REWRITE MATERI KULIAH TATA GUNA LAHAN JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER TAHUN 2014 Oleh: ENDY HERNOWO 3613100029
REWRITE MATERI KULIAH TATA GUNA LAHAN
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
TAHUN 2014
Oleh:
ENDY HERNOWO
3613100029
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena tak lepas dari rahmat dan
hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Materi Kuliah Tata Guna
Lahan. Laporan ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Tata Guna Lahan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tersusun dengan peran serta dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Mulyono Sadyohutomo, sebagai dosen mata kuliah Tata Guna Lahan, arahan
dan bimbingan beliau sangat membantu dalam penyusunan laporan ini.
2. Kedua orang tua dan keluarga yang telah mendukung selama masa studi di
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
3. Rekan-rekan di Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota yang selalu memberikan
dorongan dan motivasi selama proses penyusunan makalah ini.
Seperti pepatah, tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu,
kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun sangat diharapkan, agar di kemudian
hari penulis tidak melakukan kesalahan yang sama. Akhir kata, penulis berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Surabaya, 27 Desember 2014
Penulis
3
BAB I
Dasar Pengembangan Tanah
1.1 Definisi
Tanah adalah bentukan alam, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia, yang
mempunyai sifat tersendiri dan mencerminkan hasil pengaruh berbagai faktor yang
membentuknya di alam. Tanah adalah sarana produksi tanaman yang mampu
menghasilkan berbagai tanaman. Seorang Pedolog, melihat tanah sebagai lapisan kulit
bumi yang lunak dan gembur yang berasal dari batuan induk. Tanah mempunyai lapisan-
lapisan yang berbeda warna sampai ke dalam terdapat bagian keras yang sulit ditembus
disebut batuan induk. Tanah mempunyai beberapa sifat yang menentukan kualitas tanah
seperti sifat biologi, sifat fisik dan sifat kimia. Tanah bagian paling atas sering disebut Top
Soil, selanjutnya ada lapisan-lapisan dibawahnya sehingga terbentuk profil tanah.
Gambar 1. Arti dan Makna kata Tanah Sumber: Materi Kuliah oleh Ir. Mulyono Sadyohutomo, MCRP
1. Tubuh Tanah, diamana tanah merupakan profil (penampang) lapisan tanah sebagi suatu
media untuk pondasi suatu benda (tumbuhan, bangunan, dan lain sebagainya).
2. Material Tanah, merupakan benda yang dapat diangkut dan bersifat padat.
3. Bentang Tanah, merupakan bagian dari muka bumi yang berdimensi 3 (ruang) yang tidak
dapat dipindahkan.
4
Bentang tanah yang dikaitkan dengan adanya kegiatan sering disebut Lahan. Menurut
Whittow dalam Sutikno dan Sunarto (1994) (Geologi, Bahan Kursus Evaluasi Sumberdaya
Lahan ). Lahan adalah daerah di permukaan bumi yang meliputi parameter-parameter bumi
yang meliputi parameter-parameter geologi, endapan permukaan, topografi, hidrologi, tanah,
flora dan fauna yang secara bersama-sama dengan hasil kegiatan manusia baik masa masa
lampau maupun masa sekarang yang akan mempengaruhi terhadap penggunaan saat kini
maupun yang akan datang.
1.2 Istilah terkait Dalam Pengembangan Lahan
Penggunaan Tanah (Land Use)
Penggunaan tanah adalah semua jenis penggunaan sumber daya lahan oleh manusia
baik untuk pertanian, lapangan olah raga, rumah mukim serta kegiatan lain sepanjang masih
ada keterkaitannya dengan lahan.
Pemanfaatan Tanah (Land Utilization)
Pemanfaatan Tanah adalah pendetailan dari penggunaan tanah dengan menjelaskan
bentuk kegiatannya. Misalnya Penggunaan tanah Perumahan, pemanfaatannya berupa :
Rumah tinggal saja, Rumah tinggal dan tempat kost, wartel,iIndustri rumah tangga, dsb.
Pemanfaatan ruang juga mencakup pemanfaatan ruang perairan, ruang udara, dan ruang di
bawah tanah.
Pengembangan Tanah (Land Development)
Pengembangan Tanah mencakup 4 kegiatan :
Perubahan bentang tanah untuk peningkatan kualitas fisik tanah, pengeringan,
penimbunan, dan perataan tanah.
Penataan dan pemecahan bidang tanah (land subdivision).
Pembangunan prasarana ; pembangunan jalan, jaringan listrik, air bersih, drainase,
saluran irigasi.
Pembangunan konstruksi / gedung (property), termasuk renovasi gedung.
Dalam konsep ekonomi maka investasi tanah itu mempunyai nilai. Tanah mempunyai
karakteristik yang unik karena tidak dapat digunakan secara bersama-sama dengan
investasi lain.
