Top Banner
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan pra Operasi 1. Pengertian Kecemasan pra Operasi Musfir (2005) mengemukakan kecemasan sebagai kondisi kejiwaan yang penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang sedang dihadapi atau hal-hal yang lain, umumnya hal ini dirasakan sebagai perasaan tertekan dan tidak tenang serta berpikiran kacau dengan disertai banyak penyesalan, hal ini sangat berpengaruh pada kondisi fisiologis karena menimbulkan beberapa gejala yang umumnya ditemukan seperti tubuh terasa menggigil, banyak berkeringat, jantung berdegup cepat, lambung terasa mual, tubuh terasa lemas, dan kemampuan berproduktivitas berkurang. Menurut Kaplan dan Sadock (1997) kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah di lakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. American Psychiatric Association (APA) memberikan definisi pada kecemasan sebagai rasa takut atau prihatin, perasaan tegang, dan rasa gelisah terhadap antisipasi suatu keadaan bahaya yang terjadi pada seseorang (Edelman, 1992). Kecemasan merupakan manifestasi dari proses-proses emosi yang terjadi ketika seseorang mengalami tekanan perasaan dan pertentangan batin (Derajat, 2001). Nevid, Rathus, dan Greene (2003) menjelaskan
26

3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

Apr 28, 2019

Download

Documents

vonhi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan pra Operasi

1. Pengertian Kecemasan pra Operasi

Musfir (2005) mengemukakan kecemasan sebagai kondisi kejiwaan

yang penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang mungkin

terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang sedang dihadapi atau hal-hal

yang lain, umumnya hal ini dirasakan sebagai perasaan tertekan dan tidak

tenang serta berpikiran kacau dengan disertai banyak penyesalan, hal ini sangat

berpengaruh pada kondisi fisiologis karena menimbulkan beberapa gejala yang

umumnya ditemukan seperti tubuh terasa menggigil, banyak berkeringat,

jantung berdegup cepat, lambung terasa mual, tubuh terasa lemas, dan

kemampuan berproduktivitas berkurang. Menurut Kaplan dan Sadock (1997)

kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan

merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan,

pengalaman baru atau yang belum pernah di lakukan, serta dalam menemukan

identitas diri dan arti hidup.

American Psychiatric Association (APA) memberikan definisi pada

kecemasan sebagai rasa takut atau prihatin, perasaan tegang, dan rasa gelisah

terhadap antisipasi suatu keadaan bahaya yang terjadi pada seseorang

(Edelman, 1992). Kecemasan merupakan manifestasi dari proses-proses emosi

yang terjadi ketika seseorang mengalami tekanan perasaan dan pertentangan

batin (Derajat, 2001). Nevid, Rathus, dan Greene (2003) menjelaskan

Page 2: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

9

kecemasan sebagai suatu keadaan khawatir atau aprehensif yang dialami di

mana seseorang mengeluhkan sesuatu yang buruk akan terjadi, yang

mempunyai ciri keterangsangan fisiologis dan perasaan tegang yang tidak

menyenangkan.

Berdasarkan beberapa pandangan di atas dapat dijelaskan bahwa

kecemasan adalah sebuah reaksi ketika seseorang berada pada sebuah kondisi

tertentu dengan keyakinan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada dirinya

dan disertai perasaan menakutkan dan tidak menyenangkan yang memiliki ciri-

ciri fisiologis dan psikologis.

Operasi merupakan tindakan dokter untuk mengobati kondisi yang sulit

atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-obatan sederhana (Potter

dan Perry, 1996). Menurut R. Syamsuhidajat dan Win de Jong (2005),

pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

menggunakan cara invasif yaitu membuka atau menampilkan bagian tubuh

yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya menggunakan

sayatan. Setelah bagian yang ditangani ditampilkan, dilakukan tindakan

perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka atau bekas

sayatan. Ada beberapa tahap dalam operasi, yaitu:

1. Tahap pra bedah (pra operasi)

2. Tahap pembedahan (intra operasi)

3. Tahap pasca bedah (post operasi)

Pra operasi adalah masa yang dimulai ketika keputusan untuk menjalani

operasi dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi, pada

Page 3: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

10

fase ini ada beberapa persiapan yang harus disiapkan oleh pasien sebelum

dilakukan tindakan operasi (Dorland, 1994). Dalam masa pra operasi

partisipan mengalami kecemasan yang disebut dengan kecemasan pra operasi

yang terjadi pada masa ketika partisipan diputuskan akan menjalani operasi

sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah,

kecemasan ini digambarkan sebagai keadaan yang tidak menyenangkan dan

ketidak nyamanan atau ketegangan pada partisipan yang menghadapi suatu

penyakit, rawat inap, anestesi dan operasi (Ramsay, 1972). Kecemasan pra

operasi biasanya terjadi pada partisipan yang menunggu prosedur pembedahan

(McCleane, 1992). Menurut penjelasan Long (1996), terjadinya kecemasan pra

operasi ketika partisipan melewati sebuah proses di mana penyakitnya susah

sembuh dan diinformasikan oleh tenaga medis bahwa harus menjalani tindakan

pembedahan sebagai tindakan medis dalam usaha proses penyembuhan.

