1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit aterosklerosis vaskular dengan manifestasi klinis berupa Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan stroke merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di negara-negara maju dan berkembang. Aterosklerosis dipandang mempunyai peranan penting dalam kasus ini, sehingga mengatasi aterosklerosis terlebih dahulu akan sangat berarti untuk mengurangi insiden kedua penyakit tersebut. Kadar kolesterol serum berkaitan dengan insiden aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Dan penyebab yang paling prediktif adalah rasio LDL (low density lipoprotein) yang tinggi dan HDL (high density liporotein) kolesterol yang rendah. Aterosklerosis sebenarnya bersifat reversibel, dapat menipis kembali apabila kadar kolesterol dalam
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit aterosklerosis vaskular dengan manifestasi klinis berupa
Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan stroke merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas di negara-negara maju dan berkembang. Aterosklerosis
dipandang mempunyai peranan penting dalam kasus ini, sehingga mengatasi
aterosklerosis terlebih dahulu akan sangat berarti untuk mengurangi insiden kedua
penyakit tersebut. Kadar kolesterol serum berkaitan dengan insiden aterosklerosis
dan penyakit jantung koroner. Dan penyebab yang paling prediktif adalah rasio
LDL (low density lipoprotein) yang tinggi dan HDL (high density liporotein)
kolesterol yang rendah. Aterosklerosis sebenarnya bersifat reversibel, dapat
menipis kembali apabila kadar kolesterol dalam darah berhasil dikontrol dengan
baik, terutama menurunkan kadar LDL plasma dan meningkatkan HDL plasma.1
Upaya pencegahan, perawatan dan pengobatan suatu penyakit dapat
melalui sistem pengobatan modern dan alternatif. Pada kondisi krisis yang
berkepanjangan, berdampak pada penurunan daya beli masyarakat. Ini merupakan
salah satu faktor adanya kecenderungan peningkatan animo masyarakat terhadap
pengobatan alternatif (penggunaan bahan alami sebagai obat). World Health
Organization (WHO) telah mencanangkan program untuk kembali ke alam dan
2
memperhatikan pentingnya sistem pengobatan tradisional untuk dikaji dan
dikembangkan. Anjuran Departemen Kesehatan RI untuk kembali ke obat-obatan
tradisional adalah suatu anjuran yang tepat. Hal ini dikarenakan bahannya yang
mudah didapat, murah serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.2
Air kelapa muda dipercaya memiliki efek pengobatan berbagai penyakit
antara lain terhadap penyakit infeksi, ginjal, kardiovaskular, dan berbagai
penyakit lainnya. Air kelapa hijau dibanding dengan jenis air kelapa yang lain
lebih banyak mengandung tanin atau antidotum (anti racun) dan sebagai
antioksidan yang cukup tinggi.3
Tanin berfungsi sebagai antioksidan yang berfungsi menangkap senyawa
radikal serta mencegah terjadinya reaksi berantai. Senyawa antioksidan adalah
senyawa yang memberikan elektronnya ke sekitar sehingga molekul lain misalnya
DNA dan LDL sehingga terlindung dari kerusakan. Selain itu tanin juga berfungsi
sebagai pencegah penyakit jantung dengan cara memangkas agregasi sel darah
atau penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan meningkatkan HDL serum.3
Tanin merupakan salah satu jenis senyawa yang termasuk ke dalam
golongan polifenol. Senyawa polifenol adalah senyawa antioksidan sehingga
Memberikan elektron pada sel (sel endotel, DNA, dan LDL) dan menangkap senyawa
radikal bebas
Mencegah oksidasi, dan menghambat HMG CoA
reduktase
Mencegah terjadinya adhesi trombosis
akibat reaksi inflamasi
Mencegah terjadinya reaksi inflamasi
Mencegah terjadinya jejas dan kerusakan
pada dinding endotel pembuluh darah
Mencegah terjadi proses inflamasi
Mencegah aterosklerosis
LDL ↓ HDL ↑
38
Kerangka tersebut menjelaskan secara singkat mekanisme tanin mencegah
aterosklerosis. Tanin berfungsi sebagai antioksidan, anti trombotik, dan anti
inflamasi. Dimana tanin sebagai antioksidan memberikan elektronya pada sel yang
terkena reaksi oksidan yang keseimbangan elektronya terganggu. Antioksidan juga
mampu menangkap radikal bebas dimana oksidan bisa menyebabkan proses oksidasi
pada kolesterol yang menyebabkan terbentuk radikal bebas yang merusak sel endotel
yang menyebabkan reaksi inflamasi yang akhirnya menarik monosit dan neutrofil.
Sel darah putih ini melekat ke lapisan endotel oleh molekul adhesif, dan pada
akhirnya kolesterol yang menumpuk pada lapisan endotel mengakibatkan
penyumbatan pada pembuluh darah. Tanin mampu menghambat HMG-CoA
reduktase yang menyebabkan penurunan kadar LDL dengan cara meningkatkan
reseptor LDL di hepar yang dapat mengikat dan menginternalisasikan LDL yang
beredar di darah. HMG-CoA reduktase jug berfungsi sebagai pengkatalis dalam
pembentukan kolesterol dan meningkatkan aktivitas Lechitin Cholesterol Acyl
Taransferase (LCAT). LCAT merupakan enzim yang dapat mengkonversi kolesterol
bebas menjadi ester kolesterol yang lebih hidrofobik, sehingga ester kolesterol dapat
berikatan dengan partikel inti lipoprotein untuk membentuk HDL baru. Namun jika
HMG-Coa reduktase di hambat, produksi HDL hanya sedikit meningkat. Hal ini akan
meningkatkan kadar HDL serum. Tanin sebagai anti trombotik yaitu dengan
mencegah terjadinya adhesi trombosit yang terjadi pada reaksi inflamasi sehingga
39
mengurangi penyumbatan pembuluh darah oleh adanya trombus pada pembuluh
darah. Tanin sebagai anti inflamasi yaitu dengan mencegah terjadinya reaksi
inflamasi sehingga sel darah putih yang melekat pada pembuluh darah dapat dicegah
dan mencegah penyempitan lumen pembuluh darah yang dapat mengakibatkan
aterosklerosis.20
2.5. Hipotesis
H01: Air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) dengan dosis 1 cc tidak
dapat menurunkan kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol
HDL pada tikus putih jantan galur Wistar.
