Top Banner
28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu sekolah nasional dan sekolah internasional. Sekolah nasional adalah sekolah yang mengacu dan mengikuti aturan dan sistem pendidikan nasional yang dibuat oleh pemerintah Indonesia. Sedangkan sekolah internasional adalah sekolah yang merujuk pada sistem dari sebuah negara tertentu (Dwi Sunu Pebruanto, 2004). Seiring perjalanan waktu, perkembangan zaman, dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (baca: globalisasi) yang begitu pesat, dirasakan bahwa sistem pendidikan nasional yang kita anut selama ini sudah tidak mampu lagi mengakomodir perkembangan kurikulum dan managemen pembelajaran mutakhir. Ini disebabkan bahwa sistem pendidikan nasional kita terjebak pada hal-hal yang bersifat administrative-oriented, kaku, yang tidak mendorong dan memberi peluang kepada sekolah untuk melakukan inovasi dan kreativitas. Semua aspek dilihat dari sisi administrasi. Format ditentukan; dari perencanaan pembelajaran (silabus, program tahunan, program semester, analisis materi pelajaran, satuan pelajaran, rencana pembelajaran, metode pembelajaran, model tagihan), bentuk rapor, sampai format akreditasi. Semuanya serba seragam. Bahkan kualitas interaksi pembelajaran pun dilihat dari sisi administrasi ini. Maka jangan heran, kalau sekolah kita selama ini terjebak dalam rutinitas berkepanjangan yang membosankan. Dan itu tidak akan meningkatkan mutu pendidikan. Menyadari kondisi sekolah yang demikian, maka muncullah beragam kritikan konstruktif dari kalangan masyarakat peduli pendidikan sebagai ekspresi keprihatinan dan ketidakpuasan mereka. Tidak hanya mengkritik, mereka pun mencari model sistem managemen sekolah yang dapat mengelola kurikulum dan sistem pendidikan nasional yang tidak saja berbasis sekolah dan masyarakat tetapi juga memenuhi standar nasional bahkan internasional.
155

3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Nov 07, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

28 Universitas Kristen Petra

3. PERENCANAAN BANGUNAN

3.1 Tinjauan Umum

3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah

Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia dapat

dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu sekolah nasional dan sekolah

internasional.

Sekolah nasional adalah sekolah yang mengacu dan mengikuti aturan dan

sistem pendidikan nasional yang dibuat oleh pemerintah Indonesia. Sedangkan

sekolah internasional adalah sekolah yang merujuk pada sistem dari sebuah

negara tertentu (Dwi Sunu Pebruanto, 2004).

Seiring perjalanan waktu, perkembangan zaman, dan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi (baca: globalisasi) yang begitu pesat, dirasakan bahwa

sistem pendidikan nasional yang kita anut selama ini sudah tidak mampu lagi

mengakomodir perkembangan kurikulum dan managemen pembelajaran

mutakhir. Ini disebabkan bahwa sistem pendidikan nasional kita terjebak pada

hal-hal yang bersifat administrative-oriented, kaku, yang tidak mendorong dan

memberi peluang kepada sekolah untuk melakukan inovasi dan kreativitas.

Semua aspek dilihat dari sisi administrasi. Format ditentukan; dari

perencanaan pembelajaran (silabus, program tahunan, program semester, analisis

materi pelajaran, satuan pelajaran, rencana pembelajaran, metode pembelajaran,

model tagihan), bentuk rapor, sampai format akreditasi. Semuanya serba seragam.

Bahkan kualitas interaksi pembelajaran pun dilihat dari sisi administrasi ini. Maka

jangan heran, kalau sekolah kita selama ini terjebak dalam rutinitas

berkepanjangan yang membosankan. Dan itu tidak akan meningkatkan mutu

pendidikan.

Menyadari kondisi sekolah yang demikian, maka muncullah beragam

kritikan konstruktif dari kalangan masyarakat peduli pendidikan sebagai ekspresi

keprihatinan dan ketidakpuasan mereka. Tidak hanya mengkritik,

mereka pun mencari model sistem managemen sekolah yang dapat mengelola

kurikulum dan sistem pendidikan nasional yang tidak saja berbasis sekolah dan

masyarakat tetapi juga memenuhi standar nasional bahkan internasional.

Page 2: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

29

Maka, mulai akhir tahun 80-an mulai bermunculan sekolah (swasta) baru di

kota-kota besar seperti Sekolah Pelita Harapan, Sekolah Global Jaya, Sekolah

Ciputra Surabaya serta sejumlah sekolah lainnya. Sekolah-sekolah tersebut, kini,

telah membentuk asosiasi dengan nama Asosiasi Sekolah-sekolah Nasional Plus

(ASNP).

Menurut Seminar dan Lokakarya Pendidikan tingkat nasional yang

diselenggarakan oleh AYUB (Asosiasi Yayasan Untuk Bangsa) yang disponsori

Ciputra Grup di Yogyakarta 6-8 Oktober 2004 yang lalu, karakteristik sekolah

nasional plus tersebut antara lain sebagai berikut.

Pertama, pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa ditempatkan di

pusat institusi sekolah. Dalam sistem pembelajaran, siswa harus terlibat dalam

menentukan target, cara belajar, proses penilaian, dan penentuan sumber belajar.

Siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan strategi belajar, kreatifitas, dan

"critical thinking" serta mengatasi masalah yang dihadapinya.

Kedua, penilaian yang berkesinambungan dan bervariasi. Penilaian bukan

sebagai cara atau alat untuk membuat keputusan tingkat kepandaian siswa.

Penilaian adalah proses mengumpulkan data secara berkesinambungan dan

bervariasi yang dapat dianalisa untuk mencari kekuatan siswa dan hal yang masih

perlu dibantu. Penilaian menjadi proses yang integral dalam proses belajar siswa

untuk membantu mereka mengenali kekuatan dan kelemahannya secara baik

sehingga mereka mempunyai self knowledge yang baik.

Ketiga, sumber belajar yang mendukung, bervariasi dan fungsional.

Pemilihan sumber belajar tidak lagi ditentukan dari pihak luar tetapi dari orang

yang terlibat dalam proses belajar siswa. Guru harus dapat menentukan sumber

belajar yang tepat dan fungsional dan tidak terikat pada satu jenis sumber belajar.

Guru dan siswa fleksibel dalam memilih dan menentukan sumber belajar. Sistem

buku teks menjadi sulit diterapkan karena tidak ada satu buku teks pun yang baik

untuk semua topik yang dipelajari siswa.

Keempat, bilingual. Sekolah nasional plus menerapkan sistem dua bahasa

sebagai media komunikasi di sekolah. Sekolah berusaha mendorong agar

komunitas sekolah dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan Indonesia.

Page 3: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

30

Bahasa Inggris tidak hanya sebagai "subject of study", lebih dari itu sebagai media

belajar dan komunikasi siswa serta guru.

Kelima, professional development. Untuk dapat mengelola kurikulum dan

program pembelajaran secara professional, sekolah harus mempunyai komitmen

untuk mempunyai program professional development secara berkesinambungan.

Program-program pelatihan harus ada dan dapat dilaksanakan karena itulah salah

satu sumber kekuatan sekolah. Guru tidak dapat diharapkan untuk mengajar

dengan baik tanpa didukung dengan pelatihan-pelatihan yang efektif. Kepala

Sekolah tidak akan menjadi curriculum leader yang baik tanpa ada dukungan dari

program-program pengembangan profesi, baik di tingkat lokal, nasional maupun

internasional.

Keenam, mengakui konteks sekolah dari segi budaya maupun aspek lokal

dan nasional lainnya. Sekolah tetap mengakomodasikan konteks nasional. Bahkan

dalam praktek penyelenggaraan sekolah maupun pembelajaran, sekolah

memunculkan konteks-konteks lokal untuk menjadi media belajar siswa.

Ketujuh, pengakuan internasional. Sekolah tidak merasa cukup hanya

dengan pengakuan nasional yang diatur oleh sistem akreditasi sekolah. Harus ada

usaha agar kualitas sekolah diakui oleh dunia internasional melalui badan dunia

yang bergerak pada pendidikan. Sekarang beberapa sekolah memilih IBO

(International Baccalaruate Organisation) yang berpusat di Swiss untuk menjadi

badan "akreditasi" sekolah yang lebih menekankan pada penguasaan konsep,

pengetahuan, skills, sikap, dan perbuatan.

3.1.2 Tinjauan Terhadap Kurikulum

3.1.2.1 Pendidikan Berbasis Kompetensi

Pendidikan Memiliki peran sentral bagi upaya pengembangan sumber daya

manusia. Adanya peran yagn demikian, isi dan proses pendidikan perlu

dimutakhirkan sesuai dengan kemajuan ilmu dan kebutuhan masyarakat.

Implikasinya, jika pada saat ini masyarakat Indonesia dan dunia menghendaki

tersedianya sumber daya manusia yang memiliki seperangkat kompetensi yang

berstandar nasional dan internasional maka isi dan proses pendikanya perlu

diarahkan pada pencapaian kompetensi tersebut.

Page 4: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

31

Pendidikan berbasis kompetensi adalah bentuk pendidikan yang

diselenggarakan untuk menyiapkan lulusannya menguasai seperangkat

kompetensi yang dapat bermanfaat bagi kehidupannya kelak. Dalam hal ini,

kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai -nilai dasar

yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Balitbang Depdiknas,

2002). Oleh karena itu, pendidikan berbasis kompetensi ini diharapkan mampu

menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang berstandar nasional, dan

global, yang meliputi aspek-aspek, sikap, keterampilan, dan kemampuan,

pengetahuan, fisik, kepribadian, prinsip-prinsip, nilai-nilai, keyakinan dan minat.

Pendidikan berbasis kompetensi menekankan pada: penguasaan kompetensi

yang dibutuhkan di masyarakat sebagai sasaran kegiatan pendidikan, kegiatan

pendidikan berpusat pada siswa, pemberian waktu yang cukup untuk penguasaan

suatu tugas pembelajaran sebelum melanjutkan ke tugas pembelajaran berikutnya

dan persyaratan adanya kriteria ketuntasan dalam penyelesaian suatu tugas

pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas, agar pendidikan berbasis kompetensi dapat

direalisasikan secara optimal maka perlu didukung adanya kegiatan

pengembangan kurikulum dan pembelajaran berbasis kompetensi. Kurikulum dan

pembelajaran merupakan aspek penting dalam kegiatan pendidikan. Kurikulum

membahas mengenai “apa yang dipelajari oleh para peserta didik” sedangkan

pembelajaran menjawab pertanyaan “ bagaimana cara mempelajari materi

tersebut”.

3.1.2.2 Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum berbasis kompetensi merupakan suatu desain kurikulum yang

dikembangkan berdasarkan seperangkat kompetensi tertentu. Saylur (dalam

Gafur, dkk. 2001) mengartikan kurikulum berbasis kompetensi sebagai rancangan

kurikulum yang dikembangkan berdasarkan atas seperangkat kompetensi khusus,

yang harus dipelajari dan atau ditampilkan siswa. Seperangkat kompetensi

tersebut pada akhirnya akan menggambarkan sebuah profil kompetensi yang utuh,

terukur dan teramati.

Page 5: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

32

Mengacu pada pengertian diatas, setidaknya pengembangan kurikulum

berbasis kompetensi mencakup pengembangan silabus dan sistem penilaiannya.

Silabus merupakan acuan untuk merencanakan dan melaksanakan program

pembelajaran sedangkan sistem penilaian mencakup jenis ujian, bentuk soal, dan

pelaksanaannya. Jenis ujian adalah berbagai tagihan seperti ulangan atau tugas-

tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Bentuk soal terkait dengan

jawaban yang harus dilakukan oleh para siswa, seperti betuk pilihan ganda atau

soal uraian.

Pengembangan silabus dan sistem penilaian berbasis kompetensi bersifat

hierarkhis atau berurutan yaitu dengan urutan, standar kompetensi, kompetensi

dasar, materi pokok beserta uraian materi pemebelajaran, indikator ketercapaian,

dan soal ujian. Standar kompetensi, kompetensi dasar dan standar materi pokok

dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, sedangkan penentuan ujian

dikembangakan oleh setiap daerah atau sekolah. Dengan demikian materi

pembelajaran dan soal yang digunakan akan menampung keperluan daerah sesuai

dengan karakteristik masing-masing. Selain itu, sumber daya manusia di semua

daerah akan diberdayakan sehingga tidak tergantung pada Departemen Pendidikan

Nasional.

Adapun prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum berbasis

kompetensi adalah sebagai berikut :

A. Dokumen kurikulum mampu beradaptasi dengan perubahan dan tidak terkesan

seperti resep. Artinya kurikulum berisi prinsi-prinsip pokok dan bersifat

fleksibel sehingga mudah disesuaikan dengan perkembangan zaman.

B. Pengembangan kurikulum sesuai dengan proses akreditasi, yang

memungkinkan mata pelajaran dimodifikasi. Maksudnya, pengembangan atau

perubahan kurikulum didasarkan atas hasil akreditasi. Hasil akreditasi yang

positif dipertahankan sedangkan hasil akreditasi yang negatif diperbaiki.

3.1.2.3 Pembelajaran Berbasis Kompetensi

Pembelajaran berbasis kompetensi adalah program pembelajaran dimana

hasil belajar atau kompetensi yang diharapkanm dicapai oleh siswa, sistem

paenyampaian dan indikator pencapaian hasil belajar dirumuskan secara tertulis

Page 6: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

33

sejak perencanaan dimulai (Mc Ashan dalam Gafur, 2001). Dalam pembelajaran

berbasis kompetensi, perlu ditentukan standar kompetensi yang harus dikuasai

oleh siswa. Sesuai dengan pendapat tersebut, komponen pokok pembelajaran

berbasis kompetensi meliputi (1) kompetensi yang akan dicapai, (2) strategi

penyampaian untuk mencapai kompetensi dan (3) sistem evaluasi atau penilaian

yang digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai

kompetensi.

Kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa perlu dirumuskan secara jelas

dan spesifik. Menurut McAshan (1979) perumusan tersebut hendaknya

didasarkan atas prinsip relevansi dan konsistensi antara kompetensi dengan

materi yang dipelajari, waktu yang tersedia, dan kegiatan serta lingkungan belajar

yang digunakan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mendapatkan

perumusan kompetensi yang jelas dan spesifik, antara lain dengan melaksanakan

analisis kebutuhan, analisis tugas, analisis kompetensi, penilaian oleh profesi dan

pendapat ahli bidang studi(pakar), pendekatan teoritik dan telaah buku teks yang

relevan dengan materi yang dipelajari (Kaufman dan Bratton, 1992)

Konsep pembelajaran berbasis kompetensi mensyaratkan dirumuskannya

secara jelas kompetensi yang harus dimiliki atau ditampilkan siswa setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan adanya tolak ukur pencapaian

kompetensi, kegiatan pembelajaran siswa akan terhindar dari mempelajari materi

yang tidak perlu yaitu materi yang tidak menunjang tercapainya penguasaan

kompetensi.

Penerapan konsep dan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi bermanfaat

untuk :

1 Menghindari duplikasi dalam pemberian materi pembelajaran. Dengan

menyajikan materi pembelajaran yang bemnar-benar relevan dengan

kompetensi yang ingin dicapai dapat dihindari terjadinya duplikasi dan

pemberian materi pembelajaran yang terlalu banyak.

2 Mengupayakan konsistensi kompetensi yang ingin dicapai dalam mengajarkan

suatu mata pelajaran. Dengan kompetensi yang telah ditentukan secara tertulis,

siapapun yang mengajarkan mata pelajaran tertentu tidak akan bergeser atau

menyimpang dari kompetensi dan materi yang telah ditentukan.

Page 7: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

34

3 Meningkatkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, kecepatan, dan

kesempatan siswa.

4 Membantu mempermudah pelaksanaan akreditasi. Pelaksanaan akreditasi akan

lebih dipermudah dengan menggunakan tolak ukur standar kompetensi

5 Memperbaharui sistem evaluasi dan pelaporan hasil belajar siswa. Dalam

pembelajaran berbasis kompetensi, keberhasilan siswa diukur dan dilaporkan

berdasarkan pencapaian kompetensi atau sub-kompetensi tertentu, bukan

didasarkan atas perbandingan dengan hasil belajar siswa yang lain.

6 Memperjelas komunikasi dengan siswa tentang tugas, kegiatan atau pengalaman

belajar yang harus dilakukan dengan cara yang digunakan untuk menentukan

keberhasilan belajarnya

7 Meningkatnya akuntabilitas publik. Kompetensi yang telah disusun,

divalidasikan, dan dikomunikasikan kepada publik sehingga dapat digunakan

untuk mempertanggungjawabkan kegiatan pembelajaran kepada publik

8 Memperbaiki sistem sertifikasi. Dengan perumusan kompetensi yang lebih

spesifik dan terperinci, sekolah dapat mengeluarkan sertifikat atau transkrip

yang menyatakan jenis dan aspek kompetensi yang dicapai.

3.1.3 Tinjauan Terhadap Peserta Didik

Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dalam kedudukanya

sebagai peserta didik dipandang oleh sebagian ahli psikolog sebagai individu yang

berada pada tahap yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan

seseorang. Ketidakjelasan ini karena mereka berada pada periode transisi dari

periode kanak-kanak menuju ke periode orang dewasa. Pada masa itu mereka

melalui masa yang disebut masa remaja atau masa pubertas. Pada umumnya

mereka sudah tidak mau dikatakan sebagai anak-anak namun jika disebut sebagai

orang dewasa, mereka secara nyata belum siap menyandang predikat tersebut.

Menurut Hurlock (1982), ada perubahan-perubahan yang sama yang hampir

bersifat universal pada masa remaja, yaitu (1) meningginya emosi, yang

intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis, (2)

perubahan tubuih, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk

dimainkan, menimbulkan masalah baru, (3) dengan berubahnya minat dan pola

Page 8: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

35

perilaku, nilai-nilai juga berubah, dan (4) sebagian remaja bersikap mendua

(ambivalen) terhadap setiap perubahan. Kesemuanya ini, pada akhirnya

berdampak pada perkembangan aspek kognitif (kecerdasan), afektif (perasaan),

maupun psikomotor (gerak)

3.1.3.1. Perkembangan Aspek Kognitif

Kemampuan kognitif berkaitan dengan kemampuan berpikir, yang

mencakup kemampuan intelektual, mulai dari kemampuan mengingat sampai

dengan kemampuan memecahkan suatu masalah. Bloom (Suciati, 2001)

mengelompokkan kemampuan kognitif ke dalam enam kelompok yaitu

pengetahaun/pengenalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Menurut Piaget(Sunarto dan Hartono, 1999) sebagian besar anak usia

remaja mamapu memahami konsep-konsep abstrak dalam batas-batas tertentu

(berpikir operasional-formal). Pada usia ini, remaja mendekati efisiensi

intelektual yang maksimal, akan tetapi karena kurangnya pengalaman sehingga

membatasi pengetahuan dan kecakapannya untuk memanfaatkan apa yang

diketahui. Banyak hal yang dapat dipelajari melalui pengalaman, namun mereka

kadang kala mengalani kesulitan dalam menangkap dan memahami konsep-

konsep abstrak dan mungkin tidak mampu memahami sepenuhnya. Di samping

itu, meskipun rentangan perhatian remaja dapat sangat lama, namun masih ada

kecenderungan untuk melamun.

Berpikir operasional formal memiliki dua sifat yang penting yaitu deduktif-

hipotesis dan berpikir kombinatroris. Berpikir deduktif-hipotesis dilakukan anak

dengan cara memikirkan dulu masalah yang muncul secara teoritis. Menganalisis

masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada. Atas

dasar analisisnya, mereka lalu membuat strategi penyelesaian.

Berpikir kombinatoris merupakan kelengkapan sifat yang pertama, dan

berhubungan denagn cara bagaimana dilakukan analisis. Kapabilitas ini esensial

bagi berpikir operasional-formal karena memungkinkan individu melakukan

analisis hubungan dalam situasi yang mengandung banyak faktor. Namun

demikian sering kali mereka mengalami kesalahan karen ada yang terlewatkan.

Page 9: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

36

3.1.3.2 Perkembangan Aspek Afektif

Kemampuan afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai dan

sikap hati yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu.

Kemampuan afektif ini terdiri dari yang paling sederhana, yaitu memperhatikan

suatu fenimena sampai yang paling kompleks yang merupakan faktor iternal

individu. Krathwohl, Bloom dan Masia (Suciati, 2001) mengklasifiaksikan

kemampuan ini ke dalam lima kelompok yaitu : pengenalan/penerimaan,

pemberian respon, pengahargaan terhadap nilai, pengorganisasian dan

pengalaman.

Secara tradisional, masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan

tekanan” yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari

perubahan fisik dan kelenjar (Hurlock, 1982). Walaupun demikian, tidak semua

remaja mengalami periode tersebut. Emosi remaja sering kali sangat kuat, tidak

tekendali dan tampaknya tidak rasional, akan tetapi pada umumnya dari tahun ke

tahun terjadi perbaikan perilaku emosional.

Pola emosi remaja sama dengan pola emosi masa anak-anak. Perbedaannya

terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajatnya, khususnya

pada pengendalian latihan individu terhadap ungkapan emosi mereka. Beberapa

contoh perilaku yang menonjol sesuai kondisi emosi mereka yaitu remaja tidak

lagi mengungkapkan amarahnya dengan cara gerakan amarah yang meledak-

ledak, melainkan dengan cara menggerutu, tidak mau berbicara atau dengan suara

keras mengkritik orang-orang yang menyebabkan amarah.

Menurut Hurlock (1982), emosi remaja mengalami kondisi yang belum

stabil karena 2 faktor penyebab yaitu faktor kematangan dan faktor belajar. Reaksi

emosional yang tidak mucul pada awal kehidupan bukan berarti tidak ada, dan

reaksi tersebut mungkin akan muncul di kemudian hari, dengan berfungsinya

sistem indokrin. Kematangan dan belajar terjalin erat satu dengan yang lain dalam

mempengaruhi perkembangan emosi.

Perkembangan nilai, moral, dan sikap peserta didik pada usia remaja

memiliki warna yang khas sesuai dengan karakteristik perkembangannya.

Sejumlah hasil penelitian menujukkan bahwa perkembangan internalisasi nilai-

nilai moral, dan sikap banyak terjasdi melalui identifikasi dengan orang-orang

Page 10: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

37

yang dianggpnya sebagai model. Disamping itu, umur, faktor kebudayaan, dan

tingkat pemahamanya merupakan faktor-faktor yang perlu diperhatikan.

3.1.3.3 Perkembangan Aspek Psikomotorik

Kemampuan psikomotor, berkaitan dengan keterampilam motorik yang

berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi

antara syaraf dan otak. Harrow (Suciati,2001) mengelompokkan kemampuan ini

menjadi lima kelompok yaitu : meniru, memanipulasi, akurasi gerak, artikulasi,

dan naturalisaisi/otomisasi

Perkembangan psikomotorik yang dilalui peserta didik pada usia remaja

(siswa SLTP) memiliki kekhususan yang antara lain ditandai dengan perubahan-

perubahan ukuran tubuh, proporsi tubuh, ciri kelamin yang primer, dan ciri

kelamin sekunder. Perubahan-perubahan tersebut, pada dasarnya dapat

dikelompokkan ke dalam dua kategori besar, yaitu percepatan pertumbuhan dan

proses kematangan seksual. Bukan saja bersifat kuantitatif, akan tetapi juga

bersifat kualitatif

Perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala umum dalam

pertumbuhan peserta didik pada usia remaja. Perubahan-perubahan fisik tersebut

bukan saja menyangkut bertambahnya ukuran tubuh dan berubahnya proporsi

tubuh, akan tetapi juga meliputi ciri-ciri yang terdapat pada kelamin primer dan

sekunder. Perubahan-perubahan fisik tersebut, pada umumnya mengikuti irama

tertentu. Hal ini terjadi karena dipengaruhi faktor-faktor keluarga, gizi, emosi,

jenis kelamin, dan kesehatan

Perubahan-perubahan fisik yang dialami peserta didik pada usia remaja

(siswa SLTP) mempengaruhi perkembangan tingkah laku mereka yang

ditampakkan pada perilaku yang canggung dalam proses penyesuaian diri mereka,

isolasi diri dari pergaulan, perilaku emosional, dan lain-lain.

3.1.4 Tinjauan Terhadap Generasi Digital

Sebuah generasi dibentuk oleh pengalaman-pengalaman serupa yang

membentuk mereka bersama-sama. Sebagian besar pengalaman-pengalaman ini

datang dari media dan tidak dapat disangkali lagi bahwa pengalaman-pengalaman

Page 11: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

38

semacam ini membentuk simbol-simbol tertentu yang akan membangkitkan

perasaan kebersamaan dalam generasi tersebut.

Digital generation terdiri dari mereka yang pada kisaran zaman ini

berusia 0-20 tahun dan menggunakan media-media interaktif seperti internet, CD-

ROM serta video games dan media-media ini menjadi sumber informasi bagi

mereka. Sebagai akibat dari berubahnya cara mereka berkumpul, menerima dan

memperbincangkan informasi, generasi ini menjadi penuh dengan rasa ingin tahu,

memiliki rasa percaya diri yang tinggi, berani melawan hal-hal yang umum

terjadi, smart, terfokus, mampu beradaptasi, dan berorientasi global. Kebiasaan-

kebiasaan yang baru tersebut akhirnya membentuk kebudayaan mereka yang

disebut sebagai kebudayaan digital (digital culture).

3.1.4.1 Transformasi Sosial

Penguasaan teknologi digital menjadi sebuah faktor yang mendorong

terjadinya transformasi sosial. Hal ini merupakan sebuah gelombang dari anak-

anak muda (youth) yang berada di jantung kebudayaan yang baru dimana

kebudayaan ini didominasi oleh media-media digital. Mereka adalah generasi baru

yang belajar, bekerja, berkomunikasi, berbelanja dan menciptakan komunitas

dengan cara yang sama sekali berbeda dengan orang tua mereka. Gelombang anak

muda ini muncul pada waktu yang bersamaan dengan revolusi digital yang

mentransformasikan segala bidang dalam kehidupan bermasyarakat. Kedua faktor

ini bersama-sama tidak hanya memproduksi sebuah generasi yang baru tetapi juga

sebuah transformasi sosial.

3.1.4.2 Penggunaan Media

Digital generation lebih banyak menggunakan media interaktif daripada

media-media broadcast. Tidak ada yang merefleksikan hal ini lebih baik daripada

menurunnya jam ditontonya tayangan televisi oleh anak-anak usia 0-20 tahun.

Pemirsa televisi menjadi lebih sedikit dan diskriminatif. Sebanarnya bukan

televisi yang sedang diserang melainkan kondisi alamiah dari broadcast itu

sendiri

Page 12: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

39

Tempat dimana generasi ini menemukan kekuatannya (power) adalah pada

internet karena internet tergantung pada sistem yang tersebar merata dan tidak

hierarkhis. Sistem ini berada tepat di jantung kebudayaan mereka untuk

berinteraksi.

3.1.4.3 Interactive Learning

Interaksi diantara teman-teman sebaya, jika difasilitasi oleh sekolah, dapat

menjadi sebuah kekuatan yang luar biasa dalam mempromosikan kegiatan belajar.

Bagi digital generation, komputer adalah bagian yang integral dalam kehidupan

sehari-hari mereka. Demikian pula komputer juga menjadi bagian yang integral

dalam interaksi mereka. Generasi ini menggunakan media-media digital dengan

paradigma yang baru dalam belajar.

Media yang baru ini menciptakan demand untuk sebuah kebiasaan belajar

yang baru yang disebut sebagai interactive learning. Disini, para pembelajar

menikmati interaksi dan koneksi yang lebih banyak dengan orang lain. Mereka

berdiskusi dan belajar satu dengan yang lain dengan guru sebagai partisipan.

Bermacam-macam forum digital memungkinkan mereka untuk melakukan

brainstorming, debat dan saling berbagi informasi satu dengan yang lain.

Lingkungan untuk belajar secara interaktif (interactive learning) yang

terbaru adalah web dan internet. Kedua tempat ini menyimpan pengetahuan yang

luas, peralatan untuk mengatur pengetahuan ini, dan akses kepada orang-orang.

3.1.4.4. Delapan Perubahan dalam Interactive Learning.

Dengan melakukan eksplorasi terhadap media-media digital, pendidik dan

pelajar dapat berpindah pada paradigma belajar yang lebih efektif

• Dari belajar secara linier menjadi belajar dengan hypermedia Pendekatan tradisional terhadap proses belajar adalah linier. Hal ini

menjadikan textbook, yang adalah salah satu media pembelajaran, diajarkan

dari awal hingga akhir. Sejarah, novel dan beberapa narasi disusun secara

linier. Kebanyakan textbook memang direncanakan untuk dibaca dari halaman

Page 13: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

40

pertama hingga halaman terakhir. Acara-acara televisi dan video-video yang

berisi instruksi didesain untuk ditonton dari awal hingga akhir.

Bagi generasi ini, akses terhadap informasi lebih interaktif dan tidak

sekuensial. Saat mereka menjelajahi internet, mereka dapat berpindah-pindah

dari situs yang satu ke situs yang lain, dan pada saat yang bersamaan dapat

mengakses beberapa situs sekaligus. Selain itu, mereka juga dapat

berpartisipasi dalam beberapa aktivitas sekaligus. Saat mencari beberapa

materi yang baru, mereka dapat membuat hyperlink ke server dan sumber-

sumber informasi di segala tempat.

• Dari belajar dengan instruksi menjadi belajar melalui konstruksi dan

penemuan

Ada perubahan dari status sebagai seorang guru menjadi seorang

partner belajar. Hal ini mengubah kebudayaan belajar. Sekolah akan menjadi

tempat untuk belajar dan bukan tempat untuk mengajar. Anak-anak akan

belajar dengan cara melakukan (learning by doing), bukan melalui transfer

informasi dari guru ke murid. Belajar juga menjadi sebuah proses percobaan.

Alih-alih memperoleh ilmu pengetahuan dari seorang instruktur, para

pembelajar membangun pengetahuan mereka dengan cara yang baru.

Pendekatan ini dideskripsikan sebagai pendekatan konstruktivis.

Konstruksionisme berpendapat bahwa orang akan belajar lebih baik dengan

cara melakukan daripada jika mereka hanya diberi tahu. Fakta-fakta yang

mereka “temukan” dengan cara mereka sendiri akan menjadi lebih berarti bagi

mereka dan tidak mudah mereka lupakan daripada jika fakta tersebut hanya

mereka baca dari papan tulis. Di sini komputer (software) membantu

proses dimana anak akan menemukan fakta itu dengan caranya sendiri. • Dari pendidikan yang berpusat pada guru menjadi pendidikan yang berpusat

kepada para pelajar.

Media yang baru memungkinkan pemusatan dari pengalaman belajar

pada individu yang belajar dan bukan pada yang individu yang mengajarkan

Page 14: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

41

pengetahuan tersebut. Lebih jauh lagi, learner-centered education akan

meningkatkan motivasi belajar seorang anak.

Adalah penting untuk mengetahui bahwa berpindah dari teacher-

centered ke learner-centered bukan berarti secara tiba-tiba meniadakan peran

guru. Cara belajar seperti ini harus disesuaikan dengan subjek yang dipelajari.

Sebagai contohnya adalah : Tidak akan ada yang mengatakan bahwa cara

terbaik untuk belajar memainkan piano adalah dengan cara mencoba-coba

sendiri sampai menemukan teknik yang tepat.

