidan (Anggota)
I Goesti Ketoet Poedja (Anggota)
Mr. Johannes Latuharhary (Anggota)
Drs. Yap Tjwan Bing (Anggota)
Selanjutnya tanpa sepengetahuan Jepang, keanggotaan bertambah 6 yaitu :
Achmad Soebardjo (Penasehat)
Sajoeti Melik (Anggota)
Ki Hadjar Dewantara (Anggota)
R.A.A. Wiranatakoesoema (Anggota)
Kasman Singodimedjo (Anggota)
Iwa Koesoemasoemantri (Anggota)
Persidangan
Tanggal 9 Agustus 1945, sebagai pimpinan PPKI yang baru, Soekarno, Hatta
dan Radjiman Wedyodiningrat diundang ke Dalat untuk bertemu Marsekal
Terauchi. Setelah pertemuan tersebut, PPKI tidak dapat bertugas karena para
pemuda mendesak agar proklamasi kemerdekaan tidak dilakukan atas nama
PPKI, yang dianggap merupakan alat buatan Jepang. Bahkan rencana rapat
16 Agustus 1945 tidak dapat terlaksana karena terjadi peristiwa
Rengasdengklok. Setelah proklamasi, pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI memutuskan antara
lain:
- mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945,
- memilih dan mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden RI dan Drs. M.
Hatta sebagai Wakil Presiden RI,
- membentuk Komite Nasional untuk membantu tugas presiden sebelum
DPR/MPR terbentuk.
Berkaitan dengan UUD, terdapat perubahan dari bahan yang dihasilkan oleh
BPUPKI, antara lain:
- Kata Muqaddimah diganti dengan kata Pembukaan.
- Pada pembukaan alenia keempat anak kalimat Ketuhanan, dengan
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya diganti dengan
Ketuhanan yang Maha Esa.
23
- Pada pembukaan alenia keempat anak kalimat "Menurut kemanusiaan yang
adil dan beradab" diganti menjadi "kemanusiaan yang adil dan beradab".
- Pada Pasal 6:1 yang semula berbunyi Presiden ialah orang Indonesia Asli
dan beragama Islam diganti menjadi Presiden adalah orang Indonesia Asli
PPKI mengadakan sidang kedua pada tanggal 19 Agustus 1945. Sidang
tersebut memutuskan hal - hal berikut:
- Membentuk KNIP
- Membentuk 12 departemen dan menteri - menterinya.
- Menetapkan pembagian wilayah Republik Indonesia atasa delapan provinsi
beserta gubernur-gubernurnya.
Setelah membaca dan mengingat makna yang tersurat dan tersirat dari Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang menjadikan Pancasila dan UUD 1945
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang didasarkan atas suasana
lahir dan bhatin rakyat Indonesia maka pemohon menganggap Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 2008:
Pasal 1 angka 2, “Partai adalah Partai politik yang telah ditetapkan sebagai
peserta pemilihan umum, anggota Dewan Perwakilan Rakyat”.
Pasal 9,“Pasangan calon diusulkan oleh partai politik dan gabungan partai
politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling
sedikit 20% dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% dari suara sah
nasional dalam pemilu anggota DPR, sebelum pelaksanaan pemilu presiden
dan wakil presiden.”
Pasal 10 angka 1, “Penentuan calon presiden dan/atau calon wakil presiden
dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan mekanisme internal
partai politik bersangkutan.”
Pasal 14 angka 2, “Masa pendaftaran sebagaimana di maksud dalam Pasal
13, paling lama tujuh hari terhitung sejak penetapan secara nasional hasil
pemilu anggota DPR,” sangat bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945
karena calon Presiden dan Calon Wakil Presiden tidak mewujudkan
manifestasi kedaulatan rakyat sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD
1945 yang menjadi sumber dari segala sumber hukum.
10. Bahwa Pancasila dan UUD 1945 merupakan pandangan hidup bangsa
Indonesia yang lahir dari suasana lahir dan batin serta merupakan sumber dari
segala sumber hukum sehingga mengandung pengertian Pancasila secara arti
24
kata Pancasila mengandung arti, panca yang berarti lima “lima” dan sila yang
berarti “dasar”. Dengan demikian pancasila artinya lima dasar. Tetapi di sini
pengertian pancasila berdasarkan sejarah pancasila itu sendiri.
Konsepsi cita-cita Pancasila dan UUD 1945 merupakan arus sejarah yang
memperlihatkan dengan nyata, bahwa bangsa Indonesia harus memiliki
pandangan hidup berbangsa dan bernegara agar bisa terhindar dari bahaya
kebangsaan dan nasionalisme, Pancasila menjelaskan bahwa konsekuensi
dari penerimaaan pandangan hidup dan falsafah negara adalah perjuangan
untuk mengalahkan kolonialisme dan imperialisme. Sedangkan di lapangan
politik internasional berarti meletakan hubungan antar bangsa atas dasar
toleransi terhadap pandangan filsafat masing-masing bangsa dan penolakan
mutlak terhadap imperialisme dan kolinialisme.
Apabila kita ingin benar-benar melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945
secara murni dan konsekuan, maka kita tidak saja harus melaksanakan
ketentuan-ketentuan dalam pasal-pasal dari Batang Tubuh (the body of the
konstitutin) atau lebih dkenal isi dari UUD 1945 itu, tetapti juga ketentuan-
ketentuan pokok yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945. Oleh karena
pembukaan UUD 1945 (walaupun tidak tercantum dalam satu dokumen
dengan Batang Tubuh UUD 1945, seperti konstitusi (RIS) atau UUDS 1950
misalnya), adalah bagian mutlak yang tidak dipisahkan dari konstitusi Republik
Indonesia Tahun 1945; pembukaan dan Batang Tubuh kedua-duanya telah
ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 18
Agustua 1945.
