i
HUBUNGAN LAMA MENJALANI HEMODIALISIS DENGAN GANGGUAN
KOGNITIF PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIS
LAPORAN PENELITIAN
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai
Derajat Sarjana dan Dokter Spesialis I
Program Studi Ilmu Kedokteran Klinik
Minat Utama Neurologi
Diajukan Oleh:
Rustanti
08/278170/PKU/10383
Kepada
PROGRAM PASCA SARJANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan bimbingan-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini disusun sebagai salah
satu syarata mencapai derajat Dokter Spesialis I pada Program Studi Neurologi
FK UGM Yogyakarta.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menghaturkan rasa hormat
dan terima kasih yag tak terhingga kepada dr. Pernodjo dahlan,Sp.S(K) dan dr.
Abdul Gofir Sp.S(K) selaku pembimbing yang telah memberikann pengarahan,
saran dan dukungan moril sejak persiapan hingga akhir penulisan tesis.
Ucapan terimakasih juga penulis haturkan kepada yang terhormat:
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. 2. Kepala bagian Neurologi, dr. Imam Rusdi, Sp.S(K), ketua
Program Studi Neurologi, dr. Paryono,Sp.S dan seluruh staf
pengajar Neurologi.
3. Segenap teman sejawat PPDS I Neurologi. Terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada suami tercinta, dr.
Faishol Balfas, kepada ananda M.Dzikrullah Balfas, Syafiq Mutawakkil Balfas
dan Ilman Haqiqi Balfas serta kedua orang tua yang memberikan dukungan,
kesempatan, kesabaran, pengertian, do,a dan semangat untuk menyelesaikan studi.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, sehingga
penulis mengharapkan masukan dan saran dari semua pihak untuk perbaikan.
Akhirnya penulis berharap tesis ini bisa bermanfaat.
Yogyakarta, desember 2012
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Pernyataan iii
Daftar Isi iv
Daftar Gambar v
Daftar Tabel vi
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang 1
B. Perumusan Masalah 4
C. Pertanyaan Penelitian 5
D. Tujuan Penelitian 5
E. Manfaat Penelitian 5
F. Keaslian Penelitian 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit ginjal kronik 7
B. Hemodialisis 9
C. Gangguan Kognitif 10
1. Faktor Risiko Gangguan Kognitif 12 2. Patofisiologi Gangguan Kognitif Pada PGK 12 3. Patofisiologi Gangguan Kognitif Pada Pasien
Hemodialisis 18
4. Penilaian Fungsi Kognitif 19 D. Kerangka Teori 23
E. Kerangka Konsep 24
F. Hipotesis 24
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian 25
B. Subjek Penelitian 26
C. Besar Sampel 26
D. Teknik Pengambilan Sampel 27
E. Variabel Penelitian 27
F. Definisi Operasional Variabel 28
G. Prosedur Penelitian 31
H. Alur Penelitian 32
I. Etika Penelitian 33
vi
I. Analisis Statistik 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Pembahasan 35 B. Uji reliabilitas 35 C. Karakteristik Dasar Penelitian 36 D. Analisis Bivariat 38 E. Analisis Multivariat 49
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 52 B. Saran 52 DAFTAR PUSTAKA 53
LAMPIRAN 59
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Keaslian Penelitian 6
Tabel 2. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronis (PGK) 8
Tabel 3. Nilai Normal MMSE 31
Tabel 4. Variabel, Skala Pengukuran dan Analisa Statistik 34
Tabel 5. Karakteristik Dasar Subjek Penelitian 37
Tabel 6. Karakteristik Dasar Berdasarkan Lama Hemodialisis 38
Tabel 7. Analisis Bivariat Variabel Lama Hemodialisis 39
Tabel 8. Analisis Variabel Lama Hemodialisis dengan Domain
Fungsi Kognitif 41
Tabel 9. Analisis Variabel Jenis Kelamin 42
Tabel 10.Analisis Variabel Pendidikan 42
Tabel 11.Analisis Variabel Umur 43
Tabel 12.Analisis Variabel Hipertensi 44
Tabel 13.Analisis Variabel Diabetes Mellitus 44
Tabel 14.Analisis Variabel Merokok 45
Tabel 15.Analisis Variabel Sakit Jantung 46
Tabel 16.Analisis Variabel Dislipidemia 46
Tabel 17.Analisis Variabel Hipotensi selama Dialisis 47
Tabel 18.Analisis Variabel Anamia 47
Tabel 19.Analisis Variabel Blood Urea Nitrogen 48
Tabel 20.Analisis Variabel Hipertensi selama dialisis 48
Tabel 21.Analisis Multivariat 49
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambar Skematik Serebrorenal 15
