Top Banner
http://www.balingtan.litbang.deptan.go.id 1 Teknologi Arang Aktif untuk Pengendali Residu Pestisida di Lingkungan Pertanian Oleh  As ep Nugraha Ardiw inata Pestisida telah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pertanian di Indonesia. Penggunaan pestisi da telah dilakukan sejak tahun 19 65. Pada saat itu, jenis pestisida yang banyak digunakan adalah jenis organoklorin, contohnya antara lain DDT ( Dichloro Diphenyl Trichloroethane) dan lindan. Pada tahun 1970an penggunaan jenis organoklorin dilarang digunakan, karena tingkat toksisitas dan persistensinya yang tinggi (tahan lama hingga berpuluh-puluh tahun bahkan bisa me ncapai se ratus tahun). Sejak sa at itu, barulah dimul ai era  jenis p estis ida organofosfa t dan karbamat. Pada tahun 200 2 t ercatat sebanya k 813 formulasi dan 3 41 bahan aktif. Penggunaan pestisida tertinggi adalah di lahan hortikultura dan diikuti pada lahan tanama n pangan. Frekuensi aplikasi pestisida bisa mencapai 3 -5 kali dalam se minggu. Dan jenis pestisida yang digunakan bisa lebih dari 2 jenis pestisida, bahkan bisa mencapai 7 jenis pestisida yang digunakan sekaligus/dioplos. Salah satu dampak dari penggunaan pestisida adalah tertinggalnya residu pestisida di dalam produk perta nian dan di dalam tanah. Walaupun telah lama  jenis organo klorin dilarang/tidak d igunaka n, namun residunya masih ditemukan hingga k ini baik di da lam tanah ma upun pada produk per tania n. Hasi l survey di sentra produksi padi di Jawa Barat dan Jawa Timur menunjukkan adanya residu insektisida ditemukan di dalam tanah sawah dengan kisaran konsentrasi 0,0008- 0,0563 ppm (Ardiwinata et al., 1999;  Harsanti et al  ., 1999). Ardiwinata et al  .
7

35448981 Teknologi Arang Aktif Untuk Pengendali Residu Pestisida Di Lingkungan Pertanian

Oct 19, 2015

Download

Documents

hi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • http://www.balingtan.litbang.deptan.go.id 1

    Teknologi Arang Aktif untuk Pengendali Residu Pestisida di Lingkungan Pertanian

    Oleh

    Asep Nugraha Ardiwinata Pestisida telah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pertanian di

    Indonesia. Penggunaan pestisida telah dilakukan sejak tahun 1965. Pada saat

    itu, jenis pestisida yang banyak digunakan adalah jenis organoklorin, contohnya

    antara lain DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane) dan lindan. Pada tahun

    1970an penggunaan jenis organoklorin dilarang digunakan, karena tingkat

    toksisitas dan persistensinya yang tinggi (tahan lama hingga berpuluh-puluh

    tahun bahkan bisa mencapai seratus tahun). Sejak saat itu, barulah dimulai era

    jenis pestisida organofosfat dan karbamat. Pada tahun 2002 tercatat sebanyak

    813 formulasi dan 341 bahan aktif. Penggunaan pestisida tertinggi adalah di

    lahan hortikultura dan diikuti pada lahan tanaman pangan. Frekuensi aplikasi

    pestisida bisa mencapai 3-5 kali dalam seminggu. Dan jenis pestisida yang

    digunakan bisa lebih dari 2 jenis pestisida, bahkan bisa mencapai 7 jenis

    pestisida yang digunakan sekaligus/dioplos.

