Page 1
31
3. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Keamanan Hasil Perikanan,
Laboratorium Parasit dan Penyakit IkanUniversitas Brawijaya Malang, Jawa
Timur. Sedangkan identifikasi 16S rRNA dilakukan di Laboratorium Genetika dan
Molekuler Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang, Jawa Timur. Penelitian dilakukan mulai bulan November 2016
sampai bulan Maret 2017. Pengambilan sampel dilakukan di Pantai Aingsareh
Madura, Pantai Sendang Biru Malang dan Pantai Bajul Mati Malang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoklaf, Vortex,
Laminar Air Flow, Inkubator, timbangan digital, timbangan analitik, Mikroskop, pH
meter, mikropipet, Sedangkan alat yang digunakan untuk proses identifikasi 16S
rRNA adalah Spektrofotometer,dry bath, NanoDrop, Polymerase Chain Reaction,
mesin sekuensing ABIPRISM®310 Genetic Analyzer, perangkat elektroforesis
dan visualisasi dengan Gel-Doc XR 1000.
Perangkat gelas dan non gelas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah beaker glass 100 ml dan 250 ml, tabung reaksi, labu erlenmeyer 100 ml,
250 ml, 500 ml, labu ukur, pipet ukur, pipet tetes, cawan petri diameter 20 cm,
kuvet, blue tip, tube sentrifuge 5 ml, botol ukuran 20 ml, ose, bunsen, pematik
dan rak tabung reaksi.
Page 2
32
3.2.2 Bahan Penelitian
Sampel yang digunakan untuk mendapatkan isolat diambil dari batang dan
daun mangrove Sonneratia alba di tiga daerah pantai yang berbeda, yaitu Pantai
Aingsareh Madura, Pantai Sendang Biru Malang dan Pantai Bajul Mati
Malang.Bahan kimia yang digunakan antara lain akuades, alkohol 70%, D-
glukosa, L-Asparagin, Na2HPO4, KH2HPO4, MgSO4.7H2O, NaCl,CaCl2,
Bromothymol blue, NaOH dan HCl. Bahan-bahan tersebut didapatkan dari toko
laboratorium Makmur Sejati dan Panadia, Malang. Untuk media yang digunakan
meliputi yeast extract, pepton, sodium kloridadan bacto agar yang dibeli dari PT.
Satya Abadi Vigined, Tangerang Selatan. Untuk identifikasi menggunakan
deteksi 16S rRNA, primer yang digunakan adalah primer universal yang terdiri
dari rancangan primer gen forward27F (5’-AGAGTTTGATCATGGCTCAG-3’) dan
primer reverse1492R (5’-TACGGCTACCTTGTTACGA-3’), Master Mix Go Tag
Green, buffer tag, MgSO4, dNTP, ddH2O, marker DNA 1000 bp, TE buffer, gel
agarosa, TBE, dan SYBR safe.
3.3 Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif eksploratif dimana
dibagi menjadi dua tahapan penelitian. Tahapan pertama adalah skrining bakteri
penghasil L-asparaginase yang menghasilkan aktivitas enzim L-asparaginase
dilihat dari pengamatan kualitatif dengan membandingakan luas perubahan
warna media pertumbuhan bewarna kuning pekat menjadi warna biru yang
menandakan adanya aktivitas hidrolisis enzim L-asparaginase. Tahapan kedua
adalah Identifikasi bakteri yang memiliki aktivias hidrolisis enzim L-asparaginase
yang paling tinggi dengan metode identifkiasi 16S rRNA diperkuat dengan
pewarnaan gram. Hasil penelitian dipaparkan secara deskriptif berdasarkan
Page 3
33
tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan. Sedangkan hasil pengujian
identifikasi bakteri 16S rRNA dipaparkan secara kuantitatif.
Penelitian eksploratif bersifat menjelajah, artinya penelitian yang dilakukan
apabila pengetahuan tentang gejala yang diteliti masih sangat kurang atau tidak
ada sama sekali. Penelitian eksploratif seringkali berupa studi kasus dari suatu
kelompok atau golongan tertentu yang masih kurang diketahui orang
(Surakhmad, 1994).