Apabila kita berbicara tentang UUD 1945. maka yang dimaksud ialah
Konstitusi (UUD) yang disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia tersebut pada tanggal 18 Agustus 1945 yang diumumkan dalam
Berita Republik Indonesia Tahun 1946 Nomor 7 halaman 45-48, yang terdiri
atas:
1. Pembukaan (Preambule) yang meliputi 4 alinea;
2. Batang Tubuh atau isi UUD 1945, yang meliputi;
3. Penjelasan
Adapun Pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat bagian itu yang amat
penting ialah bagian/alinea ke 4 yang berbunyi sebagai berikut: “Kemudian dari
pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang
25
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka dususunlah
Kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Dalam penjelasan resmi arti pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa dalam
Pembukaan UUD 1945 terkandung empat pokok-pokok pikiran sebagai
berikut:
Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia berdasar atas Persatuan;
Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia;
Negara Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat dan berdasar
atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan;
Negara Indonesia berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
Khusus bagian/alinea ke-4 dari pembukaan UUD 1945 adalah merupakan
asas pokok pembentukan Pemerintah negara Indonesia. Isi bagian ke-4 dari
Pembukaan UUD 1945 itu dibagi ke dalam 4 hal:
1. Tentang hal tujuan Negara Indonesia, tercantum dalam kalimat “Kemudian
daripada itu dan seluruh tumpah darah Indonesia, yang;
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia;
Memajukan kesejahteraan rakyat;
Mencerdaskan kehidupan bangsa;
Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
2. Tentang hal ketentuan diadakanya Undang-Undang Dasar tercantum
dalam kalimat yang berbunyi: “maka disusunlah Kemerdekaan
26
Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia”;
3. Tentang hal bentuk negara dalam kalimat: yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat;
4. Tentang hal dasar Falsafah Negara Pancasila.
Adapun Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang telah disahkan
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18
Agustus 1945 itu sebagian besar bahan-bahanya berasal dari Naskah
Rancangan Pembukaan UUD yang disusun oleh Panitia Perumus (panitia
kecil) yang beranggotakan 9 orang yang diketua oleh Ir. Soekarno pada
tanggal 22 Juni 1945 di Jakarta.
Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, naskah politik yang
bersejarah itu dijadikan rancangan pembukaan UUD sebagai bahan pokok
dan utama bagi penyusunan/penetapan Pembukaan (Preambule) UUD
yang akan ditetapkan itu.
Naskah politik yang bersejarah yang disusun pada tanggal 22 Agustus
1945 itu, di kemudian hari oleh Mr. Muhamad Yamin dalam pidatonya di
depan sidang Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan (BPPK) pada
tanggal 11 Juni 1945 dinamakan “Piagam Jakarta” dan baru beberapa
tahun kemudian dimuat dalam bukunya yang berjudul Prokalmasi dan
Konstitusi pada tahun 1951.
Dalam naskah politik yang di sebut dengan Piagam Jakarta 22 Juni 1945
inilah untuk pertama kali dasar falsafah Negara pancasila ini dicantumkan
secara tertulis, setelah diusulkan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya pada
tanggal 1 Juni 1945. Adapun panitia perumus yang beranggotakan 9 orang
yang telah menyusun Piagam Jakarta itu adalah salah satu panitia kecil
dari Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan (BPPK) yang dibentuk
pada tanggal 29 April 1945.
Di atas telah dijelaskan tentang pentingnya Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945. Adapun besar arti pentingnya Pembukaan Undang-Undang
Dasar itu ialah karena pada aline ke 4 itu tercantum ketentuan pokok yang
bersifat fundamental, yaitu dasar falsafah Negara Republik Indonesia yang
dirumuskan dalam kata-kata berikut: ….”maka disusunlah Kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Indonesia
27
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada:
1. Ketuhanan Mang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kelima dasar ini tercakup dalam satu nama/istilah yang amat penting bagi
kita bangsa Indonesia yaitu pancasila. Istilah atau perkataan pancasila ini
memang tidak tercantum dalam Pembukaan maupun dalam Batang Tubuh
UUD 1945. Di alinea ke 4 dari Pembukaan UUD 1945 hanyalah disebutkan
bahwa, Negara Republik Indonesia berdasarkan kepada lima prinsip atau
asas yang tersebut di atas, tanpa menyebutkan pancasila. Bahwa kelima
prinsip atau dasar tersebut adalah pancasila, kita harus menafsirkan
sejarah (maupun penafsiran sistematika) yakni menghubungkanya dengan
sejarah lahirnya pencasila itu sendiri pada tanggal 1 Juni 1945, seperti
yang telah diuraikan sebelumnya.
Berkenaan dengan perkataan pancasila, menurut Prof. Mr. Muhamad
Yamin (Pembahasan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia) pada
halaman 437 antara lain sebagai berikut “perkataan Pancasila” yang kini
telah menjadi istilah hukum, mula-mula ditempa dan dipakai oleh Ir.
Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 untuk menamai
paduan sila yang lima. Perkataan itu diambil dari peradaban Indonesia
lama sebelum abad XIV. Kata kembar itu keduanya berasal dari bahasa
Sanskerta yaitu panca dan sila yang memiliki arti yang berbeda. Pancasila
dengan huruf i biasanya memiliki arti berbatu sendi yang lima (consisting of
5 rocks; aus fund Felsen bestehend). Pancasila dengan huruf i yang
panjang bermakna “5 peraturan tingkah laku yang penting”.
