3RD SCIENCE PROJECT AWARS 2017 OPTIMALISASI LIMBAH SANDAL JEPIT SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN HIDROPONIK RAKIT APUNG (FLOATING SYSTEM) The “Science-craft” of Environmental Treatment and Renewable Resources (Bidang Pengolahan Limbah) DISUSUN OLEH 1. ADILA JOYA PUSPITA 7088 KELAS XI IPA 3 2. STEFANIE CAHYANINGSIH S 7257 KELAS XI IPA 7 3. AXEL NICHOLAS TANZAQ 7199 KELAS XI IPA 6 SMA NEGERI 3 KLATEN KLATEN 2017
34
Embed
3RD SCIENCE PROJECT AWARS 2017 OPTIMALISASI … · Bahan untuk mengapung tanaman pada sistem ini menggunakan limbah spon sandal jepit, karena pada bagian spon ini jarang dimanfaatkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
3RD SCIENCE PROJECT AWARS 2017
OPTIMALISASI LIMBAH SANDAL JEPIT SEBAGAI BAHAN
PEMBUATAN HIDROPONIK RAKIT APUNG
(FLOATING SYSTEM)
The “Science-craft” of Environmental Treatment and Renewable Resources
(Bidang Pengolahan Limbah)
DISUSUN OLEH
1. ADILA JOYA PUSPITA 7088 KELAS XI IPA 3
2. STEFANIE CAHYANINGSIH S 7257 KELAS XI IPA 7
3. AXEL NICHOLAS TANZAQ 7199 KELAS XI IPA 6
SMA NEGERI 3 KLATEN
KLATEN
2017
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Karya Tulis : Optimalisasi Limbah Sandal Jepit Sebagai Bahan
Pembuatan Hidroponik Rakit Apung (Floating
System)
2. Data diri ketua tim :
a. Nama lengkap : Adila Joya Puspita
b. NIS : 7088
c. Sekolah : SMA Negeri 3 Klaten
3. Anggota Tim / Penulis:
a. Nama Anggota 1: Stefanie Cahyaningsih Sindiawati
b. Nama Anggota 2: Axel Nicholas Tanzaq
4. Guru pembimbing
a. Nama lengkap dan gelar : Tri Harjanto, S.Si.
b. NIP : -
c. Sekolah : SMA Negeri 3 Klaten
d. No. HP : 085229081979
e. Alamat Rumah : Tegalsari RT.01/03, Dukuh, Delanggu, Klaten
nutrisi dan kelancaran suplai oksigen tanaman setiap hari.
D. Metode Penelitian
Teknik analisis data menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
analisis deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan pada
karya ilmiah ini adalah dengan metode eksperimen, studi pustaka dan
observasi.
13
BAB IV.
PEMBAHASAN
Berikut ini hasil eksperimen hidroponik rakit apung (floating System)
dengan memanfaatkan limbah spon sandal jepit.
Limbah Spon Sandal Jepit
Tali Penghubung Selang aerator
Pemecah Gelembung Aerator
Sawi Seledri
Bayam Merah Pagoda
Hidroponik rakit apung atau floating system merupakan teknik
hidroponik yang paling mudah cara pembuatannya, sehingga teknik ini cocok
14
bagi seorang pemula untuk belajar dan menerapkan hidroponik dalam
kesehariannya. Pada umumya teknik hidroponik rakit apung para penghobi
menggunakan lembaran stereform sebagai bahan pengapung tanaman
hidroponiknya, akan tetapi pada eksperimen kali ini, kami menggunakan
limbah spon sandal jepit sebagai pengganti lembaran stereform. Memang
proses pengerjaan dengan memanfaatkan limbah spon sandal jepit ini
termasuk rumit, tetapi melalui cara ini dapat memaksimalkan limbah spon
sandal jepit yang tidak pernah diambil oleh para pemulung, karena yang laku
dijual hanya bagian jepitnya saja. Selain itu juga dapat meminimalkan limbah
spon sandal jepit yang dibakar. Apabila limbah spon sandal jepit dibakar
dapat menimbulkan pencemaran udara yang akan merugikan makhluk hidup
dan lingkungan. Polutan yang dihasilkan dari pembakaran sampah menurut
Faradina (2015) antara lain berupa dioxin, particle pollution, polycyclic
aromatic hidrocarbon (PAH), volatil organic compound (VOC), karbon
monoksida (CO), hexachlorobenzena (HBC) dan abu.
Seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa pembuatan hidroponik
rakit apung ini relatif mudah. Adapun cara pembuatannya sebagai berikut :
1. Limbah spon sandal jepit dipilih yang masih layak, yaitu tidak terlalu aus
dan masih rata untuk sebagai bahan pengapung.
2. Spon sandal jepit dibagi menjadi 3 bagian bentuk kotak yang sama
dengan sisi yang lebih besar dengan diameter gelas plastik yang akan
dimasukkan ke dalam lubang kotak spon sandal jepit.
3. Membuat lubang pada kotak spon sandal dengan menyesuaikan diameter
tengah gelas plastik sebagai net potnya.
4. Gelas plastik kecil kemasan agar-agar dengan bagian bawah dilubangi
dan dimasukkan kain flanel sebagai sumbu penghubung nutrisi dengan
media sekam bakar.
5. Gelas plastik yang telah diberi sumbu kain flanel dimasukkan ke dalam
lubang spon sandal, untuk diperhatikan bahwa permukaan bibir gelas
dapat tertahan pada permukaan atas lubang spon sandal.
15
6. Kotak stereform bekas kemasan buah sebanyak 4 pcs dilapisi dengan
plastik hitam pada bagian permukaan dalam sampai dinding bagian
dalam, diperhatikan agar plastik tidak berlubang, sehingga saat untuk
digunakan sebagai wadah nutrisi tidak bocor.
7. Kotak spon sandal yang telah dimasukkan gelas plastik bersumbu kain
flanel dirakit dengan mekanisme 3 x 3 pada masing-masing kotak
stereform, dihubungkan antar masing-masing kotak spon sandal dengan
tali senar dengan dibantu jarum karung goni, ditali kuat pada masing-
masing sisi kotak stereform. Diperhatikan rangkaian yang
menghubungkan 9 apungan spons sandal telah terangkai dengan baik dan
tidak melengkung ke bawah pada masing-masing kotak stereform.
8. Masing-masing kotak stereform dialiri nutrisi hidroponik yang telah
dibuat sebanyak 7 liter dan dipastikan tidak ada kebocoran dalam wadah.
9. Gelas plastik yang telah bersumbu kain flanel diisi dengan arang sekam
dan ditanami dengan bibit tanaman Sawi, Pagoda, Seledri dan Bayam
Merah pada 4 kotak stereform yang berbeda.
10. Pemberian aerator pada masing-masing kotak stereform dengan
dilengkapi pemecah gelembung di bagian bawah nutrisi.
11. Tanaman diletakkan pada tempat yang terkena sinar matahari pagi agar
dapat tumbuh dengan baik dan pengontrolan kualitas tanaman, nutrisi dan
kelancaran suplai oksigen tanaman setiap hari.
Prinsip kerja hidroponik rakit apung adalah dengan memanfaatkan gaya
apung pada limbah spon sandal jepit untuk menopang tanaman dalam media
tanam arang sekam. Limbah spon sandal jepit yang digunakan dilubangi dengan
lubang seukuran net pot (dalam hal ini menggunakan limbah cup agar-agar) yang
digunakan. Tanaman tumbuh dengan akar yang konstan 24 jam berada dalam air
nutrisi pada wadah stereform bekas kemasan buah yang dilapisi plastik. Media
tanam yang berupa arang sekam dihubungkan dengan larutan nutrisi melalui
sumbu kain flanel. Berdasarkan cara ini, akar dapat langsung menyerap hara
yang ada pada air nutrisi dengan instan tetapi karena akar berada dalam air, akar
memerlukan oksigen yang terlarut agar masih dapat
16
bernafas. Maka dari itu salah satu cara agar oksigen terlarut pada air (aerasi)
terus ada adalah dengan menggunakan aerator. Walaupun sistem ini seperti
sistem wick, kecepatan tumbuh tanaman pada sistem ini lebih cepat dibanding
wick, karena akar langsung kontak air nutrisi yang diberi aerator sehingga
kaya oksigen (aerasi) secara menyeluruh, sedangkan sistem wick hanya
memanfaatkan gap antar air dan papan media untuk mengambil udara dan
daya serap akar pada larutan nutrisi bergantung pada daya kapiler pada wick.
Maka dari itu sistem ini cukup layak digunakan untuk skala yang lebih besar.