Dengan melihat beberapa pengertian yang telah dijelaskan di atas maka

dapat didefinisikan bahwa kecemasan pra operasi adalah perasaan yang

dialami seseorang sebagai sebuah reaksi ketika seseorang berada pada sebuah

kondisi tertentu yaitu ketika menjalani proses operasi dengan keyakinan bahwa

sesuatu yang buruk akan terjadi pada dirinya dan disertai perasaan menakutkan

dan tidak menyenangkan yang memiliki ciri-ciri fisiologis dan psikologis

tertentu.

2. Gejala-gejala Kecemasan Pra Operasi

Menurut Long (1996), gejala-gejala kecemasan pra operasi pada pasien

dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Page 4: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

11

a. Kecemasan ringan : Waspada, gerakan mata, ketajaman bertambah,

kesadaran meningkat.

b. Kecemasan sedang : Berfokus pada dirinya (penyakit yang diderita),

menurunnya perhatian terhadap lingkungan secara

terperinci.

c. Kecemasan berat : Perubahan pola pikir, ketidakselarasan pikiran,

lapang persepsi menyempit.

d. Kecemasan panik : Persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi,

ketidakmampuan memahami situasi, respon tidak

dapat diduga, aktivitas motorik tidak menentu.

Smeltzer dan Bare (2002) memisahkan gejala-gejala kecemasan pra

operasi secara fisiologis, emosional dan kognitif, penjelasan gejala-gejala

kecemasan tersebut sebagai berikut:

a. Gejala fisiologis adalah reaksi pertama yang berasal dari syaraf otonom

yang berupa kenaikan denyut jantung, adanya pergerakan tekanan darah

yang kurang teratur, palpitasi, mual, peningkatan respirasi dan dilatasi pupil,

dan mulut kering.

b. Gejala emosional dapat berupa kehilangan percaya diri, kehilangan kontrol

atas dirinya, tidak dapat relax, mudah menangis dan menjadi reaktif.

c. Gejala kognitif adalah kurangnya kemampuan konsentrasi, terjadi

disorientasi lingkungan, sering termenung, pemikiran berorientasi pada

masa lalu, adanya perhatian yang berlebihan pada sesuatu.

Page 5: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

12

Dari dua uraian gejala kecemasan pra operasi di atas dapat

disimpulkan bahwa gejala kecemasan menurut Long (1996) dibagi ke dalam

empat klasifikasi yaitu, kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan

berat dan kecemasan panik. Sementara itu Smeltzer dan Bare (2002)

memisahkan gejala-gejala kecemasan pra operasi yaitu secara fisiologis,

emosional dan kognitif. Dari dua pendapat tersebut peneliti memilih teori yang

dikemukakan oleh Smeltzer dan Bare, hal ini dikarenakan sesuai dengan

kondisi pasien yang akan diteliti.

3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Trismiati (2006) menjelaskan bahwa kecemasan dipengaruhi oleh dua

faktor dengan beberapa sub-faktor sebagai berikut:

a. Faktor Internal

1) Usia. Semakin matang usia seseorang diharapkan semakin baik dalam

berpikir dan bersikap. Seseorang yang berusia lebih muda dikatakan

lebih mudah mengalami kecemasan daripada yang lebih tua, namun ada

pula yang berpendapat sebaliknya bahwa orang dengan usia tua juga

mudah mengalami kecemasan terkait hal yang dihadapinya. Usia yang

lebih muda mengalami cemas terhadap masa depan kehidupannya

sedangkan pada usia tua mengalami kecemasan pada orang-orang di

sekitarnya (Stuart dan Sundeen, 2006).

2) Pengalaman. Seseorang yang telah memiliki pengalaman menjalani

suatu tindakan maka dirinya lebih dapat beradaptasi dan tidak timbul

kecemasan yang besar, lain hal jika seseorang yang minim pengalaman

Page 6: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

13

dalam suatu tindakan atau kejadian maka kurang dapat beradaptasi dan

mudah mengalami kecemasan.

3) Pendidikan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan

memiliki kemampuan berpikir secara rasional, adaptif terhadap

informasi baru, dan mampu mengurai masalah dengan lebih baik.

Sebaliknya, pendidikan yang kurang pada seseorang dapat

menghalangi sikapnya untuk adaptif dan berpikir serta bertindak

terhadap masalah yang ada sehingga rentan terhadap kecemasan

(Nursalam, 2003).

4) Kemampuan respons terhadap stimulus. Kemampuan seseorang untuk

mengelola stimulus yang diterima dapat mempengaruhi kecemasan

yang ditimbulkan. Semakin rendah kemampuannya maka semakin

besar kecemasan yang akan dirasakannya.

b. Faktor Eksternal

1) Keluarga. Peran keluarga dapat membuat seseorang lebih siap dalam

menghadapi masalah. Namun keluarga dapat pula menjadi penyebab

kecemasan seseorang menjadi semakin besar karena sikap tidak peduli,

tidak pengertian, atau salah memberikan respons yang dibutuhkan.

2) Keuangan. Kemampuan keuangan seseorang yang terbatas bahkan

kurang, dapat menyebabkan kecemasan terutama dalam pembiayaan

terkait masalah yang dialami, kondisi keuangan yang cukup dapat

mengurangi bahkan menghilangkan kemungkinan terjadinya

Page 7: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

14

kecemasan khususnya dalam hal pembiayaan penyelesaian masalahnya

(Erich, 2003).