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Pengambilan Sampel dari Mangrove Sonneratia alba (Prihanto et al.,
2011)
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah batang dan daun
Mangrove Sonneratia alba yang diambil dari tiga daerah yang berbeda,
diantaranya pantai Aingsareh Madura, pantai Sendang Biru Malang Selatan dan
pantai Bajul Mati Malang Selatan.Gambar 12. menunjukkan peta wilayah
pengambilan sampel mangrove Sonneratia alba.
Page 4
34
Gambar 12.Peta wilayah pengambilan sampel mangrove
Keterangan : 1. Pantai Aingsareh, Sampang Madura (7°13'5.57"S, 113°19'8.89"E) 2. Pantai Sendang Biru, Malang Selatan (8°25'52.18"S, 112°41'9.52"E)
3. Pantai Bajul Mati, Malang Selatan (8°25'52.9"S 112°38'08.0"E)
Bagian tumbuhan mangrove (batang dan daun) dipotong dengan
menggunakan cutter steril. Setiap bagian dipisahkan dalam wadah plastik steril
untuk menghindari hilangnya sifat keaslian batang dan daun dari mangrove itu
sendiri. Setelah itu dimasukkan ke dalam cool box 4oC untuk pengkondisian suhu
dimaksudkan agar mikroorganisme asli endofit mangrove tidak mengalami
kematian ketika dibawa dari pantai menuju laboratorium. Selanjutnya sampel
dibawa menuju Laboratorium tidak boleh lebih dari 12 jam untuk segera mungkin
dilakukan penanganan.
3.4.2 Tahap Persiapan Media (Pelczar dan Chan, 2005)
Media yang digunakan pada kultur massal adalah Luria Bertani Agar (LBA),
media ditimbang dan dilarutkan di dalam erlenmeyer dengan menggunakan
aquades. Setelah itu erlenmeyer yang berisi media ditutup dengan kapas untuk
mencegah media kontak dengan lingkungan dan direbus selama 15-20 menit
agar homogen, kemudian disterilisasi menggunakan autoklaf dengan suhu 121oC
tekanan 0,15 Mpa untuk mematikan semua bakteri yang tidak dikehendaki pada
media. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan bakteri, medium yang digunakan
harus mengandung komponen-komponen yang dibutuhkan oleh bakteri tersebut.
Kebutuhan bakteri termasuk air, karbon, energi, nitrogen, mineral dan faktor
pertumbuhan seperti vitamin dan beberapa asam amino (Fardiaz, 1992). Adapun
komposisi media LBA dapat dilihat pada Tabel 2.
Page 5
35
Tabel 2. Komposisi Media Luria Bertani Agar (LBA)
Bahan Kimia Komposisi Media
Yeast extract 5 gr/L Pepton 10 gr/L NaCl 10 gr/L Agar 15 gr/L
Aquades 1 L
Sumber : Luria Bertani Agar Himedia (2017)
3.4.3 Tahap Persiapan Sampel dan Pengenceran (Prihanto et al., 2011)
Kultivasi Bakteri endofit mangrove (daun dan batang) diawali dengan pre-
treatment sampel. Batang dan daun mangrove dikondisikan aseptis
permukaannya, bertujuan untuk menghilangkan mikroba kontaminan dari
permukaan batang dan daun. Pengkondisian aseptis dilakukan dengan membilas
aquades. Kemudian sampel direndam dengan etanol 75% selama 1 menit,
sodium hipoklorit 2% selama 3 menit dan etanol lagi 75% selama 30 detik,
setelah itu dicuci kembali dengan akuades untuk membersihkan sisa-sisa
disinfektan (Prihanto et al., 2011). Selanjutnya sampel dihaluskan menggunakan
mortar alu, sebelumnya mortar alu juga disterilisasi. Hal ini dimaksudkan agar
mikroba yang tumbuh nantinya memang asli dari mikroba endofit mangrove. 1
gram sampel dimasukkan dalam 9 ml NaFis dan divortex. Setelah itu dilakukan
pengenceran 1 ml sampel serial hingga 10-6 tiap sampel dan dilakukan
penanaman pada4 pengenceran terakhir. Pengenceran bertujuan untuk
mengurangi kepadatan mikroba (Pelczar dan Chan, 2006).
