Pertanyaan :1. Apa yang dimaksud dengan SNI JKH?2. Apa kegunaan
dari SNI JKH?3. Bagaimana spesifikasi Jaring Kontrol Horisontal
orde1?4. Mengapa spesifikasi teknis alat orde 00-2 dengan 3-4
berbeda?5. Mengapa spesifikasi teknis alat orde 00-2 memerlukan
pengukuran meteorologis?
Jawaban :1. Apa yang dimaksud dengan SNI JKH?SNI adalah
singkatan dari Standar Nasional Indonesia. Berdasarkan Pasal 1
angka 3Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang
Standardisasi Nasional ("PP 102/2000), SNI adalah standar yang
ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional dan berlaku secara
nasional.. Sedangkan, JKH atau Jaring Kontrol Horisontal adalah
sekumpulan titik kontrol horisontal yang satu samalainnya dikaitkan
dengan data ukuran jarak dan atau sudut, dan koordinatnya
ditentukan dengan metode pengukuran/pengamatan tertentu dalam suatu
sistem referensi koordinat horisontal tertentu.Sehingga, SNI JKH
adalah suatu standar yang berlaku secara nasional. Standar tersebut
mengatur tentang sekumpulan titik horisontal yang saling terkait
dengan data ukuran jarak dan atau sudut, dan koordinatnya
ditentukan dengan metode pengukuran/pengamatan tertentu dalam suatu
sistem referensi koordinat horisontal tertentu.
2. Apa kegunaan dari SNI JKH?Menurut Pasal 14 ayat [1] PP
102/2000, SNI dapat diberikan melalui sertifikat atau pembubuhan
tanda SNI pada barang, jasa, proses, sistem atau personel yang
telah memenuhi ketentuan/spesifikasi teknis. Sertifikat itu sendiri
adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh lembaga/laboratorium
yang telah diakreditasi untuk menyatakan bahwa barang, jasa,
proses, sistem atau personel telah memenuhi standar yang
dipersyaratkan. Sedangkan, tanda SNI adalah tanda sertifikasi yang
dibubuhkan pada barang kemasan atau label yang menyatakan telah
terpenuhinya persyaratan Standar Nasional Indonesia (Pasal 1 angka
13 PP 102/2000).Sehingga dapat disimpulkan, kegunaan SNI Jaring
Kontrol Horisontal adalah :a. Sebagai acuan nasional dalam
pembuatan Jaring Kontrol Horisontal.b. Mengeliminir perbedaan
pemahaman istilah dalam Jaring Kontrol Horisontal.c. Jika suatu
jasa pemetaan yang menggunakan JKH sudah memperoleh tanda SNI, maka
jasa tersebut sudah layak digunakan.
3. Bagaimana spesifikasi Jaring Kontrol Horisontal orde1
?Koordinat titik-titik kontrol dari semua orde jaringan harus
dinyatakan dalam sistem referensi koordinat nasional, yang pada
saat ini dinamakan Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN 95).Sistem DGN
95 ini pada prinsipnya adalah sistem koordinat WGS (World Geodetic
System) 1984, yang merupakan sistem koordinat kartesian geosentrik
tangan kanan. Ellipsoid referensi yang digunakan sistem ini adalah
ellipsoid geosentrik WGS 84 yang didefinisikan oleh empat parameter
utama yang ditunjukkan pada table di bawah ini :Tabel 1Empat
parameter utama ellipsoid WGS 84 [NIMA, 2000]
Berikut ini adalah spesifikasi Jaring Kontrol Horisontal orde 1
:
Tabel 2Spesifikasi teknis kerangka referensi koordinat
Untuk orde1, orde jaring referensi minimal yang dibutuhkan
adalah orde0 karena syarat pengadaan suatu titik jaring kontrol
adalah harus diikatkan ke beberapa dari suatu jaring referensi yang
ordenya lebih tinggi, dalam hal ini yang ordenya lebih tinggi dari
orde 1 adalah orde 0 dan orde 00. Jaring orde0 memiliki ketelitian
yang lebih tinggi sehingga bisa digunakan sebagai titik ikat untuk
orde1. Titik ikat tersebut sudah diketahui koordinatnya untuk
keperluan perhitungan, pendefinisan datum, serta penjagaan
konsistensi dan homogenitas dari datum dan ketelitian titik-titik
dalam jaringan.Untuk orde1, jumlah minimum titik dalam jaring
referensi yang dipakai sebagai titik ikat adalah 3 buah karena
dengan memfixkan 1 titik ikat, maka titik ikat yang lain ikut
bergeser (menyesuaikan). Namun, ketelitiannya masih kurang,
sehingga minimum titik ikat yang digunakan adalah 3 buah untuk
menambah ketelitian dan mengeliminir pergeseran titik yang
diikatkannya. Selain itu, keterikatan yang dimaksudkan adalah
keterikatan bidang bukan garis. Distribusi titiknya juga harus
benar.
