Page 1
Universitas Kristen Petra
33
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Restoran Tomoto merupakan salah satu Japanese Restaurant yang ada di
kota Surabaya. Awalnya, restoran Tomoto ini berdiri pada tahun 2011. Dimana
Soft opening dilakukan pada tanggal 24 November 2011, dan dilakukan Grand
opening pada tanggal 24 Februari 2012 Restoran ini berada di Jalan Raya Kupang
Indah 17 Surabaya. Restoran ini membangun brand image sendiri tetapi beberapa
menu masih mengambil dari restoran jepang lainnya karena menu-menu tersebut
adalah menu-menu favorit. Namun di samping itu, restoran Tomoto berusaha
mengembangkan menu-menu lain dan memperkenalkan brand yang baru ini
hingga akhirnya brand ini dikenal oleh masyarakat Surabaya.
Pemilik dari restoran Tomoto ini bernama Ibu Gracia Tantomo. Restoran
Tomoto ini merupakan family business yang beralamatkan di Jalan Raya Kupang
Indah 17 Surabaya. Nama Tomoto yang diambil oleh pemilik untuk restorannya
ini memiliki arti Tomo to (dalam bahasa Jepang) = bersama teman. Pemilik
memilih nama ini karena dengan nama tersebut dimaksudkan bahwa Tomoto bisa
dinikmati bersama – sama dengan teman – teman. Pemilik berharap makna di
balik nama Tomoto ini akan membawa restorannya semakin besar dan
berkembang bersama prinsip kebersamaan bersama teman - teman, sehingga dapat
berekspansi ke daerah-daerah lain. Selain itu, dengan perkembangan yang ada
pemilik berharap dapat menjual franchise dari restoran ini kepada pihak lain.
Hingga saat ini, restoran Tomoto belum memiliki cabang, mengingat restoran
tersebut tergolong masih baru.
4.1.1. Visi dan Misi Restoran Tomoto Surabaya
Visi dan Misi restoran Tomoto adalah meningkatkan tampilan dalam hal
kualitas menu-menu masakan yang ada di restoran Tomoto agar dapat
diterima oleh semua konsumen yang ada di Surabaya maupun luar kota Surabaya.
Penekanan yang diberikan pada visi dan misi ini adalah supaya restoran Tomoto
dapat diterima oleh semua konsumen.
Page 2
Universitas Kristen Petra
34
4.1.2. Kapasitas dan Fasilitas Restoran Tomoto Surabaya
Kapasitas yang dimiliki restoran Tomoto adalah:
a. Lantai 1: 75 orang
b. Lantai 2 terdiri dari: 3 VIP room dengan kapasitas 30 orang dan tempat duduk
lainnya dengan kapasitas 100 orang.
Total kapasitas yang dimiliki oleh restoran Tomoto adalah 130 orang.
Fasilitas-fasilitas yang dimiliki restoran Tomoto ini, antara lain:
a. 3 ruang VIP untuk acara-acara khusus dengan minimal reservasi di atas 10
orang, seperti: meeting, ulang tahun, dan acara-acara lainnya.
b. Free WIFI.
c. Delivery service untuk semua kawasan Surabaya dengan minimum pembelian
Rp 75.000,00 dan ongkos kirim yang berbeda-beda tergantung jarak dan
jumlah pengiriman.
d. Menjual outside dengan memberikan pelayanan lengkap termasuk server bila
dibutuhkan.
e. Fasilitas-fasilitas lainnya, seperti: AC, toilet, sofa di setiap lantainya.
4.1.3. Staffing Restoran Tomoto Surabaya
Restoran Tomoto memiliki 31 orang staf. Sistem kerja yang ada di
restoran Tomoto secara umum kerjanya split shift dengan 7 jam kerja dan 1 jam
istirahat. Dalam 1 minggu, staf memiliki 6 hari kerja dan 1 hari libur. Penyusunan
jadwal dilakukan oleh head dari masing-masing departemen. Pada saat public
holiday, staf yang masuk pada hari itu akan memperoleh 12 jam free job yang
dapat digunakan kapanpun mereka butuhkan dengan melakukan konfirmasi
dahulu kepada head masing-masing departemen. Setiap staf tetap di restoran
Tomoto akan memperoleh cuti tahunan sebanyak 12 hari apabila sudah bekerja di
Tomoto minimal 1 tahun kerja.