Ciri lain investasi tanah lain adalah setiap persil tanah bersifat unik di lokasinya serta
komposisinya, tidak dapat dipindahkan ke posisi yang lebih baik. Tanah memerlukan
5
pengembangan agar menjadi lebih produktif. Tanah dapat digunakan berulang kali dalam
waktu yang lama dan memerlukan berbagai keahlian guna mengoperasikannya dalam
pengertian investasi secara benar. Tanah itu adanya terbatas dan tidak ada data formal
sehingga sulit untuk menemukan segala sesuatu informasi yang kita perlukan tanpa
mengadakan penelitian. Tanah itu sangat berguna bagi masyarakat namun tidak ada pasar
formal seperti Bursa Real Estate atau Pasar Kondominium baik untuk pertukaran maupun
jual beli.
1.3 Manajemen Pertanahan
Manajemen adalah proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan
kerja agar secara efisien dan efektif dengan melalui orang lain ( Robbins and Coulter, 1999).
Proses menggambarkan fungsi-fungsi yang berjalan terus menerus atau kegiatan-kegiatan
utama yang dilakukan oleh para manajer. Fungsi-fungsi ini lazimnya disebut merancang,
mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan.
Manajemen adalah Ilmu atau seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusiaan sumber-sumber lainnya secara efektif dan sfisien untuk mencapai suatu tujuan
tertentu (Hasibuan , 2005). Namun tidaklah cukup sekedar menjadi efisiensi manajemenpun
menaruh perhatian pada penyelesaian kegiatan agar sasaran-sasaran organisasi tercapai.
Artinya manajemen menaruh perhatian pada efektivitas. Efektivitas ini seringkali dilukiskan
sebagai melakukan hal-hal yang tepat, artinya kegiatan kerja yang akan membantu
organisasi tersebut mencapai sasarannya, sementara efisiensi itu lebih memperhatikan
“sarana-sarana” melaksanakan segala sesuatunya, sedangkan efektifitas itu berkaitan
dengan “hasil akhir” atau pencapaian sasaran-sasaran organisasi.
Praktek Pengembangan Tanah erat kaitannya dengan:
Perencanaan Penggunaan Tanah
Administrasi Pertanahan (Status Tanah, Pengadaan Tanah, dsb.)
Pengendalian Penggunaan Tanah
Maka pengembangan tanah menjadi bagian dari manajemen pertanahan.
1.4 Dasar Hukum Manajemen Pertanahan
UU No.5/1960 : PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA (UUPA)
Merupakan amanat UUD 1945 Pasal 33 ayat 3 : Tanah dikuasai Negara utk sebes
ar-besar kemakmuran rakyat. Negara tidak lagi sebagai pemilik tanah, hanya menguasai
dengan kewenangan : mengatur dan menyelenggarakan.
Pasal 2 UUPA (Hak Menguasai Negara) :
6
a. Mengatur & menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan & pemeliharaan
bumi, air & ruang angkasa;
b. Menentukan & mengatur hubungan hukum antara orang dg bumi, air & ruang angkasa;
c. Menentukan & mengatur hubungan hukum antar orang dlm perbuatan hukumnya yg
berkaitan dengan bumi, air & ruang angkasa. Bumi, air, ruang angkasa beserta kekayaan
alam yg terkandung di dalamnya dalam wilayah RI disebut sebagai Sumber Daya Agraria
7
BAB II
Penguasaan Tanah (Land Tenure)
2.1 Status Tanah
Status tanah adalah jenis hak yang melekat di setiap bidang tanah. Sesuai dengan status
kepemilikan tanah yg ada (land rights), status tanah dibagi 2 kelompok :
A.Tanah Hak Milik
1. Hak Milik Secara Adat / belum bersertifikat
Umat manusia ada yang berdiam di suatu pusat tempat kediaman yang selanjutnya
disebut masyarakat desa atau ada yang berdiam secara tersebar di pusat-pusat kediaman
yang sama nilainya satu sama lain di suatu wilayah yang terbatas, yang dalam hal ini
merupakan suatu masyarakat wilayah.
Persekutuan masyarakat seperti itu, berhak atas tanah itu, mempunyai hak-hak tertentu
atas tanah ituu dan melakukan hak itu baik keluar maupun ke dalam persekutuan.
Berdasarkan atas berlakunya hak tersebut ke luar, maka persekutuan masyarakat hukum
adat itu sebagai kesatuan yang berkuasa, memungut hasil dari tanah itu dengan membatasi
adanya orang-orang lain yang melakukan hal yang serupa itu. Juga, sebagai suatu kesatuan
masyarakat, mereka bertanggung jawab terhadap orang-orang dari luar masyarakat itu atas
perbuatan-perbuatan pelanggaran di wilayah tanah masyarakat itu.
Sifat yang khusus dari hak pertuanan atau persekutuan terletak pada daya timbal-balik
daripada hak itu terhadap hak-hak yang melekat pada orang perorangan atau individu.
