10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Teori 2.1.1. Pembiayaan Pelaku bisnis dalam menjalankan bisnisnya sangat membutuhkan sumber modal. Jika pelaku tidak membutuhkan modal secara cukup, maka ia akan berhubungan dengan pihak lain, seperti bank untuk mendapatkan suntikan dana, dengan melakukan pembiayaan. 5 Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah. Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain. 6 Menurut Hendry pembiayaan adalah kerjasama antara lembaga dan nasabah dimana lembaga sebagai pemilik modal (shahibul maal) dan nasabah sebagai fungsi untuk menghasilkan usahanya. Pembiayaan menurut Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu. 7 5 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta, UPP AMP YKPN, 2005, hlm. 17 6 Ibid, hlm. 304 7 Arrison Hendry, Perbankan Syariah, Jakarta, Muamalah Institute, 1999,hlm.25
24
Embed
3. BAB II - eprints.walisongo.ac.ideprints.walisongo.ac.id/1011/3/082411110_bab2.pdfDari pengertian diatas, dapat dijelaskan bahwa baik kredit atau pembiayaan dapat berupa uang atau
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Teori
2.1.1. Pembiayaan
Pelaku bisnis dalam menjalankan bisnisnya sangat membutuhkan
sumber modal. Jika pelaku tidak membutuhkan modal secara cukup,
maka ia akan berhubungan dengan pihak lain, seperti bank untuk
mendapatkan suntikan dana, dengan melakukan pembiayaan.5
Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan
pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank
syariah kepada nasabah. Pembiayaan secara luas berarti financing atau
pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun
dikerjakan oleh orang lain.6
Menurut Hendry pembiayaan adalah kerjasama antara lembaga
dan nasabah dimana lembaga sebagai pemilik modal (shahibul maal)
dan nasabah sebagai fungsi untuk menghasilkan usahanya. Pembiayaan
menurut Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 kemudian
direvisi menjadi Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah
penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu.7
5 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta, UPP AMP YKPN, 2005, hlm. 17 6 Ibid, hlm. 304 7 Arrison Hendry, Perbankan Syariah, Jakarta, Muamalah Institute, 1999,hlm.25
11
Menurut Muhammad pembiayaan atau financing adalah
pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri
maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.8
Dari pengertian diatas, dapat dijelaskan bahwa baik kredit atau
pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan
uang. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan
nasabah penerima pembiayaan (debitur), dengan perjanjian yang telah
dibuatnya.
2.1.2. Unsur-Unsur Pembiayaan
Menurut Kasmir adapun unsur-unsur pembiayaan yang
terkandung dalam pemberian suatu fasilitas pembiayaan adalah sebagai
berikut :
1. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberi kredit/pembiayaan
(bank) bahwa pembiayaan yang diberikan bank berupa uang, barang
atau jasa akan benarbenar diterima kembali dimasa tertentu di masa
datang.
2. Kesepakatan, antara si pemberi dengan penerima pembiayaan harus
ada kesepakatan. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian
8 Muhammad, Op.cit, hlm.17
12
dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajiban
masing-masing.
3. Jangka Waktu, Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka
waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian
kredit yang telah disepakati.
4. Resiko, faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu resiko
kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar
kreditnya pada hal mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan
karena nasabah tidak senagaja. Semakin panjang jangka waktu suatu
kredit semakin besar resiko tidak tertagih, demikian pula sebaliknya.
