ISSN 0125 - 0506 EDISI 3 TAHUN 2018
B U L E T I N
MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKAN
BALAI TEKNOLOGI KOMUNIKASI PENDIDIKAN
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
www.btkp-diy.or.id
Website : www.btkp-diy.or.id Email : [email protected],
[email protected]
Jalan Kenari No.2, Telp. 0274 - 517 327
Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan Daerah Istimewa
Yogyakarta
29
http://www.btkp-diy.or.id/http://www.btkp-diy.or.id/mailto:[email protected]:[email protected]
Salam DAFTAR ISI Lensa BTKP redaksi SALAM INDONESIA , SALAM
PENDIDIKAN
Milenial sebuah istilah yang
marak di perbincangkan, baik
dalam tataran sosial maupun
politik. Mari kita sebagai
pendidik untuk menangkap
kelompok usia milenial
itu sebagai usia EMAS
yang harus kita didik dan
dipersiapkan untuk menjadi
kelompok milenial yang
berkarakter Indonesia.
SALAM INDONESIA
Penasehat :
Drs. R. Kadarmanta Baskara Aji
Penanggung jawab :
Dra. Isti Triasih
Pemimpin Dewan Redaksi :
Gunarsih, SH
Penyunting/Editor :
Drs. Yoko Rimy, M.Pd.
Estu Miyarso, M.Pd.
Penata/Layout :
Loko Kuswantoro, S.Pd
Sekretariat :
Wahyu Widodo
Dwi Budi Astutiek
Teknologi Pendidikan
Melatih Ketrampilan Intelektual dan Praktik Sains Melalui
Pembelajaran Inquiry Based Learning...........................
1
Pendidikan Karakter
Pembelajaran Berbasis Pramuka .......... 7
Opini
Strategi Pendidikan Karakter di Sekolah
................................................... 11
Berita Utama
Tantangan Bagi Pendidikan Menengah Dalam Melaksanakan Zonasi
PPDB Untuk Menyongsong SNMPTN ................... 14
Psikologi Pendidikan
Urgensi Peran Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Penguatan
Karakter Siswa Dalam Perspektif Agama Islam .. 18
Teknologi Pendidikan
Melompat Memperjelas Kelipatan ............... 21
Lensa BTKP ...............................................
25
Opini
Membangun Gaya Belajar Generasi Z .. 29
Berita Utama
Upaya Mengoptimalkan Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah
.................. 35
Teknologi Pendidikan
Belajar Dengan Bermain Congklak Pada Anak Usia SD
..................................... 40
Seni Budaya
Serat Tripama Karya Mangkunagara IV Sebagai Sarana Pendidikan
Karakter ... 46
Ketentuan Penulisan Artikel ..................... 52
Melatih Ketrampilan Intelektual dan Praktik Sains Melalui
Pembelajaran
Inquiry Based Learning Oleh : Eny Triastuti *
PENDAHULUAN
Kurikulum 2013 menuntut peserta didik aktif dalam pembelajaran
sehingga dapat mengkomunikasikan hasil belajarnya baik secara
tulisan maupun lisan. Namun kenyataan yang ada, peserta didik sulit
untuk aktif karena keterbatasan kemampuan berkomunikasi sehingga
pada umumnya guru yang aktif dalam pembelajaran.
Permasalahan umum yang ada pada pembelajaran Kimia di SMA adalah
: 1) Belum nampak kreatifitas dalam pemanfaatan lingkungan sekolah
sebagai sumber belajar dan ide kreatif untuk pengembangan ilmu
pengetahuan. 2) Belum ada ide kreatif guru dalam penerapan metoda
pembelajaran yang dapat melatih ketrampilan berfikir dan praktik
IPA sebagai metoda belajar yang efektif dan efisien. 3) Guru masih
kesulitan memulai pembelajaran dengan mengembangkan interaksi siswa
terhadap fenomena baru, tindakan baru, kejadian baru atau
menerapkan keterampilan berpikir tinggi sebagai dasar untuk
merumuskan masalahnya sendiri. 4) Guru lebih banyak memposisikan
diri sebagai sumber belajar dari pada menjadi fasilitator untuk
mendorong siswa menemukan masalah baru dan memecahkan masalah
dengan ide-ide baru. 5) Pembelajaran lebih mementingkan penguasaan
pengetahuan dari pada meningkatkan keterampilan berpikir kritis. 6)
Belum tampak kemandirian siswa menghimpun data, fakta, informasi,
teori, prinsip dan hukum untuk memecahkan masalah secara
kolaboratif. 7) Kegiatan penarikan kesimpulan dan refleksi pada
umumnya dilakukan oleh guru dan siswa hanya sebagai pendukung
proses.
Kurikulum Nasional menekankan penggunaan pendekatan saintifik
dan pembelajaran berbasis inkuiri untuk mata pelajaran IPA, Fisika,
Kimia, dan Biologi serta pengembangan keterampilan peserta didik
dalam abad 21, yaitu berpikir kritis, kreativitas, berkomunikasi,
dan berkolaborasi harus diimplementasikan oleh guru untuk mencapai
hasil terbaik, hal ini harus diperhatikan guru dalam melaksanakan
pembelajarannya.
Pertanyaan terkait hal itu adalah bagaimana implementasi
pembelajaran berbasis inkuiri untuk memecahkan permasalahn di atas.
Apakah Inquiry Based Learning( IBL) dapat meningkatkan ketrampilan
intelektual dan praktik sains dan meningkatkan hasil belajar serta
membangun karakter siswa ? Tulisan ini dapat memberi rujukan bagi
rekan sesama guru, bahwa pembelajaran kimia secara ampuh dapat
dilakukan melalui metode Inquiry Based Learning (IBL) dengan 6
(enam) tahapan belajar ( Leraning Sequence) untuk melatih
ketrampilan intelektual dan praktik sain peserta didik.
TeknologiPendidikan
1Melatih Ketrampilan Intelektual dan Praktik Sains Melalui
Pembelajaran Inquiry Based Learning
PEMBAHASAN
Data empirik hasil penelitian membuktikan bahwa implementasi
pembelajaran materi konfigurasi elektron dengan 6 tahapan belajar
(Learning Sequence) telah mampu meningkatkan minat belajar dan
hasil belajar peserta didik bila dibandingkan dengan metode yang
lain yang dilakukan sebelumnya, yaitu memberikan pengalaman
pembelajaran yang menyenangkan serta dapat menumbuhkembangkan
pendidikan karakter dalam melatih ketrampilan intelektual dan
praktik sains.
Dalam rangka menguatkan implementasi Kurikulum Nasional yang
menekankan pada penggunaan pendekatan saintifik dan pembelajaran
berbasis inkuiri untuk mata pelajaran IPA, Fisika, Kimia, dan
Biologi serta pengembangan keterampilan peserta didik dalam abad 21
yaitu berpikir kritis, kreativitas, berkomunikasi, dan
berkolaborasi maka PPPPTK IPA tahun 2017 telah mengembangkan
program peningkatan kompetensi bagi guru IPA dengan fokus pada
pengembangan inovasi pembelajaran IPA berbasis inkuiri.
Pembelajaran inkuiri yang dikembangkan merujuk pada referensi
pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Dr. Carl Wenning dari
IllInois State University, Amerika Serikat dengan karakteristik
tahapan belajar (Learning Sequence) yang terdiri atas 6 level,
yaitu 1) Discovery learning, 2)Interactive demonstrations, 3)
Inquiry lessons, 4)Inquiry labs, 5) Real-world applications, dan 6)
Hypothetical inquiry.
Materi Konfigurasi Elektron
Materi ajar kimia kelas X yang membutuhkan kemampuan siswa untuk
berfikir abstrak antara lain struktur atom dan konfigurasi
elektron. Implementas Inquiry Based Learning (IBL) mengacu pada
unit pembelajaran konfigurasi elektron yang telah disusun tim P2KM
berisi pedoman untuk guru dalam menyajikan pembelajaran topik
Konfigurasi Elektron, model pembelajaran yang didesain berbasis
inkuiri dengan enam level tahapan belajar. Materi ajar yang dibahas
dalam unit pembelajaran ini meliputi konfigurasi elektron
berdasarkan Prinsip Aufbau, Prinsip Larangan Pauli dan Aturan Hund
baik untuk atom netral dan ion, atom dari unsur golongan utama
maupun golongan transisi, penentuan letak unsur pada Tabel Periodik
unsur berdasarkan konfigurasi elektron, dan sifat unsur berdasarkan
konfigurasi elektronnya.
Hal yang sangat penting diperhatikan sebelum melaksanakan
pembelajaran adalah mempelajari kembali lesson plan yang ada pada
Unit untuk menjadi pedoman bagi guru dalam mengembangkan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, dan penilaian hasil belajar
dengan menggunakan model pembelajaran berbasis inkuiri pada topik
Konfigurasi elektron.
Learning Sequence
Deskripsi level inkuiri pelaksanaan pembelajaran materi
konfigurasi elektron yang dilakukan untuk masing-masing tahapan
pembelajaran (Leraning Sequence) adalah sebagai berikut.
1. Discovery Learning Siswa mempelajari Tabel Periodik Modern
untuk memahami posisi suatu unsur
pada Tabel Periodik, Golongan unsur, periode nomor atom,
konfigurasi elektron dan elektron valensi. Siswa menggunakan tabel
periodik , google apps (Element Web), dan lembar kerja
2 WARTA GURUB u l e t i n
MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN
2018
2. Interactive Demonstration Siswa mengamati demonstrasi tentang
keberadaan elektron pada saat bergerak
mengelilingi inti atom menggunakan video. Siswa mengajukan
pertanyaan terkait elektron yang bergerak dalama atom misalnya.
Pada level ini guru dapat menggali pengetahuan awal siswa
3. Inquiry Lesson Siswa mempelajari Prinsip Aufbau, Prinsip
Larangan Pauli dan Aturan Hund
melalui pengamatan video, menganalisis data pendistribusian
elektron pada kulit, sub kulit dan orbital dengan menggunakan
lembar kerja dan diskusi
4. Inquiry Laboratory Siswa menggunakan pengetahuan tentang
Prinsip Aufbau, Prinsip larangan Pauli
dan Aturan Hund untuk menuliskan konfigurasi elektron. Siswa
menentukan elektron valensi unsur dari konfigurasi elektron. Siswa
menghubungkan konfigurasi elektron dengan letak unsur dalam tabel
periodik melalui kegiatan praktik
5. Real-world applications Siswa mengidentifikasi karakeristik
sifat logam melalui percobaan. Siswa
mengklasifikasi sifat magnetik logam-logam dalam kehidupan
sehari-hari menjadi sifat paramagnetik dan diamagnetic melalui
percobaan
6. Hypothetical Inquiry Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
mereka sebelumnya, siswa
mendiskusikan beberapa fenomena pada konfigurasi elektron yang
tidak sesuai dengan aturan atau prinsip contohnya konfigurasi
elektron atom krom tidak mengikuti prinsip dan aturan distribusi
elektron.
Untuk kelancaran dalam mengimplementasikan unit konfigurasi
elektron maka perlu dikuasai konsep dan keterampilan prasyarat yang
harus dimiliki guru dan siswa yaitu : 1) Prasyarat pengetahuan dan
keterampilan yang harus dimiliki guru adalah Perkembangan Model
Atom, Tabel Periodik, (MA Modern-Bilangan Kuantum dan Bentuk
Orbital dan Konfigurasi elektron berdasarkan Prinsip Aufbau,
Prinsip Larangan Pauli dan Aturan Hund serta Keterampilan Proses
Sains dan keterampilan penggunaan IT. 2) Prasyarat pengetahuan dan
keterampilan yang harus dimiliki siswa ketika guru menggunakan unit
pembelajaran ini dalam pembelajaran adalah Perkembangan Model Atom,
Tabel Periodik, Bilangan Kuantum dan Bentuk Orbital dan Prasyarat
keterampilan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba,
menalar/mengasosiasi dan mengkomunikasikan.