3.4.4 Tahap Kultur Bakteri (Pelczar dan Chan, 2006)
Pada proses kultur bakteri menggunakan metode sebar (spread plate
method). Sampel yang telah diencerkan ke dalam NaFis diambil sebanyak 1 ml
dengan menggunakan mikropipet kemudian dipindahkan ke cawan petri yang
berisi media LBA sebanyak 15 ml. Setelah itu diinkubasi pada suhu 37oC selama
24 jam.
Page 6
36
3.4.5 Tahap Isolasi Bakteri (Pelczar dan Chan, 2005)
Setelah diinkubasi selama 24 jam, bakteri yang telah tumbuh dilakukan
tahap identifikasi awal meliputi bentuk dan warna koloni dan dipilih 1 jenis bakteri
dominan dari masing-masing sampel kemudian dilakukan isolasi bakteri dengan
cara metode streak 3 kuadran. Isolasi bakteri bertujuan untuk mendapatkan
koloni murni sehingga memudahkan untuk tahap identifikasi selanjutnya, setelah
itu diinkubasi pada suhu 37oC.
3.4.6 Tahap Skrining Bakteri Penghasil Enzim L-asparaginase(Mahajan et
al., 2013)
Proses skrining bakteri endofit mangrove penghasil L-Asparaginase
dilakukan dengan cara, setiap koloni yang tumbuh berbeda pada kultur
sebelumnya diambil 1 ose dan digores ke setiap cawan petri steril yang
mengandung media selektif L-asparaginase ( 2 g D-glucose, 5 g L-asparagin, 6 g
Na2HPO4, 3 g KH2HPO4, 0.02 g MgSO4.7H2O, 0.5 NaCl, 0.02 CaCl2, 15 g Agar,
dan 0.007 Bromothymol blue dalam 1000 ml akuades), diinkubasi selama 24 jam
pada suhu 37oC. Apabila media pertumbuhan mikroorganisme kurang optimal
maka dapat ditambahkan larutan HCl untuk pengkondisian pH media sekitar 5,5.
Asumsi yang digunakan adalah bahwa setiap isolat murni yang tumbuh dapat
menghasilkan amonia dengan ditandai berubahnya warna media L-asparaginase
dari kuning menjadi biru (Sinha et al., 2013).
3.4.7 Pembuatan Stok Kultur (Sianturi, 2008)
Pembuatan stok kultur dilakukan dengan cara mengambil 1 ose dari setiap
isolat mikroorganisme yang tumbuh pada kultur murni dan dipindahkan ke dalam
media agar miring secara aseptis. Komposisi media yang digunakan untuk stok
kultur sama dengan media yang digunakan dalam isolasi kultur murni yairu LBA.
Page 7
37
Kultur diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC, kemudian disimpan dalam suhu
4oC dalam refrigerator. Peremajaan stok kultur dilakukan sekali dalam 2 minggu.
3.4.8 Identifikasi Molekuler Bakteri 16S rRNA
Tahapan kerja secara umum dalam analisis sekuen 16S rRNA adalah
isolasi DNA plasmid, amplifikasi gen dengan teknik PCR, konfirmasi hasil
amplifikasi gen, purifikasi amplikon gen, sekuensing DNA amplikon gen dan
analisa kekerabatan.
3.4.8.1 Isolasi DNA
IsolasiDNA dilakukan dengan menggunakan prosedur dari Kit IsolasiDNA
(Wizard Genomic DNA Purification Kit from Promega) dengan langkah berikut;
diambil 0,5 gr sampel, masukkan dalam tube 2 ml yang berisi 1,5 ml buffer
celllysis solution dan di mix (sampai tercampur). Inkubasi pada suhu ruang
selama 10 menit kemudian centrifuge 2,000 xg selama 10 menit. Supernatan
dibuang dengan tetap memperhatikan pelet agar tidak ikut terbuang, pelet
ditambahkan1 ml nucleic lysis dan divortek. Tambahkan 0,3 ml protein
precipitation solution, kemudian divortek selama 20 detik, centrifuge 2,000 x g
selama 10 menit. Supernatan diambil dan dimasukkan tube 1,5 ml baru yang
berisi1 ml isopropanol kemudian divortex dan dicentrifuge 2,000xg selama 1
menit. Supernatan dibuang (pellet tidak boleh terbuang), ditambahkan 1 ml
ethanol 70% Centrifuge 2,000 x g selama 1 menit, Supernatan dibuang pelet
dikeringkan dengan vakum untuk memastikan ethanol benar-benar hilang. Hasil
pelet dilarutkan dengan menambahkan 75 µl DNA rehydration solution,
diinkubasi pada suhu 650C selama 1 jam, selanjutnya disimpan pada suhu -20⁰ C
hingga digunakan.