Semakin kuat hubungan individu dengan tanah, makin memperdalam hubungannya dengan
hukum perseorangan (terhadap tanah itu), dan makin kecillah hak yang dimiliki masyarakat
terhadap sebidang tanah itu.
Para pernimpin masyarakat adat juga memiliki hak untuk mencabut kembali hak pakai
atas tanah karena alasan-alasan tertentu. Misalnya, apabila lahan lama telah lama
ditinggalkan, atau si penggarap telah meninggal dunia tanpa mempunyai ahli waris, atau
karena suatu perjanjian tertentu masyarakat hukum adat, atau karena si perjanjian telah
berkelakuan kurang baik terhadap persekutuan hukum.
Hal lain yang dapat menimbulkan konflik di bidang pertanahan adalah karena tidak
jelasnya pembatasan daerah atau tanah persekutuan atau beschikkingsrecht. Artinya,
ukuran yang digunakan dalam bidang pertanahan menurut hukum adat adalah konstruksi
yuridis yang abstrak, sehingga batas-batas pertanahan antara persekutuan hukum adat
yang satu dengan yang lainnya yang bertetanggaan sering kali tidaklah jelas adanya. Ketika
satu persekutuan hukum adat mengklaim batas tertentu tanahnya, bisa jadi itu sudah
dianggap melampaui batas yang telah diklaim oleh persekutuan hukum adat tetangganya.
8
Hal lain yang membuat aspek sedemikian itu rawan konflik, adalah adanya prinsip
bahwa tanah persekutuan atau pertuanan tersebut tidak dapat dipindahtangankan. Artinya,
pada waktu terjadi perbedaan pendapat tentang kepemilikan hak antar persekutuan hukum
tentang batasbatas tanah tersebut, masing-masing persekutuan hukum akan membela
haknya dengan segala cara. Mereka tidak akan pernah mengizinkan haknya atas tanah
yang telah mereka klaim, yang mungkin telah terjadi untuk waktu yang cukup lama, lepas
begitu saja.
Dalam hal beschikkingsrecht, yang dimaksud adalah hak menguasai atau memakai
tanah. Hal ini merupakan pendapat dari Prof. Van Vollenhoven. Sehingga, fungsi ke dalam
maupun ke luar dapat disimpulkan sebagai hak pakai oleh setiap warga masyarakat daerah
persekutuan atas tanah demi kepentingan bersama dalam masyarakat daerah persekutuan
serta persekutuan lainnya.
2. Hak Milik sudah Bersertifikat (sertifikat hak milik)
Jenis sertifikat yang pemiliknya memiliki hak penuh atas kepemilikan tanah pada kawasan
dengan luas tertentu yang telah disebutkan dalam sertifikat tersebut. Sertifikat Hak Milik
tidak ada batas waktu kepemilikan. Sertifikat ini dikeluarkan oleh Badan Pertanahan
Nasional.
3. Hak Ulayat (Kepemilikan bersama masyarakat adat)
Hak ulayat adalah kewenangan, yang menurut hukum adat, dimiliki oleh masyarakat hukum
adat atas wilayah tertentu yang merupakan lingkungan warganya, dimana kewenangan ini
memperbolehkan masyarakat untuk mengambil manfaat dari sumber daya alam, termasuk
tanah, dalam wilayah tersebut bagi kelangsungan hidupnya. Masyarakat dan sumber daya
yang dimaksud memiliki hubungan secara lahiriah dan batiniah turun temurun dan tidak
terputus antara masyarakat hukum adat tersebut dengan wilayah yang bersangkutan.
Menurut UU No 21 Tahun 2001, Hak Ulayat adalah hak persekutuan yang dipunyai oleh
masyarakat hukum adat tertentu atas suatu wilayah tertentu yang merupakan lingkungan
hidup para warganya, yang meliputi hak untuk memanfaatkan tanah, hutan, dan air serta
isinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
B. Tanah Negara
1. Tanah Negara Bebas (tidak / belum dilekati hak)
9
a. Tanah untuk kepentingan negara & masyarakat umum (tidak bisa dimohon hak)
Misal : Tanah untuk Kawasan Lindung = kawasan hutan lindung, kawasan perlindungan
daerah bawahan, kawasan perlindungan setempat (sempadan sungai, sempadan pantai,
dsb.), taman nasional, dsb.
b. Tanah yang bisa dimohon hak untuk masyarakat
Tanah di kawasan budidaya yang tidak diperlukan untuk negara dan pemerintah
2. Tanah Pemerintah
Yaitu tanah yang dikelola Instansi Pemerintah. Misalnya untuk prasarana umum (jalan,
lapangan, dsb. & kantor Pemrintah, BUMN, BUMD,Tanah Militer, Tanah Milik Desa ; Kas
Desa, Jalan, dsb.