Pembelajaran Berbasis Inkuiri (Inquiry Based Learning)Deskripsi
masing-masing tahapan pembelajaran berbasis inkuiri untuk topik
konfigurasi elektron adalah sebagai berikut :
1. Discovery learningKegiatan siswa adalah mempelajari Tabel
Periodik Modern untuk memahami letak
suatu unsur pada Tabel Periodik, golongan unsur, periode, nomor
atom, dan konfigurasi elektron menggunakan poster tabel periodik,
google apps dan lembar kerja. Antusias siswa pada pembelajaran ini
karena bisa memanfaatkan HP yang dimilikinya sebagai
3Melatih Ketrampilan Intelektual dan Praktik Sains Melalui
Pembelajaran Inquiry Based Learning
media belajar untuk memperoleh informasi pengetahuan. Agar
kompetensi tercapai maka guru membimbing siswa dengan pertanyaan
arahan yaitu bagaimana cara menentukan nomor atom, elektron
valensi, letak unsur (golongan dan periode), konfigurasi elektron
pada tabel periodik? Indikator Pencapaian Kompetensi pada level ini
yaitu a) menentukan golongan dan periode unsur pada tabel periodik.
b) mendeskripsikan hubungan antara jumlah atom dan jumlah elektron
dalam Atom dengan mudah dapat dipahami siswa.
2. Interactive demonstrationsAgar tidak abstrak siswa
mengamati demonstrasi tentang keberadaan elektron pada saat
bergerak mengelilingi inti atom menggunakan tayangan video How does
electron move around nucleus. Siswa mengamati video bersama dengan
teman di kelompoknya dan mengajukan pertanyaan terkait elektron
yang bergerak dalam atom misalnya bagaimana susunan elektron dalam
atom yang terdiri atas kulit-kulit elektron ? Pada level ini guru
dapat menggali pengetahuan
awal siswa tentang keberadaan elektron. Siswa mengamati video
gerakan elektron pada saat mengelilingi inti atom hydrogen dan
mencatat hasil pengamatannya yaitu dimana dan bagimana elektron
bergerak? Pengamatan video dilanjutkan untuk nomor atom yang lebih
besar sehingga secara bertahap sehingga mudah memahami dan bisa
memprediksi bahwa sub kulit atau tempat keberadaan elektron akan
bertambah.
3. Inquiry lessonsSiswa mempelajari cara pengisian elektron
berdasarkan Prinsip Aufbau, Prinsip
Larangan Pauli dan Aturan Hund melalui pengamatan tayangan
video, menganalisis data contoh pengisian elektron pada kulit, sub
kulit, dan orbital. Siswa mengamati gambar konfigurasi elektron Na
dan K sebagai contoh, kemudian mencoba menggambarkan konfigurasi
elektron untuk atom dengan jumlah elektron >20.
Siswa mengamati tayangan video yang lucu tentang analogi Prinsip
Aufbau dalam pengisian elektron dan membuat kesimpulan. Siswa di
dalam kelompok mempelajari prinsip Aufbau sesuai Lembar Kerja yakni
dengan bantuan gambar atau model tingkat energi pada subkulit
elektron dari 1 sampai 7 dan cara distribusi elektron pada
subkulit. Siswa diberi latihan menuliskan konfigurasi elektron
dengan menggunakan prinsip Aufbau.
Informasi tentang konsep bilangan kuantum dan dengan sedikit
arahan guru siswa mendiskusikan dalam kelompok untuk mempelajari
Prinsip larangan Pauli bahwa tidak ada dua elektron dalam atom yang
memiliki empat bilangan kuantum yang sama. Siswa mendiskusikan dan
menganalisis contoh pengisian elektron pada orbital berdasarkan
aturan Hund dan menyimpulkan aturan Hund dan dengan mudah
menuliskan konfigurasi elektron berbagai unsur.
5
unsur pada tabel periodik. b) mendeskripsikan hubungan antara
jumlah atom dan
jumlah elektron dalam Atom dengan mudah dapat dipahami
siswa.
2. Interactive demonstrations
Agar tidak abstrak siswa mengamati demonstrasi tentang
keberadaan elektron
pada saat bergerak mengelilingi inti atom menggunakan tayangan
video How does
electron move around nucleus. Siswa mengamati video bersama
dengan teman di
kelompoknya dan mengajukan pertanyaan terkait elektron yang
bergerak dalam
atom misalnya bagaimana susunan elektron dalam atom yang terdiri
atas kulit-kulit
elektron ? Pada level ini guru dapat menggali pengetahuan awal
siswa tentang
keberadaan elektron. Siswa mengamati video gerakan elektron pada
saat
mengelilingi inti atom hydrogen dan mencatat hasil pengamatannya
yaitu dimana
dan bagimana elektron bergerak? Pengamatan video dilanjutkan
untuk nomor atom
yang lebih besar sehingga secara bertahap sehingga mudah
memahami dan bisa
memprediksi bahwa sub kulit atau tempat keberadaan elektron akan
bertambah.
3. Inquiry lessons
Siswa mempelajari cara pengisian elektron berdasarkan Prinsip
Aufbau,
Prinsip Larangan Pauli dan Aturan Hund melalui pengamatan
tayangan video,
menganalisis data contoh pengisian elektron pada kulit, sub
kulit, dan orbital. Siswa
mengamati gambar konfigurasi elektron Na dan K sebagai contoh,
kemudian
mencoba menggambarkan konfigurasi elektron untuk atom dengan
jumlah elektron
>20. Siswa mengamati tayangan video yang lucu tentang analogi
Prinsip Aufbau
dalam pengisian elektron dan membuat kesimpulan. Siswa di dalam
kelompok
4 WARTA GURUB u l e t i n
MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN
2018
4. Inquiry labsPada pembelajaran ini siswa
mempraktikan kembali penulisan konfigurasi elektron baik pada
atom maupun ion sesuai Prinsip Aufbau, Prinsip Larangan Pauli dan
Aturan Hund, mendiskusikan penentuan elektron valensi suatu unsur
berdasarkan konfigurasi elektronnya, dan mendiskusikan bagaimana
hubungan konfigurasi elektron dengan letak unsur dalam tabel
periodik melalui kegiatan.
Lembar kegiatan bisa membantu siswa menemukan
bagaimana hubungan antara konfigurasi elektron dengan letak
unsur dalam tabel periodik. Hubungan konfigurasi elektron dengan
letak unsur dalam Tabel Periodik dengan kegiatan membagikan kartu
unsur kepada siswa dengan metode kartu berbeda untuk tiap kelompok.
Pada proses ini terjadi diskusi kelompok untuk memecahkan masalah
yaitu menuliskan konfigurasi elektron, menentukan elektron valensi
dan menentukan hubungan letak unsur dalam tabel periodik dengan
konfigurasi elektronnya. Konfigurasi elektron ion dan unsur
transisi, bentuk orbital dan bentuk singkat dapat dilakukan sambil
bermain dengan kartu unsur sehingga siswa akan termotivai dan
antusias melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan, siswa telah
berproses mendeskripsikan hubungan antara konfigurasi elektron,
elektron valensi dan letak unsur dalam tabel periodik.
5. Real-world applicationsPada kegiatan pembelajaran
ini siswa mengidentifikasi sifat magnetik unsur dan
mengelompokkannya ke dalam paramagnetik dan diamagnetik melalui
percobaan. Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk merancang,
melakukan, mengamati, dan mencacat data hasil percobaan sifat
magnetic kemudian mengelompokkan, menganalisis konfigurasi elektron
logam yang diamati kemudian menghubungkannya dengan sifat
paramagnetic dan diamagnetic
unsur. Selanjutnya berdasar hubungan sifat magnetik unsur dengan
konfigurasi elektron bisa memprediksi logam yang memiliki sifat
magnetic unsur logam lain dengan menggunakan tabel periodik.
Merangkum secara logis membenarkan sebuah kesimpulan berdasarkan
bukti empiris
6
mempelajari prinsip Aufbau sesuai Lembar Kerja yakni dengan
bantuan gambar
atau model tingkat energi pada subkulit elektron dari 1 sampai 7
dan cara distribusi
elektron pada subkulit. Siswa diberi latihan menuliskan
konfigurasi elektron dengan
menggunakan prinsip Aufbau.
Informasi tentang konsep bilangan kuantum dan dengan sedikit
arahan guru siswa
mendiskusikan dalam kelompok untuk mempelajari Prinsip larangan
Pauli bahwa tidak
ada dua elektron dalam atom yang memiliki empat bilangan kuantum
yang sama.
Siswa mendiskusikan dan menganalisis contoh pengisian elektron
pada orbital
berdasarkan aturan Hund dan menyimpulkan aturan Hund dan dengan
mudah
menuliskan konfigurasi elektron berbagai unsur.
4. Inquiry labs
Pada pembelajaran ini siswa mempraktikan kembali penulisan
konfigurasi elektron
baik pada atom maupun ion sesuai Prinsip Aufbau, Prinsip
Larangan Pauli dan Aturan
Hund, mendiskusikan penentuan elektron valensi suatu unsur
berdasarkan konfigurasi
elektronnya, dan mendiskusikan bagaimana hubungan konfigurasi
elektron dengan
letak unsur dalam tabel periodik melalui kegiatan.
Lembar kegiatan bisa membantu siswa menemukan bagaimana
hubungan
antara konfigurasi elektron dengan letak unsur dalam tabel
periodik. Hubungan
konfigurasi elektron dengan letak unsur dalam Tabel Periodik
dengan kegiatan
membagikan kartu unsur kepada siswa dengan metode kartu berbeda
untuk tiap
kelompok. Pada proses ini terjadi diskusi kelompok untuk
memecahkan masalah
yaitu menuliskan konfigurasi elektron, menentukan elektron
valensi dan
7
menentukan hubungan letak unsur dalam tabel periodik dengan
konfigurasi
elektronnya. Konfigurasi elektron ion dan unsur transisi, bentuk
orbital dan bentuk
singkat dapat dilakukan sambil bermain dengan kartu unsur
sehingga siswa akan
termotivai dan antusias melaksanakan pembelajaran yang
menyenangkan, siswa
telah berproses mendeskripsikan hubungan antara konfigurasi
elektron, elektron
valensi dan letak unsur dalam tabel periodik.
5. Real-world applications
Pada kegiatan pembelajaran ini siswa mengidentifikasi sifat
magnetik unsur
dan mengelompokkannya ke dalam paramagnetik dan diamagnetik
melalui
percobaan. Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk merancang,
melakukan,
mengamati, dan mencacat data hasil percobaan sifat magnetic
kemudian
mengelompokkan, menganalisis konfigurasi elektron logam yang
diamati kemudian
menghubungkannya dengan sifat paramagnetic dan diamagnetic
unsur.
Selanjutnya berdasar hubungan sifat magnetik unsur dengan
konfigurasi elektron
bisa memprediksi logam yang memiliki sifat magnetic unsur logam
lain dengan
menggunakan tabel periodik. Merangkum secara logis membenarkan
sebuah
kesimpulan berdasarkan bukti empiris
6. Hypothetical inquiry.
Pada kegiatan pembelajaran ini siswa menggunakan pengetahuan
dan
pengalaman sebelumnya yaitu penulisan konfigurasi elektron
sesuai aturan untuk
mendiskusikan beberapa fenomena terkait atom dan konfigurasi
elektron yang
tidak sesuai dengan aturan atau prinsip pengisian elektron. Guru
menunjukkan
konfigurasi elektron unsur transisi periode ke-4 dalam sisitem
orbital dan siswa
mengamati serta menemukan adanya penyimpangan pada unsur Cr dan
Cu. Saya 5Melatih Ketrampilan Intelektual dan Praktik Sains
Melalui Pembelajaran Inquiry Based Learning
6. Hypothetical inquiry.Pada kegiatan
pembelajaran ini siswa menggunakan pengetahuan dan pengalaman
sebelumnya yaitu penulisan konfigurasi elektron sesuai aturan untuk
mendiskusikan beberapa fenomena terkait atom dan konfigurasi
elektron yang tidak sesuai dengan aturan atau prinsip pengisian
elektron. Guru menunjukkan konfigurasi elektron unsur transisi
periode ke-4 dalam sisitem orbital dan siswa mengamati serta
menemukan adanya penyimpangan pada
unsur Cr dan Cu. Saya meminta agar siswa secara kelompok
mendiskusikan fenomena ini mengapa terjadi dan siswa dengan cekatan
menjawab karena dengan konfigurasi itu atom dalam keadaan stabil.
Siswa dibimbing untuk memprediksi dan menemukan unsur lain yang
memiliki sifat seperti unsur Cr dan Cu kemudian mempresentasikan
dalam diskusi kelas.
PENUTUP
Dari pembahasan implementasi Inquiry Based Learning (IBL) dapat
diperoleh simpulan sebagai berikut :1. Pembelajaran berbasis
inkuiri dapat dilakukan melaui penerapan tahapan belajar
(Learning Sequence).2. Inquiry Based Learning (IBL) dapat
meningkatkan ketrampilan intelektual dan
praktik sains peserta didik sehingga dapat meningkatkan prestasi
hasil belajar dan membangun karakternya.