Tabel 3Spesifikasi ketelitian jaringan titik kontrol
Untuk orde1, kelas minimal jaringan (pengukuran) yang digunakan
adalah kelas A karena menurut rumus :
r = c (d+0,2)
nilai r yang didapatkan misal 96 mm, jika hasil elips kesalahan
sesuai (masuk semua untuk tiap titik) maka masuk ke kelas tersebut.
Selanjutnya melakukan full constrained, jika hasilnya > 96 mm
(ada titik yang memiliki elips kesalahan besar), maka akan turun
kelas atau dilakukan pengukuran ulang. Oleh karena itu, untuk orde
1 tidak dapat menggunakan kelas B karena memiliki tingkat
ketelitian yang berbeda dan tidak memenuhi jika akan digunakan
untuk orde1.Untuk orde1, orde jaring referensi minimal yang
digunakan adalah ord 0 karena orde0 memiliki ketelitian yang lebih
tinggi dari orde1 sehingga diharapkan ketelitian titik ikat orde1
(dalam hal ini orde0) memiliki ketelitian lebih baik.
Tabel 4Spesifikasi teknis konfigurasi jaringan titik kontrol
Untuk orde1, jarak tipikal antar titik yang berdampingan adalah
100 km karena cakupan area yang dipetakan cukup luas. BIG telah
melakukan pengukuran JKHN Orde1 secara terus-menerus dengan
menggunakan satelit GNSS yang lebih dikenal dengan CORS (Continous
Operating Reference Stations). Saat ini telah beroperasi 212
stasiun dari 2000 stasiun yang direncanakan. Dari 212 stasiun
tersebut, BIG mengoperasikan 118 stasiun, sedangkan 92 stasiun oleh
BPN dan 12 stasiun oleh perguruan tinggi dan sektor lainnya.Untuk
orde1, jumlah minimum titik ikat berorde lebih tinggi adalah 3
karena jika memiliki 3 titik ikat dengan orde yang lebih tinggi
(orde 0) maka ketiganya akan saling menguatkan sehingga orde1 tidak
bisa bergerak. Hal ini juga untuk menentukan lolos atau tidaknya
uji kelas. Lolos atau tidaknya ditentukan oleh kontribusi nilai
ikat, sehingga titik ikat yang digunakan harus benar.Untuk orde1,
koneksi titik ke titik-titik lainnya dalam jaring (jumlah minimum)
adalah 3 karena konektivitas suatu titik dalam jaringan ke titik
tetap sebaiknya dibuat relatif lebih kuat dibandingkan konektivitas
antara satu titik dengan titik lainnya dalam jaringan. Dengan 3
titik ikat, hasil perataan minimal constrained terkoreksi, untuk
input selanjutnya ke full constrained.Untuk orde1, jumlah baseline
minimum yang diamati dua kali (common baseline) adalah 10% karena
sebagai kontrol kualitas dari baseline yang lainnya untuk mencapai
ketelitian sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.Untuk orde1,
jumlah baseline dalam suatu loop maksimal adalah 4 karena jumlah
titik ikat orde referensi minimal 3 buah sehingga untuk membentuk
suatu loop (sebuah segitiga), 4 baseline sudah cukup. Loop yang
terlalu besar (terdiri dari banyak baseline) tidak terlalu baik
secara geometris, paling baik adalah segitiga karena dapat saling
mengunci.
Tabel 5Spesifikasi teknis sistem peralatan pengadaan jaring
titik kontrol orde00 s/d orde 3
Untuk orde1, tipe receiver gps yang digunakan adalah geodetik
2-frekuensi karena dalam tipe receiver gps geodetik 2-frekuensi
(dual-frequency) terdapat pengecekan atmosfer. Untuk jarak baseline
sejauh 100 km, kondisi atmosfernya dianggap sudah berbeda-beda/
bervariasi.Untuk orde1, diperlukan pengukur suhu, temperatur, dan
kelembaban karena dalam perambatan sinyal dari satelit ke pengamat
terdapat bias troposfer yang mengakibatkan kesalahan dan juga bias
pada GPS. Besarnya bias troposfer ini perlu dihitung dengan
perangkat lunak perhitungan baseline berdasarkan data ukuran suhu,
tekanan, dan kelembaban udara di daerah pengukuran.
Tabel 6Spesifikasi teknis metode dan strategi pengamatan jaring
titik kontrol geodetik orde 00 s/d orde 4 (GPS)
Berikut ini spesifikasi teknis metode dan strategi pengamatan
jaring titik kontrol geodetik orde1 yaitu :1. Metode pengamatan
yang digunakan adalah survey GPS, karena orde1 digunakan untuk
pengadaan jaring titik kontrol dengan panjang baseline 100 km.
Dengan panjang baseline tersebut, maka perolehan koordinat titik
harus berdasarkan pada hitung kuadrat terkecil berkendala penuh
(full constrained) dengan perangkat lunak ilmiah Bernesse dan
GAMIT.