3. Tanah Negara Dilekati Hak Masyarakat
Hak Pakai (HP),
Hak Guna Bangunan (HGB),
Hak Guna Usaha (HGU),
Hak Pengelolaan (HPL)
2.2 Jenis-jenis Hak Atas Tanah
Jenis Hak Subyek Penggunaan
HM Adat WNI Perorangan, Pert./Non Pert. (dengan pembatasan luas atau kapling)
HM Bersertifikat WNI Perorangan, Bank Pemerintah, Sarana Ibadah
Pert./Non Pert. (dengan pembatasan luas atau kapling)
Hak Ulayat Lembaga Masy. Adat Pert. & Non Pert.
HP -WNI Perorangan, -WNA, Perwakilan Neg. Asing -Instansi Pem. Tnh Pem.
-Pert ./non Pert. dengan Jangka Waktu -Non Pert. dengan jangka waktu -Pem., selama digunakan
HGB WNI Perorangan, Badan Hukum
Non Pert. dengan Jangka Waktu
HGU WNI Perorangan, Badan Hukum
Pertanian, dengan Jangka Waktu
10
Jenis Hak Subyek Penggunaan
HPL Instansi/BH Pem. Non Pert., dengan Jangka Waktu
HM Satuan Rumah Susun (Strata Title)
WNI Perorangan, BH Indonesia. Utk WNA hanya pd rumah susun di atas HP
Rumah tinggal
11
BAB III
Penyediaan Tanah dan Instrumen Pengembangan Tanah
3.1 Penyediaan Tanah
Sesuai dengan kepentingannya, penyediaan tanah dibedakan menjadi 2 :
1. Penyediaan Tanah untuk Kepentingan Umum (Pemerintah) dengan pengadaan
tanah.
Acuannya : UU no. 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
untuk kepentingan umum. Aturan Pelaksanaannya :
1. Perpres no. 71 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Utk Kepentingan Umum.
2. Peraturan Kepala BPN No. 5 tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pengadaan
Tanah.
Proses pengadaan tanah dilakukan dengan musyawarah. Harga ganti rugi tanah
mengacu pada ketetapan Tim Penilai (Apraisal) yg independent. Bila negosiasi
buntu (pemilik tanah yang tidak setuju dengan harga ganti rugi), sedangkan
lokasi proyek tidak bisa dipindah maka Pemerintah dapat menempuh konsinyasi
uang ganti rugi dan pencabutan hak.
2. Penyediaan Tanah untuk Kepentingan Swasta dengan Pembebasan Tanah
Pembebasan tanahnya didahului dengan ijin lokasi (ijin membebaskan tanah
pada lokasi yg sesuai dg RTR). Pembebasan tanah dilakukan melalui jual beli,
atau bentuk lainnya (kerja sama, sewa, dsb). Perlu diperkenalkan bentuk
penyertaan modal bagi pemilik tanah (tanpa menjual tanah). Harga sesuai
dengan negosiasi kedua belah pihak dan tidak unsur pemaksaan.
3.2 Instrumen Pengembangan Tanah
Ada 5 kelompok Instrumen :
A. Instrumen Perencanaan
Pemerintah membuat Hak Monopoli menysusun Rencana Tata Ruang:
1. RTRW, RDTR, Aturan Zonasi (zoning regulation), dan RTBL
2. Promosi maupun pembatasan pembangunan pada kawasan (promoting or
limiting growth), dsb.
B. Instrumen Perpajakan
Tanah dibebani pajak karena beberapa hal sebagai berikut:
1. Tanah memberi manfaat kpd pemilik / pengguna
2. Tanah dpt menentukan kedudukan sosial pemiliknya
12
3. Pemilik memperoleh keuntungan karena harga tanah senantiasa naik.
4. Pajak tanah paling mudah dikelola krn tanah merupakan aset tidak bergerak
Beberapa contoh dari instrumen perpajakan adalah
1. Pajak Penjualan Properti (Pph Penjualan Properti)
2. PBB
3. BPHTB (Bea Perolehan Hak Tanah & Bangunan)
4. Pajak Kenaikan Nilai Tanah
5. Pajak Hak Membangun (Tax on Building Rights)
6. Pajak/Denda Thd Kapling Kosong
7. Pembebasan Pajak bila dijual ke Pemeintah
8. Retribusi Pembangunan Utilitas Kota (Betterment Charges)
C. Instrumen Pasar
1. Bank Tanah
2. Tukar Menukar Tanah Pem. & Swasta
3. Kerjasama Membangun (KSO, BOT)
4. Kasiba & Lisiba
5. Konsolidasi Tanah
6. Penyiapan Utilitas
7. Land Pooling
8. Transfer Hak Membangun (Transfer of Development Rights)
D. Instrumen Administrasi
1. Nasionalisasi Penguasaan Tanah
2. Pengadaan Tanah Utk Prasarana dikaitkan dg Ijin Membangun
3. Pembatasan Luas Pembebasan / Pengusaan Tanah
4. Pembatasan Hak Membangun pd Kws Kritis (melalui disinsentif pelayanan)
5. Penyitaan Tanah Demi Kepentingan Umum (Eminent Domain)
6. Aturan Pemecahan Bidang Tanah (subdivision control)
7. Ijin – Ijin Pemanfaatan Tanah : Ijin Prinsip, Ijin lokasi, Ijin Rencana Tapak, Ijin
Perubahan Penggunaan Tanah, IMB.