Kepada para guru IPA, kimia, fisika, dan biologi agar melakukan
diskusi secara rutin di forum MGMP untuk mengevaluasi kualitas dan
outcomes dari hasil pembelajarannya sehingga mutu pendidikan
meningkat seperti yang diharapkan oleh Negara dan bangsa sesuai
Undang-undang
* Guru Kimia SMA N 1 Yogyakarta
8
meminta agar siswa secara kelompok mendiskusikan fenomena ini
mengapa
terjadi dan siswa dengan cekatan menjawab karena dengan
konfigurasi itu atom
dalam keadaan stabil. Siswa dibimbing untuk memprediksi dan
menemukan unsur
lain yang memiliki sifat seperti unsur Cr dan Cu kemudian
mempresentasikan
dalam diskusi kelas.
PENUTUP
Dari pembahasan implementasi Inquiry Based Learning (IBL) dapat
diperoleh
simpulan sebagai berikut :
1. Pembelajaran berbasis inkuiri dapat dilakukan melaui
penerapan tahapan belajar
(Learning Sequence).
2. Inquiry Based Learning (IBL) dapat meningkatkan ketrampilan
intelektual dan
praktik sains peserta didik sehingga dapat meningkatkan prestasi
hasil belajar dan
membangun karakternya.
Kepada para guru IPA, kimia, fisika, dan biologi agar melakukan
diskusi secara
rutin di forum MGMP untuk mengevaluasi kualitas dan outcomes
dari hasil
pembelajarannya sehingga mutu pendidikan meningkat seperti yang
diharapkan oleh
Negara dan bangsa sesuai Undang-undang
* Guru Kimia SMA N 1 Yogyakarta
6 WARTA GURUB u l e t i n
MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN
2018
Pembelajaran Berbasis PramukaOleh: Ifut Riati*)
PENDAHULUAN
Dalam sebuah proses pendidikan, pembelajaran merupakan inti
kegiatan. Tidak mengherankan jika banyak orang yang menaruh harapan
adanya pembelajaran yang memberdayakan siswa dan berujung pada
peningkatan mutu pendidikan. Wacana tersebut muncul ketika kita
melihat praksis pendidikan kita yang berjalan selama ini jauh dari
memberdayakan
siswa, atau malah justru memperdayakan siswa. Hal ini terbukti
dengan banyaknya guru kita yang masih setia dengan metode ceramah
sebagai andalannya. Padahal dalam metode ceramah, jelas gurulah
yang paling banyak mendominasi sebagai aktor pembelajaran di kelas.
Disisi lain siswa harus duduk manis, diam, tangan di atas meja,
mata melihat guru, dan mendengarkan penjelasan sang guru yang ada
di depan kelas. Memang kita tahu, tidak selamanya metode ceramah
itu mempunyai persepsi yang kurang baik. Kita tidak bisa lepas
begitu saja, apalagi menghilangkannya sama sekali tidak. Namun yang
perlu kita lakukan saat ini adalah meminimalkan penggunaan metode
ceramah dalam proses pembelajaran kita sehari-hari. Hal ini
bertujuan memberi kesempatan yang lebih luas kepada siswa untuk
menjadi bintang dikelasnya sendiri.
Berkaitan dengan permasalahan di atas sekarang ini dalam
kurikulum 2013 pembelajaran sudah mulai memperdayakan siswa.
Pembelajaran yang memberdayakan siswa sudah mulai dikembangkan di
dunia pendidikan kita. Dalam pembelajaran pengetahuan yang
diperoleh siswa selama proses pembelajaran merupakan hasil bentukan
siswa itu sendiri. Dengan cara ini siswa dapat menjalani proses
mengontruksi pengetahuan, baik berupa konsep, ide maupun pengertian
tentang sesuatu yang sedang dipelajarinya. Dengan demikian
aktivitas siswalah yang menjadi vokus utama pembelajaran, sementara
sang guru hanyalah sebagai fasilitator mediator saja. Namun untuk
mewujudkan pembelajaran seperti di atas tidaklah semudah kita
membalikkan telapak tangan, diperlukan pergeseran pembelajaran.
Salah satu cara yang dapat menggeser pembelajaran itu adalah
pembelajaran berbasis pramuka.
PendidikanKarakter
7Pembelajaran Berbasis Pramuka
Hari pramuka yang jatuh pada tanggal 14 Agustus yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Bukan sekedar kegiatan rutinitas saja,
namun untuk merefleksi diri sebagai upaya sadar dalam membina
generasi muda bangsa sejak dari tingkat sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Gerakan pramuka yang memiliki massa dari berbagai
tingkat dan satuan pendidikan nasional merupakan tantangan dari
para pembina untuk memaksimalkan pembinaan generasi muda utamanya
dalam menyampaikan pesan-pesan yang edukatif.
Permasalahan ini penting lantaran berbagai permasalahan
anak-anak di sekolah dasar, sekarang ini sudah mengalami pergeseran
nilai-nilai dan sikap hidup yang cukup drastis. Dulu keberadaan
seorang anak sangat menjunjung nilai-nilai kepatuhan, kesopanan,
kedisiplinan, menghormati orang tua maupun guru, anak-anak
tertunduk malu bila melakukan kesalahan, anak akan menurut apa kata
orang dan guru. Seiring dengan perkembangan zaman nilai-nilai itu
sudah mulai pudar bergeser kearah yang negatif seperti perkelahian,
kompas mengompas, sering tidak masuk sekolah, tidak mengerjakan PR,
membolos, yang kesemuanya itu mengarah ke kriminalitas. Apakah
permasalahan ini bisa diatasi dengan gerakan pramuka? Kiranya
peringatan hari pramuka yang ke 57 ini merupakan momentum yang
tepat bagi para anggota pramuka untuk merefleksikan kembali
menggodok generasi muda, menyiapkan tunas-tunas bangsa agar menjadi
generasi emas penerus bangsa.
Kegiatan kepramukaan dapat dijadikan sebagai wahana pembinaan
dan pengembangan yang digunakan untuk menyalurkan minat dan bakat
siswa di bidang kepramukaan. Pendidikan karakter dalam kegiatan
pramuka tercemin dalam janji dan ketentuan moral pramuka ( satya
dan darma pramuka ) yang pada tingkatan siaga dikenal dengan nama
dwisatya dan dwidarma sebagai berikut: (1) siaga itu menurut ayah
bundanya; (2) siaga itu berani dan tidak putus asa, pada pramuka
penggalang satya dan darma ini dikenal dengan tritsatya dan
dasadarma yang meliputi janji pramuka ( TRI SATYA ) Demi
kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh: - Menjalankan
kewajibanku terhadap Tuhan, Negera Kesatuan Republik Indonesia dan
mengamalkan Pancasila. - Menolong sesama hidup dan mempersiapkan
diri membangun masyarakat. Menepati Dasa Darma. Dasa Darma meliputi
: (1) takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) cinta alam dan kasih
sayang sesama manusia, (3) patriot yang sopan dan ksatria, (4)
patuh dan suka bermusyawarah, (5) rela menolong dan tabah, (6)
rajin, terampil, dan gembira, (7) hemat, cermat, dan bersahaja, (8)
disiplin, berani, dan setia, (9) bertanggung jawab dan dapat
dipercaya, (10) suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Kegiatan kepramukaan diharapkan dapat membentuk karakter manusia
yang berkepribadian sesuai dengan janji dan ketentuan moral pramuka
( satya dan darma pramuka ) sehingga nilai-nilai bangsa dapat
diterapkan dalam kegiatan kepramukaan.
TRISATYA DAN DASADARMA
Masa remaja memang masa yang paling unik karena merupakan masa
transisi dari anak menuju dewasa. Usia remaja dimulai dengan masa
pubertas. Meskipun diakui bahwa anak remaja masih belum mampu
menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya, tetapi ia butuh
akan pengakuan dan penghargaan. Remaja membutuhkan penghargaan
bahwa ia telah mampu berdiri sendiri, mampu melaksanakan
tugas-tugas seperti yang dilakukan orang dewasa, dan dapat
bertanggung jawab atas sikap dan perbuatan yang dikerjakannya. Oleh
karenanya kepercayaan atas diri anak remaja diperlukan agar mereka
merasa dihargai.
Mengingat masa remaja masa yang penuh tantangan yang banyak
bercorak
8 WARTA GURUB u l e t i n
MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN
2018
negatif, maka banyak remaja yang kemudian tergelincir pada
pergaulan yang tidak benar. Pramuka sebagai wadah kegiatan para
generasi muda hendaknya mampu menampung para remaja dengan segala
permasalahannya. Dengan demikian pergaulan-pergaulan bebas
dikalangan remaja yang disebabkan arus globalisasi yang dahsyat
dapat dikendalikan dengan pendidikan yang edukatif.
Gerakan pramuka merupakan wadah yang tepat untuk para generasi
muda dalam menghadapi tantangan zaman. Satya dan darma pramuka
merupakan filter yang ampuh membentuk nilai-nilai dan sikap bagi
anggota gerakan pramuka. Dua alat tersebut dapat dijadikan senjata
bagi anggota pramuka dalam menghadapi tantangan hidup khususnya
menghadapi zaman saat ini.
Nilai-nilai yang ada dalam satya dan darma pramuka sebagai janji
pramuka selalu relefan dengan perkembangan zaman. Isi satya dan
darma pramuka telah mengatur sikap dan perilaku anggota gerakan
pramuka secara vertikal ( hubungannya dengan Tuhan ) harizontal (
hubungan dengan sesama ) dan dengan alam semesta. Harapannya akan
ada keselarasan kehidupan antara manusia dengan Tuhan, manusia
dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya.
MUATAN EDUKATIF PENDIDIKAN
Artinya nilai-nilai yang ada pada satya dan darma pramuka bisa
untuk mengembangkan potensi diri pada peserta didik dan mewujudkan
proses pembelajaran yang lebih baik. Edukatif ini bertujuan untuk
mengembangkan kepribadian, kecerdasan dan mendidik peserta untuk
memiliki akhlak mulia, mampu mengendalikan diri dan memiliki
ketrampilan. Pada peringatan hari pramuka ini mulai saat yang tepat
para pembina pramuka di sekolah mulai berpikir sungguh-sungguh
kearah pembinaan kualitas para anggotanya. Artinya para pembina
pramuka melalui berbagai aktifitasnya menunjang keberhasilan
belajar siswa di sekolah. Permasalahan ini bisa terealisasi jika
pramuka dapat mengajak para anggotanya menjadi insan yang mandiri.
Sifat yang mandiri pada gilirannya akan berpengaruh positif pada
proses belajar para anggota
9Pembelajaran Berbasis Pramuka
pramuka secara akademik. Keberhasilan sifat menanamkan mandiri
pada siswa tentu akan memiliki dampak positif bagi siswa yang
menjadi anggota gerakan pramuka untuk meraih prestasi belajar yang
maksimal.
MENYIAPKAN GENERASI EMAS
Setiap anak memiliki kemampuan bakat yang berbeda, yang mungkin
tidak dimiliki oleh anak yang lain, bakat ini akan menjadi baik dan
terwujud kalau disentuh dengan pikiran dan tindakan yang baik pula,
salah satu sentuhan emas adalah meningkatkan percaya diri anak
bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mempelajari dan mendalami
muatan pelajaran pada kegiatan pramuka. Beragam jenis permainan
yang ngetren menjadi idola anak-anak untuk membangkitkan jiwa pandu
anak untuk melakukan tugas lebih baik. Kurikulum 2013 sudah
memberikan pembelajaran berbasis pramuka yang dalam pelaksanaannya
pengetahuan yang diperoleh siswa selama proses pembelajaran
merupakan hasil bentukan siswa itu sendiri, siswa dapat menjalani
proses mengontruksi pengetahuan, baik berupa konsep, ide maupun
pengertian tentang sesuatu yang sedang dipelajarinya, guru di kelas
sebagai komunikator, fasilitator dan konselor. Dalam hal ini sudah
waktunya guru bisa mendesain proses pembelajaran berbasis pramuka,
pembelajaran berbasis pramuka menjadi bermakna jika guru mampu
mengkaitkannya dengan muatan pelajaran.
PENUTUP
Agar kegiatan pramuka benar-benar dipercaya untuk membentuk
watak generasi muda maka perlu adanya pendidikan berbasis pramuka.
Pendidkan ini mungkin tidak jauh berbeda dengan model pembelajaran
PAKEM ( Pembelajaran Aktif Kreatif, efektif dan Menyenangkan ).
