1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan merupakan tujuan utama dari pembangunan nasional. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Perhatian utamanya terletak pada proses tumbuh kembang anak sejak masa pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Unsur gizi merupakan salah satu faktor penting dalam proses tumbuh kembang anak dalam upaya pembentukan SDM yang berkualitas, yaitu manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. 1 Salah satu kelompok masyarakat yang rawan terhadap kejadian gizi kurang adalah anak-anak. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keadaan tersebut, salah satunya adalah faktor ekonomi yang rendah, namun hal lain seperti pemenuhan asupan makanan yang kurang seimbang, belum berkembangnya pengetahuan orang tua dan anak mengenai gizi yang baik serta aktivitas anak yang tinggi di masa pubertas anak juga bisa meningkatkan resiko terjadinya gizi kurang. Kasus gizi kurang pada anak dapat juga diakibatkan oleh kurang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara
berkelanjutan merupakan tujuan utama dari pembangunan nasional. Upaya
peningkatan kualitas SDM dimulai melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Perhatian utamanya terletak pada proses tumbuh kembang anak sejak masa
pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Unsur gizi merupakan salah satu
faktor penting dalam proses tumbuh kembang anak dalam upaya pembentukan
SDM yang berkualitas, yaitu manusia yang sehat, cerdas, dan produktif.1
Salah satu kelompok masyarakat yang rawan terhadap kejadian gizi kurang
adalah anak-anak. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keadaan tersebut,
salah satunya adalah faktor ekonomi yang rendah, namun hal lain seperti
pemenuhan asupan makanan yang kurang seimbang, belum berkembangnya
pengetahuan orang tua dan anak mengenai gizi yang baik serta aktivitas anak
yang tinggi di masa pubertas anak juga bisa meningkatkan resiko terjadinya gizi
kurang. Kasus gizi kurang pada anak dapat juga diakibatkan oleh kurang
optimalnya tatalaksana gizi kurang pada jenjang usia sebelumnya, yaitu usia
balita. Kesadaran ibu dalam memberikan ASI ekslusif pada usia balita akan
memberikan efek positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagai
akibat lebih lanjut dari rendahnya kesadaran dalam memberikan ASI ekslusif
pada 6 bulan awal masa kehidupan juga akan memberikan dampak yang kurang
bagus terhadap perkembangan status gizi anak, serta tidak adanya pencapaian
perbaikan pertumbuhan (catch-up growth) yang sempurna, maka tidak heran
apabila pada usia sekolah banyak ditemukan anak yang kurang gizi.1
Data Dinas Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan prevalensi anak
gizi kurang pada tahun 2000 setelah Indonesia mengalami krisis multi dimensi
mengalami kenaikan yaitu 26,1%, 27,3% dan 27,5% pada tahun 2001, 2002 dan
2
2003.2 Berdasarkan data tahun 2010, status gizi buruk di Indonesia mencapai
4,9% sementara gizi kurang mencapai 13%.3 Meskipun kasus gizi kurang dan
gizi buruk mengalami penurunan jika dilihat dari data di atas, namun masalah
status gizi masih merupakan masalah serius pada sebagian besar Kabupaten/Kota
di Indonesia. Berdasarkan data tahun 2004, menunjukkan masalah gizi terjadi di
77,3% kabupaten dan 56% kota. Di Bali sendiri terdata prevalensi status gizi
balita menurut berat badan dibanding usia untuk gizi buruk mencapai 1,7%, gizi
kurang mencapai 9,2 % pada tahun 2010. Untuk wilayah Klungkung, pada tahun
2007 prevalensi balita yang menderita gizi buruk sebesar 3,1 %.3
Dalam wilayah kerja Puskesmas Klungkung I terdapat 10 desa dengan
masing-masing puskesmas pembantu yang turut aktif sebagai perpanjangan
tangan puskesmas dalam menjangkau pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
Namun berdasarkan data di Puskesmas Klungkung I, ternyata masih ada balita di
wilayah kerja Puskesmas Klungkung I, Kecamatan Klungkung, yang mengalami
malnutrisi, yaitu gizi kurang, gizi buruk, maupun berlebih. Berdasarkan data
puskesmas diketahui bahwa terdapat 1,5 % anak balita dengan gizi kurang dan
gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Klungkung bulan Juli 2013. Sedangkan
data status gizi pada anak-anak usia sekolah tidak tersedia, padahal kelompok
tersebut merupakan salah satu yang berpotensi mengalami malnutrisi. Dari
survey awal terhadap status gizi anak kelas 1 di SD Negeri 2 Gelgel, terdapat
33% (2 dari 6) anak dengan status gizi kurang berdasarkan perhitungan status
gizi dengan parameter berat badan dan tinggi badan aktual menurut klasifikasi
Waterlow, sedangkan apabila menggunakan parameter berdasarkan kriteria BB/U
yang biasa digunakan di puskesmas, terdapat 66% anak dengan status gizi
kurang. Temuan ini menjadi sebuah tanda tanya mengapa di daerah wilayah kerja
Puskesmas Klungkung I yang dekat dengan pusat kota dan tersedia fasilitas
pelayanan kesehatan ini bisa didapatkan banyak kasus anak sekolah dengan gizi
kurang. Jika ditinjau dari bidang pelayanan kesehatan masyarakat, puskesmas
telah melaksanakan program gizi dan penyuluhan untuk mencegah munculnya
gizi kurang, serta pelaksanaan pemberian program pemberian makanan tambahan
3
(PMT) untuk mengurangi kejadian gizi kurang. Namun belum didapatkan data
yang akurat untuk memastikan pernyataan ini karena tidak ada data mengenai