Oleh karena akar kontak langsung dan terus-menerus dengan air, maka
penggunaan aerator dalam sistem ini sangat mutlak diperlukan supaya akar
masih dapat bernafas. Aerator dapat membantu tanaman tumbuh lebih cepat
dengan sistem ini dan tidak mudah layu pada siang hari. Selain itu pembuatan
sistem ini dari skala kecil hingga skala besar tidak terlalu memerlukan teknik
yang rumit. Walau memerlukan listrik, sistem ini cukup toleran jika mati
listrik seharian, karena akar tidak mudah kering karena selalu kontak dengan
air. Jadi tanaman tidak langsung mati walau mati listrik lebih dari 3-4 jam.
Pada kondisi tanpa aerator, untuk mencegah terjadinya pengendapan nutrisi
dan tidak meratanya nutrisi dapat dilakukan dengan cara mengaduk nutrisi di
dalam wadah perlakuan setiap hari atau digoncang-goncangkan, tetapi
perlakuan tersebut sebaiknya dihindarkan, karena tanaman sayur akan stress
sehingga pertumbuhan tidak sebaik jika diberikan aerator.
Pengamatan ketercukupan nutrisi hidroponik dengan hidroponik rakit
apung sandal jepit lebih mudah jika dibandingkan dengan pengapung dengan
lembaran stereform, untuk pengecekan kapan nutrisi harus ditambah lebih
mudah, karena pada sistem ini nutrisi dapat langsung dilihat secara jelas tanpa
harus membuka lembaran stereformnya. Sistem hidroponik rakit apung cocok
untuk tanaman yang ringan seperti sayuran daun, tanaman hias kecil tetapi tidak
cocok untuk tanaman berat seperti cabai, tomat, melon, dan sebagainya.
Upaya pencegahan limbah spon sandal jepit agar tidak terapung apung
kesana kemari, kami menggunakan tali senar untuk merangkai potongan spon
sandal satu dengan spon sandal yang lain membentuk persegi 3 x 3 dengan
17
jarak tertentu antar spon sandal. Berdasarkan cara ini spon sandal jepit dapat
kokoh menahan media hidroponik beserta tanamannya, dari segi estetika juga
dilihat enak dipandang dan rapi. Celah antar spons sandal satu dengan yang
lain inilah yang dapat dimanfaatkan untuk melihat secara maksimal
ketersediaan nutrisi hidroponik yang digunakan.
Media yang digunakan dalam eksperimen ini menggunakan arang
sekam. Menurut Aurum (2005), arang sekam merupakan hasil pembakaran
tidak sempurna dari sekam padi (kulit gabah) dengan warna hitam. Warna
hitam pada arang sekam akibat proses pembakaran menyebabkan daya serap
terhadap panas sangat tinggi, sehingga mampu menaikkan suhu. Keunggulan
menggunakan media arang sekam sebagai media tanam adalah sifatnya yang
berporositas tinggi, berstruktur remah, dan dapat menyimpan air. Arang
sekam juga berkadar salinitas rendah bersifat netral hingga alkalis (kisaranpH
6–7), harganya relatif murah. Selain itu, bahannya mudah diperoleh, ringan,
dan sudah steril. Beberapa kelemahan dalam menggunakan media arang
sekam sebagai media tanam yaitu umumnya tersedia hanya bahannya
(sekam/kulit gabah) dan arang sekam hanya dapat digunakan minimal dua
kali (Fahmi, 2013).
Nutrisi yang digunakan dalam eksperimen ini dengan AB Mix dengan
mengencerkan nutrisi A sebanyak 5 ml dan nutrisi B sebanyak 5 ml dalam 1 liter
air. Nutrisi hasil pengenceran tersebut digunakan dalam pemenuhan kebutuhan
unsur makro dan mikro tanaman yang kami gunakan. Kebutuhan nutrisi tiap
kotak stereform sebanyak 7 liter dan dibuat kadar TDS dalam larutan tersebut
500 – 800 ppm untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman. Suplai nutrisi harus
selalu terjaga diseluruh tanaman melalui sumbu kain flanel, untuk mengatasi
pemerataan suplai nutrisi dan sekaligus untuk mencegah pengendapan nutrisi,
kami menggunakan aerator yang dilengkapi pemecah gelembung di bagian dasar
kotak stereform. Nutrisi akan hilang akibat terkena air hujan, penguapan dan
digunakan oleh tanaman itu sendiri, oleh karena itu letak eksperimen tidak kami
letakkan di luar tetapi di dalam green house yang masih dimungkingkan cahaya
matahari pagi bisa masuk mengenai tanaman
18
sayur eksperimen ini. Secara kontinyu juga kami pantau kesuburan tanaman
yang dapat dilihat dari pertumbuhan akar dan jumlah daun, warna daun,
busuk tidaknya tanaman. Apabila nutrisi berkurang akibat dipakai oleh
tanaman kami aliri kembali dengan persediaan nutrisi yang kami buat.