Kata sila juga hidup dalam kata kesusilaan dan kadang-kadang juga
berarti etika. Dalam bahasa Indonesia kedua pengertian di atas dirasakan
sudah menjadi satu paduan antara sendi yang lima dengan lima tingkah
laku yang senonoh.
28
Dari uraian di atas dapatlah kiranya kita menarik kesimpulan bahwa
pancasila sebagai istilah perkataan Sansekerta yang sudah dikenal di
tanah air kita sejak abad XIV. Sedangkan pancasila dalam bentuk
formalnya sebagai dasar falsafah Negara Republik Indonesia baru
diusulkan pada tanggal 1 Juni 1945. Karena Pancasila dan UUD 1945
merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia dan merupakan sumber
dari segala sumber hukum yang melindungi segenap bangsa Indonesia
maka dengan ini pemohon beranggapan bahwa DPR saat ini telah
melakukan penghianatan terhadap Pancasila dan UUD 1945 dengan
memandulkan Pasal dan ayat Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008
menjadi agenda liberalisme kepemimpinan yang anti terhadap Pancasila
dan UUD 1945 yang harus lahir berdasarkan kedaulatan rakyat dan bukan
berdasarkan kolonialisasi konstitusi Indonesia yang telah melahirkan
Undang-undang imprialisme, kolonialisme dan sangat bertentangan
dengan pembukaan UUD 1945 alinea ke-1 yaitu bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bagsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
prikemanusian dan prikeadilan.
11. Bahwa UUD 1945 merupakan hasil rumusan Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pembukaan UUD 1945 merupakan sebuah
pertimbangan kebangsaan berdasarkan suasana kebatinan rakyat Indonesia
sehingga UUD 1945 merupakan nilai, jiwa dan roh pandangan hidup bangsa
Indonesia dengan demikian tidak dibenarkan terjadinya pertentangan,
penyimpangan, pengingkaran, serta penghianatan dari falsafah hidup
berbangsa yang telah dirumuskan berdasarkan jiwa dan kultur bangsa
indonesia yang terlahir dari sistem nilai dasar filsafat dan pandangan hidup
bangsa. Sehingga di dalam memilih Presiden dan Wakil Presiden harus
berdasarkan amanat Pancasila dan UUD 1945 karena yang terpenting adalah
jiwa yang terkandung dalam pemimpinnya, Kepala negaranya. Itulah yang
lebih penting di dalam proses pemilihan presiden karena dia merupakan bahan
hidup yang bukan bahan mati seperti yang tertuang dalam jiwa persatuan
Negara gotong royong dalam rapat besar BPUPKI pada tanggal 10 Juli 1945.
Dalam pembicaraan tentang Indonesia Merdeka dan tentang bentuk
29
Indonesia, senatiasa mencari concentrationpunt (titik konsentrasi) itu
merupakan satu inti yang dapat menarik segala aliran. Sebab, Indonesia
merdeka atau bentuk negara Indonesia itu hendaknya satu rumah, tempat
semua anak-anaknya merasa kerasan. “Artinya, merasa senang seperti di
dalam rumahanya sendiri.” Dengan demikian melanjutkan pengorbanan, pada
masa perang tersebut, semua rakyat rela mati untuk Indonesia merdeka dan
untuk membentuk negara medeka itu. “Sehingga kemerdekaan Indonesia
harus dapat dirasakan manfaatnya”, konsep negara gotong royong bentuk
adalah bahan mati. Tetapi, kepala negara adalah bahan yang hidup. Di dalam
tangan kepala negara, sosok kepala negara, harus dapat dijelamakan
keadilan, kesucian, kesatuan, dan terutama dinamika perang. Maka dari itu,
sekali lagi bukan bantuknya tetapi jiwanya, orangnyalah yang penting, dan
dengan sendirinya pemilihan bentuk menjadi nomor dua; pemilihan kepala
negara sudah semestinya, sudah seadilnya, dengan jalan permusyawaratan,
artinya dengan jalan gotong royong.
Jiwa persatuan negara gotong royong mengulas prinsip mengenai gotong
royong. Kepala negara harus dipilih dengan cara gotong royong. Dengan cara
itu pula mereka mejaga kepala negara. Dengan jalan gotong royong, Indonesia
merdeka dibentuk, dengan jalan gotong royong musuh dikalahkan. (Sukarjo
Wiryopranoto: Jiwa Persatuan Gotong Royong).
12. Pidato Sukarjo Wiryopranoto pada tanggal 10 Juli 1945 dalam jiwa persatuan
negara gotong royong diperkuat oleh ketua Mahkamah Konstitusi Moh. Mahfud
MD saat menjadi narasumber pada kesempatan dialog ilmiah “Reaktualisasi
Konsepsi Negarawan dalam Kepemimpinan Nasional” Pemimpin Harus
Seorang Negarawan di Universitas Brawijaya Malang dalam pernyataannya
setiap pemimpin harus seorang negarawan yang tidak mementingkan dirinya
sendiri dan kelompoknya dan hanya bekerja untuk tujuan jangka pendek.