Di masa lalu , pendidikan telah berfokus pada guru,bukan murid. Hal ini

benar dimana pada pendidikan yang lebih tinggi, latar belakang pendidkan

seorang guru akan mempengaruhi materi yang disampaikan. Aktivitas di

dalam kelas didominasi oleh penjelasan dari guru sementara murid-murid

hanya mendengarkan. Tidak akan ada kelas yang dimulai dengan seorang

guru yang mempelajari kebiasaan murid-muridnya : apa saja keahlian mereka,

software apa yang mereka miliki, permainan apa yang mereka mainkan, dan

bagaimana membuat mereka bisa saling berbagai. Media yang baru

menyediakan alat untuk memusatkan pendidikan pada murid.

Learner-centered education dimulai dengan evaluasi terhadap

kemampuan, gaya belajar, konteks sosial, dan faktor-faktor penting lainnya

yang akan mempengaruhi proses belajar seorang anak. Kelas akan menjadi

lebih aktif dengan murid-murid yang berdiskusi, berdebat, meneliti dan

berkolaborasi dalam sebuah proyek. • Dari menyerap materi pelajaran menjadi belajar bagaimana untuk belajar.

Dalam proses ini, para pembelajar tidak hanya sekedar belajar

menganalisa tetapi juga belajar bagaimana untuk membuat sebuah sintesa.

Mereka menyatukan sumber-sumber informasi dan orang-orang lain di

internet kemudian membangun sendiri gambaran mentalnya dan strukturnya

Page 15: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

42

• Dari hanya belajar sewaktu masih sekolah menjadi belajar seumur hidup (life-

long learning)

Di masa yang lalu, hidup dibagi menjadi dua periode. Periode yang

pertama adalah periode untuk belajar sedangkan periode yang kedua adalah

periode untuk menerapkan apa yang telah dipelajari tersebut. Anak-anak

pergi ke sekolah dan juga universitas untuk mempelajari keahlian-keahlian,

baik berdagang maupun profesional, dan sepanjang sisa hidup mereka, mereka

hidup dengan pengetahuan yang mereka peroleh sewaktu mereka masih

sekolah tersebut.

Saat ini, anak-anak menemukan kembali dasar-dasar dari ilmu

pengetahuan mereka secara konstan, terus-menerus dan berkesinambungan.

Dengan berkembangnya media-media informasi, banyak pula perubahan-

perubahan di segala bidang yang dapat terjadi kapan saja. Perkembangan

dapat terjadi dengan sangat cepat dan tidak diduga-duga. Apa yang dipelajari

saat ini bisa saja menjadi sesuatu yang tidak dapat diterapkan lagi hanya

dalam waktu beberapa tahun. Oleh karena itu, belajar menjadi proses yang

berkelanjutan dan harus dilakukan seumur hidup.

• Dari cara belajar yang diseragamkan menjadi cara belajar yang disesuaikan

dengan masing-masing individu pembelajar.

Pendidikan masal adalah hasil dari industrialisasi ekonomi. Hal ini

terjadi bersama-sama denagan produksi masal, marketing masal, dan media

massa. Pendekatan dalam melakukan bisnis bergeser kepada pendekatan yang

disebut sebagai pendekatan individual. Setiap pangsa pasar terdiri dari

individu-individu yang berbeda-beda satu dengan yang lain, yang akan

menilai produk-produk yang ada dengan pengetahuan mereka masing-masing.

Media digital memungkinkan anak-anak untuk diperlakukan sebagai

seorang individu dengan kebiasaan belajarnya masing-masing seuai dengan

latar belakang, kemampuan individual, dan usia mereka. Setiap anak adalah

istimewa dan tidak ada anak yang akan ditinggalkan.

Page 16: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

43

• Dari belajar dengan terpaksa menjadi belajar dengan senang hati.

Bagi beberapa anak, belajar di kelas bukanlah pengalaman yang

menyenangkan. Beberapa orang pendidik telah memperhatikan bahwa

generasi sekarang, mengharapkan untuk mendapat hiburan di sekolah.,

sehingga mereka dapat menikmati pengalaman belajar tersebut. Entertainment

telah menjadi bagian yang mendalam dari proses belajar. Dari sudut pandang

ini dapat disimpulkan bahwa guru yang terbaik adalah seorang entertainer.

Banyak software didesain untuk menggabungkan proses belajar di dalam

sebuah permainan. Dengan menggunakan media yang baru, seorang

pembelajar akan lebih mudah untuk membangun kesenangan, motivasi dan

tanggung jawab dalam belajar.

• Dari guru sebagai sumber informasi menjadi guru sebagai fasilitator.

Belajar telah menjadi sebuah aktivitas sosial. Guru-guru yang ada saat

ini adalah sebuah generasi pendidik yang baru pula. Saat ini, guru bertindak

sebagai konsultan teknis bagi sebuah kelompok belajar. Jika guru tidak dapat

memecahkan masalah yang ditanyakan oleh murid, ia akan membawa mereka

kepada orang lain yang dapat memecahkannya. Dalam hal ini guru juga

belajar dari musid-muridnya. Guru hanya berperan sebagai fasilitator

sementara para pembelajar membangun sendiri ilmu pengetahuan mereka.

3.1.5 Tinjauan Terhadap Standar Kompetensi Lulusan

3.1.5.1 Penentuan Standar Kompetensi Lulusan

Dengan ditetapkannya Pendidikan Berbasis Kompetensi, pertama-tama yang

dilakukan adalah menentukan standar kompetensi lulusan. Standar kompetensi

lulusan berisikan seperangkat kompetensi yang harus dikuasai lulusan yang

menggambarkan profil lulusan secara utuh. Standar kompetensi lulusan

meggambarkan berbagai aspek kompetensi yang harus dikuasai, baik

menyangkut aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.

Standar kompetensi lulusan ditentukan berdasarkan visi dan misi

penyelenggara pendidikan dan pelatihan. Selain visi dan misi, asumsi berupa

Page 17: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

44

proposisi atau pernyataan yang dianggap rasional juga digunakan sebagai acuan

dalam penentuan kompetensi lulusan.

Dalam merumuskan standar kompetensi lulusan juga dipertimbangkan

berbagai sumber antara lain (a) materi kurikulum/pembelajaran dan buku teks, (b)

analisis taksonomi hasil belajar (kompetensi kognitif, afektif, keterampilan

psikomotoris, produk, eksploratori/ekspresif), © masukan dari kalangan profesi,

(d) masukan dari masyarakat penggunan dan (e) hasil analisi tugas (Hall & Jones:

1976:42).

3.1.5.2 Standar Kompetensi Lulusan Siswa SMP

Acuan untuk merumuskan standar kompetensi lulusan dapat berupa

landasan yuridis yaitu peraturan perundang-undanga yang berlaku, dan

persyaratan yang ditentukan oleh pengguna lulusan atau dunia kerja. Secara

yuridis, kompetensi lulusan SMP dapat dijabarkan dari perumusan tujuan

pendidikan yang terdapat di dalam UUD, GBHN, atau Undang-Undang tentang

Sistem Pendidkan Nasional (USPN). Tujuan Pendidikan Nasional menurut pasal 4

UU No. 2 tahun 1989 adalah “mencerdasakan kehidupan bangasa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu masyarakat yang beriman

dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang

mantap dan mandiri, serta memiliki tanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsan. “

Adapun tujuan pendidikan nasional menurut GBHN 1999-2005 adalah

membetuk manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan fitrahnya yaitu pribadi

yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

demokratis, menjunjung tinggi hak asasi manusia, menguasai ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, memiliki kepribadian

yang mantap, mandiri dan kreatif , memiliki keterampilan hidup yang berharkat

dan bernmartabat, serta memiliki tanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsaan yang mampu mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas dan

berdaya saing di era global.”

Page 18: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

45

Untuk merumuskan aspek-aspek kompetensi secara digunakan analisa

berdasarkan taksonomi tertentu. Bloom , dkk (1956:17) menganalisis kompetensi

berdasarkan taksonominya menjadi tiga aspek, masing masing dengan tingkatan

sebagai berikut :

• Kompetensi pada aspek kognitif (kecerdasan) meliputi tingkatan

pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisa, sintesa dan evaluasi

• Kompetensi pada aspek psikomotor (gerak), meliputi keterampilan meniru,

memanipulasi, ketepatan gerak, artikulasi dan naturalisasi

• Kompetensi pada aspek afektif/perasaan, meliputi pengenalan, respons,

penghargaan terhadap nilai, pengorganisasian, dan internalisasi.

Sedangkan Hall & Jones (1976:48) membagi kompetensi menjadi 5 macam

yaitu :

• Kompetensi kognitif, yang mencakup pengetahuan, pemahaman dan perhatian

• Kompetensi afektif yang menyangkut nilai, sikap minat dan apresiasi

• Kompetensi penampilan yang menyangkut demonstrasi keterampilan fisik

atau psikomotorik

• Kompetensi produk atau konsekuensi, yang menyangkut keterampilan

melakukan perubahan terhadap phiak lain

• Kompetensi eksploratif atau ekspresif , menyangkut pemberian pengalaman

yang mempunyai nilai kegunaan di masa depan sebagai hasil pengiring yang

positif.

Sehubungan dengan kompetensi yang dijabarkan dari tujuan Pendidikan

Nasional, ada dua butir kompetensi yang perlu mendapatkan perhatian yaitu

kecakapan hidup (life skill) dan keterampilan sikap.

Kecakapan hidup (life skill) merupakan kecakapan untuk memecahkan

masalah secara inovatif dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip atau

prosedur yang telah dipelajari. Pemecahan masalah tersebut dapat berupa proses

maupun produk yang bermanfaat untuk mempertahankan, meningkatkan atau

memperbarui hidup dan kehidupan siswa. Kecakapan hidup tersebut diharapkan

dapat dicapai melalui berbagai pengalaman belajar siswa. Dari berbagai

pengalaman mempelajari berabagai mata pelajaran, diharapkan siswa memperoleh

hasil sampingan yang positif berupa upaya memanfaatkan pengetahuan, konsep,

Page 19: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

46

prinsip dan prosedur untuk memecahkan masalah baru dalam bentuk kecakapan

hidup. Di samping itu, kecakapan hidup tersebut hendaknya diupayakan

pencapaiannya degnan mengintegrasikannya pada topik dan pengalaman belajar

yang relevan.

Keterampilan sikap (afektif) menckup dua hal . Pertama , sikap yang

berkenaan denga nilai, moral, tata susila , baik buruk, demokratis, terbuka,

dermawan, jujur, teliti dan lain sebagainya. Kedua sikap terhadap materi dan

kegiatan pembelajaran seperti menyukai, menyenangi, memandang positif,

menaruh minat, dan lain sebagainya. Mengingat sulitnya merumuskan,

mengajarkan dan mengevaluasi aspek afektif, seringkali kompetensi afektif

tersebut tidak dimasuikkan ke dalam program pembelajaran Sama halnya

dengan kecakapan hidup, kompetensi afektiktif hendaknya diupauyakan

pencapaiannya melalui pengintegrasian dengan topik pengalaman belajar yang

relevan.

Sejalan dengan Tujuan Pendidkan Nasional, kurikulum disusun untuk

memberi pengalaman belajar kepada peserta ddik yang tepat agar potensi mereka

dapat berkembang secara optimal, untuk mencapai kompetensi tamatan secara

utuh. Kompetensi ini terdiri dari kemampuan akademik, kemampuan emosional,

kemampuan spiritual, kecakapan hidup, keterampilan motorik, kepribadian kuat

yang mencakup moral, sikap sosial, rasa percaya diri, semangat bekerja sama,

kebiasaan hidup sehat, menghargai perbedaan, dan apresiasi estetika terhadap

dunia sekitar. Dengan kata lain, kutrikulum diharapkan dapat memabantu

pengembagan kemampuan etika, estetika, logika dan kinestetika sdrta

kemampuan religiusitas/ spiritualitas secarfa harmonis. Kurikulum pada

jhakekatnya merupakan masukan instrumental yang membantu peserta didik

agar dapat berkembang secara optimal sesuai dengan bakat dan potensinya agar

menajdi warga negara yang bertanggung jawab.

Dengan memperhatikan berbagai pertimbangan seperti yang diuraikan

diatas maka dapatdirumuskan bahwa standar kompetensi lulusan sekolah

menegah pertama (SMP) adalah memiliki kemampuan untuk :

• Meyakini , memahami dan menjelaskan ajaran agama yang dianut

Page 20: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

47

• Memahami dan menajlankan hak dan kewajiban untuk berkarya secara

produktif , kompetitif, kooperatif, dan memanfaatkan lingkungan seara

bertanggung jawab

• Berpikir logis, kritis, inovatif, kreatif dalam memecahkan masalah serata

mampu berkomunikasi secara verbal baik lisan maupun tertulis sesuai denga

konteksnya memalui berbagai medai termaxsuk teknologi informasi

• Meningkatkan ketahanan dan kebugaran jasmani , mengandalikan emosi dan

menampilakn sikap sportif dan perilaku sehat

• Memahami perubahan dan dinamika kehidupan sesuai dengan ruang dan

waktu

• Belajar mandiri dan mengenali diri sendiri

• Berekspresi dan menghargai seni dan keindahan

• Memanfaatkan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki untuk hidup di

masyarakat

Berdasarkan rumusan diatas, kompetensi tamatan dapat dikelompokkan

menjadi kompetensi yang berkenaan dengan aspek moral keagamaan,

kemanusaiaan (humanoria), komunikasi estetika, serta ilmu dan teknologi.

Berdasarkan profil kompetensi lulusan tersebut selanjutnya dijabarkanlah

sejumlah mata pelajaran yang relevan, yang diperlukan untuk mencapai

kebulatan kompetensi yang dimaksud

3.1.5.3 Standar Kompetensi Mata Pelajaran

Standar kompetensi mata pelajaran dapat didefinisikan sebagai “pernyataan

tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa serta

tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata

pelajaran (Centre for Civics Education, 1997:2). Standar kompetensi merupakan

kerangka yang menjelaskan dasar pengembangan program pembelajaran yang

terstruktur. Standar kompetensi mata pelajaran juga merupakan fokus dari

penilaian meskipun kurikulum lebih banyak berisi tentang dokumen pengetahuan,

keterampilan dan sikap dari pada bukti-bukti untuk menunjukkan bahwa siswa

yang akan belajar telah memiliki pengetahuan dan keterampilan awal.

Page 21: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

48

Dengan demikian standar kompetensi mata pelajaran diartikan sebagai

kemampuan siswa dalam :

• Melakukan suatu tugas atau pelajaran berkaitan dengan mata pelajaran

tertentu.

• Mengorganisasikan tindakan agar pekerjaan dalam mata pelajaran tertentu

dapat dilaksanakan

• Melakukan reaksi yang tepat bila terjadi penyimpangan dari rancangan

semula

• Melakukan tugas dan pekerjaan berkaitan dengan mata pelajaran dalam

situasi dan kondisi yang berbeda

Penyusunan standar kompetensi suatu jenjang atau tingkat pendidikan

merupakan usaha untuk membuat suatu sistem sekolah menjadi otonom, mandiri

dan responsif terhadap keputusan kebijakan daerah maupun nasional. Kegiatan

ini diharapkan standar pada tingkat lokal dan nasional. Penentuan standar

kompetensi dilakukan dengan cermat dan hati-hati karena jika setiap sekolah atau

setiap kelompok sekolah mengembangakan standar kompetensinya sendiri tanpa

memperhatikan standar nasional maka pemerintah pusat akan kehiangan sistem

untuk mengontrol mutu sekolah. Akibatnya, kualitas sekolah akan bervariasi dan

tidak dapat dibandingkan antara kualitas sekolah yang satu dengan kualitas

sekolah yang lain. Oleh karena itu para pembuat kebijakan menganalisis dan

menetapkan standar kompetensi yang bersifat nasional.

Pengembangan standar kompetensi perlu dilakukan secara terbuka,

seimbang dan melibatkan semua kelompok yang akan dikenai standar

kompetensi tersebut. Melibatkan semua kelompok sangat penting karena semua

kesepakatan yang telah dicapai dapat dilaksanakan secara bertanggjung jawab

oleh pihak sekolah masing-masing. Disamping itu, kajian standar kompetensi di

negara-negara lain perlu juga dilakukan sebagai bahan rujukan. Standar

kompetensi yang telah ditetapkan berlaku secara nasional, namun cara mencapai

standar tersebut diserahkan pada masing-masing wilayah.

Perlu diingat kembali bahwa kompetensi merupakan kebulatan

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat didemonstrasikan, ditunjukkan

atau ditampilkan oleh siswa sebagai hasil belajar. Sesuai dengan pengertian

Page 22: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

49

kompetensi tersebut maka standar kompetensi adalah standar kemampuan yang

harus dikuasai oleh siswa untuk menunjukkan bahwa hasil mempelajari bidang

studi atau mata pelajaran tertentu berupa pengusahaan atas pengetahaun, sikap,

dan keterampilan tertentu telah dicapai.

3.1.5.4 Kompetensi Dasar

Untuk keperluan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran,

standar kompetensi yang diharapkan dan dapat dicapai dalam mempelajari

sejumlah kompetensi minimum atau kesempatan belajar. Untuk keperluan

pembelajaran, kompetensi dasar digunakan sebagai dasar/acuan dalam menetukan

materi pokok beserta uraiannya dalam bentuk materi pemebelajaran Sedangakan

untuk sistem penilaian, kompetensi dasar kemudian dikembangkan menajdi

sejumlah indikator untuk menentukan soal ujian.

3.1.5.5 Penentuan Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran disini dimaksudkan sebagai bentuk/pola umum

kegiatan pemebelajaran yang akan dilaksanakan. Strategi pembelajaran dapat

dipilih antara kegiatan tatap muka dan non tatap muka (pengalaman belajar)

• Tatap Muka

Kegiaatan tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang

dilakukan dengan mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung antara

guru dengan murid seperti : ceramah , diskusi, presentasi, seminar dibawah

bimbingan guru, ujian blook, kuis, dll

• Pengalaman Belajar

Pengalaman dan kegiatan belajar disini menunjukkan kegiatan belajar

yang perlu dilakukan oleh siswa dalam berinteraksi dengan objek dan atau

sumber sumber belajar untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar dan

materi pembelajaran. Bentuknya dapat berupa kegiatan

mendemonstarasikan, mempraktekkan, mensimulasikan, mengadakan

eksperimen, menganalisa, mengaplikasikan, menemukan, mengamati,

meneliti, menelaah, dll yang bukan kegiatan interaksi guru-murid seperti

mendengarkan uraian guru, berdiskusi dibawah bimbingan guru,dll. Berbagai

Page 23: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

50

alternatif pengalaman belajar dapat dipilih sesuai dengan jenis kompetensi

serta meteri yang dipelajari.

Ditinjau dari dimensi kompetensi yang ingin dicapai, kegiatan atau

pengalaman belajar siswa meliputi menghafal,

menggunakan/mengaplikasikan, dan menemukan. Ditinjau dari dimensi

materi yang perlu dihafal, diaplikasikan serta ditemukan adalah fakta, konsep,

prinsip dan prosedur.

Pengalaman belajar yang telah diidentifikasikan dalam contoh silabus

masing-masing mata pelajaran perlu digunakan sebagai acuan oleh guru

dalam mengembangakan strategi atau metode pembelajaran. Pengalaman

belajar dapat diperoleh baik melalui kegiatan di dalam maupun di luar kelas.

Pengalaman belajar di dalam kelas dapat diperoleh dengan jalan

mengadakan interaksi antara siswa dengan objek dan atau sumber belajar

sesuai dengan uraian materi pembelajaran yang telah dirumuskan. Bentuknya

dapat berupa telaan buku, telaah undang-undang, telaah hasil penelitian,

mengadakan percobaan di labolatorium, mengukutr tinggi benda

menggunakan kilometer (alat pengukur ketinggian benda), kerja praktek di

studio dan sebagainya

Pengalaman belajar di luar kelas dapat diperoleh melalui kegiatan siswa

dalam berinteraksi dengan objek dan atau sumber belajar seperti mengamati

jalannya sidang di pengadilan negeri bagi siswa yang belajar

Kewaraganegaraan. Sedangkan dalam mata pelajaran Sains, pengalaman

belajar dapat dikemas dalam bentuk melakukan pengamatan ragam tumbuhan

atau organisme pantai dibandingkan dengan ragam tumbuhan di pegunungan

bagai siswa yang ingin mempelajari keragaman makhluk hidup sesuai dengan

karakteristik habitatnya atau mengamati penaruh abrasi (erosi gelombang) di

pantai untuk dapat memahami pengaruh ombak laut terhadap pantai, dan

sebagainya. Sedangkan dalam mata pelajaran Pengetahuan Sosial,

pengalaman belajar dapat diberikan dalam bentuk melakukan pengamatan

terhadap berbagai objek peninggalan sejarah seperti museum, candi,dan

sebagainya untuk memahami budaya nenek moyang kita di masa lalu.

Page 24: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

51

Agar pengalaman belajar dapat diperoleh siwa dengan baik maka

diperlukan adanya sumber bahan. Dalam hal ini sumber bahan dapat berupa

objek langsung dan dapat pula berupa objek tak langsung. Objek langsung

artinya bahwa siswa benar-benar diajak mengunjungi pedesaan, daerah urban,

kota kecil, dan kota besar untuk mengadakan survey. Jika tidak dimungkinkan

maka guru dapat menyajikan fakta tersebut dengan bantuan objek yang tidak

langsung misalnya dengan bantuan audio (kaset) atau audio visual (film atau

VCD). Dapat pula guru membuat suatu karangan yang menyajikan fakta

tersebut.

3.1.5.6 Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) pada hakikatnya

merupakan implementasi dan penentuan materi pembelajaran yang disesuaikan

dengan karakteristik daerah.

Pembelajaran kontekstual bermula dari pengalaman pembelajaran tradisional

dari John Dewey yang pada tahun 1916 merumuskan suatu kurikulum dan

metodologi pembelajaran yang terikat dengan pengalaman dan minat siswa.

Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewy yang

menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang dipelajari

terkait dengan apa yang telah diketahui dengan kegiatan atau peristiwa yang

terjadi di sekelilingnya.

Kegiatan dan strategi yang ditampilkan dapat berupa kombinasi dari kegiatan

berikut :

• Pembelajaran otentik (authentic instruction), yaitu pembelajaran yang

memungkinkan siswa belajar dalam konteks yang bernakna sehingga

menguatkan ikatan pemikiran dan keterampilan memecahkan masalah-

masalah penting dalam kehidupan di masyarakat

• Pembelajaran berbasis inkuiri (iquiry -based learning), yaitu memaknakan

strategi pembelajaran dengan metode-metode sains, sehingga diperoleh

pembelajaran yang bermaka

• Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), yaitu pendekatan

pembelajaran yang menggunakan masalah-masalah yang ada di dunia nyata

Page 25: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

52

atau di sekelilingnya sebagai konteks bagi siswa utnuk belajar kritis dan untuk

memperoleh konsep utama dari suatu mata pelajaran

• Pembelajaran layanan (service learning), yaitu metode pembelajaran yang

menggabungkanlayanan masyarakat dan struktur sekolah untuk

merefleksikan layanan, menekankan hubungan atara layanan yang dialami

dan pembelajaran akademi di sekolah

• Pembelajaran berbasis kerja (work-based learning), yaitu pendekatan

pembelajaran yang menggunakan konteks temapt kerja, dan membahas

penerapan konsep mata pelajaran di lapangan. Prinsip kegiatan pembelajaran

di atas pada dasarnya adalah penekanan pada penerapan konsep mata

pelajaran di lapangan dan menggunakan masalah-masalah lapangan untuk

dibahas di sekolah.

Dengan demikian prinsip dasar pembelajaran kontekstual adalah :

• Menekankan pada pemecahan masaah

• Mengenal kegiatan mengajar yang terjadi di berbagai konteks seperti rumah,

masyarakat dan tempat kerja

• mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan belajarnya sehinga

menjadi pelajar yang aktif danterkendali

• Menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa

• Mendorong siswa belajar dari satu dengan yang lainnya dan belajar bersama,

dan

• Menggunakan penilaian otentik

Jadi prinsip pembelajaran kontekstual adalah agar siswa dapat

mengembangkan cara belajarnya sendiri dan selalu mengaitkan dengan apa yang

telah diketahui dan apa yang ada di masyarakat yaitu aplikasi dari konsep yang

dipelajarinya.

3.1.5.7 Pengalaman Belajar Dan Kecakapan Hidup (Life Skills)

Dalam mengembangkan pengalaman belajar hendaknya sedapat mungkin

pengalaman belajar yang diberikan hanya mengembangkan kemampuan kognitif

atau efektif atau psikomotorik, tetapi kecakapan hidup (life skills) yang sangat

diperlukan bagi kehidupan siswa kelak sebagai anggota masyarakat

Page 26: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

53

• Pengertian

Kecakapan hidup (life skills) atau biasa dikenal dengan keterampilan

hidup, menurut sejumlah pakar seperti Santoso S. Hamijoyo(2002), Wardiman

Joyonegoro dengan Link and Match (2002), dan tokoh-tokoh pendidkan

lainnya menganggap bahwa life skills bukanlah gagasan baru. Bahkan dalam

brosurnya, UNESCO (1949) telah merinci tujuan pendidikan keterampilan

baca , tulis, hitung, dengan wawasan yang universal, jauh ke depan, dan

bahkan sampai hari ini pun masih valid (Santoso S. Hamijoyo, 2002).

Kecakapan hidup (life skills) adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang

untuk mampu menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa

merasa tertekan, kemudian secara proaktif mencari serta menemukan solusi

sehingga akhirnya mampu mengatasinya

• Jenis kecakapan hidup

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Mengah Depdiknas (2002)

membagi kecakapan hidup menjadi 5 jenis. Jenis kecakapan yang pertama

adalah kecakapan mengenal diri /personal (personal skills) yaitu self

awareness, penghayatan diri sendiri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,

anggota masyarakat dan warga negara, menyadari dan mensyukuri kelebihan

dan kekurangan yang dimiliki

Jenis kecakapan yang kedua adalah Kecaka pan berpikir rasional

(thinking skill) yang terdiri dari kecakaapan menggali dan menemukan

informasi, kecakapan megolah informasi dan mengambil keputusan,

kecakapan memecahkan masalah, kecakapan social, kecakapan antara

personal (social skill), kecakapan berkomunikasi dengan empati, dan

kecakapan bekerja sama

Jenis kecakapan yang ketiga adalah kecakapan akademik/ kemampuan

berpikir ilmiah (academic skill) yang terdiri dari kecakapan mengidentifikasi

variabel dan menjelaskan hubungan antara variabel tersebut, kecakapan

merumuskan hipotesa, serta kecakapan merancang dan melaksanakan

penelitian.

Page 27: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

54

Jenis kecakapan yang keempat adalah kecakapan vokasioal/ kemampuan

kejujuran yaitu kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu

yang terdapat di masyarakat

Kelima jenis kecakapan hidup tersebut itu dapat dikelompokkan lagi

menajdi dua kelompok besar yaitu : General Life skills dan kecakapan hidup

yang bersifat spesifik (specific Life Skills)

Kecakapan hidup yang bersifat umum (general ligfe skills/gls) adalah

kecakapan yang diperlukan oleh siapapun baik yang bekerj,a yang tidak

bekerja, dan yang sedang menempuh pendidikan.

Kecakapan hidup yang bersifat spesifik (specific life Skills ) adalah

kecakapan yang diperlukan seseorang untuk menghadapi problema khusus

/tertentu, disebut jugakompetensi teknis

Dalam kehidupan nyata antara GLS dan SLS tidak berfungsi secarah

terpisah tetapi melebur menjadi satu tindakan individu yang melibatkan aspek

fisik,mental, emosional dan intelektual.

• Kecakapan hidup untuk jenjang SLTP

Masing-masing jenjang pendidikan memiliki tugas utnuk menjalankan

fungsi yang berkaitan langsung dengan skill tertetu. Adapun untuk SLTP,

penekanannya adalah pada upaya untuk mengakrabakan peserta didik dengan

peri kehidupan nyata di lingkungannya, menumbuhkan kesadaran tetang

makna/nilai perbuatan seseorang terhadap pemenuhan kebutuhan hidupnya,

memberikan sentuhan awal terhadap pengembangan keterampilan

psikomotorik, serta memberikan pilihan tindakan yang dapat memacu

kreativitas.

3.1.6 Ekonomi Bangunan

Masalah ekonomi cukup banyak pemakaiannya dalam kehidupan.

Prinsipnya adalah perbandingan antara beberapa pilihan dengan dasar uang. Pada

waktu penilaiannya memerlukan suatu pengetahuan teknologi serta penerapannya

di bidang bangunan maka penilaian tersebut dinamakan ekonomi bangunan

Page 28: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

55

(building economic). Pembahasan mengenai aspek ekonomi ini harus dimulai

sebelum sejumlah uang dikeluarkan.

Kebanyakan masalah yang dihadapi dalam ekonomi bangunan memerlukan

perhitungan faktor waktu. Bunga yang berhubungan dengan modal yang

ditanamkan akan sangat mempengaruhi hasil dari studi ini. Nilai dari uang tidak

hanya tergantung dari jumlahnya tetapi juga tergantung pada kapan uang tersebut

diterima.

Bila uang dipinjam untuk membiayai proyek maka ada dua hal yang harus

diperhatikan. Hal pertama adalah mengembalikan pinjaman tersebut dan yang

kedua adalah membayar bunga dari penjaman tersebut. Selain itu ada hal ketiga

yang tidak berhubungan langsung dengan pinjaman itu yaitu biaya operasi dan

pemeliharaan.

Studi ekonomi dibuat dalam dua situasi yang tipikal. Pertama ialah

memutuskan apakah akan melakukan investasi atau tidak. Kedua ialah memilih

satu dari beberapa alternatif investasi.

3.1.6.1 Analisa Perkiraan Biaya

• Building Cost/Biaya Bangunan

Meliputi segala biaya konstruksi dalam jarak lima kaki dari bangunan, segala

butir perlengkapan yang disyaratakan/dibutuhkan kode (kabinet pemadam

kebakaran, sistem alarm kebakaran, dsb), dan butir-butir yang biasanya

terdapat pada bangunan terlepas dari jenisnya (pancuran air minum). • Fixed Equipment/Perlengkapan Tetap

Meliputi semua butir perlengkapan yang mungkin dipasang sebelum

penyelesaian bangunan dan yang merupakan bagian dari kontrak konstruksi,

seperti locker, perlengkapan pelayanan makanan, tempat duduk tetap,

perlengkapan medis tetap, perlengkapan keamanan, perlengkapan panggung,

penerangan panggung, dan sebagainya. • Site Development/Pengembangan Tapak

Meliputi semua pekerjaan yang dibutuhkan yang berada dalam batas tapak

dan mulai dari jarak lima kaki dari pinggir bangunan misalnya pematangan

Page 29: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

56

tanah dan pengurugan, pemagaran, jalan dan parkir, utilitas, pengembangan

landscape, lapangan atletik, jalan setapak, penerangan tapak, perabotan jalan,

grafika pada tapak, fabrik pengolahan buangan pada tapak, perabotan jalan,

kondisi pondasi yang luar biasa. • Total Construction / Konstruksi Total

Biaya ini menggambarkan anggaran konstruksi keseluruhan, biasanya

merupakan lelang dasar dokumen kontrak. • Site Acquisition and Demolition/Penyediaan tapak dan penggusuran

Uang yang dianggarkan untuk membeli tapak proyek dan atau penggusuran

struktur yang ada. • Moveable Equipment

Kategori ini mencakup semua butir perlengkapan yang dapat digerakkan dan

perabotan-perabotan, tetapi tidak termasuk perlengkapan operasional seperti

mikroskop, buku-buku perpustakaan, dan sebagainya yang dibeli dari dana

operasional. • Fees/Tarif

Merupakan biaya-biaya jasa arsitektur dan engineering dan jasa-jasa

konsultan • Contingency/Cadangan Darurat

Merupakan persentasi dari biaya-biaya konstruksi total yang diikutsertakan

sebagai cadangan darurat pelelangan, dan cadangan konstruksi • Administrative Cost/Biaya Administrasi

Merupakan butir-butir pasal yang ditanggung oleh pemilik pada waktu proses

perencanaan misalnya faktor-tarif legal, survey tapak, pengujian tanah,

asuransi, pengujian material. Biaya administrasi ini terdiri dari Permanent

Financing Cost yang mencakup biaya memperoleh pinjaman seperti

investment banker fee yang menjurus kepada pengeluaran bond (kertas

berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang menyatakan bahwa

uang telah dipinjamkan kepada perusahaan itu dan akan dibayarkan kembali

dengan bunganya) atau sebagai construction loan fee yang dikaitkan kepada

Page 30: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

57

banker hipotik, dan Interim Financing Cost yang mencakup semua biaya

keuangan konstruksi untuk meminjam dana konstruksi yang besarnya

berbeda-beda sesuai dengan lama waktu konstruksi.