status gizi anak SD di Kecamatan Klungkung, sedangkan selama ini program gizi
yang dijalankan masih difokuskan pada balita dan ibu hamil, padahal apabila
permasalahan gizi dapat ditemukan segera pada masa SD ini, intervensi yang
diberikan akan maksimal, baik dalam mengembalikan status gizi anak maupun
mengubah pola pikir anak dan orang tua untuk lebih peduli terhadap masalah gizi
dalam keluarga. Sedangkan berdasarkan informasi dari Puskesmas Klungkung
juga diketahui bahwa kegiatan pembinaan UKS dari Puskesmas hanya sebatas
pendataan tinggi dan berat badan siswa baru, dan berdasarkan informasi kepala
sekolah bersangkutan, kegiatan UKS di SD Negeri 2 Gelgel khususnya di bidang
gizi kurang mendapat perhatian, terutama tentang pengetahuan pentingnya pola
makan yang sehat dan asupan gizi yang cukup. Padahal status gizi, asupan gizi,
dan pola asuh makan yang baik siswa akan dapat mempengaruhi kemampuan
siswa dalam menangkap pelajaran di sekolah yang nantinya juga akan
berpengaruh pada prestasi akademik.4 Ditambahkan lagi menurut kepala sekolah
bersangkutan, sebagian siswa SD Negeri 2 Gelgel berasal dari keluarga yang
berprofesi sebagai buruh bangunan petani. Hanya sebagian kecil yang sudah
mempunyai pekerjaan dengan penghasilan cukup. Keadaan ekonomi yang belum
cukup mapan, akan memberikan beban yang lebih bagi keluarga untuk
memenuhi asupan nutrisi yang optimal bagi anaknya 3,4
Pedoman Gizi Seimbang berupa 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang
menyebutkan bahwa pesan pertama adalah untuk memakan aneka ragam
makanan sehat. Konsep tersebut mulai dianut sebagai pelengkap konsep yang
telah dicanangkan sebelumnya yaitu pedoman tentang pola makan sehat yang
memenuhi gizi seimbang, tertuang pada slogan 4 sehat 5 sempurna yang isinya
antara lain: makanan pokok sumber karbohidrat/kalori, lauk-pauk sumber protein
hewani dan nabati, sayur mayur sumber vitamin dan mineral, dan susu sumber
lemak, protein dan kalsium.5,6
4
Memiliki anak yang sehat dan cerdas adalah dambaan setiap orang tua.
Untuk mewujudkannya tentu saja orang tua harus selalu memperhatikan,
mengawasi dan merawat anak secara seksama. Khususnya memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangannya. Meskipun proses tumbuh kembang anak
berlangsung secara alamiah, proses tersebut sangat bergantung kepada orang tua.
Seorang anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan potensi genetik
yang dimilikinya. Tetapi pertumbuhan ini juga akan dipengaruhi oleh asupan zat
gizi yang dikonsumsi dalam bentuk makanan. Kekurangan atau kelebihan gizi
akan dimanifestasikan dalam bentuk pertumbuhan yang menyimpang dari pola
standar. Pertumbuhan fisik sering dijadikan indikator untuk mengukur status gizi
baik individu maupun populasi. Oleh karena itu, orang tua perlu menaruh
perhatian pada aspek pertumbuhan anak bila ingin mengetahui keadaan gizi
mereka. Masalah gizi dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling mempengaruhi
secara kompleks. Faktor – faktor tersebut bisa bersifat secara langsung ataupun
tidak langsung. Faktor penyebab secara langsung yang paling utama adalah
asupan nutrisi yang didapat oleh anak, bagaimana asupan nutrisi setiap harinya
mampu untuk mencukupi kebutuhan energinya setiap hari. Untuk dapat
mendapatkan asupan nutrisi yang optimal, dapat ditempuh dengan
memperhatikan kualitas dan kuantitas apa yang dimakan oleh anak. Dari segi
kualitas bagaimana pola makan anak itu sendiri, pola makan yang baij diartikan
sebagai pola makan dengan makanan yang mengandung sumber energi, protei,
vitamin dan mineral. Selain kualitas komposisi, hal lain yang dapat memberikan
asupan nutrisi yang optimal adalah kuantitasnya misalnya adalah bagaimana
frekuensi makannya. Frekuensi makan yang baik adalah makan pada waktu pagi,
siang, dan malam. Begitu halnya dengan konsumsi camilan juga baik untuk
menunjang nutrisi yang telah dibuktikan sebuah penelitian di Bangkok dengan
hasil anak dengan status gizi baik cenderung mengkonsumsi camilan yang sehat
dan beragam.8 Anak dengan status gizi yang baik akan mempunyai daya tahan
tubuh yang lebih baik dibandingkan anak dengan gizi kurang bahkan anak
dengan gizi buruk. Frekuensi sakit yang terlalu sering dapat berpengaruh
5
terhadap nafsu makannya, dengan hal seperti akan berpengaruh juga terhadap
masukan energinya. Sehingga akhirnya akan berdampak pada status gizi dari
anak tersebut.8
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti berniat untuk melakukan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi anak SD
Negeri 2 Gelgel. Dengan adanya penelitian ini diharapkan status gizi siswa SD
Negeri 2 Gelgel dapat digambarkan dengan lebih jelas sehingga dapat dijadikan
acuan dalam menyusun strategi perbaikan status gizi anak-anak SD Negeri 2
Gelgel yang nantinya juga diharapkan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembanganya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang terangkum adalah
bagaimanakah gambaran status gizi, asupan nutrisi, frekuensi makan, kebiasaan
konsumsi camilan, pola makan, status ekonomi, dan frekuensi sakit siswa SD 2
Gelgel, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran status gizi siswa SDN 2 Gelgel, Kecamatan
Klungkung, Kabupaten Klungkung.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi status gizi dengan perhitungan