KELOMPOK 3 FARMAKOTERAPI MALARIA
KELOMPOK 3
FARMAKOTERAPI MALARIA
Disusun Oleh:
Awwalina Faiztyan R.Bistok Efraim H.Cahyaning IndriDhaniar Sriayu K.Githa Destrian L.Giva Olviana Y.Hananto DwiandonoLiza binti AmirullahRr. Alvira WidjayaSusanti Dwi P.Tika SumaryaTubagus Ribhan J.Ulfa Muyassyaroh.Widi WijayakusumaYulisa Miranda
PENDAHULUAN | PATOFISIOLOGI | MANIFESTASI KLINIK | DIAGNOSIS| TUJUAN TERAPI | MONITORING TERAPI | TERAPI NON FARMAKOLOGI| TERAPI FARMAKOLOGI| KASUS|
PROGRAM PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS PADJAJARAN2013
FARMAKOTERAPI MALARIA
Plasmodium (Sporozoa)
Pendahuluan
MALARIA penyakit menular
P. falciparum malaria tropikaP. vivax malaria tertianaP. ovale malaria ovaleP. malariae malaria quartana (Depkes RI, 1999; Depkes RI, 2000)
PENYEBARAN MALARIA
Penduduk yang terancam malaria pada umumnya adalah penduduk bertempat tinggal di daerah endemis malaria baik daerah yang kategori daerah endemis malaria tinggi dan daerah endemis malaria sedang diperkirakan ada sekitar 15 juta (Depkes RI, 2001).
ANGKA KEJADIAN MALARIA
Angka kejadian malaria tahunan atau Annual Malaria Incidence (AMI) dikategorikan sebagai berikut : a. High Incidence Area (HIA) dengan AMI
lebih dari 50 kasus malaria per 1000 penduduk per -tahun ;
b. Medium Incidence Area (MIA) dengan AMI antara 10 – 50 kasus malaria per 1000 penduduk per -tahun; dan
c. Low Incidence Area (LIA) dengan AMI kurang dari 10 kasus malaria per 1000 penduduk per-tahun.
Proses terjadinya penularan malaria di suatu daerah meliputi 3 faktor
a) Adanya penderita baik dengan adanya gejala klinis ataupun tanpa gejala klinis;
b) Adanya nyamuk atau vektor; c) Adanya manusia yang sehat
Depkes RI, 1999).
Siklus penularannya adalah:
Orang yang sakit malaria digigit nyamuk Anopheles dan parasit yang ada di dalam darah akan ikut terisap didalam tubuh nyamuk dan akan mengalami siklus seksual
(siklus sporogoni) yang menghasilkan sporozoit. Nyamuk yang didalam kelenjar ludahnya sudah terdapat sporozoit mengigit orang yang rentan, maka didalam darah orang tersebut akan terdapatparasit dan berkembang didalam tubuh manusia yang dikenal dengan siklus aseksual (Depkes RI, 1999).
PERAN PETUGAS KESEHATAN
Peran petugas kesehatan sangat menentukan dalam memutus mata rantai siklus hidup nyamuk Anopheles sp.
Salah satu bentuk intervensi petugas kesehatan yaitu memberikan penyuluhan kesehatan tentang pemberantasan sarang nyamuk penyebab malaria. Penyuluhan kesehatan masyarakat bertujuan agar masyarakat menyadari mengenai masalah penanggulangan dan pemberantasan malaria, sehingga mengubah pola perilaku untuk hidup sehat dan bersih.
Plasmodium falciparum
Plasmodium vivax
Plasmodium malarie
Plasmodium ovale
Patofisiologi
Melalui gigitan nyamuk vektor (Anopheles betina yang mengandung sporozoit)
Infeksi intra uterin (malaria kongenital)TranfusiMenggunakan jarum suntik yang terkontaminasi
dengan Plasmodium
Cara infeksi
“Gigitan saya (Anopheles betina) dapat menyebabkan infeksi malaria secara alami “
Gejala malaria tumbul saat pecahnya eritrosit yang mengandung parasit. Gejala yang sering muncul:
Manifestasi Klinik
Demam
Splenomegali
Anemia
Tahapan Manifestasi Klinis
Periode prodromal
Lemas, tidak nafsu makan, sakit tulang
dan sendi
Serangan malaria
Stadium dingin penderita menggigil
Stadium panas Demam intermiten
yang berulang, kepala pusing, mual, kadang
muntah
Penghancuran sel darah merah yang progresif anemia
Leukositosis dengan granulositosis,
leukopenia dengan monositosis relatif dan
limfositosis splenomegali
Manifestasi Klinik
Beberapa manifestasi klinik malaria tapi jarang terjadi:Ikterus, hemoglobinuria, nefritis dengan oliguria, albuminuria hebat, torak noktah, sembab pada seluruh tubuh, protein darah berkurang, hipertensi sedang, hematuria, kelainan pada mata yang hebat, sakit di sekitar mata, keratitis dendritika atau herpetika dengan gangguan berupa fotofobia dan lakrimasi, perdarahan, uveitis alergik, dan herpes labialis.
Manifestasi Klinik
Gambi
a (2000)
•58,3% penderita malaria menderita demam, 86% mengalami pusing dan 60,7% mengalami gangguan pencernaan
Thailand
•Demam (42,3%), pusing (98,3%), badan pegal (96,6%), menggigil (88,4%) dan gangguan pencernaan (29,3%)
Nigeria (2005)
•100% mengalami demam, 69,6% mengalami pusing dan 50,4% mengalami gangguan pencernaan.
Gejala klinis malaria yang bervariasi yang diperoleh dari berbagai penelitian yang dilakukan di berbagai tempat:
DIAGNOSIS
Anamnesis
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Fisik
Keluhan utama:•demam, •menggigil, •berkeringat dan dapat disertai
sakit kepala,•mual, muntah, diare,•nyeri otot dan pegal-pegal
Riwayat:•berkunjung dan bermalam 1-4
minggu yang lalu ke daerah endemik malaria
•tinggal di daerah endemik •sakit malaria •mendapat transfusi darah •minum obat malaria satu bulan
terakhir
Anamnesis
Gangguan kesadaran
Keadaan umum yang lemah
Kejang-kejang
Panas sangat tinggi
Mata atau tubuh kuning
Anamnesis
Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
Nafas cepat dan atau sesak nafas
Muntah terus menerus
Warna air seni kehitaman
Telapak tangan sangat pucat
Diagnosis Klinik
Deman (>37,5˚C)
Konjunctiva atau telapak tangan
Splenomegali
Hepatomegali
Malaria Tanpa Komplikasi
Gangguan kesadaran
Lemah
Panas sangat tinggi
Mata dan tubuh kunin
Malaria Dengan Komplikasi
Diagnostis atas Dasar Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan dengan Mikroskop
• Ada tidaknya parasit malaria
• Spesies dan stadium plasmodium
• Kepadatan parasit
Pemeriksaan dengan Tes
Diagnostik Cepat
• deteksi antigen parasit malaria
• Kemampuan rapid tes padaumumnya ada 2 jenis, yaitu: single & combo
Pemeriksaan Penunjang untuk
Malaria Berat
• Hemoglobin dan Hematokrit
• Hitung jumlah leukosit, trombosit
• kimia darah lain • EKG, foto toraks• Analisis cairan
serebrospinalis• Biakan darah dan
uji serologi.• Urinalis
Diagnosis Banding MalariaMalaria tanpa komplikasi dengan penyakit infeksi lainnya :
Demam Tifoid
•Demam lebih dari 7 hari ditambah keluhan sakit kepala, sakit perut (diare, obstipasi), lidah kotor, bradikardi relative, roseola, leukopenia, limfositosis relative, aneosinofilia, uji Widal positif bermakna, biakan, biakan empedu positif
Demam
dengue
•Demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari, disertai keluhan sakit kepala, nyeri tulang, nyeri ulu hati, sering muntah, uji tourniquet positif, penurunan jumlah trombosit dan peninggian hemoglobin dan hematocrit pada demam berdarah dengue, tes serologis inhibisi hemaglutinasi, IgM atau IgG anti dengue positif.
Leptospirosis
ringan
•Demam tinggi, nyeri kepala, myalgia, nyeri perut, mual, muntah, conjunctival injection (kemerahan pada konjungtiva bola mata), dan nyeri betis menyolok. Pemeriksaan serologi Microscopic Agglutination Test (MAT) atau tes Leptodipstik positif.
Malaria berat atau malaria dengan komplikasi dibedakan dengan penyakit infeksi sbg berikut:
Radang otak
•Penderita panas dengan riwayat nyeri kepala yang progresif, hilangnya kesadaran, kaku duduk, kejang dan gejala neurologis lainnya.
Stroke
•Hilngnya atau terjadi gangguan kesadaran, gejala neurologic lateralisasi (hemiparese atau hemiplegia), tanpa panas, ada penyakit yang mendasari (hipertensi, diabetes mellitus, dan lain-lain).
Tifoid
ensefalopati
•Gejala demam tifoid ditandai dengan penurunan kesadaran dan tanda-tanda demam ifoid lainnya.
Malaria berat atau malaria dengan komplikasi dibedakan dengan penyakit infeksi sbg berikut:
Hepatiti
s
•Prodromal hepatitis (demam, mual, nyeri pada hepar, muntah, tidak bias makan diikuti dengan timbulnya icterus tanpa panas), mata atau kulit kuning, urin seperti air teh. Kadar SGOT dan SGPT meningkat > 5x.
Leptospirosis bera
t
•Demam dengan icterus, nyeri pada betis, nyeri tulang, riwayat pekerjaan yang menunjang adanya transmisi leptospirosis, leukositosis, gagal ginjal dan sembuh dengan pemberian antibiotika (penisillin).
Glomerulonefritis akut atau
kronik
•Gagal ginjal akut akibat malaria umumnya memberikan respon terhadap pengobatan malaria secara dini dan adekuat.
Malaria berat atau malaria dengan komplikasi dibedakan dengan penyakit infeksi sbg berikut:
Sepsis
•Demam dengan fokal infeksi yang jelas, penurunan kesadaran, gangguan sirkulasi, leukositosis dengan granula-toksik yang didukung hasil biakan mikrobiologi.
Demam
berdarah
dengue atau Dengu
e shock syndro
me
•Demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari, disertai syok atau tanpa syok dengan keluhan sakit kepala, nyeri tulang, nyeri ulu hati, manifestasi perdarahan (epistaksis, gusi, patekie, purpura, hematom, hematemesis dan melena), sering muntah, uji tourniquet positif, penurunan jumlah trombosit dan peninggian hemoglobin dan hematocrit, tes serologi inhibisi hemaglutinasi, IgM atau IgG anti dengue positif
Perhatian..!!!!
Penderita tersangka malaria berat harus segera dirujuk untuk mendapat kepastian diagnosis secara mikroskopik dan diperlukan penanganan lebih lanjut. Untuk penderita yang tersangka malaria berat, bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang setiap 6 jam sampai tiga hari berturut-turut. Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidak ditemukan parasit maka diagnosis malaria dihentikan
mengeliminasi plasmodium penyebab infeksi serta memutus rantai penularan dan tidak mengalami gangguan fungsi organ vital
mencegah kematian. Pada terapi malaria otak terapi ditujukan untuk mencegah kerusakan otak. Tujuan utama penderita malaria yang sedang hamil adalah menyelamatkan ibu. Tujuan sekunder adalah adalah mencegah kekambuhan dan efek yang tidak diinginkan.
Tujuan Terapi
Lamanya monotoring tergantung pada waktu
paruh eliminasi obat antimalaria yang
diberikan. Pada umumnya monitoring
dilakukan selama paling tidak 28 hari setelah
terapi diberikan.
Monitoring Terapi
mengeliminasi plasmodium penyebab infeksi
memutus rantai penularan
tidak mengalami gangguan fungsi organ vital
mencegah kematian.
Tujuan utama penderita malaria yang sedang hamil adalah menyelamatkan ibu.
Tujuan sekunder mencegah kekambuhan dan efek yang tidak diinginkan.
Tujuan Terapi
Lamanya monotoring tergantung pada waktu paruh eliminasi obat antimalaria yang diberikan. Pada umumnya monitoring dilakukan selama paling tidak 28 hari setelah terapi diberikan.
Monitoring Terapi
Terapi Non-Farmakologi
Mencegah dari gigitan nyamuk
Tidur menggunkan kelambu
Menutup jendela ketika tidur
Mengoleskan losio pencegah gigitan
nyamuk
Kontrol perkembangan
nyamuk
Melaksanakan 3M
Memelihara binatang (ikan) membunuh
larva nyamuk
Menaburkan insektisida
Membunuh nyamuk dewasa
Menyemprot ruangan dengan insektisida
sebelum tidur
Fogging
PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI1. Malaria Falsiparum2. Malaria Vivaks & Malaria Ovale3. Malaria Malariae4. Malaria campuran (Vivaks + Falsiparum)5. Malaria Falsiparum tanpa ketersediaan obat
artesunat – amodiakuin6. Suspect Malaria
PENGOBATAN MALARIA DENGAN KOMPLIKASI
TERAPI FARMAKOLOGI (Depkes RI, 2008)
Artemisinin Combination Therapy (ACT) yaitu:
• Obat diberikan selama 3 hari dengan dosis tunggal harian• Perhatian: Primakuin tidak boleh diberikan pada anak dibawah 1 tahun
dan ibu hamil, serta penderita defisiensi G6PD
atau
Artesunat Amodia-kuin basa Primakuin
4 mg/kg BB 10 mg/kg BB 0,75 mg/kg BB
Dihydro-artemisinin Pipera-kuin Prima-kuin
2-4 mg/kg BB 16-32 mg/kg BB 0,75 mg/kg BB
Malaria falciparum 1st line
• Obat diberikan selama 7 hari• Perhatian: Baik doksisiklin maupun Tetrasiklin tidak boleh
diberikan pada anak dibawah 8 tahun dan ibu hamil.
Malaria falciparum 2nd line
Kina Primakuin
Doksisiklin
atau
Tetrasiklin
3 x 10 mg/kgBB
2 x 2-4 mg/kgBB
4 x 4-5mg/kgBB
1 x 0,75 mg/kgBB
• Dosis obat sama dengan dosis untuk malaria falsiparum, hanya berbeda pada pemberian primakuin.
• Primakuin diberikan selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg/kg BB bersama dengan klorokuin.
• Klorokuin diberikan selama 3 hari dengan dosis 25 mg basa/kg BB 1 kali sehari.
• Catatan: Pemakaian Klorokuin tidak dianjurkan untuk daerah yang sudah resisten, Sebaiknya menggunakan Artesunat + Amodiakuin
Malaria vivaks & Malaria ovale 1st line
• Pengobatan lini kedua, ditujukan untuk pengobatan malaria vivaks yang resisten terhadap klorokuin.
• Pemberian kina pada anak usia dibawah 1 tahun harus dihitung berdasarkan berat badan.
Malaria vivaks & Malaria ovale 2nd line
Kina Primakuin
3 x 10 mg/kgBBSelama 7 hari
1 x 0,25 mg/kgBBSelama 14 hari
• Pengobatan kasus malaria vivaks yang relaps (kambuh), sama dengan regimen sebelumnya hanya dosis primakuin ditingkatkan.
• Primakuin diberikan selama 14 hari dengan dosis 0,5 mg /kg BB/hari.
• Khusus untuk penderita defisiensi enzim G6PD maka pengobatan diberikan secara mingguan. – Klorokuin diberikan 1 kali perminggu selama 8-12 minggu,
dengan dosis 10 mg basa/kg BB/kali pemberian.– Primakuin diberikan bersamaan dengan klorokuin dengan
dosis 0,75 mg/kg BB/kali pemberian.
Malaria vivaks & Malaria ovale Vivax relaps
• Klorokuin 1 kali per hari selama 3 hari, dengan total dosis 25 mg/kgBB.
• Pengobatan berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Malaria malariae
Malaria campuran (Vivaks + falsiparum) 1st line
Artesunat Amodia-kuin basa Primakuin
4 mg/kg BB 10 mg/kg BB Hari 1: 0,75 mg/kg BBHari 1-14: 0,25 mg/kg BB
Malaria campuran (Vivaks + falsiparum)
Dihidroartemisinin Pipera-kuin Prima-kuin
2-4 mg/kg BB 16=32 mg/kg BB Hari 1: 0,75 mg/kg BBHari 1-14: 0,25 mg/kg BB
2nd line
Malaria falsiparum tanpa ketersediaan obat artesunat – amodiakuin
• Diberikan Sulfadoksin-pirimetamin(SP) untuk membunuh parasit stadium aseksual.
• Obat diberikan dengan dosis tunggal sulfadoksin 25 mg/kg BB, atau berdasarkan dosis pirimetamin 1,25 mg/kg BB.
• Primakuin juga diberikan untuk membunuh parasit stadium seksual dengan dosis tunggal 0,75 mg/kgBB.
• Bila pasien alergi dengan SP/obat lain atau pengobatan gagal penderita diberi kina + doksisiklin/tetrasiklin + primakuin.
• Pemberian klorokuin 1 kali sehari selama 3 hari dengan dosis total 25 mg/kg BB.
• Primakuin diberikan bersamaan dengan klorokuin pada hari pertama dengan dosis 0,75 mg/kgBB.
Suspek Malaria
PENGOBATAN MALARIA DENGAN KOMPLIKASI
a. Artesunat intravena atau intramuskuler – Loading dose: 2,4 mg/kg BB (bolus iv selama 2 menit) diulang
setelah 12 jam dengan dosis sama. – Selanjutnya 2,4 mg/kg BB (iv/im 1 x 1 hari) sampai penderita
mampu minum obat.– Bila penderita sudah dapat minum obat lanjutkan regimen
artesunat + amodiakuin + primakuin
b. Artemeter intramuskuler – Loading dose: 3,2 mg/kg BB (i.m)– Selanjutnya 1,6 mg/kg BB (i.m. 1 x 1 hari) sampai penderita mampu
minum obat. – Bila penderita sudah dapat minum obat lanjutkan regimen
artesunat + amodiakuin + primakuin. – Artemeter parenteral tidak boleh diberikan pada penderita yang
sedang hamil trimester I.
PENGOBATAN MALARIA DENGAN KOMPLIKASI
Pilihan alternatif Kina dihidroklorida parenteral.
Loading dose
•20 mg/kg BB dalam 500 ml dektrose 5% atau NaCl 0,9% selama 4 jam
4 jam beriku
t
•Larutan dektrose 5% atau NaCl 0,9% saja.
Maintenance dose
•10 mg/kg BB dalam 500 ml dektrose 5% atau NaCl 0,9% selama 4 jam
4 jam beriku
t
•Larutan dektrose 5% atau NaCl 0,9% saja.
Peroral
•Dosis maintenance sampai penderita dapat minum kina per oral Dosis 3 x 10 mg/kg BB,
•Total dosis 7 hari sejak pemberian kina per infuse pertama.
PENGOBATAN MALARIA DENGAN KOMPLIKASI
• Apabila tidak dimungkinkan pemberian kina per infuse, maka dapat diberikan intramuskuler
• Dosis kina dihidroklorida 10 mg/kg BB dengan menyuntikkan pada paha depan (kiri dan kanan) masing-masing ½ dosis , jangan diberikan pada bokong.
• Untuk pemakaian i.m., kina diencerkan untuk mendapatkan konsentrasi 60-100 mg/ml dengan 5-8 ml larutan NaCl 0,9% .
• Kina tidak boleh diberikan secara intravena, karena membahayakan jantung dan dapat menimbulkan kematian.
• Pada penderita gagal ginjal , loading dose tidak diberikan . Dosis maintenance kina diturunkan separuhnya.
• Pada hari pertama pemberian kina per oral, berikan primakuin dengan dosis 0,75 mg/kg BB.
• Dosis maksimum kina dewasa 2000 mg/hari.
PROFIL OBAT ANTI MALARIA
Artemisinin dan Turunannyaa. Artemether
– dapat diberikan secara intramuskular dalam basis minyak atau secara oral
– diformulasi bersama lumefantrin untuk terapi kombinasi.
b. Artesunat – Artesunat adalah garam natrium hemisuksinat ester artemisinin. – dapat diberikan secara oral, intramuskular atau intravena dan melalui
rektal
c. Dihidroartemisinin – Dihidroartemisinin adalah metabolit aktif utama derivat artemisinin– dapat juga diberikan langsung secara oral atau melalui rektal. – Saat ini, kombinasi fixed-dose dihidroartemisinin dengan piperakuin
sedang dievaluasi sebagai kombinasi berbasis artemisinin (ACT) baru yang ”menjanjikan”.
Klorokuin • Mekanisme kerja:
– mendetoksifikasi haem parasit , mencegah pencernaan hemoglobin oleh parasit mengurangi suplai asam amino yang diperlukan untuk kehidupan parasit.
– menghambat polymerase haem - enzim yang mempolimerisase haem bebas yang toksik menjadi hemozoin - pigmen malaria.
• Efek Samping Dan Toksisitas :– Efek samping yang kadang-kadang muncul pada dosis besar: mual dan
muntah, pusing dan penglihatan kabur, sakit kepala, retinopati dan symptom urtikaria.
– Injeksi i.v. bolus klorokuin dapat menyebabkan hipotensi dan jika menggunakan dosis tinggi dapat terjadi disrithmia fatal.
– Klorokuin aman untuk wanita hamil. • Interaksi Obat: halofantrin, meflokuin, antasida, simetidin, metronidazol,
ampisilin dan prazikuantel, thyroksin, antiepileptik karbamazepin dan natrium valproat, siklosporin.
Amodiakuin• Amodiakuin adalah 4-aminokuinolin basa dengan model kerja
serupa dengan klorokuin. • Amodiakuin efektif terhadap P. falciparum resisten klorokuin,
sekalipun bereaksi silang dengan klorokuin. • Efek Samping Dan Toksisitas :– Efek samping amodiakuin serupa dengan efek samping
klorokuin. – Pruritus akibat amodiakuin lebih sedikit daripada akibat
klorokuin, tetapi risiko agranulositosis lebih tinggi, dan risiko hepatitis lebih rendah jika digunakan untuk profilaksis.
– Dosis besar amodiakuin menyebabkan sinkope, spastisitas, konvulsi dan pergerakan-pergerakan tidak sadar.
Primakuin • Primakuin digunakan untuk pengobatan radikal malaria yang
disebabkan oleh P. vivax, dan P. ovale dan dikombinasi dengan skhizontosida darah untuk membasmi parasit pada stadium erithrositik.
• Efek Samping Dan Toksisitas: – Pada dosis terapi primakuin menyebabkan nyeri abdominal jika diberikan
dalam keadaan lambung kosong. – Pada dosis besar dapat menyebabkan mual dan muntah,
methemoglobinemia dengan sianois. – Pada penderita defisiensi glukosa-6-fosfat dehydrogenase, primakuin
menyebabkan hemolisis. – Overdosis dapat menimbulkan leukopenia,agranulositosis, simptom saluran
cerna, anemia hemolitik dan methemoglobinemia dengan sianosis.
• Interaksi Obat: Hindari penggunaan primakuin bersama obat-obat yang dapat meningkatkan risiko hemolisis atau yang mensupresi sumsum tulang.
Meflokuin • Mekanisme kerja: menghambat polymerase haem, akan
tetapi karena meflokuin, seperti kuinin, tidak terkonsentrasi banyak dalam parasit seperti halnya klorokuin, diduga meflokuin bekerja dengan mekanisme lain
• Efek Samping Dan Toksisitas:– mual, muntah, nyeri abdominal, anoreksia, diare, sakit kepala, pusing,
hilang keseimbangan, disforia, gangguan tidur terutama insomnia dan mimpi abnormal.
– Dikontraindikasi untuk wanita hamil dan wanita yang akan hamil dalam waktu 3 bulan setelah menghentikan obat tersebut,
• Interaksi obat: Beta bloker, pemblok saluran kalsium, amiodaron, pimozida, digoksin atau antidepresan, Kuinin atau klorokuin, Ampisilin, tetrasiklin, dan metoklopramida, halofantrin.
Antifolat • Sulfadoksin (antifolat 1)
– Mekanisme kerja: menghambat sintesis folat dengan cara kompetisi dengan PABA
– Efek Samping Dan Toksisitas: Mual, muntah, anoreksia dan diare dapat terjadi.
• Pyrimethamin (antifolat 2)– Pyrimethamin digunakan hanya dalam kombinasi dengan dapson atau
sulfonamida. – Mekanisme kerja: mencegah penggunaan folat dengan cara
menghambat konversi dihidrofolat menjadi tetrafolat oleh dihydrofolat reduktase
– Efek Samping Dan Toksisitas: Pada dosis tinggi menimbulkan anemia megaloblastik; suplemen asam folat harus diberikan jika obat ini digunakan untuk wanita hamil.
– Interaksi obat: kotrimoksazol, trimethoprim, methotrexat, fenitoin, benzodiazepin.
Tetrasiklin • Tetrasiklin adalah inhibitor ikatan aminoasil-tRNA selama proses
sintesis protein. • Interaksi Obat: aluminium, bisthmut, kalsium, besi, dan
magnesium , antasida, senyawa besi, dan produk susu, diuretik, methoksifluran, digoksin, lithium dan teofilin, atovakuon, kontraseptif oral, penisilin.
Doksisiklin• Doksisiklin adalah tetrasiklin sintetik dengan waktu paro lebih
panjang sehingga mudah ditentukan dosisnya.
• Efek Samping Dan Toksisitas: Doksisiklin tidak boleh diberikan kepada wanita hamil atau wanita sedang menyusui atau anak-anak usia di bawah 8 tahun.
• Interaksi Obat: antasida dan besi, karbamazepin, fenitoin, fenobarbital, dan rifampisin, alkohol.
ANALISIS KASUS MALARIA
Riwayat Penyakit :Tn. S (33) masuk rumah sakit karena demam tinggi dirasakan 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan tiba-tiba langsung tinggi mendadak. Demam sangat tinggi dirasakan terutama saat pagi menjelang siang hari. Pada hari yang sama pasien merasakan demamnya turun dan merasa dingin sekitar pada sore hari. Saat menjelang malam pasien mengalami keringat yang banyak dan membasahi hampir seluruh tubuhnya. Keesokan harinya pasien kembali demam lagi seperti sebelumnya dan hal ini kembali berulang selama 5 hari.
KASUS
Riwayat Penyakit :Saat demam pasien merasakan pegal keseluruhan tubuhnya dan terutama rasa pegal ini dirasakan pada sendi-sendi besar seperti sendi panggul, sendi gelang bahu dan tulang belakang. Selain demam pasien juga mengeluhkan pusing pada kepalanya. Pusing ini dirasakan seperti kepala diikat dan kepala terasa kaku. Pasien juga mengalami mual-mual namun tidak sampai muntah. Mual-mual ini disertai nyeri ulu hati yang kadang timbul kadang juga hilang. Selama 5 hari ini pasien membawakan diri ke puskesmas terdekat dan diberi obat parasetamol 500 mg namun demam tidak mengalami perubahan. Akhirnya pasien membawakan diri ke rumah sakit umum.
KASUS
S (Subject)Nama:Tn. SUmur:33 tahunJenis Kelamin:PriaAlamat:Batu Besaung, RT 57, Samarinda.Masuk Rumah Sakit:Tanggal 21 Mei 2012 pukul 17.30 WITAKeluhan Utama: Demam tinggi
Pembahasan Terapi SOAP
O (Object) Data Klinik
Pembahasan Terapi SOAP
Data Klinik
22/5/10 24/5/10 25/5/10 26/05/10 Normal
TD 100/60 mmHg 110/70 mmHg 110/70 mmHg 100/70 mmHg 120/80 mmHgNadi 80 x/mnt 80 x/mnt 82 x/mnt 82 x/mnt 60-100 x/mntSuhu 38,2oC 38oC 37,8oC 37oC 36-37oC
RR 20 x/mnt 20 x/mnt 22 x/mnt 22 x/mnt 16-20 x/mntSub Ikterik +/+ Sub Ikterik +/+ Sub Ikterik -/- Sub Ikterik -/-
Demam, lemas, sakit kepala, mual
Demam, lemas, sakit kepala, mual
Demam berkurang, mual masih ada, pusing+, lemas berkurang
Demam -, sakit kepala -, mual -, badan segar
O (Object) Data Laboratorium
Pembahasan Terapi SOAP
Data Laboratorium Pasien Normal Keterangan
Hb 14,2 13-16 g/dl Normal
Ht 46,9% 40-48% Normal
WBC 5.800/mm3 4000-10.000/mm3 Normal
PLT 140.000 150000-400000 Turun
MCV 102,1 82-98 Naik
MCH 30,9 27-32 Normal
MCHC 30,3 32-36 Turun
Ureum 47,3 20-40 mg/dl Naik
Creatinin 1,3 0,5-1,5 mg/dl Normal
Bilirubin total 3,9 0,3-1,0 Naik
Bilirubin direct 1,9 ≤ 0,4 mg/dl Naik
Bilirubin indirect 2,2 ≤ 0,6 Naik
Hapusan Darah Tepi Plasmodium falsifarum +4
A (Assasement)Tanda dan gejala penyakit Malaria:
Serangan paroksismal dan demam periodikAnemiaPembesaran limpaKadang-kadang dengan komplikasi pernisiosa seperti ikterik, diare, black water fever, acutetubular necrosis, dan malaria cerebralKeluhan prodromal sebelum terjadinya demam berupa kelesuan, malaise, sakit kepala, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia, perut tidak enak, dan diare ringan.Trias malaria : episode dingin/menggigil, episode panas, episode berkeringat
Pembahasan Terapi SOAP
Obat 22-05-
2010
24-05-
2010
25-05-
2010
26-05-
2010
RL 30 tpm
Coarte
m
2x4 tab
PCT 3x500
mg
Ranitidi
n
2x1
amp
Pembahasan Terapi SOAP
P (Plan)
1. RL (Ringer Lactat)IndikasiMengatasi dehidrasi, menggantikan cairan ekstraselular tubuh dan ion klorida yang hilang, mengembalikan keseimbangan elektrolit. Infus RL diindikasikan pada pasien ini untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan lemas dan mual yang dialami oleh pasien karena kurang tercukupi asupan makanan. DosisInfus RL diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan pasien berdasarkan berat badan yaitu sebesar 30 tpm.Interaksi-Aturan PemakaianDigunakan secara infus iv dalam tetes drip, 30 tpm.
Deskripsi Obat (1)
2. CoartemKomposisi: Artemeter 20 mg, lumefantrin 120 mgIndikasi: Malaria akut tidak komplikasi akibat plasmodium falciparum dan plasmodium vivax.Kontra Indikasi: Malaria berat, pasien dengan riwayat perpanjangan QT, ketidakseimbangan elektrolit, trimester pertama kehamilan, menyusui
Deskripsi Obat (2)
Dosis Coartem
3. ParasetamolIndikasiSebagai antipiretik atau analgesik yang digunakan untuk menurunkan panas yang dialami pasien.DosisDosis untuk dewasa sebesar 500-1000 mg tiap 4-6 jam atau maksimal 4x dalam sehari. InteraksiEtanol dan phenytoin: meningkatkan efek hepatotoksik; Hydrantoins dan Sulfapyrazone : menurunkan efek paracetamol (Tatro, 2003).Aturan pakai3-4 kali sehari setelah makan, dosis 500 mg (Anonim, 2009).
Deskripsi Obat (3)
4. RanitidinIndikasiPengobatan dan pemeliharaan ulcer duodenal, mencegah pendarahan pada GI dikarenakan penggunaan obat-obat NSAID dan stress ulcer, pengobatan kondisi hipersekresi patologis. Ranitidin diberikan pada pasien dikarenakan pasien mengalami gangguan pada lambungnya yaitu berupa gangguan mual, rasa tidak enak pada lambung dan stress ulcer yang diakibatkan oleh penyakit malaria.DosisDosis untuk dewasa untuk IM atau IV sebesar 50 mg tiap 6-8 jam.InteraksiDiazepam, ketokonazole, glipizide, lidokain. Tidak terdapat interaksi dengan obat-obat yang diberikan.Aturan pakai2 kali sehari setelah makan dengan dosis 150 mg (Anonim, 2009).
Deskripsi Obat (4)
Semprotkan atau gunakan obat pembasmi nyamuk di sekitar tempat tidurGunakan pakaian yang bisa menutupi tubuh disaat senja sampai fajarGunakan kelambu di atas tempat tidur, untuk menghalangi nyamuk mendekatJangan biarkan air tergenang lama di got, bak mandi, bekas kaleng atau tempat lain yang bisa menjadi sarang nyamuk
Terapi non farmakologi:
Monitoring tanda-tanda vital pasien seperti suhu, tekanan darah, RR dan nadiMonitoring data laboratorium pasien meliputi fungsi hati,ginjal, kadar Hb dan Ht, dan data lab lainnya
Monitoring