• Total Budget/ Anggaran total

Menggambarkan anggaran total yang dibutuhkan untuk menempati fasilitas

baru dan atau daerah-daerah yang diperbaiki.

Analisa perkiraan biaya harus sejauh mungkin menyeluruh dan realistis

tanpa keraguan akan apa yang membentuk anggaran total yang dibutuhkan. Saat

luas netto total sebuah proyek ditentukan, maka mudah untuk mencapai efisiensi

yang wajar dan luas kotor keseluruhannya. Luas ini, dikalikan dengan biaya

satuan yang realistis akan menghasilkan biaya bangunan yang diperkirakan yang

mana tergantung perkiraan-perkiraan berbagai butir biaya lainnya. Penggunaan persentasi sejenis sebagai kendali akan menuju kepada

anggaran total yang dibutuhkan. Meskipun demikian, persentasi-persentasi ini

tidak konstan. Mereka harus disesuaikan secara terbalik pada tingkat biaya satuan

yang lebih tinggi dan lebih rendah. Walaupun begitu, persentasi yang

dicantumkan dibawah menunjukkan jangkauan variasi yang biasa, tergantung

pada jenis bangunan dan faktor-faktor lain.

Page 31: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

58

Tabel 3.1 Building Cost

Page 32: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

59

Sumber : Ariyoto, Kresnohadi. Feasibilty Study : Teknik Evaluasi Gagasan Usaha. Jakarta: Mutiara, 1978, p46

3.1.6.2 INDEKS BIAYA BANGUNAN

Biaya bangunan (baris A dari analisa biaya bangunan) tergantung pada luas

netto total (jumlah keperluan ruang), ratio efisiensi yang wajar dari luas netto

terhadap luas kotor, dan biaya per meter persegi ditingkatkan sampai mid-

konstruksi.

Page 33: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

60

3.1.6.3 Jenis-Jenis Kualitas

Jenis-jenis kualitas dipengaruhi oleh biaya per meter persegi dan biaya satuan,

Biaya per meter persegi mewakili kualitas material, sistem dan konstruksi -

kualitas struktur arsitekturnya tetapi luas netto total dan efisiensi bangunan juga

menggambarkan aspek-aspek kualitas fungsional dan spatial.

3.1.6.4 Efisiensi Bangunan

• Nett Asignable Areas/ Luas Netto yang Dapat Diperuntukkan

Mencakup jumlah luas semua ruang-ruang fungsional yang dibutuhkan untuk

melayani program dasar

• Unasigned Areas/Luas Yang Tidak Diperuntukkan

Terdiri dari semua ruang lainnya dalam bangunan, khususnya daerah sirkulasi,

daerah mekanikal, toilet umum, kloset, janitor, gudang yang tidak dapat

diperuntukkan, dinding dan parkir.

• Gross Area /Luas Kotor

Pada hakekatnya menggambarkan jumlah luas yang dapat diperuntukkan dan

luas yang tidak dapat diperuntukkan

• Eficiency Ratio/ Ratio Efisiensi :

Rasio luas netto yang dapat dierptuntukkan terhadap luas yang yang tidak

diperuntukkan yang dinyatakan sebagai persentasi dari luas kotor. Dalam

tahap programming, ratio ini digunakan untuk memproyeksikan kebutuhan

luas kotor total dengan menggunakan kebutuhan luas netto sebagai titik

tolaknya. Metode yang termudah untuk melakukan ini adalah dengan

membagi luas netto dengan persentasi yang menunjukkan luas netto itu.

3.1.6.5 Efisiensi dan Kualitas

Ada aspek tertentu dari kualitas yang secara terbalik proporsional terhadap

sebuah bangunan . Oleh karena itu penting sekali untuk meramalkan dan

menentukan efisiensi yang wajar untuk menunjang kualitas yang diharapkan.

Dengan skala tertinggi dan terendah diujung-ujungnya, penentuan nilai dapat

dibuat mengenai kualitas yang dimaksudkan dan efisiensi yang wajar yang dapat

Page 34: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

61

diasumsikan bagi tujuan -tujuan perencanaan. Lebih lanjut, skala ini dapat

diperluas untuk memberikan jangkauan tingkat kualitas yang lebih luas.

3.1.6.6 Komponen Sejenis Ruang yang Tidak Dapat Diperuntukkan

Untuk memungkinkan perbedaan pada jenis-jenis bangunan antara

bangunan-bangunan kelembagaan (institusional) dan umum (civic) maka

distribusi daerah-daerah yang tidak diperuntukkan, yang diperlihatkan dibawah

ini dinyatakan sebagai persentasi-persentasi sejenis atau tipikal dari luas kotor . Denah sirkulaisi mencakup koridor-koridor interior, jalan setapak eksterior

beratap (1/2 dari luas seluruhnya) dan koridor-koridor maya, yang merupakan

derah sirkulasi yang tidak didefinisikan melaui daerah yang diperuntukkan,

seperti pathway melaui ruang lobby yang diprogramkan. Perhatikan bahwa

daerah-daerah sirkulasi , sejauh ini adalah komponen satu-satunya yang terbesar

dari ruang yang tidak diperuntukkan. Daerah mekanikal dan didnding, partisi dan struktur masing-masing dapat

meningkat hingga 12% dalam bangunan-bangunan monumental. Komponen

lainnya dari ruang yang tidak diperuntukkan dapat beragam dari 2% hingga 5%.

Persentasi-persentasi ini dapat digunakan sebagai pedoman hingga persentasi

yang wajar dapat diasumsikan bagi sebuah proyek tertentu

3.1.6.7 Ratio yang Wajar

Perbedaan dalam besaran ruang yang diutamakan, tingkat penghunian,

kebutuan sirkulasi dan kebutuhan mekanikal khusus mengarah kepada rasio-

rasio efisiensi yang berlainan untuk berbagai bangunan

Rasio-rasio efisiensi berikut ini adalah beralasan bagi jenis-jenis bangunan

yang dicantumkan hingga mereka dapat diubah oleh kondisi-kondisi khusus.

Page 35: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

62

Tabel 3.2. Rasio

Sumber : Ariyoto, Kresnohadi. Feasibilty Study : Teknik Evaluasi Gagasan

Usaha. Jakarta: Mutiara, 1978, p46

3.1.6.8 Kualitas Konstruksi

Tingkat kualitas konstruksi digambarkan oleh angka biaya satuan seperti

biaya per meter persegi kotor. Biaya-biaya satuan ini hanya menggambarkan

tingkat kualitas konstruksi. Kualitas rata-rata menggambarkan konstruksi yang

berstandar baik dengan servis mekanikal elektrikal yang memadai dan tingkat

penyelesaian rata-rata.

3.1.7 Bangunan Sebagai Integrasi Multi Sistem

Dalam teori integrasi, tujuan utama dari integrasi adalah mereduksi jumlah

waktu, material, energi dan ruang (konservasi waktu, energi dan ruang) yang

Page 36: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

63

digunakan dalam suatu bangunan sekaligus meningkatkan jumlah aktifitas yang

dapat dilakukan di dalamnya. Hasil yang akan dicapai adalah suatu keseimbangan. Tujuan berikutnya adalah mencapai kinerja total bangunan yang optimal

baik kinerja spasial, kinerja termal, kualitas udara dalam ruang, kinerja akustik,

kinerja visual, dan integritas bangunan. Terdapat empat sistem utama yang secara deskriptif dapat mewakili suatu

bangunan seutuhnya yaitu sistem struktur bangunan (S) , sistem selunbung

bangunan (E), sistem interior bangunan (I), dan sistem mekanikal bangunan (M). Ekspansi geometrik dari keempat sistem utama ini menghasilkan sebelas

kemungkinan. Variasi dari kombinasi dua, tiga empat sistem yaitu :

kombinasi dua sistem (S+E,S+M,S+I,E+M,E+I,M+I)

kombinasi tiga sistem (S+E+M,S+E+I,E+M+I,S+M+I)

kombinasi empat sistem (S+E+M+I) Keterkaitan antara sistem-sistem utama dapat dinyatakan dengan diagram

yang disebut The Tetrahedron System yang menempatkan masing-masing dari

keempat sistem tersebut pada salah satu titik simpul tetrahedron sehingga

memungkinkan untuk dikaji secara analitis potensi teoritis masing-masing sistem

yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain secara seimbang. Terdapat beebrapa level integrasi yang secara kronologis dari yang

sederhana sampai tertinggi meliputi remote, touching, connected, meshed, unified.

Tingkatan tertinggi yakni unified integration terjadi bilamana sistem-sistem

dipadukan sedemikian rupa sehingga masing-masing sistem mempunyai bentuk

fisik dari sistem yang lain dan tidak dapat dibedakan lagi. Semakin tinggi suatu

bangunan semakin besar kemungkinan integrasi diantara sistem-sistem utama

tadi.

3.2 Konsep Desain

3.2.1Analisa Studi Kelayakan

3.2.1.1 Ikhtisar

Page 37: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

64

• Landasan Gagasan Usaha

Revolusi digital telah menyebabkan terjadinya transformasi sosial.

Gelombang ini muncul dalam bentuk generasi baru yang belajar, bekerja,

berkomunikasi, berbelanja dan menciptakan komunitas dengan cara yang

sama sekali berbeda dengan generasi sebelumnya. Komputer dan media-

media digital menjadi bagian yang integral dalam interaksi dan kehidupan

sehari-hari mereka. Sebagai akibatnya, generasi ini menjadi penuh dengan

rasa ingin tahu, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, berani melawan hal-

hal yang umum terjadi, smart, terfokus, mampu beradaptasi, dan berorientasi

global.

Perubahan ini menciptakan kebiasaan belajar baru yang disebut sebagai

interactive learning. Disini, para pembelajar menikmati interaksi dan koneksi

yang lebih banyak dengan orang lain. Mereka berdiskusi dan belajar satu

dengan yang lain dengan guru sebagai partisipan. Bermacam-macam forum

digital memungkinkan mereka untuk melakukan brainstorming, debat dan

saling berbagi informasi dengan orang-orang di seluruh penjuru dunia.

Di Indonesia, hal ini direspons dengan munculnya sekolah-sekolah

unggulan yang berorientasi global. Sekolah-sekolah semacam ini meyediakan

waktu lebih banyak bagi anak-anaknya untuk menggunakan komputer dan

Bahasa Inggris. Tidak jarang, kurikulum yang mereka gunakan pun adalah

hasil dari waralaba dengan salah satu institusi pendidikan formal di negara-

negara lain. Ditambah dengan rancunya kurikulum pendidikan dasar di

Indonesia saat ini, para pelaku pendidikan, khususnya di sektor swasta, mulai

mempertimbangkan untuk mengembangkan usaha di sektor ini.

Bentuk sekolah semacam ini mengalami perkembangan pesat di kota-

kota besar di Indonesia. Beberapa sekolah yang sudah memiliki brand di mata

publik, khususnya Jakarta, antara lain : High Scope Indonesia (HSI),

Madania, Global Jaya, Pelita Harapan, dan Binus School. Tidak jarang pula

ditemui Sekolah Nasional Plus yang telah memiliki murid hingga jenjang

pendidikan tinggi. Sayangnya, belum ada Sekolah Nasional Plus yang

beroperasi hingga jenjang SMU di Surabaya.

Page 38: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

65

• Pengertian Sekolah Nasional Plus

Dalam proyek ini, Sekolah nasional Plus adalah sekolah yang

mengguankan kurikulum hasil dari waralaba (franchise) dengan sebuah

institusi pendidikan formal yang telah mapan di salah satu negara bagian di

Amerika Serikat. Bahasa Inggris digunakan dalam percakapan sehari-hari.

Setiap hari juga selalu disediakan waktu khusus untuk menggunakan

educational software. Sebagian siswa yang bersekolah di sini adalah anak-

anak ekspatriat yang ada di Indonesia, namun mayoritas siwanya tetap berasal

dari Indonesia.

Untuk menunjang statusnya, sekolah nasional plus juga menggunakan

tenaga pengajar dari luar negeri. Selain itu, sekolah semacam ini juga

menjalin kerja sama dengan sekolah-sekolah di luar negeri. Dengan kerja

sama itu, siswa yang bersekolah di sini bisa meneruskan ke sekolah-sekolah

tertentu di luar negeri tanpa harus turun kelas (down grade). Kerja sama ini

juga memudahkan proses tukar menukar guru dan siswa serta adopsi

kurikulum maupun teknik mengajar.

Metoda mengajar yang diterapkan adalah metode dua arah. Para murid

diajar aktif dan berani mengungkapkan pendapat. Metode ini menggunakan

sistem reward dan punishment.

Anak-anak yang bersekolah di sini tidak diberikan pekerjaan rumah

untuk dibawa pulang. Setiap mereka diberi tugas untuk membaca sebuah

buku setiap hari untuk didiskusikan keesokan harinya. Setiap minggu

diberikan satu weekly project yang harus diselesaikan dalam waktu satu

minggu.

• Pemilihan Lahan

Izin untuk usaha ini terbuka dan kota Surabaya diperkirakan merupakan

tempat yang baik untuk usaha ini karena Surabaya adalah kota terbesar kedua

di Indonesia setelah Jakarta. Di Jakarta sudah banyak sekolah yang

menerapkan sistem seperti ini sedangkan di Surabaya, penerapan sistem

pendidikan yang seperti ini baru saja dimulai. Bangunan-bangunan yang ada

Page 39: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

66

digunakan untuk menampung kegiatan belajar mengajar hanya di tingkat

pendidikan dasar.

Selain itu, melihat perkembangan pembangunan sekolah-sekolah

semacam ini yang telah ada di Surabaya, didapati kecenderungan yang tinggi

untuk mendirikan bangunan tersebut di dalam sebuah kawasan real-estate.

Hal ini memberikan keuntungan bagi kedua pihak dimana pihak real-estate

diuntungkan dengan adanya bangunan publik yang akan “menghisap massa”

dan dapat menarik orang untuk datang ke kawasan tersebut. Jika kawasan

tersebut ramai maka harga tanah dan properti yang ada di atasnya akan

memiliki kecenderungan yang tinggi untuk meningkat.

Selain itu, dengan memilih lahan di dalam sebuah kawasan real-estate,

pihak pemilik sekolah diuntungkan karena proses pengesahan kepemilikan

atas tanah akan berlangsung lebih cepat dan mudah. Mereka tidak perlu

melakukan pembebasan lahan, menyiapkan AMDAL, dan sebagainya. Selain

itu, harga tanah di dalam sebuah real estate akan jauh lebih murah jika

dibandingkan dengan harga tanah di sisi jalan besar.

Hal lain yang juga menjadi pertimbangan adalah jumlah keluarga,

dengan kondisi ekonomi menegah ke atas, yang memiliki anak-anak usia

sekolah. Daerah dengan komposisi masyarakat yang didominasi oleh

keluarga golongan ini akan lebih potensial bagi pendirian bangunan ini.

Dengan melihat hal-hal tersebut di atas, dan diperkuat dengan

Masterplan Surabaya 2000, mengenai perkembangan kawasan pendidikan,

maka didapati bahwa Bagian Surabaya yang paling potensial untuk

pelaksanaan proyek ini adalah Surabaya Barat, tepatnya di dalam salah satu

kawasan real estate yang sedang berkembang di sana.

• Lingkup Proyek

Lingkup proyek adalah penentuan batasan-batasan dari pekerjaan

pembangunan yang akan diliput oleh proyek. Bangunan sekolah ini akan

menampung aktivitas belajar-mengajar untuk pendidikan lanjutan yaitu

Sekolah Menengah Pertama (SMP )

Page 40: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

67

Fasilitas sekolah memperhatikan perkembangan motorik kasar anak.

Area berkumpul didesain sangat luas dan aman. Fasilitas seperti dapur, ruang

makan, dan toilet sangat dijaga kebersihannya. Alat-alat makan disteril

dengan air mendidih sebelum digunakan.

Lingkungan dalam sekolah didesain untuk menjadi lingkungan yang

sangat aman. Tidak ada yang dapat masuk ke dalam lingkungan sekolah tanpa

sepengetahuan dan seijin petugas di sekolah. Termasuk juga para pedagang

makanan dilarang berjualan di depan sekolah.

Selain untuk sekolah, bangunan ini juga direncanakan untuk

menampung aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan setelah jam belajar-

mengajar selesai berupa kegiatan ekstra-kurikuler untuk para siswa sekolah

tersebut.

Proyek ini dalam jangka pendek direncanakan berskala lokal yaitu unuk

kawasan Surabaya barat, jika berhasil akan meluas hingga ke seluruh

Surabaya.

• Tujuan Proyek

Sekolah ini direncanakan untuk menjadi sebuah tempat yang

membangkitkan suasana yang menyenangkan sehingga proses belajar dapat

dinikmati dan belajar tidak lagi menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan.

Hal ini dicapai dengan menggunakan pendekatan terhadap perilaku

penggunanya sehingga akhirnya gedung sekolah ini dapat menjadi sebuah

tempat yang tidak asing lagi bagi mereka.

• Membuka Usaha

Berdasarkan hal-hal di atas akan dijajagi usaha membuka sebuah

Sekolah Menengah Pertama Nasional Plus di Surabaya Sejumlah modal

berupa uang tunai telah tersedia untuk usaha ini dan siap ditanam jika

perhitungan menyimpulkan bahwa proyek ini dapat dilaksanakan

Untuk merealisasi maksud tersebut, hendak dibuat evaluasi segi-segi

pasar, teknis, yuridis, manajemen, dan finansiil dari gagasan usaha ini

Page 41: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

68

3.2.1.2 Evaluasi Pasar

Evaluasi ini akan membahas apakah jasa pelayanan yang diciptakan oleh

proyek ini akan memenuhi kebutuhan lingkungannya akan jasa ini. Faktor-faktor

yang diperhitungkan antara lain : kebutuhan akan jasa ini pada masa yang lalu

hingga saat ini dan permintaan akan jasa ini di masa yang akan datang

berdasarkan daya beli yang mampu direalisir oleh perkembangan ekonomi

• Kebutuhan

Kelompok usia yang akan dijangkau adalah usia 12-15 tahun yaitu

anak-anak usia Sekolah Menengah Pertama. Selain itu, kelompuk anak ini

juga adalah anak-anak yang berasal dari keluarga golongan ekonomi menegah

ke atas. Hal ini mengingat fungsi bangunan yang adalah sekolah dan

mahalnya biaya yang dibutuhkan untuk biaya operasional penyelenggaraan

pendidikan tersebut.

• Kebutuhan Yang Akan Dipenuhi

Usaha yang akan dijalankan ini mengambil bagian pasar 30% saja.

yaitu khususnya keluarga-keluarga yang berdomisili di daerah Surabaya

Barat.

• Saingan Usaha

Di kawasan Surabaya Barat, sekolah semacam ini belum banyak

didirikan. Hanya ada tiga sekolah yang telah memulai usahanya. Sekolah

pertama adalah IPH (Intan Permata Hati). Sekolah ini berlokasi di Plasa Segi

8. Sekolah kedua adalah Great Crystal School. Sekolah ini berlokasi di

Puncak Permai Square dan yang ketiga adalah IVY School. Sekolah ini

berlokasi di Plasa Graha Family.

Dari ketiga sekolah tersebut, hanya Great Crystall School dan IVY

School yang benar-benar berpusat di Surabaya Barat. Sedangkan sekolah IPH

yang ada di Surabaya Barat adalah cabang dari IPH-Nginden. Saat ini, Great

Crystall School sudah merencanakan pendidikan hingga ke jenjang SMP

namun belum memiliki kegiatan belajar mengajar hingga ke jenjang tersebut

Page 42: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

69

sedangkan IVY School baru saja memulai usaha ini dan saat ini hanya

memiliki kelas hingga tingkat Kindergaten, namun mereka merencanakan

untuk menambah kelas hingga SD kelas 6.

• Sasaran dan Selera

Sasaran adalah keluarga dengan kondisi ekonomi menegah ke atas,

yang memiliki anak-anak usia sekolah. dan mampu membayar tarif sekolah

yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tarif di sekolah nasional biasa

3.2.1.3 Evaluasi Teknis

• Lokasi Usaha

Bangunan untuk usaha pendidikan ini akan di dirikan di dalam kawasan

salah satu real-estate yang ada di Surabaya tepatnya di Royal Residence-

Surabaya pada area yang diperuntukkan bagi usaha pendidikan (site terlampir)

Bangunan ini akan menempati lahan seluas 17.000 m2

• Luas Ruang dan Jenis Ruang Yang Diperlukan

Untuk mengetahui luas areal/lahan yang dibutuhkan untuk proyek ini,

perhitungan luas lantai bangunan menjadi faktor utama yang mempengaruhi.

Luasan bangunan total didapat dengan menghitung luas tiap-tiap ruang yang

ada pada bangunan ini. Secara garis besar perkiraan kebutuhan ruang dan

luasannya dapat pada tabel luasan ruang.

• Kebutuhan Air Bersih

Kebutuhan air diusahakan dari aliran air minum kota (PDAM). Jika

kapasitas air yang dapat disediakan oleh PDAM tidak mencukupi maka akan

digunakan air dari sumur pompa sebagai tambahan. Air bersih ini akan

disimpan pada tandon atas untuk kemudian dipompa ke lantai-lantai yang

membutuhkan.

Penggunaan tandon atas memiliki beberapa kelebihan. Salah satunya

adalah penghematan dalam penggunaan listrik. Jika listrik mati air bisa tetap

dialirkan tanpa bantuan pompa. Hal ini akan membuat pompa lebih tahan

Page 43: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

70

lama. Untuk tandon atas, kapasitasnya adalah gabungan dari kapasitas air

bersih dan air kebakaran. Tandon atas ini dibagi menjadi dua ruangan agar

pengurasan dapat dilakukan lebih mudah dan agar distribusi air selama

pengurasan tetap berjalan.

Untuk pemipaan, air disalurkan melalui pipa yang ada dalam shaft. Pipa

yang digunakan adalah pipa jenis GIP (Galvanized Iron Pipe). Pemilihan jenis

pipa ini disesuaiakan dengan tekanan kerja pada pipa.

Pompa distribusi yang digunakan adalah pompa sentrifugal dengan

penggerak motor listrik dan motor diesel. Pompa utama diperlengkapi dengan

pompa cadangan dan jockey. Jockey berfungsi untuk memacu air sedangkan

pompa cadangan berfungsi sebagai partner bagi pompa utama.

• Kebutuhan Listrik

Sistem distribusi tenaga listrik dimulai dari supply tegangan menengah

20 kV dari jaringan PLN yang terdekat dan diterima di panel TM (tegangan

menegah) yang ada di ruang utilitas. Dari panel TM supply daya akan

ditransfer ke panel distribusi utama (main distribusion panel-MDP) TR

(tegangan rendah) melalui beberapa unit transformator penurun tegangan

dengan kapasitas yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Sistem distribusi

ini akan menggunkan tipe radial dimana tiap pusat beban akan langsung di-

suplly dari panel distribusi utama TR melalui kabel daya

Khusus untuk beban pemadam kebakaran seperti pompa hidran dan

semua peralatan penunjang baik untuk peringatan, pemadaman dan evakuasi

harus menggunakan kabel tahan api.

Sistem proteksi yang digunakan unutk mengurangi/menghilangkan

bahaya lanjut dari suatu gangguann pada sistem distribusi listrik adalah

proteksi arus hubung singkat (short circuit), proteksi beban lebih (over load),

proteksi gangguan tegangan (over/under voltage), proteksi gangguan arus

tanah (earth fault), proteksi daya balik (power reverse), proteksi sambaran

petir (lightning stroke) dan surja hubung (switching surge)

Page 44: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

71

Grounding sistem listrik akan digunakan sistem TN-C dan TN-S.

Grounding khusus harus disiapkan untuk peralatan yang sensitif seperti

komputer, PABX, dan CCTV

Semua sistem yang menyangkut keselamatan seseorang mendapatkan

prioritas utama antara lain : sitem deteksi kebakaran, fan untuk peresurisasi,

fan utnuk menghisap asap, pompa kebakaran sistem komunikasi untuk

evakuasi.

Selain itu, daya listrik darurat akan didistribusikan pada Lampu

penerangan (50-60 %), power outlets /receptacle (100 %), sistem tata udara

dengan kapasitas agak berkurang

• Alat Transportasi

Melihat bervariasinya kebutuhan masing-masing jenjang pendidikan

akan alat transportasi maka dibutuhkan satu buah mobil.

• Rencana Layout Ruang Dan Bangunan

Disertakan skema kasar untuk memberikan gambaran pembagian ruang

(terlampir)

• Perihal Para Siswa

Dilakukan generalisasi terhadap para siswa yaitu siswa SMP secara

umum dengan segala aspek perkembangannya

3.2.1.4. Evaluasi Management

• Struktur Organisasi

Page 45: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

72

Tabel 3.3. Struktur Organisasi

• Deskripsi Tugas-Tugas

The Board of Education merupakan dewan pengelola yang menyusun,

menetapkan langkah-langkah kebijakan dan arah gerak dari sekolah yang

bersangkutan terutama dalam masalah-masalah program pendidikan yang

dijalankan. Tugas lainnya adalah melakukan pengawasan secara menyeluruh

terhadap jalannya sekolah

Superintendent bertanggung jawab terhadap semua aspek pelaksanaan,

usaha-usaha peningkatan mutu yang dilakukan dan seluruh kegiatan belajar

dan mengajar yang dilaksanakan di sekolah, bertugas membawahi principal

dari SD hingga SMA, sebagai koordinator bidang administrasi, bussines,

maintenance dan facilities serta memberi pertanggungjawaban kepada pihak

The Board of Education

THE BOARD OF EDUCATION

SUPERINTENDENT

Maintenance Staff Maintenance

Assistant

Adminis-trative

Assistant

Business Manager

Security

Information

Staff

Accounting

Cashier

Principal Elementary

School Principal High

School Principal

Middle School

Guidance Councellor

Guidance Councellor

Guidance Councellor

Teaching Staff Pre-

Kindergarten Teaching Staff Kindergarten

Teaching Staff Teaching Staff

Facilities Staff Facilities

Assistant

Page 46: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

73

Principal adalah koordinator dari para guru, bertugas untuk meminta

pertanggungjawaban dari para guru, bertanggung jawab penuh dalam

pelaksanaan peraturan sekolah dan kurikulum

Teaching Staff bertanggung jawab penuh kepada principal terutama

dalam masalah pelaksanaan kurikulum, dan juga sebagai tenaga pengajar

Guidance Counsellor merupakan pihak yang memberi bimbingan dan

nasihat pada siswa, memberi informasi pada siswa dalam usaha unutk

meningkatkan pengetahuan, memberi informasi kepada pihak sekolah dan

orang tua mengenai perkembangan siswa yang bersangkutan

Administration Assistant bertugas sebagai koordinator bagian

administrasi, bertanggung jawab atas masalah data dan arsip, membawahi

sejumlah staff administrasi, bertugas memberi informasi pada pihak luar

mengenai sekolah yang bersangkutan

Administration Staff bertanggung jawab kepada administration

assistant, bertugas dalam pengolahan data dan arsip

Information staff bertugas memberi info pada pihak yang

membutuhkan, bertanggung jawab kepada administration assistant

Bussiness Manager bertugas sebagi koordinator bagian finansial

sekolah, mengontrol besarnya pemasukan dan pengeluaran sekolah, memberi

pertanggungjawaban kepada superintendent

Sekuriti bertugas mengawasi sirkulasi keluar dan masuk lingkungan

sekolah selama kegiatan belajar/mengajar, bertanggung jawab kepada

Administration Assistant, menjaga keamanan lingkungan sekolah

Accounting Staff bertugas melakukan pencatatan finansial yang terjadi,

memberi pertanggungjawaban kepada Bussiness Manager.

Cashier bertugas melakukan pencatatan terhadap sirkulasi uang yang

terjadi, memberi pertanggungjawaban kepada Business Manager

Maintenance Assistant bertugas untuk mengkoordinir penyediaan

perabot dan peralatan yang dibutuhkan bagi kegiatan belajar/mengajar,

bertanggung jawab terhadap masalah pemeliharaan dan perbaikan fisik

bangunan dan fasilitas yang ada, memberi pertanggungjawaban kepada

superintendent

Page 47: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

74

Maintenance Staff bertugas menagani masalah teknis bangunan,

bertanggung jawab terhadap pelaksanaan perbaikan dan pemeliharaan

bangunan, menyediakan peralatan dan perabot yang diperlukan sesuai

permintaan, bekerja di bawah pimpinan Maintenance Assistant

Facilities Assistant bertugas mengkoordinasi penggunaan fasilitas-

fasilitas diluar fasilitas kelas yang dipakai bersama, bertanggung jawab

kepada superintendent

Facilities Staff bertugas mengelola pemakaian fasilitas-fasilitas pada

bangunan, bertanggung jawab kepada Facilities Assistant

• Sistem dan Prosedur

Sistem dan prosedur akan ditetapkan kemudian terutama dalam segi

keuangan dan yang lain yang dianggap penting misalnya dalam hal pembelian

material pengajaran.

3.2.1.5. Evaluasi Yuridis

• Badan Usaha

Bentukan badan usaha akan berupa yayasan dan anggaran dasarnya akan

dibuat bersama-sama partner usaha.

Untuk menetapkan personalia penanggung jawab usaha akan dicari

seseorang yang mampu dan sanggup memimpin usaha ini dan bertanggung

jawab pada yayasan. Orang tersebut akan menerima gaji dan bonus

Status Usaha merupakan gabungan modal uang dan keterampilan. Jenis

Usaha adalah usaha jasa pendidikan yang akan berdomisili di Royal

Residence-Surabaya.

• Izin-Izin

Dalam persoalan perizinan saat ini tidak ada masalah dan sampai saat ini

izin masih terbuka

• Perjanjian-Perjanjian

Perjanjian akan dipikirkan kemudian.