    Salah satu dampak dari penggunaan pestisida adalah tertinggalnya residu

    pestisida di dalam produk pertanian dan di dalam tanah. Walaupun telah lama

    jenis organoklorin dilarang/tidak digunakan, namun residunya masih ditemukan

    hingga kini baik di dalam tanah maupun pada produk pertanian. Hasil survey di

    sentra produksi padi di Jawa Barat dan Jawa Timur menunjukkan adanya residu

    insektisida ditemukan di dalam tanah sawah dengan kisaran konsentrasi 0,0008-

    0,0563 ppm (Ardiwinata et al., 1999; Harsanti et al., 1999). Ardiwinata et al.

  • http://www.balingtan.litbang.deptan.go.id 2

    (1997) melaporkan adanya residu insektisida di dalam beras yang berasal dari

    beberapa pasar di DKI Jakarta dengan kisaran konsentrasi residu insektisida

    antara 0,06 0,16 ppm.

    Dampak Negatif Residu Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia.

    Pengaruh residu pestisida terhadap kesehatan manusia adalah dapat

    mengganggu metabolisme steroid, merusak fungsi tiroid, berpengaruh terhadap

    spermatogenesis; terganggunya sistem hormon endokrin (hormon reproduksi)

    atau yang lebih dikenal dengan istilah EDs (Endocrine Disrupting Pesticides),

    disamping dapat merangsang timbulnya kanker. Gejala keracunan akut pada

    manusia adalah paraestesia, tremor, sakit kepala, keletihan dan muntah. Efek

    keracunan kronis pada manusia adalah kerusakan sel-sel hati, ginjal, sistem

    saraf, system imunitas dan sistem reproduksi.

    Arang aktif sebagai pengendali residu pestisida

    Gambar 1. Berbagai bentuk arang aktif Dari aplikasi pestisida pada suatu tanaman di lahan pertanian, maka kurang

    lebih 60% pestisida akan jatuh ke tanah. Pestisida yang jatuh ke tanah tsb

    kemudian menjadi permasalahan besar bagi kualitas lingkungan, karena akan

  • http://www.balingtan.litbang.deptan.go.id 3

    terbawa aliran air dan akhirnya akan masuk ke sungai sehingga akan berpotensi

    membahayakan hewan ternak bahkan manusia.

    Agar residu pestisida di dalam tanah tersebut tidak terbawa aliran air maka

    residu tersebut perlu ditahan dengan suatu bahan yang dapat menyerap

    (imobilisasi). Bahan tersebut adalah arang aktif (Gambar 1) yang memiliki

    kemampuan menyerap polutan. Arang aktif dapat dibuat dari limbah pertanian

    yang melimpah yaitu sekam padi atau tempurung kelapa atau limbah pertanian

    lainnya melalui proses pemanasan 500C selama 5 jam dan aktivasi pada

    tungku listrik dengan suhu 900C selama 60 menit.

    Gambar 2. Limbah sekam padi (kiri) dan tempurung kelapa (kanan) Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa arang aktif yang berasal dari

    sekam padi dan tempurung kelapa memiliki daya serap yang tinggi (yang

    diekspresikan dengan angka Iod) terhadap residu pestisida masing-masing

    sebesar. 460,4 dan 1191,8 mg/g (Tabel 1).

  • http://www.balingtan.litbang.deptan.go.id 4

    Tabel 1. Karakteristik arang aktif tempurung kelapa dan sekam padi

    Mekanisme degradasi residu pestisida

    Rongga arang aktif sangat disukai oleh mikroba (bakteri tanah pendegradasi dan

    bakteri pengikat nitrogen) sebagai tempat tinggalnya (rumah), sehingga populasi

    mikroba tersebut menjadi meningkat dikarenakan di dalam rongga arang aktif

    terdapat nutrien C dan N yang berasal dari residu pestisida (Gambar 3).

    Kemudian, apabila residu pestisida masuk atau terperangkap di dalam rongga

    arang aktif, maka residu pestisida tersebut akan di degradasi oleh mikroba

    pendegradasi sehingga residu pestisida akan terurai/terdegradasi (Gambar 4).