Siswa belajar dengan suasana gembira, senang, tidak tertekan dan
bermakna. Namun yang menjadi ciri utama pembelajaran berbasis
pramuka adalah pesan moral yang disampaikan diakhir pembelajaran
dikaitkan dengan nilai-nilai satya dan darma pramuka. Pembelajaran
dapat diramu dengan berbagai kegiatan yang bervariasi. Gerakan
pramuka memang memiliki banyak kegiatan di luar kelas atau sekolah.
Aktivitas ini perlu diberi muatan edukatif yang jelas dan
dipersiapkan secara sistimatis agar ada keseimbangan dengan muatan
pelajaran yang lain di sekolah. Ini dimaksudkan agar terjadi
keakraban antara pembina guru dan anggota pramuka sehingga antara
pembina guru dan anak didik terjadi interaksi yang terbuka dan
jujur. Dalam kondisi seperti ini muatan edukasi dapat disampaikan
kepada anak didik. Dirgahayu pramuka Indonesia semoga tetap
Jaya.
*) Kepala Sekolah SD Negeri Pete Seyegan
Kegiatan pramuka wadah remaja mengajarkan nilai sikap yang
berkwalitas
10 WARTA GURUB u l e t i n
MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN
2018
Strategi Pendidikan Karakter di Sekolah
Oleh: Jumadi, S.Pd*
PENDAHULUAN
Peradaban sebuah bangsa akan mengalami kemunduran apabila
terjadi demoralisasi di tengah kehidupan masyarakatnya. Banyak
orang bijak mengatakan bahwa moral (akhlak) adalah hal utama yang
harus dibangun terlebih dahulu agar bisa membangun sebuah
masyarakat yang maju, beradab dan sejahtera.
Dalam hal ini Rees-Mog mengatakan bahwa sebuah masyarakat yang
kokoh mempunyai pondasi moral yang kokoh pula. Semua studi tentang
sejarah pembangunan ekonomi menunjukkan adanya hubungan yang erat
antara faktor moral dan faktor ekonomi. Negara-negara dan
kelompok-kelompok yang sukses meraih pembangunan ekonomi bisa
menjadi demikian disebabkan karena mereka mempunyai etika yang
mendorong timbulnya semangat kemandirian, kerja keras,
tanggungjawab, perilaku hemat dan kejujuran (Megawangi,
2004:7).
Pondasi moral yang kuat salah satunya dibangun melalui
pendidikan karakter. Pendidikan karakter memiliki esensi dan makna
yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya
adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik,
warga masyarakat, dan warga negara yang baik.
Lebih jauh, penguatan karakter menjadi salah satu program
prioritas Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf
Kalla. Dalam nawa cita disebutkan bahwa pemerintah akan melakukan
revolusi karakter bangsa. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mengimplementasikan penguatan karakter penerus bangsa melalui
gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang digulirkan sejak
tahun 2016.
Hal tersebut juga sejalan dengan semangat Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 yang
menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sayangnya, implementasi pendidikan di tingkat sekolah masih
mengalami banyak kendala. Banyak kalangan pendidik masih
kebingungan terkait bagaimana strategi penerapan pendidikan
karakter yang tepat dalam kehidupan sekolah. Menjawab permasalahan
tersebut, penulis dalam makalah ini akan mengemukakan bagaimana
strategi pendidikan karakter di sekolah yang efektif.
Opini
11Strategi Pendidikan Karakter di Sekolah
STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER Keberhasilan pendidikan karakter
tidak terlepas dari bagaimana pihak sekolah
menerapkan strategi yang tepat untuk mengimplementasikannya.
Kesalahan dalam memilih strategi dapat menyebabkan pendidikan
karakter kurang berhasil atau justru malah gagal sama sekali. Oleh
sebab itu, sebelum menerapkan pendidikan karakter, pihak sekolah
semestinya memilih dan menyusun strategi yang tepat.
Adapun, untuk mengimplementasikan pendidikan karakter agar
tercapai tujuan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang
bermartabat, mengutip pendapat Ratna Megawangi (2004:108-147)
setidaknya ada tujuh hal yang dapat diterapkan sebagai strategi
dalam menerapkan pendidikan karakter, yaitu:
1. Mengacu pada nilai-nilai moralDalam menjalankan pendidikan
karakter, sekolah tidak boleh menggunakan
metode moral dilemma. Sebab, metode ini tidak memiliki standar
moral absolut, dimana nilai-nilai yang ada bersifat relatif. Metode
moral dilemma tidak memberikan nilai benar atau salah, sejauh ada
alasan logis yang mendasari argumentasinya. Kriteria satu-satunya
yang dianggap benar menurut moral dilemmaadalah sejauh apa yang
saya anggap benar (what feels right to me).
Sebaliknya, pendidikan karakter harus berangkat dari kepercayaan
pada adanya nilai-nilai universal (golden rules). Dengan demikian,
pendidikan karakter adalah metode pendidikan moral yang secara
eksplisit memakai standar baik dan buruk yang sifatnya
universal.
2. Melibatkan moral knowing, moral feeling dan moral
actionSeperti telah dijelaskan pada uraian di atas, pendidikan
karaktermenekankan
pentingnya tiga komponen karakter yang baik (components of good
character) yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral,
moral feeling atau perasaan tentang moral dan moral action atau
perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar peserta didik mampu
memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai
kebajikan.
3. Menerapkan kurikulum pendidikan secara eksplisitPendidikan
karakter di sekolah yang paling efektif adalah dengan
menggunakan kurikulum pendidikan karakter formal, atau kurikulum
yang secara eksplisit mempunyai tujuan pembentukan karakter peserta
didik. Dengan kata lain, pendidikan karakter yang diajarkan melalui
suasana lingkungan sekolah yang sesuai dengan nilai-nilai moral,
yang diistilahkan dengan bentuk hidden curriculum (kurikulum
tersembunyi) dianggap belum cukup efektif.
4. Memperlakukan peserta didik sebagi individu yang
utuhPendidikan karakter yang efektif dapat dimuali dengan cara
memperlakukan
anak sebagai individu yang utuh (the whole child) yang
melibatkan empat komponen, yaitu pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skills), sifat alamiah (dispositions), dan perasaan
(feelings). Karena pikiran, emosi, imajinasi, dan sifat alamiah
anak bekerja secara bersamaan dan saling berhubungan. Apabila
sistem pembelajaran di sekolah dapat melibatkan semua aspek ini
secara bersamaan, maka perkembangan intelektual, sosial, dan
karakter anak dapat terbentuk secara simultan.
5. Menerapkan model pembelajaran yang menyenangkanKegiatan inti
(core business) sekolah adalah menyelenggarakan kegiatan
belajar dan mengajar. Seiring dengan pengembangan filsafat
konstruktivisme, muncul pemikiran kritis merenovasi pembelajaran
menuju yang berkualitas,
12 WARTA GURUB u l e t i n
MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN
2018
humanis, organis, dinamis dan konstruktif. Sehingga, salah satu
tugas utama sekolah adalah menerapkan model pembelajaran yang
menyenangkan yang memungkinkan bagi tumbuhkembangnya potensi dan
bakat peserta didik secara optimal.
Model pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran dengan
suasana socio emotional climate positif. Peserta didik merasakan
bahwa proses belajar yang dialaminya bukanlah sebuah derita yang
menderanya, melainkan berkah yang harus disyukurinya. Model
pembelajaran yang menyenangkan akan dapat menumbuhkan motivasi
belajar, sikap kreatif, rasa ingin tahu, disiplin dan sikap pantang
menyerah. Salah satu ciri utama model pembelajaran yang
menyenangkan adalah melibatkan peserta didik secara aktif dalam
kegiatan belajar. Dengan aktif melibatkan peserta didik dan
mencelupkan mereka dalam pengalaman belajar yang bermakna, materi
pembelajaran yang diajarkan dapat dimengerti oleh peserta
didik.
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa pembelajaran
yang menyenangkan selain dapat meningkatkan daya serap peserta
didik terhadap materi pelajaran juga dapat menumbuhkan sikap-sikap
positif peserta didik sejalan dengan tujuan pendidikan
karakter.
6. Menyesuaikan dengan tahapan perkembangan moral peserta
didikSeperti halnya aspek kognitif, afektif dan motorik yang
mengalami
perkembangan secara bertahap sesuai dengan perkembangan usia
anak, pendidikan karakter juga harus memperhatikan tahap-tahap
perkembangan moral anak. Misalnya, anak usia prasekolah tidak dapat
diajarkan sistem sosial dengan cara abstrak. Proses pengajaran
sistem sosial pada tahap ini paling tepat dilakukan dengan
contoh-contoh pengalaman yang konkrit.
7. Bekerjasama dengan orang tua peserta didik
(co-parenting)Tokoh pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara,
mengenalkan konsep tri
pusat pendidikan. Konsep ini menekankan bahwa pendidikan menjadi
tanggung jawab bersama antara pihak keluarga, sekolah dan
masyarakat. Dari konsep tersebut peran keluarga, dalam hal ini
orang tua, dalam pendidikan karakter tidak bisa diabaikan. Sekolah
yang menjalankan pendidikan karakter harus mempunyai rencana yang
jelas tentang kegiatan yang dapat dlakukan bersama orang tua agar
pembentukan karakter anak dapat terwujud.
Dengan menerapakan tujuh strategi pendidikan karakter tersebut,
di harapkan sekolah dapat mengimplementasikan pendidikan karakter
secara efektif. Strategi yang tepat dan penerapan pendidikan
karakter yang berjalan efektif memberikan peluang yang besar untuk
tercapainya tujuan pendidikan karakter
KESIMPULANTerjadinya demoralisasi di tengah kehidupan
masyarakat, berbangsa dan
bernegara merupakan tantangan dunia pendidikan dewasa ini. Dalam
hal ini, pendidikan digadang-gadang dapat memberikan jalan keluar
atas penurunan kualitas moral tersebut. Salah satu solusi yang
dapat diambil untuk menanggulangi demoraisasi tersebut adalah
dengan pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan sarana
untk mewujudkan masyarakat yang bermoral, dan berakhlak mulia.
Nilai-nilai moral dan akhlak mulia, menurut para ahli, merupakan
pondasi penting bagi terbentuknya sebuah tatanan masyarakat yang
beradab dan bermartabat serta modal penting mencapai kemajuan
bangsa.*) Guru SMK Negeri 1 Dlingo Bantul
13Strategi Pendidikan Karakter di Sekolah
Tantangan Bagi Pendidikan Menengah Dalam Melaksanakan Zonasi
PPDB
Untuk Menyongsong SNMPTNOleh : Drs.Timbul Mulyono, M.Pd. *)
Para Penyelenggara dan Pengelola pendidikan menengah seharusnya
tertantang dan termotivasi dengan kolom opini di harian Kedaulatan
Rakyat Rabu 23 Mei 2018 yang bejudul ZONASI PPDB KONTRA SNMPTN
Walaupun masih dalam kurun waktu kurang lebih tiga tahun ajaran
atau lima semester atau tepatnya tahun ajaran 2020/2021 bagi
peserta didik yang masuk sebagai hasil zonasi PPDB .Maka kita
mengharapkan sejak dini disiapkan agar sekolah yang sudah maju
dapat mempertahankan dan sekolah yang berkembang dapat mengelola
lebih baik dan maju sehingga mendukung program zonasi PPDB dan
SNMPTN sebagai program nasional dalam bidang pendidikan.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata kontra dapat berarti
keadaan tidak setuju atau keadaan menentang atau keadaan berlawanan
,bertentangan, berkebalikan . Yang pokok atau penting kita tetap
melaksanakan kegiatan tersebut dengan berdasarkan landasan hukum
yang telah disusun oleh pemerintah sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU DENGAN SISTEM ZONASI.
Tujuan PPDB seperti yang tertera dalam Permendikbud Republik
Indonesia Nomor ; 14 tahun 2018 ;1. PPDB bertujuan untuk menjamin
penerimaan peserta didik baru berjalan secara
objektif, transparan, akuntabel , nondiskriminatif dan
berkeadilan dalam rangka mendorong peningkatan akses layanan
pendidikan .
2. Nondiskriminatif artinya dikecualikan bagi sekolah yang
secara khusus melayani peserta didik dari kelompok gender atau
agama tertentu.
Jadi semua calon peserta didik mempunyai kesempatan dan peluang
mengikuti pendidikan pada sekolah yang sesuai dengan
pilihannya.
Sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah wajib
menerima calon peserta didik baru yang berdomisili pada radius zona
terdekat dari sekolah paling sedikit 90 % ( sembilan puluh persen )
dari total jumlah keseluruhan peserta yang diterima. Radius zona
terdekat ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kondisi di
daerah tersebut berdasarkan jumlah ketersediaan daya tampung
berdasarkan ketentuan rombongan belajar masing masing sekolah
dengan ketersediaan anak usia sekolah didaerah tersebut.
BeritaUtama
14 WARTA GURUB u l e t i n
MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN
2018
Pengaturan PPDB bertujuan untuk;1. Memberikan pedoman bagi
sekolah dalam melakukan penerimaan peserta didik
baru ,2. Memberi kesempatan bagi warga negara usia sekolah agar
memperoleh layanan
pendidikan yang objektif, akuntabel, transparan, dan tanpa
diskriminasi.( Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor;
7 tahun 2018 ).Khusus pendidikan menengah di DIY tujuan dan
,penerimaan peserta didik baru
di sekolah jenjang pendidikan menengah dan pendidikan khusus
bertujuan memberi kesempatan yang seluas luasnya bagi bagi warga
Negara Indonesia usia sekolah agar memperoleh layanan pendidikan
menengah atau pendidikan khusussehingga dapat meningkatkan akses
pendidikan.
Penerimaan Peserta Didik Baru di sekolah pada jenjang pendidikan
menengah dan pendidikan khusus berazaskan;1. Obyektifitas artinya
bahwa penerimaan peserta didik , baik peserta didik baru maupun
pindahan harus memenuhi ketentuan umum yang diatur dalam
peraturan ini.2. Transparasi artinya pelaksanaan penerimaan peserta
didik baru bersifat terbuka
dan dapat diketahui oleh masyarakat termasuk orang tua peserta
didik , untuk menghindarkan penyimpangan .
3. Akuntabilitas artinya penerimaan peserta didik baru dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, baik prosedur maupun
hasilnya .
4. Tidak diskriminatif artinya setiap warga negara yang berusia
sekolah yang memenuhi syarat dapat mengikuti pendidikan tanpa
membedakan suku, daerah asal, agama ,golongandan status sosial.
Jalur penerimaan peserta didik baru pendidikan menengah ( SMAN
dan SMKN ) yang menggunakan online dikelompokkan dalam 3 ( tiga )
jalur;a. Jalur zonasi, dengan kuota 90 % dari total jumlah peserta
didik yang diterima,b. Jalur prestasi, dengan kuota 5 % dari total
jumlah peserta didik yang diterima,c. Jalur alasan khusus dengan
kuota 5% dari total jumlah peserta didik yang diterima.
Lebih terperinci lagi jalur zonasi untuk SMAN diatur berdasarkan
zonasi yang terbagi dalam zona 1,zona 2 dan zona 3 berdasarkan
pemetaan dengan mempertimbangkan jarak, sedangkan untuk SMKN diatur
berdasarkan zonasi yang terbagi dalam zona 1 ( DIY ) dan zona 2
luar (DIY), penetapan calon peserta didik dalam zona berdasarkan
domisili orang tua dibuktikan dengan Nomor Induk Kependudukan ( NIK
) /KTP orang tua .
Urutan calon peserta didik dalam jalur zonasi sebagai berikut
;1. Siswa pemegang Surat Keterangan Tidak Mampu ( SKTM ) dari zona
1 ( satu )
diurutkan dari Nilai Akhir tertinggi sesuai dengan kuota ,2.
Calon peserta didik dari zona 1 ( satu ) diurutkan Nilai Akhir
tertinggi .
Setelah tahap-tahap dalam PPDB dan tahap terakhir adalah daftar
ulang bagi calon peserta didik yang dinyatakan lolos seleksi maka
sudah terdaftar sebagai peserta baru didik di sekolah
pilihannya.
SELEKSI NASIONAL MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI ( SNMPTN )
Menjadi cita- cita bagi peserta didik untuk dapat melanjutkan ke
perguruan tinggi tanpa tes tetapi dapat berhasil berdasar prestasi
sejak awal masuk pada sekolah pendidikan menengah maka peran
orangtua juga sejak awal harus dapat mendampingi anaknya agar dapat
menggapai yang dicita-citakan puteri puterinya.
15Tantangan Bagi Pendidikan Menengah Dalam Melaksanakan Zonasi
PPDB Untuk Menyongsong SNMPTN
Tujuan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri adalah ;1.
Memberikan kesempatan kepada peserta didik Sekolah Menengah Atas (
SMA ),
Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) , Madrasah Aliyah ( MA ) atau
yang sederajat di dalam dan luar negeri ( Sekolah Republik
Indonesia /S R I ) yang memiliki prestasi unggul untuk menempuh
pendidikan tinggi di Perguruan Tinggi Negeri ( PTN ) ;
2. Memberikan peluang kepada Perguruan Tinggi Negeri untuk
mendapatkan calon mahasiswa baru yang mempunyai prestasi tinggi
.
Bagi pendidikan menengah diberikan kesempatan atau peluang untuk
peserta didik berlomba mencapainya dan bagi perguruan tinggi yang
mendapat masukan calon mahasiswa yang diharapkan dapat
menyelesaikan kuliah tepat waktu dan menjadi alumnus yang unggul
juga.
Ketentuan umum dan persyaratan mengikuti Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri.
Ketentuan Umum ;1. SNMPTN dilakukan berdasarkan hasil
penelusuran prestasi akademik dengan
menggunakan rapor semester 1 ( satu ) sampai dengan semester 5 (
lima ) bagi SMA/SMK/MA atau sederajat dengan masa belajar 3 ( tiga
) tahun atau semester 1 ( satu ) sampai semester 7 ( tujuh ) bagi
SMK dengan masa belajar 4 ( empat ) tahun, serta portofolio,
2. Sekolah yang siswanya mengikuti SNMPTN harus memiliki Nomor
Pokok Sekolah Nasional ( NPSN ) dan mengisikan data prestasi di
Pangkalan Data Sekolah dan Siswa ( PDSS ) .
3. Siswa yang berhak mengikuti seleksi adalah siswa yang
memiliki Nomor Induk Siswa Nasional ( NISN ) ,memiliki prestasi
unggul , dan rekam jejak prestasi akadmik di PDSS.
4. Siswa yang akan mendaftar SNMPTN wajib membaca informasi pada
laman PTN yang dipilih tentang ketentuan yang terkait dengan
penerimaan mahasiswa baru di PTN tersebut.
Ketentuan khusus ;1. Sekolah yang siswanya berhak mengikuti
SNMPTN adalah SMA/SMK/MA atau
sederajat termasuk SRI yang mempunyai NPSN dan telah mengisi
PDSS dengan lengkap dan benar,
2. Siswa pendaftar memenuhi persyaratan;a. Terdaftar pada kelas
terakhir pada tahun ajaran yang berjalan ,b. Memiliki prestasi
unggul yaitu calon peserta masuk peringkat terbaik di sekolah
dengan ketentuan ( akreditasi A ,50 % terbaik di
sekolahnya,akreditasi B, 30 % terbaik di sekolahnya, akreditasi C,
10 % terbaik di sekolahnya dan belum terakreditasi , 5% terbaik
disekolahnya )
c. Memiliki NISN dan terdaftar pada PDSS, ,d. Memilki nilai
rapor semester 1 sampai dengan semester 5 bagi siswa SMA/
SMK/MA yang masa belajarnya 3 tahun dan semester 1 sampai
semester 7 bagi SMK yang masa belajarnya 4 tahun, telah diisikan
pada PDSS.
e. Memenuhi persyaratan lain yang ditentukan oleh masig-masing
PTN yang bersangkutan
16 WARTA GURUB u l e t i n
MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN
2018
3. Peserta yang diterima di PTN jika ;a. Lulus dari pendidikan
SMA/SMK/MA atau sederajat,b. Lulun SNMPTN tahun yang
bersangkutan,c. Lolos verifikasi dan dan memenuhi persyaratan lain
yang ditentukan oleh masing-
masing PTN penerima.
KESIMPULAN,
Satuan Pendidikan Menengah yang telah melaksanakan zonasi dalam
penerimaan peserta didik baru maka tantangan yang segera dihadapi
adalah membenahi proses pengelolaannya1. Program Seleksi Nasional
Masuk Pertguruan Tinggi Negeri ( SNMPTN ) merupakan
salah satu usaha menciptakan kerangka integrasi antara
pendidikan tinggi dan pendidikan menengah , satuan pendidikan
menengah diberi peran dalam proses SNMPTN dengan asumsi satuan
pendidikan menengah dan pendidik ,tenaga kependidikannya selalu
menjunjung tinggi kehormatan dan kejujuran sebagai bagian dari
prinsip pendidikan karakter dalam bidang pendidikan.
2. Satuan pendidikan menengah diharuskan mempunyai Pangkalan
Data Sekolah dan Siswa yang lengkap misalnya;a. Nomor Pokok Sekolah
Nasional ( NPSN ) sehingga hasil akreditasi sekolah
sangat mendukung dalam pengisian PDSS,b. Nomor Induk Siswa
Nasional ( NISN ) yang sudah dimiliki oleh setiap peserta
didik juga sangat diperlukan dalam PDSS,c. Pelaksanaan dan hasil
akreditasi sekolah memberi kesempatan pada peserta
didik dimana semakin tinggi hasil akreditasi sekolah semakin
tinggi kesempatan untuk mengikuti SNMPTN,
d. Warga sekolah Kepala Sekolah, pendidik ,tenaga kependidikan,
orang tua peserta didik serta peserta didik sendiri sejak awal
harus termotovasi dan tertantang untuk dapat mengikuti SNMPTN ,
e. Jangka waktu 3 ( tiga ) tahun atau 4 ( empat ) tahun lebih
khusus 5 ( lima ) atau 7 ( tujuh ) semester adalah waktu yang tidak
lama dalam proses menuju sukses mengikuti SNMPTN .
*) Anggota Dewan Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta
17Tantangan Bagi Pendidikan Menengah Dalam Melaksanakan Zonasi
PPDB Untuk Menyongsong SNMPTN
Urgensi Peran Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Penguatan
Karakter Siswa Dalam Perspektif
Agama Islam Oleh: Dra. Wakingah, M.S.I. *)
Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 menyebutkan bahwa guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.Dari pengertian tersebut
dapat kita tangkap bahwa guru sebagai seorang pendidik tidak hanya
bertugas mengajar dan menilai siswa semata, namun lebih dari itu
tugas sebenar-benarnya seorang guru adalah bagaimana ia bisa
mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa tersebut sehingga ia
mampu menjadikan siswanya berkarakter dan berkepribadian unggul.
Hal tersebut tidak bisa lepas dari adanya peran seorang guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam sebuah lembaga pendidikan.
Meskipun tanggungjawab untuk membentuk karakter tidak secara khusus
hanya dibebankan kepada guru PAI, namun disini peran guru PAI harus
satu langkah lebih maju dibandingkan guru-guru mata pelajaran lain
dalam mengontrol karakter siswa. Sebagaimana diketahui bahwa PAI
hadir untuk membekali siswa ilmu agama yang nantinya akan menjadi
pengontrolsikap dan perilaku anak-anak.
Wacana tentang pendidikan karakter dalam dunia pendidikan sudah
cukup lama merebak sejak tahun 2011. Namun waktu itu kebijakan
pendidikan karakter masih bersifat tersirat belum diperjelas dengan
peraturan dan kebijakan kurikulum yang memadai. Penginternalisasian
pendidikan karakter terlihat nyata di Kurikulum 2013 karena di
dalamnya, baik tujuan, langkah,serta aktivitas pembelajarannya
tertuju kepada penanaman nilai-nilai karakter dalam diri anak.
Kebijakan pendidikan karakter semakin hari semakin menjadi manakala
terjadi revitalisasi kebijakan pendidikan karakter di sekolah.
Wujud revitalisasi tersebut dapat dilihat dari kebijakan
pemerintahan yang baru-baru ini Presiden Jokowi mengeluarkan
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK). Kebijakan tersebut dilakukan guna melakukan
pembenahan terhadap pendidikan nasional kita.
