17 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Interpretasi Penggunaan Lahan dari Citra Landsat Interpretasi citra merupakan upaya untuk menafsirkan citra sehingga mendapatkan informasi yang akurat dan sesuai mengenai obyek yang terekam. Unsur-unsur yang digunakan sebagai dasar analisis meliputi: ukuran, rona ( tone), warna, tekstur, pola dan resolusi (Lillesand dan Keifer, 1994). Dalam penelitian ini interpretasi citra menghasilkan tujuh penggunaan lahan yakni: hutan, kebun, lahan terbangun, sawah, tegalan, tubuh air dan lain-lain. Hutan pada citra Landsat dicirikan dengan warna hijau tua dengan tekstur halus dan berlereng curam. Interpretasi penggunaan lahan hutan pada citra Landsat relatif mudah karena warna dan tekstur berbeda dibandingkan dengan penggunaan lahan lainnya serta lokasi hutan umumnya berada pada wilayah- wilayah dengan lereng yang terjal. Hutan di Kabupaten Bogor banyak terdapat di Kecamatan Caringin, Kecamatan Cigombong dan Kecamatan Nanggung. Kebun merupakan kelompok vegetasi campuran antara tanaman tahunan (buah-buahan) dengan tanaman semusim. Kenampakan kebun pada citra ditandai dengan warna hijau terang dengan tekstur kasar dan bergerombol. Kebun menyebar di Kecamatan Jasinga dan Kecamatan Rumpin. Sementara tegalan merupakan kelompok vegetasi campuran dimana lebih banyak tanaman rendah seperti palawija dan sayuran. Kenampakan tegalan pada citra kadang-kadang sulit dibedakan dengan kebun, namun tegalan memiliki ciri khas warna hijau terang kecoklatan dengan tekstur kasar dan lokasinya biasanya dekat dengan permukiman. Tegalan banyak dijumpai di Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Babakan Madang, Kecamatan Cigudeg dan Kecamatan Sukajaya. Sawah pada citra Landsat memiliki beberapa kenampakan tergantung pada fase penanamannya. Pada fase vegetatif dan tergenang air, kenampakan sawah pada citra akan berwarna hijau kebiru-biruan, jika fase reproduktif dan pematangan warna sawah hijau kekuningan. Sementara pada saat diberakan warna sawah akan menjadi kecoklatan. Dari sekian macam warna sawah pada kenampakan citra tersebut, unsur yang memudahkan klasifikasi adalah tekstur halus dan pola kotak-kotak yang mencirikan petakan lahan. Lahan terbangun (built-up area) meliputi permukiman baik padat maupun jarang, kawasan industri dan perkantoran serta sarana prasarana sosial ekonomi lainnya. Kenampakan lahan terbangun pada citra Landsat dicirikan dengan warna merah muda hingga keungu-unguan dengan tekstur kasar dan bergerombol dan polanya mengikuti jaringan jalan. Tubuh air meliputi sungai dan danau/situ. Kenampakannya pada citra dicirikan dengan warna biru tua dan keberadaannya menyebar di seluruh wilayah dengan luasan yang sangat kecil. Dari keenam kelas penggunaan lahan hasil interpretasi, ada sebagian kecil penggunaan lahan yang tidak dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi tersebut, misalnya tanah terbuka, semak belukar, empang. Oleh karena itu dalam penelitian ini ketiga penggunaan lahan tersebut dikelompokkan ke dalam kelas lain-lain. Kenampakan enam jenis penggunaan lahan pada citra Landsat tahun 2013 dan visualisasi di lapangan tahun 2014 disajikan pada Gambar 6 dan Gambar 7.
25
Embed
4 HASIL DAN PEMBAHASAN fase vegetatif dan tergenang air, kenampakan sawah pada citra akan berwarna hijau kebiru-biruan, jika fase reproduktif dan pematangan warna sawah hijau kekuningan.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
17
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Interpretasi Penggunaan Lahan dari Citra Landsat
Interpretasi citra merupakan upaya untuk menafsirkan citra sehingga
mendapatkan informasi yang akurat dan sesuai mengenai obyek yang terekam.
Unsur-unsur yang digunakan sebagai dasar analisis meliputi: ukuran, rona (tone),
warna, tekstur, pola dan resolusi (Lillesand dan Keifer, 1994). Dalam penelitian
ini interpretasi citra menghasilkan tujuh penggunaan lahan yakni: hutan, kebun,
lahan terbangun, sawah, tegalan, tubuh air dan lain-lain.