a. Pengukuran Kemurnian DNA
Page 8
38
Pengukuran kemurnian dan konsentrasi DNA yang telah diisolasi
menggunakan mesin UV spektrofotometer Biorad. Pengukuran kemurnian dan
konsentrasi DNA dilakukan dengan mengambil sampel DNA sebanyak 5 μl
kemudian ditambah dengan 995 μl Tris-EDTA (TE) buffer dan diletakkan pada
alat vorteks hingga larutan homogen. Selanjutnya larutan dimasukkan dalam
kuvet dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 260 nm dan 280 nm.
Pita ganda DNA dapat menyerap cahaya UV pada 260 nm, sedangkan
kontaminan protein atau fenol akan menyerap cahaya UV pada 260 nm.
Sehingga kemurnian DNA dapat diukur dengan menghitung nilai absorbansi 260
nm dibagi dengan nilai absorbansi 280 nm, dan nilai kemurnian DNA berkisar
1,8-2,0. Sebelum dilakukan absorbansi pada larutan tersebut, dilakukan
peneraan dengan menggunakan TE buffer sebagai larutan blanko. Penentuan
tingkat kemurnian DNA dilakukan dengan rumus berikut ini.
Keterangan : A260 = Nilai absorbansi pada panjang gelombang 260 A280 = Nilai absorbansi pada panjang gelombang 280
Perhitungan kemurnian DNA pada perbandingan memiliki kisaran nilai
1,8-2,0. DNAyang memiliki kisaran nilai kemurnian >2 menunjukkan bahwa
terjadi kontaminasi protein sedang kisaran nilai <1,8 menunjukkan keberadaan
kontaminasi RNA (Fatchiyahet al., 2011).
3.4.8.2 Amplifikasi Gen dengan Teknik Polymerase Chain Reaction (PCR)
Amplifikasi genotyping gen dilakukan dengan teknik Polymerase Chain
Reaction atau PCR dengan menggunakan mesin thermalcycler. amplifikasi 16S
Kemurnian DNA =
Page 9
39
rRNA bakteri digunakan pasangan primer universal bakteria 27F (memutar pada
posisi 8 ke 27 dalam rRNA koordinat Escherichia coli) dan 1492R (umumnya
memutar pada posisi 1492 ke 1507). Sepasang primer ini merupakan primer
yang sering digunakan secara umum untuk amplifikasi bakteri (Frank et al.,
2008). Adapun urutan basa nukleotida primer tersebut sebagai berikut :
Primer forward 27F : 5’-AGAGTTTGATCATGGCTCAG-3’
Primer reverse 1492R : 5’-TACGGCTACCTTGTTACGA-3’
Komposisi PCR dengan volume total 20 μl/tube terdiri atas 6 μl ddH2O, 10
μl PCRkitGoTaq® Green Master Mix (10 x buffer taqpolymerase, dNTP, MgCl2,
primer, Taq DNA polymerase, ddH2O), primer forward 1 μl, primer reverse 1 μl
dan 2 μl DNA sampel hasil isolasi. Penentuan suhu amplifikasi mengacu
padaCorrea (2012), secara berurutan proses amplifikasi dikondisikan pada suhu
pre-denaturasi 950C selama 5 menit 1 kali siklus dan denaturasi dengan 30 kali
siklus pada suhu 950C30 detik, 55oC selama 30 detik, dan 720C selama 30
detik,dilanjutkandengan 1 siklus ekstensi pada suhu 720C selama 10 menit dan
suhu 40C selama 5 menit.