Dalam paparannya Indonesia saat ini membutuhkan para pemimpin yang tidak
memikirkan hal-hal yang bersifat pendek namun jauh kedepan, yang tidak
hanya mengamankan posisi politiknya. Indonesia dewasa ini sedang
mengalami ancaman luar biasa yakni disorientasi kepemimpinan, distrust atau
ketidakpercayaan dari masyarakat, disobediance atau ketidaktaatan dari
rakyat, yang pada gilirannya akan memunculkan ancaman disintegrasi
Bangsa, gejala obediance terus dibiarkan dapat memecah belah Indonesia
30
menjadi negara-negara kecil, seperti yang terjadi di Yugoslavia. Ia menyebut
dimasa lampau Indonesia memiliki tokoh-tokoh besar seperti Bung Karno,
Natsir, dan Wahid Hasyim yang tidak mementingkan diri dan kelompoknya
sendiri melainkan selalu mengedepankan persatuan dan kesatuan.
Saat ini banyak pemimpin yang tidak mengedapankan sifat-sifat negarawan,
tersebut dengan bertindak tidak tegas. Krisis kepemimpinan saat ini dipicu oleh
sistem rekruitmen yang ada. Ia mengistilahkan sistem rekruitmen rebutan dan
bukan kompetisi. Sistem kompetisi mendorong lahirnya persaingan secara
sehat namun pada sistem rebutan banyak menimbulkan permasalahan
sehingga perlu dilakukan pembenahan sistem rekruitmen sehingga tidak
melahirkan sistem transaksional dan orang saling sandra dan dipenuhi intrik
politik.
13. Bahwa penjelasan pokok permohonan bisa dilihat dalam diagram dan
keterangan dibawah ini:
BPUPKI
PPKI
PANCASILA & UUD 1945
Pasal 1 ayat (2)
Pasal 6A ayat (1)
Pasal 27 Ayat (2)
Pasal 28D ayat (1), Pasal 28I ayat (2)
Pasal 1 angka 2
Pasal 9
Pasal 10 angka 1
Pasal 14 angka 2
Partai Politik adalah partai berdasarkan sila ke-4 Pancasila yaitu
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan/perwakilan
31
Keterangan:
1. BPUPKI Bahwa UUD 1945 merupakan hasil rumusan Badan Penyelidik Usaha-
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pembukaan UUD 1945 merupakan sebuah
pertimbangan kebangsaan berdasarkan suasana kebatinan rakyat
Indonesia sehingga UUD 1945 merupakan nilai, jiwa dan roh pandangan
hidup bangsa Indonesia dengan demikian tidak dibenarkan terjadinya
pertentangan, penyimpangan, pengingkaran, serta penghianatan dari
palsafah hidup berbangsa yang telah dirumuskan berdasarkan jiwa dan
kultur bangsa Indonesia yang terlahir dari sistem nilai dasar pilsapat dan
pandangan hidup bangsa. Sehingga di dalam memilih Presiden dan Wakil
Presiden harus berdasarkan amanat Pancasila dan UUD 1945 karena yang
terpenting adalah jiwa yang terkandung dalam pemimpinnya, kepala
negaranya. Itulah yang lebih penting di dalam proses pemilihan presiden
karena dia merupakan bahan hidup yang bukan bahan mati seperti yang
tertuang dalam jiwa persatuan negara gotong royong dalam rapat besar
BPUPKI pada tanggal 10 Juli 1945. Dalam pembicaraan tentang Indonesia
merdeka dan tentang bentuk Indonesia, senatiasa mencari
concentrationpunt (titik konsentrasi) itu merupakan satu inti yang dapat
menarik segala aliran. Sebab, Indonesia merdeka atau bentuk negara
Indonesia itu hendaknya satu rumah, tempat semua anak-anaknya merasa
kerasan. “Artinya, merasa senang seperti di dalam rumahanya sendiri.”
Dengan demikian melanjutkan pengorbanan, pada masa perang tersebut,
semua rakyat rela mati untuk Indonesia merdeka dan untuk membentuk
negara medeka itu. “Sehingga kemerdekaan Indonesia harus dapat
dirasakan manfaatnya”, konsep negara gotong royong bentuk adalah bahan
mati. Tetapi, kepala negara adalah bahan yang hidup. Di dalam tangan
kepala negara, sosok kepala negara, harus dapat dijelamakan keadilan,
kesucian, kesatuan, dan terutama dinamika perang. Maka dari itu, sekali
lagi bukan bantuknya tetapi jiwanya, orangnyalah yang penting, dan dengan
sendirinya pemilihan bentuk menjadi nomor dua; pemilihan kepala negara
sudah semestinya, sudah seadilnya, dengan jalan permusyawaratan,
artinya dengan jalan gotong royong.
32
Jiwa persatuan negara gotong royong mengulas prinsip mengenai gotong
royong. Kepala negara harus dipilih dengan cara gotong royong. Dengan
cara itu pula mereka mejaga kepala negara. Dengan jalan gotong royong,
Indonesia merdeka dibentuk, dengan jalan gotong royong musuh
dikalahkan. (Sukarjo Wiryopranoto: Jiwa Persatuan Gotong Royong).
2. PPKI Bahwa Presiden dan Wakil Presiden merupakan wujud daripada kedaulatan
rakyat yang tidak terlahir dari konspirasi, manipulasi, kongkalikong segelintir
elit atas nama DPR karena hari ini DPR bukanlah wujud kedaulatan yang
bertindak, berbuat berdasarkan semangat dari rakyat dan untuk rakyat
sehingga DPR saat ini tidak pernah bertindak mewakili rakyat adat tertindas,
buruh tertindas, kaum jompo tertindas, kaum miskin kota tertindas maupun
buruh tani tertindas. DPR saat ini lebih merupakan perpanjangan tangan
imprialisme dan telah menjadi mesin pembunuh terhadap rakyat Indonesia.