Hutan pada citra Landsat dicirikan dengan warna hijau tua dengan tekstur
halus dan berlereng curam. Interpretasi penggunaan lahan hutan pada citra
Landsat relatif mudah karena warna dan tekstur berbeda dibandingkan dengan
penggunaan lahan lainnya serta lokasi hutan umumnya berada pada wilayah-
wilayah dengan lereng yang terjal. Hutan di Kabupaten Bogor banyak terdapat di
Kecamatan Caringin, Kecamatan Cigombong dan Kecamatan Nanggung.
Kebun merupakan kelompok vegetasi campuran antara tanaman tahunan
(buah-buahan) dengan tanaman semusim. Kenampakan kebun pada citra ditandai
dengan warna hijau terang dengan tekstur kasar dan bergerombol. Kebun
menyebar di Kecamatan Jasinga dan Kecamatan Rumpin. Sementara tegalan
merupakan kelompok vegetasi campuran dimana lebih banyak tanaman rendah
seperti palawija dan sayuran. Kenampakan tegalan pada citra kadang-kadang sulit
dibedakan dengan kebun, namun tegalan memiliki ciri khas warna hijau terang
kecoklatan dengan tekstur kasar dan lokasinya biasanya dekat dengan
permukiman. Tegalan banyak dijumpai di Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan
Babakan Madang, Kecamatan Cigudeg dan Kecamatan Sukajaya.
Sawah pada citra Landsat memiliki beberapa kenampakan tergantung pada
fase penanamannya. Pada fase vegetatif dan tergenang air, kenampakan sawah
pada citra akan berwarna hijau kebiru-biruan, jika fase reproduktif dan
pematangan warna sawah hijau kekuningan. Sementara pada saat diberakan warna
sawah akan menjadi kecoklatan. Dari sekian macam warna sawah pada
kenampakan citra tersebut, unsur yang memudahkan klasifikasi adalah tekstur
halus dan pola kotak-kotak yang mencirikan petakan lahan.
Lahan terbangun (built-up area) meliputi permukiman baik padat maupun
jarang, kawasan industri dan perkantoran serta sarana prasarana sosial ekonomi
lainnya. Kenampakan lahan terbangun pada citra Landsat dicirikan dengan warna
merah muda hingga keungu-unguan dengan tekstur kasar dan bergerombol dan
polanya mengikuti jaringan jalan.
Tubuh air meliputi sungai dan danau/situ. Kenampakannya pada citra
dicirikan dengan warna biru tua dan keberadaannya menyebar di seluruh wilayah
dengan luasan yang sangat kecil. Dari keenam kelas penggunaan lahan hasil
interpretasi, ada sebagian kecil penggunaan lahan yang tidak dapat dimasukkan ke
dalam klasifikasi tersebut, misalnya tanah terbuka, semak belukar, empang. Oleh
karena itu dalam penelitian ini ketiga penggunaan lahan tersebut dikelompokkan ke dalam kelas lain-lain.
Kenampakan enam jenis penggunaan lahan pada citra Landsat tahun 2013
dan visualisasi di lapangan tahun 2014 disajikan pada Gambar 6 dan Gambar 7.
18
Gambar 6. Kenampakan Penggunaan Lahan pada Citra Landsat
2013
Gambar 7. Kenampakan Penggunaan Lahan di lapang tahun 2014
19
Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan di Kabupaten Bogor
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Bogor dari titik tahun
1989, 1995, 2001, 2006, 2009 hingga 2013 mengalami perubahan penggunaan
lahan yang sangat dinamis. Penggunaan lahan yang paling besar perubahannya
adalah lahan terbangun dimana jumlahnya bertambah 48,232 ha. Pertambahan
luas lahan terbangun yang signifikan ini merupakan hasil konversi lahan sawah,
kebun, dan hutan dimana sawah mengalami penurunan sebesar 24,180 ha, kebun
mengalami penurunan sebesar 22,081 ha. dan hutan mengalami penurunan sebesar
5,825 ha. Untuk tubuh air dan lain-lain tidak akan banyak dibahas karena luasnya
yang yang sangat kecil dibandingkan dengan luas Kabupaten Bogor secara
keseluruhan. Dinamika perubahan penggunaan lahan Kabupaten Bogor tahun
1989-2013 disajikan pada Gambar 8, dan sebaran spasial hasil interpretasi
penggunaan lahan Kabupaten Bogor disajikan pada Gambar 9.