3) Kondisi Lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar seseorang yang baik

dapat membuat seseorang menjadi lebih kuat menghadapi masalah,

namun akan sangat berbeda jika lingkungan seseorang kurang baik

sehingga memberi pengaruh negatif yang dapat melemahkan seseorang

dalam menghadapi masalah sehingga kecemasan semakin mudah

dirasakan.

Berdasarkan uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

kecemasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang menurut

Trismiati mempengaruhi kecemasan antara lain, faktor internal berupa usia,

pengalaman operasi, pendidikan dan kemampuan respons terhadap stimulus,

sedangkan faktor eksternal berupa keluarga, keuangan dan kondisi lingkungan.

Faktor-faktor ini berperan dalam menimbulkan kecemasan pada pasien.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pra Operasi

Long (2001) menjelaskan ada beberapa faktor yang menyebabkan

kecemasan pada pasien dalam masa pra operasi yaitu ketakutan akan rasa sakit

atau nyeri setelah operasi, cemas akan terjadi perubahan fisik karena ada organ

yang diangkat atau dikeluarkan dari tubuh, tidak berfungsinya tubuh atau organ

tubuh lain seperti sebelum dilakukan operasi, deskripsi tubuh yang terganggu,

takut adanya keganasan penyakit yang diderita jika diagnosa yang ditegakkan

belum benar-benar pasti, cemas akan mengalami kondisi yang sama dengan

pasien lain yang memiliki kesamaan penyakit, cemas menghadapi ruang

Page 8: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

15

operasi, takut terhadap alat-alat bedah yang akan digunakan selama operasi,

takut mengalami kematian saat dibius atau tidak dapat sadar lagi, dan adanya

ketakutan bahwa operasi akan gagal. Menurut Perry dan Potter (2005) ada

berbagai alasan yang dapat menyebabkan kecemasan pasien dalam

menghadapi tindakan pembedahan antara lain takut nyeri setelah

pembedahan, takut terjadi perubahan fisik (menjadi buruk rupa dan tidak

berfungsi) mengalami kondisi yang sama seperti sebelum operasi, takut

menghadapi ruang operasi, cemas peralatan bedah dan petugas, takut mati

saat dilakukan anestesi, dan takut operasi akan gagal.

Kiyohara, Kayano & Oliviera (2004) menjelaskan bahwa salah satu

faktor yang dapat menyebabkan kecemasan dalam masa pra operasi adalah

masa rawat inap untuk prosedur bedah yang dirasakan sebagai ancaman atau

stresor sehingga dapat menimbulkan kecemasan pada pasien; kecemasan

terjadi dalam masa ini pada fase pra operasi adalah ketika pasien

mengantisipasi peristiwa yang tidak diketahui yang berpotensi memberi rasa

sakit dan perubahan citra tubuh, serta peningkatan ketergantungan pada

keluarga dan perubahan kehidupan lainnya. Menurut Masood, Haider, Jawaid

& Nadeem (2009) bahwa takut akan keberlangsungan hidupnya termasuk

kesembuhan diri, perubahan lingkungan, waktu tunggu operasi, rasa sakit

pasca operasi, kekhawatiran tentang keluarga, transfusi darah, rasa takut yang

muncul tanpa diketahui, tindakan bahaya dari kesalahan dokter atau perawat,

takut tertusuk jarum suntik dan tiba-tiba sadar selama operasi adalah beberapa

Page 9: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

16

faktor signifikan yang bertanggung jawab atas terjadinya kecemasan pra

operasi.

Gruendemann dan Fernsebner (2006) juga menjabarkan faktor-faktor

yang menjadi penyebab kecemasan pra operasi pada pasien yaitu:

a. Keluarga

Faktor keluarga terhadap seseorang yang akan menjalani

operasi sangat berpengaruh pada tingkat kecemasan yang dialaminya.

Sebagian keluarga atau sahabat dapat meningkatkan rasa cemas pasien

karena terjadi transmisi cemas dari keluarga yang memperlihatkan

perilaku cemas, berbeda dengan keinginan keluarga yang menginginkan

pasien lebih tenang terhadap situasi tersebut di mana kemudian pasien

menganggap dukungan tersebut palsu sehingga mengalami kecemasan.

Namun demikian, dukungan keluarga dapat dianggap sebagai hubungan

interpersonal yang dapat mendukung pasien terhadap penurunan

kecemasan yang dialaminya, semakin kuat sistem dukungan keluarga

maka semakin rendah kerentanan pasien mengalami kecemasan (Kaplan

& Sadock, 1997).

b. Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan yang kurang mampu menumbuhkan kepercayaan

pasien yang dirawatnya akan berakibat pada sikap pasien menjadi kurang

tenang dan bersikap kurang kooperatif terhadap rencana keperawatan

maupun tindakan pembedahan yang akan diberikan. Petugas kesehatan

diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan/keyakinan pasien dan

Page 10: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

17

keluarganya dalam rangka pemenuhan kebutuhan fisik/fisiologis pasien

sehingga pasien percaya bahwa para tenaga medis yang terlibat dalam

perawatannya benar-benar mampu menangani permasalahannya.

c. Tingkat pengetahuan pasien mengenai informasi operasi.