5. Balas Jasa, balas jasa atas kredit pada bank konvensional dalam
bentuk bunga, biaya provisi dan komisi serta biaya administrasi
kredit ini merupakan keuntungan bank Sedangkan bagi bank syariah
atas pembiayaan yang diberikan balas jasanya ditentukan dengan
bagi hasil.9
2.1.3. Prinsip-Prinsip Pembiayaan
Berdasarkan pasal 5 PBI No.7/2/PBI/2005, bank wajib
menetapkan kualitas yang sama terhadap beberapa rekening produktif
yang digunakan untuk membiayai satu debitur. Hal ini juga berlaku
untuk aktiva produktif oleh lebih dari satu bank. Penetapan kualitas
pembiayaan dilakukan dengan melakukan analisis terhadap faktor-
9 Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001, hlm.74
13
faktor penilaian (prospek usaha, kinerja debitur, dan kemampuan
membayar) dengan mempertimbangkan komponen-komponen yang
telah diterapkan dalam perbankan.10
Untuk meminimalisir resiko pembiayaan yang sulit dihindari
tersebut, maka pihak bank syariah harus mengadakan suatu analisis
untuk lebih tajam atau meyakinkan bahwa si debitur benar-benar
dapat dipercaya dan mampu mengembalikan dalam tempo yang telah
disepakati bersama. Jaminan agunan yang diberikan bukanlah suatu
hal yang utama untuk dijadikan jaminan bahwa sidebitur dapat
dipercaya, agunan hanyalah merupakan faktor tambahan, terutama
untuk melindungi pembiayaan yang macet akibat bencana alam.
Analisis pembiayaan merupakan untuk menilai calon debitur,
sehingga pihak bank dapat mengetahui kemauan dan kesanggupan dan
berkeyakinan bahwa calon debitur dapat mengembalikan pinjamannya
sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. prinsip analisis
pembiayaan tersebut didasarkan dengan rumus 5C,yaitu:
1. Character
Character adalah sifat/watak seseorang, dalam hal ini
adalah calon debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan
keyakinan kepada bank bahwa sifat atau watak dari orang-orang
yang akan diberikan kredit benar-benar dipercaya. Keyakinan ini
tercermin dari latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
dan janganlah kamu membunuh dirimu;
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.”
b. Q.S Al-Baqarah:275
�� ����� 6���� !�� ��A�/ST9&�� ��
6�����5� U�35 �☺⌧J �V��5� W�����
N�2X+YC� ;"2([\]&�� ^;��
6`☺(&�� A a�&'"b >$��G��3/ �����&�"
�☺�G35 c([a(&�� �1d�� ��A�/ST9&�� %
H1N�)�� e��� c([a(&�� V`9N��
��A�/ST9&�� A ;☺"!
24
fg���; :"���>�� ;�@� i�N3g/`O AO�CG��"!
f�)"�"! �� �g�j Ffg�9(��)�� kg<35 l���
� m��� M�� ao�"&��p�"! 2�"qr�)
O�H?&�� � >$�s �:tu�! �7���3�^ PQv30
Artinya: “ Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”
2. Al-Hadits
Dari Suhaib ar-Rumi r.a. bahwa Rasulullah saw
bersabda, “Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual
beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah
bukan untuk dijual.” (HR Ibnu Majah)23
Firman dan hadits diatas menjadi landasan manusia
dalam transaksi perdagangan atau muamalah ekonomi. Allah
SWT melarang riba dalam transaksi perdagangan tetapi
23 Heri Sudarsono, Loc.cit, hlm.64
25
membolehkan jual beli karena keuntungan dalam transaksi jual
beli diketahui dan disepakati para pihak. Oleh karena itu, Nabi
Muhamad SAW telah memberikan contoh jual beli dalam
beliau menjalakan usahanya kepada umatnya sebagaimana
tercantum dalam hadits tersebut diatas.