Gambar 8. Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan Kabupaten Bogor
Tahun 1989-2013
Salah satu alasan banyaknya titik tahun yang diambil dalam penelitian ini
adalah supaya dapat melihat pola dinamika perubahan penggunaan lahan yang
terjadi. Untuk perubahan penggunaan lahan hutan, pola yang terlihat tidak
menunjukkan perubahan yang mencolok meskipun jumlahnya berkurang dari
tahun ke tahun. Pola perubahan lahan kebun nyata menurun terutama pada rentang
titik tahun 1989-1995, 1995-2001 dan 2001-2006. Lahan terbangun cenderung
meluas pada rentang titik tahun 1995-2001, sementara luas sawah secara umum
menurun dari tahun ke tahun.
-5,825 -22,081
48,233
-24,180
2,416
-3
1,441
-30,000
-20,000
-10,000
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
Hu
tan
Keb
un
Lahan
Terban
gun
Sawah
Tegalan
Tub
uh
Air
Lain-lain
Luas
(H
a)
Penggunaan Lahan
20
Legenda
Hutan
Kebun
Lahan Terbangun
Lain-lain
Sawah
Tegalan
Tubuh Air
µ0 4 8 12 162
Kilometers
a) Tahun 1989 b) Tahun 1995
c) Tahun 2001 d) Tahun 2006
e) Tahun 2009 f) Tahun 2013
Gambar 9. Hasil Interpretasi Penggunaan Lahan Kabupaten Bogor
Tahun 1989-2013
21
Luas tegalan relatif konstan, namun pada rentang tahun 1989-1995 terjadi
sedikit penurunan dan cenderung kembali ke luas awal lima tahun kemudian. Pola
dinamika perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Bogor pada enam titik tahun
pengamatan dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Pola Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan di
Kabupaten Bogor
Berdasarkan pola perubahan penggunaan lahan yang muncul diantara enam
titik tahun pengamatan, pola perubahan yang signifikan selalu terjadi pada rentang
tahun 1995-2001 di setiap penggunaan lahannya. Hal ini diduga berkaitan dengan
krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada rentang tahun tersebut. Krisis
moneter tersebut menyebabkan fenomena penjualan aset properti yang dimiliki
baik berupa rumah maupun tanah dengan harga murah, di sisi lain sekelompok
kecil pemilik modal membeli properti sebanyak-banyaknya. Oleh sebab itu pada
rentang titik tahun 1995-2001 terjadi konversi penggunaan lahan sawah, kebun
dan lahan terbangun. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ilham et al (2003)
yang menyatakan bahwa tekanan ekonomi pada saat krisis ekonomi menyebabkan
banyak petani menjual sawah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dampaknya
secara umum meningkatkan konversi lahan sawah dan memusatnya penguasaan
lahan pada pihak-pihak tertentu.
Setelah mengetahui pola dinamika perubahan penggunaan lahan, matriks
transisi perubahan penggunaan lahan dapat dibangun untuk mengetahui
penggunaan lahan tahun awal dan penggunaan lahan tahun akhir, apakah
mengalami perubahan atau tetap. Matriks transisi perubahan penggunaan lahan di
Kabupaten Bogor tahun 1989-2013 disajikan pada Tabel 3. Dari matriks transisi
dapat dilihat bahwa perubahan lahan pertanian yang meliputi kebun, sawah dan
tegalan di tahun 1989 menjadi lahan terbangun di tahun 2013 merupakan alih
fungsi lahan yang paling dominan yakni sebesar 47,953 ha atau 16.05% dari total
luas Kabupaten Bogor.