Pasien yang belum mengetahui informasi dan prosedur

operasi/pembedahan yang akan dihadapinya dapat mengalami kecemasan

yang ditandai dengan perilaku seperti kesal, marah, menangis serta

menarik diri. Kecemasan ini terjadi karena banyak pertanyaan seputar

operasi yang akan dihadapi belum dijelaskan atau terjawab sepenuhnya.

Dalam hal ini tenaga kesehatan mempunyai peran penting dalam

meningkatkan pengetahuan dan sikap pasien terhadap tindakan yang akan

dialaminya. Pengetahuan yang lengkap dan jelas mengenai prosedur

operasi yang akan dijalani sangat diperlukan untuk mengurangi kecemasan

pra operasi yang dialami pasien sehingga proses operasi dapat berjalan

baik.

d. Kekhawatiran akan nyeri

Kekhawatiran akan nyeri mempengaruhi pasien dalam menjalani

operasi. Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan dan bersifat

subjektif. Pasien memerlukan penjelasan mengenai nyeri yang akan

dirasakannya setelah operasi. Perawat bertugas menjelaskan nyeri yang

akan dirasakan pasien baik pada saat pembedahan maupun pasca

pembedahan. Apabila pasien mencapai harapan yang realistis terhadap

nyeri dan mengetahui cara mengatasinya maka rasa cemas akan berkurang.

Page 11: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

18

Menurut Zalon (2004) nyeri dan kelelahan adalah masalah dan gejala yang

paling umum dirasakan selama pemulihan pasca operasi dan dapat

mengakibatkan kurangnya kenyamanan diri pasca operasi; dimana masa

pasca operasi adalah waktu pemulihan untuk fungsi fisik, psikologis,

sosial sehingga pasien dapat kembali ke aktivitas kehidupan sehari-hari

sama seperti sebelum operasi dan meningkatnya tingkat kesehatan

psikologis.

e. Persepsi pasien terhadap hasil bedah.

Persepsi hasil bedah ialah pasien memiliki gambaran tersendiri

mengenai hasil yang mungkin terjadi setelah pembedahan. Pasien

mungkin memikirkan aktivitasnya akan terganggu, terjadi kecacatan,

terjadi kegagalan terhadap operasi, terjadi kesalahan oleh petugas

kesehatan, kematian dan lain-lain. Semakin sering pasien memikirkan

kemungkinan hasil pembedahan maka semakin tinggi tingkat

kecemasan. Perawat bertugas membantu klien dan keluarga untuk

mencapai harapan yang realistis terhadap hasil pembedahan. Dalam masa

pasca operasi Stuart & Laraia (2001) menjelaskan bahwa faktor pencetus

kecemasan pada masa tersebut dari sisi internal, yaitu ancaman terhadap

integritas fisik dan terhadap sistem diri. Ancaman terhadap integritas fisik

meliputi ketidak mampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya

kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

Berdasarkan dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dari sekian

banyak faktor yang muncul, tentu bergantung pada pengalaman pasien dalam

Page 12: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

19

menjalani operasi yang pasti berbeda-beda seperti yang telah dijelaskan dengan

singkat oleh Perry dan Potter, bahwa ada berbagai alasan yang dapat

menyebabkan kecemasan pasien dalam menghadapi tindakan operasi yang

akan dijalaninya. Hal ini yang kemudian membuat peneliti tertarik untuk

mencari gambaran kecemasan menjalani operasi pada pasien kanker ovarium.

B. Pasien Kanker Ovarium

1. Pengertian Pasien Kanker Ovarium

Dalam Kamus Psikologi, Reber dan Reber (2010) menjelaskan

bahwa pasien adalah seseorang yang menerima perawatan medis karena

terdiagnosis tengah menderita penyakit atau luka, yang mencakup juga bahwa

seseorang yang penyakitnya tak terlihat dari luar namun hasil tes menunjukkan

orang tersebut kemungkinan menderita suatu penyakit. Pendapat lain datang

dari Yuwono (2003) yang menjelaskan bahwa pasien adalah orang sakit yang

dirawat dokter dan tenaga kesehatan lainnya di tempat praktik. Jika

berdasarkan pengertian dari Pasal 1 ayat 10 Undang-undang No. 29 Tahun

2004 tentang Praktik Kedokteran (UU 29/2004), pasien adalah setiap orang

yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh

pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak

langsung kepada dokter atau dokter gigi. Selanjutnya berdasarkan pasal 1

ayat 4 Undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasien

adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya

untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara

langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit.

Page 13: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

20

Dari pengertian mengenai pasien di atas dapat disimpulkan bahwa

pasien adalah seseorang yang sedang memperoleh pelayanan kesehatan yang

diperlukan secara langsung maupun tidak langsung di rumah sakit dimana

sebelumnya terdiagnosis menderita suatu penyakit atau luka baik terlihat dari

luar atau tidak.

Kanker ovarium adalah perkembangan tidak normal pada sel di

ovarium yang mulai berkembang dengan tidak terkendali dan membentuk

tumor yang kemudian menjadi ganas dengan mulai menyebar ke bagian-bagian

tertentu pada tubuh. Tumor ganas di ovarium yang disebut kanker ovarium

adalah tumor ganas yang berasal dari ovarium dengan berbagai tipe histologi,

yang dapat mengenai semua umur. Tumor sel germinal lebih sering dijumpai

pada penderita berusia kurang dari dua puluh tahun, sementara tumor ovarium

epitelial (Epithelial Ovarium Carcinoma-EOC) lebih sering pada wanita

berusia lebih dari 50 tahun (Rasjidi, Irwanto, & Nurseta, 2007).