Gambar 2. Kerangka Teori 23
Gambar 3. Kerangka Konsep 24
Gambar 4. Rancangan Penelitian cross-sectional 25
Gambar 5. Alur Penelitian 32
Gambar 6. Scater plot variabel lama hemodialisis 40
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner penelitian 59
Lampiran 2. Mini Mental State Examination (MMSE) 61
Lampiran 3. The Center for Epidemiologic Studies Depression Scale 62
Lampiran 4. Surat Persetujuan Ikut Dalam Penelitian 63
x
HUBUNGAN LAMA MENJALANI HEMODILISIS DENGAN GANGGUAN
KOGNITIF PADA PENYAKIT GINJAL KRONIS
Rustanti*, Pernodjo Dahlan**, Abdul Gofir**
*Residen Neurologi FK-UGM/RSUP Dr.Sardjito
**Staf senior bagian Neurologi FK-UGM/RSUP Dr. Sardjito
Intisari
Latar Belakang. Prevalensi gangguan kognitif pada penyakit ginjal kronis terjadi
sekitar 37 % pada 336 pasien setelah dua tahun menjalani hemodialisis. Penelitian
mengenai hubungan lama menjalani hemodialisis dengan gangguan kognitif belum
pernah dilakukan di Indonesia. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui
hubungan lama menjalani hemodialisis dengan gangguan kognitif.
Metode. Metode penelitian menggunakan potong lintang. Subjek penelitian
didapatkan dari pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RSUP
Dr Sardjito Yogyakarta. Sampel diambil secara berurutan dan diwawancarai
menggunakan kuisioner terstruktur. Gangguan kognitif menggunakan alat ukur Mini
Mental State Examination (MMSE). Uji hipotesis analisis bivariat menggunakan uji
chi-square dan uji t, sedangkan analisis multivariat menggunakan regresi logistik.
Hasil. Jumlah subjek penelitian yang masuk dalam kriteria inklusi sebesar 64 subjek,
terdiri dari 31(48,4%) subjek laki-laki dan 32(51,6%) subjek perempuan. Analisis
bivariat lama hemodialisis tidak bermakna signifikan terhadap gangguan kognitif
dengan RP 0,625 (95%CI 0,365-1,166). Variabel lain yang bermakna signifikan
terhadap gangguan kognitif adalah anemia dan hipotensi selama dialisis. Hasil
analisis multivariat variabel independen yang bermakna secara signifikan terhadap
gangguan kognitif hipotensi selama dialisis (95%CI;p=0,001;RP=13,091).
Kesimpulan. Lama hemodialisis tidak berhubungan dengan gangguan kognitif
namun didapatkan korelasi negatif antara lama hemodialisis dengan gangguan
kognitif.
Kata kunci: Penyakit ginjal kronis, hemodialisis, gangguan kognitif
Korespondensi: Rustanti: [email protected]
xi
Association lenght of hemodialysis and cognitive impairment in chronic kidney
disease
Rustanti*, Pernodjo Dahlan**, Abdul Gofir**
*Resident of Neurology Departement FK-UGM/Dr.Sardjito hospital
**Senior Staf of Neurology Departement FK-UGM/Dr.Sardjito hospital
Abstract
Background. The prevalence of cognitive impairment in chronic kidney diseases
occurs about 37% on 336 patients after two years haemodialisis treatment. Research
on long-standing relationships undergoing hemodialysis with cognitive impairment has not
been done in Indonesia. The aim of this reasearch is to determine about long-standing
relationships undergoing hemodialysis with cognitive impairment.
Methods. The method uses cross-sectional sudy. Research subjects obtained from
chronic kidney disease patients undergoing hemodialysis at RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta. Samples were taken in sequence and were interviewed using a structured
questionnaire. Cognitive impairment using a measuring instrument Mini Mental State
Examination (MMSE). Hypothesis testing bivariate analysis using Chi-square and t-
test, while multivariate analysis using logistic regression.
Results. The number of subjects who entered the study inclusion criteria of 64
subjects, consisting of 31 (48.4%) male subjects and 32 (51.6%) female subjects.
Bivariate analysis was not significantly longer hemodialysis significant cognitive
impairment with RP 0.625 (95% CI 0.365 to 1.166). Other variables which significant
with cognitive impairment are anemia and hypotension during dialysis. The results of
multivariate analysis significant independent variables significantly to cognitive
impairment in order are hypotension during dialysis (95% CI, p = 0.001; PR =
13.091).