D. Tujuan pembiayaan Murabahah
Tujuan nasabah melakukan jual beli adalah karena suatu
alasan bahwa nasabah tidak memiliki uang tunai (modal) untuk
bertransaksi langsung dengan supplier. Dengan melakukan
transaksi dengan bank (sebagai lembaga keuangan), maka
nasabah dapat melakukan jual beli dengan pembayaran tangguh
atau angsuran, maka yang timbul dalam transaksi ini adalah
piutang uang. Artinya penjual (ba’i) akan memiliki piutang uang
sebesar nilai transaksi atas pembeli (musytariy), dan sebaliknya
pembeli (musytariy) punya utang uang sebesar nilai transaksi
kepada penjual (ba’i).24
E. Kelebihan dan Kekurangan
Secara perbankan yang prinsipnya jual beli (murabahah) juga
mempunyai kelebihan dan kekurangan yang harus kita ketahui
diantaranya adalah :
Kelebihan :
24 Lokakarya Perbankan Syariah polines Semarang, Perbankan Syariah Prinsip Dasar
Pengelolaan Bank Syariah, Jakarta: Tim Pengembangan perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, 9 November 2001, hlm.15
26
1. Adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari
Menurut Anwar Prabu Magkunegara kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab.28
Pengertian kinerja menurut Benardin sebagaimana yang dikutip
Sudarmanto adalah “catatan hasil yang diproduksi (dihasilkan) atas fungsi
pekerjaan tertentu atau aftivitas-aktivitas selama periode waktu tertentu”.29
Pengertian kinerja sebagai hasil juga terkait dengan produktivitas dan
evektifitas (Richard) yang juga dikutip oleh Sudarmanto “produktivitas
27 Muhammad Syafi’i Antonio, Loc.Cit, hlm.107 28Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya, 2000,hlm.67 29 Sudarmanto, Kinerja Dan Pengembangan Kompetensi SDM, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009, hlm 8
BANK NASABAH
SUPLIER
PENJUAL
29
merupakan hubungan antara jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dengan
jumlah tenaga kerja, modal, dan sumber daya yang digunakn dalam
produksi”.
Pengertian kinerja menurut Murphy dan Richard sebagaimana yang
dikutip Sudarmanto adalah “kinerja merupakan seperangkat perilaku yang
relevan dengan tujuan organisasi atau unit organisasi tempat orang bekerja.
Kinerja juga bisa dikatakan sesuatu yang secara aktual orang kerjakan dan
dapat diobservasi.30 Dalam pengertian ini kinerja mencakup tindakan-
tindakan dan perilaku yang relevan dengan tujuan organisasi.31
Berdasarkan dari hasil pengertian diatas, karena penulis
mendefinisikan kinerja sebagai hasil dari sesuatu usaha yang telah dikerjakan,
maka dengan ini penulis menyimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu hasil
yang telah diproduksi atau dihasilkan dari sesuatu usaha dalam kurun waktu
tertentu sehingga dapat menghasilkan suatu barang atau jasa dengan jumlah
kerja, modal, dan sumber daya yang akan digunakan dalam sebuah usaha
tertentu.
2.2.1. Laba (keuntungan)
Tujuan manusia ingin mendirikan usaha yang utama adalah
karena ingin memperoleh keuntungan dari apa yang akan
diusahakannya sehingga dapat memenuhi kebutuhan dalam
kesejahteraan hidup.
30 Ibid,hlm 8 31 Ibid,hlm.9
30
Keuntungan adalah tambahan pendapatan yang berupa harta,
benda dan uang yang dapat digunakan untuk kelangsungan hidup
perusahaan terutama dalam melaksanakan kegiatannya.32
Menurut Sadono keuntungan adalah perbedaan nilai uang dari
hasil penjualan yang diperoleh dengan seluruh biaya yang
dikeluarkan.33 Keuntungan menurut Syafi’i Antonio (2005:205) adalah
kenaikan bersih dari asset bersih sebagai akibat dari memegang asset
yang mengalami peningkatan nilai selama periode yang dipilih oleh
pernyataan pendapatan.
Berdasarkan pada pengertian diatas maka penulis
menyimpulkan bahwa pengertian keuntungan adalah perbedaan nilai
dari hasil penjualan yang diperoleh dengan seluruh biaya yang
dikeluarkan yang dapat digunakan untuk kelangsungan hidup usaha
tersebut.