Keadaan suplai oksigen melalui aerator juga tidak kalah penting diperhatikan,
suplai oksigen yang baik akan membantu perakaran tumbuh dengan baik dan
mencegah busuknya tanaman sayur yang dicobakan.
Selama pengamatan yang kami lakukan, limbah spon sandal jepit
dapat dengan baik mengapungkan media tanaman dan tanaman sayur yang
dicobakan, terbukti sampai akhir percobaan tanaman dapat tumbuh dengan
baik. Oleh karena itu limbah spon sandal jepit dapat dimanfaatkan sebagai
pengganti lembaran stereform yang biasa digunakan para penghobi atau para
pelaku hidroponik rakit apung (floating system). Dengan demikian
penggunaan lembaran stereform dapat dikurangi dan dapat menghemat biaya
pembuatan hidroponik rakit apung.
19
BAB V.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemaparan makalah di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
1. Prinsip kerja hidroponik rakit apung adalah dengan memanfaatkan gaya
apung pada limbah spon sandal jepit untuk menopang tanaman dalam
media tanam arang sekam.
2. Limbah spon sandal jepit dapat dimanfaatkan sebagai pengganti lembaran
stereform yang biasa digunakan para penghobi atau para pelaku
hidroponik rakit apung (floating system).
B. Saran
Saran – saran yang dapat penulis sampaikan pada makalah ini adalah
1. Pembuatan rangkaian hidroponik rakit apung dengan memanfaatkan
limbah spon sandal jepit yang lebih banyak dan dalam skala yang lebih
besar, sehingga limbah spon sandal jepit semakin banyak berkurang.
2. Lebih mengoptimalkan limbah lain dari lingkungan sekitar untuk
pembuatan berbagai macam teknik hidroponik.
3. Para penghobi atau pelaku hidroponik untuk mulai bertahap mengganti
lembaran stereform dengan limbah spon sandal jepit
20
DAFTAR PUSTAKA
Agropatas. 2017. Pupuk AB Mix. http://taman-berkebun.blogspot.co.id/2015/07/mengapa-pekatan-dan-b-dalam-ab-mix.html. Diakses pada 22 Juni 2017
Amijaya, N. 2016. Berbagai Macam Teknik
Menanam
Hidroponik.
www.nuramijaya.com. Diakses pada 23 Juni 2017
Aurum, M. 2005. Pengaruh Jenis Media Tanam dan Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan Setek Sambang Colok (Aerva sanguinolenta Blume.). (Skripsi). Institut Pertanian Bogor.
Bunt, A. C. 1988. Media and Mixes for Countainer Grown Plants. Unwin Hyman.
London.
Fahmi, Z. I. 2013. Media Tanam sebagai Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya. Surabaya.
Faradina, I. 2015. 7 Bahaya Menghirup Asap Sampah. www.brilio.net. Diakses
pada 21 Juni 2017.
Gropatas. 2015. Hidroponik Rakit Apung – Sederhana Tetapi Cocok Untuk Skala Besar. www.taman-berkebun.blogspot.com. Diakses pada 22 Juni 2017.
Hartawan, W. 2015. Model Anyar Hidroponik Tenteng. Majalah Trubus 547 edisi
Juni 2015/XLVI. Jakarta : PT. Grafika Multiwarna.
Istiqomah, S. 2007. Menanam Hidroponik. Azka Press. Jakarta.
Lingga, P dan Marsono. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Siswadi. 2008. Berbagai Formulasi Kebutuhan Nutrisi Pada Sistem Hidroponik. Jurnal Inovasi Pertanian 7 (1):103-110
Syariefa et.al. 2014. Hidroponik Praktis. PT. Trubus Swadaya, Depok.