Conclusion. Lenght of hemodialysis study was not associated with cognitive
impairment but has negative correlation with MMSE score.
Key words : Chronic kidney disease, hemodialysis, cognitive impairment Correspondence: Rustanti: [email protected]
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Peningkatan usia harapan hidup di Indonesia akan meningkatkan jumlah
penduduk usia lanjut. Pada tahun 2000 jumlah penduduk usia lanjut mencapai
7,28 %, jumlah ini akan terus meningkat dan pada tahun 2020 diperkirakan
jumlah lansia akan mencapai 11,34% (Darmojo, 2002). Peningkatan umur
harapan hidup akan menambah jumlah lansia yang akan berdampak pada
pergeseran pola penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. Peningkatan jumlah
lansia akan menambah populasi penderita demensia (Kaye, 1997).
Hampir setiap penyakit yang mengenai sistem saraf pusat seperti trauma,
gangguan vaskular, gangguan metabolik, penyakit degeneratif, infeksi, autoimun
dan tumor dapat menyebabkan gangguan kognitif. Tiga terbanyak penyebab
gangguan kognitif adalah trauma kepala (lebih dari 600 kasus per 100.000
penduduk), gangguan vaskular dan penyakit degeneratif (lebih dari 300 kasus per
100.000 penduduk) (Heilman et al., 2003).
Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan penyakit komorbid pada usia
lanjut. The Third National Health and Nutrition Examenitation Survey
(NHANES) memperkirakan PGK diderita 8 juta orang penduduk Amerika.
Beberapa bukti menunjukkan bahwa PGK berhubungan dengan kemunduran
fungsi kognitif, disabilitas secara fisik, dan beberapa kondisi yang berhubungan
dengan sindrom geriarti pada usia lanjut. Penderita PGK memiliki prevalensi yang
2
lebih besar untuk terjadinya risiko kematian kadiovaskular. Lebih lanjut lagi
fungsi ginjal yang jelek erat hubungannya dengan faktor yang menyebabkan
aterosklerotik dan disfungsi endotel termasuk anemia, peningkatan stres oksidatif,
inflamasi dan kondisi yang mengaktifkan koagulasi. Beberapa faktor risiko
kardiovaskular nontradisional seperti proteinuria, hiperhomosisteinemia dan
peningkatan level asam urat juga meningkat sesuai dengan penurunan fungsi
ginjal. Saat ini faktor-faktor diatas dipertimbangkan sebagai faktor risiko
kardiovaskular independen. Studi terdahulu menunjukkan bahwa lesi
serebrovaskular yang kecil dan tersembunyi yang dikenal sebagai lakunar atau
leukoaraiosis dapat memutuskan integritas sirkuit frontal-subkortikal dan
menyebabkan gangguan kognitif hal ini sering terdapat pada penderita gagal
ginjal kronis (Yu Lin et al., 2000).
Penyakit ginjal kronis dan gangguan kognitif merupakan suatu kondisi
medis yang umum pada penduduk usia lanjut. Di Amerika setiap tahunnya
terdapat kenaikan jumlah pasien yang menderita penyakit ginjal kronis. Penelitian
yang dilakukan oleh Obrador (2010) jumlah penyakit ginjal kronis meningkat dari
10.000 penderita pada tahun 1973 menjadi 86.354 pada tahun 1983 dan menjadi
527.283 pada bulan Desember 2007 dan pada tahun 2007 sendiri tercatat 111.000
pasien yang masuk ke dalam gagal ginjal tahap akhir.
Hemodialisis merupakan salah satu terapi bagi penderita penyakit ginjal
kronis di samping peritonial dialisis dan transplantasi ginjal. Hemodialisis
merupakan prosedur yang cukup aman dan dapat meningkatkan kualitas hidup
penderita penyakit ginjal kronis namun komplikasi akibat hemodialisis sering
3
terjadi, dengan semakin lamanya penderita menjalani hemodialisis maka semakin
sering terpapar oleh efek samping dari hemodialisis baik akut maupun kronis
seperti dialysis disequilibrium syndrome dan hipotensi (Lee & Ganiesh, 2011).
Gangguan kognitif baik akut maupun kronik sering terjadi pada penderita
penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis rutin. Studi yang dilakukan
oleh Tamura et al. (2012) prevalensi gangguan kognitif berat terjadi sekitar
37 % pada 336 pasien setelah dua tahun menjalani hemodialisis. Brady et al.