Apabila kita memandang secara historis bukanlah DPR yang melahirkan
Pancasila dan Undang-undang 1945 namun Pancasila dan UUD 1945 yang
membuat DPR. Ini bisa kita belajar dari history atau sejarah Pancasila dan
UUD 1945 berawal dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia adalah
panitia yang bertugas untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia,
sebelum panitia ini terbentuk, sebelumnya telah berdiri BPUPKI namun
karena dianggap terlalu cepat ingin melaksanakan proklamasi
kemerdekaan, maka Jepang membubarkannya dan membentuk Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) (Komite Persiapan
Kemerdekaan) pada tanggal 7 Agustus 1945 yang diketuai oleh Ir.
Soekarno.
Pada awalnya PPKI beranggotakan 21 orang (12 orang dari Jawa, 3 orang
dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari
Nusa Tenggara, 1 orang dari Maluku, 1 orang dari golongan Tionghoa).
Susunan awal anggota PPKI adalah sebagai berikut:
Ir. Soekarno (Ketua)
Drs. Moh. Hatta (Wakil Ketua)
Prof. Mr. Dr. Soepomo (Anggota)
KRT Radjiman Wedyodiningrat (Anggota)
R. P. Soeroso (Anggota)
33
Soetardjo Kartohadikoesoemo (Anggota)
Kiai Abdoel Wachid Hasjim (Anggota)
Ki Bagus Hadikusumo (Anggota)
Otto Iskandardinata (Anggota)
Abdoel Kadir (Anggota)
Pangeran Soerjohamidjojo (Anggota)
Pangeran Poerbojo (Anggota)
Dr. Mohammad Amir (Anggota)
Mr. Abdul Maghfar (Anggota)
Mr. Mohammad Hasan (Anggota)
Dr. GSSJ Ratulangi (Anggota)
Andi Pangerang (Anggota)
A.H. Hamidan (Anggota)
I Goesti Ketoet Poedja (Anggota)
Mr. Johannes Latuharhary (Anggota)
Drs. Yap Tjwan Bing (Anggota)
Selanjutnya tanpa sepengetahuan Jepang, keanggotaan bertambah 6 yaitu:
Achmad Soebardjo (Penasehat)
Sajoeti Melik (Anggota)
Ki Hadjar Dewantara (Anggota)
R.A.A. Wiranatakoesoema (Anggota)
Kasman Singodimedjo (Anggota)
Iwa Koesoemasoemantri (Anggota)
Persidangan
Tanggal 9 Agustus 1945, sebagai pimpinan PPKI yang baru, Soekarno,
Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diundang ke Dalat untuk bertemu
Marsekal Terauchi. Setelah pertemuan tersebut, PPKI tidak dapat bertugas
karena para pemuda mendesak agar proklamasi kemerdekaan tidak
dilakukan atas nama PPKI, yang dianggap merupakan alat buatan Jepang.
Bahkan rencana rapat 16 Agustus 1945 tidak dapat terlaksana karena
terjadi peristiwa Rengasdengklok.
Setelah proklamasi, pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI memutuskan
antara lain:
- mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945,
34
- memilih dan mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden RI dan Drs. M.
Hatta sebagai Wakil Presiden RI,
- membentuk Komite Nasional untuk membantu tugas presiden sebelum
DPR/MPR terbentuk.
Berkaitan dengan UUD, terdapat perubahan dari bahan yang dihasilkan
oleh BPUPKI, antara lain:
- Kata Muqaddimah diganti dengan kata Pembukaan.
- Pada pembukaan alenia keempat anak kalimat Ketuhanan, dengan
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya diganti dengan
Ketuhanan yang Maha Esa.
- Pada pembukaan alenia keempat anak kalimat "Menurut kemanusiaan
yang adil dan beradab" diganti menjadi "kemanusiaan yang adil dan
beradab".
- Pada Pasal 6:1 yang semula berbunyi Presiden ialah orang Indonesia
Asli dan beragama Islam diganti menjadi Presiden adalah orang
Indonesia Asli
PPKI mengadakan sidang kedua pada tanggal 19 Agustus 1945. Sidang
tersebut memutuskan hal - hal berikut:
- Membentuk KNIP
- Membentuk 12 departemen dan menteri - menterinya.
- Menetapkan pembagian wilayah Republik Indonesia atasa delapan
provinsi beserta gubernur - gubernurnya.
Setelah membaca dan mengingat makna yang tersurat dan tersirat dari
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang menjadikan Pancasila dan
UUD 1945 sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang didasarkan
atas suasana lahir dan bhatin rakyat Indonesia maka pemohon
menganggap Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 :
Pasal 1 angka 2, “Partai adalah Partai politik yang telah ditetapkan sebagai
peserta pemilihan umum, anggota Dewan Perwakilan Rakyat”.
Pasal 9,“Pasangan calon diusulkan oleh partai politik dan gabungan partai
politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling
sedikit 20% dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% dari suara sah
nasional dalam pemilu anggota DPR, sebelum pelaksanaan pemilu presiden
dan wakil presiden.”
35
Pasal 10 angka 1, “Penentuan calon presiden dan/atau calon wakil presiden
dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan mekanisme
internal partai politik bersangkutan.”
Pasal 14 angka 2, “Masa pendaftaran sebagaimana di maksud dalam Pasal
13, paling lama tujuh hari terhitung sejak penetapan secara nasional hasil
pemilu anggota DPR,” sangat bertentangan dengan Pancasila dan UUD
1945 karena calon Presiden dan Calon Wakil Presiden tidak mewujudkan
manifestasi kedaulatan rakyat sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD
1945 yang menjadi sumber dari segala sumber hukum.