3.4.8.3 Konfirmasi Hasil Amplifikasi Gen
Hasil PCR semua sampel DNA yang telah diamplifikasi dikonfirmasi
dengan menggunakan elektroforesis horizontal gel agarosa 1,5%. Gel agarosa
1,5% dilakukan dengan cara berikut, bubuk agarosa ditimbang sebanyak 0,6
gram kemudian dilarutkan di dalam 40 ml TBE buffer dan dipanaskan hingga
terbentuk larutan yang transparan (bening). Larutan agarosa didiamkan hingga
hangat kemudian dituangkan ke dalam cetakan elektroforesis yang telah
ditambah dengan 0,5 μl etidium bromida. Sisir dipasang pada ujung bak
elektroforesis dan didiamkan hingga larutan agarosa mengeras (gel). Sisir
diambil pada gel agarosa yang telah terbentuk kemudian dipindahkan pada bak
Page 10
40
elektroforesis ditambah dengan TBE buffer hingga seluruh permukaan gel
tertutup larutan buffer. Sebanyak 2 μl sampel DNA dicampur dengan 1 μl loading
dye dicampur kemudian dimasukkan ke dalam sumuran secara perlahan.
Selanjutnya, dilakukan proses elektroforesis (running) dengan tegangan 65 Volt
selama 1,5 jam. Hasil elektroforesis divisualisasi dengan menggunakan UV
transiluminator dan didokumentasikan dengan kamera polaroid.
3.4.8.4 Purifikasi Amplikon Gen
Sampel amplikon hasil PCR gen yang sebagian telah digunakan untuk
konfirmasi elektroforesis dimasukkan dalam tube dengan volume maksimum 1,5
ml. Sampel tersebut ditambah dengan sodium asetat (Merck) sebanyak 0,1 %
dari total volume sampel amplikon dalam tube yang akan dipurifikasi. Berikutnya
ditambahkan ethanol absolut dingin sebanyak dua kali volume larutan sodium
asetat dan sampel amplikon. Kemudian dilakukan spin down dengan
menggunakan alat sentrifugasi dan disimpan pada suhu -200C selama 60 menit.
Selanjutnya dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 13.000 rpm pada suhu 4
0C selama 15 menit. Supernatan dibuang dan ditambahkan 200 µl etanol 70%
dingin dan disentrifugasi lagi dengan kecepatan 13.000 rpm pada suhu 40C
selama 15 menit. Pelet hasil sentrifugasi ini kemudian dikeringkan dengan
menggunakan inkubator pada suhu 370C. Pelet yang telah kering ditambah
dengan ddH2O sebanyak 15 µl.
3.4.8.5 Sequencing (Pengurutan Sekuen) DNA Amplikon Gen
Sequencing atau pengurutan sekuen DNA dilakukan untuk mengetahui
sekuen DNA yang mengalami polimorfisme. Sequencing dilakukan dengan
menggunakan sampel DNA dari hasil PCR yang telah dipurifikasi. Pada
konfirmasi amplifikasi DNA dengan elektroforesis gel agarosa, pita yang paling
tebal dipilih sebagai sampel untuk sequencing. Pita yang paling tebal dipilih
Page 11
41
dengan asumsi bahwa DNA telah dikenali oleh primer yang spesifik dan
teramplifikasi dengan panjang sekuen yang sesuai. Komposisi sequencing terdiri
dari amplikon gen sampel yang telah dipurifikasi 2 µl, ddH2O 10 µl, Big Dye
terminator 8 µl (menggunakan ABIPRISM®BigDye®terminator v3.1cycle
sequencing kits), larutan penyangga 5 µl (buffer dengan EDTA (Applied
Biosystem), dan primer dengan konsentrasi 20 pmol sebanyak 2 µl sehingga
jumlah keseluruhan 25 μl. Selanjutnya dilakukan PCR sequencing dengan
optimasi suhu sesuai petunjuk reagen kit sequencing, sampel hasil PCR
sequencing dilakukan purifikasi ulang sebelum dilanjutkan ke mesin sequencing,
hasil purifikasi berupa amplikon kedua ini ditambah dengan larutan buffer khusus
yaitu Hi-DiTM Formamide (Genetic Analysis Grade-Applied Biosystem) dan
disequencing menggunakan ABIPRISM®310 Genetic Analyzer di Laboratorium
Genetika, Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
3.4.8.6 Pembacaan Sekuen Hasil Sekuensing
Pembacaan sekuen hasil sekuensing bakteri yang diujikan dapat dilihat
dengan bantuan software Squence Scanner. Adapun langkah-langnya adalah
sebagai berikut :