Page 48: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

75

• Pajak-Pajak

Usaha ini akan dikenakan pajak PPn 5% dan pajak perseroan 45% yang

ditarik pada akhir tahun pada keadaan usaha memperoleh keuntungan

3.2.1.6 Evaluasi Finansiil

• Kebutuhan Modal Investasi

Modal investasi diperlukan untuk :

Biaya Bangunan

Nett Area : Efficiency Ratio = Gross Area

13.698 m2 : 0,7 = 19.568 m2

Gross Area x Unit Cost = Building Cost

Unit Cost = Rp 1.500.000 x 1,265 = Rp 1.897.500

19.568 x Rp 1.897.500 = Rp 37.130.280.000

Fixed Equipment

12% x Biaya Bangunan =

12% x Rp 37.130.280.000 = Rp 4.455.633.600

Pengembangan Tapak

15% x Biaya Bangunan =

15% x Rp 37.130.280.000 = Rp 5.569.542.000

Konstruksi Total

Biaya Bangunan + Perlengkapan Tetap + Pengembangan Tapak =

Rp 37.130.280.000 + Rp 4.455.633.600+ Rp 5.569.542.000 =

Rp 47.155.455.600

Penyediaan Tapak

Luas tanah x harga per m2 =

18.132,3 m2 x Rp 1.200.000 = Rp 21.758.760.000

Perlengkapan Bergerak

12 % x Biaya Bangunan =

12% x Rp 37.130.280.000 = Rp 4.455.633.600

Tarif

7 % x Biaya Bangunan =

7% x Rp 37.130.280.000 = Rp 2.599.119.600

Page 49: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

76

Cadangan Darurat

10% Biaya Bangunan =

10% x Rp 37.130.280.000 = Rp 3.713.028.000

Biaya Administrasi

1% x Biaya Bangunan =

1 % x Rp 37.130.280.000 = Rp 371.302.800

Biaya Total =

Biaya Konstruksi + Penyediaan Lahan + Perlengkapan Bergerak + Tarif

+ Cadangan Darurat + Biaya Administrasi =

Rp 80.053.299.600

Rekapitulasi

Biaya bangunan……………Rp 37.130.280.000

Perlengkapan Tetap……….Rp 4.455.633.600

Pengembangan Tapak……..Rp 5.569.542.000

Konstruksi Total…………..Rp 47.155.455.600

Penyediaan Tapak…………Rp 21.758.760.000

Perlengkapan Bergerak…… Rp 4.455.633.600

Tarif………………………..Rp 2.599.119.600

Cadangan Darurat………….Rp 3.713.028.000

Biaya Administrasi …………Rp 371.302.800

Anggaran total……………..Rp 127.208.755.200

3.2.2 Analisa Kebutuhan Ruang

Rekapitulasi : Luas Total Fasilitas Utama : 2258.28 m2

Luas Total Labolatorium : 359,32 m2

Luas Total Fasilitas Olah Raga 836,82 m2

Luas Total Fasilitas Penunjang 1196,14 m2

Luas Fasilitas Pelengkap Pendidikan : 1384.95 m2

Luas Total Fasilitas Pelengkap Non Pendidikan : 132,19 m2

Luas Fasilitas Pelengkap : 838,57 m2

Luas total Fasilitas Administratif : 324.76 m2

Page 50: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

77

Luas total Fasilitas Service : 4276.95 m2

Perhitungan kebutuhan untuk masing-masing ruangan dapat dilihat di lampiran. 3.2.3 Analisa Perilaku Siswa SMP

Page 51: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

61

KARAKTER ISTIK ANAK

SMP

PENJABARAN PENGARUH TEKNOLOGI

DIGITAL

KESULITAN PERILAKU YANG

MENDUKUNG

KEBUTUHAN RUANG

TUNTUTAN DESAIN

Heterogen

Anak SMP yang mendaftar dapat berasal dari SD mana saja dan mereka akan memperoleh banyak teman baru.

Mereka tidak lagi mementingkan suku, ras dan agama

Anak-anak harus diperlakukan sebgai individu yang berbeda, tidak disamaratakan dengan teman-teman lainnya dalam kelompok tersebut

Anak-anak dapat dikelompok kan dalam kelompok-kelompok untuk belajar bersama-sama

Kelas-kelas Tempat untuk berkumpul bersama

Fasilitas yang disediakan harus lebih banyak, kualitas dan kuantitas tenagapenagjar ditingkatkan

Minat setiap nank sudah terlihat dan mereka akan menemui anak dengan minat yang berbeda.

Kesempatan untuk memperoleh informasi di bidang yang mereka minati melalui radio, TV, majalah, buku,

Mereka akan mengembangakn diri dan mencari tahu sesuai dengan bidang yang mereka minati

Perpustakaan Computer centre Kelas Ruang-ruang untuk diskusi

Ruang kelas tidak sekedar menajdi kelas tetapi juga menjasi “subject centre” misalnya: science centre, mathematic centre, etc

Aktivitas kelompok sangat menarik mereka dan mereka dapat menghabiskan seluruh waktunya hanya untuk beraktivitas dengan teman-temannya.

dotA e-mail chatting

Perilaku mereka akan menyesuaikan dengan tuntutan dari kelompoknya masing-masing

Melalui kelompok ini anak-anak belajar mengenai moral dan bagaimana perilaku yang benar untuk bersosialisasi

Ruang-ruang private untuk kelompok-kelompok kecil

“kitty corner”

Page 52: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

62

KARAKTERIS

TIK ANAK SMP

PENJABARAN PENGARUH TEKNOLOGI

DIGITAL

KESULITAN PERILAKU YANG

MENDUKUNG

KEBUTUHAN RUANG

TUNTUTAN DESAIN

ADOLESENCE Pertumbuhan fisik

Anak-anak perempuan mengalami kematangan fisik lebih dahulu. Anak-anak perempuan pada umumnya lebih tinggi dan lebih berat daripada anak laki-laki.

Anak-anak yang “dewasa lebih dahulu” atau “terlambat dewasa” dapat megalami perlakuan yang berbeda dari kelompoknya dan menyebabkan mereka merasa “tertolak”

Merka mau dibimbing orang yang mereka anggap sebagai sosok yang dewasa dan mereka hormati/idolakan

Ruang-ruang khusus untuk bimbingan dan konseling

Butuh ruang dimana siswa dapat berdiskusi dengan gurunya secara pribadi

Perkembangan fisik anak pada usia dan jenis kelamin yang sama bisa sangat berbeda

Page 53: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

63

KARAKTERIS

TIK ANAK SMP

PENJABARAN PENGARUH TEKNOLOGI

DIGITAL

KESULITAN PERILAKU YANG

MENDUKUNG

KEBUTUHAN RUANG

TUNTUTAN DESAIN

Tanda-tanda seksual primer dan sekunder mulai berkembang.

Iklan-iklan yang meunjukkan “kesempurnaan fisik”, hubungan antara fisik yang menarik dengan popularitas,

Ketidakpopuleran akan menghasilkan perasaan kesepian

Perkembangan mental dan intelegensi

Akan ditemui perkembangan mental dan intelegensi yang berbeda-beda antara anak dalam satu kelas.

Aktivitas harus diesuaikan dengan kematangan tiap murid. Aktivitas yang diberikan sebelum mereka siap akan menghasilkan konflik, tingkat penguasaan yang rendah, atau penguasaan yagn akan segera dilupakan.

Ruang bimbingan khusus

Di dalam tiap kelas harus disediakan ruang bimbingan khusus untuk 1 guru dan maksimal 2 siswa

Page 54: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

64

KARAKTERISTIK ANAK

SMP

PENJABARAN PENGARUH TEKNOLOGI

DIGITAL

KESULITAN PERILAKU YANG

MENDUKUNG

KEBUTUHAN RUANG

TUNTUTAN DESAIN

Beberapa anak membutuhkan waktu belajar yang lebih lma

Butuh ruan belajar privat di tiap kelas untuk guru emmbimbing satu atau dua orang secara khusus

Perkembagnan moral dan emosional

Anak-anak sedang engalami badai emosional dan stress dikarenakan perubahan fisik dan tekanan dari lingkungan yang mereka alami

Positif : Media-media digital dapat dijadikan sarana unutk menumpahkan emosi Negative : media digital menambah stress dengan menyajikan fantasi-fantasi yagn mustahil untuk dipenuhi

Mengganggu konsentrasi belajar

Page 55: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

65

KARAKTERISTIK ANAK

SMP

PENJABARAN PENGARUH TEKNOLOGI

DIGITAL

KESULITAN PERILAKU YANG

MENDUKUNG

KEBUTUHAN RUANG

TUNTUTAN DESAIN

ADOLESCENCE CULTURE

Peer culture

Teman sebaya memberi pengaruh yang sangat penting Mereka lebih mempercayai dan “mendengarkan” perkataan teman-teman mereka

Informasi dari Guru menjadi “tidak begitu penting”

Arahkan mereka untuk mencari tahu dan memperoleh informasi dari teman-teman mereka (saling memberi tahu)

Ruang kelas

Kelas harus didesain agar mereka daapt belajar secara berkelompok dengan nyaman dan membuat mereka merasa “diterima”

Partisipasi dalm kegitan oleh raga menjadi sarana bagi siswa laki-laki untuk memperoleh statusnya

e-sport : winning eleven

Mereka seringkalimenghabiskan waktu lebih untuk “berolahraga” daripada untuk belajar

Lapangan outdoor

Desain tempat untuk berolah raga : “to see and to be seen”

Page 56: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

66

KARAKTERISTIK ANAK

SMP

PENJABARAN PENGARUH TEKNOLOGI

DIGITAL

KESULITAN PERILAKU YANG

MENDUKUNG

KEBUTUHAN RUANG

TUNTUTAN DESAIN

Hubungan yang sukses denagn anak laki-laki menjadi simbol status bagi anak perempuan.

Ruang-ruang privat untuk bersosialisasi

Ruagn-ruang privat yang terawasi

Kesuksesan dalam pelajaran dihargai secara berbeda dan seringkali menghasilkan penghukuman dari kelompoknya

Aktivitas social

Jalan-jalan ke mall, pertandingan olehraga sekolah, berkendaraan bersama, perayaan-perayaan, keluar malam, OSIS

Aktivitas social bersaing dengan aktivitas untuk belajar (dalam hal waktu)

Ruang / zona khusus untuk siswa

pengawasan

Mereka menghabiskan uang sakunya untuk aktivitas ini

Page 57: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

67

KARAKTERISTIK ANAK SMP

PENJABARAN PENGARUH TEKNOLOGI DIGITAL

KESULITAN PERILAKU YANG MENDUKUNG

KEBUTUHAN RUANG

TUNTUTAN DESAIN

Timbul konflik anatara orang tua dengan teman-teman mereka katrena orang tua tidak suka dengan teman-teman mereka.

Media massa

Remaja adalah pangsa pasar yang paling ideal untuk media komunikasi

Media massa menjadi kontributor utama yang akan mengkonfrontasikan kepercayaan, sikap dan tingkah laku mereka

Penggunaan media digital dpat menimbulkan miss-komunikasi dengan orang tua mereka yang melihat sisi negatif dari informasi yang disampaikan oleh media tersebut

Page 58: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

68

KARAKTERIS

TIK ANAK SMP

PENJABARAN PENGARUH TEKNOLOGI

DIGITAL

KESULITAN PERILAKU YANG

MENDUKUNG

KEBUTUHAN RUANG

TUNTUTAN DESAIN

Mereka sedang membangun rasa percaya diri mereka

Skills are intellectual Mereka yang tidak cakap secara fisik akan berusaha untuk membangun kemampuan otak dan pengetahuan mereka dan hal ini sangat dipermudah dengan adanya media-media digital

(salah satunya) Electronic pollution Radiasi dari monitor dan peralatan elektronika lainnya

(salah satunya) Yang berkembang adalah hand-eye coordination

Anak prempuan ingin berteman dekat dengan anak laki-laki sedangkan kebudayaan yang ada tidak mengizinkan mereka untuk “memulai lebih dahulu”

Page 59: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

69

KARAKTERIS

TIK ANAK SMP

PENJABARAN PENGARUH TEKNOLOGI

DIGITAL

KESULITAN PERILAKU YANG

MENDUKUNG

KEBUTUHAN RUANG

TUNTUTAN DESAIN

Home ,school and community centered

Mereka menginginkan ruangan yang dapat menjadi milik mereka pribadi dan tempat untuk menyimpan barang-barang pribadi mereka

Computer memnuat belajar jadi personal (personalized learning)

Beberapa computer di tiap kelas

Mereka sedang menanti masa dimana mereka tidak perlu lagi “meminta izin” kepada orang tua unutk melakukan segala sesuatunya

Mereka belum dapat menerima perubahan secara katastropik

Page 60: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

70

KARAKTERISTIK ANAK

SMP

PENJABARAN PENGARUH TEKNOLOGI

DIGITAL

KESULITAN PERILAKU YANG

MENDUKUNG

KEBUTUHAN RUANG

TUNTUTAN DESAIN

Mereka menyukai ssuatu yang instant dan tidak menyukai proses

Page 61: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

101

3.3 Perencanaan Bangunan

3.3.1 Fasilitas Bangunan

Fasilitas-fasilitas yang ada pada proyek dapat dibagi sebagai berikut :

Fasilitas utama yang terdiri dari ruang-ruang kelas dan ruang guru

Gambar 3.1 General Classrooms

Fasiltas penunjang yaitu gymnasium dan perpustakaan

Gambar 3.2 Gymnasium

Page 62: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

102

Gambae 3.3 Library

Fasilitas pelengkap yaitu auditorium dan kantin

Gambar 3.4 Meeting Room

Fasilitas administrative berupa kantor-kantor pengelola

Fasiltias service

Luasan fasilitas hasil perancangan lebih besar daripada perhitungan luasan

bangunan pada perencanaan karena adanya beberapa faktor yaitu :

Page 63: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

103

Bentukan masa bangunan disesuaikan dengan modul bangunan

Penggunaan konsep sirkulasi yang membuat suatu atrium yang luas dengan

void yang memungkinkan orang di lantai satu dapat melihat ke lantai dua, dimana

dalam perhitungan semula hal ini dihitung hanya sebagai hall kecil saja.

Gambar 3.5 Hall di depan kelas

3.3.2 Pola Penataan Massa Bangunan

Bangunan direncanakan sebagai bangunan satu massa yang terdiri dari

bangunan entrance, bangunan administrasi, ruang-ruang kelas, kantin,

perpustakaan, dan gymnasium. Hal ini dilakukan untuk mempermudah

pengawasan antar fasilitas.

Page 64: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

104

Gambar 3.6 Site Plan

Bentuk bangunan diambil dari perilaku siswa ketika belajar yaitu dari konsep

“moving class” itu sendiri dimana bentukan yang linier cenderung membuat orang

untuk bergerak (D.K. Ching).

Penataan ruang dipengaruhi oleh modul kelas.

Mengingat fungsi dari ruang-ruang tersebut sebagian besar adalah sebagai

ruang kelas yang memerlukan privacy-nya masing-masing maka ruang tidak

didesain untuk menjadi ruang-ruang yang menyatu (unbroken space) sehingga

dengan demikian setiap peserta didik akan lebih mudah untuk berkonsentrasi.

Namun, mengingat tahap perkembangan anak SMP yang telah mulai untuk

berpikir secara abstrak maka penataan zona-zona belajar di dalam kelas tidak

dibatasi dengan partisi fisik sehingga terjadi open plan arrangement di dalam

kelas.

Ruang sirkulasi yang menghubungkan ruang-ruang yang ada dalam bangunan

akan menempati luas sekitar 30% dari luas bangunan. Sedangkan bentuk dari

ruang-ruang sirkulasi ini adalah berupa koridor.. Selain itu sirkulasi berupa

koridor akan cenderung membuat orang yang berada didalamnya untuk bergerak

sehingga diharapkan setelah keingintahuan anak tersebut terangsang, mereka akan

bergerak untuk mencari jawaban atas keingintahuan tersebut.

Page 65: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

105

Peletakan bangunan di atas tapak juga dipengaruhi oleh peraturan daerah

setempat yaitu GSB sehingga bangunan dimundurkan 5 meter dari jalan. Pola lalu lintas di luar tapak mempengaruhi peletakan pintu masuk baik

pintu masuk utama maupun pintu masuk samping (side enterance). Peletakan

pintu masuk ini akan mempengaruhi orientasi bangunan . Main enterance

bangunan akan dihadapkan ke jalan utama namun pintu masuk bagi kendaraan

bermotor dipisahkan sehingga tidak terjadi kemacetan.

Bangunan di sekitar tapak tidak mempengaruhi orientasi bangunan karena di

sekitar tapak belum terdapat landmark.

Gambar 3.7. Perspektif Bird Eye View

3.3.3 Bentuk dan Tampilan Bangunan

Bangunan dirancang untuk kontras dengan lingkungan sekitarnya namun

tidak ekstrem sehingga masih terlihat kesinambungan atara bangunan dengan

kawasannya. Karena Royal Residence adalah kawasan real estate yang

menggunakan style klasik maka bangunan ini juga menggunakan style klasik,

namun ada tuntutan agar bangunan ini menjadi landmark. Oleh karena itu

bangunan harus terlihat lebih megah sehingga akhirnya dipilih style klasik yang

mengarah pada puri (castle) di zaman klasik

Page 66: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

106

Bangunan dirancang agar memberikan kesan bahwa anak-anak aman

didalamnya. Oleh karena itu bangunan harus terkesan kokoh

Gambar 3.8. Tampak Depan

Bangunan juga dirancang agar agar timbul kesan bahwa anak-anak tidak

perlu takut untuk masuk ke dalamnya. Hal ini dicapai dengan menggunakan

permainan skala khususnya pada pintu masuk. Skala yang digunakan adalah skala

manusia dan bukan skala monumental/keagungan.

Gambar 3.9 Perspektif Entrance

Bangunan sengaja didesain mengikuti tipologi sekolah pada umumnya agar

dapat menunjukkan bahwa bangunan ini adalah sekolah formal namun memiliki

nilai plus

Page 67: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

107

Denah merupakan bentuk geometris yang menyatakan kesederhanaan.

Gambar 3.10 Lay Out Plan

Bentuk yang menjadi point of interest diletakkan pada ending dari

keseluruhan sirkulasi linier. Didalamnya adalah perpustakaan. Bentuk ini menjadi

point of interest karena ukurannya yang lebih besar dan tinggi serta kemiringan

atapnya yang lebih curam Dengan demikian, gedung ini akan menonjol dalam skala urban dan dapat

menjadi salah satu marketing tools yang efektif untuk membangun brand dan

memperkuat positioning sekolah di mata publik. Selain itu, bangunan ini akan

menjadi landmark pada skyline Surabaya Barat dan menjadi salah satu ikon yang

akan menegaskan progres dan perkembangan ekonomi finansial yang signifikan

dari kawasan ini.

3.3.4 Penataan Ruang dalam Bangunan

Susunan dan pengelompokan ruang diatur menurut kebutuhan dari tiap

zoning. Bagian selatan yang berbatasan dengan jalan local primer digunakan

untuk fasilitas umum yaitu auditorium, gymnasium, kantin dan loading dock

dimana persyaratan dari kedua fasilitas ini tidak menuntut ketenangan.

Page 68: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

108

Bagian barat tepatnya di sisi belakang tapak digunakan untuk kelas-kelas

karena daerah ini adalah daerah yang paling tenang. Bagian timur tapak di sebelah

belakang digunakan untuk kolam. Adanya kolam disini dimaksudkan sebagai

perluasan sungai yang mengalir di sisi timur tapak.

Gambar 3.11 Penataan Ruang

Gambar 3.12 Perspektif Kolam

Page 69: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

109

3.3.5 Sistem Struktur

Struktur yang digunakan adalah struktur rangka dengan kolom dan balok

beton. Pada ruang konferensi digunakan balok beton prestress untuk memenuhi

tuntutan akan bentangan yang lebar. Sedangkan dimensi untuk balok yang lain

merupakan kelipatan 18 cm dimana 18 cm adalah modul kayu bekisting yang

umum digunakan di lapangan.

Gambar 3.13 Axonometri Struktur

Pemilihan sistem struktur juga dipengaruhi oleh modul kelas

Rangka atap terdiri dari kuda-kuda, gording, penggantung gording dan ikatan

angin atap . Karena bentangan yang cukup lebar maka untuk kuda-kuda

digunakan baja WF 300x150x6.5x9, sedangkan utnuk gording digunakan baja

Light LIP Channel ukuran 150x50x20x3,2, Ikatan angin atap menggunakan besi

polos diameter 10 mm dan penggantung gording juga menggunakan besi polos

diameter 10 mm

Page 70: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

110

Gambar 3.14 Detail Kuda-Kuda Baja

Setiap sudut denah digunakan sebagai zona service. Zona ini menggunakan

modul 6x7. Selain karena tuntutan dari tampilan bangunan, zona ini juga secara

fungsional berperan sebagai tempat untuk shaft. Akibat modul yang berbeda maka

digunakan beberapa buah balok konsol sepanjang 1 meter yang menumpu pada,

kolom di zona ini.

Page 71: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

111

Gambar 3.15 Peletakan Zona Service

Selain itu, akibat peruabhan ini maka pada beberapa tempat dinding dibuat

rata lunas, bukan as ke as.

Dasar pemilihan pondasi adalah efektif dan efisien. Efektif berarti sesuai

dengn daya dukung, efisien berarti menyangkut nilai ekonomis, pelaksanaan

mudah, hemat perawatan dan berkaitan dengan nilai investasi proyek di masa

depan. Oleh karena itu digunakan pondasi tiang pancang beton produksi PT.

Beton Elemenindo Perkasa.

Page 72: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

112

Gambar 3.16 Rencana Pondasi

3.3.6 Pemilihan Bahan Bangunan

Bahan bangunan dipilih untuk memperkuat kesan klasik. Oleh karena tiu

tidak digunakan bahan-bahan yang mengkilat. Material utama yang akan

digunakan sebagai wall cladding adalah batu granit mentah warna kuning

sedangkan untuk atap akan digunakan bahan berupa tegola. Untuk skylight

Page 73: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

113

digunakan polikarbonat yang berwarna cokelat. Warna cokelat dipilih selain agar

tidak menimbulkan panas yang berlebihan pada void juga agar tidak mengganggu

tampilan atap secara keseluruhan.

3.3.7 Perlengkapan Pelayanan dan Utilitas Bangunan

Meliputi perlengkapan mekanikal, elektrikal dan pelayanan untuk

transportasi di dalam bangunan, yang berpengaruh terhadap perancangan

bangunan juga tentang peletakan, jumlah, jarak satu dengan yang lain serta

persyaratan yang disesuaikan dengan dasar perancangannya

3.3.7.1 Uraian Singkat Perencanaan Tata Udara Dan Ventilasi Mekanis (Air

Conditioning And Mechanical Ventilation Design Features) Secara

Konseptual

Perencanaan instalasi tata udara untuk suatu bangunan umumnya bertujuan

mengkondisikan udara di dalam ruangan untuk kenyamanan penghuni dan atau

untuk memenuhi persyaratan peralatan yang terpasang di ruangan tertentu. Sistem pengkondisian penataan udara dalam suatu bangunan meliputi usaha-

usaha antara lain sebagai berikut :

• Menurunkan suhu udara di dalam ruangan sehingga tercapai suatu suhu

ruangan yang secara standard maupun permintaan memenuhi

• Menurunkan kelembaban relatif di ruangan sehingga dicapai suatu kondisi

yang secara standard atau permintaan memenuhi

• Mengatur agar kualitas udara yang bersirkulasi di dalam ruangan cukup bersih

dengan standard yang lazim berlaku

• Memberi udara segar ke dalam ruangan dengan jumlah yang memenuhi

standard sesuai dengan kebutuhan dan fungsi ruangan

• Mengatur aliran udara di dalam ruangan sehingga distribusinya merata

• Mengatur dengan sistem ventilasi mekanis agar pertukaran udara di ruangan-

ruangan tetap memenuhi syarat

• Mengatur bila terjadi kebakaran agar asap yang timbul dapat

dikendalikan/dikeluarkan (smoke exhaust)

• Mengatur bila terjadi kebakaran agar tangga/jalan keluar (escape route) bebas

asap dengan sistem presurisasi

Page 74: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

114

Gambar 3.17 Peletakan Ruang AHU

Untuk gymnasium, sistem AC yang digunakan adalah CAV with reheat

karena kegiatan di dalam gymnasium adalah kegiatan yang membuat orang

berkeringat sehingga kelmbaban di dalam ruangan ini relatif tinggi

Untuk ruang-ruang kelas digunakan system AC central karena jumlah orang

di dalam setiap ruangan adalah tetap dan kegiatan yagn dilakukan di dalam setiap

ruangan relatif sama serta waktu penggunaan setiap ruagan adalah sama

3.3.7.2 Uraian Singkat Instalasi Sistem Listrik Secara Konseptual

• Uraian Singkat Sistem

Sistem distribusi tenaga listrik dimulai dari supply tegangan menengah

20 kV dari jaringan PLN yang terdekat dan diterima di panel TM yang ada di

ruang utilitas pengguna. Dari panel TM suplly daya akan ditransfer ke panel

distribusi utama (main distribusion panel-MDP) TR melalui beberapa unit

transformator penurun tegangan dengan kapasitas yang dapat disesuaikan

dengan kebutuhan .

Page 75: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

115

Sistem distribusi akan menggunkan tipe radial dimana tiap pusat beban

akan langsung di-suplly dari panel distribusi utama TR melalui kabel daya

Khusus untuk beban pemadam kebakaran seperti pompa hidran dan

semua peralatan penunjang baik untuk peringatan, pemadaman dan evakuasi

menggunakan kabel tahan api.

Sistem proteksi yang digunakan unutk mengurangi/menghilangkan

bahaya lanjut dari suatu gangguan pada sistem distribusi adalah proteksi arus

hubung singkat (short circuit), proteksi beban lebih (over load), proteksi

gangguan tegangan (over/under voltage), proteksi gangguan arus tanah (earth

fault), proteksi daya balik (power reverse), proteksi sambaran petir (lightning

stroke) dan surja hubung (switching surge)

Grounding sistem listrik akan digunakan sistem TN-C dan TN-S.

Grounding khusus harus disiapkan untuk peralatan yang sensitif seperti

komputer, PABX, CCTV

Sistem penangkal petir menggunakan penhantar penurunan dengan

coaxial cable yang dihubungkan langsung ke elektroda pentahanan.

• Distribusi Daya Listrik Darurat

Daya listrik darurat akan didstribusikan pada semua sistem yang

menyangkut keselamatan seseorang mendapatkan prioritas utama antara lain :

sitem deteksi kebakaran, fan untuk peresurisasi, fan utnuk menghisap asap,

pompa kebakaran sistem komunikasi untuk evakuasi, Lampu penerangan 50-

60 %, Power outlets (receptacles) 100 %, Sistem tata udara dengan kapasitas

agak berkurang

Gambar 3.18 Skema Distribusi Listrik

Page 76: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

116

Gambar 3.19 Letak Ruang MDP

.

MDP diletakkan pada massa yang berada di tengah agar kabel-kabel yang

menghubungkan MDP dengan tiap-tiap massa tidak terlalu panjang.

Semua kabel dilewatkan di bawah tanah agar tidak muncul banyak tiang

listrik di dalam site. Oleh karena itu disediakan cable trench dengan kedalaman 1

meter.

3.3.7.3 Uraian Singkat Instalasi Plumbing Secara Konseptual

• Sistem air bersih

Sumber utama air bersih diambil dari PAM dan sebagai cadangan

apabila aliran dalam PAM terganggu disediakan sumur dalam (deep well)

Untuk meningkatkan kualitas dari air PAM dan sumur dalam

dipergunakan saringan pasir , dimana fungsi saringan pasir adalah untuk

menyaring partikel-partikel halus yang terbawa dalam aliran

Kapasitas tangki air terdiri dari tangki persediaan air untuk kebutuhan

air bersih selama satu hari serta cadangan air pemadam kebakaran untuk 60

menit pemompaan terus menerus

Page 77: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

117

Air bersih didapat dari PDAM. Dari PDAM, air bersih masuk ke dalam

meter air kemudian disalurkan dan disimpan di tandon bawah. Dari tandon

bawah air dipompa ke tandon atas. Dari tandon atas, penggunaan air terbagi

menjadi dua. Yang pertama air masuk ke pipa-pipa distribusi dan kemudian

didistribusikan ke lantai-lantai. Yang kedua, air digunakan untuk sistem

pemadam kebakaran

. Sistem pendistribusian yang digunakan adalah sistem down feed

dengan tandon atas. Penggunaan tandon atas memiliki kelebihan yaitu lebih

hemat listrik. Jika listrik mati air bisa tetap jalan sehingga pompa tidak cepat

rusak. Kapasitas tandon atas adalah gabungan dari kapasitas untuk air bersih

dan untuk air kebakaran. Tandon ini dibagi menjadi dua ruangan untuk

mempermudah pengurasan dan agar distribusi air selama pengurasan tetap

berjalan.

Untuk pemipaan, air disalurkan melalui pipa yang melalui shaft. Pipa

yang digunakan adalah pipa jenis GIP (Galvanized Iron Pipe). Pemilihan jenis

pipa ini menyesuaiakan dengan tekanan kerja pada pipa

Pompa distribusi yang digunakan adalah pompa sentrifugal dengan

penggerak motor listrik dan motor diesel. Pompa utama dilengkapi dengan

pompa cadangan dan jockey. Jockey untuk memacu air, sedangkan pompa

cadangan untuk partner bagi pompa utama.

Gambar 3.20 Skema Distribusi Air Bersih

Pengaruh sistem distribusi air pada perencanaan bangunan

zoning : pengelompokan daerah disesuaikan dengan perlengkapannya

dan sistem yang ada. Dipilih jarak yang terpendek.

struktur : integrasi pemipaan dengan struktur, peralatan terutama tandon

memberikan beban tambahan pada struktur.

Page 78: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

118

Perhitugan volume kebutuhan air bersih dan dimensi tandon dapat

diuraikan sebagai berikut :

Kebutuhan air per hari :

Perpustakaan dengan kapasitas 360 orang (100 liter/orang /hari, 6 jam

efektif) perhitungan: 360 x 50 =18000 liter = 18 meter kubik

Kelas-kelas denga kapasitas 360 orang (50 liter/orang/hari , 6 jam

efektif). Perhitungan : 360x50= 18000 liter = 18 meter kubik

kantor pengelola dengan kapasitas 50 orang (100 liter/orang/hari, 8 jam

efektif) PErhitungan = 50x100=5000 liter = 5 meter kubik

Kafetaria dengan kapasitas 360 orang (60 liter/orang/hari, 6 jam efektif).

Perhitugnan : 360x60=21600 liter =21,6 meter kubik

Dimensi tandon bawah= kebutuhan + cadangan + kebakaran = 62,6 +

62,6 + 30 = 155,2 meter kubik

• Sistem air kotor

Pembuangan air kotor dari seluruh gedung disalurkan menuju sumur

resap karena lahan masih luas

Pada lantai basement dimana air kotor tidak dapat mengalir secara

gravitasi maka pengaliran dilakukan dengan cara pemompaan

Pembuangan dari dapur dan kantin terlebih dahulu melalui perangkap

lemak (grease trap)

Beberapa prinsip yang digunakan dalam sistem pembuangan adalah

bersih, cepat, tidak berbau, lancar, pemeliharaan, tidak menimbulkan polusi,

ketersediaan (kemungkinan dilaksanakan) dan teknologi yang ada.

Secara vertikal pipa air kotor melalui shaft sedangkan secara horisontal

pipa memiliki kemiringan sebesar 1% dari jarak horisontal yang ditempuh.

Air kotor dari dapur kafetaria dilewatkan perangkap lemak terlebih dahulu.

Air kotor dan kotoran mulai dipisahkan sejak dari alat-alat plambing,

Kotoran masuk ke saluran vertikal untuk kotoran di shaft hingga tiba di

saluran horisontal. Dari saluran horisontal, kotoran masuk ke septik tank.

Untuk air kotor, air kotor masuk ke saluran vertikal untuk air kotor di shaft

Page 79: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

119

hingga tiba di saluran horisontal . Dari saluran horisontal, air kotor disalurkan

ke sumur resap

Saluran pembuangan pipa pembuangan adalah saluran tertutup . Untuk

buangan air kotor dan kotoran digunakan pipa PVC karena mudah dipasang

tahan karat, tahan zat kimia, dan mampu menahan tekanan tinggi. Sedangkan

untuk buangan air dari dapur tidak digunakan pipa PVC tetapi pipa GIP

karena lemak mudah menempel pada pipa PVC, buangan air dari dapur yang

terkadang disiram air panas membuat pipa menjadi mudah leleh. Selain itu,

lemak masakan menyebabkan pipa cepat buntu.

Shaft ada di tiap WC dan dibuat melebar. Hal ini untuk mempermudah

pekerjaan perbaikan pipa. Untuk air kotor belokan dibuat panjang.