Dalam pengklasifikasian kondisi penyakit untuk kasus kanker ovarium

maka kita harus merujuk ke buku ICD-O (International Classification of

Diseases for Oncology , WHO, 1990). Dalam buku klasifikasi tersebut tumor

ovarium diberikan kode C56.9. Kode tersebut adalah kode nomor untuk

neoplasma yang berada di ovarium, sedangkan .9 di belakangnya untuk

menunjukkan stadium atau tingkat perilaku dari neoplasma tersebut. Pada

halaman xxvii terdapat tabel yang menjelaskan kode .9 sebagai kode untuk

neoplasma yang sudah dalam kondisi ganas dan belum tentu apakah masih

dalam kondisi statis atau sudah menyebar (malignant, uncertain whether

Page 14: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

21

primary or metastatic site). Dari kajian buku ICD-O bisa kita klasifikasikan

bahwa tumor ovarium dapat disebut sebagai kanker.

Kanker ovarium di Indonesia menduduki urutan keenam terbanyak dari

keganasan pada wanita dengan urutan setelah kanker serviks (karsinoma

serviks uteri), payudara, kolorektal, kulit, dan limfoma. Kanker ovarium

merupakan salah satu keganasan yang sering ditemukan pada genitalia wanita

dan menempati urutan kedua setelah kanker serviks (Aziz dalam Saifuddin,

1995). Kanker ovarium menduduki peringkat kedua terbanyak setelah kanker

serviks dan angka kejadian kasus kanker ovarium di Indonesia pada tahun

2012 sekitar 354 kasus (Indonesian Society of Gynecologic Oncology, 2012).

Pada kasus kanker ovarium pembedahan memegang peranan penting

dalam penatalaksanaan tahap penanganan medis. Operasi ini dilakukan dengan

penentuan diagnosis pra operasi, tingkatan penyakit (stadium), dan perluasan

penyakit (metastase). Ketiga hal tersebut diperlukan dan dilakukan dengan

cermat untuk mendapatkan hasil penanganan medis yang baik (Rasjidi,

Irwanto, & Nurseta, 2007).

Berdasarkan penjelasan di atas mengenai pasien dan kanker ovarium,

dapat disimpulkan bahwa pasien kanker ovarium adalah seseorang yang

sedang menerima perawatan medis karena sebuah penyakit dimana penyakit

tersebut tak terlihat dari luar namun hasil tes menunjukkan orang tersebut

kemungkinan menderita suatu penyakit yaitu kanker ovarium. Penyakit ini

merupakan perkembangan tidak normal pada sel di ovarium yang mulai

berkembang dengan tidak terkendali dan mulai menyebar ke bagian-bagian

Page 15: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

22

tertentu pada tubuh dengan berbagai tipe histologi yang dapat mengenai semua

umur.

2. Faktor-faktor Risiko Kanker Ovarium

Penyebab dari Kanker ovarium tidak diketahui secara pasti namun

faktor-faktor berikut ini dapat meningkatkan risikonya, yaitu:

a. Riwayat keluarga dengan kanker ovarium.

b. Mutasi genetik pada gen yang berhubungan dengan tumor ovarium, seperti

BRCA1 atau BRCA2.

c. Riwayat pasien seperti tumor/kanker payudara, uterus, atau kolon (usus

besar).

d. Obesitas (kegemukan).

e. Penggunaan beberapa obat fertilitas atau terapi-terapi hormon.

f. Tidak ada riwayat kehamilan.

g. Endometriosis (radang yang terkait dengan hormon estradiol/estrogen

berupa pertumbuhan jaringan endometrium yang disertai perambatan

pembuluh darah, hingga menonjol keluar dari rahim (pertumbuhan

ectopic) dan menyebabkan pelvic pain).

Berdasarkan penjelasan di atas mengenai faktor-faktor risiko kanker

ovarium dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor risiko penyakit ini mencakup

riwayat penyakit kanker di keluarga, kondisi fisik pasien dan peradangan yang

terkait dengan hormon estrogen.

Page 16: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

23

3. Gejala Kanker Ovarium

Gejala kanker ovarium pada kebanyakan pasien adalah simtomatis

(95%), tetapi gejalanya non spesifik—keluhan/rasa tidak enak/rasa tertekan di

abdomen, dispareunia, dan bertambahnya berat badan karena asites atau massa

(Rasjidi, Irwanto, & Nurseta, 2007). British Medical Journal dan Target

Ovarium Center menjelaskan bahwa dibutuhkan waktu satu bulan untuk

mengetahui gejala tumor ovarium. Terdapat beberapa gejala umum yang dapat

dengan mudah dikenali, beberapa gejala umum kanker ovarium adalah sebagai

berikut:

a. Sering merasakan nyeri di perut.

b. Ukuran perut semakin besar.

c. Susah makan atau tidak nafsu makan.

d. Sering merasa kekenyangan.

e. Sering muntah dan buang air besar.

f. Kembung terus-menerus.

g. Terjadi pendarahan pada vagina.

h. Berat badan turun secara signifikan.

i. Sering merasa lelah dan sakit kepala.