Page 3
Universitas Kristen Petra
35
4.1.4. Struktur Organisasi Restoran Tomoto Surabaya
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Tomoto
Sumber: Data primer diolah
Tanggung jawab masing-masing departemen secara umum, antara lain:
a. Manager
Menangani dan mengawasi operasional restoran secara keseluruhan dan
bertanggung jawab kepada direktur (owner) setiap minggu.
b. Hot kitchen captain & staff
Membuat dan menyajikan makanan yang melalui proses pemasakan.
c. Purchasing
Memesan dan membeli bahan baku yang dibutuhkan oleh hot kitchen, sushi
bar, bar, dan departemen servis.
d. Bagian umum
Melakukan pembelian bahan-bahan lainnya di luar supplier yang ada, seperti
sabun cuci tangan, obat nyamuk, dan lain-lain.
Direktur
(Owner)
Manager
(2 orang)
Bar
Captain
(1 orang)
Purchasing
(1 orang)
Bag.Umum
(1 orang)
Storage
(1 orang)
Accounting
(1 orang)
Main Cashier
(1 orang)
Cashier 2
(1 orang)
Ass. Captain
Service
(1 orang)
Steward
(2 orang)
Ass. Captain
(1 orang)
Cook
(2 orang)
Waiter/Waitress
(14 orang)
Bar staff
(1 orang)
Hot Kitchen
Captain (1 orang)
Page 4
Universitas Kristen Petra
36
e. Storage
Menerima pembelian barang dari suppplier maupun bagian umum, memeriksa
ketersediaan barang, dan membuat purchase order kepada pihak pembelian.
f. Accounting
Membuat jurnal atau laporan keuangan restoran secara harian, mingguan, dan
bulanan.
g. Cashier
Menangani uang yang masuk di restoran dan membuat laporan tukar tanda
terima (invoice) dari supplier untuk diberikan kepada accounting.
h. Service
Memberikan pelayanan kepada tamu dalam hal menyajikan makanan maupun
minuman yang telah disiapkan oleh hot kitchen, dan bar.
i. Steward
Membersihkan semua area dan peralatan kerja setelah operasional restoran.
4.2. Penerapan 7 Prinsip HACCP pada Restoran Tomoto Surabaya
Berikut adalah hasil observasi oleh peneliti dalam penerapan prinsip
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pada produksi produk makanan
Sashimi di Restoran Tomoto Surabaya:
Tabel 4.1 Hasil Check List Tahap Penetapan Bahaya dan Resiko Sashimi
Restoran Tomoto Surabaya
No Penetapan Bahaya & Resiko Penerapan
Ya Tidak
Ikan
1 Partikel mercury √
2 Logam berat yang lain √
Lobak
3 Residu pestisida √
4 Spora atau bakteri √
Pada Kecap Asin
5 Zat pewarna √
Page 5
Universitas Kristen Petra
37
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis pada prinsip HACCP
tahap pertama proses pembuatan produk makanan Sashimi di Restoran Tomoto
Surabaya secara umum dapat diketahui bahwa proses penetapan bahaya dan
resiko diindikasikan dengan ada tidaknya partikel mercuri dan logam berat pada
bahan ikan salmon, residu pestisida dan spora pada bahan lobak serta lobak dan
penggunaan bahan berbahaya pada komposisi kecap asin, seperti tawas.
Identifikasi dari observasi dihasilkan bahwa untuk tahap penetapan bahaya dan
resiko Restoran Tomoto Surabaya secara umum hanya melakukan aktifitas yang
mudah untuk dilakukan yaitu pembersihan residu pestisida dan spora atau bakteri
yang menempel pada bahan lobak. Sementara itu, untuk pengecekan atas partikel
mercury dan logam berat pada bahan ikan tidak dilakukan. Dari uraian tersebut
disimpulkan sementara bahwa pelaksanaan tahap penetapan bahaya dan resiko
secara umum belum diimplementasikan secara lengkap oleh Restoran Tomoto
Surabaya.
