4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk Anopheles spp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis nyamuk Anopheles di Desa Riau Kecamatan Riau Silip terdiri atas empat spesies, yaitu An. letifer (Gambar 4), An. barbirostris (Gambar 5), An. nigerrimus (Gambar 6), dan An. indefinitus (Gambar 7). Di antara empat spesies tersebut terdapat An. letifer yang telah dikonfirmasi sebagai vektor di pulau Bangka (Boesri 2007). Nyamuk An. letifer mempunyai ciri khas pada palpi tanpa gelang-gelang pucat (a), bagian sternit abdomen segmen ke tujuh tanpa sikat yang terdiri atas sisik gelap (b), dan tarsi kaki belakang dengan gelang pucat terutama pada pangkalnya (c) (Gambar 4). An. barbirostris mempunyai ciri khas palpi seluruhnya gelap (a), ruas abdomen ke tujuh terdapat sisik/sikat gelap (b), pada costa dan urat I dari sayap terdapat tiga atau kurang noda-noda pucat (c) (Gambar 5). An. nigerrimus mempunyai ciri khas gelang-gelang tarsi kaki belakang sedang, gelang pucat pada ruas 3-4 sama panjangnya dengan atau kurang dari ruas 5 (a), pada sayap terdapat tanda gelap preapical urat satu tanpa sisik-sisik pucat atau kalau ada sedikit (b) (Gambar 6). An. indefinitus mempunyai ciri khas pada probosis gelap seluruhnya (a), gelang pucat di ujung palpi panjangnya dua kali dari panjang gelang gelap dibawahnya (b), gelang pucat subapical palpus panjangnya ½ atau lebih dari panjang gelang subapical (b1) (Gambar 7). Nyamuk An. letifer merupakan jenis nyamuk Anopheles yang terbanyak jumlahnya dalam penelitian ini, dan ditemukan secara teratur pada setiap penangkapan, baik di dalam rumah maupun di luar rumah, sedangkan An. nigerrimus dan An. indefinitus hanya ditemukan satu kali pada penangkapan Maret dan April 2011. Nyamuk An. letifer lebih banyak menyebar di luar rumah, hal ini dapat dilihat dari kelimpahan nisbi dan frekuensi tertangkap dengan umpan orang dan istirahat.
35
Embed
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keragaman Nyamuk Anopheles spp.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis nyamuk Anopheles di Desa
Riau Kecamatan Riau Silip terdiri atas empat spesies, yaitu An. letifer (Gambar 4),
An. barbirostris (Gambar 5), An. nigerrimus (Gambar 6), dan An. indefinitus
(Gambar 7). Di antara empat spesies tersebut terdapat An. letifer yang telah
dikonfirmasi sebagai vektor di pulau Bangka (Boesri 2007).
Nyamuk An. letifer mempunyai ciri khas pada palpi tanpa gelang-gelang
pucat (a), bagian sternit abdomen segmen ke tujuh tanpa sikat yang terdiri atas
sisik gelap (b), dan tarsi kaki belakang dengan gelang pucat terutama pada
pangkalnya (c) (Gambar 4).
An. barbirostris mempunyai ciri khas palpi seluruhnya gelap (a), ruas
abdomen ke tujuh terdapat sisik/sikat gelap (b), pada costa dan urat I dari sayap
terdapat tiga atau kurang noda-noda pucat (c) (Gambar 5).
An. nigerrimus mempunyai ciri khas gelang-gelang tarsi kaki belakang
sedang, gelang pucat pada ruas 3-4 sama panjangnya dengan atau kurang dari ruas
5 (a), pada sayap terdapat tanda gelap preapical urat satu tanpa sisik-sisik pucat
atau kalau ada sedikit (b) (Gambar 6).
An. indefinitus mempunyai ciri khas pada probosis gelap seluruhnya (a),
gelang pucat di ujung palpi panjangnya dua kali dari panjang gelang gelap
dibawahnya (b), gelang pucat subapical palpus panjangnya ½ atau lebih dari
panjang gelang subapical (b1) (Gambar 7).
Nyamuk An. letifer merupakan jenis nyamuk Anopheles yang terbanyak
jumlahnya dalam penelitian ini, dan ditemukan secara teratur pada setiap
penangkapan, baik di dalam rumah maupun di luar rumah, sedangkan
An. nigerrimus dan An. indefinitus hanya ditemukan satu kali pada penangkapan
Maret dan April 2011. Nyamuk An. letifer lebih banyak menyebar di luar rumah,
hal ini dapat dilihat dari kelimpahan nisbi dan frekuensi tertangkap dengan umpan
orang dan istirahat.
