PENGETAHUAN KONTEKSTUAL, KONSEPTUAL DAN PROSEDURAL DALAM MENGAKTIFKAN KOMPETENSI MATEMATIKA (PISA) Di Adaptasi Dari Jurnal The Role Of Contextual, Conceptual and Procedural Knowledge In Activating Mathematical Competencies (PISA) Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengajaran Matematika Dosen Pembina: Prof. Dr. Mega Teguh Budiarto, M.Pd Oleh : Siti Rohmawati (147785003) UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS PASCA SARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA 2014
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ii
PENGETAHUAN KONTEKSTUAL, KONSEPTUAL DAN PROSEDURAL DALAM MENGAKTIFKAN KOMPETENSI
MATEMATIKA (PISA)
Di Adaptasi Dari Jurnal
The Role Of Contextual, Conceptual and Procedural Knowledge In
Activating Mathematical Competencies (PISA)
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengajaran
Matematika
Dosen Pembina: Prof. Dr. Mega Teguh Budiarto, M.Pd
Oleh :
Siti Rohmawati
(147785003)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA 2014
ii
Daftar Isi
Halaman Judul .............................................................................................. i
Daftar Isi ....................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................................. 6
C. Definisi Istilah ...................................................................................... 6
BAB II Kajian Pustaka ................................................................................ 8
A. PISA ...................................................................................................... 8
1. Literasi Matematika dan Tujuannya ................................................... 9
2. Kemampuan Matematis dalam PISA .................................................. 13
3. Konteks dalam PISA .......................................................................... 15
Star 2007, 2009; Matthews & Rittle-Johnson 2008; Rittle-Johnson, Star & durkin
2009) dengan menggunakan definisi yang diberikan oleh Hiebert dan Lefevre
33
(1986) sebagai asas utama. Mereka mendefinisikan pengetahuan konseptual
sebagai
Knowledge that is rich in relationships. It can be thought of as a connected web of knowledge, a network in which the linking realtionships are as prominent as the discrete pieces of information. Relationships pervade the individual facts and propositions so that all pieces of information are linked to some network. (Hiebert dan Lefevre, 1986, 3-4)
Dari petikan itu dapat disimpulkan, pengetahuan konseptual adalah satu
pengetahuan yang mempunyai rangkaian berkaitan atau berhubungan dengan
berbagai informasi. Perhubungan antara fakta dan beberapa informasi itu juga
telah membentuk satu jaringan. Selari dengan apa yang dinyatakan oleh Effandi,
Norazah dan Sabri (2007), pengetahuan konseptual menjadi dasar struktur sesuatu
perkara yang dikaitkan dengan rangkaian ide pengetahuan yang mampu
menerangkan dan memberi makna kepada prosedur yang digunakan. Seterusnya
merujuk kepada pengetahuan yang menjadi dasar struktur matematik yang mana
bertindak sebagai pengetahuan asas serta dapat menghubungkan ide-ide
matematik.
Dalam matematika sering disajikan pengertian suatu objek matematika ,
seperti segitiga, bilangan, persegi kubus dan sejenisnya. Obyek-obyek tersebut
dalam pembelajaran matematika, umumnya disampaikan terlebih dahulu
dibandingkan dengan obyek-obyek lain. Apabila siswa benar-benar telah
memahami pengetahuan tentang obyek tersebut, maka ia mampu membedakan
obyek-obyek mana yang merupakan contoh dan obyek-obyek mana yang bukan
contoh dari yang dimaksudkan. Siswa telah memahami pengertian dari segitiga,
maka ia akan mampu membedakan mana yang segitiga dan mana yang bukan
34
Fenomena
konsep
Sifat-sifat khusus Implikasi konsep
Perampatan
Abtraksi
segitiga. Demikian pula akan berlaku untuk obyek bilangan, persegi, kubus dan
yang sejenisnya. Obyek-obyek kajian tersebut dikelompokkan dalam kategori
konsep.