Tabel 4.2 Hasil check list Tahap Penetapan Critical Control Point Sashimi
Restoran Tomoto di Surabaya
No Penetapan CCP Penerapan
Ya Tidak
Ikan
1 Salmon dalam keadaan masih utuh √
2 Tidak Menerima Salmon yang cacat √
3 Tidak Menerima Salmon dengan warna daging tidak
cerah, pudar atau gelap √
4 Pemeriksaan bentuk mata ikan Salmon (cerah/tidak
keruh) √
5 Pemeriksaan sisik ikan Salmon (menempel pada
permukaan kulit) √
6 Pemeriksaan warna insang ikan Salmon (cerah) √
Lobak
7 Pemeriksaan lobak (tidak terlalu tua) √
8 Pemeriksaan lobak (warna hijau tidak mendominasi) √
Pada Kecap Asin
9 Pemeriksaan komposisi bahan kecap asin √
Page 6
Universitas Kristen Petra
38
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis pada prinsip HACCP
tahap kedua proses pembuatan produk makanan Sashimi di Restoran Tomoto
Surabaya secara umum dapat diketahui bahwa proses penetapan critical control
point diindikasikan pemeriksaan pada bahan-bahan yang dipergunakan untuk
pembuatan produk Sashimi. Pada bahan ikan Salmon disimpulkan bahwa semua
jenis critical control point semuanya telah dilakukan oleh pihak Restoran Tomoto,
begitu juga dengan jenis critical control point pada bahan lobak. Sedangkan untuk
critical control point bahan kecap asin mengenai komposisi bahan yang
terkandung dalam kecap asin untuk sementara belum dijalankan oleh pihak
Restoran Tomoto Surabaya. Dari uraian tersebut disimpulkan sementara bahwa
pelaksanaan tahap penetapan critical control point secara umum sudah baik.
Tabel 4.3 Hasil check list Tahap Penetapan Batas Kritis Sashimi
Restoran Tomoto di Surabaya
No Penetapan Batas Kritis Penerapan
Ya Tidak
Ikan
1 Bagian dalam perut ikan salmon tidak berbau amis menyengat √
2 Jenis salmon adalah Norway Salmon √
3 Penggunaan jenis lain ikan Salmon √
4 Kulit Salmon tidak mudah lepas saat digosok √
5 Tekstur daging Salmon kenyal √
6 Tekstur daging Salmon tidak mudah hancur √
Lobak
7 Permukaan kulit lobak bagus √
8 Kulit lobak tidak bergelombang √
9 Bentuk lobak lurus √
10 Lobak harus berwarna putih bersih √
11 Ukuran diameter lobak tidak beda (ujung atas dan ujung bawah) √
Kecap Asin
12 Kecap asin yang digunakan adalah kikoman √
13 Penggunaan selingan kecap asin √
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis pada prinsip HACCP
tahap ketiga proses pembuatan produk makanan Sashimi di Restoran Tomoto
Page 7
Universitas Kristen Petra
39
Surabaya secara umum dapat diketahui bahwa proses penetapan batas kritis
diindikasikan pemeriksaan pada bahan-bahan yang dipergunakan untuk
pembuatan produk Sashimi, seperti jenis ikan Salmon, bentuk tubuh ikan, tekstur
daging ikan Salmon, bentuk dari lobak, ukuran diameter lobak, jenis kecap asin
yang digunakan, penggunaan kecap asin merek lain dan lain-lain. Pada bahan ikan
Salmon disimpulkan bahwa semua jenis critical control point semuanya telah
dilakukan oleh pihak Restoran Tomoto, begitu juga dengan jenis critical
control point pada bahan lobak dan kecap asin. Dari uraian tersebut
disimpulkan sementara bahwa pelaksanaan tahap penetapan batas kritis secara
umum sudah baik.
Tabel 4.4 Hasil Check List Tahap Pemantauan Critical Control Point Sashimi
Restoran Tomoto Surabaya
No Pemantauan CCP Penerapan
Ya Tidak
Ikan
1 Melakukan prosedur pemilihan bahan baku ikan salmon √
2 Melakukan kegiatan inspeksi terhadap salmon √
Lobak
3 Prosedur pemilihan lobak yang sesuai standar √
4 Melakukan pengecekan apakah masih ada bau pestisida yang
menempel √
No Pemantauan CCP Penerapan
Ya Tidak
Kecap Asin
5 Prosedur pemilihan kecap asin √
6 Kegiatan inspeksi yang dilakukan √
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis pada prinsip HACCP
tahap keempat proses pembuatan produk makanan Sashimi di Restoran Tomoto
Surabaya secara umum dapat diketahui bahwa proses pemantauan critical control
point yang diindikasikan dengan ada tidaknya prosedur pemilihan bahan baku
standart dan aktifitas inspeksi atas bahan-bahan tersebut untuk pembuatan produk
Page 8
Universitas Kristen Petra
40
Sashimi disimpulkan bahwa pada bahan lobak prosedur pemilihan dan kegiatan
inspeksi semua telah dilakukan oleh pihak Restoran Tomoto Surabaya.
