KEJANG DEMAM Penguji : dr. Hj. Roito Elmina G. H, Sp. A Disusun oleh : Sami Rahmawati – 2008730111
KEJANG DEMAM
Penguji :dr. Hj. Roito Elmina G. H, Sp. A
Disusun oleh :Sami Rahmawati – 2008730111
DEFINISI
Kejang demam (Febrile Convulsion) ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Pusponegoro Hardiono D, Widodo Dwi Putro, Ismael Sofyan (2006).Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam.
KD EPILEPSI
USIA 6 bulan – 5 tahun Neonatus, anak-anak, dewasa muda, dewasa, dan usia lanjut.
ETIOLOGI
• Umur anak• Tinggi dan cepatnya suhu meningkat• Faktor hereditas 8-22% riwayat
kejang demam di keluarga.• Penyakit infeksi : Infeksi saluran
pernafasan (tonsillitis dan faringitis), Infeksi saluran pencernaan (gastroenteritis akut), Infeksi saluran kemih (ISK), Pasca imunisasi (DPT (pertusis) dan campak), Otitis media akut (OMA)
• Idiopatik• Simptomatik : neonatus (trauma
persalinan, perdarahan intrakranial, hipoksia, hipoglikemi, hipokalsemi), anak (anomali kongenital), dewasa muda (cedera kepala, obat-obatan, alkohol), dewasa (tumor serebri), usia lanjut (penyakit serebrovaskular, penyakit degeneratif seperti alzheimer,)
• Penyebab lain : infeksi (meningitis, ensefalitis, abses), inflamasi (vaskulitis, sklerosis multipel)
Manifertasi Klinis
• Kejang (tonik, klonik, umum, atau fokal), riwayat kejang demam di keluarga.
• Demam, dengan suhu rektal > 38ºC
• Gejala infeksi di luar SSP (ISPA, ISK, OMA)
• Kejang tonik-klonik, tonik, klonik, absans, dan mioklonik.
KD EPILEPSI
Pemeriksaan Penunjang
•PL : tidak dilakukan•EEG : tidak dilakukan•CT Scan & MRI : tidak dilakukan
• PL : tidak dilakukan• EEG : gelombang
epileptiform• MRI : jika dicurigai ada
lesi struktural (kejang fokal)
MENINGITIS ENSEFALITIS
USIA95% kasus pada usia 1 bulan dan 5 tahun Semua usia, insiden tertinggi terjadi pada anak-
anak
ETIOLOGI
• Usia bulan pertama, penyebab bakterinya streptokokus grup B
• Usia 2 – 12 tahun, penyebabnya H. influenzae tipe b (bisa semua umur, namun sec. teoritis banyak pada anak usia 2 tahun), streptococcus pneumoniae atau Neisseria meningitidis
• Infeksi : Enterovirus (coxsackie, poliomielitis), myxovirus (gondongan, rabies), virus herpes (H. simplex, H. zoster), ditularkan melalui anthropoda (demam kuning, demam dengue), virus lain (limfositik, koriomeningitis, psittacosis)
• Pasca-infeksi : campak, rubela, varisela, virus pox
Manifertasi Klinis
• Meningitis Bakterialis : kejang, demam, nyeri kepala, meningismus tanpa penurunan kesadaran, letargi, malaise, UUB besar membonjol, kaku kuduk, kernig sign, bruzinski.
• Meningitis Tuberkulosis : demam, kejang, muntah, anoreksia, batuk, pilek, riw. kontak dengan pasien TB dewasa, riw. imunisasi BCG.
• Meningitis Viral : disebut juga meningitis aseptik karena tidak ditemukannya bakteri di dalam darah. Demam, sakit kepala, kekakuan leher, mual, muntah.
• Demam tinggi mendadak, sering ditemukan hiperpireksia
• Penurunan kesadaran dengan cepat, pada anak agak besar mengeluh nyeri kepala, kejang, kesadaran menurun.
• Peningkatan TIK, kelumpuhan tipe UMN (spastis, hiperrefleks, refleks patologis, dan klonus)
Pemeriksaan Penunjang
- Meningitis Bakterialis :• PL : cairan keruh (opalesence) dengan
Nonna +/- dan Pandy +/++. Jumlah sel 100-10.000/mm³ dengan PMN 200-500 mg/dl, glukosa < 40 mg/dl. KI pada kasus peningkatan TIK.
• EEG : perlambatan umum• MRI : dilakukan pada kasus berat/curiga
komplikasi empiema subdural, hidrosefalus.
- Meningitis Tuberkulosis :• PL : LCS jernih, cloudy/santokrom,
jumlah sel meningkat 10-250sel/mm³ & jarang lebih 500sel/mm³, protein meningkat >100mg/dl, dan glukosa menurun <355mg/dl.
• EEG : perlambatan gelombang irama dasar.