(2009) melaporkan bahwa prevalensi gangguan kognitif pada penyakit ginjal
kronis sekitar 20 % pada 236 pensiunan tentara.
Studi yang dilakukan oleh Murray, 2009 menggunakan sampel yang kecil
pada penderita gagal ginjal kronik tahap akhir didapatkan penurunan yang
moderat pada beberapa domain kognitif. Prevalensi penderita gagal ginjal kronik
tahap akhir yang mengalami gangguan kognitif ringan sampai sedang pada
penderita usia 23 sampai 93 tahun yang dinilai menggunakan Mini Mental State
Exam (MMSE) sekitar 30% (Sehgal, 1997). Penelitian terdahulu juga melaporkan
adanya hubungan yang signifikan antara lamanya menjalani hemodialisis dengan
gangguan kogntif OR = 2.28, (95% CI 1,33 sampai 3,94) (Popovic et al., 2006).
Dua penelitian yang dilakukan oleh Murray et al.(2009) dan Kurella
(2004) menunjukkan prevalensi yang tinggi terjadinya gangguan kognitif
pada penderita penyakit ginjal kronik tahap akhir. Penelitian terhadap pasien
penyakit ginjal kronik dan hemodialisis oleh Kurella pada 80 pasien hemodialisis
(usia rata-rata 61,2 tahun), 38 persen memiliki penurunan fungsi eksekutif dan 33
persen gangguan memori berat. Hasil ini sama dalam penelitian yang dikerjakan
4
oleh Murray, 2009 dari 338 subyek hemodialisis didapatkan 37 persen dari subjek
memiliki gangguan kognitif berat, 36 persen moderat dan 14 persen penurunan
kognitif ringan, hanya 13 persen memiliki fungsi kognitif yang normal. Murray
menyimpulkan bahwa pasien hemodialisis memiliki tiga kali kemungkinan lebih
besar mengalami gangguan kognitif berat dibanding pasien yang tidak menderita
penyakit ginjal kronis, namun kesadaran klinis mengenai gangguan kognitif
pada penyakit ginjal kronis masih rendah hal ini dibuktikan dengan pencatatan
rekam medis mengenai gangguan kognitif pada penyakit ginjal kronis yaitu
sekitar 2,9%. Sehingga gangguan kognitif penderita gagal ginjal tahap akhir yang
menjalani hemodialisa hampir tidak pernah terdiagnosis / underdiagnosis
(Robbins et al., 2009).
Beberapa penelitian tentang hubungan hemodialisis dengan penurunan
fungsi kognitif dan demensia vaskuler telah banyak dilakukan, namun sampai saat
ini belum dapat dipastikan apakah gangguan kognitif dan demensia disebabkan
efek langsung dari PGK atau disebabkan oleh hemodialisisnya, di samping itu
penelitian mengenai hubungan hemodialisis dengan gangguan kognitif masih
terbatas pada usia lanjut (Hailpern et.al., 2007).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diambil beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Gangguan kognitif pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis sering tidak terdiagnosis.
5
2. Gangguan kognitif meningkatkan morbiditas, mortilitas dan menurunkan
kualitas hidup pasien.
3. Penelitian mengenai hubungan hemodialisis dengan gangguan kognitif
pada penyakit ginjal kronik masih terbatas pada usia lanjut.
C. Pertanyaan Penelitian
Apakah lama menjalani hemodialisis berhubungan dengan gangguan kognitif ?
D. Tujuan Penelitian
Mengetahui hubungan antara lama menjalani hemodialisis dengan gangguan
kognitif.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi klinisi
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi klinisi untuk dapat
melakukan skrining awal dan memberikan terapi yang rasional terhadap
gangguan kognitif sehingga dapat mencegah perburukan gangguan
kognitif.
2. Bagi masyarakat/penderita
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengaruh lama
hemodialisis terhadap gangguan kognitif sehingga meningkatkan
kepedulian masyarakat dalam mencegah cacat kognitif.
3. Bagi peneliti
Memberikan area penelitian yang cukup luas serta memberikan
pengetahuan lebih lanjut mengenai komplikasi hemodialisis dalam bidang
neurologi.
6
F. Keaslian Penelitian
Dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan untuk menilai hubungan
lama hemodialisis dengan gangguan kognitif, disajikan dalam tabel 1 sebagai
berikut :
Tabel 1. Keaslian penelitian antara hemodialisis dan gangguan kognitif.
Peneliti Judul Metode&Subjek Alat ukur
Post et al.,2010 Cognitive Profile of
Chronic Kidney
Disease and
Hemodialysis Patients
without Dementia
Cohort prospektif
2431 subyek usia > 65
tahun
Mini mental state
examination
(MMSE).