Sementara itu pada bahan ikan Salmon dan kecap asin prosedur yang
dilakukan hanya pada proses pemilihan jenis ikan Salmon yaitu Norway Salmon
dan Kinkoman untuk kecap asin, sedangkan pada prosedur inspeksi atas
komposisi yang terkandung pada bahan-bahan tersebut sementara ini belum
dilakukan.
Tabel 4.5 Penerapan HACCP Keseluruhan
Restoran Tomoto Surabaya
No HACCP Penerapan
Ya Tidak
Salmon
1 Jenis salmon adalah Norway Salmon √
2 Penggunaan Salmon Tazmani sebagai pengganti √
3 Salmon yang dimaksud dalam keadaan masih utuh √
4 Tidak Menerima Salmon yang cacat √
5 Pengiriman Salmon dalam keadaan frozen √
6
Bagian dalam perut ikan salmon tidak berbau amis
menyengat √
7 Tidak Menerima Salmon (warna daging tidak cerah) √
8 Pemeriksaan bentuk mata ikan Salmon (cerah/tidak keruh) √
9 Pemeriksaan bentuk mata ikan Salmon (cerah/tidak keruh) √
10 Kulit Salmon tidak mudah lepas saat digosok √
11 Pemeriksaan warna insang ikan Salmon (cerah) √
12 Tekstur daging Salmon kenyal √
13 Tekstur daging tidak mudah hancur √
14 Berat ikan Salmon antara 4.5 - 5.5 kg/ ekor √
15 Penerimaan ukuran ikan Salmon yang lebih kecil √
Lobak
1 Lobak tidak terlalu tua √
2 Lobak memiliki permukaan kulit bagus √
3 Kulit lobak tidak bergelombang √
4 Bentuk lobak lurus √
5 Lobak harus putih bersih √
6 Warna hijau lobak tidak mendominasi √
7 Ukuran diameter tidak berbeda jauh (ujung atas dan ujung
bawah) √
Page 9
Universitas Kristen Petra
41
No HACCP Penerapan
Ya Tidak
8 Diameter lobak 4 - 5 cm √
9 Tidak menerima usuran lobak yang tidak estándar √
10 Dalam pemilihan kecap asin, memperhatikan rasa √
11 Dalam memilih kecap asin, melihat dari harga √
12 Kecap asin menggunakan kikoman √
13
Ada selingan penggunaan kecap asin didalam
kesehariannya √
Hasil observasi penerapan prinsip HACCP secara keseluruhan yang ada
pada Restoran Tomoto Surabaya untuk 4 tahap yaitu penetapan bahaya dan resiko,
penetapan critical control point, penetapan batas kritis dan pemantauan critical
control point secara umum telah dilakukan dengan cukup baik.
Page 10
Universitas Kristen Petra
42
Page 11
Universitas Kristen Petra
43
Page 12
Universitas Kristen Petra
44
Page 13
Universitas Kristen Petra
45
Page 14
Universitas Kristen Petra
46
Page 15
Universitas Kristen Petra
47
Page 16
Universitas Kristen Petra
48
Page 17
Universitas Kristen Petra
49
Page 18
Universitas Kristen Petra
50
Page 19
Universitas Kristen Petra
51
Page 20
Universitas Kristen Petra
52
Page 21
Universitas Kristen Petra
53
Page 22
Universitas Kristen Petra
54
4.4. Analisa Hasil Wawancara dan Observasi
4.4.1. Tahap Penetapan Resiko dan Bahaya
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak Erwin
(Manager Restoran Tomoto Surabaya) diperoleh informasi yang mendukung
penerapan Tahap Penetapan Bahaya dan Resiko sebagai berikut:
a. Bahan Ikan Salmon
Penetapan bahaya dan resiko pada bahan ikan Salmon menurut Bapak
Erwin adalah pada ada tidaknya kandungan partikel mercury dan logam berat
pada ikan Salmon. Partikel mercury yang ada di dasar perairan kemungkinan
akan diserap oleh ikan sewaktu memangsa plankton. Semakin besar dan tua
ikan, semakin banyak menyerap methylmercury apalagi jika ikan juga sebagai
pemangsa ikan lainnya atau predator. Untuk mengantisipasi hal tersebut
terjadi maka pihak Restoran selama ini memilih supplier yang telah
melakukan pemeriksaan atas partikel mercury atau logam berat yang mungkin
terkandung pada ikan Salmon.