H02: Air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) dengan dosis 2cc tidak dapat
menurunkan kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL
pada tikus putih jantan galur Wistar.
H03: Air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) dengan dosis 3 cc tidak
dapat menurunkan kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol
HDL pada tikus putih jantan galur Wistar.
H04: Tidak didapatkan dosis paling baik dalam menurunkan kadar kolesterol
LDL dan meningkatkan kadar HDL pada tikus putih jantan galur Wistar.
Ha1: Air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) dengan dosis 1 cc dapat
menurunkan kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL
pada tikus putih jantan galur Wistar.
40
Ha2: Air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) dengan dosis 2 cc dapat
menurunkan kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL
pada tikus putih jantan galur Wistar.
Ha3: Air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) dengan dosis 3 cc dapat
menurunkan kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL
pada tikus putih jantan galur Wistar.
H04: Didapatkan dosis paling baik dalam menurunkan kadar kolesterol LDL dan
meningkatkan kadar HDL pada tikus putih jantan galur Wistar.
41
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan post test only with
controlled group design, yaitu desain yang melibatkan dua kelompok subjek. Satu
diberi perlakuan yang berperan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok yang
lain tanpa perlakuan sebagai kelompok kontrol dengan pengukuran kadar
kolesterol LDL (high density lipoprotein) dan kolesterol HDL (high density
lipoprotein) yang dilakukan hanya setelah perlakuan. Tahapan pengukuran
kolesterol LDL dan kolesterol HDL digambarkan sebagai berikut :
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian
Perlakuan Post test
Kontrol (-) P1 --------------------- O1
kontrol (+) P2 ---------------------- O2
P1 P3 --------------- ------ O3
P2 P4 ---------------------- O4
P3 P5 --------------------- O5
42
Keterangan :
Kontrol -: Kontrol negatif
Kontrol +: Kontrol positif
P1 : Pemberian pakan standar dan pakan tinggi kolesterol sampai post
test
P2 : Pemberian pakan standar sampai post test
P3 : Pemberian pakan standar + pakan tinggi kolesterol sampai post test
dengan pemberian kelapa muda hijau sebanyak 1 cc
P4 : Pemberian pakan standar + pakan tinggi kolesterol sampai post test
dengan pemberian kelapa muda hijau sebanyak 2cc
P5 : Pemberian pakan standar + pakan tinggi kolesterol sampai post test
dengan pemberian kelapa muda hijau sebanyak 3 cc.
O1 : Hasil pengukuran kadar HDL dan LDL pada tikus kelompok
kontrol -
O2 : Hasil pengukuran kadar HDL dan LDL pada tikus kelompok
kontrol +
O3 : Hasil pengukuran kadar HDL dan LDL pada tikus dalam kelompok
perlakuan 1
O4 : Hasil pengukuran kadar HDL dan LDL pada tikus dalam kelompok
perlakuan 2
43
O5 : Hasil pengukuran kadar HDL dan LDL pada tikus dalam kelompok
perlakuan 3
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1. Tempat penelitian
1. Tahap Persiapan dan Perlakuan
Tahap aklimatisasi hewan uji dan pemberian air kelapa muda hijau
dan tanpa air kelapa hijau muda dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik
Universitas Malahayati.
2. Tahap Pengukuran Kadar Kolesterol Darah Tikus Putih Jantan Galur
Wistar
Pengukuran kadar kolesterol LDL dan kolesterol HDL darah tikus
(Rattus norvegicus) galur Wistar dilakukan di Laboratorium Rumah Sakit
Pertamina Bintang Amin Husada Bandar Lampung.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari tanggal 20 Maret 2013 sampai 11 April
2013.
3.3. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari, parang/golok,
spuit (5 buah), centrifuge, tabung penampung darah ukuran 5 ml (25 buah),
feeding syringe (10 buah), mikropipet (5 buah), bio chemical analyzer,
44
spectrophotometer, gelas beker penampung air kelapa, tabung reaksi sebanyak
(25 buah), kandang tikus dengan ukuran 60 X 30 X 15 cm diberikan serbuk
kayu sebagai dasar dan kawat sebagai tutup kandang (5 buah).
2. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Buah kelapa hijau muda
2. Pakan standar.
3. Kuning telur
4. Air
3.4. Subjek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar
dengan usia 8 minggu, berat badan antara 150-200 gram berjenis kelamin
jantan, Sehat lincah ditandai dengan gerakan-gerakan seperti makan, minum,
dan tidak terdapat luka atau cacat tubuh
(t-1) x (n-1) > 15
45
3.5. Besar Sampel dan Pengulangan
Penentuan besarnya pengulangan dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus Federer:
Keterangan:
t= banyaknya perlakuan
n= besar pengulangan tiap kelompok
(t-1) x (n-1) > 15
4(n-1) > 15
4n - 4 > 15
4n > 19
n > 19/4 = 4,75
Dengan demikian, setiap kelompok perlakuan terdapat minimal 5 kali
pengulangan. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 25 ekor dengan
perhitungan jumlah perlakuan x jumlah pengulangan x jumlah tikus = 5 x 5 x 1
= 25 ekor tikus putih.