2. Lama pengamatan per sesi minimum adalah 6 jam, karena dalam
hal ini orde1 waktu pengamatan baseline mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:a. Kekuatan dari satelit geometrib. Aktivitas
ionsoferc. Jenis receiver yang digunakan (2-frekuensi/dual
frequency)d. Waktu pergerakan antar titikDengan lama pengamatan
yang lebih panjang, satelit akan meliput perubahan geometri yang
lebih besar serta perubahan kondisi atmosfer (ionosfer dan
troposferyang lebih bervariasi). Ini akan menyebabkan randomisasi
yang lebih baik terhadap efek dari kesalahan orbit serta efek dari
bias ionosfer dan troposfer pada data ukuran jarak [Wells et al.,
1986]. Disamping itu perubahan geometri yang lebih besar juga akan
memudahkan penentuan dari ambiguitas fase. Ditambah dengan data
ukuran yang lebih banyak, kondisi atmosfer yang lenih bervariasi,
selang pengamatan yang lebih lama memang pada umumnya akan
menghasilkan kualitas posisi yang lebih baik dibandingkan selang
waktu pengamatan yang lebih pendek.
3. Data pengamatan utama untuk penentuan posisi adalah fase 2
frekuensi, karena terdapat pengecekan atmosfer. Untuk jarak
baseline sejauh 100 km dianggap kondisi atmosfernya sudah
berbeda-beda/ bervariasi.
4. Metode pengamatan yang digunakan adalah jaring, karena
karakteristik survei GPS adalah proses penentuan koordinat dari
sejumlah titik terhadap beberapa buah titik yang telah diketahui
koordinatnya. Seluruh vektor baseline bersama dengan koordinat dari
titik-titik tetap yang diketahui, selanjutnya diolah dalam suatu
proses hitungan perataan jaringan untuk mendapatkan koordinat final
dari titik-titik yang diinginkan.
5. Pengamatan independen di setiap titik : Setidaknya 3 kali :
40% Setidaknya 2 kali : 100%Karena sebaiknya setiap baseline diamat
minimal 2 kali pada 2 sesi pengamatan yang berbeda, sehingga ada
mekanisme kontrol kualitas.
6. Interval data pengamatan adalah 30 detik, karena bila dengan
lama pengamatan 6 jam maka didapatkan 720 baseline x 3 = 2160
baseline, sehingga perlu dilakukan hitung perataan baseline.
Interval data yang besar ini menyebabkan data lebih sedikit,
meningkatkan akurasi data, kapasitas pengamatan receiver bertambah
dan kontribusi yang besar terhadap ketelitian posisi.
7. Jumlah satelit minimum adalah 4 satelit karena tiga satelit
untuk penentuan posisi 3D (satu satelit untuk penentuan posisi X,
satu satelit untuk Y, satu satelit untuk penentuan posisi Z), dan
satu satelit untuk koreksi waktu. Semakin banyak satelit, maka
presisinya makin tinggi.
8. Nilai PDOP yang diperlukan adalah lebih kecil dari 10, karena
PDOP menunjukkan posisi 3-D dari satelit dimana dengan lama
pengamatan 6 jam (orde1), PDOP yang dibutuhkan nilainya 10 km,
sehingga berbagai aspek dan kebutuhannya pasti berbeda dengan
jaring kontrol horisontal orde 3-4 yang memetakan wilayah kecil
dengan panjang baseline 100m 2km. Untuk orde 00-2, pekerjaan jaring
kontrol horisontal dilakukan oleh Badan Informasi Geospasial
(dahulu Bakosurtanal), sedangkan untuk orde 3-4 dikerjakan oleh
Badan Pertanahan Nasional.
5. Mengapa spesifikasi teknis alat orde 00-2 memerlukan
pengukuran meteorologis?Spesifikasi teknis alat orde00 2 memerlukan
pengukuran meteorologist karena dalam perambatan sinyal dari
satelit ke pengamat terdapat bias troposfer yang mengakibatkan
kesalahan dan bias pada GPS. Ini dikarenakan pengukuran untuk
orde00 2 mencakup wilayah yang luas ( >10km) dan memungkinkan
perubahan-perubahan seperti suhu, tekanan dan kelembaban udara.
Besarnya bias troposfer ini perlu dihitung dengan perangkat lunak
perhitungan baseline berdasarkan data ukuransuhu, tekanan,
dankelembaban udara.
DAFTAR PUSTAKA
SNI 19-6724-2002 tentang Jaring Kontrol Horisontal oleh Badan
Standardisasi Nasional(BSN)
Rencana strategis Badan Informasi Geospasial tahun 2013-2014
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl3855/apakah-semua-produk_jasa-wajib-sni
diakses pada Kamis, 6 Maret 2014 pukul 16.00
Hasanuddin Z Abidin.1994.Modul-4 : Differencing dan
Pengkombinasian Data GPS.Yogyakarta
Hasanuddin Z Abidin.1996.Pengolahan Data Survei
GPS.Yogyakarta