2
b a
c
b
a
c
Gambar 4 An. letifer (a) palpi, (b) ujung abdomen, (c) tarsi belakang
a
b
c a
b
c
Gambar 5 An. barbirostris (a) palpi, (b) ujung abdomen, (c) sayap
3
b
a
a
b
Gambar 6 An. nigerrimus (a) tarsi, (b) sayap
a
b
a
b b1
Gambar 7 An. indefinitus (a) probosis, (b) palpi
Kelimpahan nisbi nyamuk An. letifer di luar rumah (42,65%) dengan
frekuensi (0,88). An. barbirostris merupakan jumlah nyamuk terbanyak kedua
setelah An. letifer, dengan kelimpahan nisbi dan frekuensi tertangkap di dalam
rumah dan di luar rumah tidak jauh berbeda. Kelimpahan nisbi di dalam rumah
(8,82%) dengan frekuensi (0,31), dan yang di luar rumah (7,35%) dengan
frekuensi (0,56). Nyamuk Anopheles yang sedikit jumlahnya tertangkap adalah
4
An. indefinitus dan An. nigerrimus, masing-masing ditemukan satu ekor dengan
kelimpahan nisbi (1,47%) di dalam dan di luar rumah (Tabel 1).
Berdasarkan nilai dominansi ternyata yang tertinggi adalah An. letifer di luar
rumah (37,32%), kemudian An. barbirostris di luar rumah (4,14%), sedangkan
An. nigerrimus dan An. indefinitus hanya di temukan satu kali yaitu di dalam
rumah dan di luar rumah dengan nilai dominansi masing-masing (0,09%).
Hasil penelitian ini jika dikaitkan dengan beberapa pengamatan yang telah
dilakukan di pulau Bangka dan pulau yang terdekat, ditemukan keragaman spesies
Anopheles yang sama, hal ini dapat disebabkan faktor lingkungan dan habitat
yang tidak jauh berbeda. Hasil pengamatan beberapa tempat di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung ditemukan nyamuk An. letifer di Desa Air Duren
Kecamatan Pemali, Kecamatan Gunung Muda, Kecamatan Bakam, Kecamatan
Jebus, dan Kecamatan Mentok. Nyamuk An. barbirostis ditemukan di Kecamatan
Gunung Muda dan Kecamatan Bakam. Selanjutnya An. nigerrimus ditemukan di
Kecamatan Jebus dan Kotamadya Pangkalpinang, sedangkan An. indefinitus baru
ditemukan di Kecamatan Pemali. Pulau yang berdekatan dengan Pulau Bangka
adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok
belum pernah dilakukan, sedangkan hasil survei di Pulau Lepar ditemukan An.
letifer dan An. nigerrimus. Di beberapa kecamatan yang ada di Pulau Bangka
belum pernah dilakukan penelitian entomologi, termasuk Desa Riau Kecamatan
Riau Silip (Dinkes Kab. Bangka 2010).
Tabel 1 Keragaman jenis, kelimpahan nisbi, frekuensi, dan dominansi spesies Anopheles yang tertangkap dengan umpan orang dan istirahat di Desa Riau, Februari-Mei 2011.
Keterangan : UD= Umpan orang dalam rumah, UL= Umpan orang luar rumah
8
Noor (2002) melaporkan bahwa An. barbirostris di Desa Sedayu,
Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah cenderung bersifat
endofagik karena lebih banyak mengisap darah orang di dalam rumah (0,036
nyamuk/orang/jam) daripada di luar rumah (0,015 nyamuk/orang/jam). Hal yang
berbeda ditemukan di Kecamatan Lengkong, Sukabumi, bahwa An. barbirostris
cenderung bersifat eksofagik karena lebih banyak ditemukan mengisap darah di
luar rumah (21,67 nyamuk/orang/jam) daripada di dalam rumah (6,50
nyamuk/orang/jam) (Munif et al. 2007). Hal yang sama ditemukan di Desa Alat
Hantakan Kalimantan Selatan, bahwa An. barbirostris cenderung bersifat
eksofagik karena lebih banyak mengisap darah di luar rumah (0,34
nyamuk/orang/jam) daripada di dalam rumah (0,07 nyamuk/orang/jam) (Salam
2005).