3. Pembukaan UUD 1945 Bahwa permohonan judial review ini merupakan bentuk penegakan
kedaulatan konstitusi pembukaan UUD 1945 yang kami anggap sebagai
norma dasar. Konstitusi kali ini rakyat Indonesia akan menyaksikan apakah
dasar negara masih ada dan dihormati. Kami percaya MK akan menegakan
dasar negara yang berlaku termasuk dalam hal ini norma yang mengatur
tentang persyaratan untuk menjadi calon Presiden dan Wakil Presiden yang
harus memenuhi persyaratan UU Nomor 42 Tahun 2008 Pasal 1 angka
2,“Partai adalah Partai politik yang telah ditetapkan sebagai peserta
pemilihan umum, anggota Dewan Perwakilan Rakyat”.
Pasal 9,“Pasangan calon diusulkan oleh partai politik dan gabungan partai
politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling
sedikit 20% dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% dari suara sah
nasional dalam pemilu anggota DPR, sebelum pelaksanaan pemilu presiden
dan wakil presiden.”
Pasal 10 angka 1, “Penentuan calon presiden dan/atau calon wakil presiden
dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan mekanisme
internal partai politik bersangkutan.”
Pasal 14 angka 2, “Masa pendaftaran sebagaimana di maksud dalam Pasal
13, paling lama tujuh hari terhitung sejak penetapan secara nasional hasil
pemilu anggota DPR,”
Yang menetapkan bahwa calon Presiden dan wakil presiden hanya bisa
diusulkan oleh partai yang memiliki suara 20% atau lebih. Hal itu secara
yuridis konstitusional bertentangan dengan dasar negara khususnya sila
keempat. Selain itu, partai-partai pengusung Presiden dan wakil Presiden itu
36
sejak berkuasa di era reformasi telah menjadi pilar korupsi dan melakukan
kolonialiasi Undang-Undang dan hal ini bertentangan dengan konstitusi
karena lebih mementingkan kaum kapitalis dan liberalis ketimbang
kepentingan rakyat; sehingga patut diduga bahwa UU Nomor 42 Tahun
2008 di atas akan menghasilkan Presiden dan Wakil Presiden yang sistem
Pemerintahaanya akan semakin jauh dari cita-cita kemerdekaan yang
diamanatkan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Rakyat menilai partai-partai besar yang selama ini menjadi kakuatan
penyelenggara negara secara konstitusi manjadi cacat moral. Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 hanya mengenal kedaulatan rakyat sehingga
sungguh tragis bahwa sesungguhnya pada saat ini Undang-Undang Nomor
42 Tahun 2008 hanya menaungi kepentingan segelintir elit yang akan
membunuh lahirnya pemimpin dari rahim rakyat Oleh karenanya kami pada
kesempatan ini melakukan judicial review Undang-Undang Nomor 42 Tahun
2008 bertentangan dengan Pembukaan UUD 1945. Keberadaan Negara
Republik Indonesia pada Alinea ketiga dalam Pembukaan UUD 1945
mengamanatkan “Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Kalimat, “maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”
merupakan deklarasi keberadaan Indonesia; kelahiran Indonesia; setelah
berhasil membebaskan diri dari belenggu penjajahan. Dengan kata lain
kalimat tersebut menjadi semacam akte kelahiran negara kesatuan Republik
Indonesia. Kelahiran seseorang maupun suatu bangsa tentu hanya terjadi
satu kali; dalam hal negara kesatuan Republik Indonesia secara yuridis
kelahirannya pada tanggal 18 Agustus 1945. Oleh karena itu selama masih
menyebut Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pembukaan UUD 1945
tidak dapat dirubah atau diganti dengan alasan apapun; kecuali
pembubaran Negara Kesatuan Republik Indonesia. Komite Pemerintahan
Rakyat Independen sangat perlu untuk menyampaikan tentang Kenapa
Negara Kesatuan Republik Indonesia ada? Sebagai negara bekas jajahan,
Indonesia merasakan betapa sakitnya menjadi negara terjajah dan betapa
jahatnya penjajahan itu, maka Indonesia mencintai kemerdekaan dan anti
penjajahan. Kemerdekaan Indonesia bukan hadiah tetapi direbut melalui
37
perjuangan. Amanat tersebut secara jelas disebut dalam alinea pertama dan
kedua Pembukaan. “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusian dan peri-keadilan”.
Yang harus dihapus itu adalah penjajahan dalam segala macam bentuk dan
jenisnya. Penjajahan berbentuk hegemoni yang kuat terhadap yang lemah,
menjajah terhadap yang dijajah; sifatnya pemaksaan kehendak yang kuat
terhadap yang lemah, merupakan eksploitasi penjajah terhadap yang
dijajah. Semangat kemerdekaan yang anti penjajahan itu semakin relevan di
era globalisasi ini, era dimana disuburkan liberalisme dan kapitalisme yang
berujung pada penjajahan yang kuat menjajah yang lemah, jenis penjajahan
semakin banyak, penjajahan politik, ekonomi, budaya, teknologi, informasi
dan lain sebagainya. Baik penjajahan yang dilakukan oleh luar negeri
maupun oleh dalam negeri harus dilawan secara cerdas; bukannya
dipelihara yang selama ini dilakukan oleh rezim reformasi.