Berdasarkan isu dan kebijakan yang mewarnai pendidikan karakter
tersebut, kita bisa melihat bahwa kasus atau isu karakter begitu
sangat luar biasanya di Indonesia. Bertahun-tahun kebijakan
pendidikan karakter berjalan namun belum juga bisa
diinternalisasikan secara efektif dan efisien. Kebijakan pemerintah
sudah nyata bergulir dan diinternalisasikan dalam kurikulum akan
tetapi realita di lapangan menunjukkan kenyataan lain. Jika
kurikulum saja sudah berbicara banyak tentang
penginternalisasian
PsikologiPendidikan
18 WARTA GURUB u l e t i n
MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN
2018
karakter di sekolah namun mengapa output yang dihasilkan justru
semakin parah. Kenakalan remaja usia sekolah semakin hari semakin
menjadi-jadi. Data dan fakta yang ada sudah bisa menggabarkan
seperti apa kualitas pendidikan kita. Terjadinya tawuran antar
pelajar, tindakan kekerasan peserta didik senior terhadap junior,
narkoba, pergaulan bebas, dsb. Bahkan baru-baru ini merebak isu
adanya klitih yang tampil dengan identitas geng sekolahan yang
melakukan tindak kejahatan dan kriminal di jalan pada dini hari.
Sangat ironis, lembaga pendidikan ternyata bukan menghasilkan anak
yang terdidik tapi anak yang glidhik yang bersikap seperti manusia
tidak berpendidikan.
Semua kasus tersebut telah mengindikasikan tergusurnya
nilai-nilai luhur keagamaan dari bangsa ini, dan jika dibiarkan hal
ini akan mengantarkan bangsa ini menuju kehancuran. Itulah yang
menjadikan agama di Indoneisa kini telah kehilangan etikanya dan
dalam konteks pendidikan, pendidikan telah kehilangan karakternya.
Tentu realita tersebut keluar dari makna pendidikan yang
sebenarnya. Pendidikan yang seharusnya mampu menuntun anak didik
menjadi anak yang berkarakter namun output yang ada justru
menunjukkan realita bahwa manusia-manusianya tak berkarakter. Oleh
karena itulah kehadiran guru PAI disini sangat dibutuhkan sebagai
motor penggerak spiritualitas anak didik agar menjadi
manusia-manusia yang berkarakter.
Karakter itu sama dengan akhlak dalam pandangan Islam. Akhlak
Islam adalah kepribadian. Kepribadian itu komponennya ada tiga
yaitu tahu (pengetahuan), sikap, dan perilaku. Di dalam Islam
terdapat istilah kepribadian utuh dan kepribadian pecah.
Kepribadian utuh ialah bila pengetahuan sama dengan sikap dan sama
dengan perilaku. Sedangkan kepribadian pecah ialah bila pengetahuan
sama dengan sikap, tidak sama dengan perilaku. Dia jujur itu baik,
dia siap menjadi orang jujur tetapi perilakunya sering tidak jujur,
ini contoh kepribadian pecah (split personality). Dalam Islam
akhlak menempati kedudukan penting dan dianggap memiliki fungsi
yang vital dalam eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat
sesuai dengan fitrahnya. Oleh karena itulah pendekatan yang lebih
tepat digunakan dalam pendidikan karakter adalah lewat Pendidikan
Agama Islam.
Pada dasarnya akhlak tidak dapat diajarkan secara kognitif namun
ia lebih kepada afektif dan psikomotoriknya. Untuk membuat akhlak
yang baik tidak cukup hanya dengan sebatas tahu ilmu/dasarnya saja
tetapi juga harus ditujukkan dalam sikap dan dicerminkan dalam
perbuatan. Hal ini sangat berbeda dengan pendidikan Matematika,
Biologi, dan sejenisnya yang berbau eksak. Disinilah kekeliruan
pendidikan akhlak selama ini, pendidikan akhlak itu bukan ilmu,
akhlak itu kepribadian. Sehingga terjadi ketidaktepatan dalam pola
pendidikan yang ada lebih mengacu kepada kognitifnya saja. Maka,
pendekatan yang dapat digunakan ialah lewat Pendidikan Agama Islam
di sekolah karena di dalamnya dikemas materi yang tidak hanya
menuntut siswa memahami teori semata namun justru lebih dituntut
kepada pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari. Ketika guru
mengajarkan shalat, maka ia tidak sebatas hanya mengejarkan bacaan
shalatnya saja namun secara otomatis juga memerlukan praktik secara
langsung yang melibatkan ketiga aspek pembelajaran tersebut.
Dalam perspektif psikologis guru adalah role model yang
perilakunya akan diimitasi oleh siswanya. Pada ranah yang lebih
tinggi, anak-anak akan mengidentifikasikan diri dengan gurunya,
menginternalisasikan sistem nilai, perilaku, dan pola kebiasaan
sang guru. Dengan demikian sesungguhnya karakter anak didik akan
sangat tergantung dari karakter pendidiknya. Pendidikan yang
ditangani oleh guru yang berkarakter akan melahirkan generasi yang
berkarakter, guru sebagai sentral pengamatan dan teladan bagi anak
didiknya.
19Urgensi Peran Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Penguatan
Karakter Siswa Dalam Perspektif Agama Islam
Peran guru bukan sekedar mentransfer pelajaran kepada peserta
didik, akan tetapi lebih dari itu guru bertanggungjawab membentuk
karakter peserta didik sehingga menjadi generasi yang cerdas, saleh
dan terampil dalam menjalani kehidupannya. Peran guru Pendidikan
Agama Islam terkait dengan penguatan karakter bisa dilihat dari
beberapa aspek. Pertama, guru PAI sebagai informator yang
senantiasa memberikan informasi serta pengetahuannya terkait dengan
amalan-amalan yang diajarkan di dalam Agama Islam. Dengan demikian,
maka anak didik akan mengetahui konsepnya terlebih dahulu. Kedua,
peran guru PAI sebagai inspiratordimana guru bisa memberikan
teladan yang baik bagi anak didik dan menjadi role model yang baik
pula. Sehingga anak didik akan merasa terinspirasi dari keteladanan
yang diberikan oleh sang guru hingga mereka bisa mengamalkan
konsep-konsep yang telah guru ajarkan sebelumnya. Ketiga, peran
guru PAI sebagai korektor, guru harus dapat menanamkan dalam diri
siswa mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Guru harus
senantiasa menegur jika siswa tersebut melakukan kesalahan lewat
sistem reward and punishment. Keempat, guru PAI sebagai fasilitator
yang menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan
belajar anak didik, serta menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan. Kelima, guru PAI sebagai motivator, yang senantiasa
mendorong anak didik agar bergairah dan bersemangat melaksanakan
kewajiban serta menghindari segala larangan agama. Dari kelima
peran tersebut kita dapat melihat betapa pentingnya kedudukan
seorang guru Pendidikan Agama Islam dalam mengawal karakter anak
didik kita.
Anak-anak adalah generasi yang akan menentukan nasib bangsa
dikemudian hari. Karakter anak-anak yang terbentuk sejak sekarang
akan sangat menentukan karakter bangsa dikemudian hari. Proses
pembinaan dan pendidikan karakter harus menjadi usaha sadar dan
terencana karena karakter tidak dapat dibentuk dengan mudah dan
dalam waktu yang singkat. Pendekatan yang bisa digunakan adalah
lewat pendekatan keagamaan internalisasi religiusitas anak didik
yang harus dibangun karena lewat pendekatan itu karakter anak akan
terbentuk. Sebagaimana diketahui bahwa Agama Islam mengajarkan
keteladanan-keteladanan yang ada pada diri Rasulullah supaya umat
Islam mempunyai petunjuk sehingga yang ada hanyalah manusia-manusia
yang berakhlak. Tentu penguatan terhadap pendidikan karakter
tersebut bukanlah hanya tugas seorang guru namun merupakan
kewajiban kita bersama mulai dari taraf keluarga, sekolah serta
masyarakat secara umum dalam mengawal kualitas pendidikan kita agar
menghasilkan generasi-generasi yangberkarakter dan berakhlak
mulia.
*) Pengawas PAI Kemeg kota Yogya
20 WARTA GURUB u l e t i n
MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN
2018
Melompat Memperjelas Kelipatan
Oleh: Paimun*)
PENDAHULUAN
Ketuntasan mempelajari materi pelajaran kelipatan pada
Matematika merupakan tujuan pembelajaran. Pembelajaran tuntas
(mastery learning) merupakan pendekatan dalam sebuah pemelajaran
dimana siswa harus menguasi secara tuntas standar kompetensi mata
pelajaran tertentu (Abdul majid, 2013 :152).Indikatornya semua
peserta didik mendapatkan nilai sama atau lebih dengan nilai
kriteria ketuntasan minimal (KKM). Contohnya KKM yang ditetapkan 75
maka dinyatakan tuntas apabila nilai yang diperoleh 75 atau lebih.
Bentuknya soal ujian pilihan ganda 40 nomor soal, minimal harus
benar menjawab 30 soal.
Di kelas sebagian anak tingkat kecerdasannya rendah sehingga
untuk memenuhi nilai KKM mengalamai kesulitan. Menurut Jenning dan
Dunne (Fauzi, 2009 : 1) Kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam
mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan real. Jawaban
salah lebih dari 10. Meskipun telah dijelaskan berulang-ulang tetap
saja hasilnya di bawah KKM. Disuruh bertanya memilih diam.
Diberikan soal latihan, tidak dikerjakan. Guru harus ekstra sabar
mendidik dan mengajar kelompok anak dengan kecerdasan di bawah
rata-rata.
Guru perlu menggunakan model. Menurut Joyce (Trianto, 2011:22),
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas
atau pelajaran dalam teritorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku,
film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Model yang dipilih
melompat bersama. Melompat dilakukan oleh peserta didik. Contohnya
mencari kelipatan 2. Dua anak melompat bersama, disusul oleh 2 anak
lagi, dan seterusnya. Terus sampai menemukan 5 angka hasil
kelipatan/ lompatan. Kemudian menghitung jumlah anak yang telah
melompat. Ternyata, hasilnya 2, 4, 6, 8, 10, dan seterusnya. Angka
2, 4, 6, dan seterusnya adalah kelipatan 2.
Apabila anak tidak tuntas dan dibiarkan bakal mengalami
kesulitan mengikuti materi berikutnya. Pada hal ketuntasan tidak
berkaitan dengan bakat anak. Caroll (Oemar Hamalik, , 2009: 84)
menyatakan bahwa sesungguhnya bakat merupakan ukuran mengenai waktu
yang diperlukan untuk mempelajari suatu tugas pada jenjang tertentu
dalam kondisi pengajaran yang diharapkan. Misalnya kelipatan
persekutuan, kelipatan persekutuan terkecil (KPK), dan penerapan
dalam kehidupan. Ketiganya merupakan pengembangan dari kelipatan.
Oleh karena itu harus ditanamkan dengan kuat konsep tersebut.
Tujuannya anak mudah mengikuti materi pelajaran berikutnya dengan
kesulitan soal yang lebih tinggi dan beragam.
Kelipatan bilangan merupakan materi abstrak..Perlu menggunakan
benda riil untuk memvisualisasikan. Benda itu anak-anak sendiri
dengan melakukan lompatan. Tentu saja melompat dengan aturan yang
ditentukan. Misalnya untuk menemukan kelipatan
TeknologiPendidikan
21Melompat Memperjelas Kelipatan
2. Jumlah anak yang melompat dua orang untuk sekali lompatan.
Lompatan pertama sebagai kelipatan pertama. Lompatan kedua sebagai
kelipatan kedua, dan seterusnya.
Sebelum kegiatan pembelajaran guru mengajak anak-anak di
halaman. Kemudian membentuk barisan dan petugas, yakni pemimpin
barisan, pasukan, penghitung, dan pencatat. Pemimpin barisan
menyiapkan pasukan dan memberi aba. Pasukan adalah semua anak kelas
4A. Penghitung bertugas menghitung anak yang telah melompat.
Pencatat tugasnya mencatat angka terakhir hasil hitungan setelah
lompatan .
Setelah lompatan jumlah anak dihitung. Jumlah anak yang melompat
merupakan hasil kelipatan bilangan. Contohnya untuk menemukan
kelipatan bilangan 2. Setiap kali melompat 2 anak. Lompatan pertama
jumlahnya ada 2 anak. Lompatan kedua ada 4 anak. Lompatan ketiga
ada 6 anak, dan seterusnya. Jadi, kelipatan bilangan 2 adalah 2, 4,
6, 8, dan seterusnya. Jumlah anak yang melompat sesuai angka
kelipatan yang dicari.