Gambar 3.21 Skema Sistem Pembuangan Air Kotor

Page 80: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

120

Gambar 3.22 Detail Sumur Resap

• Sistem Pembuangan Air Hujan

Air hujan dibiarkan jatuh bebas. Pada sekeliling bangunan diberi saluran air

hujan dengan bak kontrol tiap 10 meter. Air hujan dari bak kontrol akan

dibuang ke saluran kota melalui beberapa saluran pembuangan.

Page 81: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

121

Gambar 3.23 Skema Sistem Pembuangan Air Hujan

Gambar 3.24 Detail Bak Kontrol

3.3.7.4 Uraian Singkat Instalasi Sistem Pemadam Kebakaran Secara Konseptual

Pengendalian terhadap kebakaran yang digunakan ada dua macam yaitu

pengendalian aktif dan pengendalian pasif.

Pada tapak disediakan perkerasan untuk mobil PMK Untuk halaman

disediakan hidran halaman dengan jarak antar hidran 60 meter juga dilengkapi

dengan sebuah kopling siam kembar (siamese connection)

Page 82: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

122

Gambar 3.25 Perkerasan Untuk PMK

Mengingat banyaknya jumlah orang dalam satu lantai maka di tiap lantai

disediakan lebih dari satu tangga kebakaran. Arah bukaan pintu-pintu tempat

massa berkumpul seperti kelas, auditorium,ruang guru, dsb dibuat membuka ke

arah luar (selasar) agar memudahkan evakuasi.

Ada sumber listrik darurat yang akan bekerja saat PLN mati. Untuk

memadamkan sumber api, digunakan fire hose, sprinkler dan PAR. Air untuk fire

hose dan sprinkler diambil dari tandon atas. Pada bangunan juga dipasang

detektor. Sumber api akan memicu bekerjanya detektor. Detektor akan

memeberikan sinyal ke panel kontrol Sinyal yang diterima ini akan bereaksi

dengan memutuskan aliran listrik dan menyalakan alarm kebakaran

Page 83: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

123

Gambar 3.26 Arah Evakuasi

Gambar 3.27 Detail Hidran

Page 84: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

124

3.3.7.5 Uraian Singkat Mengenai Instalasi Sistem Elektronik Secara Konseptual

Yang termasuk dalam sistem elektronik adalah Sistem tata suara (sound

system) dan sistem telekomunikasi (telecommunication system)

Adapun uraian dari masing-masing sistem dapat dilihat pada pembahasan

lebih rinci dibawah ini.

• Sistem Tata Suara

Fungsi utama sistem tata suara dalam setiap gedung dapat diuraikan

berdasarkan prioritas yakni sebagai alat evakuasi dan panggilan darurat,

sebagai alat panggilan per zona (paging call), sebagai alat pemberi latar

belakang musik (back ground music), sebagai alat panggil sopir/mobil (car

call system untuk sistem yang terpisah)

Agar dapat berfungsi sebagai alat evakuasi diperlukan suatu sinyal

informasi mengenai keadaan bahaya. Biasanya keadaan darurat adalah

kebakaran. Bila terjadi kebakaran panel utama kebakaran secara otomatis

harus selalu mengirimkan sinyal kepada panel tata suara.

Di dalam perencanaan sistem tata suata ini perlu diperhitungkan tingkat

kebisingan setiap tempat (noise level) dan intensitas suara yang diproduksi

harus bisa melebihi tingkat kebisingan sebesar 6-15 dB

Sistem tata suara dibutuhkan karena banyak ruangan yang harus dilayani.

Sistem tata suara memungkinkan dilakukannya pengumuman secara serentak.

Sumber sinyal suara datang dari ruang tertentu dimana didalamnya terdapat

microphone, tape deck untuk melakukan siaran ke ruang-ruang. Dari sini

sinyal suara diteruskan ke amplifier untuk diperkuat kemudain diteruskan ke

panel-panel distribusi untuk kemudian diteruskan ke speaker di ruang-ruang.

• Sistem Telekomunikasi

Di dalam perencanaan sistem komunikasi digunakan penghantar (kabel)

dengan kualitas prima yaitu kabel UTP (Unshielded Twisted Pair Cable).

Dengan menggunakan kabel tersbut kita dapat mengantisipasi kemajuan

teknologi ISDN (Integrated Service Digital Network) dimana dengan

teknologi ISDN dituntut adanya penghantar yang mampu unutk membawa

informasi digital berupa suara (voice), data, gambar(image) dengan

Page 85: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

125

menghilangkan keterbatasan kabel tipe lama seperti bandwidth (lebar

band/pita), kecepatan, dan interferensi.

Mengingat banyaknya ruangan yang harus dilayani dalam gedung ini

maka tidak memungkinkan jika hanya menggunakan satu atau dua pesawat

telepon. Oleh karena itu digunakan PABX

Perencanaan telekomunikasi menggunakan sambungan langsung PT

Telkom berupa fasilitas telepon, facsimile dan telex serta penggunaan bersama

saluran telepon melalui sistem PABX (Private Automatic Branch Exchange )

untuk keperluan manajemen gedung, komunikasi internal dan lainnya

Dari Telkom sinyal akan diteruskan ke PABX. PABX ini juga dijaga oleh

operator. Dari PABX, sinyal diteruskan ke main junction box untuk kemudian

diteruskan ke pesawat-pesawat telepon.

Gambar 3.28 Letak Ruang Operator/PABX

Ruang operator diletakkan pada massa yang letaknya relatif di tengah

agar kabel-kabel yang digunakan tidak terlalu panjang

Page 86: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

126

Ruang operator juga diletakkan di sisi ruang AHU agar ruang selalu

dingin sehingga kerusakan komponen-komponen elektronik PABX akibat

panas dapat diminimalisasi

3.3.7.6 Sistem Sampah

Sistem pembuangan sampah yang digunakan adalah carry out system yaitu

sampah dikumpulkan dahulu secara horisontal dengan sapu, alat hisap, dan

sebagainya lalu dikumpulkan pada bak pengumpul. Sistem ini dipilih mengingat kemungkinan sampah dari ruang-ruang adalah

sampah kering sehingga tidak perlu menggunakan media pembawa seperti air

utuk membuangnya, selain itu juga tidak membutuhkan bahan kimia untuk

mengolahnya.

Gambar 3.29 Skema Sistem Pembuangan Sampah

3.3.7.7 Sistem Penangkal Petir

Prinsip utama penangkal petir adalah menyediakan jalur dari logam ke

taanh untuk menyalurkan sambaran petir , supaya tidak lewat bagian bangunan

non-konduktor.

Lokasi rawan petir meliputi daerah basah dan berair, terbuka, banyak

pepohonan tinggi, dekat trafo atau gardu induk

Lokasi terlindung petir meliputi bangunan denga penangkal petir,

bangunan konstruksi baja dengan pentahanan baik

Faktor penentu dalam perencanaan system penangkal petir adalah

keamanan teknis, diameter hantaran pentahanan, ketahanan mekanis, ketahanan

korosi, bentuk bangunan, ukuran bangunan, faktor ekonomis.

Rumus perhitungan:

R = A + B + C + D + E (3.1)

Page 87: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

127

Penjelasan untuk penentuan index :

A= Macam struktur bangunan

B= Konstruksi bangunan

C=Tinggi bangunan

D= Situasi bangunan

E= Pengaruh kilat

R= Resiko total

Dari hasil perhitungan “R” dapat ditentukan perlu tidaknya sebuah

bangunan diberi system penangkal petir

Karena perhitungan menunjukkan angka dibawah 15 maka banguan

sebenarnya tidak membutuhkan penangkal petir namun karena saat ini lokasi

banguann adalah diantara lahan kosong maka pada bangunan tetap dipasang

penangkal petir berupa Franklin Rod yang diletakkan pada puncak atap yang

tertinggi yaitu pada bangunan perpustakaan.

Gambar 3.30 Penangkal Petir

Penggunaan Franklin Rod sesuai dengan pertimbangan aman dan praktis karena

satu buah tongkat bias melindungi area dengan diameter 100 m.

Page 88: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

128

3.4 Pendalaman Karakter Ruang

3.4.1 Mata Pelajaran Sains

Standar kompetensi lulusan SMP untuk mata pelajaran Sains dirumuskan

dengan mempertimbangkan standar kompetensi yang telah dikuasai oleh lulusan

Sekolah Dasar dan juga tingkat perkembangan mental siswa SMP. Oleh karena

posisi institusi SMP yang berkeinginan untuk melanjutkan baik ke SMA maupun

ke SMK, maka rumusan standar kompetensi untuk mata pelajaran juga

memperhatikan hal-hal tersebut.

Standar kompetensi untuk suatu mata pelajaran juga tidak dapat lepas dari

karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Ada mata pelajaran yang selain

memiliki peluang untuk mengembangkan kemampuan aspek kognitif, juga

memiliki peluang lebih banyak untuk mengembangkan kemampuan psikomotor

dibandingkan mata pelajaran lainnya. Demikian pula pengembangan aspek

afektif, tidak akan sama antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran

yang lain.

Mata pelajaran Sains memiliki peluang yang seimbang baik untuk

mengembangkan kemampuan dalam aspek kognitif, psikomotor, maupun afektif.

Untuk suatu materi tertentu dari Sains ada yang bersifat hierarkhis, ada pula yang

tidak. Materi yang hierarkhis harus dipelajari dengan mendahulukan materi yang

menajdi prasyaratnya.

Sebagi ilmu, Sains memiliki aspek proses dan produk. Oleh karena itu,

karakteristik ini pun perlu diperhatikan

3.4.1.1 Karakteristik Keilmuan Sains

Pada aspek Biologis, Sains mengkaji berbagai persoalan yang berkait

dengan berbagai fenomena pada makhluk hidup pada berbagai tingkat organisaasi

kehidupan dan interaksinya dengan faktor lingkungan, pada dimensi ruang dan

waktu. Untuk aspek fisik, Sains memfokuskan diri pada benda tak hidup, mulai

dari benda tak hidup yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari seperti air, tanah

dan udara, batuan dan logam, sampai dengan benda yang berada di luar bumi

dalam susunan tata surya dan sistem galaksi di alam semesta. Untuk aspek kimia,

Sains mengkaji berbagai fenomena kimia baik makhluk hidup maupun pada

Page 89: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

129

makhluk tak hidup yang ada di alam semesta. Ketiga aspek tersebut dikaji secara

simultan sehingga menghasilkan konsep yang utuh , yang menggambarkan

konsep-konsep dalam bidang kajian Sains. Khusus untuk materi bumi dan

antariksa dapat dikaji secara lebih dalam dari segi struktur maupun kejadiannya.

Dalam penerapannya, Sains juga memiliki peranan penting dalam

perkembangan peradaban manusia, baik dalam hal manusia mengembangkan

berbagai teknologi yang dipakai untuk menunjang kehidupannya, maupun dalam

hal menerapkan kosep Sains dalam kehidupan bermasyarakat, baik aspek politik,

ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan-keamanan. Oleh karena itu, struktur

Sains juga tidak dapat dilepaskan dari peranan Sains dalam hal tersebut.

3.4.1.2 Struktur Keilmuan Sains

Agar siswa SMP dapat mempelajari Sains dengan benar maka Sains harus

dikenalkan secara utuh baik menyangkut objek, persoalan maupun tingkat

organisasi dari benda-benda di jagat raya

Dimensi objek sains meliputi :

• Benda-benda hidup mencakup (a) plantae(tumbuhan) (b) animalium (hewan)

termasuk di dalamnya manusia © fungi (jamur) (d) protista, (e) archebacteria,

dan (f) eubacteria.

• Benda tak hidup mencakup (a) bumi (tanah, batuan , air, udara), (b) tata surya,

© galaksi, dan (d) jagat raya (alam semesta)

Berdasarakn tinjauan dari segi dimensi tingkat organisasi benda dalam

alam dapat dibuat garadasi mulai dari (a) sub-atom (proton, elektron dan neuron),

(b) atom , © molekul, (d) unsur, senyawa dan campuran, (e) zat, dan (f) benda.

Dimensi tema/persoalan Sains dapat dikaji dari aspek-aspek berikut

(Walden University, 2002), yaitu :

• Tema /persolaan Sains sebagai proses penemuan (sience as inquiry):

menyangkut (a) penemuan ilmiah (b) metode ilmiah

• Tema/persoalan Sains dari aspek fisika (physical scoience) menyangkut : (a)

sifat materi dan perubahan sifat dalam materi, (b) gerak dan gaya, © transfer

energi

Page 90: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

130

• Tema/persoalan Sains dari aspek biologi (living science) menyangkut : (a)

struktur dan fungsi dalam sistem kehidupan, (b) reproduksi dan penurunan

sifat, © regulasi dan tingkah laku, (d) populasi dan ekosistem, (e) keragaman

dan adaptasi organisme

• Tema /persoalan Sains dari aspek bumi dan antrariksa (earth and space

science) ,mengkaji : (a) struktur sistem bumi, (b) sejarah pembentukan bumi,

© bumi dan sistem tata surya

• Tema/persoalan Sains dalam hubungannya dengan teknologi (science and

technology) mengkaji : (a) rancangan-rancangan teknologi, dan (b) keterkaitan

sains dengan teknologi

• Tema/persoalan Sains dari perspektif personal dan sosial (personal and social

perspective) mengkaji : (a) kesehatan diri , ( b) populasi , sumber daya dan

lingkungan © bencana alam, (d) resiko dan keuntungan , serta (e) sains,

teknologi dan masyarakat

• Tema /persoalan Sains dari sisi sejarah dan hakikat Sains (history and natural

of science) mengkaji : (a) Sains sebagi hasil rekayasa/usaha keras manusia (b)

hakikat Sains sebagai ilmu, dan © sejarah perkembangan Sains sebagai ilmu

Khusus untuk tema /persoalan yang berkait dengan aspek biologi dapat pula

didekati dengan apa yang sudah dikembangkan oleh BSCS (BSCS,1996) yang

meliputi :

• Pola-pola evolusi dan produk perubahan (evolution: pattern and product of

change)

• Interaksi dan interdependensi (interaction and interdependence)

• Penjagaan dan pemeliharaan keseimbangan yang dinamis (maintenance of a

dynamic equilibirium)

• Pertumbuhan , perkembangan, diferensiasi (growth, development, and

differentiation)

• Kelangsungan genetik (genetic continuum)

• Energi, materi dan organisasi (energy, matter, and organisation)

• Sains, teknologi dan masyarakat (science , technology, and society )

Bentley dan Watts (1989) mengemukakan bahwa persoalan atau tema Sains

dapat dikaji dari aspek keilmuan yang akan dikembangkan pada diri siswa , yakni

Page 91: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

131

mencakup aspek mengkomunikasikan konsep secara ilmiah, aspek pengembangan

konsep dasar Sains, dan pengembangan kesadaran Sains dalam konteks ekonomi

dan sosial

Menurut Djohar (2000) , kajian sains untuk SMP jika ditinjau dari dimensi

objek, tingkat organisasi objek, dan tema/persoalannya aspek Fisika, Kimia dan

Biologi, akan banyak sekali jenis kajiannya. Oleh karena itu agar siswa SMP

dapat mengenal kebulatan Sains sebagi ilmu , maka seluruh tema/persoalan Sains

pada berbagai jenis objek dan tingkat organisasinya dapat dijadikan bahan kajian,

sepanjang tetap dalam kerangka pengenalan. Dengan kata lain, kajian sains untuk

SMP hendaknya luas untuk memenuhi keutuhannya. Dengan kata lain bahwa

Sains sebagai mata pelajaran hendaknya diajarkan secara utuh atau terpadu, tidak

dipisah-pisahkan antara Biologi, Fisika, Kimia, dan bumi-antariksa. Selain tidak

jelasnya keutuhan konsep Sains sebagai ilmu, juga berat bagi siswa SMP karena

konsep Sains menjadi kumpulan dari konsep Biologi ditambah dengan Fisika,

Kimia dan bumi-antariksa. Hal ini mengingat tingkat berpikir sebagian besar

siswa SMP masih pada taraf perubahan/transisi dari fase konkret ke fase operasi

formal . Hanya sebagian kecil siswa SMP yang sudah dapat benar-benar pada

tataran operasi formal, karena fase formal mulai dicapai anak pada usia 14 tahun

(Carin dan Sund, 1989)

3.4.1.3 Metode dan Sikap Ilmiah Bidang Sains

Sains sebagai ilmu terdiri dari produk dan proses . Produk Sains terdiri atas

fakta (misalnya : orang menghirup udara dan mengeluarkan udara dari hidungnya,

biji kacang hijau muncul hipokotil dan epikotilnya dan akan betambah panjang

ukurannya saat ditanam pada kapas yang disiram air), konsep (misalnya : udara

yang dihirup ke dalam paru-paru lebih banyak kandungan oksigennya

dibandingkan dengan udara yang dikeluarkan dari paru-paru, logam memuai jika

dipanaskan), prinsip (misalnya : kehidupan meemrlukan energi, benda tak hidup

tidak mengalami pertumbuhan), prosedur (misal : pengamatan, pengukuran,

tabulasi data, analisis data), teori (misalnya teori evolusi, teori asal mula

kehidupan), hukum dan postulat (misal hukum Boyle, Archimedes, Postulat

Page 92: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

132

Kock). Semua itu merupakan produk yang diperoleh melalui serangkaian proses

penemuan ilmiah menurut metoda ilmiah yang didasari oleh sikap ilmiah.

Ditinjau dari segi proses, Sains memiliki berrbagai keterampilan Sains

misalnya (a) mengidentifikasi dan menemukan variabel tetap/bebas dan variabel

berubah, (b) menetukan apa yang diukur dan diamati, © keterampilan mengamati

menggunakan sebanyak mungkin indera (tidak hanya indera penglihatan),

mengumpulkan angka yang relevan, mencari perbedaan dan kesamaan,

mengklasifikasikan, (d) keterampilan dalam menafsirkan hasil pengamatan

seperti mencatat secara terpisah setiap jenis pengamatan dan dapat menghubung-

hubungkan hasil pengamatan , (e) keterampilan menemukan suatu pola dalam

seri pengamatan dan keterampilan dalam meramalkan apa yang akan terjadi

berdasarkan hasil pengamatan, (g) keterampilan menggunakan alat/bahan dan

mengapa alat/bahan itu digunakan. Selain itu adalah keterampilan dalam

menerapkan konsep , baik penerapan konsep dalam situasi baru, menggunakan

konsep dalam pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi,

maupun dalam menyusun hipotesis.

Keterangan Sains juga menyangkut keterampilan dalam berkomunikasi

seperti (a) keterampilan menyusun laporan secara sistematis, (b) menjelaskan

hasil percobaan atau pengamatan , © cara mendiskusikan hasil percobaan, (d) cara

membaca grafik atau tabel, dan (e) keterampilan mengajukan pertanyaan , baik

bertanya apa, mengapa, dan bagaimana, maupun bertanya untuk meminta

penjelasan serta keterampilan mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang

hipotesis. Jika aspek-aspek proses ilmiah tersebut disusun dalam suatu urutan

tertentu dan digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi ,

maka rangkaian proses ilmiah itu menurut Towle (1989) menjadi sutu metode

ilmiah.

Rezba dkk (1995) mendeskripsikan keterampilan proses Sains yang harus

dikembangkan pada diri siswa mencakup kemampuan yang paling sederhana

yaitu mengamati, mengukur, sampai dengan kemampuan tinggi yaitu

kemampuan bereksperimen.

Menurut Bryce dkk (1990), keterampilan proses Sains mencakup

keterampilan dasar (basic skill) sebagi kemampuan yang terendah , kemudian

Page 93: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

133

diikuti dengan keterampilan proses (process skill). Sebagai keterampilan tertinggi

adalah keterampilan investigasi (Investigation skill). Keterampilan dasar

mencakup : (a) melakukan pengamatan (observation skill) (b) mencatat data

(recording skill), © melakukan pengukuran (measurement skill), (d)

mengimplementasikan prosedur (procedural skill), dan (e) mengikuti instruksi

(following instruction). Keterampilan proses meliputi (a) menginferensi (skill of

inference) dan (b) menyeleksi berbagai cara /prosedur(selection of procedures).

Keterampilan investigasi berupa keterampilan merencanakan dan melaksanakan

serat melaporkan hasil investigasi. Keterampilan tersebut juga harus didasari oleh

sikap ilmiah seperti sikap antusias, ketekunan, kejujuran, dan sebagainya

Mengingat dari perkembangan mental siswa SMP menurut Piaget (Carin

dan Sund, 1989) sebagian besar berada pada taraf transisi dari fase konkret ke

fase operasi formal, maka diharapkan sudah mulai dilatih untuk mempu berpikir

secara abstrak. Oleh karena itu, pembelajaran Sains di SMP, terutama di kelas II

hendaknya sudah mengenalkan siswa kepada kemampuan untuk memulai

melakukan investigasi/penyelidikan walaupun sifatnya masih sangat sederhana.

Setidaknya siswa sudah mulai dilatih untuk merencanakan

pengamatan/percobaan sederhana, mengidentifikasi variabel, merumuskan

hipotesis berdasarkan pustaka bukan sekedar menurut dugaan yang rasional

berdasrkan logika, mampu melakukan dan melaporkan percobaan baik secara

tertulis maupun lisan. Jika hal seperti itu dibiasakan maka hasil belajar yagn

dicapai benar-benar akan memuat unsur kognitif, afektif dan psikomotor.

Untuk siswa sekolah menegah, dalam konteks ,melakukan

penyelidikan/investigasi sederhana, siswa seharusnya sudah dilatih bagaimana ia

harus mengorganisasikan data untuk menjawab pertanyaan, atau bagaimana ia

dapat mengorganisasikan kejadian-kejadian untuk dijadikan alasan pembenar

yang paling kuat. Selain itu, proses Sains juga mencakup kemampuan untuk

mengkomunikasikan baik secara tertulis berupa pembuatan tulisan/ karangan,

pemberian label, menggambar, melengkapi peta konsep mengembangkan,

melengkapi petunjuk kerja, membuat grafik dan mengkomunikasikan secara lisan

kepada orang lain (Walden University, 2000)

Page 94: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

134

Menurut DES (Cavendish ,et all, 1990) proses Sains sekolah menengah

sudah berbeda dengan sekolah dasar, yaitu meliputi (a) kegiatan melakuakn

observasi, memilih kegiatan observasi yang relevan dengan

investigasi/penyelidikannya untuk dipelajari lebih lanjut, © menemukan dan

mengidentifikasi pola-pola baru dan menghubungkannya dengan pola-pola yang

sudah ada, (d) menyarankan dan menilai penjelasan-penjelsan dari pola-pola

yang ada (e) mendesain dan melaksanakan percobaan termasuk melakukan

berbagai pengukuran untuk menguji pola-pola yang ada, mengkomunikasikan

(baik verbal dalam bentuk matemtika atau grafik) dan menginterpretasikan

tulisan-tulisan dan bahan ajar lainnya, (f) memakai peralatan dengan efektif dan

hati-hati, (g) menggunakan pengetahuan untuk melaksanakan investigasi, (h)

menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan problem-problem yang

berkaitan dengan teknologi

Mengingat demikian luasnya kawsan kajian keilmuan Sains berdasar ragam

objek, ragam tingkat organisasi, dan ragam tema persoalannya , maka dalam

membelajarkan siswa untuk menguasai Sains bukan pada banyaknya konsep

yang harus dihafal tetapi lebih kepada bagaimana siswa berlatih menemukan

konsep-konsep sains melalui metode ilmiah dan sikap ilmiah , dan siswa siap

melakukan kerja ilmiah, termasuk dalam hal meningkatkan kreativitas dan

mengapresiasi nilai-nilai.

3.4.1.4 Perkembangan Peserta Didik

Usia SMP secara normal berkisar antara 13 tahun sampai 15 tahun.

Namun karena kesempatan dan berbagai faktor lainnya dapat saja seorang anak

usia 12 tahun sudah masuk SMP. Menutut Piaget (Carin and Sund),

perkembangan mental mereka berbeda dalam masa transisi dari fase konkret ke

fase formal yakni fase perkembangan mental yang memungkinkan untuk dilatih

mulai berpikir abstrak. Oleh karena itu pembelajaran Sains SMP sudah mulai

dibawa ke taraf berpikir abstrak

Page 95: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

135

3.4.1.5 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains

Standar kompetensi untuk siswa SMP menggambarkan kemampuan siswa

SMP yang sifatnya terukur, yang harus dikembangkan selama proses

pembelajaran dari kelas I samapi kelas III. Perumusan standar kompetensi

dilakukan dengan memperhatikan kedudukan jenjang pendidkan, sifat atau

karkteristik Sains sebagai ilmu, juga tingkat perkembangan mental siswa SMP,

serta cakupan ilmu yang akan dipelajari mulai dari kelas I sampai kelas III

Depdiknas telah mengeluarkan dokumen yang memuat rumusan-rumusan

kompetensi. Untuk mata pelajaran Sains yang harus dikuasai oleh siswa SMP

dalam hal ini adalah standar kompetensi yang menunjukkan keutuhan Sains

sebagai mata pelajaran. Rumusan butir-butir standar kompetensi mata pelajaran

Sains di SMP adalah

• Aspek kerja ilmiah

Mengenali perkembangan dan hakikat Sains serta melakukan kerja ilmiah

dalam bidang Sains

• Aspek Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan

Menggunakan alat dan teknik serta keselamatan kerja dalam mengamati gejala

kehidupan dengan cermat

Mengaplikasikan konsep keanekaragaman makhluk hidup berdasarkan ciri-

ciri kehidupan

Mengidentifikasi komponen ekosistem dan saling ketergantungan antar

komponen, serta melakukan upaya pengelolaan lingkungan untuk mengatasi

pencemaran dan kerusakan lingkungan.

Mengaitkan hubungan antara struktur dan fungsi jaringan, struktur dan fungsi

organ pada tumbuihan

Mengaitkan hubungan antara struktur dan fungsi beberapa sistem organ pada

manusia dan vertebrata dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat.

Mengaplikasikan konsep pertumbuhan dan pekembangan, kelangsungan

hidup, dan pewarisan sifat pada organisme , serta kaitannya dengan

lingkungan, teknologi dan masyarakat

Page 96: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

136

• Aspek Materi dan Sfatnya

Mengidentifikasi, mengumpulkan data, menyimpulkan penggunaan dan efek

samping bahan kimia di sekitar kita, serta mengkomunikasikannya

Melakukan percobaan untuk membedakan unsur, senyawa dan campuran,

memisahkan campuran dengan beberapa cara sesuai dengan

karakteristiknya, membandingkan perubahan fisis dan kimia serta

mengkomunikasikan hasilnya

Melakukan percobaan untuk mengidentifikasi ciri-ciri reaksi kimia dan sifat

zat (asam, basa, dan garam) serta mengenal partikel materi

• Aspek Energi dan Perubahannya

Melakukan pengukuran terhadap berbagai besaran secara benar,

mendeskripsikan dan membuat rancangan sederhana tentang dasar-dasar

mekanika serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

Menerapkan konsep zat dan kalor serta penerapanya dalam penyelesaian

masalah sehari-hari

Mendeskripsikan dasar-dasar getaran, gelombang dan optik sertat

penerapannya dalam produk teknologi sehari-hari

Menerapakan konsep kelistikan dan kemagnetan untuk memahami

keterkaitannya dengan pemanfaatan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.

• Aspek Bumi dan Alam Semesta Serta Sains, Lingkungan, Teknologi, dan

Masyarakat

Mendeskripsikan perilaku dan karakteristik tata surya secara sederhana serta

proses-proses khusus yang terjadi di tanah dan udara yang terkait dengan

masalah lingkungan.

3.4.1.6 Pemilihan Strategi Pembelajaran

Dalam penguasaan konsep Sains, pengalaman belajar harus mencerminkan

keterampilan proses Sains yang dilakukan siswa, mulai dari yang sederhana

(basic skill) berupa kegiatan pengamatan/ penginderaan sampai pada kegiatan

yang terpadu sebagai metode ilmiah keterampilan meyelidiki (investigative skill).

Pengalaman belajar hendaknya juga secara langsung ataupun tidak

langsung (nurturant effect) mampu mengembangkan kecakapan hidup (life skills)

Page 97: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

137

yang dapat memberi bekal kepada siswa untuk dapat mandiri dalam mengarungi

kehidupan dunia kerja mana kala yang bersangkutan terpaksa tidak dapat

melanjutkan pendidikan. Pemilihan pengalaman belajar yang berkait dengan

kecakapan hidup yang diperlukan siswa lebih ditekankan pada penyiapan diri

dalam kehidupan nyata sehari-hari, sehingga mampu memecahkan permasalahan

yang dihadapi secara wajar.

Kecakapan hidup dapat dipisahkan menjadi kecakapan yang sifatnya

umum dan spesifik. Kecakapan umum meliputi kesadaran diri (kesadaran

aktualisasi diri dan kesadaran potensi diri), kecakapan berpikir rasional, dan

kecakapan sosial, sedangkan kecakapan spesifik mencakup kecakapan akademik

dan kecakapan vokasional.

Kecakapan vokasional dikembangkan secara penuh pada sekolah kejuruan

namun tidak berarti bahwa pembelajaran di SMP tidak boleh dimulai dengan

pengembangan kecakapan vokasional. Pelatihan menggunakan berbagai peralatan

labolatorium untuk membuat alat peraga akan nemberikan kecakapan vokasional

atau kecakapan kejuruan. Dengan peralatan yang sama akan dihasilkan produk

lain yang tidak hanya digunskan untuk belajar Sains. Pemakaian alat labolatorium

berkaitan langsung dengan kehidupan.

Agar dapat menguasai langkah-langkah pemecahan masalah dalam bidang

Sains melalui metode observasi diperlukan beberapa kegiatan. Pertama :” mampu

mendefinisikan variabel yang diobservasi. Kedua : mengetahui karakteristik

penemuan konsep melalui metode observasi. Ketiga menyusun langkah/prosedur

observasinya. Selanjutnya melakukan pengamatan dengan panca indera dan atau

melakukan pengukuran. Hasil pengamatan disusun dalam tabel/grafik kemudian

ditarik kesimpulan. Hasilnya disampaikan pada orang lain secara tertulis atau

lisan. Semua kegiatan itu memberikan pengalaman bagaimana seseorang harus

memecahkan permasalahan yang dihadapi dan mengkomunikasikannya kepada

orang lain. Dengan memberi pengalaman belajar untuk melaporkan hasil

temuannya secara tertulis maupun lisan berarti melatih siswa mampu

berkomunikasi dengan orang lain.

Page 98: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

138

3.1.4.7 Karakter Ruang Kelas Sains

Tabel 3.5 Labolatorium IPA Secara Umum

Page 99: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

139

Tabel 3.6 Labolatorium Fisika

Page 100: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

140

Tabel 3.7 Labolatorium Biologi

Page 101: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

141

Tabel 3.8 Labolatorium Kimia

Page 102: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

142

Dari karakteristik mata pelajaran Sains dapat disimpulkan bahwa ruang

kelas untuk mata pelajaran Sains harus bersifat fleksibel dan dapat digunakan

untuk pelajaran biologi, fisika dan kimia sekaligus. Gabungan dari ketiga

karakteristik kegiatan belajar ketiga mata pelajaran tersebut menghasilkan ruang

yang dapat digunakan baik untuk pelajaran maupun untuk praktikum

Gambar 3.31 Kelas Sains

Gambar 3.32 Kelas Sains-perspektif

Page 103: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

143

Gambar 3.33 Kelas Sains-perspektif

3.4.2 Mata Pelajaran Matematika

3.4.2.1 Karakteristik Matematika

Mengajarkan Matematika tidaklah mudah karena fakta menunjukkan bahwa

siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika (Jaworski, 1994).