• MRI : lesi parenkim pada daerah basal otak. Dilakukan bila ada indikasi, terutama dicurigai terdapat komplikasi hidrosefalus.
- Meningitis Viral :• PL : Jumlah sel meningkat
20-1000sel/mm³, glukosa normal, protein meningkat.
• EEG : perlambatan umum• MRI : dilakukan pada kasus berat/curiga
komplikasi.
• PL : pemeriksaan CSS bisa normal atau menunjukan abnormalitas ringan – sedang : peningkatan jumlah sel 50-200/mm³, sel limfosit mendominasi. Protein meningkat tapi tidak lebih 200mg/dl, Glukosa normal
• EEG : bisa normal, gambaran perlambatan atau gelombang epileptiform baik umum maupun fokal.
• CT Scan &MRI : gambaran edema otak baik umum maupun fokal
EPIDEMIOLOGI
• 2-5% anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun.
• 70-75% memiliki kejang demam sederhana
• 20-25% mengalami kejang demam kompleks
Febrile Seizures. From http://emedicine.medscape.com/article/801500-overview#showall
ETIOLOGI
• Umur anak• Tinggi dan cepatnya suhu meningkat• Faktor hereditas mempunyai peran yaitu 8-22%
anak yang mengalami kejang demam (riwayat keluarga).
• Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam adalah :– Infeksi saluran pernafasan (tonsillitis dan faringitis)– Infeksi saluran pencernaan (gastroenteritis akut)– Infeksi saluran kemih (ISK)– Pasca imunisasi (DPT (pertusis) dan campak)– Otitis media akut (OMA)
Behrman, Kliegman, Arvin (2000), Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol.3, Edisi 15Febrile Seizures. From http://www.medicinenet.com/febrile_seizures/article.htm
PATOFISIOLOGIDemam dengan
kenaikan suhu 1oCDemam dengan
kenaikan suhu 1oC
Peningkatan metabolisme basal
10%-15% dan Oksigen meningkat
20%
Kenaikan suhu tubuh
Dalam waktu singkat, difusi ion
kalium dan ion natrium
Perubahan keseimbangan ion melalui membran
sel neuron
Perubahan keseimbangan ion melalui membran
sel neuron
Pelepasan muatan listrik
Menyebar ke seluruh sel
Menyebar ke seluruh sel neurotransmiterneurotransmiter
KEJANGKEJANG
KLASIFIKASIPembagian kejang demam dalam 2 kelompok, sebagai berikut :•Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)•Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)No. KLINIS KD SEDERHANA KD KOMPLEKS
1. Durasi <15 menit >15 menit
2. Tipe KejangTonik dan atau klonik tanpa gerakan fokal
Fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum di dahului kejang parsial
3.Berulang dalam
satu episode (24jam)
Tidak berulangBerulang, lebih dari 1x
dalam 24 jam
4. NeurologiTidak ada keluhan
neurologi pasca kejangTerdapat keluhan neurologi
pasca kejang
Pusponegoro Hardiono D, Widodo Dwi Putro, Ismael Sofyan (2006).Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam
MANIFESTASIKLINIS
• Kejang terkait dengan kenaikan suhu yang sangat cepat
• Berkembang bila suhu tubuh mencapai ≥ 39ºC.
• Keluhan demam sudah tidak ada saat anak dibawa ke RS, tanggung jawab dokter yang paling penting adalah menentukan penyebab demam dan mengesampingkan meningitis.
• Infeksi saluran pernapasan atas dan OMA adalah penyebab kejang demam yang paling sering.
Behrman, Kliegman, Arvin (2000), Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol.3, Edisi 15.
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
•Identifikasi kejang :• Lamanya
• Apakah kejang tsb baru pertama kali atau sudah pernah sebelumnya; bila sudah pernah berapa kali dan waktu usia berapa
• Sifat kejang (tonik, klonik, umum, atau fokal)
• Interval antara dua serangan
• keadaan anak sebelum dan setelah kejang.
• Gejala lain seperti : demam, muntah, penurunan kesadaran, atau kemunduran kepandaian (jika pada neonatus perlu diteliti riwayat kehamilan ibu serta kelahiran bayi)
• Penyebab demam diluar infeksi susunan saraf pusat (gejala infeksi saluran napas akut/ISPA, infeksi saluran kemih/ISK), otitis media akut/OMA).
• Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam, dan epilepsi dalam keluarga.
• Singkirkan penyebab kejang yang lain, misalnya : diare atau muntah yang mengakibatkan gangguan elektrolit, asupan kurang yang dapat menyebabkan hipoglikemia.