Perilaku An. nigerrimus mengisap darah tidak dapat diketahui karena
selama penangkapan tidak ada yang ditemukan, baik yang di dalam rumah
maupun di luar rumah. Namun demikian, informasi mengenai perilaku mengisap
darah An. nigerrimus dari hasil penelitian yang telah dilakukan di tempat lain
perlu diketahui. Jastal (2005) menyatakan bahwa An. nigerrimus di Desa Tongoa,
Donggala, Sulawesi Tengah cenderung bersifat eksofagik karena lebih banyak
ditemukan di luar rumah (8,6 nyamuk/orang/jam) daripada di dalam rumah (5,1
nyamuk/orang/jam), dan An. nigerrimus cenderung menunjukkan perilaku zoofilik
daripada antropofilik, karena dari hasil penangkapan nyamuk dewasa lebih
banyak ditemukan mengisap darah hewan (112 nyamuk/bulan) daripada darah
manusia (6,85 nyamuk/bulan).
Nyamuk An. indefinitus di Desa Riau ditemukan hanya satu kali pada
bulan Maret dan menggigit di luar rumah (0,02 nyamuk/orang/jam). Hasil
penelitian ini belum dapat disimpulkan bahwa An. indefinitus lebih padat di luar
rumah dan bersifat eksofagik, karena nyamuk ini hanya ditemukan satu ekor.
Kemungkinan nyamuk An. indefinitus jarang menggigit orang, seperti yang
ditemukan di Desa Lufileo Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, bahwa An.
indefinitus merupakan spesies yang jarang ditemukan menggigit orang
(Rahmawati 2010). Hal yang sama ditemukan di di Desa Pondok Meja, Muaro
Duo, Jambi bahwa An. indefinitus tidak ditemukan dengan menggunakan umpan
9
orang, dan hanya ditemukan dengan perangkap cahaya dan umpan hewan
(Maloha 2005). Namun, kemungkinan juga An. indefinitus cenderung bersifat
eksofagik karena di Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat, ditemukan An. indefinitus cenderung bersifat eksofagik (Hasan 2006).
4.3 Perilaku Istirahat Nyamuk Anopheles spp.
Gambaran nyamuk Anopheles spp. yang istirahat per orang per jam di
Desa Riau, Kecamatan Riau Silip disajikan pada Tabel 3. An. letifer yang
tertangkap istirahat di dalam dan di luar rumah mulai ditemukan pada bulan Maret
dengan kepadatan 0,16 dan 0,08 nyamuk/orang/jam, dengan kepadatan tertinggi
terjadi pada bulan April di luar rumah (0,24 nyamuk/orang/jam). Rata-rata
kepadatan An. letifer lebih padat di luar rumah (0,08 nyamuk/orang/jam) daripada
di dalam rumah (0,04 nyamuk/orang/jam). Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa kebiasaan nyamuk An. Letifer mencari tempat istirahat
cenderung bersifat eksofilik. Hasil penelitian ini berbeda dengan yang ditemukan
di sekitar Pusat Reintroduksi orangutan Nyaru Menteng, Palangkaraya,
Kalimantan Tengah, karena perilaku istirahat An. letifer cenderung bersifat
endofilik (Juliawaty 2005).
Jenis nyamuk lain yang ditemukan pada saat istirahat adalah An.
nigerrimus walaupun dalam jumlah yang sedikit, bahkan pada bulan Februari dan
bulan Maret tidak ditemukan. Pada bulan April baru ditemukan di dalam rumah
satu kali dengan kepadatan 0,08 nyamuk/orang/jam, pada bulan Mei tidak
ditemukan lagi, maka belum dapat disimpulkan perilaku istirahat nyamuk ini.
Tabel 3 Rataan kepadatan nyamuk Anopheles spp. istirahat di Desa Riau Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011
Spesies
Anopheles
Februari Maret April Mei Rata-rata
Dd Dl Dd Dl Dd Dl Dd Dl Dd Dl
An. letifer 0 0 0,16 0,08 0 0,24 0 0 0.04 0.08
An. barbirostris 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
An. nigerrimus 0 0 0 0 0,08 0 0 0 0.02 0
An. indefinitus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Keterangan : Dd=Dinding Dalam, Dl=Dinding Luar
10
Walaupun demikian, dari hasil penelitian ditempat lain dapat diketahui
bahwa An. nigerrimus mencari tempat istirahat cenderung eksofilik, seperti yang
ditemukan di Desa Pondok Meja, Jambi Luar Kota, Muaro Jambi, Jambi, dapat
diketahui bahwa nyamuk ini cenderung bersifat eksofilik (Maloha 2005).
An. barbirostris dan An. indefinitus tidak diketahui perilaku istirahatnya
karena dari penangkapan nyamuk istirahat tidak ditemukan selama empat bulan di
dalam dan di luar rumah. Namun, dari hasil penelitian Rianti (2002) di Desa
Sedayu, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, dapat diketahui
bahwa perilaku An. barbirostris mencari tempat istirahat cenderung bersifat
eksofilik.
An. barbirostris, An. nigerrimus, dan An. indefinitus selama penangkapan
nyamuk istirahat ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, bahkan ada yang
tidak ditemukan, maka untuk dapat menyimpulkan nyamuk di Desa Riau bersifat
endofagik atau eksofagik, endofilik atau eksofilik perlu dilakukan penelitian yang
lebih lama.
4.4 Hubungan MBR Anopheles spp. Dengan Kasus Malaria
Data angka kesakitan malaria dari Puskesmas Riau Silip, Kabupaten
Bangka dari Bulan Februari sampai Mei 2011 di ambil berdasarkan MoMI
(monthly malaria incidence) dan MoPI (monthly parasite incidence). Pengertian
MoMI adalah angka kesakitan malaria berdasarkan gejala klinis per 1000
penduduk dalam satu bulan dan di satu lokasi yang sama yang dinyatakan dalam
‰ (permil). MoPI adalah berdasarkan angka yang diperoleh dari sediaan ulas
darah yang positif mengandung Plasmodium dalam satu bulan di satu wilayah
dibandingkan terhadap jumlah penduduk berisiko pada bulan yang sama, dan
dinyatakan dalam ‰ (permil) (Ditjen PP&PL 2009). Kasus penyakit malaria di
Desa Riau Kecamatan Riau Silip berdasarkan MoMI dari bulan Februari hingga
April 2011 berturut-turut adalah 4,26‰, 6,17‰, 6,75‰, dan 6,05‰. Berdasarkan
MoPI tidak ada kasus penyakit malaria yang ditemukan hingga bulan April,
kemudian pada bulan Mei baru ditemukan dua kasus (Tabel 4).
0-11 1-4 5-9 10-14 > 15
11
Tabel 4 Data kasus penyakit malaria di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011
Positif
Bulan MK MoMI (‰)
Jml
bln thn Thn Thn Thn L P L P L P L P L P L P
MoPI (‰)
Februari 12 4,26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Maret 11 6,17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
April 19 6,75 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mei 14 6,05 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 2 0 14,28
Keterangan: MK= Malaria klinis, MOMI =Data kasus malaria dengan gejala klinis perbulan (‰) MOPI =Data kasus malaria dengan pemeriksaan mikroskopis perbulan (‰).
Angka kesakitan malaria klinis berdasarkan MoMI mengalami
peningkatan dari bulan Februari (4,26‰) menjadi (6,17‰) kemudian meningkat
(6,75‰) di bulan April, dan kembali turun pada Bulan Mei (6,05‰). Kasus
penyakit positif malaria dengan pemeriksaan mikroskop (MoPI) ditemukan bulan
Mei pada anak-anak usia 6,3 tahun dan remaja usia 14,7 tahun disaat kepadatan
An. letifer menurun (0,05 nyamuk/orang/malam).
Malaria terjadi sebagai interaksi antara penderita, parasit Plasmodium,
lingkungan dan adanya vektor (nyamuk Anopheles spp.). Hasil pemeriksaan
mikroskopis selama tiga bulan penelitian (Februari-Mei 2011) terhadap penderita
demam tidak ditemukan Plasmodium positif. Penderita malaria dengan positif
Plasmodium baru ditemukan dua orang pada bulan Mei, yaitu Plasmodium
falcifarum dan Plasmodium tertiana. Jenis nyamuk yang diduga sebagai vektor
malaria di Desa Riau adalah An. letifer bila dilihat dari kepadatannya yang diukur
dengan angka MBR (Tabel 5).
Hubungan antara kasus malaria selama empat bulan (MoPI) dengan
kepadatan MBR An. letifer selama empat bulan di sajikan pada Gambar 8.
Hubungan kepadatan An. letifer dengan angka kesakitan malaria menunjukan
grafik yang berbanding terbalik. Pada saat kepadatan An. letifer meningkat pada
bulan Februari-April, maka kasus penyakit berdasarkan MoPI tidak ada yang
ditemukan. Tetapi ketika kepadatan nyamuk menurun (0,02 nyamuk/orang/jam)
pada bulan Mei, maka kasus penyakit malaria dengan pemeriksaan laboratorium
baru ditemukan (14,28‰).
Kep
adat
anny
amuk
An.
letife
r (n
yam
uk/o
rang
/mal
am)
Ang
kaM
oPI
MBR 0,06 0,07 0,01 0,005 0 0 0 0,01 0,15
12
Tabel 5 Rataan kepadatan nyamuk Anopheles spp. mengisap darah orang per malam (MBR) di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011
An. nigerrimus An. indefinitus Rataan
UOD UOL UOD UOL UOD UOL UOD UOL MBR
Februari 0,02 0,01 0,03 0,02 0 0 0 0 0,02
Maret 0,09 0,06 0,02 0 0 0 0 0,01 0,05
April 0,11 0,16 0 0 0 0 0 0 0,07
Mei 0,02 0,03 0 0 0 0 0 0 0,01
Rataan
Keterangan : UOD=Umpan Orang dalam, UOL=Umpan Orang Luar Rataan MBR (/orang/malam)
0,12
0,1
0,08
0,06
0,04
0,02
0
16
14
12
10
8
6
4
2
0 Februari Maret April Mei
An.letifer 0,02 0,09 0,11 0,02
MoPI 0 0 0 14,28
Gambar 8 Hubungan angka kesakitan malaria bulanan (MoPI) dengan kepadatan nyamuk An. letifer (MBR) di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, Februari-Mei 2011
Hasil perhitungan korelasi pearson antara kepadatan (MBR) An. letifer
dengan kasus malaria berdasarkan MoPI pada bulan Februari-Mei 2011 diperoleh
nilai r = -0,57, hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang tidak cukup
erat antara kepadatan nyamuk An. letifer dengan kasus malaria. Oleh karenanya
kasus malaria di Desa Riau belum tentu disebabkan oleh An. letifer walaupun
telah dikonfirmasi sebagai vektor penularan malaria di Bangka (Boesri 2007).
13
Jarak antara kepadatan tertinggi An. letifer mengisap darah pada bulan
April dengan munculnya kasus malaria pada bulan Mei menunjukkan masa
inkubasi intrinsik dari penyakit malaria. Masa inkubasi intrinsik adalah mulai
masuknya sporozoit kedalam tubuh manusia hingga timbul gejala demam, yaitu
selama 8-37 hari (Muklis 2011).
4.5 Hubungan MBR Nyamuk Anopheles spp. Dengan ICH
Curah hujan di Desa Riau Kecamatan Riau Silip bulan (Februari-Mei)
berkisar antara 43,7-157,4 mm/bulan, dan pada bulan April curah hujan tertinggi
mencapai 157,4 mm/bulan dan mengalami penurunan pada bulan Mei menjadi
154,2 mm/bulan hingga 39,4 mm/bulan. Jumlah hari hujan pada bulan Februari,
Maret, April dan Mei masing-masing adalah 15 hari hujan, 23 hari hujan, 20 hari
hujan dan 19 hari hujan. Jumlah indeks curah hujan dari bulan Februari-Mei 2011
mengalami fluktuasi, pada bulan Februari (166 mm/bulan), kemudian naik (169,5
mm/bulan) selanjutnya naik lagi (249,3 mm/bulan), dan pada bulan Mei turun
(210,8 mm/bulan) (BMKG Pangkalpinang, 2011).
Selama penelitian berlangsung (Februari-Mei 2011) keadaan indeks curah
hujan dari awal sampai akhir penelitian sangat fluktuatif . Indeks curah hujan
tertinggi terjadi pada minggu ke sepuluh penangkapan (112,43 mm/bulan) dan
terendah pada minggu ke limabelas (16,89 mm/bulan) (Lampiran 2).
Indeks curah hujan sangat mempengaruhi keberadaan habitat
kepadatan nyamuk An. Letifer dan An. Barbirostris yang diduga dapat menularkan
penyakit malaria di Desa Riau. Selama penelitian berlangsung (Februari-Mei
2011) keadaan indeks curah hujan sangat fluktuatif, demikian juga kepadatan
nyamuk Anopheles spp. (Gambar 9).
Indeks curah hujan pada bulan Februari menurun (166 mm/bulan) maka
kepadatan nyamuk Anopheles spp. yang ditemukan mengisap darah orang juga
menurun (0,02 nyamuk/orang/jam). Demikian pula pada bulan Maret, indeks
curah hujan (169,53 mm/bulan) tidak jauh berbeda dengan bulan Februari, maka
kepadatan nyamuk Anopheles spp. ikut naik (0,05 nyamuk/orang/jam).
Indekcurahhujan(m
m)
MB
R(/
oran
g/m
alam
)
14
0,1
0,09
0,08
0,07
0,06
0,05
0,04
0,03
0,02
0,01
300 250 200 150 100 50
0 Februari Maret April Mei
0
ICH 166,02 169,53 249,34 210,78
MBR 0,02 0,05 0,07 0,01
Gambar 9 Hubungan indeks curah hujan (mm/bulan) dengan kepadatan nyamuk Anopheles spp. (MBR) di Desa Riau Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, Februari-Mei 2011.
Kepadatan nyamuk Anopheles spp. ditemukan paling tinggi pada bulan
Maret dan April (0,05 dan 0,07 /orang/malam), sedangkan pada bulan Mei indeks
Gambar 10 Rata-rata kepadatan nyamuk Anopheles spp. yang tertangkap dengan umpan orang dalam rumah per orang per jam di Desa Riau Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011.
16
Nyamuk An. barbirostris mulai aktif mengisap darah di dalam rumah
mulai pukul 19.00 WIB hingga pukul 01.00 WIB, dan puncak mengisap darah
terjadi lagi pada pukul 21.00-22.00 WIB, pada waktu penduduk sudah istirahat
tidur. Selama penelitian nyamuk An. indefinitus hanya ditemukan satu kali pada
pukul 01.00-02.00 WIB, sedangkan nyamuk An. nigerrimus tidak ada yang
ditemukan.
Aktivitas mengisap darah An. letifer di Desa Riau menunjukkan persamaan
waktu mengisap darah pada beberapa tempat. Friaraiyatini et al. (2006)
melaporkan bahwa A. letifer di Desa Sedayu, Kecamatan Loano, Kabupaten
Purworejo, jawa Tengah, aktivitas mengisap darah mulai pukul 18.00 WIB, dan
puncaknya pada pukul 22.00WIB. Keadaan yang tidak jauh berbeda di Kampung
Bongor, Grik yang terletak di bagian timur barat Hulu Perak, Malaysia, bahwa
aktivitas mengisap darah An. letifer sejam selepas senja dan meningkat setelah
dua jam (Yee 2008). An. letifer di Desa Alat Hantakan, Hulu Sungai Tengah,
Kalimantan Selatan ditemukan di dalam rumah dengan aktivitas mengisap darah
sepanjang malam dari pukul 18.00 hingga pukul 06.00 pagi (Salam 2005).
Nyamuk Anopheles yang menunjukkan aktivitas mengisap darah di dalam
rumah selain An. letifer adalah A. barbirostris, dan ditemukan mengisap darah
sepanjang malam. Hal ini tidak berbeda dengan aktivitas mengisap darah
An. barbirostris di Desa Tongoa, Donggala, Sulawesi Tengah, ditemukan
sepanjang malam dari pukul 18.00-06.00 baik di dalam maupun di luar rumah,
dan puncak kepadatan mengisap darah di dalam rumah terjadi pada pukul 22.00-
24.00 (Jastal 2005).
Nyamuk An. indefinitus tidak menampakan fluktuasi aktivitas mengisap
darah karena nyamuk yang tertangkap hanya satu ekor di dalam rumah selama
empat bulan penangkapan (Tabel 2). Hasil penelitian di tempat lain merupakan
informasi yang dapat menjelaskan perilaku aktivitas mengisap darah nyamuk An.
nigerrimus. Jastal (2005) menyatakan bahwa aktivitas mengisap darah An.
nigerrimus berfluktuasi dari pukul 18.00-06.00, dan puncak mengisap darah di
dalam rumah pada pukul 22.00-24.00. Di Sulawesi Tengah nyamuk ini belum
Gambar 11 Rata-rata kepadatan nyamuk Anopheles spp. yang tertangkap dengan umpan orang luar rumah pada jam 18.00-06.00 WIB di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011
Di luar rumah, aktivitas mengisap darah nyamuk An. letifer di Desa Riau
mulai menjelang senja (18.00-19.00 WIB), pada waktu orang berkumpul di teras
rumah. Kebiasaan masyarakat di desa Riau setelah sholat atau setelah makan
malam duduk santai di teras rumah. Puncak mengisap darah di luar rumah pada
waktu menjelang malam (22.00-23.00 WIB), dan aktivitas mengisap darah mulai
menurun menjelang pagi. Kemudian aktivitas mengisap darah An. barbirostris
mulai di luar rumah menjelang malam dan berakhir tengah malam, yaitu dari
pukul 21.00 sampai 01.00 WIB, dan puncak mengisap darah pada pukul 23.00-
24.00 WIB (Gambar 6).
Aktivitas nyamuk Anopheles spp. mengisap darah menunjukkan waktu dan
puncak mengisap darah yang bervariasi pada beberapa tempat. Jastal (2005)
melaporkan bahwa aktiviats mengisap darah An. barbirostris di Desa Tongoa,
Donggala, Sulawesi Tengah dari pukul 18.00-06.00 WITA dengan puncak
kepadatan mengisap darah di luar rumah terjadi pada pukul 22.00-24.00 WITA.
Sementara di Desa Segara kembang, Kecamatan Lengkiti, Ogan Komering Ulu,
Sumatera Selatan, ditemukan An. barbirostris mulai mengisap darah di luar rumah
mulai pukul 18.00-20.00 WIB, dan puncak mengisap darah terjadi pada pukul
24.00-02.00 WIB (U’din 2005). Selanjutnya di Kecamatan Lengkong, Sukabumi
18
ditemukan An. Barbirostris mengisap darah sepanjang malam, dan terdapat dua
kali puncak mengisap darah, yaitu pukul 19.00-20.00 dan pukul 02.00-03.00 WIB
(Munif et al. 2007).
Fluktuasi aktivitas mengisap darah nyamuk Anopheles di Desa Riau
menunjukan perbedaan puncak mengisap darah, hal ini dapat di pengaruhi iklim,
seperti angin dan curah hujan. Dari beberapa kali penangkapan yang dilakukan
tidak ada terasa angin pada waktu menjelang malam, tetapi pada waktu menjelang
tengah malam hingga menjelang fajar terasa angin semilir. Kemudian curah hujan
selama empat bulan termasuk tinggi karena hampir setiap hari hujan. Munif et al.
(2007) menyatakan bahwa puncak aktivitas mengisap darah nyamuk Anopheles
pertama kali sebelum tengah malam dan menjelang pagi, keadaan ini dapat
berubah karena adanya pengaruh suhu, kelembaban udara dan angin yang dapat
menyebabkan bertambah dan berkurangnya kehadiran nyamuk di suatu tempat.
4.7 Karakteristik Habitat Larva Anopheles spp.
4.7.1 Jenis Habitat Potensial
Jenis habitat potensial perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp. yang di
temukan di Desa Riau Kecamatan Riau Silip sebanyak 24 titik yang terdiri dari 7
jenis habitat (Tabel 6), dan tersebar di empat dusun, yaitu sembilan titik di Dusun
Riau, lima titik di Dusun Simpang Lumut, Empat titik di Dusun Sinar Gunung,
dan enam titik di Dusun Tirus (Tabel 7).
Selama pengamatan empat bulan, hanya satu habitat potensial yang positif
ditemukan larva Anopheles dengan kepadatan 0,01 larva/cidukan, sedangkan 23
habitat tidak ditemukan larva Anopheles spp. Keberadaan predator pada suatu
habitat dapat mengurangi populasi nyamuk. Predator yang ditemukan pada
sebagian habitat terdiri atas berudu dan ikan, maka hal ini merupakan salah satu
penyebab sulitnya menemukan larva Anopheles spp. Juliawati (2008) melaporkan
di sekitar pusat Reintroduksi orangutan nyaru Menteng, Palangkaraya,
Kalimantan Tengah tidak ditemukan larva Anopheles spp. dari 13 titik