Setiap konsep kita dapat mencari atau mendapatkan implikasi-
implikasinya yang bisa menimbulkan suatu fenomena baru lagi. Dari fenomena
yang baru ini, kita dapat melakukan proses pengkajian yang serupa dengan di
uraikan di atas. Secara skema, proses pengembangan konsep dapat di ilustrasikan
seperti gambar berikut:
Gambar 1
Gambar di atas menunjukkan bahwa fenomena diamati, dicermati, dan
diperoleh sifat-sifat khusus melalui proses abstraksi. Sifat-sifat khusus yang
diamati dengan penalaran yang matematis menghasilkan suatu konsep baru
melalui proses perampatan. Tentu, konsep yang ditemukan perlu di uji secara
formal untuk diterima sebagai konsep yang baru. Selanjutnya, konsep baru
tersebut memberikan implikasi yang menjadi fenomena baru yang perlu diamati
dan dicermati lagi.
Berdasarkan kajian teori di atas, pengetahuan konseptual sangat berperan
dalam mengembangkan materi pelajaran matematika. Siswa akan mengalami
kesulitan pada pemahaman konsep B jika konsep A belum dipahami. Misalnya
35
pada materi pecahan, siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
operasi pecahan jika siswa belum bisa memahami operasi perkalian dan
menentukan KPK.
E. Pengetahuan Prosedural dalam Matematika
Pengetahuan prosedural adalah jenis pengetahuan yang berarti langkah demi
langkah tindakan dan belajar simultan dari semua komponen atau langkah-
langkah dari apa yang mungkin menjadi prosedur kompleks. Prosedur sering di
defenisikan secara tegas semua langkah-langkah yang dilibatkan dan setiap
langkah jelas. Istilah lain prosedural adalah algoritma. Banyak prosedur yang
berupa algoritma, misalnya operasi-operasi matematika adalah algoritma.
Prosedur untuk mengurangkan dengan “meminjam” adalah sebuah algoritma:
langkah-langkah dalam prosedur biasanya tidak berfariasi.
Hiebert dan Lefevre (dalam White dan Mitchelmore, 1996)
menggambarkan pengetahuan prosedural sebagai pengetahuan tentang prosedur
baku yang dapat diaplikasikan jika beberapa isyarat tertentu disajikan. Suatu kata
kunci untuk prosedur-prosedur yang seperti itu adalah kata "sesudah" dalam
pengertian "sesudah langkah ini diikuti dengan langkah berikutnya".
Pengetahuan prosedural lebih cenderung pada penguasaan komputasional
dan pengetahuan tentang langkah-langkah untuk mengidentifikasi obyek-obyek
matematika, algoritma, dan definisi. Langkah-langkah tersebut mencakup
bagaimana mengidentifikasi masalah dan menyelesaikan masalah. Secara khusus
pengetahuan prosedural terdiri dari dua bagian yaitu, pengetahuan mengenai
36
format dan kalimat dari satu sistem representasi simbol, dan pengetahuan tentang
aturan-aturan algoritma yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.
Hiebert dan Wearne (1986), membedakan dua jenis pengetahuan prosedural, yaitu
(1) pengetahuan mengenai simbol tanpa mengikutkan apa makna simbol tersebut,
dan (2) sekumpulan aturan-aturan atau langkah-langkah yang membentuk suatu
algoritma atau prosedur.
Pengetahuan prosedural juga didefinisikan oleh Hiebert dan Lefevre sebagai:
One kind of procedural knowledge is a familiarity with the individual symbols of the system and with the syntactic convention for acceptable configurations of symbols. The second kind of procedural knowledge consists of rules or procedures for solving mathematical problems. Many of the procedures that studens possess probably are chains of prescriptions for manipulating symbols. (Hiebert dan Lefevre, 1986, 7-8)
Penyataan mengenai pengetahuan prosedural ini juga mendefinisikan
prosedural sebagai satu pengetahuan yang banyak melibatkan penggunaan simbol
dan ia juga satu pengetahuan yang melibatkan peraturan dan langkah-langkah
penyelesaian masalah matematik. Pengetahuan prosedural ini banyak melibatkan
manipulasi simbol. Seperti yang didefinisikan juga oleh Rittle-Johnson. (2001)
yang menyatakan pengetahuan prosedural ini adalah upaya melakukan turutan
kerja penyusunan objek, pengiraan aritmetik serta susunan langkah-langkah demi
langkah dalam mencapai sesuatu penyelesaian.