PEMERIKSAAN FISIK•Kesadaran : apakah terdapat penurunan kesadaran•Suhu tubuh•Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk, bruzinski I dan II, kernique sign•Tanda infeksi di luar SSP : ISPA, OMA, ISK dll•Pemeriksaan neurologi : tonus, motorik, reflex fisiologis. Pudjiadi H. Antonius (2010). Pedoman Pelayanan
Medis, Jilid IDiagnosis Fisis Pada Anak (2009). Edisi ke-2
PEMERIKSAAN PENUNJANG• Pemeriksaan laboratorium• Pungsi lumbal• Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) • Foto X – ray kepala dan pencitraan
Pusponegoro Hardiono D, Widodo Dwi Putro, Ismael Sofyan (2006).
Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam.
Diazepam 5-10 mg/kgBB/rektal< 10 kg (5mg), > 10 kg (10 mg)
Maks 2x jarak 5 menitPre-hospital
Diazepam 0,25-0,5 mg/kgBB/IV(kec. 2mg/mnt, max dosis 20mg)
5 mnt tidak
berhenti
5 mnt tidak
berhenti
MonitorAirwayBreathing,
O2
Circulation
Hospital
Fenitoin 20 mg/kgBB/IV(kec. 1mg/kgBB/mntatau < 50 mg/mnt)
20 mnt tidak
berhentiKEJANG (-)
5-7mg/kgBB/IV
12 jam kemudian
Fenobarbital maks 20 mg/kgBB/IV(kec. 100mg/mnt
30-60 mnt
KEJANG (-)4-5mg/kgBB/
IV12 jam
kemudian
ICU
Tanda vitalEKG
Gula darahElektrolit serum
AGDKoreksi kelainan
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Fenitoin tambahan 10 mg/kgBB/IV
ALOGARITMA KEJANG AKUT
Status Epileptikus
KEJANG (-)Terapi rumatan
tergantung etiologi
TATALAKSANA DI ICUTambahkan fenobarbital 10-15 mg/kg BB IV atau
Midazolam bolus 0.15 mg/kgBB dilanjutkan
2 g/kgBB/menit infus drip
Kejang (-) dalam 24 jam:
turunkan midazolam 1 g/kg/menit
tiap 15 menit
- Naikkan dosis 2 g/kg/menit
selama 5 menit sampai dosis max
24 g/kg/menit
- Bolus midazolam 0.15 mg/kg bila
perlu
Masih kejang
Pudjiadi H. Antonius (2010). Pedoman Pelayanan Medis, Jilid I
PEMBERIAN OBAT SAAT DEMAMANTIPIRETIK•Parasetamol dengan dosis 10-15 mg/kgBB/kali diberikan dalam 4 kali pemberian per hari dan tidak lebih dari 5 kali.•Ibuprofen dengan dosis 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari.ANTIKONVULSAN•Diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat demam menurunkan risiko berulang kejang pada 30%-60% kasus•Begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/ kgBB setiap 8 jam pada suhu > 38,5°C
Pusponegoro Hardiono D, Widodo Dwi Putro, Ismael Sofyan (2006).
Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam.
PEMBERIAN OBAT RUMATDengan indikasi berikut:1.Kejang lama >15 menit2.Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy3.Kejang fokal4.Pengobatan rumatan dipertimbangkan bila :
1.Kejang berulang 2x atau lebih dalam 24 jam2.Kejang demam terjadi pada bayi < 12 bulan3.Kejang demam ≥ 4x per tahun
Pusponegoro Hardiono D, Widodo Dwi Putro, Ismael Sofyan (2006).
Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam.
PEMBERIAN OBAT RUMAT
• Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat dapat diberikan obat fenobarbital dengan dosis 3-4mg/kg dibagi per hari dalam 2 dosis
• Atau asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, setiap hari efektif dalam menurunkan risiko berulang kejang.
• Obat rumatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang.
Pusponegoro Hardiono D, Widodo Dwi Putro, Ismael Sofyan (2006).
Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam.
PENGOBATAN PROFILAKSIS INTERMITEN
ANTIPIRETIK•Parasetamol dengan dosis 10-15mg/kgBB/kali diberikan dalam 4 kali pemberian per hari dan tidak lebih dari 5 kali.•Atau ibuprofen dengan dosis 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari.ANTIKONVULSAN•Diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam atau diazepam rektal 0,5mg/kgBB setiap 8 jam pada saat suhu tubuh >38,5ºC.Pudjiadi H. Antonius (2010). Pedoman Pelayanan
Medis, Jilid I
PROGNOSIS
• Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis → Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal.
• Kemungkinan mengalami kematian
kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.
EDUKASI PADA ORANG TUA
• Kecemasan orant tua dapat dikurangi dengan cara antara lain:1. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai
prognosis baik2. Memberitahukan cara penanganan kejang3. Memberi informasi tentang risiko kejang berulang4. Pemberian obat pencegahan memang efektif, tetapi
harus diingat risiko efek samping obat
Pusponegoro Hardiono D, Widodo Dwi Putro, Ismael Sofyan (2006). Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam.