MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN DALAM KEJADIAN BENCANA DAN KEGAWATDARURATAN OLEH : Ns. Rondhianto, M.Kep DEPARTEMEN KEPERAWATAN KLINIK PSIK UNEJ 2014
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN DALAM KEJADIAN
BENCANA DAN KEGAWATDARURATAN
OLEH :
Ns. Rondhianto, M.Kep
DEPARTEMEN KEPERAWATAN KLINIK
PSIK UNEJ 2014
Standar kompetensi Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep dasar
manajemen pelayanan kesehatan pada kejadian bencana dan kegawatdaruratan
Kompetensi Dasar : Mahasiswa mampu menjelaskan :
1. Penatalaksanaan korban masal di lapangan
2. Perawatan korban di lapangan
3. Penerapan rencana penatalaksanaan korban bencana massal Rumah Sakit
4. Pelayanan kesehatan di pengungsian
5. Pelayanan logistic dan perbekalan kesehatan
PENDAHULUAN Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah
besar diperlukan segera setelah terjadinya gempa bumi, kecelakaan transportasi atau industri yang besar, dan bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan muncul dalam beberapa jam pertama.
Banyak jiwa tidak tertolong karena sumber daya lokal, termasuk transportasi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu sumber daya lokal sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
PENATALAKSANAAN
KORBAN DI LAPANGAN
PENATALAKSANAAN KORBAN DI LAPANGAN
Mrpkan prosedur2 yg digunakan utk m’kelola daerah bencana dgn 7-an tujuan memfasilitasi penatalaksanaan korban.
Meliputi : Proses PenyiagaanIdentifikasi awal lokasi bencanaTindakan keselamatan Langkah PengamananPos KomandoPencarian dan Penyelamatan (SAR)
(1) Proses Penyiagaan
7-an :
mobilisasi sumber daya secara efisien, yaitu memastikan tanda bahaya, mengevaluasi besarnya masalah dan memastikan bahwa sumber daya yang ada dan memperoleh informasi dan melakukan mobilisasi.
3 proses : Penilaian awal Pelaporan ke tingkat pusat, dan Penyebaran pesan siaga.
Penilaian awal (a) Prosedur utk mdptkan informasi segera, meliputi :
Masalah aktual dan beratnya masalah ?? Risiko potensial dari masalah yg akan dihadapi ???
Petugas harus dpt m’identifikasi : Lokasi kejadian secara tepatWaktu terjadinya bencanaTipe bencana yang terjadiPerkiraan jumlah korbanRisiko potensial tambahanPopulasi yang terpapar oleh bencana.
Shg dpt memobilisasi sumber daya yg adekuat penatalaksanaan lapangan dpt diorganisasi secara benar.
Pelaporan ke tingkat pusat (b)
Laporkan hasil penilaian awal ke pusat komunikasi sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi bencana
Dampak keterlambatan pelaporan : Keterlambatan mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana Hilangnya informasi akibat tim tsb juga terlibat dlm bencana
Penyebaran pesan siaga (c)
Pusat komunikasi pesan siaga, memobilisasi sumber daya yg dibutuhkan & m’sebarkan informasi kpd tim atau institusi dgn keahlian khusus dlm penanggulangan bencana massal.
Pesan siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tata cara yang telah ditetapkan sebelumnya (lihat kuliah sebelumnya)
(2) Identifikasi awal lokasi bencana
Mrpkan tugas kedua tim penilai awal, yaitu identifikasi lokasi penanggulangan bencana dan membuat peta sederhana lokasi bencana (topografi, beri mata angin)
Mencakup : Daerah pusat bencana Lokasi : pos komando, pos pelayanan medis lanjutan, evakuasi Lokasi VIP dan media massa Akses jalan ke lokasi.
Identifikasi lokasi dan peta akan membuat tim bantuan dtg ke lokasi scr cepat dan efisien.
(3) Tindakan keselamatan
7-an : memberi perlindungan kpd : Korban bencana Tim penolong Masyarakat lain
Yg terpapar dr segala risiko yg mungkin tjd terjadi dan dari risiko potensial yg diperkirakan dpt tjd (spt : perluasan bencana, kemacetan lalu lintas, material berbahaya, dan lain-lain).
Bentuk tindakan : Aksi langsung adl mengurangi risiko (spt : pemadaman
kebakaran, isolasi material berbahaya, penggunaan pakaian pelindung, dan evakuasi masyarakat)
Aksi pencegahan : penetapan area larangan (restricted area)
Restricted area ???
Area primer Mrpkan daerah pusat bencana, utk tim khusus (SAR)
Area sekunder Area utk petugas SAR, petugas kesehatan, pos komando dan
kontrol, komunikasi,keamanan/keselamatan, pos medis lanjutan, pusat evakuasi dan
Tempat parkir bagi kendaraan evakuasi dan keperluan teknis.
Area tersier Area bagi media massa Berfungsi sebagai “penahan” untuk mencegah masyarakat
memasuki daerah berbahaya.
Luas tgt pd jenis bencana, topografi, dan arah angin
(4) Langkah Pengamanan
Petugas :
TNI/POLRI, petugas keamanan sipil, petugas keamanan bandar udara, petugas keamanan RS, dan lain-lain.
7-an :
M’cegah campur tangan pihak luar thd tim penolong dlm melakukan upaya penyelamatan korban dan memperlancar proses evakuasi
Mekanisme : Melindungi tim penolong dari campur tangan pihak luar. Mencegah terjadinya kemacetan dlm alur evakuasi korban & mobilisasi
sumber daya. Melindungi masyarakat dari kemungkinan risiko terpapar o/ bencana
(5) Pos Komando
Dibentuk pada awal operasi pertolongan bencana massal, yg mrpkan unit kontrol multisektoral dan Koordinasi hrs baik --- Efisiensi bantuan pra hospital
Syarat : harus mudah dikenali dan dijangkau dan dpt m’akomodasi semua
metode komunikasi baik komunikasi radio maupun visual.
7-an : Koordinasi berbagai sektor yg terlibat dlm penatalaksanaan di lapangan. Menciptakan hubungan dgn sistem pendukung dlmproses penyediaan
informasi dan mobilasi sumber daya yg diperlukan. Mengawasi penatalaksanaan korban.
Tenaga pelaksana : Inti : kepala komando dari komandan POLRI dibantu TNI, Dinas kebakaran
dan pimpinan dinas kesehatan dan Dibantu tenga sukarelawan dr berbagai instansi
Lanjutan : pos komando
Tugas : Scr kontinu melakukan penilaian ulang thd situasi yg dihadapi Identifikasi adanya kebutuhan untuk menambah atau mengurangi sumber
daya di lokasi bencana
Metode : Membebastugaskan anggota tim penolong segera setelah mereka tidak
dibutuhkan di lapangan. Scr teratur mengatur rotasi tim penolong dan tim pendukung. Memastikan suplai peralatan & SDM adekuat Memastikan tercukupinya kebutuhan tim penolong (makanan dan minuman). M’sediakan informasi bagi tim pendukung dan petugas lainnya, serta media
massa (melalui Humas). Menentukan saat untuk mengakhiri operasi lapangan.
(6) Pencarian dan Penyelamatan (SAR)
Pelaksana : Utama : TIM SAR (Basarnas, Basarda) Cadangan : TNI/POLRI atau tenaga suka relawan terlatih
Tugas : Melokalisasi korban. Memindahkan korban dari daerah berbahaya ke tempat penampungan Memeriksa status kesehatan korban (triase di tempat kejadian). Memberi pertolongan pertama jika diperlukan. Memindahkan korban ke pos medis lanjutan jika diperlukan.
Biasanya tim menggunakan pakaian & pealatan khusus tgt situasi yg dihadapi
Jika kondisi bencana sangat berat, penggantian anggota tim dengan tim pendukung harus lebih sering dilakukan.
Ketentuan :
Jika ada korban dgn kondisi memburuk, tim SAR dpt meminta bantuan tim medis melalui pos komando utk stabilisasi korban.
Tenaga medis yg melakukan prosedur ini harus sdh dilatih khusus untuk itu, dan prosedur ini hanya boleh dilakukan pada situasi-situasi yang sangat mendesak
Jika daerah pusat bencana luas maka daerah kerja dpt dibagi menjadi beberapa daerah operasi kecil dengan tim SAR di tiap daerah.
Jika daerah pusat bencana tidak aman bagi korban, tim SAR dpt membuat suatu tempat penampungan di dekat daerah pusat bencana
Tempat penampungan ini diorganisasikan oleh tenaga medis gawat darurat bersama para sukarelawan dimana akan dilakukan triase awal, pertolongan pertama dan pemindahan korban ke pos medis lanjutan.
PERAWATAN KORBAN
DI LAPANGAN
• Jika di tempat bencana hanya ada 1 RS tipe C atau B (300 TT dgn 3 OK)
Keterbatasa Sumber Daya
• SDM :Tim medis, paramedis dan non medis
• Peralatan pendukung
RS Lapangan• Penundaan
sementara• Perawatan scr
cepat pd pasien • Tdk mengganggu
aktivitas RS • Tdk mengganggu
pasien yg ada di RS
Tujuan
Langkah2 perawatan di lapangan
Triase : Triase di tempat Triase medik Triase evakuasi
Pertolongan pertama Pos medis lanjutan
TRIASE Suatu tindakan untuk mengelompokkan penderita berdasarkan beratnya
cedera yg diprioritaskan berdasarkan ada tidaknya gangguan pd A (airway), B (breathing), dan C (Circulation)
7-an : dentifikasi scr cepat korban yg m’butuhkan stabilisasi segera (perawatan di lapangan) dan mengidentifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan darurat (life-saving surgery).
Penting : Jika musibah masal dgn jumlah penderita dan beratnya perlukaan sesuai dgn
kemampuan RS. Maka penderita gawat darurat dan multi trauma akan ditangani terlebih dahulu
Jika musibah masal dgn jumlah penderita dan beratnya perlukaan melampaui kemampuan RS. Maka penderita yang ditangani adlah : kemungkinan survival terbesar, serta membutuhkan waktu dan perlengkapan dan
tenaga yg lebih sedikit.
Triase di tempat Triase di tempat dilakukan di “tempat korban ditemukan”
atau pada tempat penampungan yang dilakukan oleh tim Pertolongan Pertama atau Tenaga Medis Gawat Darurat.
Triase di tempat mencakup pemeriksaan, klasifikasi, pemberian tanda dan pemindahan korban ke pos medis lanjutan.
Triase adlh m’bagi pasien dlm 4 kategori : Hijau Kuning Merah Hitam
START SYSTEM
Diciptakan oleh Hoag Hospital dan the Newport Beach CA Fire Dept (1980-an)
Memungkinkan rapid assessment thd korban (15 detik/pasien)
Klasifikasi didasarkan kepada : a. Respiratory (Airway dan Breathing)
b. Perfusion (circulation)
c. Mental status evaluation
START First Step
Can the Patient Walk?
YES NO
Green
(Minor)
Evaluate Ventilation
(Step-2)
START Step-2
Ventilation Present?
YESNO
> 30/Min < 30/min
Evaluate Circulation(Step-3)
Open Airway
Ventilation Present?
NO YES
BlackRed/ Immediate
Red/ Immediate
START Step-3
Circulation
Absent Radial Pulse
Control Hemorrhage
Present Radial Pulse
Evaluate Level of Consciousness
Red/ Immediate
START Step-4
Can’t Follow Simple Commands
Level of Consciousness
Can Follow Simple Commands
Yellow/ DelayedRed/ Immediate
PRIORITAS TAG Keterangan Contoh 1 MERAH PASIEN GAWAT DARURAT
Pasien terancam jiwa atau anggota tubuh (kecacatan), jika tidak mdptkan pertolongan segera ATAU Pasien cedera berat yg memerlukan tindakan dan transportasi segera
Henti jantung Henti nafas, Obstruksi jalan nafas Perdarahan hebat (> 2 L) Syok hebat dan TS < 80 mmHg Cedera kepala/Maksilofasial Berat Cedera torakoabdominal Luka bakar berat / luka bakar yang mengenai
saluran nafas Suspect Fraktur vertebra servikalis
2 KUNING CEDERA CEDERA kurang berat dan
dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat
Cedera abdomen tanpa syok Cedera dada tanpa gg respirasi Fraktur Mayor tanpa syok Cedera kepala atau tulang belakang leher tdk
berat Luka bakar ringan
3 HIJAU CEDERA MINOR
Tdk memerlukan stabilisasi segera, memerlukan bantuan pertama sederhana namun memerlukan penilaian ulang berkala
Cedera jaringan lunak Fraktur/dislokasi ekstremitas Cedera maksilofasial tanpa gg nafas Gawat darurat psikologis Perdarahan ringan
4/0 HITAM Tanda-tanda meninggal positif,
Pasien cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin di resusitasi
Tidak ada respirasi da denyut nadi > 20 menit mulai kejadian, kecuali korban near drowning, korban hipotermi ekstrim
Trauma yang menyebabkan RJP tidak efektif Dekapitasi (leher putus)
Triase Medik Triase ini dilakukan saat korban memasuki
pos medis lanjutan oleh tenaga medis yang berpengalaman (sebaiknya dipilih dari dokter yang bekerja di Unit Gawat Darurat, kemudian ahli anestesi dan terakhir oleh dokter bedah).
Tujuan triase medik adalah menentukan tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh korban
Triase evakuasi Triase ini ditujukan pada korban yang dapat dipindahkan
ke Rumah Sakit yang telah siap menerima korban bencana massal.
Jika pos medis lanjutan dapat berfungsi efektif, jumlah korban dalam status “merah” akan berkurang, dan akan diperlukan pengelompokan korban kembali sebelum evakuasi dilaksanakan.
Tenaga medis di pos medis lanjutan dengan berkonsultasi dengan Pos Komando dan RS tujuan berdasarkan kondisi korban akan membuat keputusan korban mana yang harus dipindahkan terlebih dahulu, RS tujuan, jenis kendaraan dan pengawalan yang akan dipergunakan.
Pertolongan Pertama
Dpt diilakukan oleh : Non medis : Sukarelawan, Petugas Pemadam Kebakaran, Polisi, dll Tim Medis Gawat Darurat dan Tenaga Perawat Gawat Darurat Terlatih.
Lokasi : Lokasi bencana, sebelum korban dipindahkan. Tempat penampungan sementara Pada “tempat hijau” dari pos medis lanjutan Dalam ambulans saat korban dipindahkan ke fasilitas Kesehatan
Jenis : Reposisi korban kontrol airway dan bantuan nafas Bantuan RJP jalan napas Kontrol perdarahan Balut dan bidai dan Usaha-usaha untuk membuat korban merasa lebih nyaman
Pos Medis Lanjutan
Didirikan sbg upaya menurunkan angka kematian dgn cara memberikan perawatan efektif (stabilisasi) thd korban secepat mungkin.
Upaya stabilisasi korban : Intubasi , trakeostomi, pemasangan drain thoraks Pemasangan ventilator Penatalaksanaan syok secara medikamentosa Pemberian analgesia, infus, fasiotomi, dan Imobilisasi fraktur, pembalutan luka, pencucian luka bakar.
Fungsi pos medis lanjutan adl “Three ‘T’ rule” : Tag Treat, and Transfer
Lokasi pos medis lanjutan ???
Syarat : Di daerah aman Dekat dengan pusat bencana (kalo bisa 50-100 m) Akses langsung ke jalan --- evakuasi Berada di dekat dengan Pos Komando Berada dalam jangkauan komunikasi radio.
KHUSUS :
Jika ada kemungkinan paparan material berbahaya, pos medis lanjutan dapat didirikan di tempat yang lebih jauh. Sekalipun demikian tetap harus diusahakan untuk didirikan sedekat mungkin dengan daerah bencana.
Pos Medis Lanjutan Dasar
Tempat perawatan ???
Tempat perawatan korban gawat darurat (korban label merah dan kuning). Lokasi ini merupakan proporsi terbesar dari seluruh tempat perawatan.
Tempat perawatan bagi korban nongawat darurat (korban yang diberi tanda dengan label hijau dan hitam).
Organisasi Pos medis lanjutan standar 1 buah pintu keluar dan
2 buah pintu masuk : Pintu Gawat Darurat (beri tanda merah) dan Non- Gawat Darurat (beri
tanda hijau)
Dua tempat penerimaan korban/triase yang saling berhubungan untuk memudahkan pertukaran/pemindahan korban bila diperlukan.
Tempat perawatan Gawat Darurat yang berhubungan dengan tempat triase Gawat Darurat, tempat ini dibagi menjadi: Tempat perawatan korban dengan tanda merah berhubungan langsung
dengan tempat triase Tempat perawatan korban dengan tanda kuning (setelah tempat
perawatan merah)
Tempat perawatan Non Gawat Darurat, berhubungan dengan tempat triase Non Gawat Darurat, dibagi menjadi:Tempat korban meninggal (langsung berhubungan
dengan tempat triase) : beri tanda bendera hitamTempat perawatan korban dengan tanda hijau
(setelah tempat korban meninggal) :
1 ruang tempat evakuasi (biasanya diberi tanda biru) yang merupakan tempat korban yang kondisinya telah stabil untuk menunggu pemindahan ke Rumah Sakit.
Brp luas Pos Medis Lanjutan ??? Dapat menampung korban 25 orang
korban dan para petugas yang bekerja di sana
Terbagi : Tempat triase adalah minimum 9 m2.Daerah perawatan 2,6 m2 untuk setiap korbanLuas minimum tempat perawatan untuk pos
medis lanjutan adalah 65 m2.Tempat evakuasi 26 m2.
Arus Pemindahan Korban ??? Lakukan registrasi pada korban sesuai dengan
tanda kartu pada triase awal (kartu berwarna merah, kuning, hijau atau hitam)
Kemudian tempatkan pada tempat perawatan sesuai warna kartu hingga keadaan stabil
Setelah stabil korban pindahkan ke tempat evakuasi, dimana registrasi mereka akan dilengkapi sebelum dipindahkan ke fasilitas lain.
Tenaga Pelaksana ???
Tenaga medis yang akan dipekerjakan di pos ini adalah dokter dari UGD, ahli anestesi, ahli bedah dan tenaga perawat.
Dapat pula dibantu tenaga perawat, tenaga medis GADAR, dan para tenaga pelaksana Pertolongan Pertama akan turut pula bergabung dengan tim yang berasal dari Rumah Sakit.
Tenaga pelaksana pos medis lanjutan standar dapat dibedakan berdasarkan lokasi tempat pemberian pelayanan, baik itu triase maupun perawatan
Tenaga Triase Gawat Darurat
Pelaksana triase GADAR: Utama : Dokter UGD RS, ahli anestesi atau ahli bedahDibantu : Perawat, tenaga medis GADAR atau tenaga
pertolongan pertama.Petugas administrasi registrasi korban.
Pelaksana triase Non GADAR : Utama : perawat mahir, perawat atau Tenaga Medis
GADARDibantu oleh tenaga Pertolongan Pertama.Petugas administrasi (diambil dari tenaga Pertolongan
Pertama).
Tenaga di Tempat perawatan GADAR :
PJ : dokter spesialis, konsultan atau dokter terlatih
Tanggung Jawab :Sebagai manajer pos medis lanjutan menjamin suplai ke pos medis lanjutanmelakukan koordinasi dengan bagian lain dalam
pos medis lanjutanmengatur pembuangan alat dan bahan yang
telah dipakai dan Komunikasi dengan pos komando dan RS
Tempat Perawatan Merah : Ketua tim : ahli anestesi, dokter UGD atau perawat mahir Perawat/penata anestesi dan/atau perawat dari UGDTenaga Bantuan : tenaga medis GADAR atau para tenaga
pertolongan Pertama.Tenaga pengangkut tandu.
Tempat perawatan kuning : Ketua tim : perawat anastesi atau UGD) atau seorang
Perawat lainnya Tenaga bantuan adalah Tenaga Medis GADAR atau para
tenaga Pertolongan Pertama.Tenaga pengangkut tandu
Tenaga di Tempat Perawatan Non-Gawat Darurat
Tim Perawatan Area Hijau : Ketua tim : tenaga medis GADAR yg
berpengalamanTenaga bantuan : tenaga medis GADAR
atau para tenaga pertolongan pertama.Tenaga pengangkut tandu.
Tim perawatan Area Hitam : Tidak diperlukan petugas di bagian ini.
Tenaga di Lokasi evakuasi ??? Dipimpin : Perawat/tenaga medis GADAR berpengalaman
Kemampuan : Memeriksa stabilitas korban Memeriksa peralatan yang dipasang pada korban Monitoring korban sblm dilakukan pemindahan ke fasilitas lain Supervisi pengangkutan korban Menyediakan / mengatur pengawalan
Tenaga lain : Petugas administrasi PJ transportasi mrkan petugas senior dari Dinas Pemadam
Kebakaran atau Layanan Ambulans. Petugas ini berhubungan dengan kepala pos medis lanjutan dan pos komando.
Peralatan ???
Tempat triase : Tanda pengenal untuk menandai setiap tempat / bagian dan petugas Kartu triase Peralatan administrasi Tandu (empat buah) Alat penerangan Sfigomanometer, stetoskop, lampu senter, dan sarung tangan
Tempat perawatan darurat (min 25 org) : Tanda pengenal :
○ Ketua PJ :jaket merah dengan tulisan “Ketua”,○ Ketua tim : kain berwarna merah / kuning diikat dilengan
Alat penerangan Tandu Selimut Peralatan administrasi Sfigomanometer, stetoskop, lampu senter, sarung tangan Peralatan medis bencana alam
Tempat Perawatan Non Gawat Darurat : Peralatan penerangan khusus Alat membalut / bidaiPeralatan administrasiSfigmanometer, stetoskop, lampu senter, sarung tangan
Tempat evakuasi :Alat peneranganTanduPeralatan administrasiSfigomanometer, stetoskop, lampu senter, sarung
tangan
Peralatan Medis Bencana ???
POS EVAKUASI Fungsi :
Mengumpulkan korban dari berbagai pos medis lanjutan Melakukan pemeriksaan ulang terhadap para korban Meneruskan/memperbaiki upaya stabilisasi korban Memberangkatkan korban ke fasilitas kesehatan tujuan
Jika bencana yg tjd mpy bbrp daerah pusat bencana Di setiap daerah pusat bencana tersebut harus didirikan pos medis lanjutan.
Dengan adanya beberapa pos medis lanjutan maka pemindahan korban ke sarana kesehatan penerima harus dilakukan secara terkoordinasi agar pemindahan tersebut dapat berjalan secara efisien. Shg dibentuk pos evakuasi
Bentuk : Rumah Sakit Lapangan, Poliklinik, Rumah Sakit tipe B, atau fasilitas lain sejenis
Sekian dan Terima kasih