Kanker ovarium juga dapat menyebabkan gejala-gejala lain seperti:

a. Kelelahan.

b. Gangguan pencernaan.

c. Mulas.

d. Sembelit.

Page 17: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

24

e. Sakit punggung.

f. Ketidak beraturan menstruasi.

g. Hubungan seksual yang menyakitkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kanker ovarium

menunjukkan gejala-gejala fisik yang umum di wilayah perut dan kelamin

yang sangat menganggu pasien yang mengidap penyakit ini dan dibutuhkan

waktu satu bulan untuk mengetahui gejala tumor ovarium pada pasien.

4. Diagnosis Kanker Ovarium

Penanganan medis terhadap kanker ovarium bisa dilakukan setelah

ditegakkan diagnosis kanker ovarium yang meliputi prosedur penentuan lewat

cara-cara berikut:

a. Anamnesa lengkap dan pemeriksaan fisik.

b. Penanda tumor untuk kanker epitelial (CA-125), germ cell tumors (CEA,

hCG, AFP), Sex cord stromal tumor (inhibin untuk sel granulosa).28

c. Kimia darah, darah lengkap, tes fungsi hati.

d. Toraks x-ray untuk evaluasi efusi pleura & metastase paru.

e. CT-Scan abdomen dan pelvis.

f. Jika simptomatis, dapat dilakukan IVP dan/atau barium enema untuk

evaluasi keterlibatan kandung kemih dan usus

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk

melakukan diagnosis kanker ovarium dilakukan banyak pemeriksaan dalam

tes penunjang untuk mengetahui dengan pasti kondisi penyakit yang diderita

Page 18: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

25

pasien, setelah itu penanganan medis yang sesuai dengan stadium dari hasil

pemeriksaan tersebut dapat dilakukan.

5. Stadium Kanker Ovarium

Cancer Research UK (2016) mengklasifikasikan stadium pada kanker

ovarium sebagai berikut:

a. Stadium I. Kanker ovarium stadium 1 berarti kanker hanya di ovarium.

Stadium ini terbagi dalam 3 kelompok:

1) Stadium IA. Kanker benar-benar di dalam satu ovarium

2) Stadium IB. Kanker benar-benar ada di dalam kedua ovarium

3) Stadium IC. Selain berada di salah satu atau kedua ovarium, ada

beberapa sel kanker di permukaan ovarium, ada sel kanker dalam

cairan yang diambil dari dalam perut pasien selama operasi, atau

pecahnya ovarium (semburan) sebelum atau selama operasi.

b. Stadium II. Kanker ovarium stadium 2 artinya kanker telah tumbuh di luar

indung telur atau ovarium di mana pertumbuhan terdapat pada area sekitar

tulang panggul (pelvis). Kemungkinan ada sel kanker pada abdomen,

stadium 2 terbagi dalam 3 kelompok:

1) Stadium IIA. Kanker telah tumbuh di dalam tuba falopi atau rahim.

2) Stadium IIB. Kanker telah tumbuh ke jaringan lain di panggul seperti

kandung kemih atau rektum.

3) Stadium IIC. Kanker telah tumbuh ke jaringan lain di panggul dan ada

sel kanker dalam cairan yang diambil dari perut pasien.

Page 19: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

26

c. Stadium III. Pada tahap ini kanker telah menyebar dari panggul ke rongga

perut. Disebut juga stadium 3 jika kanker ditemukan pada kelenjar getah

bening di abdomen bagian atas, selangkangan atau di belakang rahim.

Terbagi menjadi 3 kelompok yaitu:

1) Stadium IIIA. Sel kanker ditemukan pada sampel jaringan yang diambil

dari lapisan perut.

2) Stadium IIIB. Terdapat pertumbuhan kanker yang berukuran 2 cm atau

lebih kecil pada lapisan perut.

3) Stadium IIIC. Terdapat pertumbuhan kanker dengan ukuran lebih dari

2 cm yang ditemukan pada lapisan perut, atau di kelenjar getah bening

di lapisan perut atas, selangkangan dan/atau bagian belakang rahim.

d. Stadium IV. Kanker ovarium pada tahap ini dapat diartikan bahwa kanker

tersebut telah menyebar ke organ tubuh lain yang berjauhan dari ovarium

seperti hati dan paru-paru. Stadium ini terbagi menjadi 2 kelompok:

1) Stadium IVA. Kanker telah menyebabkan terbentuknya cairan di

lapisan paru-paru (pleura) yang disebut dengan efusi pleura.

2) Stadium IVB. Penyebaran kanker telah mencapai bagian dalam hati

atau limpa ke kelenjar getah bening di selangkangan atau di luar perut

dan/atau ke organ lain seperti paru-paru.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kanker ovarium memiliki

stadium tertentu dimana setiap stadium terdiri dari kelompok-kelompok

stadium di dalamnya dan memiliki kekhasan ukuran kanker, kondisi kanker

dan jangkauan lokasi penyebaran kanker tersebut pada tubuh pasien.

Page 20: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

27

6. Penanganan Medis Kanker Ovarium

Terdapat lima tindakan dalam penanganan kasus kanker ovarium yaitu:

pembedaan, kemoterapi, terapi hormon, terapi target dan terapi radiasi.