Cita-cita kemerdekaan dengan susah payah berhasil diperjuangkan itu
bukan merdeka sekedar untuk merdeka, melainkan merdeka untuk suatu
cita-cita, merdeka untuk suatu tujuan; hal itu untuk diamanatkan dalam aline
kedua. “Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah
sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa
mengantarkan rakyat Indonesia, yang merdeka, bersatu berdaulat, adil dan
makmur”. Selanjutnya untuk mewujudkan cita-cita tersebut dibentuk negara
yang berkedaulatan rakyat dan pemerintahan yang bertugas untuk
melindungi segenap bangsa, wilayah dan kekayaan alam, mensenjahterkan,
mencerdaskan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia, seperti
yang disebut pada awal alinea keempat “Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia, perdamaian abadi dan keadilan
sosial....” alinea kedua dan keempat tersebut dengan tegas dan jelas
mengamanatkan bahwa negara dan pemerintah dibentuk untuk
melaksanakan tugasnya, yaitu cita-cita dan tujuan negara; maka pemerintah
yang mengabaikan bahkan mengingkari tugasnya seharusnya diganti.
38
Dasar Negara pada kalimat terakhir dalam alinea keempat merupakan
dasar negara “….maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepadak keTuhanan Mang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam kaitannya dengan pemilihan Presiden
dan Wakil Presiden, sebagai negara yang berkedaulatan rakyat tentu saja
Indonesia menganut demokrasi; dalam dasar negara, sistem demokrasi
yang diamanatkan Pembukaan adalah “Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”, buka demokrasi
liberal yang semata-mata mengutamakan kepentingan minoritas elit DPR
seperti yang tersurat maupun yang tersirat Undang-Undang Nomor 42
Tahun 2008.
Kalimat-kalimat/alinea dalam Pembukaan merupakan suatu keutuhan yang
bulat dan utuh, yang sangat berhubungan dengan menegaskan apa dan
siapa Indonesia? keberadaan Indonesia mempunyai cita-cita/tujuan apa?
bagaimana cara mewujudkannya serta falsafah yang melandasainya?.
Dengan kata lain Pembukaan merupakan jati diri Indonesia, pandangan
hidup dan falsafah bangsa Indonesia dalam bernegara; Dengan demikian
Pembukaan merupakan nilai dasar konstitusi menjadi norma dasar
konstitusi yang berarti pasal-pasal dan Undang-Undang Dasar merupakan
derivasi pembukaan dan undang-undang merupakan derivasi dari pasal-
pasal. Pada prinsipnya dianut suatu ketentuan bahwa dari norma yang lebih
rendah harus tunduk dan sesuai dengan norma yang lebih tinggi; norma
yang lebih rendah sama sekali tidak boleh bertentangan dengan norma
yang lebih tinggi: oleh karena itu, pasal-pasal dalam Undang-Undang Dasar
dan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 yang bertentangan dengan
Pembukaan seharusnya dapat diabaikan atau setidak-tidaknya segera
diganti yang sesuai dengan pembukaan.
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden Yang disebutkan dalam Pasal 1 angka 2, Pasal 9, Pasal 10
angka 1, Pasal 14 angka 2 merupakan bentuk suara perwakilan partai politik
elit tidak sepenuhnya mencerminkan kedaulatan rakyat puluhan juta rakyat
39
Indonesia yang bernaung dibawah organisasi-organisasi golongan buruh,
tani, nelayan dan lain-lain tidak terwakili partai. Undang-Undang tersebut
menyimpang dari dasar negara yang mengedepankan kebijaksanaan,
perwakilan dan musyawarah. Undang-Undang tersebut menganut suara
minoritas elit yang syarat dengan transaksional dan manipulasi.
Kenyataannya penyelanggaraan negara hasil bentukan partai-partai yang
selama ini berkuasa secara konstitusional telah memiliki cacat moral; telah
menerbitkan Undang-Undang kolonial yang menyimpang dari Pembukaan
sehingga terkesan justru mengembangkan kapitalisme dan liberalisme yang
merugikan rakyat dan menimbulkan berbagai masalah yang kita rasakan
selama ini, bahkan partai-partai yang duduk di DPR pun berlomba-lomba
melakukan korupsi triliunan rupiah. Kesimpulannya, secara moral partai
yang berkuasa sekarang, tidak layak mewakili rakyat yang berdaulat.
4. Penjelasan tentang bertentangannya Undang-Undang Nomor 42 Tahun
2008 dengan Pancasila dan UUD 1945 bisa dilihat di tabel berikut: Undang-Undang
Nomor 42 tahun 2008 Undang-Undang
Dasar 1945 Penjelasan
Pasal 1 angka 2,“Partai adalah Partai politik yang telah ditetapkan sebagai peserta pemilihan umum, anggota Dewan Perwakilan Rakyat”.
Pasal 1 ayat (2) Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksankan menurut Undang-undang Dasar.***)
Pasal 1 angka 2, “Partai adalah Partai politik yang telah ditetapkan sebagai peserta pemilihan umum, anggota Dewan Perwakilan Rakyat”. Hal ini sangat bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 1 ayat (2) Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksankan menurut Undang-undang Dasar.***) Karena DPR bukan wujud kedaulatan rakyat “Vox pupuli vox dei” (suara rakyat adalah suara Tuhan) namun DPR saat ini lebih merupakan kedaulatan elit dan kedaulatan partai yang lahir dari proses jual beli suara atau transaksi pemilihan umum dengan didasarkan oleh pemilih-pemilih palsu/pemilih bayaran sehingga melahirkan kolonialisasi konstitusi tanpa legitimasi suara rakyat secara keseluruhan ini bisa dibuktikan dengan tingginya angka golput sebagai pemenang. Dewan Perwakilan Rakyat sejatinya atau pada prakteknya tidak pernah menjadi rakyat secara langsung ini bisa dibuktikan melalui kasus-kasus penindasan dan perampasan hak hidup maupun hak atas tanah rakyat, tidak pernah DPR melakukan upaya pembelaan atau perlindungan terhadap hak-hak rakyat justru DPR menjadi kacung penjaga modal dari penjajahan baru bisa dilihat dengan banyaknya prduk-produk yang
40
dilahirkan oleh DPR adalah bentuk penjajahan dan kolonialiasi konstitusi Undang-undang produk DPR merupakan hasil kejahatan DPR yang bersekutu dengan imprialisme sehingga hampir setiap hari kita lihat petani, buruh, komunitas masyarakat adat, nelayan berjuang secara sendiri dalam merebut kedaulatannya yang dirampas oleh imprialisme melalui kongkalikong jahat dengan DPR.