8. Larangan Penelantaran Tanah
9. Ijin Pemanfaatan Bangunan
10. Hak Prioritas Membeli Tanah (Pre-emption Right) oleh Pem.
E. Instrumen Keuangan
1. Pinjaman Dana Pengadaan Tanah
2. Subsidi Bagi Ekonomi Lemah
3. Ganti Rugi dalam Bentuk Saham
13
BAB IV
Pengendalian dalam Pengembangan Tanah (Land Use Control)
4.1 Sejarah
Jerman menginisiasi konsep zoning dan pendekatan yang dilakukan Jerman yaitu
mengutamakan keinginan penduduk dalam negara yang padat untuk memaksimalkan
penggunaan lahan dan melindungi penduduk dari kegiatan industri dan komersial
Di USA, peraturan zonasi diterapkan pertama kali di New York pada tahun 1916 sebagai
reaksi atas pembangunan The equitable Building yang sampai sekarang masih berdiri di
Broadway 120 yang kemudian menjadi “blueprint” untuk semua wilayah lainnya di USA. -
Di akhir era 1920-an sebagian besar USA telah mengembangkan satu set peraturan
zonasi yang memenuhi keinginan lokal masing-masing.
Pada perkembangan selanjutnya, peraturan zonasi ditujukan untuk beberapa hal sebagai
berikut (Barnett, 1982:61):
- Mengatur kegiatan yang boleh ada di suatu zona
- Menerapkan pemunduran bangunan di atas ketinggian tertentu agar sinar matahari
jatuh ke jalan dan trotoar serta sinar dan udara mencapai bagian dalam bangunan.
- Pembatasan besar bangunan di zona tertentu agar pusat kota menjadi kawasan yang
paling intensif pemanfaatan ruangnya.
4.2 Pengertian dan Tujuan
Ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan
pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan
zonanya dalam rencana rinci tata ruang. (Penjelasan Umum no. 6, UU No. 26/2007).
Tujuan pengendalian pengembangan tanah:
Pembangunan pada setiap bidang tanah & pemanfaatannya sesuai dg aturan
RTR (landuse zoning, KDB, Ketinggian Bangunan, Sempadan Bangunan, dsb).
Melindungi atau menjamin agar pembangunan baru tidak mengganggu penghuni
atau pemanfaat ruang yang telah ada
Memelihara nilai properti
Memelihara/memantapkan lingkungan dan melestarikan kualitasnya
Menyediakan aturan yang seragam di setiap zona.
Memudahkan pengambilan keputusan secara objektif dan efektif serta
mendorong peran serta masyarakat
14
4.3 Alat, Aplikasi, dan Strategi Pengendalian
ALAT APLIKASI STRATEGI
Layanan Pemerintah
Insentif dan Disinsentif
1. Investasi Modal
Publik
Pembangunan
prasarana ; jalan, listrik,
air bersih, gas, dsb
2. Layanan
Administrasi
Layanan administrasi
kependudukan,
perpajakan, pertanahan
Peraturan
Perundangan
Perijinan Pemanfaatan
Tanah dan Ruang
Insentif artinya pembangunan tanah sesuai RTR, bentuknya ;
1. Insentif Fiskal : keringanan pajak atau retribusi,
2. Insentif Non Fiskal : pemberian kompensasi, subsidi silang, kemudahan perijinan, urun
saham, penyediaan prasarana & sarana, penghargaan, promosi.
Disinsentif artinya menghambat pembangunan tanah yang tidak sesuai RTR. Bentuknya:
1. Disinsentif Fiskal ; pengenaan pajak yg tinggi
2. Disinsentif Non Fiskal ; persyaratan yang berat dalam pemberian ijin, tidak menyediakan
prasarana & sarana, tidak memberi layanan administrasi pembangunan.
4.4 Pelanggaran dan Sanksi
4.4.1 Tingkat dan Jenis Pelanggaran
Tingkat pelanggaran pemanfaatan ruang:
Pelanggaran Fungsi Kawasan
Pelanggaran Jenis Penggunaan & Pemanfaatan
Pelanggaran Teknis Bangunan
Jenis Pelanggaran:
Tidak perlu ijin, tetapi tidak sesuai RTR
15
Sesuai RTR tetapi tidak berijin
Tidak sesuai RTR & tidak berijin
4.4.2 Jenis Sanksi
Sanksi administratif, perdata ; tegoran, penghentian pemb., pencabutan ijin, denda,
pembongkaran.