Kurella et
al.,2010
Prevalence and
Correlates of Cognitive
Impairment in
Hemodialysis Patients
Cross sectional
3034 subjek usia 75 tahun
Modifiate mini
mental state
examination, trial
making A, trial
making B.
Popovic et al.,
2006
Assessment of the
Cognitive State in
Hemodialysis Patients
Relation to the
Potential Risk Factors for
Abnormalities
Cohort prospectif Mini mental state
examination
(MMSE)
Bastiani et
al.,1999
Cognitive function and
regular dialysis treatment
Cohort prospectif Wechsler Adult
Intelligence Scale
(WAIS) dan the
Wechsler Memory
Scale (WMS)
Penelitian ini Hubungan lama
hemodialisis dengan
gangguan kognitif pada
penderita gaga ginjal
kronis di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta
Cros sectional ,subyek
usia lebih dari 18 tahun.
MMSE
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Penyakit Ginjal Kronis
Penyakit ginjal kronis adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi
yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif. Penyakit
ginjal kronis didefinisikan sebagai (1) kerusakan ginjal selama 3 bulan atau lebih,
berupa kelainan fungsional atau struktural yang dibuktikan pada biopsi ginjal atau
penanda kerusakan ginjal baik dalam darah maupun urin ataupun imaging,
dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), atau (2) LFG 92% pada stadium 1,
4 dan 5, Positive Predictive Value (PPV)
8
Negative Predictive Valuenya (NPV) cukup tinggi sekitar >91% pada PGK
stadium 3. Dikenal dengan nama Modified Diet on Renal Disease (MDRD).
Adapun rumus dari Modified Diet on Renal Disease (MDRD) adalah sebagai
berikut GFR (mL/menit/1.73 m2) = 186 x (Scr)
-1.154 x (Age)
-0.203 x (0.742 if
female) x (1.212 jika Afrika-Amerika) (Botev et al., 2009).
Sesuai dengan LFG maka PGK dibagi menjadi beberapa stadium. Stadium
yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah.
Klasifikasi tersebut membagi penyakit ginjal kronik dalam lima stadium. Stadium
1 adalah kerusakan ginjal dengan fungsi ginjal yang masih normal, stadium 2
kerusakan ginjal dengan penurunan fungsi ginjal yang ringan, stadium 3
kerusakan ginjal dengan penurunan yang sedang fungsi ginjal, stadium 4
kerusakan ginjal dengan penurunan berat fungsi ginjal, dan stadium 5 adalah
gagal ginjal.
Tabel 2. Klasifikasi PGK menurut KDOQI
Stadium Keterangan Laju Filtrasi Glomerulus
(ml/menit/1,73 m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau
meningkat
>90
2 Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan 60-89
3 Penurunan LFG sedang 30-59
4 Penurunan LFG berat 15-29
5 Gagal ginjal tahap terminal
9
lain 3%, penyakit sistemik (lupus, vaskulitis) 2%, neoplasma 2%, tidak diketahui
4%, penyakit lain 4% (Suwitra, 2009).
Disamping itu PGK juga dapat timbul akibat penyakit intrinsik ginjal
primer, abnormalitas anatomi atau terjadi obstruksi akibat komplikasi sekunder
penyakit sistemik lain dan akibat penanganan gagal ginjal akut yang tidak optimal
(Krauss & Hakk, 2000).
Menurut Skorecky dan Brenner ( 2005), PGK dapat disebabkan oleh :
a) Infeksi (pielonefritis kronik)
b) Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
c) Penyakit vaskular hipertensif (stenosis arteria renalis, nefrosklerosis benigna
dan maligna)
d) Gangguan jaringan penyambung (Lupus eritematosus sistemik (LES),
poliarthritis nodusa, sklerosis sistemik progresif)
e) Gangguan herediter dan kongenital ( penyakit polikistik ginjal, asidosis
tubular ginjal)
f) Penyakit metabolik ( diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis)
g) Nefropati toksik (penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal)
h) Nefropati obstruktif (kalkuli, neoplasma, hipertrofi prostat, striktur uretra).
B. Hemodialisis
Hemodialisis merupakan salah satu terapi pengganti ginjal, yang
digunakan pada penderita dengan penurunan fungsi ginjal, baik akut maupun
kronik. Hemodialisis dapat dikerjakan untuk sementara waktu atau dapat pula
untuk seumur hidup. Hemodialisis berfungsi membuang produk-produk sisa