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
1989 1995 2001 2006 2009 2013
Per
sen
tase
Lu
as (
%)
Tahun
Hutan
Kebun
Lahan Terbangun
Sawah
Tegalan
Tubuh Air
Lain-lain
22
Tabel 3. Matriks Transisi Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1989-2013
Penggunaan
Lahan 1989
Penggunaan Lahan 2013
Hutan Kebun
Lahan
Terbangun
Lain-
lain Sawah Tegalan
Tubuh
Air Total
Hutan 32,066 1,737 245 - 270 3,584 - 37,903
Kebun 1 52,966 9,857 374 - 13,662 - 76,861
Lahan Terbangun -
27,005 - - - - 27,005
Lain-lain -
32 108 - - - 140
Sawah - 63 20,338 185 47,545 3,865 - 71,995
Tegalan 10 13 17,758 914 - 62,858 - 81,553
Tubuh Air -
3 - - - 3,338 3,340
Total 32,077 54,780 75,238 1,581 47,815 83,969 3,338 298,797
Konversi lahan sawah dan tegalan menjadi lahan terbangun merupakan yang
terbesar diantara jenis perubahan penggunaan lahan (pada periode 1989-2013) di
Kabupaten Bogor. Hal ini dikarenakan kebanyakan sawah dan tegalan berada
pada lokasi dengan lereng yang landai serta berada dekat dengan permukiman dan
pusat fasilitas, mudah dijangkau sehingga lebih disukai sebagai lokasi
pengembangan aktifitas. Konversi kedua penggunaan lahan ini perlu mendapat
perhatian lebih dari pemerintah baik pusat maupun daerah terkait dengan isu
ketahanan pangan. Salah satu bentuk perlindungan pemerintah terhadap lahan
pertanian adalah lahirnya Undang-Undang No. 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Dalam undang-
undang tersebut dijelaskan bahwa lahan sawah atau hortikultura dilindungi
peruntukannya, sehingga keberadaannya tidak boleh diganggu gugat sejak
ditetapkan menjadi lahan pertanian dalam Rencana Tata Rang Wilayah hingga 20
tahun ke depan (jangka waktu RTRW).
Sebaran perubahan penggunaan lahan dari tahun ke tahun pengamatan
disajikan pada Gambar 11. Dari gambar tersebut dapat dilihat perubahan paling
nyata terjadi pada rentang waktu 1989-1995 dan 1995-2001 dan pola sebarannya
merata hampir di semua wilayah Kabupaten Bogor. Dari gambar tersebut dapat
dilihat bahwa lahan yang paling banyak berubah adalah tegalan dan sawah
menjadi penggunaan lahan lain khususnya lahan terbangun.
Sekuen Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan
Sekuen perubahan penggunaan lahan adalah gambaran pola perubahan
penggunaan lahan dari waktu ke waktu. Dalam penelitian ini, sekuen perubahan
penggunaan lahan dilakukan untuk mengetahui gambaran arah perubahan dari tiga
periode pengamatan, yakni periode tahun 1989-2001, periode tahun 1995-2006
dan periode 2001-2013. Sekuen perubahan penggunaan lahan dibuat dari ekstraksi
nilai atribut peta perubahan penggunaan lahan pada Gambar 11. Dari peta tersebut
dapat dilihat bahwa Kabupaten Bogor mengalami perubahan yang signifikan
antara tahun 1989-2006, sementara dari 2006-2013 perubahannya tidak banyak.
Untuk mempermudah menggambarkan sekuen perubahan penggunaan lahan
dibuat matriks perubahan seperti disajikan pada Tabel 4.
23
Legenda
Hutan --> Kebun
Hutan --> Lahan Terbangun
Hutan --> Sawah
Hutan --> Tegalan
Kebun --> Lahan Terbangun
Kebun --> Tegalan
Sawah --> Kebun
Sawah --> Lahan Terbangun
Sawah --> Tegalan
Tegalan --> Lahan Terbangun
Tegalan --> Hutan
Tegalan --> Kebun
Kebun --> Hutan
Kebun --> Sawah
Legenda
Hutan --> Kebun
Hutan --> Lahan Terbangun
Hutan --> Sawah
Hutan --> Tegalan
Kebun --> Lahan Terbangun
Kebun --> Tegalan
Sawah --> Kebun
Sawah --> Lahan Terbangun
Sawah --> Tegalan
Tegalan --> Lahan Terbangun
Tegalan --> Hutan
Tegalan --> Kebun