Dalam pengetahuan prosedural, siswa harus belajar untuk mengenali
situasi yang memerlukan prosedur tertentu, lengkap dengan langkah-langkah,
mengingat kembali langkah-langkah dalam prosedur, dan menentukan apakah
prosedur telah diterapkan dengan benar. Selain itu, jika prosedur rumit, pelajar
harus belajar untuk membuat keputusan dalam prosedur oleh mengklasifikasi
37
situasi dan untuk membuat keputusan dalam prosedur oleh mengklasifikasikan
situasi dan memilih cabang-cabang itu tergantung pada keputusan yang dibuat.
Meskipun urutan instruksional terjadi dalam urutan sebagai berikut,
1. Pembelajaran untuk menjelaskan jika prosedur telah dipersyaratkan.
Informasi pertama yang harus diperoleh adalah konteks atau situasi di mana
prosedur dapat diterapkan. Ini adalah prasyarat “pengenalan pola” atau konsep
pembelajaran yang harus dipelajari dan dipraktekkan dalam pelajaran pertama.
Sebuah strategi untuk mengajarkan konsep-konsep akan layak untuk fase ini,
pelajar harus melihat contoh dari berbagai situasi yang membuat mareka cocok
untuk penerapan prosedur.
2. Pembelajaran untuk melengkapkan langkah-langkah dalam prosedur.
Fase ini menyajikan informasi dan pengolahan berbeda, tergantung pada
apakah prosedur adalah prosedur sederhana atau prosedur komplek. Prosedur
sederhana mungkin bisa dipelajari dalam setiap langkah individu dapat diajarkan
dalam sebuah instruksi, di mana pelajar bergerak melalui peristiwa berkali-kali
dengan semakin lengkap pengalaman.
3. Pembelajaran untuk mendaftar langkah-langkah dalam prosedur.
Setelah siswa melihat langkah-langkah yang ditunjukkan dan dipraktekkan,
mareka harus belajar untuk menggabungkan langkah-langkah keseluruhannya.
Misalnya prosedur, sebuah ingatan tentang urutan langkah-langkah dan setiap
langkah yang memerlukan mungkin mudah. Prosedur komplek akan sulit untuk
mengingat karena jumlah langkah dan kemungkinan bercabang.
38
4. Pembelajaran untuk memeriksa ketepatan prosedur yang sudah selesai
Bagian dari prosedur belajar adalah belajar untuk menentukan apakah telah
diterapkan dengan benar. Keterampilan ini tergantung pada pembelajaran, apakah
bisa meninjau prosedural mental dan memastikan bahwa setiap langkah dan
keputusan telah tepat.
Dalam pembelajaran matematika sering dijumpai cara pengajaran,
langkah-langkah, algoritma, atau prosedur penyelesaian permasalahan. Langkah-
langkah pengajaran termasuk dalam kategori operasi, skill atau prosedur.
Perhatikan contoh soal dan langkah-langkah penyelesaian, berikut ini.
Tentukan nilai x, jika 2x2+7 = 25 !, maka penyelesaiannya.
Langkah ke-1 2x2+7 = 25
Langkah ke-2 2x2 = 25 -7
Langkah ke-3 2x2 = 18
Langkah ke-4 x2 =
Langkah ke-5 x2 = 9
Langkah ke-6 x =√9
Langkah ke-7 x = ± 3
Kesimpulan: jadi nilai x adalah 3 atau -3
Langkah tersebut termasuk dalam kategori prosedur, operasi, skill. Langkah-
langkah tersebut merupakan pengetahuan matematika yang juga harus diajarkan
kepada siswa. Dalam praktek pembelajaran, pada umumnya siswa tidak
menyadari bahwa sebenarnya dia sedang diajarkan menerapkan skill atau
prosedur. Demikan pula, guru sering tidak menyadari bahwa dalam mengajarkan
39
matematika ia telah mengajarkan suatu pengetahuan yang disebut pengetahuan
prosedural.
Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa pengetahuan prosedural
merupakan pengetahuan tentang urutan kaidah-kaidah, prosedur-prosedur yang
digunakan untuk menyelesaikan soal-soal matematika. Prosedur ini dilakukan
secara bertahap dari pernyataan yang ada pada soal menuju pada tahap
selesaiannya. Salah satu ciri pengetahuan prosedural adalah adanya urutan
langkah yang akan ditempuh "sesudah suatu langkah akan diikuti langkah
berikutnya".
F. Mengaktifkan Kompetensi
Kompetensi adalah proses kognitif yang harus diaktifkan untuk
menghubungkan dunia nyata di mana masalah muncul dengan matematika dan
untuk memecahkan masalah yang diajukan. Kompetensi mewakili dimensi ketiga
dari model PISA fungsional. Untuk menilai tingkat kompetensi secara keseluruhan
dari siswa pada PISA didasarkan pada tujuh kompetensi tertentu, yang dijelaskan
di bawah ini bersama-sama dengan beberapa indikator (OECD 2003):
1. Berpikir dan penalaran.
Hal ini melibatkan mengajukan pertanyaan karakteristik matematika ("Berapa
banyak… yang ada?" "Bagaimana kita menemukan ...?"), mengetahui jenis-
jenis jawaban yang matematika tawarkan untuk beberapa pertanyaan,
membedakan antara berbagai jenis pernyataan (definisi, teorema, dugaan ,
hipotesis, contoh, pernyataan dikondisikan), pemahaman, penanganan luas dan
batas-batas konsep-konsep matematis yang diberikan.
40
2. Argumentasi.
Hal ini melibatkan mengetahui apa bukti-bukti matematika dan bagaimana
mereka berbeda dari jenis lain dari penalaran matematika, mengikuti dan
menilai rantai argumen matematis dari jenis yang berbeda, mengembangkan
proses intuitif dan menciptakan dan mengekspresikan argumen matematika.
3. Komunikasi.
Hal ini melibatkan mengekspresikan diri, dalam berbagai cara, tentang hal-hal
dengan kandungan matematika, secara lisan maupun dalam bentuk tertulis,
dan pemahaman tulisan orang lain atau keterangan lisan tentang hal-hal seperti
itu.
4. Pemodelan.
Hal ini melibatkan penataan situasi untuk dimodelkan; menerjemahkan
"realitas" ke dalam struktur matematika, bekerja dengan model matematika;
memvalidasi model; mencerminkan, menganalisis dan menawarkan kritik
terhadap model dan hasil-hasilnya; berkomunikasi secara efektif tentang
model dan hasil nya ( termasuk keterbatasan hasil tersebut) dan pemantauan
dan pengendalian proses pemodelan.
5. Berpose dan pemecahan masalah.
Ini melibatkan berpose, merumuskan dan mendefinisikan berbagai jenis
masalah matematika dan memecahkan berbagai jenis masalah dalam berbagai
cara.
41
6. Representasi.
Ini melibatkan decoding dan encoding, menerjemahkan, menafsirkan dan
membedakan antara berbagai bentuk representasi objek matematika dan
situasi dan keterkaitan antara berbagai representasi; memilih dan beralih di
antara berbagai bentuk representasi, sesuai dengan situasi dan tujuan.
7. Menggunakan simbolis, bahasa formal dan teknis dan operasi.
Ini melibatkan decoding dan menafsirkan bahasa simbolik dan formal dan
pemahaman hubungannya dengan bahasa alami; menerjemahkan dari bahasa
alami ke bahasa simbolis / formal; laporan penanganan dan ekspresi yang
mengandung simbol-simbol dan rumus, menggunakan variabel, memecahkan
persamaan dan perhitungan usaha.