Pasal 9,“Pasangan calon diusulkan oleh partai politik dan gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20% dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% dari suara sah nasional dalam pemilu anggota DPR, sebelum pelaksanaan pemilu presiden dan wakil presiden.”
Pasal 6A ayat (1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh satu pasangan secara langsung oleh rakyat ***)
Pasal 9,“Pasangan calon diusulkan oleh partai politik dan gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20% dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% dari suara sah nasional dalam pemilu anggota DPR, sebelum pelaksanaan pemilu presiden dan wakil presiden.” Hal ini bertentangan dengan Pasal 6A ayat (1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh satu pasangan secara langsung oleh rakyat ***) Arti secara langsung oleh rakyat adalah merupakan seluruh rakyat Indonesia bukan melalui usulan partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan kursi 20% karena suara rakyat bukanlah perolehan persentase kursi tetapi merupakan akumulasi suara rakyat Indonesia secara keseluruhan yang lahir dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat begitu pula dengan suara sah nasional memperoleh 25% dari suara sah nasional karena fakta menunjukan bahwa sebagian besar rakyat menjadikan golput sebagai pilihan politik jadi 25% perolehan suara sah nasional lebih bersifat konspiratif kongkalikong tanpa dihitung berdasarkan fakta dan kondisi objektif marujuk dari persoalan tersebut di atas maka sepantas dan sepatutnya calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus ditunjuk langsung oleh rakyat berdasarkan mekanisme perUndang-undangan yang tidak membatasi bentuk pemilihan rakyat.
Pasal 10 Ayat (1), “Penentuan calon presiden dan/atau calon wakil presiden dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan mekanisme internal partai politik bersangkutan.”
Pasal 27 ayat (2) Setiap warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya.
Pasal 10 Ayat (1), “Penentuan calon presiden dan/atau calon wakil presiden dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan mekanisme internal partai politik bersangkutan.” Hal ini sangat bertentangan dengan prinsip kedaulatan yang berada di tangan rakyat berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang tidak mengenal kedaulatan partai politik dan Pasal 27 ayat (2) Setiap warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan dengan tidak ada
41
kecualinya. Pasal 14 Ayat (2),
“Masa pendaftaran sebagaimana di maksud dalam Pasal 13, paling lama tujuh hari terhitung sejak penetapan secara nasional hasil pemilu anggota DPR,”
Pasal 28D ayat (1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
Pasal 28I ayat (2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu
Pasal 14 Ayat (2), “Masa pendaftaran sebagaimana di maksud dalam Pasal 13, paling lama tujuh hari terhitung sejak penetapan secara nasional hasil pemilu anggota DPR,” Hal ini sangat bertentangan dengan prinsip kedaulatan ditangan rakyat yang seharusnya pendaftaran didasarkan atas kesepakatan nasional dari masing-masing kelompok atau utusan-utusan rakyat sehingga bisa mengakomodir semangat kedaulatan rakyat seperti amanat yang tertera dalam Pasal 28D ayat (1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum dan Pasal 28I ayat (2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. Masa pendaftaran yang hanya didasarkan pada kepentingan penetapan secara nasional hasil pemilu anggota DPR sangatlah bersifat diskriminatif terhadap golongan-golongan atau utusan-utusan buruh, petani, komunitas masyarakat adat dan kaum miskin kota karena memposisikan DPR sebagai keterwakilan elit secara exlusive tanpa memperhatikan fungsi dan kedudukan rakyat secara keseluruhan.
5. Partai Politik adalah partai berdasarkan sila ke-4 Pancasila yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan/perwakilan Pasal 1 angka 2 frasa “partai politik adalah partai politik yang telah
ditetapkan sebagai perserta pemilihan umum oleh dewan perwakilan rayat
dirubah menjadi Pasal 1 angka 2 frasa partai politik adalah partai politik
yang telah diusulkan oleh golongan rakyat, golongan buruh, golongan petani
golongan kaum miskin kota, golongan fungsional seluruh rakyat Indonesia
berdasarkan Kongres Nasional Rakyat yang dihadiri oleh utusan-utusan
golongan”.
Pasal 9 frasa “pasangan calon diusulkan oleh partai politik dan gabungan
partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi
paling sedikit 20% dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% dari suara
sah nasional dalam pemilu anggota DPR, sebelum pelaksanaan pemilu
presiden dan wakil presiden dirubah menjadi Pasal 9 frasa pasangan calon
42
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik atau utusan
golongan rakyat, golongan buruh, golongan petani, golongan kaum miskin
kota, golongan fungsional seluruh rakyat Indonesia dengan persyaratan
mengakomodir seluruh kepentingan rakyat berdasarkan pada kesepakatan
Nasional berasaskan gotong royong dengan kesepakatan utuh, bulat dan