Kebun --> Hutan
Kebun --> Sawah
µ0 4 8 12 162
Kilometers
Gambar 11. Sebaran Spasial Perubahan Penggunaan Lahan di Kabupaten
Bogor tahun 1989-2013
a) 1989-1995 b) 1995-2001
c) 2001-2006 d) 2006-2009
f)1989-2013 e) 2009-2013
24
Tabel 4. Matriks Perubahan Penggunaan Lahan Kabupaten Bogor tahun 1989-
2006
Penggunan Lahan 1989-1995
Penggunaan Lahan 2001 (Ha)
Hutan Kebun Lahan
Terbangun Sawah Tegalan
Hutan --> Kebun
1,737 Hutan --> Lahan Terbangun
18
Hutan --> Sawah
7 244 Hutan --> Tegalan
66
2,106
Kebun --> Kebun
65,725 1,253
78
Kebun --> Lahan Terbangun
4,504 Kebun --> Tegalan
25 793
4,155
Sawah --> Kebun
8 Sawah --> Lahan Terbangun
3,793
Sawah --> Sawah
8,109 56,085 391
Sawah --> Tegalan
4 482
2,977
Tegalan --> Lahan Terbangun
6,014 Tegalan --> Tegalan 10 6 6,373
67,413
Penggunan Lahan 1995-2001
Penggunaan Lahan 2006 (Ha)
Hutan Kebun Lahan
Terbangun Sawah Tegalan
Hutan --> Hutan 33,316
83 80 246
Kebun --> Kebun 1 55,494 2,411 1 9,562
Kebun --> Lahan Terbangun
1,253 Kebun --> Tegalan
6
73
Sawah --> LahanTerbangun
8,116 Sawah --> Sawah
17 5,130 50,505 639
Sawah --> Tegalan
28
363
Tegalan --> Hutan 10 Tegalan --> Kebun
34 1
Tegalan --> Lahan Terbangun
7,714 Tegalan --> Tegalan 217 4,613 71,722
Penggunaan Lahan 2001-2006
Penggunaan Lahan 2013
Hutan Kebun Lahan
Terbangun Sawah Tegalan
Hutan --> Hutan 32,076
18
1,232
Hutan --> Lahan Terbangun
83 Hutan --> Sawah
80
Hutan --> Tegalan
246
Kebun --> Hutan 1 Kebun --> Kebun
54,502 408
591
Kebun --> Lahan Terbangun
2,412 Kebun --> Sawah
1
Kebun --> Tegalan
100
9,462
Lahan Terbangun --> Lahan Terbangun
59,045
25
Tabel 4. (lanjutan)
Penggunaan Lahan 2001-2006 Penggunaan Lahan 2013
Hutan Kebun Lahan
Terbangun Sawah Tegalan
Sawah --> Kebun
17 Sawah --> Lahan Terbangun
5,130
Sawah --> Sawah
34 2,502 47,736 233
Sawah --> Tegalan
28
612
Tegalan --> Kebun
217 Tegalan --> Lahan Terbangun
4,646
Tegalan --> Tegalan
8 722
71,362
Dari Tabel 4 dapat dilihat pola dinamika perubahan penggunaan lahan yang
terjadi di Kabupaten Bogor sejak tahun 1989 hingga tahun 2013. Pada periode
1989-2001 hutan dapat berubah menjadi kebun, lahan terbangun, sawah dan
tegalan secara langsung, namun perubahan hutan juga terjadi secara tidak
langsung, yakni melalui perubahan hutan menjadi sawah, tegalan dan akhirnya
berubah menjadi lahan terbangun. Kebun dapat berubah menjadi lahan terbangun
dan tegalan lalu dapat berubah kembali menjadi kebun. Sawah dapat berubah
menjadi kebun, lahan terbangun dan tegalan. Pada periode ini perubahan sawah
menjadi lahan terbangun dapat terjadi secara langsung maupun melalui perubahan
menjadi tegalan terlebih dahulu. Sementara penggunaan lahan tegalan yang tidak
berubah pada tahun 1989-1995 dapat berubah menjadi hutan, kebun dan lahan
terbangun pada periode tahun 1995-2001.
Pada periode tahun 2001-2006, lahan-lahan yang berubah juga didominasi
oleh lahan-lahan yang pada periode 1995-2001 tidak berubah seperti kebun,
sawah dan tegalan. Jenis penggunaan lahan tersebut berubah menjadi lahan
terbangun. Selain perubahan menjadi lahan terbangun, pada periode 2001-2006
juga terjadi perubahan lahan kebun menjadi tegalan yakni sebesar 9,562 ha. Selain
itu pada periode 2001-2006 juga terlihat perubahan hutan menjadi tegalan, sawah
dan lahan terbangun. Hal ini terjadi karena kebutuhan akan lahan baik sebagai
lahan tempat tinggal akibat pertumbuhan penduduk maupun lahan pertanian
karena peningkatan kebutuhan pangan meningkat setiap tahunnya.