    Arang Aktif Parameter Tempurung Kelapa Sekam Padi

    pH H2O 10,1 9,6 HCl 8,0 7,8 Bahan organik C (%) 6,5 2,3 N (%) 0,1 0,3 C/N 47 7 Nilai Tukar Kation Ca (me/100g) 0,7 1,7 Mg (me/100g) 0,6 0,5 K (me/100g) 3,5 0,8 Na (me/100 g) 1,2 0,3 KTK (me/100g) 1,3 3,1 Kerapatan (g/ml) 0,3 0,2 Porositas (%) 82,4 70,5 Kandungan air (%) 5,0 1,5 Kadar abu (%) 1,5 52,2 Luas permukaan (m2/g) 350,5 248,5 Angka Iod (mg/g) 1191,8 460,4 Karbon terikat (%) 89,1 41,6 Zat mudah terbang (%) 9,4 12,5 Ukuran partikel ( ? ) 500-1000 50-100

  • http://www.balingtan.litbang.deptan.go.id 5

    Gambar 3. Efek karbon aktif di tanah terhadap bakteri tanah dan bakteri fiksasi nitrogen.

    Gambar 4. Mekanisme terperangkapnya residu pestisida di dalam arang aktif

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi arang aktif di tanah dapat

    menurunkan residu pestisida organoklorin (lindan, aldrin, dieldrin, DDT,

    endosulfan dan heptaklor), organofosfat (klorpirifos, diazinon) dan karbamat

    (karbofuran) dengan kisaran 70-90%. Apabila konsentrasi residu pestisida di

    0

    10

    20

    30

    40Ju

    mla

    h ko

    loni

    bak

    teri

    Karbon aktif Kontrol

    Bakteri tanahBakteri pengikat nitrogen

    Residu pestisida

    Bakteri tanah

  • http://www.balingtan.litbang.deptan.go.id 6

    tanah dapat ditekan, maka konsentrasi residu pada produk pertanian akan dapat

    diminimalisir.

    Hasil samping dalam proses pembuatan arang aktif

    Pada proses pembakaran limbah pertanian (sebelum menjadi arang aktif-proses

    karbonisasi), asap yang keluar dapat dimanfaatkan menjadi bahan kimia yang

    mempunyai nilai tambah/jual tinggi melalui proses destilasi dan kondensasi

    (Gambar 5). Dari pembakaran sekam padi/tempurung kelapa sebanyak 12 kg

    dapat dihasilkan 2-4 liter destilat yang mengandung campuran bahan kimia

    antara lain asam asetat, metanol, fenol, aseton, kresol, dan furfural.

    Gambar 5. Alat destilasi dan kondesasi asap pembakaran limbah pertanian (skala petani) Keuntungan penggunaan arang aktif dari limbah pertanian

    1. efektif mengendalikan residu pestisida, namun tidak menimbulkan

    masalah baru bagi lingkungan pertanian karena mudah terdegradasi.

    2. mengatasi pencemaran residu pestisida dan sekaligus mengurangi limbah

    pertanian

    3. arang aktif disenangi oleh mikroba pendegradasi sebagai rumah

    tinggalnya

    4. dari proses pembakaran limbah pertanian dapat dihasilkan bahan kimia

    berguna

  • http://www.balingtan.litbang.deptan.go.id 7

    Identitas Penulis: Nama Lengkap : Dr. Asep Nugraha Ardiwinata, MSi. NIP : 080 085 308 Tempat/Tgl Lahir: Bogor, 2 Maret 1961 Pekerjaan: Peneliti Muda pada Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan), Jakenan-Pati, Jateng. Alamat Kantor: Jl. Raya Jakenan-Jaken Km 05, Jakenan, Pati 59182. Telp/Fax. (0295) 381592 Pendidikan Terakhir: S3 MIPA-Kimia UI Depok. Bidang Kepakaran: Toksikologi, Kimia Residu Pestisida. No. HP : 081380659961 E-mail: [email protected]