1. Buka file yang berekstensi .abl dengan Squence Scanner.
2. Periksa seluruh grafik dengan menggulung (scroll) sampai ujung.
3. Hasil sekuensing disimpan dalam bentuk format FASTA.
3.4.8.7 Penggabungan Hasil Sekuensing Forward dan Reverse
Hasil sekuensing tersebut selanjutnya diolah menggunakan software
BioEdit. Analisis contigmerupakan penggabungan dua sekuen yang digunakan
untuk merakit kembali serangkain bagian DNA dalam satu bentuk tunggal tanpa
celah. Software yang digunakan untuk menggabungkan hasil sekuensing forward
Page 12
42
dan reverseyaitu menggunakan Bioedit. Adapun langkah-langkah dalam
penggabungan sekuen dengan analisis contig Bioedit menurut Rukmana (2015),
adalah sebagai berikut :
1. Dibuka program BioEdit.
2. Dibuka “New Alignment” pada program Bioedit.
3. Diklik menu : File Import Sequence alignment file. Pilih kedua file yang
akan dianalisis contig.
4. Disimpan dengan nama baru dalam format FASTA.
5. Dipilih salah satu sekuen dengan mengklik nama sekuen tersebut.
6. Dilakukan “Reverse complementer” melalui menu: Sequence nucleid acid
reverse complement.
7. Dilakukan “Pairwise Alignment” melalui menu : Sequence pairwise
alignment Alignment two sequence (allow ends to slide).
8. Ditampilkan sekuen consesus dari hasil contig dengan menu : Alignment
Create consensus sequence.
9. Diklik sekuen consensus kemudian dipilih menu : EditCopy Sequence to
clipboard (FASTA format).
10. Dibuka file teks baru dari menu : File New text. Paste sekuen consensus.
11. Dirubah ke dalam format FASTA dengan menambahkan tanda “lebih besar
dari” (>), diikuti dengan nama sekuen dan sekuen DNA pada baris kedua.
3.4.8.8 Pencarian Database Spesies lain dengan Gen Bank
Menurut Witarto (2002), perangkat yang dapat digunakan untuk pencarian
database dan paling berhasil hingga saat ini adalah BLAST (Basic Local
Alignment Search Tool). Kegunaan dari pencarian ini yaitu ketika mendapatkan
suatu sekuen DNA yang belum diketahui fungsinya, maka dengan
membandingkan dengan yang ada dalam database bisa diperkirakan fungsinya.
Page 13
43
Pencarian database menurut Rukmana (2015), dapat dilakukan dengan langkah-
langkah berikut :
1. Diketikhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov(website Gen Bank Amerika Serikat).
2. Diklik “BLAST” pada home NCBI.
3. Dipilih Nucleotida blast.
4. Dimasukkan urutan DNA hasil sekuensing dalam program tersebut dengan
cara memblok data sekuen (dalam format FASTA) dan dicopypaste pada form
yang tersedia.
5. Diklik “RUN BLAST” dan ditunggu hasilnya.
3.4.8.8 Filogenik Sekuen DNA (Dereeper et al., 2010)
Pembuatan pohon filogenik dilakukan dengan membuka phylogeny.fr yang
dapat diakses secara online pada laman http://www.phylogeny.fr/(Dereeper et
al.,2010). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. File hasil dari “RUN BLAST” pada BLAST dibuka.