Dijelaskan dalam cara ini, kompetensi bukanlah variable tugas tetapi variabel
subjek, dan untuk alasan ini, bukanlah apriori yang tidak mungkin untuk
menetapkan proses yang akan mengaktifkan siswa untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan. Secara umum, akan mungkin untuk menghubungkan tugas dengan
berbagai proses kognitif mengingat bahwa subyek yang menyelesaikan tugas-
tugas tersebut dapat melakukannya dengan cara yang berbeda. Untuk alasan ini,
strategi diikutkan dalam desain tugas PISA melibatkan variabel tugas baru yang
mengukur kompleksitas tugas. Variabel ini mempertimbangkan tiga tingkat
kompleksitas tugas berkenaan dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk
menyelesaikannya. OECD (2003) menggambarkan tiga tingkat dengan indikator
masing-masing sebagai berikut:
42
1. Reproduksi: Familiar konteks, pengetahuan yang telah digunakan, penerapan
algoritma standar, melakukan operasi sederhana, menggunakan rumus unsur.
2. Koneksi: konteks kurang akrab, menafsirkan dan menjelaskan, penanganan
dan sistem yang berbeda yang berkaitan representasi, memilih dan
menggunakan strategi untuk memecahkan masalah non-standar.
3. Refleksi: Tugas yang memerlukan pemahaman, refleksi, kreativitas,
pengetahuan yang berkaitan untuk menyelesaikan masalah yang kompleks,
generalisasi dan justifikasi hasil yang diperoleh.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata aktif memiliki banyak
definisi yaitu giat (bekerja, berusaha), lebih banyak penerimaan daripada
pengeluaran, dinamis atau bertenaga (sebagai lawan statis atau lembam, mampu
beraksi dan bereaksi, mempunyai kecenderungan menyebar atau berkembang biak
(tentang penyakit, sel, dsb). Dalam konten pendidikan makna yang sesuai dengan
yang diharapkan adalah giat berusaha. Sedangkan dalam KBBI mengaktifkan
memiliki arti menjadikan aktif atau menggiatkan. Dari pengertian tersebut dapat
disimpulkan tentang arti mengaktifkan kaitannya dengan dunia pendidikan adalah
menjadikan siswa giat. Giat dalam hal ini bisa diartikan giat berusaha memahami
pelajaran yang disampaikan oleh pendidik.
Dalam makalah ini, mengaktifkan adalah menjadikan siswa giat berusaha
dalam sebuah proses tertentu.
Berdasarkan definisi yang terpapar mengaktifkan kompetensi diartikan
sebagai menjadikan siswa mampu menghubungkan dunia nyata di mana masalah
muncul dengan matematika dan untuk memecahkan masalah yang diajukan.
43
G. Hubungan Pengetahuan Kontektual, Konseptual dan Prosedural dalam
Mengaktifkan Kompetensi Matematika
Berdasarkan uraian di atas, bahwa pengetahuan kontekstual merupakan
pengetahuan matematika yang dikaitkan dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Seorang siswa akan lebih mudah menerima suatu konsep matematika jika guru
dalam menjelaskan materinya itu dapat mengaitkan dalam kehidupan nyata,
dengan demikian siswa dapat menemukan konsep sendiri. Ausobel membedakan
belajar menemukan dengan belajar menerima. Pada belajar menerima, siswa
hanya menerima begitu saja pengetahuan dari gurunya, selanjutnya tinggal
menghafalkannya, tetapi pada belajar menemukan, konsep-konsep ditemukan oleh
siswa (Russefendi:1991). Jadi siswa tidak menerima langsung suatu konsep yang
dipelajarinya.
Ada perbedaan penting antara belajar bermakna dengan belajar hafalan.
Pada belajar hafalan, siswa menghafal materi yang telah dipelajarinya, tanpa
mengaitkan dengan pengetahuan relevan yang di miliki sebelumnya. Sedangkan
belajar bermaka, pengetahuan yang di miliki siswa selalu dikaitkan dengan
pengetahuan relevan yang sudah dimilikinya, sehingga materi tersebut lebih
bermakna bagi siswa.