Pada kelipatan 4 maka setiap periode melompat bersama dilakukan
oleh 4 anak. Pemberi aba memberikan perintah, 4 anak dari barisan
paling kiri melompat, jalan. Begitu seterusnya sampai anak dalam
barisan melompat sesuai perintah dan menemukan hasil kelipatan
bilangan yang diinginkan. Kelipatan bilangan yang dicari 4 maka
setiap lompatan dilakukan oleh 4 anak pula. Jika yang dicari
kelipatan 5 maka setiap lompatan terdiri dari 5 orang, dan
seterusnya.
KELIPATAN PERSEKUTUANSetelah peserta didik memahami materi
kelipatan guru melanjutkan materi
pelajaran berikutnya, yakni kelipatan persekutuan. Anak dibagi
dalam dua kelompok barisan. Pemimpin barisan ditambah satu orang
sehingga terdapat 2 barisan dengan 2 pemimpin. Pemimpin barisan
pertama untuk menemukan hasil dari kelipatan 2. Pemimpin barisan
kedua bertugas menemukan hasil dari kelipatan 3.
Setelah barisan rapi pemimpin pertama memberikan aba-aba, Dua
anak paling kiri, melompat satu kali, jalan, perintahnya.
Dilanjutkan pemimpin pasukan memberi perintah, Tiga anak paling
kiri, melompat satu kali, jalan, komando sang pemimpin. Demikian
kedua pemimpin memberikan perintah secara konsisten dan bergantian.
Jangan lupa penghitung dan penulis melaksanakan tugas untuk
menghitung dan mencatat.
Hitungan dan catatan menemukan hasil kelipatan bilangan 2 adalah
2, 4, 6, 8, 10, 12, 14. Kelipatan 3 adalah 3, 6, 9, 12, 15. Semua
peserta didik saat menemukan jumlah anak sama serentak diminta
mengatakan, Sekutu. Kata sekutu diucapkan tepat pada angka 6 dan12.
6 dan 12 adalah kelipatan persekutuan dari 2 dan 3. Terlihat nyata
dan dibuktikan dengan barisan sehingga mengurangi verbalisme.
Kelipatan bilangan lainnya mudah ditemukan sendiri oleh anak
setelah konsep kelipatan dan kelipatan persekutuan tuntas dikuasai.
Guru melanjutkan membuat soal 5 lebih dahulu. Setelah dengan lima
soal anak tuntas dilanjutkan dengan 10 soal dan seterusnya.
Pengamatan terus dilakukan supaya anak benar-benar memahami dan
menguasai konsep dan pengembangan materi pelajaran dengan
benar.
KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL
Tuntas menguasai kelipatan dan kelipatan persekutuan dilanjutkan
mencari dan menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK).
Misalnya mencari KPK dari 3 dan 4. Dimulai dari mencari kelipatan
3, yakni 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, dan seterusnya.
Selanjutnya mencari kelipatan 4, yaitu 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28,
32, dan seterusnya.
22 WARTA GURUB u l e t i n
MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN
2018
Sampai dengan ditemukan bilangan tiga puluhan, yakni 30 dan 32
terdapat bilangan persekutuan yang sama, yaitu 12 dan 24.
Bilangan persekutuan 12 dan 24 nilainya lebih kecil 12 sehingga
merupakan KPK dari 3 dan 4. Guna menjajagi kemampuan anak perlu
dibuatkan 3 contoh. Setelah 3 contoh mampu dituntaskan diberikan
soal untuk latihan sebanyak 5 soal. 5 soal terselesaikan dengan
benar ditambah menjadi sepuluh, lima belas, dua puluh dan
sebagainya. Guru sangat tahu kemampuan anak dalam kelas yang
menjadi tanggung jawabnya.
Apabila sebagian anak belum tuntas perlu dilakukan program
bimbingan anak sebaya. Guru mengamati dan memantau supaya
pelaksanaan berjalan lancar dan sukses. Jika ada ada pertanyaan dan
tambahan penjelasan siap memberikan layanan. Demikian pula kalau
ada anak yang kurang sabar mengelola bimbingan, seperti sudah
dijelaskan tetapi peserta tetap belum jelas. Intervensi segera
dilakukan oleh guru supaya kegiatan dan suasana kelas tetap
kondusif untuk pembelajaran.
PENERAPAN DALAM KEHIDUPAN
Ilmu itu nyata kebermanfaatannya jika mampu diimplementasikan
dalam kehidupan nyata. Kelipatan persekutuan terkecil (KPK) sebagai
konsep ilmu dapat diterapkan untuk menghitung dan memprediksi
terjadinya kebersamaan. Misalnya bersama berenang, senam, kursus,
lampu menyala, dan sebagainya. Contohnya Adi berenang setiap 4 hari
sekali dan Budi setiap 5 hari sekali. Waktu berenang bersama bisa
dihitung dan diprediksi menggunakan konsep KPK.
Untuk menemukan jawaban benar dari jadwal berenang Adi dan Budi
dihitung menggunakan konsep KPK. Langkah pertama menemukan
kelipatan jadwal berenang, yakni 4 dan 5. Kelipatan 4 adalah 4, 8,
12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40, dan 44, dan seterusnya. Kelipatan
5, adalah 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, dan seterusnya. Hasil
kelipatan keduanya ditemukan kelipatan persekutuan, yaitu 20 dan
40. Jadi, Adi dan Budi berenang bersama pertama pada hari ke dua
puluh. Bersama lagi pada hari ke empat puluh.
Demikian pula untuk mengembangkan materi soal dibuat untuk
kegiatan faktual lain dan jadwal yang berbeda, misalnya senam.
Cindra senam setiap 6 hari, Dinda setiap 5 hari. Kapan mereka
berenang bersama yang ketiga kalinya? Jawabannya tetap mengacu pada
konsep mencari kelipatan kedua bilangan, menemukan kelipatan
persekutuan. Menemukan KPK, mengalikan KPK dengan 1, 2, dan 3. Jadi
Cindra dan Dinda berenang bersama untuk yang ketiga pada hari
ke-90. Diperoleh dari KPK 5 dan 6 adalah 30. 30 dikalikan 3 sama
dengan 90.
Pengembangan dan variasi soal perlu dikembangkan oleh guru. Jika
konsep keilmuannya sudah mantab guru lebih baik menyusun soal yang
menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi atau higher order
thinking skills (HOTS). Menurut Newman dan Wehlage (Widodo,
2013:162) dengan high order thinking peserta didik akan dapat
membedakan ide atau gagasan secara jelas, berargumen dengan baik,
mampu memecahkan masalah, mampu mengkonstruksi penjelasan, mampu
berhipotesis dan memahami hal-hal kompleks menjadi lebih jelas.
Soal bukan sekedar mengingat konsep semata tetapi memerlukan
tahapan-tahapan berpikir sampai menemukan jawaban. Guru dan
Indonesia belum terbiasa menyusun soal HOT. Akhirnya anak juga
belum mendapatkan soal tersebut untuk dikerjakan.
23Melompat Memperjelas Kelipatan
Dampak berikutnya peserta didik Indonesia prestasinya sangat
rendah dalam (1) memahami informasi yang kompleks; (2) teori,
analisis, dan pemecahan masalah; (3) pemakaian alat, prosedur dan
pemecahan masalah; dan (4) melakukan investigasi (Widana, 2016; 2).
Oleh karena itu guru perlu mendapatkan Diklat penyusunan soal HOTS
sejak dari jenjang SD sampai SLTA. Tujuannya untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan guru dan juga meningkatkan kemampuan
bernalar anak sehingga meningkatkan mutu pendidikan. Masyarakat
telah sadar mutu sehingga memilih sekolah juga yang bermutu.
Sekolah kurang bermutu sepi peminat.
SIMPULAN DAN SARAN
Marilah kita sebagai guru dan pendidik melakukan inovasi
pembelajaran. Tujuannya untuk meningkatkan hasil belajar, khususnya
tentang Kelipatan, kelipatan persekutuan, kelipatan persekutuan
terkecil (KPK), dan penerapannya dalan kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pengalaman pembelajaran yang telah dilakukan diberikan
kesimpulan sebagai berikut:1. Pelajaran matematika, termasuk
kelipatan merupakan kelipatan, kelipatan
persekutuan, kelipatan persekutuan terkecil (KPK), dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari termasuk hal abstrak
2. Materi pelajaran abstrak menyulitkan peserta didik untuk
segera menuntaskan pelajaran yang dilakukan.
3. Guru perlu menjembatani materi pelajaran abstrak yang
dajarkan menjadi riil (nyata) menggunakan model, yakni melompat
bersama
4. Konsep yang telah dikuasai dengan baik dilanjutkan memberikan
soal yang tingkat kesulitannya menuntut berpikir tingkat tinggi
(HOTS)
Berkaitan dengan pembelajaran menggunakan model melompat
diberikan beberpa saran sebagai berikut:1. Guru perlu menyiapkan
anak dengan baik dan tertib sehingga anak fokus dan
menyenangi materi yang dipelajari2. Guru kelas empat sebaiknya
menggunakan model melompat karena terbukti
meningkatkan pengetahuan kelipatan, kelipatan persekutuan,
kelipatan persekutuan terkecil (KPK), dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Konsep kelipatan, kelipatan persekutuan, kelipatan
persekutuan terkecil (KPK) perlu ditekankan dan diberikan penguatan
setiap mengakhiri pembelajaran.
4. Pemberian soal HOTS setelah konsep kelipatan, kelipatan
persekutuan, kelipatan persekutuan terkecil (KPK) tuntas dikuasai
peserta didik.
*) Guru SDN Wonosari 1
24 WARTA GURUB u l e t i n
MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN
2018
Lewat O2SNMendikbud Ingin Siswa Tingkatkan Prestasi
Yogyakarta, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Prof. Muhadjir
Effendy membuka secara langsung pelaksanaan Olimpiade Olahraga
Siswa Nasional (O2SN) yang diikuti 1938 siswa se Indonesia yang
terdiri dari siswa siswi tingkat SD, SMP, SMA, SLB baik negeri
maupun swasta termasuk dari madrasah. Pembukaan diselenggarakan di
Sportorium UMY Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Ngebel,
Bantul, Darah Istimewa Yogyakarta, Senin (17/9/2018).
Mendikbud RI Prof. Muhadjir Effendy dalam sambutannya mengatakan
bahwa O2SN tahun ini cukup istimewa karena dilaksanakan tepat
setelah Indonesia baru saja dipercaya dan sukses menjadi tuan rumah
penyelenggara Asian Games 2018 .kita telah menunjukkan keberhasilan
dalam 2 bidang selain sebagai tuan rumah juga sekaligus menjadi
salah satu peserta asian games yang telah berhasil meraih 32 emas
dan berada pada peringkat ke 4 seasia ungkapnya
Ditambahkannya dimana salah satu peserta yang meraih medali emas
merupakan alumni dari O2SN ini.saya pesan kepada para peserta dari
seluruh kontingen untuk memberikan prestasi yang terbaik dalam O2SN
ini tambahnya.
Saat ini pemerintah pusat sedang mempersiapkan untuk penyambutan
olimpiade internasional yang akan diselenggarakan di Tokyo Jepang,
diharapkan alumni O2SN akan ikut ambil bagian dalam even
internasional ini. Ia menegaskan dibutuhkan kerja keras, jujur,
sportif, usaha keras, dan percaya diri agar menjadi yang terbaik
atau pemenang.
Selamat datang di olimpiade kejuaraan nasional tahun 2018
selamat bertanding dan saya menunggu prestasi kalianpungkas .
Pembukaan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional 2018 ditandai dengan
memanah gaya jemparingan oleh Bapak Mendikbud. Pelaksanaan O2SN ini
bertujuan untuk membina dan mengembangkan bakat minat serta
prestasi siswa dalam bidang olahraga serta membentuk karakter
siswa, menumbuhkan sifat saling mengargai antar peserta didik dari
seluruh indonesia sesuai dengan tema tahun ini yakni aktualisasi
potensi bakat dan prestasi siswa .
Peserta dari berbagai kontingen ini akan berlaga dalam lomba
dari 134 cabang olahraga yang mana akan memperebutkan 448 medali
yakni 138 emas 138 perak dan 172 perunggu.
25
Lensa BTKP
DIY Raih Juara UmumOlimpiade Olahraga Siswa Nasional 2018
Jenjang SD
Pada hari Kamis malam (20/09/2018) di Ballroom Hotel Sahid Jaya
Yogyakarta diadakan Upacara Penutupan O2SN sekaligus pengumuman
juara umum serta penghargaan team fairplay. O2SN tingkat sekolah
dasar dilaksanakan 4 hari di Hotel Sahid Jaya Yogyakarta, Stadion
Atletik AAU DIY, Universitas Negeri Yogyakarta dan GOR Pangukan
Tridadi Sleman. Drs. Setiawan Witaradya, MA., Kasi Bakat dan
Prestasi Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar dalam sambutannya
menyebutkan bahwa O2SN Jenjang SD tahun ini berjalan lancar.