Menurut Bapak Erwin apabila pemeriksaan ini dilakukan di Restoran
Tomoto tidak akan mungkin bisa dilaksanakan. Bapak Erwin juga
mengemukakan bahwa selama ini Restoran Tomoto Surabaya belum memiliki
seorang ahli kimia yang bisa melakukan hal tersebut. Atas dasar adanya
kepercayaan kepada supplier pilihan maka setidaknya kemungkinan ikan
Salmon yang dipergunakan untuk pembuatan produk Sashimi mengandung
partikel mercury atau logam berat lain dapat direduksi. Hal ini juga diperkuat
dengan kondisi yang menyebutkan bahwa selama ini jarang sekali adanya
pengajuan keluhan dari para pelanggan Sashimi Restoran Tomoto yang
sampai keracunan partikel mercury yang terdapat pada ikan Salmon.
b. Bahan baku Lobak
Penetapan bahaya dan resiko pada bahan lobak menurut Bapak Erwin
adalah pada ada tidaknya kandungan residu pestisida dan bakteri atau spora
pada bahan lobak. Adanya bakteri dan spora yang terkandung pada bahan
lobak akan membuat kandungan gizi yang ada pada lobak akan berkurang dan
Page 23
Universitas Kristen Petra
55
tentunya dapat menimbulkan bahaya pada konsumen yang mengkonsumsi
Sashimi dengan bahan lobak yang tercemar residu pestisida dan bakteri atau
spora. Pestisida mempunyai efek racun, namun masih digunakan juga dalam
bidang pertanian. Efek racun yang diakibatkan oleh pestisida dalam waktu
singkat dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan ada juga yang bersifat
kumulatif (menumpuk) terutama untuk golongan logam berat yang lambat
laun dapat mengakibatkan terjadinya kanker.
c. Bahan baku kecap asin
Penetapan bahaya dan resiko pada bahan kecap asin menurut Bapak
Erwin adalah pada ada tidaknya kandungan zat pewarna pada kecap asin. Zat
pewarna apalagi yang buatan yang dapat terdapat dalam makanan dapat
bersifat toksin yang dapat menimbulkan kanker.
4.4.2. Tahap Penetapan Critical Control Point
Hasil wawancara dengan Bapak Erwin untuk tahap penetapan critical
control point penerapan HACCP pada produk Sashimi dijelaskan bahwa selama
ini pihak Restoran Tomoto telah sebagian besar melakukan aktifitas tersebut.
Pemeriksaan terhadap bentuk dari ikan Salmon yang harus utuh, sisik menempel
pada permukaan kulit yang tidak mudah terkelupas bila digosok, tidak cacat dan
lain-lain merupakan ciritical control point yang dikhususkan untuk bahan baku
ikan. Sementara itu, menurut Bapak Erwin pada bahan baku lobak terdapat
beberapa kriteria yang harus dipenuhi antara lain adalah lobak yang tidak boleh
terlalu tua dan tidak didominasi oleh warna hijau. Sedangkan pada bahan baku
kecap asin yang dipergunakan untuk pembuatan Sashimi pihak Restoran Tomoto
dalam hal ini hanya memeriksa kandungan yang terdapat pada kecap asin akan
tetapi tanpa pengujian lebih lanjut mengenai kandungan lain seperti zat pewarna
yang mungkin terdapat di dalamnya.
4.4.3 Tahap Penetapan Batas Kritis
Hasil wawancara dengan Bapak Erwin untuk tahap penetapan batas kritis
penerapan HACCP pada produk Sashimi dijelaskan bahwa selama ini pihak
Restoran Tomoto telah sebagian besar juga telah melakukan aktifitas tersebut.