Pada periode tahun 2006-2013 terjadi perubahan lahan hutan menjadi lahan
terbangun dan tegalan. Disamping itu juga terjadi perubahan lahan kebun menjadi
lahan terbangun dan tegalan. Sebagian kecil kebun yang berubah menjadi sawah
berubah kembali mejadi kebun. Kebun yang berubah menjadi tegalan pada
periode sebelumnya dapat berubah menjadi lahan terbangun. Sawah yang pada
periode sebelumnya tidak mengalami perubahan dapat berubah menjadi kebun,
lahan terbangun dan tegalan. Sawah yang berubah menjadi tegalan pada periode
2001-2006 dapat berubah menjadi lahan terbangun. tegalan yang pada periode
sebelumnya tidak mengalami perubahan dapat berubah menjadi kebun dan lahan
terbangun.
Penggunaan lahan yang beralih fungsi menjadi lahan terbangun pada setiap
periode, tidak lagi beralih fungsi menjadi penggunaan lahan lain di periode
berikutnya. Namun demikian, perubahan penggunaan lahan hutan, kebun, sawah
dan tegalan dapat berubah menjadi lahan terbangun baik secara langsung maupun
tidak langsung. Perubahan luas penggunaan lahan pada periode 2001-2013 secara
luasan tidak terlalu signifikan dibanding dengan perubahan yang terjadi pada
26
periode 1989-2001 dan 1995-2006. Hal ini membuktikan bahwa perubahan yang
terjadi pada periode 2001-2013 merupakan kelanjutan dari perubahan yang terjadi
pada tahun-tahun sebelumnya. Ringkasan sekuen pola perubahan penggunaan
lahan di Kabupaten Bogor berdasarkan hasil interpretasi Tabel 4 disajikan pada
Gambar 12.
Hutan
Kebun Sawah
Tegalan
Lahan
Terbangun
Gambar 12. Sekuen Pola Perubahan Penggunaan Lahan Kabupaten
Bogor
Berdasarkan sekuen perubahan penggunaan lahan tersebut dapat dilihat
bahwa penggunaan lahan hutan dan pertanian (kebun, sawah dan tegalan)
sebagian berubah menjadi lahan terbangun (permukiman) yakni sebesar 48,198 ha
atau 16.13% dari luas Kabupaten Bogor. Perubahan menjadi lahan terbangun
didominasi oleh penggunaan lahan sawah dan tegalan. Hal ini dikarenakan sawah
dan tegalan lokasinya cenderung dekat dengan lahan terbangun (yang diasumsikan
berpenghuni) dibandingkan dengan hutan dan kebun sehingga meningkatkan
kemungkinan dikonversi menjadi lahan terbangun oleh pemilik lahan. Secara
spasial, sebaran perubahan sawah dan tegalan menjadi lahan terbangun umumnya
terjadi di wilayah yang berbatasan atau dekat dengan Kota Bogor seperti Ciomas,
Dramaga, Ciampea, Citeureup, Bojong Gede, Cibinong, Sukaraja dan sebagian
Babakan Madang. Sebaran spasial masing-masing perubahan penggunaan lahan
menjadi lahan terbangun disajikan pada Gambar 13.
27
Gambar 13. Perubahan penggunaan lahan hutan dan pertanian menjadi
lahan terbangun
Sebaran Perubahan Penggunaan Lahan Kabupaten Bogor tahun 1989-2013
terkait Aksesibilitas, Kemiringan Lereng, Jenis Tanah dan Kebijakan
Alokasi Ruang
Dari hasil analisis dapat dilihat keterkaitan akses jalan terhadap dinamika
perubahan penggunaan lahan yang dominan pada tahun 1989-2013. Perubahan
penggunaan lahan yang dominan meliputi lima perubahan, yakni (1) Kebun
berubah menjadi Lahan Terbangun, (2) Kebun berubah menjadi Tegalan, (3)
Sawah berubah menjadi Lahan Terbangun, (4) Sawah berubah menjadi Tegalan,
dan (5) Tegalan berubah menjadi Lahan Terbangun. Adapun jalan yang dipakai
adalah jalan kereta, jalan kolektor dan jalan tol, karena merupakan moda utama
yang digunakan masyarakat Kabupaten Bogor. Jalan-jalan tersebut diberi buffer
100 m, 200 m, 300 m, 400 m, dan 500 m.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan terbangun umumnya terjadi pada jarak 0-100 m dari pinggir jalan.
Hal ini menegaskan bahwa semakin dekat dari jalan, perubahan lahan menjadi
lahan terbangun akan semakin besar. Begitu juga sebaliknya, semakin jauh dari
jalan perubahan lahan menjadi lahan terbangun akan semakin sedikit. Grafik
keterkaitan akses jalan dengan perubahan penggunaan lahan tahun 1989-2013