Selama gelaran O2SN 2018 terdapat 34 Kontingen yang mengirimkan
atlit-atlit Sekolah Dasar (SD) terbaik dari masing-masing provinsi
untuk merebutkan 126 medali yang terdiri dari 38 emas, 38 perak dan
50 perunggu di 6 cabang olahraga yang berbeda, yaitu kids
athletics, renang, bulutangkis, senam, pencak silat dan karate.
Sejumlah 616 peserta (387 atlit, 195 pelatih dan 34 ketua tim)
bersaing dalam O2SN dengan semangat tinggi. Selain memperebutkan
medali di setiap cabang olahraga, peserta juga memperebutkan gelar
juara Team Fairplay di setiap cabang olahraga dan juara umum O2SN
2018. Pemilihan juara fair play didasarkan pada aspek kejujuran,
persahabatan, rasa hormat dan tanggung jawab dalam pertandingan dan
aspek perilaku pelatih, official dan supporter.
Atlit yang berhasil memenangkan perlombaan, selain medali juga
akan diberikan piagam dan uang pembinaan, sementara bagi seluruh
siswa lolos seleksi keabsahan atau dengan kata lain bagi seluruh
peserta O2SN jenjang SD akan diberikan beasiswa bakat dan
prestasi.
Drs. Setiawan Witaradya, MA, menyampaikan harapannya untuk
atlit-atlit muda yang mengikuti O2SN tingkat SD Tetaplah berlatih,
berjuang dan terus kembangkan kemampuan. Karena kami yakin di masa
depan alumni O2SN akan menjadi atlit yang sukses , yang
membanggakan dan mengharumkan nama bangsa ujarnya.
Di akhir acara diumumkan juara umum dan juara team fairplay di
setiap cabang olahraga. Penghargaan team failrplay diberikan kepada
Kalimantan Barat (kids athletics), Jawa Tengah (bulutangkis), Jawa
Timur (renang), D.I Yogyakarta (senam), Nusa Tenggara Barat
(karate) , dan Jawa Barat (silat).
Selain sukses sebagai tuan rumah O2SN 2018, DIY juga berhasil
meraih prestasi tertingginya di O2SN jenjang SD, yaitu merebut
gelar Juara Umum. Di depan mata kita telah lahir bibit-bibit belia
atlit olahraga DIY. Semoga ke depannya prestasi mereka akan semakin
tinggi, untuk DIY dan untuk Indonesia.
26 WARTA GURUB u l e t i n
MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN
2018
Lensa BTKP
Setelah sebelumnya Kegiatan Anugerah Kihajar tingkat Daerah
telah dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus hingga 31 Agustus 2018.
Pada kegiatan tersebut ada beberapa serangkaian kegiatan
diantaranya adalah, Lomba Kuis Kihajar untuk siswa SD/MI, SMP/MTs,
dan SMA/MA se-DIY, Lomba Menggambar untuk siswa SLB se-DIY, Lomba
Apps Mobile bagi Guru, Lomba Implementasi Inovasi Media dengan
iPad, Lomba Penyiar Radio bagi Siswa SMP/SMA/SMK Se-DIY , Lomba
Video Edukasi Siswa dan Guru se-DIY, Lomba Fotografi untuk Siswa ,
dan juga Seminar Lokakarya Pendidikan, serta Pameran
Pendidikan.
Dari beberapa lomba tersebut Lomba Kuis Kihajar adalah lomba
yang berjenjang hingga taraf nasional. Untuk mempersiapkan para
peserta yang akan ikut bertanding pada jenjang nasional Balai
Tekkomdik DIY akan membekali para peserta terlebih dahulu dengan
Training Center. Training Center Peserta Lomba Kuis Kihajar 2018
dibuka langsung oleh
Kepala Balai Tekkomdik DIY, Dra. Isti Triasih pada hari Senin
(12/09/2018).
Pada Training Center ini dipilih 18 siswa terbaik dari
masing-masing jenjang, yakni dari jenjang SD/MI,SMP/MTs,SMA/MA
untuk mengikuti Training Center di Hotel LPP Garden, Depok, Sleman.
Selanjutnya, akan dipilih tiga peserta terbaik untuk mewakili
Yogyakarta di Anugerah Kuis Kihajar 2018 tingkat Nasional.
Pada Training Center ini siswa dan siswi diberikan pembekalan
dalam teknik presentasi mulai dari publik speaking dan juga membuat
media presentasi yang baik dan benar. Dan pada penghujung Training
Center terpilihlah tiga siswa terbaik di tiap jenjang, antara lain
perwakilan SD, Kayla dari SD Percobaan 3, Perwakilan dari SMP
Erlangga dari SMP 4 Pakem, dan terakhir perwakilan SMA Bimo dari
SMA Kesatuan Bangsa.
TRAINING CENTER KIHAJAR 2018
27
Lensa BTKP
GEBYAR ANUGERAH KIHAJARTahun 2018
Balai Tekkomdik Dinas DIKPORA DIY melaksanakan salah satu event
besarnya, event ini yang berlangsung satu tahun sekali yaitu Lomba
Gebyar Anugerah Kihajar. Kegiatan Lomba Gebyar Anugerah Kihajar
Tahun 2018 kali ini berlangsung mulai dari Rabu, 29 Agustus 2018
sampai dengan Hari Jumat, 31 Agustus 2018. Kegiatan ini dibuka
meriah dengan tari- tarian yang memvisualisasikan layanan portal
utama milik Balai Tekkomdik Dinas DIKPORA DIY yaitu Layanan
JOGJABELAJAR (JB). Kegiatan ini juga dibuka secara simbolis dengan
memukul gong sebanyak 3 kali oleh Kepala Balai Tekkomdik Dinas
DIKPORA DIY, Dra. Isti Triasih.
Gebyar Anugerah Kihajar 2018 merupakan wadah untuk menampung dan
mengapresiasi pemanfaatan TIK untuk Pendidikan dalam bentuk
perlombaan. Tahun ini Balai Tekkomdik Dinas
DIKPORA DIY mengadakan 10 macam lomba mulai dari kategori
SD,SMP,SMA/SMK dan untuk tenaga pendidik dari berbagai jenjang.
Adapun 10 macam lomba yang berlangsung dalam Lomba Anugerah Kihajar
Tahun 2018 yaitu Kuis Kihajar Jenjang Sdkuis Kihajar Jenjang Smp,
Kuis Kihajar Jenjang Sma, Lomba Menggambar Jenjang Slb, Lomba Band
Ipad, Lomba Penyiar Radio, Lomba Video Edukasi Siswa & Guru,
Lomba Fotografi Pendidikan, Lomba Aplikasi Mobile. Selain lomba
diatas juga diadakan LOKAKARYA Pendidikan yang diikuti oleh 100
peserta dari tenaga pendidik atau guru se-DIY yang diadakan di
Edotel SMK N 6 Yogyakarta.
Balai TEKKOMDIK Dinas DIKPORA DIY mengharapkan Kegiatan Gebyar
Anugerah Kihajar menjadi arena bagi guru dan siswa untuk
mengaktualisasikan diri melalui berbagai macam kegiatan yang
diikuti.
28 WARTA GURUB u l e t i n
MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN
2018
Lensa BTKP
Membangun Gaya Belajar Generasi Z
Oleh : Widiatmoko Herbimo *)
PENDAHULUAN
Perjalanan pendidikan senantiasa hidup dalam suatu dunia yang
terus berubah seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan
perubahan demografi. Jika dunia pendidikan tidak menyelaraskan diri
dengan perkembangan jaman tersebut, pendidikan akan menjadi usang
dan tidak selaras dengan kemajuan di milenium kedua ini. Generasi
muda saat ini, yang disebut juga Generasi Z atau Net Generation,
mempunyai karakteristik yang membuat mereka berbeda dengan generasi
terdahulu. Jika dunia pendidikan tidak membuat upaya untuk
memetakan profil khas pembelajar ini dan merancang pola
pembelajaran yang sesuai, akan terbentuk kesenjangan antara
keduanya. Pendidik di zaman informasi ini harus mempunyai
kecenderungan gaya belajar aktif, sequential, sensing, dan
visual.
Pendidik aktif harus mudah belajar dengan melakukan sendiri apa
yang sedang dipelajari. Oleh karena itu, mata pelajaran yang
terlalu banyak bersifat ceramah dan komunikasi satu arah serta
terpusat kepada pendidik (teacher-centered) tidak akan cocok dengan
mereka yang disebut Generasi Z. Sebaliknya, pembelajaran yang
membuat mereka menerapkan teori dan melakukan sendiri apa yang
sedang dipelajari akan dengan mudah menarik minat dan pada
gilirannya kemampuan belajar mereka, karena mereka menyukai gaya
belajar sequential, yaitu gaya belajar mencari data sendiri dengan
materi yang disuguhkan secara runtut, berurutan secara logis, dan
dengan jelas terkait antara satu dengan lainnya. Keunikan generasi
Z, cenderung melakukan gaya multitasking, yaitu melakukan beberapa
pekerjaan bersamaan. Mereka senang dengan persoalan-persoalan yang
membutuhkan pengambilan keputusan yang cepat, dikarenakan andalan
mereka adalah internet yang merupakan sumber melimpah dalam
pendukung pengambilan keputusan. Membelajarkan anak generasi Z akan
menjadi hal sulit jika pendidik masih menerapkan gaya masa lalu,
seperti menggunakan metode Duduk Dengar Catat Hapal (DDCH). Kini
bukan zamannya lagi peserta didik untuk duduk menghabiskan waktu
dengan mendengarkan, merangkum dan menuliskan PR di buku tulis.
Seiring perkembangan zaman, pendidik harus meninggalkan cara lama
agar sukses membimbing generasi Z menghadapi masa depan. Sangat
diperlukan inovasi dalam mengajar anak generasi Z, karena mereka
mempunyai konsep berpikir yang berbeda. Lingkungan generasi Z bukan
hanya alam nyata, tetapi juga alam maya. Seiring dengan berjalannya
waktu, kebutuhan manusia semakin berkembang dan bertambah. Penemuan
teknologi-teknologi baru menjadi salah satu faktor penunjang
bertambahnya kebutuhan baru dalam segala bidang, termasuk pada
bidang pendidikan. Inovasi-inovasi baru lahir seiring dengan
berkembangnya teknologi dan kebutuhan pendidik dan terutama peserta
didik.
Opini
29Membangun Gaya Belajar Generasi Z
GENERASI Z
Tak Kenal Maka Tak Sayang, Tak Sayang Maka Tak Kenal.,
Peribahasa usang yang memiliki makna yang dalam dan hampir semua
orang sudah pasti memahami maknanya secara mendalam . Pengetahuan
pendidik tentang karakteristik serta sikap-sikap yang akan terjadi
pada diri peserta didik setidaknya dapat membantu pendidik
mencintai anak, karena pada hakikatnya dasar pendidikan itu adalah
mengasuh dan mencintai anak, sebab itu sudah sewajarnya pendidik
untuk mengetahui karakteristik anak didiknya.
Generation Theory awalnya berkembang di Amerika Serikat. Para
pengamat yang mencetuskan teori ini beranggapan bahwa orang-orang
yang lahir di masa tertentu memiliki kemiripan karakteristik satu
sama lain. Hal ini bisa terjadi karena masing-masing kelompok
generasi mendapatkan informasi perkembangan teknologi, tren, dan
gaya hidup yang hampir sama. Dengan demikian, kemiripan itu dapat
terwujud meski setiap individu dibatasi oleh perbedaan tempat
tinggal, latar belakang kehidupan, pendidikan, dan budaya. Para
ilmuan Generation Theory membagi generasi ini menjadi beberapa
kelompok generasi diantaranya : Generasi Baby Boomer adalah manusia
yang lahir di tahun 1946-1964, Generasi X adalah manusia yang lahir
di tahun 1965-1980, Generasi Y adalah manusia yang lahir di tahun
1981-1994, dan terakhir Generasi Z. Namun mungkin masih banyak
orang yang tidak paham dengan istilah generasi Z. Padahal istilah
yang satu ini terbilang populer di bidang psikologi umum dan
character building.
Membahas tentang generasi Z memang seru dan seakan tidak ada
habisnya, sebab masing-masing generasi memiliki karakteristi