3.6. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling probability
samples atau sering disebut random sampling (sampel acak) dengan jenis Simple
Random Sampling (Pengambilan sampel secara acak sederhana) yaitu secara
46
undian (lottery technique) ialah seperti layaknya orang melaksanakan undian
dengan mengundi anggota populasi.20
Adapun langkah-langkahnya adalah:
Cara Undian (Lottery Technique)
1.Membuat daftar nama dari no 1 sampai 25 tikus putih
2.Masing masing nama diberi no 1 sampai 25 pada gulungan kertas
3.Menggulung setiap kertas tersebut dan memasukan kedalam kaleng
4.Mengocok baik-baik dan mengeluarkan satu demi satu sampai sejumlah 5
kelompok tikus perlakuan
3.7. Klasifikasi variabel
1. Variabel bebas :
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah air kelapa hijau muda dan
tanpa air kelapa hijau muda dengan 3 dosis yang berbeda tingkatan dalam cc
(cubic centimeter), yaitu 1 cc, 2 cc dan 3 cc.
2. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar HDL dan LDL
darah tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar sebelum dan
sesudah diberi air kelapa hijau muda.
3. Variabel terkendali
Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah berat badan, umur,
dan jenis kelamin tikus.
47
1. Berat badan adalah berat badan awal tikus yang digunakan yaitu
antara 150 gram – 200 gram.
2. Umur adalah waktu hidup tikus dari saat dilahirkan sampai
dilakukan penelitian.
3. Jenis kelamin.
4. Pakan induksi
5. Pemberian dosis air kelapa hijau (Cocos nucifera viridis)
4. Variabel tak terkendali
Variabel tak terkendali dalam penelitian ini adalah penyakit,
aktifitas, dan psikososial tikus.
1. Penyakit saluran pencernaan yang mungkin akan terjadi selama
penelitian.
2. Aktifitas yang berbeda-beda antara tikus dalam satu kandang yang
kemungkinan dapat mempengaruhi kadar kolesterol.
3. Psikososial atau stress yang berbeda-beda antara tikus dalam satu
kandang.
4. Penyakit genetik
48
3.8. Definisi Operasional
1. Air kelapa hijau muda
Air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) adalah air kelapa muda
atau dugan yang sabutnya berwarna merah muda. Air kelapa muda hijau (Cocos
nucifera viridis) diberikan dalam tiga tingkatan dosis yang berbeda yaitu, 1 cc,
2 cc, 3 cc.
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal. Dalam satuan cc
2. Kadar Kolesterol LDL (low density lipoprotein)
Kadar kolesterol LDL adalah kadar LDL yang diukur dengan cara
mengambil darah serum tikus secara intra cor. Kadar kolesterol LDL tikus
diukur setelah diberi perlakuan. Menggunakan alat ukur spectrophotometer
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dalam satuan mg/dl
3. Kadar Kolesterol HDL (high density lipoprotein)
Kadar kolesterol HDL adalah kadar HDL yang diukur dengan cara
mengambil darah serum tikus secara intra cor. Kadar kolesterol HDL tikus
diukur setelah diberi perlakuan. Menggunakan alat ukur spectrophotometer
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dalam satuan mg/dl
3.9. Prosedur Kerja
1. Tahap Aklimatisasi
49
Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih jantan yang dibagi dalam 5
kelompok, setiap kelompok terdiri 5 ekor tikus. Sebelum melakukan percobaan
tikus putih jantan di pelihara terlebih dahulu di Laboratorium Patologi Klinik
Universitas Malahayati selama 1 minggu dengan tujuan agar hewan uji teradaptasi
dengan kondisi yang akan di tempati selama percobaan. Tikus-tikus akan di
kelompokan di dalam kandang berukuran 50 cm x 30 cm x 20 cm berdasarkan
perlakuan yang diberikan dengan kepadatan 5 ekor setiap kandang.
Selama aklimatisasi, tikus tersebut hanya diberikan pakan biasa dan diberi
air minum. Makanan diberikan setiap hari dan botol minum dibersihkan tiap tiga
hari sekali dan diganti airnya. Aklimatisasi biasanya digunakan untuk menghadapi
faktor-faktor yang terjadi dalam lingkungan lebih terkontrol di Laboratorium.
2. Tahap Pengambilan Air Kelapa Hijau Muda
a. Air Kelapa Hijau
Air kelapa hijau muda (Cocos nucifera viridis) dibeli dari penjual
kelapa lalu dikupas menggunakan pisau atau golok, lalu airnya diambil dan
ditampung ke dalam beker glass.
3. Tahap Perlakuan
a. Pemberian diet Kolesterol
Pemberian diet kolesterol dilakukan selama satu minggu, tikus
diberi kuning telur dibuat dengan cara :
a) Memisahkan kuning telur dengan putihnya
50
b) Membuat emulsi kuning telur dengan cara mengocok perlahan
c) Menimbang emulsi kuning telur
Diet kuning telur ditentukan sebesar 3-4% BB tikus atau 6-8
gram/hari,diberikan setiap hari.
b. Pemberian Air Kelapa Muda Hijau (Cocos nucifera viridis)
Pada hari ke 15 dilakukan pemberian air kelapa muda hijau
sebanyak 1 kali sehari pada waktu pelaksanaan perlakuan yang
berlangsung selama 22 hari, seluruh kelompok tikus masih diberikan
pakan induksi dengan takaran yang biasa diberikan serta ditimbang berat
badanya setiap hari.