2.3. Penelitian Terdahulu
Penelitian oleh Iman Pirman Hidayat dan Adi Ridwan Fadillah yang
berjudul “Pengaruh Penyaluran Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) Dan Pendapatan Operasional Terhadap Laba Operasional”. Dalam
penelitian tersebut menyimpulkan bahwa Dari hasil penelitian diperoleh
penyaluran kredit UMKM berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
pendapatan operasional. Pengaruh penyaluran kredit UMKM terhadap laba
32 Sucipto, ibid, hlm.1 33Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Jakarta: PT. Raja Grafindo persada,
1999, hlm. 387
31
operasional secara parsial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap laba
operasional. Pengaruh pendapatan operasional terhadap laba operasional
secara berpengaruh signifikan terhadap laba operasional. Pengaruh
penyaluran kredit UMKM dan pendapatan operasional terhadap laba
operasional secara simultan berpengaruh signifikan terhadap laba
operasional.34
Skripsi, Diah Rismayanti, “Analisis Portofolio Kredit (Konsumtif
dan Produktif) Dan Pengaruhnya Terhadap Laba (Studi Kasus PT.Bank X
Tbk)”.dalam skripsi tersebut menyimpulkan bahwa Berdasarkan hasil analisa,
portofolio kredit untuk waktu yang akan datang adalah 58,07% kredit modal
kerja, 25,62% kredit investasi dan 16,31% kredit konsumsi. Dengan alokasi
kredit tersebut, laba meningkat sebesar Rp 224.451 juta. Penyusunan
portofolio kredit dilakukan berdasarkan penyaluran dan pendapatan bunga
kredit berdasarkan tahun 2007.35
Skripsi Dwi Sutantri, “Peran Qardul Hasan Terhadap Peningkatan
Kinerja Usaha Mikro Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal (Studi Kasus
KJKS BMT Muamalat). Dalam skripsi menyimpulkan bahwa peran
pembiayaan Qardul Hasan terhadap kinerja usaha mikro sangat membantu
dalam kehidupan sehari-hari untuk tambahan produksi penjualan, dengan
34 Iman Pirman Hidayat dan Adi Ridwan Fadillah, Pengaruh Penyaluran Kredit Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) Dan Pendapatan Operasional Terhadap Laba Operasional (Kasus Pada PT.Bank Jabar Banten Tbk), Jurnal Dipublikasikan Pada Digital Library Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Siliwangi, http://imanph.files.wordpress.com/2011/10/iman-umkm-bjb.pdf
35 Diah Rismayanti, Analisis Portofolio Kredit (Konsumtif dan Produktif) Dan Pengaruhnya Terhadap Laba (Studi Kasus PT.Bank X Tbk), Skripsi Dipublikasikan Pada Digital Library Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Institut Pertanian Bogor, 2009
32
adanya tambahan produksi maka tingkat pendapatan setiap hari akan
bertambah.36
2.4. Kerangka Pemikiran Teoritik
Analisis pengaruh pembiayaan murabahah terhadap perkembangan
kinerja usaha nasabah ini didasarkan pada tinjauan pustaka, maka kerangka
pemikiran penelitian ini dijelaskan pada gambar sebagai berikut:
Gambar 2
Kerangka Berfikir
2.5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis menurut (Suharsimi Arikunto,2006:7) adalah suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai
terbukti melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan tinjauan pustakan dan kerangka teori diatas maka
diperoleh hipotesis sebagai berikut:
36 Dwi Sutantri, “Peran Qardul Hasan Terhadap Peningkatan Kinerja Usaha Mikro
Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal (Studi Kasus KJKS BMT Muamalat), Skripsi,Semarang: IAIN Walisongo, 2012
Pembiayaan (X)
• Besarnya pembiayaan yang
diberikan oleh BMT NU
Sejahtera Mangkang
Kinerja usaha (Y)
Keuntungan usaha
yang diperoleh
nasabah
33
H0 : Pembiayaan murabahah tidak berpengaruh positif terhadap kinerja
usaha nasabah.
H1 : Pembiayaan murabahah berpengaruh positif terhadap kinerja usaha