Sanksi pidana berupa hukuman penjara, denda.
Bagi pejabat yang mengeluarkan ijin yang menyimpang dari ketentuan RTR bisa kena
sanksi pidana.
4.5 Contoh
Masyarakat di Ibukota seringkali dibuat tercengang ketika melihat bangunan yang
dibangun dengan megah tiba-tiba disegel dan dirobohkan. Kondisi yang seperti
ditemukan hampir di lima wilayah DKI Jakarta. Di wilayah Jakarta Timur misalnya,
tepatnya di Jalan Kolonel Sugiono, ada bangunan tiga lantai tiba-tiba disegel dan
dirusak dan hingga kini dibiarkan kosong. Demikian pula, bangunan-bangunan yang
berada di Jalan Pangeran Antasari dan kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan tiba-
tiba bangunan tersebut disegel karena dinilai menyalahi peruntukan. Penyegelan
semacam itu sudah dilakukan Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan DKI
Jakarta di kawasan Pondok Indah dan Kebayoran Baru. Menurut dia, dengan
menerapkan aturan lama itu, Pemprov DKI dapat memfasilitasi ruang bagi dunia
usaha kecil. Pemprov DKI sendiri bakal memidanakan pemilik rumah yanq
melanggar ketentuan mengubah peruntukan bangunan dari tempat tinggal menjadi
tempat usaha. Pemprov DKI dan Polda Metro Jaya sepakat berencana menertibkan
bangunan di Jakarta. Kepala Dinas Penertiban dan Pengawasan Bangunan (P2B)
DKI Hari Sasongko mengatakan saat ini draf MOU tersebut sedang dibahas di Biro
Hukum Pemprov DKI dan ditargetkan April 2010 penandatanganan bisa dilakukan.
Dengan sistem ini, Dinas P2B dapat bertindak tegas pada pelanggar yang selama ini
hanya dilakukan tindakan penyegelan, sehingga banyak pelanggar yang tidak
mematuhi aturan tersebut.
Direncanakan, tindakan pidana akan mulai diberlakukan pada April 2010, setelah
MOU ditandatangani. Penegakan hukum tersebut mengacu kepada Undang-Undang
No 26/2007 tentang Penataan Ruang, dimana di dalamnya diatur setiap pelanggaran
fungsi penggunaan bangunan akan dikenakan sanksi administratif berupa denda
Rpl,5 miliar atau kurungan selama 3,5 tahun.
Jadi mulai tahun ini kita akan berlakukan hal itu. Bila bangunan sudah disegel, tetapi
16
pengusaha atau pemilik bangunan tetap membuka usaha atau bangunan tersebut,
maka kita bisa seret mereka untuk dipidanakan, kata Hari Sasongko. Pelaksanaan
tindakan akan berkoordinasi dengan jajaran Polda Metro Jaya dan Polres di wilayah
masing-masing.
Selama ini, yang dilakukan P2B membongkar paksa bangunan. Namun, upaya
tersebut tak cukup membuat pelaku jera untuk mendirikan bangunan yang
melanggar tata ruang. Apabila setelah disegel mereka tidak mau mengubah fungsi
bangunannya kembali sesuai IMB, akan dilanjutkan hingga pemberkasan P21. Pada
akhirnya, bukan hanya bangunan yang ditindak, melainkan juga pemiliknya.
Sesuai UU Tata Ruang No 26 Tahun 2007, para pelanggar fungsi penggunaan
bangunan bisa terkena sanksi pidana 3,5 tahun dan denda administrasi hingga
Rp1,5 miliar. Sedangkan pemilik bangunan yang dengan sengaja membuka segel
bangunan, akan dikenakan sanksi penjara 2 tahun 8 bulan.
Penertiban bangunan yang menyalahi peruntukan menggunakan dasar hukum UU
No 26/2007 tentang Tata Ruang. Umumnya yang ditertibkan itu bangunan baru tidak
mengantongi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) maupun IPB. Untuk penertiban
bangunan yang menyalahi fungsi sudah dilakukan sejak tahun lalu. Diawali di
kawasan Jakarta Selatan seperti Pondok Indah, dan Jalan Pangeran Antasari.
Berdasarkan Perda No 6 Tahun 1999, setiap bangunan harus melengkapi
persyaratan sesuai ketentuan yang berlaku, termasuk melunasi kewajiban
membayar retribusi. Perda juga menyebutkan pelanggaran terhadap ketentuan
RTRW akan dikenakan tiga jenis sanksi yaitu sanksi administrasi, sanksi perdata,
dan sanksi pidana.
Agar lebih efektif dalam melakukan penegakan hukum, pihaknya langsung menyegel
bangunan yang bermasalah dan memperkarakan kasus pelanggarannya itu sebagai
tindak pidana ke pengadilan negeri setempat. Selama proses pidana berjalan,
biasanya bangunan bermasalah itu terus disegel.