Pemberian air kelapa muda hijau tersebut dilakukan dengan cara
memegangi kepala tikus putih sehingga mulut tikus terbuka. Lalu feeding
syringe yang telah terisi air kelapa muda hijau tersebut dimasukkan ke
dalam mulut tikus sampai air kelapa muda hijau tersebut habis.
c. Post Test Pengukuran Darah Tikus Putih jantan (Rattus norvegicus)
galur Wistar
Setelah diberikan perlakuan selama 2 minggu, tikus putih jantan
(Rattus norvegicus) galur Wistar diukur kadar kolesterol LDL dan HDL post
test dengan cara mengambil darah tikus dari bagian jantungnya sebanyak 1-
1,5 cc.
51
3.9. Dosis Penelitian
Volume cairan maksimal yang dapat diberikan per oral pada tikus adalah 5
ml/ 100 gr. Disarankan takaran dosis tidak sampai melebihi setengah kali volume
maksimalnya.
Takaran konversi dosis untuk manusia dengan berat badan (BB) 70kg pada
tikus dengan BB 200 g adalah 0,018. Rata-rata orang Indonesia beratnya 50 kg.21
Penggunaan air kelapa muda hijau yang sering dipakai di masyarakat, yaitu sebesar
±150 gram per hari. Maka konversi dosis untuk tikus, yaitu :
a.Dosis air kelapa hijau muda yang diberikan;
Dosis I = 0,928 g/200 grBB tikus setara dengan 1 cc/200grBB tikus
Dosis II = 1,928 g/200grBB tikus setara dengan 2 cc/200grBB tikus
Dosis III = 2,892 g/200grBB tikus setara dengan 3 cc/200grBB tikus
Dari dosis penelitian yang didapatkan, maka kontrol negatif dan kontrol
positif tidak diberikan air kelapa hijau muda dengan keterangan sebagai berikut:
Perlakuan I:
Kontrol (-) positif: Pakan standar
Kontrol (+) negatif: Pakan tinggi kolesterol+pakan standar
Perlakuan II:
52
Kelompok I: Pakan tinggi kolesterol + pakan standar + dosis I air kelapa hijau
muda sebanyak 1cc
Kelompok II: Pakan tinggi kolesterol + pakan standar + dosis II air kelapa hijau
muda 2cc
Kelompok III: Pakan tinggi kolesterol + Pakan standar + dosis III air kelapa hijau
muda 3cc
3.10. Batasan Penelitian
Batasan penelitian yang harus diperhatikan adalah :
a. Kriteria pemilihan buah kelapa hijau (untuk diambil airnya) adalah sebagai
berikut :
1. Buah kelapa hijau muda organik.
2. Kulit kelapa berwarna hijau
3. Sabut kelapa berwarna merah muda (pink).
b. Kriteria pemilihan tikus putih galur Wistar
1. Tikus jantan
2. Berumur 8 minggu
3. Berat 150-200 gram
4. Tidak ada kelainan anatomi
53
5. Sehat, lincah ditandai dengan gerakan-gerakan seperti makan, minum
dan aktif
54
3.11. Parameter Penelitian
Parameter penelitian yang akan diukur yaitu kadar kolesterol LDL dan HDL
pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar sebelum dan sesudah
pemberian perlakuan.
3.12. Analisis Data
Data diolah menggunakan program komputer SPSS versi 20. Rancangan yang
digunakan adalah lottery technique. Yang terdiri dari 3 perlakuan. Data yang
diperoleh kemudian dianalisis secara statistik dengan uji Homogenitas, dan
dilanjutkan dengan uji Oneway ANOVA. ANOVA merupakan uji parametrik,
sehingga asumsi penggunaan uji parametrik harus dipenuhi, yaitu : distribusi normal,
varians homogen, dan sampel acak.
Uji Oneway ANOVA digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
rata-rata kadar kolesterol HDL dan LDL diantara lima kelompok perlakuan. Jika
terdapat perbedaan yang signifikan dengan Post-hoc multiple comparisons test uji
Least Significant Difference (LSD) dengan α =5% untuk melihat lebih jelas
perbedaan antar kelompok perlakuan. 23,24
55
3.13. Diagram Alur Penelitian
Secara keseluruhan, diagram alir penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat
pada gambar.
Gambar 3.1
25 Tikus putih jantan galur Wistar
Tahap aklimatisasi selama 7 hari
Tahap perlakuan pemberian pakan tinggi kolesterol pada hari ke -8
Kelompok I:Kontrol (-)Kontrol (+)
Kelompok II:Perlakuan IPerlakuan IIPerlakuan III
Tahap pengukuran kadar kolesterol LDL dan HDL post test pada hari ke-22
Analisis
Tahap perlakuan pada tiap-tiap kelompok perlakuan pada hari ke-15
56
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil penelitian
Penelitian ini menggunakan tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur
Wistar, berumur kira-kira 8 minggu dan berat badan antara 150-200 mg. Tikus
(Rattus norvegicus) yang digunakan sebanyak 25 ekor dan dibagi menjadi 5
kelompok perlakuan yaitu kelompok I (kelompok kontrol negatif), kelompok II
(kelompok control positif), kelompok III, IV, dan V (kelompok perlakuan dengan air
kelapa muda hijau (Cocos nucifera veridis) dengan dosis 1 cc/hari, 2 cc/hari, dan 3
cc/hari).
Perlakuan diberikan pada kelima kelompok tikus putih jantan (Rattus
norvegicus) galur Wistar selama 22 hari diawali dengan proses pemberian pakan
tinggi kolesterol terlebih dahulu selama satu minggu penuh, dilanjutkan dengan 7 hari
pemberian air kelapa muda hijau (Cocos nucifera veridis) dengan berbagai tingkatan
dosis yang telah ditentukan. Air kelapa muda hijau diberikan sebanyak 1 kali dalam
sehari. Pada waktu pelaksanaan selama 22 hari, seluruh kelompok tikus (Rattus
norvegicus) masih diberikan pakan induksi dengan takaran biasa dengan pakan
standar serta ditimbang berat badanya setiap harinya.
57
Setelah tahap perlakuan, dilakukan pengambilan sampel darah dengan cara
mengambil darah dari jantung tikus yang telah dibius dengan kloroform. Darah
ditampung dengan tabung sentrifuge, kemudian didiamkan selama 15 menit dan
disentrifugasi selama 20 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Serum darah yang telah
diambil kemudian dilakukan pengukuran kadar LDL (low density lipoprotein) dan
HDL (high density lipoprotein) menggunakan spectofotometer stardust untuk
pemeriksaan kadar LDL dan HDL post test setelah perlakuan.
Tidak dilakukanya pengambilan darah pre test dimaksudkan untuk
menghindari kematian dari tikus (Rattus norvegicus) galur Wistar dikarenakan tikus
(Rattus norvegicus) galur Wistar mudah mengalami kematian segera setelah
pengambilan darahnya.
Hasil rerata kadar LDL dan HDL darah tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur
Wistar post test tersebut berbeda tiap kelompok. Rerata kadar LDL dan HDL pada
kelompok kontrol (+) yaitu 28.20 mg/dl dan 53,20 mg/dl dengan hasil data
selengkapnya sebagai berikut:
58
Tabel 4.1 Data hasil pengukuran kolesterol LDL darah tikus putih jantan (Rattus
norvegicus) galur Wistar
kelompokKadar kolesterol LDL (low density lipoprotein) (mg/dl)
Kontrol - Kontrol + Perlakuan I Perlakuan II Perlakuan III
tikus 1 22 28 16 15 5
tikus 2 20 31 22 25 6
tikus 3 15 35 25 17 23
tikus 4 11 21 40 14 18
tikus 5 19 26 24 8 14
Mean 17,40 28,20 25,40 15,80 13,20
Std. Dev 4,393 5,263 8,887 6,140 7,727
KelompokKadar hdl (high density lipoprotein) (mg/dl)
Kontrol - Kontrol + Perlakuan I Perlakuan II Perlakuan III
Tikus 1 54 55 60 63 65
Tikus 2 58 55 63 66 60
Tikus 3 51 53 62 58 48
Tikus 4 57 57 54 60 46
Tikus 5 54 46 71 64 59
Mean 54,80 53,20 62,00 62,20 55,60
Std. Dev 2,775 4,266 6,126 3,194 8,204
Tabel 4.2 Data hasil pengukuran kolesterol HDL darah tikus putih jantan (Rattus
norvegicus) galur Wistar
59
Keterangan :
Kelompok I : Kelompok yang diberi pakan standar.
Kelompok II : Kelompok yang dineri diet tinggi lemak saja.
Kelompok III : Kelompok perlakuan I pemberian diet tinggi lemak+dosis air
kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) 1 cc.
Kelompok IV : Kelompok perlakuan II pemberian diet tinggi lemak+dosis air
kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) 2 cc.
Kelompok V : Kelompok perlakuan III pemberian diet tinggi lemak+dosis
air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) 3 cc.
Gambar 4.1. Histogram hasil rerata pengukuran kadar LDL darah tikus putih (Rattus
norvegicus) galur Wistar post test (mg/dl)
60
Kelompok negatif menunjukan rerata kadar kolesterol LDL darah tikus
(Rattus norvegicus) galur Wistar yaitu 17,40 mg/dl. Kelompok kontrol poitif
menunjukn rerata kadar kolesterol LDL tertinggi yaitu 28,20 mg/dl. Kelompok
perlakuan 1 mengalami penurunan hingga mencapai 25,40 mg/dl. Diikuti dengan
penurunan kadar LDL kelompok perlakuan 2 dengan rerata 15,80 mg/dl. Sedangkan
penurunan yang cukup signifikan ditunjukan oleh kelompok perlakuan 3 tercatat
kadar kolesterol LDL mencapai 13,20 mg/dl.
Gambar 4.2. Histogram hasil rerata pengukuran kadar kolesterol HDL darah tikus
putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar post test (mg/dl)
Kelompok kontrol negatif menunjukan rerata kadar kolesterol HDL darah
tikus jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar yaitu 54,80 mg/dl. Kelompok kontrol positif
menunjukan rerata kadar kolesterol HDL terendah yaitu 53,20 mg/dl. Kelompok perlakuan 1
61
mengalami kenaikan hingga mencapai 62,00 mg/dl. Diikuti dengan kenaikan kadar HDL
kelompok perlakuan 2 dengan rerata 62,20 mg/dl. Sedangkan pada kelompok perlakuan 3
tercatat kadar kolesterol HDL hanya 55,60 mg/dl.