Pemeriksaan terhadap jenis ikan salmon yang digunakan, tekstur daging ikan yang
Page 24
Universitas Kristen Petra
56
kenyal dan tidak mudah hancur dan lain-lain merupakan batas kritis yang
ditetapkan pada bahan baku ikan Salmon. Sementara itu, menurut Bapak Erwin
pada bahan baku lobak terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi antara lain
adalah permukaan kulit lobak harus bagus, tidak bergelombang, bentuk lobak
harus lurus, dan harus berwarna putih bersih dan lain-lain. Sedangkan pada bahan
baku kecap asin yang dipergunakan untuk pembuatan Sashimi pihak Restoran
Tomoto dalam hal ini batas kritis yang ditetapkan adalah pada jenis kecap asin
yang dipegnakan harus berjenis Kikoman. Selain kecap asin tersebut kadang kala
pihak Restoran Tomoto Surabaya juga menggunakan kecap asin dengan jenis
yang lain dan telah ditetapkan sebelumnya (tidak sembarangan kecap asin yang
dipergunakan).
4.4.4. Tahap Pemantauan Critical Control Point
Hasil wawancara dengan Bapak Erwin untuk tahap pemantauan critical
control point penerapan HACCP pada produk Sashimi dijelaskan bahwa selama
ini pihak Restoran Tomoto sebagian telah melakukan aktifitas tersebut. Pemilihan
bahan baku yaitu ikan Salmon, lobak dan kecap asin terbaik sesuai dengan standar
yang telah ditentukan perusahaan adalah salah satu kegiatan yang dilakukan.
Selain itu, ternyata pihak Restoran Tomoto Surabaya tidak melakukan aktifitas
lain seperti inspeksi yang dapat menemukan indikasi adanya bahan-bahan
berbahaya yang terkandung dalam bahan pembuatan produk Sashimi.
4.4.5. Tahap Penetapan Tindakan Perbaikan
Hasil wawancara dengan Bapak Erwin selaku Manager Restoran Tomoto
Surabaya dipreroleh informasi jika tahap penetapan tindakan perbaikan atas
terjadinya kesalahan prosedur dalam penerapan HACCP sampai saat ini secara
umum masih belum dapat dilaksanakan oleh pihak Restoran Tomoto Surabaya,
kecuali pada penerapan HACCP yang dapat dilakukan bersamaan dengan proses
pembuatan produk Sashimi seperti membersihkan bahan baku lobak dari residu
pestisida dan bakteri atau spora.
4.4.6. Tahap Penetapan Prosedur Verifikasi
Hasil wawancara dengan Bapak Erwin selaku Manager Restoran Tomoto
Surabaya diperoleh informasi jika tahap penetapan prosedur verifikasi dalam
Page 25
Universitas Kristen Petra
57
penerapan HACCP sampai saat ini secara umum juga masih belum dapat
dilaksanakan oleh pihak Restoran Tomoto Surabaya. Pihak Restoran Tomoto
dalam hal ini hanya mengandalkan pada kepercayaan yang diberikan oleh para
supplier bahan baku pembuatan produk Sashimi. Menurut Bapak Erwin prosedur
verifikasi saat ini hanya diberlakukan pada supplier yang kemungkinan
mengirimkan bahan baku yang tidak sesuai dengan standart yang selama ini telah
ditetapkan antara pihak Restoran dengan para supplier.
4.4.7 Tahap Penetapan Dokumen dan Pemeliharaan Rekaman
Hasil wawancara dengan Bapak Erwin selaku Manager Restoran
Tomoto Surabaya diperoleh informasi jika tahap penetapan dokumen dan
pemeliharaan rekaman dalam penerapan HACCP sampai saat ini secara umum
juga masih belum dapat dilaksanakan oleh pihak Restoran Tomoto Surabaya
karena selama ini barang yang dikirim dari supplier sesuai dengan yang
diminta oleh restoran Tomoto. Pihak Restoran Tomoto dalam hal ini hanya
mengandalkan pada kepercayaan yang diberikan oleh para supplier bahan
baku pembuatan produk Sashimi. Menurut Bapak Erwin prosedur verifikasi
saat ini hanya diberlakukan pada supplier yang kemungkinan mengirimkan
bahan baku yang tidak sesuai dengan standart yang selama ini telah ditetapkan
antara pihak Restoran dengan para supplier.