Wali Kota Jakarta Selatan Sahrul Effendi mengatakan selama ini proses penyegelan
dilakukan setelah melalui proses surat teguran pertama hingga ketiga. Selanjutnya,
untuk tahun ini Polrestro Jakarta Selatan telah siap untuk memproses pemilik
bangunan yang melanggar aturan UU No 26/2007.
17
Gambar 2 Bangunan yang disegel
18
BAB V
Konsolidasi dan Bank Tanah
Indonesia sebagai negara yang berkembang akan senantiasa mengalami
perkembangan dalam berbagai bidang. Tak terkecuali dalam bidang pembangunan,
Indonesia sedang mengalami perkembangan yang kompleks kaitannya akan ketersediaan
lahan. Ditambah dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakatnya yang harus
ditunjang dengan semakin banyaknya pula ketersediaan akan lahan dalam suatu wilayah.
Pemenuhan kebutuhan akan sarana dan prasarana yang mendukung dalam sautu
ketersediaan lahan menjadikan perlunya pengaturan yang baik. Peran berbagai pihak yang
berhubungan menjadikan perlu untuk melakukan musyawarah dalam setiap pengamabilan
keputusan. Untuk itulah diperlukan pengaturan yang baik dalam pengadaan serta
pengembangan suatu tanah. Tata letak bidang tanah dapat dikendalikan dengan instrumen
berikut:
1. Konsolidasi Tanah
Merupakan salah satu strategi yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan
peenataan di bidang pertanahan dalam suatu wilayah yang melibatkan pihak yang
berwenang beserta masyarakat. Luaran dari adanya konsolidasi tanah ini bertujuan
untuk mengatur kembali penguasaan akan ketersediaan tanah yang tidak sesuai
menjadi sesuai dengan reencana tata ruang yang ada. Konsolidasi tanah sebagai
kebijakan pertanahan dalam pemanfaatan tanah seperti yang dialokasikan rencana
Tata Ruang dipandang mampu untuk memberikan jalan keluar bagi pemerintah guna
mewujudkan dan mengembangkan partisipasi masyarakat dalam penataan
lingkungan perumahan yang berkualitas. Oleh karena itu sering konsolidasi tanah
diterapkan dalam pemekaran kota untuk memecahkan masalah kekurangan
perumahan. Dari pengertian konsolidasi tanah perkotaan menurut Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor : 4 Tahun 1991 bahwa lingkup kegiatan
konsolidasi tanah perkotaan tidak sekedar penataan penguasaan dan penggunaan
tanah, tetapi juga pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan, dimana
pembangunan yang dimaksud dalam hal ini berupa pembangunan infrastruktur,
fasilitas umum, fasilitas sosial, serta utilitas lingkungan lainnya, yang dimaksudkan
guna meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan pemukiman.
Penyelenggaraan konsolidasi tanah perkotaan diarahkan untuk penataan lingkungan
dan pemukiman yang didalamnya diatur tentang adanya pekerjaan konstruksi, yang
pada dasarnya dalam pekerjaan konstruksi meliputi pembangunan berbagai
perlengkapan lingkungan perumahan dan pemukiman.
19
Terdapat 3 model konsolidasi tanah, yakni:
a. Model pengumpulan bidang-bidang tanah yang berserakan, yang diperuntukan
bagi pemilik tanah yang memiliki luas lahan yang besar namun letaknya terpisah-
pisah tidak dalam satu wilayah yang dapat dikonsolidasikan menjadi satu
hamparan agar dapat lebih mudah dalam hal pengelolahannya. Model demikian
popular untuk pertanian khususnya di Eropa dan Amerika.
b. Model konsolidasi tanah dalam rangka pengkaplingan (subdivision), yang
diperuntukan bagi bidang tanah yang kosong kemudian dipecah-pecah untuk
dijual sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya yang telah dilengkapi dengan
prasarana umum yang menunjangnya.
c. Model penataan kembali bidang tanah, yang diperuntukkan bagi ketersediaan
tanah yang memiliki nilai yang rendah dengan kurangnya berbagai sarana
prasarana yang tidak memadai untuk dikonsolidasi sehingga bidang tanah
menjadi tertata dengan akses jalan yang baik dan prasarana yang terpenuhi
sehingga nilai tanah dapat meningkat.
2. Land Readjustment
Merupakan pengaturan ketersediaan lahan yang semula tidak tertata rapi dan ditata
sedemikian hingga terwujud penggunaan lahan yang terkoordinasi secara baik.
Model ini biasanya dilakukan pemerataan luas wilayah yang ada secara merata.
Prosedur penataan bidang ini dengan menggabungkan atau mengalihkan fungsi
lahan yang sebelumnya untuk dibuat desain yang baru berdasar kesepakatan
bersama. Misalkan pada pertanian, tiap bidang lahan dirubah agar mendapat akses
ke jaringan irigasi dan jalan. Berntuk kapling memang akan berubah, luas kapling
juga dapat berkurang. Namun, secara proposional hal demikian adil untuk
penyediaan prasarana lingkungan dan biaya konsolidasi.