Tabel 4.5. Uji normalitas kolesterol LDL
Kelompok perlakuanKolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Kadar
kolesterol
LDL (mg/dl)
Kontrol - .242 5 .200* .940 5 .665
Kontrol + .138 5 .200* .997 5 .998
Dosis air kelapa muda
hijau 1 cc.318 5 .110 .882 5 .319
Dosis air kelapa muda
hijau 2 cc.223 5 .200* .959 5 .798
Dosis air kelapa muda
hijau 3 cc.224 5 .200* .925 5 .561
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Analisis statistik rerata kadar kolesterol LDL dan HDL post test darah tikus
putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar adalah uji normalitas, homogenitas, dan
kemudian uji one way ANOVA. Hasil uji normalitas menunjukan p>0,05 sehingga
dikatakan data memiliki distribusi yang normal sebagai berikut:
Tabel 4.6. Uji normalitas kolesterol HDL
62
Kelompok perlakuanKolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Kadar
kolesterol
HDL
(mg/dl)
Kontrol negatif .213 5 .200* .939 5 .656
Kontrol positif .281 5 .200* .834 5 .150
Dosis air kelapa muda
hijau 1 cc.235 5 .200* .964 5 .833
Dosis air kelapa muda
hijau 2 cc.199 5 .200* .967 5 .858
dosis air kelapa muda
hijau 3 cc.261 5 .200* .895 5 .384
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Dilakukan uji homegenitas didapatkan hasil p>0,05 sehingga dapat
dikatakan bahwa data tersebut homogen hal ini dikarnakan tidak terdapat perbedaan
yang sangat signifikan dari hasil data rerata setiap kelompok perlakuan , sebagai
berikut:
Tabel 4.7. Uji homogenitas kolesterol LDL
Levene
Statisticdf1 df2 Sig.
.472 4 20 .756
Tabel 4.8. Uji homogenitas kolesterol HDL
Levene
Statisticdf1 df2 Sig.
2.452 4 20 .079
63
Uji normalitas dan homogenitas dilakukan sebagai persyaratan untuk uji
ANOVA, uji ANOVA dilakukan untuk mencari perbandingan pada lebih dari dua
kelompok perlakuan. Hasil uji ANOVA pada kolesterol LDL dan HDL darah tikus
putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar didapatkan p<0,05 yaitu 0,008 sehingga
dapat dikatakan terdapat perbedaan yang signifikan pada kelima kelompok perlakuan.
Tabel 4.9. Uji ANOVA kolesterol LDL
Kadar kolesterol LDL (mg/dl)
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 835.200 4 208.800 4.677 .008
Within Groups 892.800 20 44.640
Total 1728.000 24
64
Tabel 4.10. Uji ANOVA kolesterol HDL
Kadar kolesterol HDL (mg/dl)
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between groups 358.560 4 89.640 3.181 .036
Within groups 563.600 20 28.180
Total 922.160 24
Uji ANOVA dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test untuk mengetahui
kelompok mana yang memiliki perbedaan selisih rerata kadar kolesterol LDL dan
perbedaan selisih rerata kadar kolesterol HDL darah tikus putih jantan (Rattus
norvegicus) galur Wistar post test yang signifikan, sebagai berikut:
Tabel 4.11. Hasil uji post hoc test kolesterol LDL
Dependent variable: kadar kolesterol ldl (mg/dl)
(i) kelompok
perlakuan
(j) kelompok
perlakuan
Mean
difference
(i-j)
Std. Error Sig.
95% confidence interval
Lower bound Upper bound
Kontrol - Kontrol + -10.800* 4.226 .019 -19.61 -1.99
Dosis air kelapa
muda hijau 1 cc-8.000 4.226 .073 -16.81 .81
Dosis air kelapa
muda hijau 2 cc
1.600 4.226 .709 -7.21 10.41
65
Dosis air kelapa
muda hijau 3 cc4.200 4.226 .332 -4.61 13.01
Kontrol +
Kontrol - 10.800* 4.226 .019 1.99 19.61
Dosis air kelapa
muda hijau 1 cc2.800 4.226 .515 -6.01 11.61
Dosis air kelapa
muda hijau 2 cc12.400* 4.226 .008 3.59 21.21
Dosis air kelapa
muda hijau 3 cc15.000* 4.226 .002 6.19 23.81
Dosis air
kelapa muda
hijau 1 cc
Kontrol - 8.000 4.226 .073 -.81 16.81
Kontrol + -2.800 4.226 .515 -11.61 6.01
Dosis air kelapa
muda hijau 2 cc9.600* 4.226 .034 .79 18.41
Dosis air kelapa
muda hijau 3 cc12.200* 4.226 .009 3.39 21.01
Dosis air
kelapa muda
hijau 2 cc
Kontrol - -1.600 4.226 .709 -10.41 7.21
Kontrol + -12.400* 4.226 .008 -21.21 -3.59
Dosis air kelapa
muda hijau 1 cc-9.600* 4.226 .034 -18.41 -.79
Dosis air kelapa
muda hijau 3 cc2.600 4.226 .545 -6.21 11.41
Dosis air
kelapa muda
hijau 3 cc
Kontrol - -4.200 4.226 .332 -13.01 4.61
Kontrol + -15.000* 4.226 .002 -23.81 -6.19
Dosis air kelapa
muda hijau 1 cc
-12.200* 4.226 .009 -21.01 -3.39
66
Dosis air kelapa
muda hijau 2 cc-2.600 4.226 .545 -11.41 6.21
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Tabel 4.12. Hasil uji post hoc test kolesterol HDL
Dependent variable: hdl
(i) Perlakuan (j) perlakuan
Mean
difference
(i-j)
Std. Error Sig.