Setelah siswa benar-benar mengetahui tentang suatu konsep pada
matematika, masalah-masalah yang diberikan oleh guru akan mudah untuk di
selesaikan dengan adanya pengetahuan prosedural. Pengetahuan prosedural
merupakan pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu. Seperti pengetahuan
keterampilan, algoritma, teknik-teknik, dan metode-metode yang secara
44
keseluruhan dikenal sebagai prosedur. Ataupun dapat digambarkan sebagai
rangkaian langkah-langkah. Pengetahuan prosedural/ algoritma digunakan pada
latihan matematika. Prosedur perkalian dalam aritmetika, ketika diterapkan, hasil
umumnya adalah jawaban yang sulit ketika adanya kesalahan dalam
penghitungan. Walaupun hal ini dikerjakan dalam pengetahuan prosedural, hasil
dari pengetahuan prosedural ini seringkali menjadi pengetahuan faktual atau
konseptual. Algoritma untuk penjumlahan seluruh bilangan yang sering kita
gunakan untuk menambahkan 2 dan 2 adalah pengetahuan prosedural,
jawabannya 4 semudah pengetahuan faktual. Sekali lagi, penekanan disini adalah
berdasarkan pada pemahaman siswa dalam memahami dan menyelesaikannya
sendiri.
Seseorang yang memiliki pengetahuan prosedural mungkin didukung atau
mungkin juga tidak didukung oleh pengetahuan konseptual. Seseorang yang
memiliki pengetahuan prosedural yang tidak didukung oleh pengetahuan
konseptual digambarkan oleh Skemp (dalam White dan Mitchelmore, 1996)
sebagai mengetahui aturan-aturannya tanpa mengetahui mengapa aturan-aturan itu
bisa bekerja.
Pengetahuan kontekstual sangat berperan dalam pembentukan suatu
konsep matematika, hal ini berpengaruh pada pengetahuan konseptual yang
membawa siswa mudah menyelasaikan masalah matematika. Dengan demikian
ketiga pengetahuan tersebut (pengetahuan kontekstual, pengetahuan konseptual
dan pengetahuan procedural) saling berhubungan dalam mengaktifkan kompetensi
matematika.
45
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penilaian kompetensi matematika (dalam hal PISA) meliputi penilaian
terhadap sejauh mana mereka memiliki pengetahuan matematika sekolah
(kontekstual, konseptual dan prosedural) yang secara produktif dapat diterapkan
dalam situasi masalah apapun (pribadi, bekerja, umum, ilmiah, dll).
Pengetahuan kontekstual, konseptual dan prosedural sangat berperan dalam
mengaktifkan kompetensi matematika. Melalui pengetahuan kontekstual, siswa
akan lebih mudah dalam menemukan suatu konsep dalam matematika.
Pengetahuan konsep dalam matematika memiliki peran penting dalam
menyelesaikan suatu pemecahan masalah yang penyelesaiannya berdasarkan
pengetahuan prosedural atau algoritma. Kesalahan konsep dalam pembelajaran
matematika mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari
materi-materi yang berkelanjutan. Dalam hal ini peran pengetahuan konsep dalam
mengaktifkan kompetensi matematika sangat dibutuhkan. Dalam menanamkan
pengetahuan konsep kepada seseorang bisa ditempuh dengan dua cara. Pertama,
kita langsung menyampaikan pengetahuan tersebut ke pada orang bersangkutan,
kedua, kita kondisikan orang itu dapat menemukan konsep dengan cara sendiri
melalui bantuan kita.
Setelah siswa dapat mengenal konsep dengan baik, maka siswa akan
mudah memahami pengetahuan prosedural melalui konsep tersebut, dengan kata
lain hubungan pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural sangat erat.
45
46
Namun, pada kenyataannya siswa sering mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan permasalahan dalam matematika, jika kita kaitkan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan siswa belum benar-benar
memahami suatu konsep dalam matematika, selain siswanya, guru juga sangat
berperan dalam membentuk pemahaman terhadap suatu konsep dalam matematika
yang nantinya akan berpengaruh pada materi selanjutnya.
47
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Rahmawati N dan Siswono, Tatag Y.E. (2014). “Analisis Pemahaman Siswa
SMP Dalam Menyelesaikan Masalah Aljabar Pada PISA”. MATHEdunesa
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika. Volume 3 No 2 Tahun 2014. pp.
158-164.
Creemers, B. P. M., & Kyriakides, L. (2006). “A critical analysis of the current
approaches to modeling educational effectiveness: the importance of
establishing a dynamic model”. School Effectiveness and School