Tindakan yang paling umum dilakukan dalam kasus kanker ovarium adalah

pembedahan (American Cancer Society, 2014). Pada kasus kanker ovarium,

operasi dilakukan dengan penentuan diagnosis pra operasi, tingkatan penyakit

(stadium), dan perluasan penyakit (metastasis). Ketiga hal tersebut diperlukan

dan dilakukan dengan cermat untuk mendapatkan hasil penanganan medis

yang baik. Agar pembedahan yang dilakukan dapat memenuhi Surgical

Staging dan dapat mengangkat tumor seoptimal mungkin, dilakukan insisi

mediana atau paramedian, ovarium sedapat mungkin diangkat dalam keadaan

utuh. Bila hasil potong beku ternyata ganas, pembedahan sesuai prosedur

Surgical Staging kanker ovarium harus dilakukan. Sementara itu, bila tumor

sudah menyebar ke organ lain, prinsip sitoreduksi harus dikerjakan dengan

meninggalkan residu tumor seminimal mungkin (Rasjidi, Irwanto, & Nurseta,

2007).

Operasi dan langkah perawatan selanjutnya pada kasus kanker ovarium

dilakukan berdasarkan stadium dari kanker yang diderita oleh pasien namun

semua operasi yang dilakukan memiliki tujuan awal untuk penentuan staging

atau stadium, American Cancer Society (2014) telah membuat susunannya

sebagai berikut:

Page 21: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

28

a. Stadium 1 (1A dan 1B).

Tindakan pada stadium ini adalah dengan melakukan operasi

untuk mengeluarkan jaringan kanker. Sebagian besar uterus, kedua

fallopian tube (saluran ke indung telur) dan kedua indung telur

(ovarium) diangkat. Tindakan ini disebut sebagai histerektomi dengan

bilateral salpingo-ooforektomi.

b. Stadium II (IIA dan IIB).

Untuk kanker ovarium pada stadium 2, tindakan dimulai dengan

pembedahan histerektomi seperti pada stadium 1. Perawatan lanjutan

dilakukan lewat kemoterapi yang direkomendasikan sebanyak 6 kali,

dan yang sering digunakan adalah kombinasi karboplatin dan

paclitaksel. Ada pula pasien yang menggunakan kemoterapi intra-

abdominal/intraperitoneal (IP) selain kemoterapi infus.

c. Stadium III (IIIA1, IIIA2, IIIB, dan IIIC).

Tindakan yang diberikan sama seperti kanker stadium II yaitu

operasi untuk staging kemudian dilakukan operasi lanjutan yaitu

pengangkatan jaringan yang terkena sel kanker. Uterus, kedua fallopian

tubes, kedua ovarium, dan omentum (jaringan lemak dari bagian

abdomen atas dekat perut dan usus) ikut diangkat. Tujuan dari

pembedahan ini adalah tidak ada jaringan kanker lebih dari 1 cm yang

tertinggal. Terkadang ditemukan kanker tumbuh di dalam usus dan

dalam hal ini sebagian usus harus diangkat, begitu pula sebagian organ

lain yang terdapat kanker. Setelah operasi diberikan kombinasi

Page 22: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

29

kemoterapi yaitu karboplatin dan taxane, seperti paclitaxel lewat infus

sebanyak 6 kali. Selama kemoterapi dilakukan pemeriksaan darah

dengan CA-125, juga dilakukan CT scan, PET scan, atau MRI untuk

mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang dilakukan.

d. Stadium IV.

Pada stadium ini kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh

jaraknya seperti di hati (liver), paru-paru, atau tulang. Kanker pada

stadium ini sangat susah untuk disembuhkan namun perawatan

diberikan agar pasien merasa lebih baik dan memperlama masa hidup

(paliatif, tanpa melawan kanker). Perawatannya mirip dengan stadium

III namun pemberian kemoterapi bisa dilakukan di awal perawatan, di

mana 3 kali kemoterapi diberikan sebelum operasi dan sekurangnya 3

kali kemoterapi lagi setelah operasi.

Berdasarkan uraian penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa

dalam kasus kanker ovarium operasi dilakukan dengan penentuan diagnosis

pra operasi, tingkatan penyakit (stadium), dan perluasan penyakit (metastasis),

hal ini diperlukan dan dilakukan dengan cermat untuk mendapatkan hasil

penanganan medis yang baik, agar pembedahan yang dilakukan dapat

memenuhi Surgical Staging dan dapat mengangkat tumor seoptimal mungkin

sesuai dengan kondisi kanker pada stadium yang diketahui lewat pemeriksaan.

C. Dinamika Psikologis Menjalani Operasi Pada Pasien Kanker Ovarium

Pra operasi adalah suatu masa yang dimulai ketika keputusan untuk operasi

dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi. Dalam fase pra

Page 23: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

30

operasi ini ada beberapa persiapan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kepada

pasien sebelum tindakan operasi dilakukan padanya untuk mempersiapkan pasien

dalam tindakan pembedahan dalam menjamin keselamatan pasien intra operasi.

Persiapan yang dilakukan meliputi persiapan fisik maupun pemeriksaan penunjang

serta persiapan psikis atau mental pasien yang sangat diperlukan, karena

keberhasilan tindakan pembedahan pasien bergantung pada keberhasilan persiapan

yang dilakukan dalam tindakan pada tahap persiapan pra operatif (Rothrock, 1999).