3. Land Pooling
Merupakan salah satu bentuk konsolidasi tanah yang bersifat kekeluargaan
berdasarkan atas kepentingan bersama. Dalam Land Pooling dikumpulkan bidang-
bidang tanah yang sempit dalam 1 areal menjadi 1 bidang untuk dilakukan
pembangunan berbagai sarana prasarana yang menunjang. Kepemilikan tanah
menjadi bersama dibuktikan dengan hak sertifikat strata title dengan bangunan yang
berubah keatas (bertingkat). Berikut gambar contoh terkait Land Pooling:
20
Keterangan:
= bangunan
= ruang terbuka
Jalan Jalan
Semula: Menjadi:
- Kapling 1,2,3 sempit - Rumah susun tingkat 3 (minimal)
- KDB 100% - KDB 33,33%
- Ruang Terbuka = 0 - Ruang Terbuka 66,67%
Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa keuntungan yang didapatkan
yakni tersedianya ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan untuk penanaman
tanaman dan ruang parkir bagi kendaraan. Hal demikian lebih baik meskipun
bangunannya menjadi bertingkat keatas.
4. Land Sharing
Pada kondisi yang lain dijumpai pula dalam pengadaan tanah pemilik tanah dapat
bekerjasama dengan pemilik modal yang ingin mendirikan usaha. Sehingga tanah
diserahkan kepada pemilik modal/investor namun sang pemilik tanah masih
memperoleh keuntungan dari usaha yang didirikan tersebut. Dalam hal ini, kedua
belah pihak telah diuntungkan satu sama lain sehingga dapat berjalan dalam kurun
waktu kedepannya.
5. Transfer of Development Rights
Dalam kondisi yang berbeda, dijumpai keadaan yang mendesak yang menuntut
tanah/lahan seseorang pada kawasan tersebut harus dialih fungsikan kebentuk lain.
Agar pemilik tanah tersebut bersedia merubah alih fungsi lahannya, maka perlu
adanya transfer of development rights yang berupa kelonggaran/hak ekstra yang
diberikan berbeda pada umumnya. Bila berhalangan, yang bersangkutan dapat
menjual hak tersebut kepada pihak lain yang membutuhkan.
6. Land Banking (Bank Tanah)
Merupakan konsep penyediaan tanah yang siap bangun kepada masyarakat luas
(mirip kasiba dan lisiba untuk pembangunan perumahan) yang harganya sesuai
dengan instrument yang ada dengan keuntungan yang diberikan buka kepada
swasta melainkan kepada publik. Berdasarkan UU No.4/1992, Kasiba adalah
sebidang tanah yg fisiknya sudah dipersiapkan untuk pembangunan & permukiman
perumahan skala besar; yang terbagi dalam satu (atau lebih) LISIBA,
pembangunannya bertahap, dilengkapi dgn jaringan primer dan sekunder prasarana
lingkungan, disesuaikan dgn rencana tata ruang yg ditetapkan oleh Pemerintah
1
2
3
123
21
Daerah. Sedangkan Lisiba adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari
Kasiba atau berdiri sendiri, yang telah dipersiapkan & dilengkapi dengan prasarana
lingkungan dan telah sesuai dengan syarat-syarat tata lingkungan hunian untuk
dibangunnya kapling tanah matang.
Hal demikian dapat menguntungkan pihak masyarakat khususnya bagi mereka yang
membutuhkan ketersediaan akan kawasan siap bangun dalam kurun waktu tertentu.
Fungsi bank tanah ini dapat sebagai pembeli tanah, pemegang stok tanah, dan
pengaman penyediaan tanah. Sifat kelembagaannya secara penuh dikontrol oleh
Pemerintah dengan kewenangan (monopoli) dalam pengadaannya. Namun, dalam
mewujudkannya diperlukan modal yang tidak sedikit, sehingga jika tanah belum laku,
modal tidak akan dapat berkembang dan dapat menurunkan nilai lahan yang ada jika
kalah dengan persaingan pasar yang semakin meningkat. Untuk mewujudkan bank
tanah ini diperlukan kebijakan yang mengaturnya, diantaranya:
a. Hak istimewa utk membebaskan tanah (Pre-emption Right).
b. RDTR sbg arahan penguasaan tanah oleh lembaga Bank Tanah.
c. Kelonggaran batasan luas menguasaan tanah, batas waktu hak, dan kewajiban
pemanfaatan tanah.
d. Pengendalian (Pembekuan) Harga Tanah :
- Melalui Perpajakan : Betterment Tax, Capital Gain Tax, Vacant Land Tax.
- Melalui instrumen Perijinan utk mempersempit ruang gerak spekulan tanah.