2. Diklik bakteri yang sama sebanyak 4 jendela Description.
3. Klik Download FASTA (aligned sequence) continue.
4. Dicari format fasta bakteri padahttp://www.ncbi.nlm.nih.govNucleotide
ketik nama bakteri pada kolom searchenter klik bakteri FASTA
Download. (Ketentuan : 3 bakteri yang mempunyai genus yang sama
dengan baktero hasil BLAST tetapi spesiesnya berbeda, kemudian 2 bakteri
yang mmpunyai genus yang berbeda dengan bakteri hasil BLAST tetapi
spesiesnya sama dan 1 bakteri yang paling berbeda baik genus maupun
spesies. Jadikan satu file dalam fasta BLAST sebelumnya).
5. Dibuka laman http://www.phylogeny.fr/.
6. Ditekan one Click buka file fasta dari BLAST.
7. Ditekan submit.
Page 14
44
8. Tunggu hingga hasilnya keluar.
9. Dilihat hasil filogenetik.
3.4.9 Konfirmasi Gram dan Morfologi (Volk dan Wheeler, 1993)
Identifikasi bakteri dengan pewarnaan gram langkah pertama yaitu
objectglass dibersihkan dengan akuades kemudian difiksasi untuk
menghilangkan kontaminan. Langkah selanjutnya diambil sedikit isolat bakteri
kemudian ambil 1 ose NaFis steril 0.9% dan dihomogenkan di atas objek glass
bertujuan untuk menguraikan koloni agar tidak terlalu padat dan terlihat bentuk
selnya setelah dilakukan pewarnaan gram, kemudian difiksasi sampai kering
yang bertujuan untuk menguapkan NaFis pada objectglass. Kemudian ditetesi
kristal violet yang berfungsi sebagai pewarna primer dan didiamkan selama 1
menit kemudian dibilas dengan akuades yang bertujuan untuk membilas sisa
kristal violet yang tidak menempel pada bakteri, lalu ditetesi iodin didiamkan
selama 1 menit yang bertujuan untuk memperkuat warna ungu yangberasal dari
kristal violet dan dibilas dengan akuades yang bertujuan untuk membersihkan
sisa iodin yang tidak menenmpel, selanjutnya ditetesi dengan alkohol yang
berfungsi untuk pemucat warna dan didiamkan tidak boleh lebih dari 7 detik.
Kemudian dibilas dengan akuades dan terakhir ditetesi safranin sebagai pewarna
sekunder, ketika ditetesi alkohol, bakteri gram negatif akan melunturkan kristal
violet dan mengikat safranin dan didiamkan 30 detik kemudian dibilas dengan
akuades selanjutnya gram yang telah terwarnai diamati di bawah mikroskop
dengan pembesaran 40x dan 100x.
Sel bakteri yang telah terwarnai diamati di bawah mikroskop binokuler
dengan perbesaran 100x dan dilihat bentuk dinding selnya serta warna gramnya.
Dilihat bentuk selnya apakah berbentuk basil, spiral atau coccus. Untuk
Page 15
45
pewarnaan gram bakteri dinyatakan gram positif apabila berwarna ungu atau
biru, dikatakan gram negatif apabila berwarna merah.
Zat pewarna violet dan iodin membentuk senyawa yang kompleks.
Beberapa marga bakteri melepaskan zat pewarna dengan mudah apabila dicuci.
Pada bakteri lain, zat pewarna tetap bertahan walau dicuci dengan alkohol 95%.
Bakteri yang tidak dapat menahan zat pewarna setelah dicuci dengan alkohol
95% disebut gram negatif yang ditandai dengan warna merah. Sedangkan
bakteri yang dapat menahan zat pewarna disebut Gram positif ditandai dengan
warna biru atau ungu.
Page 16
46
3.5 Diagram Alir Penelitian
Gambar 13.Diagram Alir Isolasi dan Identifikasi Bakteri penghasil L- asparaginase
Endofit Mangrove
Kultivasi Bakteri pada media LBA
Skrining Bakteri penghasil enzim L-asparaginase pada media L-asparaginase
L-Asparaginase positif
Isolat terpilih
L-asparaginase negatif
Pewarnaan gram Identifikasi molekuler 16S rRNA
Nama Spesies
Analisa Kekerabatan
(Pohon Filogenik)
Identitas spesies
Isolasi Bakteri pada media LBA