Hal ini perlu dilakukan karena prosedur pembedahan dapat menimbulkan gangguan

fisiologis maupun psikologis, gangguan tersebut dapat mengakibatkan pasien pra

operasi memiliki berbagai masalah karena berpengaruh pada kondisi fisik pasien

ketika persiapan operasi dan kesembuhan pasien di mana semakin cemas pasien

sebelum operasi maka semakin sulit penyesuaian dan pemulihan pasca operasi

(Aderson, Masur, & Johnson, dalam Sarafino, 1998). Penjelasan lebih rinci dari

Fernsebner (2005) adalah sebagai berikut:

1. Fase pra operasi. Merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan

pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai

pasien di meja bedah. Beberapa hal yang dikaji dalam tahap pra operasi

adalah pengetahuan tentang persiapan pembedahan, pengalaman masa lalu

dan kesiapan psikologis. Pada periode pra operasi yang lebih diutamakan

adalah persiapan psikologis dan fisik sebelum operasi.

2. Fase intra operasi. Dimulai ketika pasien masuk ke bagian atau ruang bedah

dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan, dimana pada fase

Page 24: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

31

ini pasien dipantau secara menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan

untuk menjaga keselamatan pasien.

3. Fase pasca operasi. Dimulai pada saat pasien masuk ke ruang pemulihan

dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di

rumah. Pada fase ini dilakukan peningkatan penyembuhan pasien dan

penyuluhan, termasuk perawatan lanjutan dan rehabilitasi kondisi pasien

untuk berhasilnya proses penyembuhan dan diikuti dengan pemulangan

pasien.

Kindler dkk. (2000) mengatakan bahwa tindakan operasi yang harus dijalani

oleh pasien kanker ovarium dapat menyebabkan kecemasan pada masa pra operasi

yang dapat berdampak buruk pada masa intra operasi dan pasca operasi. Kecemasan

pra operasi ini dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya seperti yang

dijabarkan oleh Gruendemann dan Fernsebner (2006) yaitu: keluarga, petugas

kesehatan, tingkat pengetahuan pasien mengenai informasi operasi, kekhawatiran

akan nyeri dan persepsi pasien terhadap hasil bedah. Pendapat mengenai faktor

penyebab kecemasan pra operasi lainnya juga disebutkan oleh Long (2001) yang

menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan dalam masa pra

operasi yaitu: takut adanya keganasan penyakit yang diderita jika diagnosa yang

ditegakkan belum benar-benar pasti, cemas akan mengalami kondisi yang sama

dengan pasien lain yang memiliki kesamaan penyakit, cemas menghadapi ruang

operasi, takut terhadap alat-alat bedah yang akan digunakan selama operasi, takut

mengalami kematian saat dibius atau tidak dapat sadar lagi, adanya ketakutan

bahwa operasi akan gagal, ketakutan akan rasa sakit atau nyeri setelah operasi,

Page 25: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

32

cemas akan terjadi perubahan fisik karena ada organ yang diangkat atau

dikeluarkan dari tubuh, tidak berfungsinya tubuh atau organ tubuh lain seperti

sebelum dilakukan operasi dan deskripsi tubuh yang terganggu.

Terdapat begitu banyak pendapat yang menjelaskan berbagai macam faktor

yang menyebabkan kecemasan pada pasien pada masa pra operasinya. Dari

beragamnya faktor-faktor tersebut tentunya bergantung pada pengalaman yang

dirasakan oleh masing-masing pasien dalam persiapan menjalani operasi di masa

pra operasi dimana hal yang dirasakan tersebut pasti memiliki persamaan dan

perbedaan. Dalam pikiran peneliti, munculnya kecemasan dalam masa pra operasi

adalah sebagai reaksi dari ketakutan dan kekhawatiran pasien ketika masuk untuk

dirawat inap pada masa pra operasi, ketika menghadapi masa intra operasi saat

operasi dilakukan dan ketika pada masa pasca operasi yang merupakan saat

penyembuhan dan pemulihan pasien setelah dioperasi. Berdasarkan dinamika

tersebut, peneliti mencoba untuk mengetahui dan memahami apa saja yang

dicemaskan oleh pasien dalam menjalani operasinya, sehingga peneliti dapat

memperoleh gambaran kecemasan menjalani operasi pada pasien kanker ovarium.

D. Pertanyaan Penelitian

Dalam menjalani operasi kanker ovarium di masa pra operasi yang

dialaminya, pasien mengalami kecemasan terkait situasi yang dihadapi yang

disebut sebagai kecemasan pra operasi. Pasien dengan kecemasan pra operasi

mencemaskan beberapa hal seperti kondisinya ketika dirawat inap sebelum operasi,

kondisi intra operasi, dan kondisi pasca operasi di mana kecemasan tersebut

ditakutkan dapat mengganggu jalannya proses operasi dan masa pasca operasi

Page 26: 3. BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/3370/3/BAB II.pdf · sampai ketika partisipan berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, ... sakit dan

33

termasuk masa pemulihan. Oleh sebab itu peneliti mengajukan pertanyaan

penelitian yaitu bagaimana gambaran kecemasan menjalani operasi pada pasien

kanker ovarium?