95% confidence interval
Lower bound Upper bound
K
o
Kontrol -
Kontrol + 1.600 3.357 .639 -5.40 8.60
Dosis air kelapa
muda hijau 1 cc-7.200* 3.357 .044 -14.20 -.20
Dosis air kelapa
muda hijau 2 cc-7.400* 3.357 .039 -14.40 -.40
Dosis air kelapa
muda hijau 3 cc-.800 3.357 .814 -7.80 6.20
Kontrol +
Kontrol - -1.600 3.357 .639 -8.60 5.40
Dosis air kelapa
muda hijau 1 cc-8.800* 3.357 .016 -15.80 -1.80
Dosis air kelapa
muda hijau 2 cc-9.000* 3.357 .014 -16.00 -2.00
Dosis air kelapa
muda hijau 3 cc-2.400 3.357 .483 -9.40 4.60
67
Dosis air kelapa muda
hijau 1 cc
Kontrol - 7.200* 3.357 .044 .20 14.20
Kontrol + 8.800* 3.357 .016 1.80 15.80
Dosis air kelapa
muda hijau 2 cc-.200 3.357 .953 -7.20 6.80
Dosis air kelapa
muda hijau 3 cc6.400 3.357 .071 -.60 13.40
Dosis air kelapa muda
hijau 2 cc
Kontrol - 7.400* 3.357 .039 .40 14.40
Kontrol + 9.000* 3.357 .014 2.00 16.00
Dosis air kelapa
muda hijau 1 cc.200 3.357 .953 -6.80 7.20
Dosis air kelapa
muda hijau 3 cc6.600 3.357 .063 -.40 13.60
Dosis air kelapa muda
hijau 3 cc
Kontrl - .800 3.357 .814 -6.20 7.80
Kontrol + 2.400 3.357 .483 -4.60 9.40
Dosis air kelapa
muda hijau 1 cc-6.400 3.357 .071 -13.40 .60
Dosis air kelapa
muda hijau 2 cc-6.600 3.357 .063 -13.60 .40
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
4.2. Pembahasan
Hasil pengukuran rerata post test kadar kolesterol LDL (low density
lipoprotein) dan HDL (high density lipoprotein) darah tikus putih jantan (Rattus
norvegicus) galur Wistar dari kelima kelompok perlakuan dianalisis dengan
68
menggunakan uji ANOVA. Dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan uji post hoc
test yang bertujuan untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan
selisih rerata kadar kolesterol LDL dan HDL darah tikus (Rattus norvegicus) yang
signifikan.
Pemberian pakan hiperlemik selama 22 hari berupa kuning telur dapat
meningkatkan kadar kolesterol LDL dan menurunkan kadar kolesterol HDL darah
tikus (Rattus norvegicus). Peningkatan kadar kolesterol LDL dan penurunan
kolesterol HDL ini disebabkan oleh karena tingginya kandungan asam lemak dan
kolesterol dalam telur. Lemak dalam usus tikus (Rattus norvegicus) akan diresintesis
menjadi trigliserida dan akan didistribusikan dalam bentuk kilomikron dan VLDL
(very low density lipoprotein), VLDL akan terdegradasi di dalam jaringan adiposa
dalam bentuk LDL yang kemudian bersirkulasi sebagai lipoprotein utama yang
mengangkut kolesterol. Karena itu, maka kadar LDL darah tikus (Rattus norvegicus)
akan meningkat dengan pemberian pakan hiperlemik ini.25, 9
Pemberian air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) dosis I yaitu 1
cc/hari dapat menurunkan kadar kolesterol LDL darah tikus (Rattus norvegicus)
tetapi penurunannya tidak signifikan dibandingkan dengan kadar kolesterol LDL
kelompok kontrol + yaitu p=0,515. Sedangkan pemberian dosis II dan III (2 cc/hari
dan 3 cc/hari) memperlihatkan memperlihatkan hasil yang signifikan dengan nilai
p=0,008 dan p=0,002.
Pemberian air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) dosis I dan II (1
cc/hari dan 2 cc/hari) dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL darah tikus (Rattus
69
norvegicus) dengan signifikan dibandingkan dengan kadar kolesterol HDL kelompok
kontrol + yaitu p=0,016 dan p=0,014. Sedangkan pemberian dosis III 3 cc/hari
memperlihatkan hasil yang tidak signifikan dengan nilai p=0,483.
Pada kelompok perlakuan dosis I kadar kolesterol LDL dan perlakuan dosis
III pada kelompok kolesterol HDL ditemukan hasil yang tidak signifikan
dikarenakan banyak faktor. Faktor tersebut menjadi dua, yaitu faktor terkendali dan
tidak terkendali. Faktor terkendali meliputi umur, berat badan, aktivitas subjek
penelitian, pakan induksi, dan pemberian air kelapa muda hijau (Cocos nucifera
viridis). Sementara faktor tak terkendali genetik dan fungsi organ penelitian.
Meskipun demikian hasil rerata kadar kolesterol LDL dosis II, III dan rerata
kadar kolesterol HDL dosis I, II darah tikus (Rattus norvegicus) memberikan hasil
yang signifikan. Telah dijelaskan bahwa air kelapa muda hijau (Cocos nucifera
viridis) mengandung tanin. Tanin merupakan salah satu jenis senyawa yang termasuk
ke dalam golongan polifenol. Senyawa polifenol adalah senyawa antioksidan
sehingga mencegah oksidasi lemak, protein, menghambat aktifitas HMG-CoA
reduktase dan DNA dalam sel.5
Dari ketiga dosis air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) yang
digunakan adalah dosis III 3 cc/hari merupakan dosis yang paling signifikan
menurunkan kadar kolesterol LDL darah. Karena semakin tinggi dosis air kelapa
muda hijau (Cocos nucifera viridis) yang digunakan maka kandungan tanin juga akan
semakin banyak, sehingga kemampuan untuk menurunkan kadar kolesterol LDL
darah juga semakin besar dibandingkan dengan dosis kecil. Sedangkan pada kadar
70
kolesterol HDL yang digunakan adalah dosis II 2 cc/hari merupakan dosis yang
paling signifikan meningkatkan kadar kolesterol HDL darah.