Perlu kiranya dibedakan antara matematika dan matematika sekolah. Agar

pembelajaran matematika dapat memenuhi tuntutan inovasi pendidikan pada

umumnya, Ebbutt dan Straker (1995:10-63) mendefinisikan matematika sekolah

yang selanjutnya disebut sebagai matematika sebagai berikut:

• Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan

Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah : (1) memberi

kesempatan siswa untuk melakukan kegiatan penemuan dan penyelidikan

pola-pola untuk menentukan hubungan (2) memberi kesempatan siswa untuk

melakukan percobaan dengan berbagai cara, (3) mendorong siswa untuk

menemukan adanya urutan, perbedaan , perbandingan, pengelompokan, dsb.

(4) mendorong siswa menarik kesimpulan umum, (5) membantu siswa

Page 104: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

144

memahami dan menemukan hubungan antara pengertian yang satu dengan

yang lainnya

• Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan

penemuan.

Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah: (1) memberi

kesempatan siswa untuk melakukan kegiatan penemuan dan penyelidikan

pola-pola untuk menentukan hubungan , (2) mendorong rasa ingin tahu,

keinginan, keinginan bertanya, kemampuan menyanggah, dan kemapuan

memperkirakan, (3) menghargai penemuan yang diluar perkiraan sebagai hal

yang bermanfaat daripa da menganggapnya sebagai kesalahan (4) mendorong

siswa menemukan struktur dan desain matematika (5) mendorong siswa

menghargai penemuan siswa yang lainnya, (6) mendorong siswa berpikir

refleksif, (7) tidak menyarankan hanya menggunakan satu metode saja

• Matematika sebagai kegiatan pemecah masalah (problem solving)

Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah: (1)menyediakan

lingkungan belajar matematika yang merangsang timbulnya persolaan

matematika (2) membantu siswa memecahkan persoalan matematika

menggunakan caranya sendiri, (3) membantu siswa mengetahui informasi

yang diperlukan untuk memecahkan persoalan matematika , (4) mendorong

siswa untuk berpikir logism, konsisten, sistematis dan mengembangkan sistem

dokumentasi/catatan, (5) mengembangkan kemampuan dan keterampilan

untuk memecahkan persoalan, (6) membantu siswa mengetahui bagaimana

dan kapan menggunakan berbagai alat peraga /media pendidikan matematika

seperti jangka , kalkulator, dsb

• Matematika sebagai alat berkomunikasi

Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah :

(1) mendorong siswa mengenali sifat matematika, (2) mendorong siswa

membuat contoh sifat matematika, (3) mendorong siswa menjelaskan sifat

matematika, (4) mendorong siswa membicarakan persoalan matematika, (5)

Page 105: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

145

mendorong siswa membaca dan menulis matematika menghargai bahasa ibu

siswa dalam membicarakan matematika.

3.4.2.2 Karakteristik Peserta Didik

• Perkembangan Aspek Kognitif

Ebutt dan Straker (1995:60-75), memberikan pandangannya bahwa agar

potensi siswa dapat dikembangkan secara optimal, asumsi tentang

karakteristik subjek didik dan implikasi terhadap pembelajaran matematika

diberikan sebagai berikut.

Murid akan mempelajari matematika jika mereka mempunyai motivasi.

Implikasi pandangan ini bagi usaha guru adalah: (1) menyediakan kegiatan

yang menyenagkan, (2) memperhatikan keinginan siswa, (3) membangun

pengertian melalui apa yang diketahui oleh siswa, (4) menciptakan suasana

kelas yang mendukung kegistan belajar, (5) memberikan kegiatan yang sesuai

dengan tujuan pembelajaran, (6) memberikan kegiatan yang menantang, (7)

memberikan kegiatan yang memberikan harapan keberhasilan, (8) menghargai

setiap pencapaian siswa

Murid mempelajari matematika dengan caranya sendiri. Implikasi

pandangan ini adalah siswa belajar dengan cara yang berbeda dan dengan

kecepatan yang berbeda, tiap siswa memerlukan pengalaman tersendiri yang

terhubung dengan pengalamannya di masa lampau, tiap siswa

mempunayilaatar belakan g sosial-ekonomi- budaya yan g berbeda.

Oleh karena itu guru perlu mengetahui kelebihan dan kekurangan para

siswa, merencanakan kegiatan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa,

membangun pengetahun dan keterampilan baik yang diperoleh di sekolah

maupun di rumah, menggunakan catatan kemajuan siswa (assessment)

Murid mempelajari matematika baik secara mandiri maupun melalui

kerja sama dengan temannya. Implikasi pandangan ini bagi usaha guru adalah

memberikan kesempatan belajar dalam kelompok untuk melatih kerjasama,

emberi kesempatan belajar secara klasik untuk memberi kesempatan saling

bertukar gagasan, memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan kegiatan

secara mandiri, melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan tentang

Page 106: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

146

kegiatan yang akan dilakukannya, mengajarkan bagaimana cara mempelajari

matematika

Murid memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam

mempelajari matematika. Implikasi pandangan ini bagi usaha guru adalah

menyediakan dan menggunakan berbagai alat peraga, memberi kesempatan

belajar matematika di berbagai tempat dan keadaan, memberi kesempatan

untuk menggunakan matematika untuk berbagai keperluan, mengembangkan

sikap menggunakn matematika sebagai alat untuk memecahkan problematika

baik di sekolah maupun di rumah, menghargai sumbagnan tradisi budaya dan

seni dalam pengembangan matematika, membantu siswa menilai sendiri

kegiatan matematikanya

• Perkembangan Aspek Afektif

Ada beberapa penggolongan (taksonomi) aspek afektif misalnya

taksonomi oleh Krathwhol, dkk (1981) dan taksonomi oleh wilsion (1971).

Hierarkhi kategori aspek afektif menturut Kratwhol meliputi menerima

keadaan (receiving), merespon (responding), pembentukan nilai (valuing),

organisasi dan karakterisasi.

Menurut Kratwhol aspek sikap muncul bila ada komitmen, preferensi

nilai, penerimaan nilai, kepuasaan merespon dan kemauan merespon dari

seseorang. Aspek minat muncul bila ada preferensi nilai, penerimaan nilai,

kepuasan merespon., kemauan untuk merespon, kerelaan untuk merespon,

perhatian terpusatkan , kerelaan utuk menerima dan kesadaran dari seseorang.

Proses internalisasi terjadi bila aspek-aspek taksonomi tersebut menyatu

secara hierarkhis

Menurut Paul (1963:519) sikap merupakan suatu kesiapan individu

untuk bereaksi sehingga merupakan disposisi yang secara relatif tetap yang

telah dimiliki melalui pengalaman yang berlangsung secara reguler dan

terarah. Krech (1962:139) menyatakan bahwa sikap merupakan suatu sistem

yang terdiri dari komponen kognitif, perasaan dan kecenderungan untuk

bertindak. Sikap merupakan tingkat perasaan positif atau negatif yang

ditujukan ke objek-objek psikologi. Dengan demikian sikap berarti

Page 107: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

147

kecenderungan perasaan terhadap objek psikologi yakni sikap positif dan

sikap negatif sedangkan derajat perasan dimaksudkan sebagai derajat

penilaian terhadap objek.

• Perkembangan Aspek Psikomotorik

Disamping aspek kognitif dan aspek afektif, aspek keterampilan motorik

(untuk kerja) juga mempunyai peranan yang tak kalah penting untuk

mengetahui keterampilan siswa dalam memecahkan permasalahan. Dalam

kegiatan ini siswa diminta mendemonstrasikan kemampuan dan keterampilan

melakukan kegiatan fisik misalnya melukis segitiga, melukis persegi, melukis

lingkaran, dsb. Untuk mengetahui tingkat keterampialn siswa, penilai dapat

menggunakan lembar pengamatan

3.4.2.3 Standar Kompetensi

Kurikulum ini dirancang agar dalam proses belajar matematika siswa

mampu melakukan kegiatan penelusuran pola dan hubungan, mengembangkan

kreativitas dan imajinasi, intuisi dan penemuannya, melakukan kegiatan

pemecahan masalah, serta mengkomunikasikan pemikiran matematisnya kepada

orang lain. Untuk mendapat kemampuan tersebut dikembangkan proses belajar

matematika yang memperhatikan konteks dan penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari

Standar kompetensi yang perlu dicapai oleh siswa SMP adalah

• Bilangan

Melakukan operasi hitung bilangan serta dapat menggunakannya dalam

pemecahan

• Aljabar

Memahami dan dapat melakukan operasi bentuk aljabar, persamaan dan

pertidaksamaan linier satu variabel, himpunan serta dapat menggunakan

dalam pemecahan masalah

Memahami dan melakukan operasi aljabar, fungsi, persamaan garis dan sistem

persamaan, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

Melakukan operasi pangkat tak sebenarnya dan logaritma.

Page 108: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

148

Menentukan pola deret bilangan dan menggunakannya dalam pemecahan

masalah

Memahami dan menggunakan persamaan kuadarat dalam pemecahan masalah

• Geometri dan pengukuran

Mengidentifikasi garis, sudut dan bangun datar serta dapa menentukan

besaran-besaran yang ada didalamnya

Menentukan panjang suatu garis dalam segitiga serta dapat menggunakannya

dalam pemecahan masalah

Mengidentifikasi lingkaran serta menetukan besaran-besaran yang terkait di

dalamnya

Mengidentifikasi bangun ruang sisi lengkung serta menentukan besaran-

besarannya

Memahami kesebangunan bangun datar

Mengidentifikasi bangun ruang sisi datar serta dapat menentukan besaran-

besaran di dalamnya

• Peluang dan statistika

Melakukan kegiatan statistika

3.4.2.4 Penentuan Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran yang dikembangkan dapat bersifat :

• Menekankan pada pemecahan masalah

• Belajar di berbagai konteks kehidupan sehari-hari

• .Mendorong siswa sebagai active learner

• Menghargai keunikan diri siswa dan memperhatikan keanekaragaman

perbedaan siswa

• Belajar melaui cooperative learning

Page 109: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

149

3.4.2.5 Karakter ruang kelas matematika

Tabel 3.9 Matematika

Page 110: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

150

Karena matematika adalah pelajaran yang membutuhkan banyak latihan

soal, maka meja disusun berkelompok.

Gambar 3.34 Kelas Matematika-perspektif

3.4.3 Pengetahuan Sosial

Setiap mata pelajaran tentu memiliki karakteristik yang membedakan dari

mata pelajaran yang lain. Demikian juga mata pelajaran pengetahuan sosial untuk

SMP. Beberapa karakteristik mata pelajaran Pengetahuan Sosial itu antara lain :

• Pengetahuan sosial merupakan perpaduan antara sosiologi, geografi,

ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan

• Materi kajian pengetahuan sosial berasal dari struktur keilmuan sosiologi,

geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaran. Dari kelima struktur itu

kemudian dirumuskan materi kajian untuk pengetahuan sosial.

• Materi pengetahuan sosial juga menyangkut masalah sosial dan tema-tema

yang dikembangkan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

Interdisipliner maksudnya melibatkan disiplin ilmu ekonomi, geografi dan

Page 111: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

151

sejarah, multidisipliner artinya ,materi kajian itu mencakup berbagi aspek

kehidupan masyarakat

• Materi pengetahuan sosial menyangkut peristiwa dan perubahan masyarakat

masa lalu dengan prinsip sebab akibat dan kronologis, masalah-masalah

sosial dan isu-isu global yang terjadi di masyarakat, adaptasi dan

pengelolaan lingkungan, serta upaya perjuangan untuk survive (perjuangan

hidup), termasuk pemenuhan kebutuhan untuk mencapai kemakmuran serta

sistem berbangsa dan bernegara

3.4.3.1 Karakteristik Mata Pelajaran Pengetahun Sosial

Manusia sebagi makhluk ciptaan Tuhan yang diturunkan di muka bumi

senantiasa berada di muka bumi ini. Pada tatanan ruang dan waktu inilah manusia

menjalani suatu kehidupan. Di dalam menjalani suatu kehidupan itu manusia

akan terkait dengan berbagai aspek kehidupan dan kegiatan. Ini artinya

keberadaan manusia di dunia ini tidak terlepas dari tiga hal : ruang, waktu dan

perjuangan hidup. (Daljoeni, 1981).

Unsur ruang terkait dengan studi geografi, yang memaparkan aktivitas dan

peranan manusia dalam upaya beradaptasi dengan tantangan dan rintangan

lingkungan alam dan manusia (adaptasi ekologis). Unsur waktu terkait dengan

studi sejarah yang memaparkan peristiwa dan perubahan masyarakat,

pengalaman umat manusia dari masa lampau untuk memahami dan menjadi

pelajaran hidup masa kini serta merencanakan masa yang akan datang. Dalam hal

ini ada proses pewarisan budaya. Sementara yagn terkait dengan perjuangan

hidup menyangkut berbagai aspek dan aktivitas, seperti upaya pemenuhan

berbagai kebutuhan (ekonomi), struktur dan hubungan antar anggota masyarakat

(sosiologi), tertib masyaakat (HAM), kekuasaan dan kesewenangan (politik), hasil

kebudayaan manusia (antropologi budaya), peristiwa masa lampau yang penting

dan bermakna (sejarah), dan sistem berbangsa dan bernegara (kewarganegaraan)

Sosiologi, geografi, ekonomi, hukum, politik, antropologi budaya, sejarah,

dan kewarganegaraan sebagaimana telah disebutkan di muka adalah cabang-

cabang ilmu sosial. Dari cabang-cabang ilmu sosial itulah kemudian diambil

sebagi bahan ajar (mata pelajaran). Mata pelajaran pengetahuan sosial di jenjang

Page 112: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

152

SMP mengambil bahan ajar dari cabang ilmu sosial tersebut, khusunya sosiologi,

geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan. Dengan demikian mata

pelajaran pengetahuan sosial di SMP merupakan perpaduan mata pelajaran dan

materi sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan

3.4.3.2 Karakteristik Siswa

Sebagaiamana mata pelajaran, peserta didik juga memiliki karakteristik

tersendiri yang bisa dibedakan dari satu jenjang pendidikan ke jenjang

pendidikan lainnya.

• Perkembangan Aspek Kognitif

Menurut Piaget, perkembangan kognitif anak pada masa remaja awal

(usia SMP) sudah mencapai tahap operasi formal. Pada usia ini secara mental

anak telah dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak .

Dengan kata lain, berpikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak

serta sistematis dan ilmiah dalam memcahkan masalah daripada berpikir

konkrit.

Implikasi pendidikan atau bimbingan dari periode berpikir operasi

formal ini, adalah perlunya disiapkan program pendidikan atau bimbingan

yang memfasilitasi perkembangan kemampuan berpikir siswa. Upaya yang

dapat dilakukan antara lain adalah penggunaan metode mengajar yang

mendorong anak untuk aktif bertanya, mengemukakan gagasan, atau

mengujicobakan suatu materi, dan melakukan dialog, diskusi atau curah

pendapat dengan siswa tentang masalah-masalah sosial, baik itu menyangkut

sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah maupun kewarganegaraan

• Perkembangan Aspek Psikomotor

Perkembangan aspek psikomotor pada anak usia SMP sebenarnya tidak

jauh berbeda dengan perkembangan pada anak usia SD, karena usia SMP

merupakan kelanjutan dari usia SD. Perkembangan psikomotor pada anak usia

SD sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras

dengan kebutuhan atau minatnya. Masa ini ditandai dengan kelebihan gerak

atau aktivitas motorik yagn lincah. Oleh karena itu usia SD merupakan masa

Page 113: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

153

yang ideal untuk belajar berbagai keterampilan. Begitu juga pada masa SMP,

keterampilan anak semakin berkembang dengan baik sehingga dapat dijadikan

pijakan untuk menentukan pilihan yang akan ditekuninya di usia selanjutnya.

Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu

kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun

keterampilan. Oleh karena itu perkembangan psikomotor sangat menunjang

keberhasilan peserta ddik. Pada masa usia SMP perkembangan psikomotor

ini pada umumnya sudah mencapainya, dan untuk selanjutnya

dikembangkannya.

Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi

berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru

yang belum pernah dialami sebelumnya seperti perasan cinta, rindu dan

keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada masa SMP

(remaja awal). Perkembanagn emosi anak menunjukkan sifat yang sensitif

dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial,

emosinya bersifat negatif dan temperammental (mudah tersinggung/marah,

atau mudah sedih). Oleh karena itu mencapai kematangan emosional

merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses

pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio emosional.

Lingkungannya terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya.

Dalam hubungan persahabatan, anak remaja memilih teman yang

memiliki kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, baik

menyangkut minat, sikap, nilai, kebiasaan, kegemaran, kepribadian. {pada

masa ini berkembang sikap “conformity” yaitu kecenderungan utnuk

menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran

(hobi) atau keinginan orang lain (teman sebaya) perkembangan konformitas

pada remaja dapat memberikan dampak yang positif, maupun yang negatif

bagi dirinya. Jika temannya menampilkan sikap dan perilaku yang mulia

seperti taat beribadah , berakhlak mulia, rajin belajar, hormat pada orang tua,

dan aktif dalam kegiatan sosial, maka kemungkinan besar remaja tersebut

akan berpenampilan baik seperti temannya. Sebaliknya, jika temannya

berpenampilan tidak baik, dia pun akan seperti temannya tersebut

Page 114: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

154

• Perkembangan Aspek Afektif

Perkembangan aspek afektif anak pada usia SMP tidak berbeda dengan

perkembangan pada aspek psikomotornya. Kedua aspek ini terkait erat

sehingga perkembangannya selalu seiring dan sejalan. Sikap dan perilaku

teman (terutama teman sebaya) dan lingkungan masyarakatnya sangat

mempengaruhi perkembangan sikap dan perilaku anak.

Perkembangan aspek afektif anak juga terkait erat dengan

perkembanagn kepribadian anak. Fase remaja merupakan saat yang paling

penting bagi perkembangan dan integrasi kepribadian. Masa remaja juga

merupakan saat berkembangya identitas (jati diri). Perkembangan identitas

merupakan isu sentral pada masa remaja yagn memberikan dasar bagi masa

dewasa. Perkembangan identitasa masa remaja berkaitan erat dengan

komitmennya terhadap okupasi (pendudukan, perampasan) masa depan,

peran-peran masa dewasa, dan sistem keyakinan pribadi

Perkembangan identitas dapat dipegaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah iklim keluarga, yaitu yang berkaitan dengan interaksi

sosio-emosional antar anggota keluarga serta sikap dan perilaku orang tua

terhadap anak, tokoh idola, yaitu orang-orang yang dipersepsi oleh remaja

sebagai figur yang memiliki posisi di masyarakat dan peluang pengembangan

diri yaitu kesempatan untuk melihat ke depan dan menguji dirinya dalam

setting (adegan) kehidupan yang beragam.

3.4.3.3 Standar Kompetensi

Standar kompetensi mata pelajaran pengetahuan sosial adalah kemampuan

yang dapat ditampilkan atau dilakukan siswa untuk mata pelajaran pengetahuan

sosial. Atau kompetensi dalam mata pelajaran pengetahuan sosial yang harus

dimiliki siswa, kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam mata

pelajaran pengetahuan sosial

Dalam merumuskan standar kompetensi pengetahuan sosial ada dua hal

yang perlu diperhatikan. Pertama, masalah aspek ruang lingkup, dan cakupan

standar kompetensi. Kedua, masalah kata kerja yang digunakan dalam

merumuskan standar kompetensi .

Page 115: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

155

Dari kompetensi yang dijabarkan dari tujuan Pendidikan Nasional ada dua

butir yang perlu mendapat perhatian, yaitu :

• Keterampilan hidup, merupakan keterampilan untuk menciptakan atau

menemukan masalah baru (inovasi) dengan menggunakan fakta, konsep,

prinsip atau prosedur yang telah dipelajari. Contoh : siswa mempelajari

fenomena sosial. Setelah memepelajari tentang fenomena sosial siswa

memiliki keterampilan melakukan identifikasi masalah sosial yang terkait

dengan aspek sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan

• Keterampilan hidup (afektif), yaitu pertama, sikap yang berkenaan dengan

nilai moral, tata susila, baik buruk dan sebagainya. Kedua, sikap yang

berhubungan dengan materi dan kegiatan pembelajaran seperti menyukai,

memandang positif, menaruh minat, dll. Pencapaian kompetensi yang tidak

secara spesifik dirumuskan sebagai kompetensi seperti keterampilan hidup

dan keterampilan sikap tersebut dapat dipandang sebagai nurturant effect atau

hasil sampingan pembelajaran

3.4.3.4 Penentuan Strategi Pembelajaran

Berbeda dengan pengertian strategi pembelajaran pada umumnya, strategi

pembelajaran dalam hal ini disebutkan sebagai bentuk atau pola umum kegiatan

pembelajaran yang akan dilaksanakan. Strategi pembelajaran dapat dipilih antara

kegiatan tatap muka dan non-tatap muka atau pengalaman belajar

• Tatap Muka

Kegiatan tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang

dilakukan dengan mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung antara

guru dengan siswa. Umumnya kegiatan tatap muka dilakukan dalam kegiatan

di kelas. Adapun bentuk-bentuk interaksi langsung antara guru dengan siswa

seperti ceramah, diskusi, presentasi, ujian blok-kuis

• Pengalaman Belajar Siswa

Pengalaman belajar di sini menunjukkan pengalaman yang perlu

dilakukan oleh siswa dalam berinteraksi dengan objek belajar untuk mencapai

standar kompetensi. Pengalaman belajar dapat dilakukan di dalam maupun di

Page 116: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

156

luar kelas. Pengalaman belajar di dalam kelas dilaksanakan dalam kegiatan

pembelajaran dengan jalan mengadakan interaksi antara siswa dan sumber

belajar atau melakukan pengamatan terhadap sumber belajar. Pengalaman

belajar di luar kelas dapat dilaksanakan melalui kegiatan intra kurikuler

maupun ekstra kurikuler misalnya melakukan kajian buku teks dan membuat

resume tentang kehidupan politik dan pemerintahan pada masa awal

kemerdekaan, mengunjungi kawasan dengan objek geografis tertentu untuk

mengidentifikasikan msalah-masalah sosial geografis di Indonesia,

mengadakan wawancara dengan nara sumber tentang peranan Indonesia

dalam kancah perdamaian dunia

Dalam pemilihan pengalaman belajar siswa juga mencakup sumber

bahannya. Sumber bahan tersebut adalah semua sumber belajar yang dapat

dipakai sebagai rujukan bagi siswa untuk mencapai tujuan belajar. Adapun

sumber bahan untuk mata pelajaran pengetahuan sosial dapat berupa buku

teks, jurnal, objek-objek lingkungan geografis, objek-objek budaya, dan

objek-objek sosial ekonomi, nara sumber, catatan-catatan tua, arsip-arsip, dan

sebagainya. Berkenaan dengan pemilihan pengalaman belajar siswa, guru

harus mampu mengembangkan metode pembelajaran yang dapat

memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah

direncanakan. Metode pembelajaran tersebut tentu saja harus relevan dan

memadai guna mencapai tujuan pembelajaran.

Untuk mata pelajaran pengetahuan sosial SMP standar kompetensinya telah

dirumuskan dan dikelompokkan untuk kelas VII, kelas VIII dan kelas IX yaitu

sebagai berikut.

• Kelas VII

Memahami proses pembentukan kepribadian manusia

Memahami perubahan unsur fisik muka bumi dan pengaruhnya terhadap

kehidupan manusia di muka bumi

Memahami unsur-unsur usaha berekonomi

Menguraikan perjalanan Bangsa Indonesia pada masa Hindu-Budha dan Islam

sampai abad ke-18

Page 117: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

157

Memahami peraturan perundang-undangan, hak asasi manusai, kemerdekaan

mengemukakan pendapat dan berpartisipasi dalam era otonomi

• kelas VIII

Memahami proses pembentukan kepribadian manusai

Memahami perubahan unsur fisik muka bumi dan pengaruhnya terhadap

kehidupan manusia di muka bumi

Memahami unsur-unsur usaha berekonomi

Menguraikan perjalanan bangsa Indonesia pada masa Hindu-Budha dan Islam

sampai abad ke -18

Memahami peraturan perundang-undangan, hak asasi manusia, kemerdekaan

mengemukakan pendapat dan berpartisipasi di era otonomi

• kelas IX

Memahami perilaku masyarakat dalam meikapi perubahan sosial budaya

Memahami keterkaitan unsur-unsur sosial dan fisik di negara maju dan

sedang berkembang

Memahami perdagangan internasional dan dampaknya terhadap

perekonomian Indonesia

Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia dari masa kemerdekaan sampai

orde baru serta bentuk kerja sama indonesia dalam dunia internasional

Menganalisis fungsi hukum , pengadilan nasional dan cara mencari

perlindungan hukum

3.4.3.5 Karakter ruang kelas Pengetahuan Sosial

Page 118: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

158

Tabel 3.10 Social Study

Diskusi memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar Ilmu

Pengetahuan Sosial. Oleh karena itu penataan meja dibuat berkelompok namun

cukup flesibel untuk menyesuaikan jumlah anggota dalam kelompok tersebut.

Mengingat pentingna peranan atlas selama belajar Geografi dan Sejarah

maka dinding kelas dilengkapi dengan atlas yang berukuran besar

Page 119: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

159

Gambar 3.35 Dinding Kelas Pengetahuan Sosial

Gambar 3.36. Kelas Pengetahuan Sosial – Penataan Meja

Page 120: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

160

3.4.4 Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi

3.4.4.1 Karakteristik Teknologi Informasui Dan Komunikasi

Setiap mata pelajaran memiliki akarteristik yang khas . Adapun karakteristikk

teknologi informasi dan komunikasi adalah sebagai berikut :

• Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan keterampilan menggunakan

komputer meliputi perangkat keras dan perangkat lunak . Namun demikian

Teknologi Informasi dan Komunikasi tidak sekedar terampil tetapi lebih

memerlukan kemampuan intelektual

• Materi teknologi informasi dan komunikasi berupa tema-tema esensial, aktual

serta global yang berkembang dalam kemajuan teknologi pada masa kini,

sehingga mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan

pelajaran yang dapat mewarnai perkembangn perilaku dalam kehidupan

• Tema-tema esensial dalam teknologi informasi dan komunikasi merupakan

perpaduan dari cabang-cabang ilmu komputer, matematika, teknik elektro,

teknik elektronika, telekomunikasi, cybernetics, dan informatika itu sendiri.

Tema-tema esensial tersebut berkaitan denga kebutuhan pokok akan informasi

seabagai ciri abad ke-21 seperti pengolah kata, spreadsheet, presentasi, basis

data, internet, dan e-mail. Tema-tema esensial tersebut terkait dengan aspek

kehidupan sehari-hari.

• Materi Teknologi Informasi dan Komunikasi dikembangkan dengan

pendekatan interdisipliner dan multidimensional. Dikatakan interdisipliner

karena melibatkan berbagai disiplin ilmu dan dikatakan multidimensional

karena mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat.

3.4.4.2 Karakteristik Peserta Didik

Mata pelajaran Tknologi Informasi dan Komunikasi pada dasarnya

mengajarkan tentang keterampilan menggunakan komputer untuk pengolahan

data, penyajian informasi dan komunikasi. Namun demikian siswa dituntut tidak

hanya terampil dalam menggunakan komputer tetapi juga dituntut

kemampuannya dalam aspek berpikir (intelektual) seta memiliki sikap yang baik

dan bijak terhadap pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Page 121: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

161

Berdasarkan uraian di atas, sasaran pembelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi selalu mengarah pada 3 ranah yang sering disebut dalam taksonomi

Bloom (1964), yaitu:

• Ranah kognitif (kemampuan dan ketrerampilan berpikir)

• Ranah afektif (nilai sikap dan perasaan)

• Ranah psikomotor (keterampilan fisik)

Ketiga aspek tersebut harus dikembangkan secara serempak dan terpadu

agar memperoleh hasil yang maksimal, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran

Teknologi Informasi dan Komunikasi

Romizowski (1984) menyatakan ada aspek lain tentang kecakapan (skill)

yang sulit dimasukkan ke dalam taksonomi Bloom, yaitu kecakapan interaktif

(interactive skill). Kecakapan interaktif memiliki beberapa elemen yang terdapat

dalam ranah afektif, dan juga memerlukan pengetahuan dasar yang terdapat pada

ranah kognitif. Bahkan kadang-kadang kecakapan interaktif juga dapat berupa

aksi fisik sesaat. Oleh karena itu, penjabaran elemen-elemen kecakapan

interaktif dapat berupa tiga ranah taksonomi Bloom (kognitif , afektif dan

psikomotor).

Berdasarkan uraian diatas, maka pengertian kecakapan interaktif pada

prinsipnya berkaitan dengan kemampuan berinteraksi dengan orang lain,

sedangkan kecakapan psikomotor berkaitan dengan aksi fisik, kecakapan kognitif

berkaitan dengan aktivitas intelektual dan kecakapan afektif berkaitan dengan

sikap dalam menghadapi sesuatu

Adapun definisi kecakapan adalah sebagai berikut. Yang pertama adalah

pengetahuan (knowledge) merupakan informsi yang tersimpan dalam pikiran

siswa . Pengetahuan dapat dibedakan menjadi 4 kategori yaitu : a) fakta

b)prosedur c)konsep d)prinsip.

Yang kedua adalah kecakapan (skill) merupakan aksi perbuatan /tinmgkah

laku (intelektual/fisik) dan reaksi dimana seseorang memiliki kecakapan dalam

menapai suatu tujuan.

Kecakapan dibedakan menjadi 4 kategori yaitu kecakapan kognitif atau

kecakapan berpikir, aksi yaitu kecakaan fisik atau kecakapan gerak, reaksi

terhadap benda, situasi atau orang dalam hal nilai, emosi dan perasaan, interaksi

Page 122: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

162

dengan orang lain dalam hal mencapai suatu tujuan seperti kecakapan

berkomunikasi, belajar atau kecakapan dalam mengendalikan orang lain

• Perkembangan Aspek Kognitif

Proses pembelajaran dimulai pada ranah kognitif yaitu dimulai dari

proses mengenal, (mendengar, melihat atau meraba), dilanjutkan dengan

mengingat (menghafal), kemudian memahami informasi apa yang telah

diperoleh. Informasi dapat berupa fakta, prosedur, konsep atau prinsip.

Informasi yang diterima pada saat proses belajar akan disimpan pada

ranah kognitif sehingga akan menghasilkan pengetahuan dan kecakapan

belajar dan mengingat fakta, memerlukan kecakapan kognitif tertentu

sedangkan belajar konsep akan menghasilkan pengetahuan dan

menumbuhkan kecakapan kognitif seperti kemampuan restrukturisasi

Pengetahuan dan kecakapan berpikir akan digunakan pada saat aksi

fisik (kecakapan psikomotor) atau reaksi terhadap sesuatu (kecakapan afektif).

Selainitu, pengetahaun dan keakapan berpikir dapat digunakan untuk

perkembangan selanjutnya yaitu dalam hal analisis, sintesis dan evaluasi.