71
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
a. Terdapat efek pemberian air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) dosis
sebesar 1 cc terhadap penurunan kadar kolesterol LDL (low sensity lipoprotein)
rata-rata 52,40 mg/dl dan peningkatan kadar kolesterol HDL (high sensity
lipoprotein) rata-rata 62,00 mg/dl pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus)
galur Wistar setelah diinduksi kuning telur.
b. Terdapat efek pemberian air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) dosis
sebesar 2 cc terhadap penurunan kadar kolesterol LDL (low sensity lipoprotein)
rata-rata 15,80 mg/dl dan peningkatan kadar kolesterol HDL (high sensity
lipoprotein) rata-rata 62,20 mg/dl pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus)
galur Wistar setelah diinduksi kuning telur.
c. Terdapat efek pemberian air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) dosis
sebesar 3 cc terhadap penurunan kadar kolesterol LDL (low sensity lipoprotein)
rata-rata 13,20 mg/dl dan peningkatan kadar kolesterol HDL (high sensity
lipoprotein) rata-rata 55,69 mg/dl pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus)
galur Wistar setelah diinduksi kuning telur.
d. Didapatnya dosis paling baik dari pemberian air kelapa muda hijau (Cocos
nucifera viridis) pada dosis 3 cc terhadap penurunan kadar kolesterol LDL (low
72
density lipoprotein. Dan dosis 2 cc terhadap peningkatan kadar kolesterol HDL
(high sensity lipoprotein) pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur
Wistar
5.2. Saran
Untuk peneliti selanjutnya agar dapat melihat efek samping dari setiap dosis
yang diujikan dapat mengembangkan kembali penelitian ini dengan berbagai
modifikasi perlakuan.
73
Daftar Pustaka
1. Lutfiana S. Pengaruh Pemberian Virgin Coconut Oil Terhadap Kadar Kolesterol HDL Serum Tikus Wistar Setelah Diinduksi Aterogenesis. Semarang: Fakultas Kedokteran UNDIP. 2006. Hal 1-2.
2. Sudarsono. Prospek Pengembangan Obat Bahan Alami Di Bidang Kesehatan, Seminar Nasional Prospek Obat Tradisional dalam Prospektif Kesehatan. Semarang: Fakultas Kedokteran UNISSULA. 2006. Hal 1-4.
3. Anonymous. Membangun Agribisnis Kelapa Muda. Manado. Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain (Balitka). 2007. Hal 104-6.
4. Wijayanti P. Budidaya Tanaman Obat Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa L.) dan Pemanfaatan Senyawa Metabolis Sekundernya. Surakarta: Fakultas Pertanian Sebelas Maret. 2010. Hal 8.
5. Wijayakusuma, Dalimartha. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Darah Tinggi. Jakarta: Penebar Swadaya. 2005. Hal 13.
6. Utami P. Tanaman Obat. Cetakan I. Jakarta Selatan: PT.Agromedia Pustaka. 2008. Hal 32.
7. Dorlan N. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi ke 29. Terjemahan: Tim EGC. Jakarta: EGC. 2002. Hal 1236.
8. Guyton C, Hall E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Terjemahan: dr. Irawati. Jakarta: EGC. 2008. Hal 882.
9. David L, Nelson MM, cox. Principles of Biochemistry 4th Lange Medical Books.Terjemahan: dr. rer. nat. Sri Mulyani. M.Si. Mc.graw-hill. 2008. Hal 10-5.
10. Dawn B, Allan D, Collen M. Biokimia Kedokteran Dasar. Terjemahan: dr. Brahm U, Pendit, Sp.KK. Cetakan I. Jakarta: EGC. 2003. Hal 515.
11. Kuchel P, Gregory B, Ralston. Biokimia Schaum’s Easy Outline, Terjemahan: Eva Laelasari, S.Si. Surabaya: Erlangga. 2006. Hal 78-80.
74
12. Elizabeth JC. Patofisiologi Ed. 3. Terjemahan: Egi Komara Yudha, Cetakan I. Jakarta: EGC. 2009. Hal 477-83.
13. Kabo P. Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2008. Hal 16-7.
14. Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. Diagnosis Dan Tata Laksanakan Penyakit Saraf. Jakarta: EGC. 2007. Hal 24-30.
15. Warisno. Budi Daya Kelapa Genjah. kaniskus. Yogyakarta: PT. agro media. 2003. Hal 15-20.
16. Thomas ANS. Tanaman Obat Tradisional, Cetakan ke-19. Yogyakarta: Kanisius. 2008. Hal 110.
17. Silalahi. Antioksidan dan Diet Karsinogenik. Cermin Dunia Kedokteran. 2006. Hal 9-10.
18. Putri KGP. Profil Hormon Ovari Sepanjang Siklus Estrus Tikus (Rattus norvegicus) Betina Menggunakan Fourrier Transform Infrared. Depok: Universitas Indonesia. Hal 5-6.
19. Setiawan R. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Yang Diinduksi Aloksan. Surakarta: Fakultas Kedokteran Sebelas Maret. 2010. Hal 9.
20. Notoatmodjo S. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. Hal 37-44.
21. Anggara R. Pengaruh Ekstrak Kangkung Darat ( Ipomea Reptans Poir) Terhadap Efek Sedasi Pada Mencit Balb/C. Semarang: Fakultas Kedokteran UNDIP. 2009. Hal 22.
22. Mikael S. 36 Jam Belajar Komputer SPSS 15. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 2007. Hal 71-88.
23. Sopiyudin D. Statistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan, 1st ed. Jakarta. PT. ARKANS. 2004. Hal 89-101.
75
24. Beuttener R, Parhofer KG,Woenckhaus M, Wrede CE, Kunz-Schughart LA, Scholmerich J, et al. Defining High-Fat-Diet Rat Models: Metabolic and Molecular Effects of Different Fat Types. J of Endocrin. 2006. Hal 16.