Mata pelajaan Teknologi Informasi dan Komunikasi sangat membutuhkan

pengetahuan dan kecakapan berpikir

• Perkembangan Aspek Afektif

Ranah afektif atau perasaan sebenarnya sama dengan sikap, tetapi dalam

tingkatan yang berbeda. Materi pemebelajarn harus dapat menyentuh ranah

afektif sehingga setelah proses belajar mengajar terjadi siswa memiliki

kecakapan sikap tertentu sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang baru

saja dipelajari

Kecakapan afektif merupakan sikap terhadap sesuatu dan terhadap orang

lain yang sedang dihadapi termasuk kecakapan dalam mengendalikan diri

(emosi dan perasaan). Oleh karena itu, kecakapan afektif merupakan

gabungan antara dua jenis tingkah laku yaitu reaksi reflektif terhadap stimuli

tertentu atau sering disebut dengan sikap dan aksi dan reaksi sukarela,

Page 123: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

163

terencana dalam mencapai tujuan dan menerapkan kecakapan pengendalian

diri

• Pengembangan Aspek Psikomotor

Aspek psikomotor berkaitan dengan kecakapan fisik. Kecakapan fisik ini

akan menentukan tingkat keterampilan siswa. Secara sederhana, kecakapan

fisik dapat diajarkan dengan cara “melihat dan mengerjakan” (watching and

doing). Untuk itu penyampaian materi pokok lebih banyak kegiatan praktek

daripada teori, sehingga aspek psikomotor dapat berkembang dengan baik

Pengujian kecakapan fisik (aspek psikomotor) dilakukan secara

komprehensif dari beberapa materi pokok . Nilai hasil ujian merupakan

penilaian proses dan hasil akhir dari tugas-tugas atau soal ujian yang

diberikan

3.4.4.3 Standar Kompetensi

• Mengenalkan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi serta

Kesehatan dan Keselamaan kerja (K3) selama menggunakan perangkat

Teknologi Informasi dan Komunikasi

• Memiliki sikap (etika dan moral) positif dalam menggunakan perangkat

Teknologi Informasi dan Komunikasi

• Menggunakan operating system untuk manajeman file aplikasi paket-paket

program komputer

• Menerapkan perangkat lunak pengolah kata (wordprocessor)

untukmenghasilkan informasi

• Menerapkan perangkat lunak pengolah angka (spreadsheet) utnuk membuat

informasi

• Mengintegrasikan program pengolah kata dan pengolah angka untuk

membuat informasi komunikasi

• Mengenal perangakat keras dan sistem yang digunakan dalam akses internet

• Menerapkan internet untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi

Page 124: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

164

3.4.4.4 Penentuan Strategi Pembelajaran

Pengalaman belajar di dalam kelas dilaksanakan dalam kegiatan

pembelajaran dengan jalan mengadakan interaksi antara siswa dengan sumber

belajar atau melakukan pengamatan terhaap sumber belajar. Pengalaman belajar

di luar kelas dapat dilaksanakan baik melaui kegiatan intra kurikuler maupun

kegiatan ekstra kurikuler, misalnya : (1) membandingkan kecepatan pencarian

data secra fisik (kertas) dengan pencarian data elektronik (database), (2)

menggunakan program aplikasi wordprocessor sebagai desktop publisher untuk

majalah dinding, dan (3) mencari informasi sumber belajar yang tidak ada di

perpustakaan melalui internet.

Dalam pemilihan pengalaman belajar siswa juga mencakup sumber

bahannya. Sumber bahan tersebut adalah semua sumber belajar yang dapat

dipakai sebagai rujukan oleh siswa untuk mencapai standar kompetensi. Adapun

sumber bahan untuk mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat

berupa buku teks, jurnal, objek-objek alam, objek-objek budaya dan objek-objek

sosial ekonomi.

Berkenaan dengan pemilihan pengalaman belajar siswa, guru harus

mampu mengembangkn metode pembelajaran yang bisa memfasilitasi siswa

untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah direncanakan. Metode

pembelajaran tersebut tentu saja harus relevan dan cukup memadai guna

pencapaian tujuan pembelajaran

3.4.4.5 Karakter Ruang Kelas Komputer

Mengingat pelajaran computer yang diberikan bersifat individual maka

meja komputer diletakkan secara berkelompok dalam posisi bersebelahan

sehingga memungkinkan terjadinya interaksi antar siswa selama mereka

mengikuti pelajaran. Penataan meja seperti ini lebih memicu terjadinya interaksi

daripada penataan meja yagn berjajar ke belakang.

Page 125: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

165

Gambar3.37 Penataan Komputer di kelas

3.4.5 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

3.4.5.1 Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai sarana komunikasi dan pendekatan

pembelajaran yang digunakan. Keduanya saling berkaitan. Pada satu sisi Bahasa

Indonesia merupakan sarana komunikasi, dan sastra merupakan salah satu hasil

budaya yang menggunakan bahasa sebagai sarana kreativitas. Sementara itu pada

sisi lain, bahasa dan Sastra Indonesia seharusnya diajarkan kepada siswa melalui

pendidikan yang sesuai dengan hakikat dan fungsinya. Pendekatan pembelajaran

bahasa menekankan aspek kinerja atau keterampilan berbahasa dan fungsi bahasa

adalah pendekatan komunikatif, sedangkan pendekatan pembelajaran sastra yang

menekankan apresiasi sastra adalah pendekatan apresiatif.

Dalam kehidupan sehari-hari, fungsi utama bahasa adalah sarana untuk

berkomunikasi. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk beromunikasi antar

penutur untuk berbagai keperluan dan situasi pemakaian. Untuk itu, orang tidak

akan berpikir tentang sistem bahasa, melainkan berpikir bagaimana menggunakan

Page 126: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

166

bahasa ini secara tepat sesuai dengan situasi. Jadi secara pragmatis bahasa lebih

merupakan suatu betuk kinerja dan performansi daripada sebuah sistem ilmu.

Pandangan ini membawa konsekuensi bahwa pembelajaran bahasa haruslah

menekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi daripada pembelajaran

tentang sistem bahasa.

Sementaa itu, sastra adalah salah satu bentuk sistem tanda karya seni yang

menggunakan media bahasa. Sastra ada untuk dibaca, dinikmati, dan dipahami

serta selanjutnya dimanfaatkan, yang antara lain untuk mengembangkan wawasan

kehidupan. Jadi pembelajaran sastra sebagai salah satu bentuk seni yang dapat

diapresiasi. Oleh karena itu, pembelajaran, pengembangan materi pembelajaran,

teknik, tujuan dan arah pembelajaran haruslah lebih menekankan kegiatan

pembelajaran yang bersifat apresiatif.

3.4.5.2 Karakteristik Peserta Didik

• Pengembangan Aspek Kognitif

Menurut kategori Piaget(1970), siswa SMP merupakan period of formal

operation. Pada masa ini, yang berkembang pada siswa adalah kemampuan

berpikir simbolis dan bisa memahami sesuatu secara bermakna tanpa

memerlukan objek yang bersifat konkret. Siswa telah memahami hal-hal yang

bersifat imajinatif

Hal tersebut membawa implikasi terhadap pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia yakni bahwa akan bermakna kalau materi pelajaran sesuai

dengan minat dan bakat siswa.

Pada tahap perkembangan ini juga berkembang tujuh kecerdasan

(Gardner, 1993), yakni kecerdasan (1) linguistik (2) logis-matematis, (3)

musikal, (4) spasial, (5) kinetik—ragawi, (6) intrapribadi, (7) antar -

pribadi. Ketujuh kecerdasan ini berkembang pesat dan jika dapat

dimanfaatkan oleh guru Bahasa dan Sastra Indonesia akan sangat membantu

siswa dalam menguasai keterampilan berbahasa Indonesia.

Page 127: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

167

• Perkembangan Aspek Psikomotor

Aspek psikomotor merupakan salah satu aspek yang penting untuk

diketahui oleh guru. Perkembangan aspek psikomotorik melalui beberapa

tahap.

Tahap perkembangan aspek psikomotor pertama adalah tahap kognitif. Tahap

ini ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kaku dan lambat karena

siswa masih dalam taraf belajar untuk megendalikan gerakan. Siswa harus

berpikir sebelum melakukan suatu gerakan. Pada tahap ini siswa masih

membuat kesalahan dan kadang-kadang terjadi tingkat frustrasi yang tinggi.

Tahap kedua adalah tahap asosiatif. Pada tahap ini siswa

membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk memikirkan gerakan sehinga

gerakannya sudah tidak kaku. Siswa mulai dapat mengasosiasikan gerakan

yang sedang dipelajari dengan gerakan yang sudah dikenal. Gerakan-gerakan

pada tahap ini belum bersifat otomatis. Pada tahap ini siswa masih

menggunakan pikiran untuk melakukan suatu gerakan, tetapi waktu yang

diperlukan untuk berpikir lebih sedikit daripada ketika berada pada tahap

kognitif

Pada tahap ketiga, tahap otonomi, siswa telah mencapai tingkat

otonomi tinggi. Proses belajar telah hampir lengkap meskipun siswa tetap

dapat, memperbaiki gerakan-gerakannya, Pada tahap ini gerakan yang

dilakukan secara spontan sehingga gerakan yang dilakukan juga tidak

mengharuskan siswa untuk memikirkan gerakannya.

• Perkembangan Aspek Afektif

Ranah afektif mencakup emosi dan atau perasaan yang dimiliki siswa.

Bloom (dalam Brown, 2000) memberikan definisi tentang ranah afektif yang

terbagi atas lima tataran yakni sadar akan situasi, fenomena masyarakat dan

objek di sekitar, responsif terhadap stimuli yang ada di lingkungan mereka,

bisa menilai, sudah mulai bisa mengorganisasikan nilai-nilai dalam suatu

sistem dan menentukan hubungan diantara nilai-nilai yang ada, dan sudah

mulai mengetahui karakteristik tersebut dalam bentuk sistem nilai

Page 128: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

168

Ada beberapa faktor spesifik dalam tingkah laku siswa SMP yang

penting dalam penguasaan bahasa yakni self esteem yaitu penghargaan yang

diberikan seseorang terhadap dirinya sendiri, inhibition, yaitu sikap

mempertahankan diri atau melindungi ego, kecemasan, yang meliputi rasa

frustrasi, khawatir dan tegang, motivasi yaitu dorongan untuk melakukan

suatu kegiatan, dan risk taking, yaitu sifat yang berkaitan dengan pelibatan diri

individu pada perasaan orang lain. Faktor-faktor ini hendaknya diperhatikan

dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

3.4.5.3 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Yang dimaksud standar kompetensi adalah seperangkat kemampuan yang

mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat ditampilkan atau

didemonstrasikan oleh siswa sebagai hasil belajar. Melalui mata pelajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia diharapkan siswa mampu mengembangkan keterampilan

berbahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan sehingga siswa memiliki

keterampilan, pengetahuan, sikap, dan rasa bangga berbahasa Indonesia yang

memadai, yang memungkinkan dapat berpartisipasi secara aktif, cerdas, dan

bertanggungjawab dalam berkomunikasi di dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

Standar kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh siswa lulusan SMP

dalam mempelajari Bahasa dan Sastra Indonesia adalah:

• Mampu mendengarkan dan memahami beragam wacana lisan

• Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan dalam

berbagai bentuk wacana lisan non-sastra.

• Mampu membaca dan memahami bergam teks non-sastra dengan berbagai

cara membaca

• Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasan

dalam berbagai ragam tulisan non-sastra

• Mampu mendengarkan dan memahami serta menaggapi berbagai ragam

wacana lisan sastra

• Mampu mengungkapakn pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan dalam

berbagai bentuk wacana lisan ssatra.

Page 129: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

169

• Mampu membaca dan memahammi beragam teks sastra dengan berbagai cara

membaca dan

• Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan

dalam berbagai ragam tulisan sastra.

3.4.5.4 Penentuan Strategi Pembelajaran

Pengalaman belajar dapat diperoleh baik melalui kegiatan di dalam kelas

maupun di luar kelas. Pengalaman belajar di dalam kelas dapat diperoleh dengan

jalan mengadakan interaksi antar siswa dengan objek dan atau sumber belajar

yang ada di dalam kelas, seperti mengerjakan tugas (seperti menelaah peta,

menelaah isi bacaan, membuat laporan, dsb), membuat percobaan, dll.

Pengalaman belajar di luar kelas (non tatap muka) dapat diperoleh melalui

kegiatan siswa dalam berinteraksi langsung dengan objek dan atau sumber

belajar dan berlangsung di luar kelas seperti mengadakan observasi ke objek dan

atau sumber belajar di luar kelas atau sekolah misalnya mengunjungi museum,

mengadakan wawancara dengan nara sumber, mencari data dari institusi terkait,

menggali informasi di perpustakaan, dsb.

3.4.6 Mata Pelajaran Bahasa Inggris

3.4.6.1 Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Mata pelajaran Bahasa Inggris memiliki karakteristik yang berbeda dengan

mata pelajaran eksakta atau mata pelajaran ilmu sosial yang lain. Perbedaan ini

terletak pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Hal ini mengindikasikan

bahwa belajar Bahasa Inggris bukan saja belajar kosa kata dan tata bahasa dalam

arti pengetahuannya tetapi harus berupaya meggunakan atau mengaplikasikan

pengetahuan tersebut dalam kegiatan komunikasi. Seorang siswa belum dapat

dikatakan menguasai Bahasa Inggris kalau dia belum dapat menggunakan Bahasa

Inggris untuk kegiatan komunikasi, meskipun dia mendapat nilai yang bagus

pada penguasaan kosa kata dan tata bahasanya. Memang diakui bahwa seseorang

tidak mungkin dapat berkomunikasi dengan baik kalau pengetahuan kosa katanya

rendah. Oleh karena itu, penguasaan kosa kata memang tetap diperlukan tetapi

Page 130: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

170

yang lebih penting bukanlah semata-mata pada penguasaan kosa kata tersebut

dalam kegiatan komunikasi dengan Bahasa Inggris

Dalam bealajr bahasa, orang mengenal keterampilan reseptif dan

keterampilan produktif. Keterampilan reseptif meliputi keteramplan menyimak

(listening), dan keterampilan membaca (reading), sedangkan keterampilan

produktif meliputi keterampilan membaca (reading), keterampilan berbicara

(speaking), dan keterampilan, menulis (writing). Baik keterampilan reseptif

maupun keterampilan produktif perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran

Bahasa Inggris.

Agar dapat menguasai keterampilan tersebut dengan baik, siswa perlu

dibekali dengan unsur-unsur bahasa, misalnya kosa kata. Penguasan kosa kata

hanya merupakan salah satu unsur yang diperlukan dalam penguasaan

keterampilan berbahasa. Unsur lain yang tidak kalah pentingnya adalah

penguasaan tata bahasa. Telah dipahami bahwa tata bahasa membuat seseorang

untuk mengungkapkan gagasannya dan membantu si pendengar untuk memahami

gagasan yang diungkapkan oleh orang lain. Sekali lagi perlu ditekankan bahwa

tata bahasa hanyalah sebagai unsur pembantu dalam penguasaan keterampilan

berbahasa. Oleh karenanya, pengajaran yang menekankan semata-mata pada

pengetahuan tata bahasa hendaknya ditinggalkan. Tata bahasa hendaknya

diajarkan dalam rangka memfasilitasi penguasaan keempat keterampilan yang

telah disebutkan dimuka.

Kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dapat ditunjukkan dalam dua

arah, yaitu komunikasi lisan dan komunikasi tertulis. Jika komunikasi

berlangsung secara lisan, ada unsur yang lain yang perlu diperhatikan oleh guru,

dan tentu saja perlu diajarkan kepada para siswanya, yaitu mengenai ucapan atau

pronounciation. Lebih-lebih Bahasa Inggris yang antara ejaan dan ucapannya

kadang-kadang berbeda jauh. Kesalahan dalam ucapan akan menyebabkan

seseorang tidak akan dapat mengemukakan gagasannya dengan tepat. Atau jika ia

dalam posisi mendegarkan pembicaraan orang lain, maka kesalahan dalam

ucapannya juga akan berpengaruh terhadap kemampuannya untuk memahami apa

yang ia dengar.

Page 131: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

171

Hal yang ssngat terkait dengan masalah ucapan adalah masalah intonasi.

Dalam Bahasa Inggris, intonasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam

berkomunikasi. Suatu kata dapat diucapkan dengan pola intonasi yang berbeda

dan intonasi yang berbeda memberi makna yang berbeda kepada kata tersebut.

Sebagai contoh, kata “sorry“ dapat menyatakan permintaan maaf jika diucapkan

dengan nada menurun, sementara jika kata tersebut diucapkan dengan nada naik,

artinya adalah meminta seseorang untuk mengulangi apa yang baru saja

dikatakan. Hal ini dimaksudkan sebagai semacam pemberitahuan bahwa

seseorang belum dapat memahami apa yang orang lain katakan.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam masalah ucapan adalah kenyataan

bahwa Bahasa Inggris mempunyai bunyi-bunyi yang tidak sama dengan Bahasa

Indonesia. Siswa perlu dilatih untuk mengucapkan bunyi-bunyi yang tidak

terdapat dalam Bahasa Indonesia. Dalam hal ini berarti bahwa siswa perlu dilatih

melalui pembelajaran psikomotorik. Siswa perlu dilatih menggerakkan bibirnya,

lidahnya dan organ-organ yang diperlukan dalam berbicara sehingga dapat

menghasilkan bunyi seperti bunyi yang terdapat di dalam Bahasa Inggris

Penguasaan kosakata, tatabahasa dan ucapan perlu dilengkapi pula dengan

penguasaan tentang tata tulis dalam Bahaa Inggris. Ejaan Bahasa Inggris yang

sangat banyak perbedaannya dengan ucapannya menyebabkan masalah tata tulis

atau penulisan ejaan menjadi sesutu yang tidak dapat diabaikan. Tentu saja hal ini

diperlukan kalau yang menjadi penekanan adalah kemampuan berkomunikasi

secara tertulis.

Penguasaan kosakata, tatabaahsa, tatabunyi dan tata tulis Bahasa Inggris

perlu ditunjang oleh penguasaan system makna. Suatu hal yang sering dikeluhkan

oleh siswa yang belajar Bahasa Inggris adalah bahwa Bahasa Inggris memiliki

kata-kata yang artinya tidak hanya satu. Dalam hal ini siswa perlu diberi

kesadaran bahwa hal ini merupakan sesuatu yang wajar. Hal inipun perlu menjadi

bagian dalam proses belajar mengajar.

Hal-hal yang telah disajikan di muka dapat digolongkan menjadi dua ranah

yang penting dalam proses belajar mengajar. Kedua ranah tersebut adalah ranah

kognitif dan ranah psikomotor. Selain kedua ranah tersebut masih ada satu ranah

lagi yang sering dibicarakan dalam proses belajar mengajar, yaitu ranah afektif.

Page 132: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

172

Seorang guru perlu pula memahami sikap siswa terhadap Bahasa Inggris dan

Budaya Inggris. Seorang siswa yang memiliki sikap yang positif terhadap Bahasa

Inggris dan budaya Inggris diharapkan akan dapat menguasai Bahasa Inggris

dengan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai sikap yang

negatif. Tentu saja, sikap seperti ini dapat ditumbuhkan oleh guru di dalam proses

belajar mengajar . Sikap yang positif terhadap Bahasa Inggris dan para penutur

asli Bahasa Inggris serta budaya Inggris akan membantu siswa untuk dapat

menguasai Bahasa Inggris dengan lebih baik. Sebaliknya, jika seorang siswa

memiliki sikap yang negatif terhadap Bahasa Inggris atau penutur asli Bahasa

Inggris, dan juga budaya Inggris, kemungkinan besar dia akan bersikap acuh tak

acuh terhadap Bahasa Inggris yang pada gilirannya nanti akan menimbulakm

kebosanan dalam belajar. Sebaagi akibatnya kemampuan berbahasanya akan

menjadi rendah.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam belajar Bahasa Inggris adalah fungsi

bahasa. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahasa berfungsi sebagai alat

komunikasi. Istilah ini masih terlau umum. Fungsi-fungsi bahasa dapat dirinci

menjadi beberapa bagian. Yang pertama, bahasa digunakan oleh guru sebagi

bahasa pengantar dalam kelas. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa mempunyai

fungsi untuk menjelaskan dan memahami. Dari sisi guru, bahasa digunakan

sebagai alat untuk menjelaskan, dan dari sisi siswa, bahasa digunakan untuk

memahami penjelasan yang diberikan oleh guru. Fungsi ini disebut sebagai fungsi

heuristik.

Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa juga digunakan untuk mempengaruhi

lingkungan. Latihan lain yang sering digunakan adalah memanipulasi

lingkungan. Karena fungsi ini terkait dengan upaya kita untuk mengubah atau

memanipulasi lingkungan, maka fungsi ini disebut sebagai fungsi manipulatif.

Fungsi lain dapat dilihat pada saat seseorang menggunakan bahasa untuk

keperluan mengarang, misalnya mengarang novel, puisi, cerita pendek, dsb. Di

sini bahasa digunakan bukan untuk menjelaskan sesuatu tetapi untuk

mengembangkan imajinasi seseorang. Karena fungsinya untuk mengembangakan

imajinasi ini maka fungsi semacam ini disebut fungsi imajinatif.

Page 133: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

173

Masih ada satu lagi fungsi bahasa, yaitu fungsi bahasa yang muncul pada

saat kita menggunakannya untuk mengungkapkan pengalaman kita. Kita

menggunakan bahasa untuk bercerita kepada orang lain pengalaman atau ide-ide

kita. Karena fungsi ini terkait dengan pengungkapan ide-ide kita, fungsi ini

disebut fungsi ideasional.

Perlu disadari bahwa bahasa bukan hanya objek abstrak yang dipelajari

melainkan sesuatu yang digunakan orang setiap hari. Dalam mempelajari bahasa

sebagai alat komunikasi, seseorang perlu menyadari makna-makna bahasa yang

perlu dikuasainya. Menurut Halliday (1973), komponen makna yang fundamental

dalam bahasa adalah komponen yang fungsional dan semua bahasa tersusun

dalam dua macam makna: makna ideasional dan makna interpersonal, di samping

makna tekstual. Komponen-komponen ini merupakan manifestasi dalam sistem

kebahasaan dalam tujuan umum penggunaan bahasa. Makna ideasional,

interpersonal, dan tekstual merupakan tiga macam makna yang terangkum dalam

bahasa sebagai suatu kesatuan yang membentuk landasan semantik semua

bahasa. Makna ideasional merupakan wujud dari pengalaman seseorang, baik

pengalaman di dunia nyata maupun pengalaman di dunia imajiner. Menurut

Halliday, makna ideasional merupakan makna sense of content. Selanjutnya

makna interpersonal merupakan makna sebagi bentuk dari tingkah laku yang

kita (sebagai yang berbicara atau yang menulis) tujukan kepada orang lain

(sebagai pendengar atau pembaca). Dalam kalimat, makna interpersonal ini

ditampilkan dalam perubahan peran dalam interaksi, misalnya statements,

questions, offers, dan commands, serta kata kerja bantu modalities (may, could,

must, would) yang menyertainya.

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, kemampuan menggunakan bahasa

tidak dapat dilihat semata-mata dari penguasaan seseorang terhadap kosa kata

dan tata bahasa tetapi pada kemampuannya untuk berkomunikasi. Dalam

kaitannya dengan kemampuan untuk berkomunikasi ini, seseorang perlu untuk

mengembangkan kemampuan berinteraksi. Oleh karena itu, agar siswa dapat

berkomunikasi dengan baik, mereka juga perlu dibekali dengan keterampilan

interaktif (interactive skill) yang diperlukan. Keterampilan untuk mengajukan

Page 134: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

174

usul, menyatakan persetujuan atau ketidaksetujuan merupakan contoh

keterampilan interaktif ini.

3.4.6.2 Karakteristik Peserat Didik

Peserta didik adalah individu yang memiliki perasaan dan pikiran serta

aspirasi. Mereka mempunyai kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi (sandang,

pangan, papan), kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk mendapatkan

pengakuan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya (menjadi dirinya

sendiri sesuai dengan potensinya).

Dalam tahap pengembangannya, siswa SMP berada pada tahap periode

perkembangan yang sangat pesat, dari segala aspek. Berikut ini disajikan

perkembangan yang sangat erat kaitannya dengan pelajaran Bahasa Inggris yaitu

perkembangan aspek kognitif, psikomotor dan afektif.

• Perkembangan Aspek Kognitif

Menurut kategori Piaget(1970), siswa SMP merupakan period of formal

operation. Pada masa ini, yang berkembang pada siswa adalah kemampuan

berpikir simbolis dan bisa memahami sesuatu secara bermakna tanpa

memerlukan objek yang bersifat konkret. Siswa telah memahami hal-hal yang

bersifat imajinatif

Hal tersebut membawa implikasi terhadap pembelajaran Bahasa Inggris

yakni bahwa akan bermakna kalau materi pelajaran sesuai dengan minat dan

bakat siswa.

Pada tahap perkembangan ini juga berkembang tujuh kecerdasan

(Gardner, 1993), yakni kecerdasan (1) linguistik (2) logis-matematis, (3)

musikal, (4) spasial, (5) kinetik—ragawi, (6) intrapribadi, (7) antar -

pribadi. Ketujuh kecerdasan ini berkembang pesat dan jika dapat

dimanfaatkan oleh guru Bahasa Inggris akan sangat membantu siswa dalam

menguasai keterampilan berbahasa Inggris.

Page 135: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

175

• Perkembangan Aspek Psikomotor

Aspek psikomotor merupakan salah satu aspek yang penting untuk

diketahui oleh guru. Perkembangan aspek psikomotorik melalui beberapa

tahap.

Tahap perkembangan aspek psikomotor pertama adalah tahap kognitif. Tahap

ini ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kaku dan lambat karena

siswa masih dalam taraf belajar untuk megendalikan gerakan. Siswa harus

berpikir sebelum melakukan suatu gerakan. Pada tahap ini siswa masih

membuat kesalahan dan kadang-kadang terjadi tingkat frustrasi yang tinggi.

Tahap kedua adalah tahap asosiatif. Pada tahap ini siswa

membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk memikirkan gerakan sehinga

gerakannya sudah tidak kaku. Siswa mulai dapat mengasosiasikan gerakan

yang sedang dipelajari dengan gerakan yang sudah dikenal. Gerakan-gerakan

pada tahap ini belum bersifat otomatis. Pada tahap ini siswa masih

menggunakan pikiran untuk melakukan suatu gerakan, tetapi waktu yang

diperlukan untuk berpikir lebih sedikit daripada ketika berada pada tahap

kognitif

Pada tahap ketiga, tahap otonomi, siswa telah mencapai tingkat

otonomi tinggi. Proses belajar telah hampir lengkap meskipun siswa tetap

dapat, memperbaiki gerakan-gerakannya, Pada tahap ini gerakan yang

dilakukan secara spontan sehingga gerakan yang dilakukan juga tidak

mengharuskan siswa untuk memikirkan gerakannya.

• Perkembangan Aspek Afektif

Ranah afektif mencakup emosi dan atau perasaan yang dimiliki siswa.

Bloom (dalam Brown, 2000) memberikan definisi tentang ranah afektif yang

terbagi atas lima tataran yakni sadar akan situasi, fenomena masyarakat dan objek

di sekitar, responsif terhadap stimuli yang ada di lingkungan mereka, bisa

menilai, sudah mulai bisa mengorganisasikan nilai-nilai dalam suatu sistem dan

menentukan hubungan diantara nilai-nilai yang ada, dan sudah mulai mengetahui

karakteristik tersebut dalam bentuk sistem nilai

Page 136: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

176

Ada beberapa faktor spesifik dalam tingkah laku siswa SMP yang penting

dalam penguasaan bahasa yakni self esteem yaitu penghargaan yang diberikn

seseorang terhadap dirinya sendiri, inhibition, yaitu sikap mempertahankan diri

atau melindungi ego, kecemasan, yang meliputi rasa frustrasi, khawatir, dan

tegang, motivasi yaitu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan, risk taking,

yaitu sifat yang berkaitan dengan pelibatan diri individu pada perasaan orang lain.

Faktor-faktor ini hendaknya diperhatikan dalam pembelajaran Bahasa Inggris

3.4.6.3 Standar Kompetensi

Standar kompetensi berbahasa Inggris adalah seperangkat kemampuan

menggunakan bahasa untuk berinteraksi dalam konteks yang berbeda-beda untuk

mencapai tujuan komunikasi. Kompetensi ini mencakup pengetahuan,

keterampilan, dan sikap terhadap aturan bahasa dan penggunaan tata bahasa di

tengah masyarakat pemakainya. Jika tuntutan untuk mencapai kompetensi tidak

dipenuhi, pengguna bahasa tidak akan dapat mencapai tujuan komunikasinya

secara sempurna, meskipun setiap konteks situasi tidak menuntut unsur-unsur

yang sama dalam kecermatan berbahasa dalam konteks yang lain. Dimensi

kompetensi berbahasa Inggris harus dapat ditampilkan atau ditunjukkan oleh

siswa sebagai hasil belajar .

3.4.6.4 Penentuan Strategi Pembelajaran

Yang perlu disebutkan di sini adalah pilihan strategi pembelajaran siswa

atau pengalaman belajar yang kontekstual, unik dan bermakna untuk mencapai

suatu kemampuan atau kompetensi. Pengalaman belajar dapat dilakukan di dalam

maupun di luar kelas, misalnya untuk mencapai kompetensi dasar menulis

dengan indikator menulis surat sederhana yang terdiri dari tiga atau empat

kalimat, siswa dapat diberi tugas menulis surat pembaca (letters to the editor),

dan sejenisnya yang otentik serta unik. Contoh lain adalah siswa diberi kegiatan

dalam kelas untuk menanyai kawan-kawsn di kelasnya. Dua kegiatan dengan

keterampilan yang berbeda dapat dibuat secara terpadu. Kegiatan-kegatan seperti

ini sering juga dikenal dengan istilah communicative tasks (Nunan, 1989).

Page 137: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

177

3.4.7 Mata Pelajaran Penddikan Seni

3.4.7.1 Karakteristik Mata Pelajaran Pendidkan Seni

• Karakteristik

Pendidikan seni di sekolah pada dasarnya diarahkan untuk

menumbuhkan kepekaan rasa estetik sehingga terbentuk sikap kritis,

apresiasif dan kreatif pada diri siswa secara menyeluruh. Sikap ini hanya

mungkin tumbuh jika dilakukan serangkaian proses kegiatan pada siswa yang

meliputi keterlibatan siswa dalam segala aktivitas seni di dalam kelas dan

atau di luar kelas.

Kurikulum mata pelajaran pendidikan seni memuat ketiga kegiatan

tersebut diatas yang disusun sebagai suatu kesatuan. Artinya pada proses

pembelajaran, ketiga proses kegiatan tersebut harus merupakan rangkaian

aktivitas seni yang harus dialami siswa yang termuat dalam aktivitas

mengapresiasi dan aktivitas berkreasi seni.

Pendidikan seni sebagai mata pelajaran di sekolah diberikan atas dasar

pertimbangan sebagai berikut.

Pendidikan seni memiliki sifat multi lingual, multidimensional, dan

multikultural. Multilingual berarti pendidkan mengembangkan kemampuan,

mengekspresikan diri dengan berbagai cara media, seperti bahasa rupa, bunyi

gerak, peran, dan berbagai panduannya. Multi dimensional mengandung arti

pendidikan seni mengembangkan kompetensi dasar meliputi persepsi,

pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi, dan produktivitas

dalam menyeimbangkan fungsi otak sebelah kanan dan kiri, dengan cara

memadukan secara harmonis unsur-unsur logika, kinesetik, etika, dan

estetika. Sifat multikultural mengandung makna pendidikan seni

menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap

keragaman budaya lokal maupun global sebagai wujud pembentukan sikap

menghargai, bertoleransi, demokratis, beradab, dan serta harus mampu hidup

rukun dalam masyarakat dan budaya yang majemuk

Pendidikan seni memiliki peranan-peranan dalam pembentukan pribadi

siswa yang harmonis dalam logika, rasa estetik, dan artistiknya, serta etikanya

dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai

Page 138: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

178

kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan

Adversitas (AQ), dan kreativitas (CQ), serta kecerdasan spiritual dan moral

(SQ) dengan cara mempelajari elemen-elemen prinsip, proses dan teknik

berkarya sesuai dengan konteks sosial budaya masyarakat sebagai sarana

untuk menumbuhkan sikap saling memahami, menghargai dan menghormati

Pendidikan seni memiliki peranan dalam pengembangan kreativitas

kepekaan rasa inderawi, serta kemampuan berkesenian melalui pendekatan

belajar seni, belajar melalui seni, dan belajar tentang seni.

Bidang-bidang seni seperti musik, tari, teater, teater rupa dan media

memiliki kekhasan sendiri berdasarkan kaidah keilmuan masing-masing.

Dalam pembelajaran mata pelajaran penddikan seni, aktivitas menanggapi

seni akan dapat menampung ke khasan tersebut yang tertuang dalam gagasan-

gagasan, keterampilan/keahlian proses kreasi seni serta mengapresiasikan seni

dengan cara mengilustrasikan pengalaman, mengeksplorasi (menggali rasa),

melakukan pengamatan dan penelitian (mempelajari) atas elemen, prinsip,

proses, dan teknik berkarya yang dikaitkan dengan nilai-nilai budaya serta

keindahan dalam masyarakat yang beragam.

• Pengertian

Pendidikan seni melibatkan semua bentuk kegiatan berupa aktivitas fisik

dan cita rasa keindahan itu tertuang dalam kegiatan berekspresi dan berkreasi

melalui bahasa rupa, bunyi, gerak, dan peran, yang masing-masing mencakup

materi sesuai dengan bidang seni dan aktivitas dalam gagasan-gagasan seni,

keterampilan berkarya seni serta berapresisai dengan memperhatikan konteks

sosial budaya masyarakat.

• Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Pendidkan Seni

Mata pelajaran pendidikan seni memiliki fungsi dan tujuan

menumbuhkan sikap toleransi, demokrasi, beradab, serta mampu hidup rukun

dalam masyarakat yang majemuk, mengembangkan kemampuan imajinatif,

intelektual, ekspresi melalui seni, mengembangkan kepekaan rasa,

Page 139: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

179

keterampilan serta mampu menerapkan teknologi dalam berkreasi dan dalam

memamerkan dan mempegelarkan karya seni.

• Ruang Lingkup

Lingkup mata pelajaran pendidikan seni meliputi seni rupa, musik, tari,

dan teater. Pendekatan pengorganisasian materi pada mata pelajaran

pendidikan seni menggunakan pendekatan terpadu, yang penyusunan

kompetensi dasarnya dirancang secara sistemik berdasarkan keseimbangan

antara ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terjabarkan dalam aspek-

aspek konsepsi, apresiasi dan produksi yang meliputi kemampuan perseptual

yang meliputi kepekaan inderawi terhadap rupa, bunyi, gerak, dan

perpaduannya, pengetahuan yang meliputi pemahaman, penganalisaan, dan

pengevaluasian, dan apresiasi yang meliputi kepekaan rasa estetika dan

artistik serta sikap menghargai dan menghayati.

Materi disusun berdasarkan pengorganisasian keilmuan yang didasarkan

pada prinsip dari hal konkret ke hal abstrak, dari yang dekat ke yang jauh,

dan yang sederhana ke yang kompleks, serta disesuaikan dengan kebutuhan

dan perkembangan siswa.

3.4.7.2 Karakteristik Peserta Ddik

Pada umumnya siswa SMP berusia antara 12 sampai 15 tahun. Menurut

sebagian besar ahli psikologi , siswa usia tersebut termasuik dalam periode

transisi. Secara didaktis, menutut J.J. Rousseau (Ahmadi, 1991), usia tersebut

dalam masa perkembangan pikiran, sedangkan menurut Maria Montessori, usia

tersebut termasuk dalam masa penemuan diri serta kepuasan terhadap masalah-

masalah sosial. Secara biologis, usia siswa SMP adalah usia remaja yaitu masa

prapubertas dan awal masa pubertas.

Menurut E. Spranger (Ahmadi , 1991), tanda-tanda masa pubertas adalah :

• Penemuan diri

• Pertumbuhan pedoman kehidupan

• Memasukkan diri pada kegiatan kemasyarakatan

Page 140: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

180

dalam rangka penemuan dirinya, anak menyadari keberadaan dirinya, yang lebih

mendalam daripada sebelumnya. Namun ia mulai ikut dalam kegiatan

kemasyarakatan. Meskipun belum sempurna atau canggung, ia telah bertingkah

laku di tengah masyarakat. Anak pada masa puber telah mencari pedoman hidup

sehingga ia mulai menerima norma agama dan estetika.

Sesuai dengan ciri-ciri perkembangan tersebut, Witherington (1999)

menggolongkan umur 12 sampai 15 tahun ke dalam masa awal adolesensi. Pada

masa ini anak mulai melakukan penyesuaian sosial dan memiliki minat untuk

mengadakan penyelidikan-penyelidikan, oleh karena itu pada pembelajaran di

sekolah harus diberikan kebebasan untuk melakukan penyelidikan di bidang seni

rupa, seni musik, seni tari, teater, dsb.

Perkembangan anak pada dasarnya dapat dilihat dari segi kognitif, afektif

dan psikomotor. Bloom (Suciati, 2001) membagi kemapuan kognitif menjadi

enam kelompok yaitu pengetahuan/pengenalan, pemahaman, penerapan, analisis,

sintesis dan evaluasi. Secara kognitif, menurut Piaget, (Sunarto&Hartono, 1999)

sebagian besar anak usia remaja telah mampu memahami konsep-konsep abstrak

dalam batas-batas tertentu (berpikir operasional formal). Taraf berpikir ini

ditandai dengan cara berpikir deduktif-hipotesis, cara berpikir kombinatoris.

Dalam berpikir deduktif-hipotesis, terlebih dahulu anak menganalisis masalah

secara teoritis, kemudian mencari kemungkinan-kemungkinan penyelesaiannya

melalui hipotesis, dan akhirnya menyusun strategi untuk menyelesaikannya.

Kemampuan kognitif berkenaan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan

sikap hati yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu.

Menurut Krahtwol, Bloom, dan Masia (Suciati, 2001), kemampuan afektif dapat

digolongkan menjadi lima kelompok, yaitu pengenalan/penerimaan, pemberian

respon, penghargaan terhadap nilai, pengorganisasian, dan pengalaman. Pada

masa remaja emosi anak pada umumnya mengalami ketegangan, menjadi sangat

kuat, tidak terkendali, dan tampak tidak rasional. Perkembangan internalisaisi

nilai-nilai, moral, dan sikap sering terjadi melalui identifikasi dengan orang-

orang yang dianggapnya sebagai model.

Kemampuan psikomotor berkaitan dengan gerak anggota tubuh yang

memerlukan koordinasi antara syaraf dan otak. Menurut Harrow (Suciati, 2001)

Page 141: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

181

kamampuan ini dibedakan menjadi lima kelompok, yaitu meniru,

memanipulasi,akurasi gerak, artikulasi, dan naturalisasi/otonomisasi. Pada masa

remaja, anak mengalami pertumbuhan fisik yang cepat dan kematangan seksual.

Perubahan fisik ini mempengaruhi tingkah laku, menjadi anak tanpa canggung

dalam penyesuaian dirinya.

3.4.7.3 Penentuan Standar Kompetensi

Kompetensi mata pelajaran pendidikan seni ditentukan dengan mengacu

pada materi atau substansi keilmuan seni. Berdasarkan aspek keilmuan, seni

mencakup apresisasi seni, sejarah seni, estetika, kritik seni, berkarya seni, dan

penyajian seni. Sesuai dengan hakikatnya, kompetensi mata pelajaran pendidikan

seni adalah kompetensi di bidang estetika. Seni adalah tanggapan terhadap

pengalaman sosial yang diungkapkan (dikomunikasikan) melalui penggunaan

bahan dan peralatan, maka kompetensi pendidikan di bidang seni juga

mengandung kompetensi di bidang humanoria, komunikasi dan iptek

Apresiasi seni adalah pemahaman dan sikap menghargai terhadap karya

seni. Sejarah seni berisi pengetahuan tentang latar belakang penciptaan seni,

bentuk seni dan perkembangan seni dari masa ke masa. Estetika berisi

pengetahuan tentang kaidah-kaidah keindahan. Kritik seni merupakan analisis

kritis terhadap bentuk dan isi karya seni. Berkarya seni adalah aktivitas

penciptaan karya seni.

Pencapaian standar kompetensi didasarkan pada analisis taksonomi hasil

belajar. Menurut Bloom (1977), kompetensi belajar meliputi kompetensi kognitif

(pengetahuan), afektif(sikap), psikomotor(keterampilan). Pembelajaran apresiasi

seni terutama berkenaan dengan kompetensi afektif. Pembelajaran sejarah seni,

estetika, dan kritik seni berkenaan dengan kompetensi kognitif. Pembelajaran

berkarya seni dan penyajian seni berkenaan dengan kompetensi psikomotor

Penentuan standar kompetensi pembelajaran pendidikan seni juga harus

didasarkan pada aktivitas kesenian di masyarakat. Dalam kenyataanya terdapat

empat kegiatan seni yaitu :

• apresiasi seni di kalangan masyarakat

• berkarya seni di kalangan seniman

Page 142: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

182

• kritik seni di kalangan media massa

• penyajian karya seni oleh seniman maupun pengelola seni

Berdasarkan uraian tersebut, maka standar kompetensi mata pelajaran seni

secara umum mencakup kemampuan berapresiasi seni, berkreasi seni

(menampilkan atau menciptakam karya seni), mengkritisi (menilai) karya seni,

dan menyajikan karya seni. Dengan demikian standar kompetensi mata pelajaran

seni dapat dirumuskan sebagai berikut

3.4.7.4 Penentuan Strategi Pembelajaran

Pengalaman belajar untuk mata pelajaran pendidikan seni dapat terjadi di

sekolah maupun di luar sekolah. Pengalaman belajar seni harus melibatkan

kegiatan apresiatif dan kreatif. Kegiatan apresiatif misalnya membaca buku,

melakukan observasi di objek pameran, museum, galeri, dan tempat pertunjukan

seni , serta mengikuti apresiasi seni di media massa Kegiatan observasi misalnya

memmbut karya seni untuk kepentingan sendiri atau kepentingan sekolah atau

masyarakat diluar tugas mata pelajaran.

3.4.7.5 Karakter Ruang Kelas Kesenian

Page 143: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

183

Tabel 3.11 Kesenian Secara Umum

Page 144: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

184

Tabel 3.12 Studio Gambar

Page 145: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

185

Gambar 3.38 Ruang Kelas Kesenian

3.4.8 Mata Pelajaran Penddikan Jasmani

3.4.8.1 Karakteristik Pendikan Jasmani

Karakteristik pendidikan jasmani SMP adalah sebagai berikut :

• Penddikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di SMP,

yang mempelajari dan mengkaji gerakan manusia secara interdisipliner. Gerak

manusia adalah aktivitas jasmani yang dilakukan secara sadar untuk

meningkatkan kebugaran jasmani dan keterampilan motorik, mengembangkan

sikap dan perilaku agar terbentuk gaya hidup yang aktif. Aktivitas jasmani

yang dilakukan berupa aktivitas bermain, permainan, dan olahraga

• Pendidikan jasmani menggunakan pendekatan interdisipliner, karena

melibatkan berbagai disiplin ilmu seperti anatomi, fisiologi, sosiologi, dan

ilmu-ilmu yang lain. Pendukung utama pendidikan jasmani adalah ilmu

keolahragan yang mencakup filsafat olahraga, sejarah olahraga, pedagogi

olahraga, sosiologi olahraga, fisiologi olahraga dan biomekanika olahraga

• Materi pendidikan jasmani merupakan kajian terhadap gerak manusia yang

dikemas dalam muatan yang esensial, faktual dan aktual. Materi ini

Page 146: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

186

disampaikan dalam rangka memberikan kesempatan bagi siswa untuk

bertumbuh kembang secara proporsional dan rasional dalam hal ranah

psikomotor, jasmani, kognitif, dan afektif. Agar mencapai tujuan tersebut,

proses pembelajaran yang dilaksnakan harus menyenangkan,

menggembirakan, dan mencerdaskan siswa.

3.4.8.2 Karakteristik Siswa SMP

Untuk mengembangkan pembelajaran yang efektif, guru pendidikan

jasmani harus memahami dan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa.

Dengan memahami karakteristik perkembangan siswa, guru akan mampu

membantu siswa belajar secara efektif. Selam di SMP, seluruh aspek

perkembangan manusia -psikomotor, kogniatif, dan afektif mengalami perubahan

yang luar biasa. Siswa SMP megalami masa remaja, satu periode perkembagnan

sebagai transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa remaja dan

perubahan yang menyertainya merupakan aspek psikomotor. Kongnitif, dan

afektif disajikan sebagai berikut

• Perkembangan Aspek Psikomotor

Menurut Bloom dan Krathwohl (Arma Abdoelah dan Agusmanaji,

1994) aspek psikomotor menyangkut jasmani, keterampilan motorik yang

mengintegrasiakn secara harmonis sistem syaraf dan otot-otot. Lebih lanjut,

Wuest dan Lombardo (1994) menyatakan bahwa perkembangan aspek

psikomotor siswa SMP ditandai dengan perubahan jasmani dan fisiologi

secara luar biasa. Salah satu perubahan luar biasa yang dialami siswa adalah

pertumbuhan tinggi dan berat badan. Siswa mengalami akselerasi kecepatan

proses pertumbuhan, yang biasanya disebut denga pertumbuhan cepat

(growth spurt). Perubahan tinggi badan akan diikuti dengan perubahan cepat

dalam berat badan. Perubahan ukuran tulang, otot, dan organ tubuh dan juga

proporsi lemak tubuh.

Tulang rangka (skeletal) mengalami perubahan. Saat tubuh bertambah

matang, tulang bertambah keras. Proporsi tubuh mengalami pertumbuhan.

Bagian tubuh mengalami pertumbuhan dan pematangan pada kecepatan yang

Page 147: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

187

berbeda. Remaja biasanya mengalami perbedaan proporsi tangan dan lengan,

kaki dan tungkai, kepala dan badan, sehingga proporsi antar anggota tubuh

kelihatan tidak sempurna. Kekuatan otot meningkat selaras dengan

pertumbuhan individu. Jaringan adipose (lemak) mengalami perubahan variasi

jumlah dan distribusi. Kondisi ini akan menyebabkan remaja mengeluh bahwa

tubuhnya terlalu gemuk.

Perubahan lain yang dialami siswa SMP adalah pubertas dan

pematangan seksual. Perubahan jasmani yang cepat dan beragam akan

menyebabkan kecemasan bagi sebagian siswa. Selain sistem otot rangka dan

reporoduksi, perubahan terjadi pada sistem fisiologis, seperti perubahan

ukuran dan berat jantung dan paru-paru, perubahan sistem syaraf dan

pencernaan.

Perubahan penting lainnya adalah perkembangan keterampilan motorik.

Kinerja motorik siswa mengalami penghalusan. Siswa diarahkan untuk

mengalami pencapaian dan penghalusan keterampilan khusus cabang oleh

raga. Hal yang perlu diperhatikan adalah kebugaran jasmani siswa.

Kebugaran terkait dengan kesehatan seperti kekuatan dan daya tahan otot,

daya tahan kardiorespirasi, fleksibilitas, dan komposisi tubuh perlu

mendapatkan perhatian.

• Perkembangan Aspek Kognitif

Bloom dan Krathwohl (Arma Abdoelah dan Agusmanji, 1994)

menyatakan bahwa aspek kognitif meliputi fungsi intelektual, seperti

pemahaman, pengetahaun, dan keterampilan berpikir. Untuk siswa SMP,

perkembangan kognitif utama yang dialami adalah operasional formal yaitu

kemampuan berpikir abstrak dengan menggunakan simbol-simbol tertentu.

Menurut Wuest dan Lombardo (1994) perkembangan kognitif yang terjadi

pada siswa SMP meliputi peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori

dan bahasa, dan pemikiran konseptual. Perkembangan kematangan intelektual

sangat bervariasi dan variabilitasnya perlu mendapatkan perhatian guru saat

merencanakan pelajaran. Memori remaja ekivalen dengan memori orang

dewasa dalam hal kemampuan untuk menyerap, memproses dan

Page 148: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

188

mengungkapkan informasi. Siswa mampu berkonsentrasi lebih lama, dan

mampu mengingat lebih lama apa yang dilihat dan didengar.

Siswa mengalami peningkatan kemampuan mengekspresikan diri.

Kemampuan berbahasa menjadi lebih baik dan canggih, perbendaharaan kata

lebih banyak Ketika remaja mencapai kematangan, mereka akan memiliki

kemampuan untuk meyusun alasan rasional, menerapkan informasi,

mengimplementasikan pengetahuan, dan menganalisa siatuasi secara kritis.

Karenanya, kemapuan memecahkan masalah dan membuat keputusan akan

meningkat.

• Perkembangan Aspek Afektif

Menururt Bloom dan Krathwohl (Arma Abdoleah dan Agusmanap, 1994)

ranah afektif menyangkut perasaan, moral dan emosi. Perkembangan afektif

siswa SMP menurut Wuest dan Lombardo (1994) mencakup proses belajar

perilaku yang layak pada budaya tertentu, seperti bagaimana cara berinteraksi

dengan orang lain, disebut sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung

melalui pemodelan dan peniruan perilaku orang lain. Pihak yang berpengaruh

dalam proses sosisalisasi remaja adalah keluarga, sekolah dan teman sebaya.

Pihak yang sangat berpengaruh dari ketiganya bagi remaja adalah teman

sebaya.,

Siswa mengalami kondisi egosentris, yaitu kondisi yang hanya

mementingkan pendapatnya sendiri dan mengabaikan pandangan orang lain.

Remaja bangga menghabiskan waktu untuk memikirkan penampilan,

tindakan dan perasaan, perhatian dan penampilan dan dalam diri sendiri.

Siswa SMP mengalami perubahan persepsi diri selaras dengan peningkatan

kemampuan kognitif. Persepsi diri akan berkaitan dengan persepsi akan

kemampuan dan keyakinan yang kuat bahwa ia mampu mngerjakan sesuatu,

sehingga timbul rasa percaya diri. Selain itu guru perlu memberikan

berbagai kesempatan agar siswa mengalami keberhasilan dalam melakukan

berbagai tugas, sehingga kepuasan diri siswa akan tumbuh. Kepuasan diri

mengalami perkembangan yang pesat selama masa remaja.

Page 149: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

189

Secara emosional, siswa SMP mengalami peningkatan rentang dan

intensitas emosinya. Remaja belajar untuk mengatur emosi, dengan cara

mempuh mengekspresikan emosi dan mengetahui waktu dan tempat yang

tepat untuk mengekspresikannya. Siswa belajar memformulasikan sistem nilai

yang akan dianutnya, sikap terhadap sesuatu. Siswa mengalami proses untuk

mencapai tingkat pemahaman norma dan moral yang lebih baik.

3.4.8.3 Standar Kompetensi

Berdasrkan karakteristik pendidikan jasmani dan karakteristik siswa seperti di

atas, standar kompetensi mata pelajaran pendidikan jasmani di SMP dirumuskan

segbagai berikut :

• Memperagakan teknik dasar permainan dan olahraga berdasarkan konsep

yang benar dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

• Memperagakan jenis-jenis latihan fisik untuk meningkatkan kualitas fisik

motorik berdasarkan konsep yang benar dan nilai-nilai yang terkandung di

dalamnya.

• Memperagakan senam ketangkasan dan kemampuan dasar pengukuran

kemampuan gerak berdasarkan konsep yang benar berdasarkan nilai-nilai

yang terkandung di dalamnya.

3.4.8.4 Pemilihan Strategi Pembelajaran

A Metode Pembealajaran (teaching methiod)

Menurut Giffin, Mitchel, dan Oslin (1997), Magill (1993), Mosston dan Ashworth

(1994), Singer dan Dick(1980), metode pembelajaran yang sering diguankan

dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani adalah sebagai berikut :

a Pendekatan pengetahuan-keterampilan (knowledge-skill approach). Pendekatan ini

memiliki dua metode yaitu metode ceramah (lecture), dan latihan (drill)

b Pendekatan sosialisasi (socialization approach). Pendekatan ini berlandaskan

pandangan bahwa proses pendidikan harus diarahkan untuk meningkatkan

keterampilan pribadi dan berkarya keterampilan interaksi sosial. Pendekatan ini

terdiri dari metode the social family, the information processing family, the

personal family, the behavioral system family, dan the professional skills.

Page 150: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

190

C Pendekatan personalisaasi. Pendekatan ini berdasarkan atas pemikiran bahwa

aktivitas jasmani dapat dipergunakan sebagai media untuk mengembangkan

kualitas pribadi. Metodenya adalah movement education (problem solving

techniques)

d Pendekatan belajar (learning approach). Pendekatan ini berupaya untuk

mempengaruhi kemampuan dan proses belajar anak dengan metode terprogram

(programmed instruction), Computer Assisted Instructuion (CAI), dan metode

kreativitas dan pemecahan masalah (creativity and problem solving).

E Pendekatan pembelajaran motor (motor learning)

Pendekatan ini mengajarkan aktivitas jasmani berdasarkan klasifikasi

keterampilan dan teori proses informasi yang diterima. Metode yang

dikembangkan berdasarkan pendekatan ini adalah part-whole methods, dan

modelling (demonstartion)

f Spektrum gaya mengajar. Spektrum dikembangkan oleh Muska Mosston.

Spektrum dikembangkan berdasarkan pemikiran bahwa pembelajaran merupaakn

interaksi antara guru-murid dan pelaksanaan pembagian tanggung jawab. Metode

yang ada dalam spektrum berjumlah sebelas yaitu komando, latihan, resiprokal,

uji diri, inklusi, penemuan terbimbing, penemuan tunggal, penemuan beragam,

program individu, dan pengajaran diri

g Pendekatan permainan taktis (tactical games approaches)

Pendekatan yang dikembangkan oleh Universitas Loughborough untuk

mengajarkan permainan agar anak memahami manfaat teknik permainan tertentu

dengan cara mengenalakan situasi permainan tertentu terlebih dahulu kepada

anak.

B Pola organisasi (organisational pattern)

Menurut Gabbard, LeBlanc, dan Lovy (1994), pola organisasi digunakan

untuk mengelompokkan siswa dalam aktivitas jasmani agar metode yang

diinginkan dapat dipergunakan. Pola dasar organisasi adalah kelas, kelompok dua

atau lebih, dan individu.

Dalam pola klasikal, guru menyampaikan materi kepada seluruh peserta pada

waktu tertentu. Untuk menanggapi materi yang disampaikan, siswa bekerja

Page 151: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

191

sebagai satu kesatuan. Pengajaran kelompok atau perorangan membagi kelas

menjadi beberapa unit (kelompok atau individu) sehingga beberapa kegiatan dapat

dikerjakan pada satu satuan waktu tertentu. Penggunaan stasiun atau pusat-pusat

belajar (learning centre) merupakan bentuk yang populer dan bermanfaat untuk

mengakomodasi pola ini. Selain itu ada beberapa bentuk formasi yang dapat

digunakan, yaitu berjajar, melingkar, setengah lingkaran dan bergerombol.

C Bentuk Komunikasi

Menurut Gabbard, LeBlanc dan Lovy (1994), bentuk komunikasi adalah

bentuk interaksi yang dipilih guru untuk menyampaikan pesan. Pada umumnya

bentuk komunikasi adalah lisan, tertulis, visual, audio dan gabungannya.

Komunikasi verbal adalah komunikasi lisan melalui kontak pribadi, biasanya

antar guru dan siswa dan bentuk ini sering dipergunakan. Komunikasi lewat audio

dipresentasikan dengan menggunakan hasil rekaman atau pita kaset yang

menyampaikan gaya presentasi yang dipilih.

Bentuk komunikasi terulis (written) dan visual merupakan jenis komunikasi

yang efektif dan memberikan motivasi yang tinggi dalam proses pembelajaran.

Kertas tugas, kartu tugas, poster dapat digunakan secara efektif dalam organisasi

kelompok atau individu.

D Pengalaman belajar siswa

Pengalamabn belajar siswa merujuk pada pengalaman yang perlu dilewati

oleh siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi. Pengalaman belajar dalam

pendidikan jasmani lebih banyak dilakukan di lapangan atau di dalam gedung

olahraga, walaupun belajar di ruang kelas bisa dikerjakan. Pengalaman belajar

dalam pendidikan jasmani lebih menitikberatkan pada pengalaman siswa untuk

mempraktekkan keterampilan dan pengetahuan. Proses demikian diharapkan

mampu memberi kesempatan kepada sisiwa untuk mengembangkan potensi diri

yang dimiliki, mengalami aktivitas jasmani, menguasai keterampilan teknis dan

praktis, dan menggunakan pengetahaun secara praktis sehingga akan terbentuk

jiwa sportif dan gaya hidup sehat.

Page 152: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

192

Pengalaman belajar yang menyenangkan perlu dikembangkan agar siswa

tertarik dan menyenangi aktivitas jasmani, sehingga akhirnya mereka menyukai

pelajaran pendidikan jasmani. Bila siswa sudah menyenangi aktivitas jasmani,

maka mereka akan mengembangkan sendiri pengalaman belajar diluar pelajaran

di sekolah. Bila siswa menambah sendiri pengalaman belajar di luar jam

pelajaran, maka salah satu prinsip latiahan akan tercapai, sehingga dampak

atktivitas jasmani terhadap kebugaran jasmani akan terjadi. Dengan demikain

siswa akan memiliki kebugaran jasmani yang memadai, dan gaya hidup sehat

akan terbentuk

3.4.8.5 Karakter Ruang Kelas Pendidikan Jasmani

Pelajaran PendidikanJasmani dilakukan di lapangan dan di gymnasium. Dari

analisa perilaku disimpulkan bahwa anak-anak usia SMP berolahraga, misalnya

basket, bukan untuk berlatih agar menjadi pemain professional melainkan unutk

“dilihat oleh teman-temannya”. Oleh karena itu lapangan basket diletakkan di

dekat kantin dan di dekat kolam karena dua tempat ini adalah tempat anak-anak

akan beristirahat dan akan menajdi pusat massa selama jam istirahat

Gambar3.39 Gymnasium

Page 153: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

193

Gambar 3.40 Lapangan Olah Raga

3.4.9 Mata Pelajaran Penddikan Agama Kristen

3.4 9.1 Karakteristik Pendidikan Agaam Kristen (PAK)

Setiap mata pelajaran memiliki karakternya yang khas. Demikian juga

halnya dengan pelajaran PAK. Adapun karakteristik mata pelajaran PAK adalah

sebagai berikut :

• Pendidikan Agama Kristem merupakan kajian secara terpadu tentang

hakekat, fenomena, masalah, dan interaksi keagamaan dalam kehidupan

masyarakat. Keterpaduan di sini adalah cara memandang kehidupan

masyarakat secara menyeluruh yang menyangkut berbagai aspeknya dan

disiplin ilmu sosial.

• Materi PAK tertuang dalan 3 dimensi ajaran Kristen yaitu iman, gereja, dan

masyarakat, yang diaktualisasikan dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena

itu, pelajaran PAK bersumber pada fenomena yang ada dalam kehidupan

masyarakat. Tema-tema esensial tersebut terkait dengan aspek dan praktek

kehidupan manusia seperti hubungan antar sesama yang saling megasihi,

saling menolong, saling membantu serta cinta akan lingkungan hidupnya.

• Materi PAK dikembangkan dengan pendekatan interdisipliner dan

multidimensional. Dikatakan interdisipliner karena melibatkan berbagai

Page 154: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

194

disiplin ilmu sosial, dan dikatakan multidimensional karena mencakup

berbagai aspek kehidupan masyarakat.

3.4.9.2 Karakteristik Peserta Didik.

Pada jenjang pendidikan SMP, peserta didik berusia sekitar 12-16 tahun.

Secara kejiwaan mereka masuh termasuk kategori anak-anak yang belum

memiliki keterampilan berpikir. Pikiran mereka masih labil sehingga belum

dapat menentukan sikap yang pasti. Mereka masih mudah terbawa pengaruh oleh

pemikiran orang lain atau temannya baik itu bersifat positif maupun negatif.

Keadaan yang demikian ini akan mempengaruhi anak dalam melakukan kegiatan

belajaranya.

Pendidikan Agama Kristern (PAK) yang merupakan salah satu pelajaran

untuk memberikan dasar moral dan etika pada peserta didik mempunyai peranan

yang cukup besar dalam membentuk sikap anak. Oleh karena itu bidang PAK

tidak hanya menekankan proses belajarnya pada ranah kognitif yang sifatnya

berisi hafalan atau sekedar pengetahuan dan teori saja, tetapi justru pengembanga

ranah afektif yang harus ditekankan.

Keberhasilan sutau proses belajar tidak hanya diukur dari pemahaman siswa

terhadap materi pembelajaran yang diberikan namun juga pada sikap dari peserta

didik, khususnya pada jenjang SMP dimana pola pikir mereka masih harus

mendapatkan banyak bimbingan dari para pengajarnya. Oleh karena itu mata

pelajaran PAK ditekankan pada keberhasilan kognitif dan afektif yang diharapkan

dapat membentuk sikap dari para peserta didik.

3.4.9.3 Standar Kompetensi

Untuk PAK SMP telah dirumuskan 4 standar kompetensi yaitu :

• Mampu mendeskripsikan manusia sebagi makhluk ciptaan Allah yang

memiliki keterbatasn.

• Mampu mendeskripsikan pemeliharaan Allah terhadap manusia ciptaan-Nya

• Mampu mewujudkan hidup beriman dalam pengharapan

• Mampu mewujudkan tanggungjwabnya sebagai orang beriman.

Page 155: 3. PERENCANAAN BANGUNAN · 28 Universitas Kristen Petra 3. PERENCANAAN BANGUNAN 3.1 Tinjauan Umum 3.1.1 Tinjauan Terhadap Sekolah Berdasarkan sistem pendidikannya, sekolah di Indonesia

Universitas Kristen Petra

195

3.4.9.4 Pemilihan Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan model pembelajaran guru dalam

menyampaikan materi kepada siswa. Strategi pembelajaran dapat dilakukan di

dalam kelas maupun di luar kelas sesuai dengan materi yang akan disampaikan

dalam rangka pencapaian kompetensi dasar yang telah ditentukan. Model

pembelajaran di dalam kelas disebut dengan istilah tatap muka, dan model

pembelajaran diluar kelas disebut dengan istilah pengalaman belajar. Model

pembelajaran di kelasdialihkan oleh guru dalam memberikan materi, sehingga

guru harus selalu hadir dalam kelas. Hal ini berbeda dengan model pembelajaran

diluar kelas atau pengalaman belajar. Dalam model pembelajaran pengalaman

belajar siswa diharapkan belajar mandiri berdasarkan pengarahan guru yang

telah diterima. Siswa melakukan kegiatan mandiri dan setelah selesai diharapkan

membuat laporannya baik secara berkelompok maupun individu. Pengalaman

belajar siswa ini menunjukkan pengalaman yang perlu dilakukan oleh siswa

dalam rangka mencapai standar kompetensi. Pengalaman belajar di luar kelas

dapat dilaksanakan melalui kegiatan intra kurikuler maupun ekstra kurikuler

misalnya :

• Menolong teman yang beragama lain dalam belajar

• Mengatur ruang kelas agar nyaman untuk belajar

• Memberikan pertolongan pada orang yang sedang membutuhkan bantuan

Dalam pemilihan strategi pembelajaran guru menyesuaikan dengan sumber

bahannya. Sumber bahan tersebut adalah semua sumber belajar yang dapat

dipakai sebagai rujukan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar. Adapun

sumber bahan untuk mata pelajaran PAK dapat berupa buku teks, majalah,

renungan harian, pengalaman hidup, objek-objek alam, dan lain sebagainya

Berkenaan dengan pemilihan strategi pembelajaran, guru harus mampu

mengembangkan metode pembelajaran yang bisa memfasiltasi siswa untuk

memperoleh pengalaman belajar yang telah direncanakan. Metode pembelajaran

tersebut tentu saja harus relevan, dan cukup memadai guna pencapaian tujuan

pembelajaran.