8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole
1/24
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 1 : BIDANG ENERGI I.26
PENYELIDIKAN BATU BARA DI DAERAH MANGOLE DAN SEKITARNYA KABU-
PATEN KEPULAUAN SULA,MALUKU UTARA
Oleh :
Untung Triono *
Mulyana**
*KPP Energi Fosil
** Laboratorium Fisika Mineral
SARI
” Formasi pembawa batubara di Kepulauan ini adalah Formasi Bobong yang berumur Yura, batubaratersebar di Kepulauan Sulabesi dan Kep.Taliabu, kualitas batubara di kedua lokasi adalah sebagaiberikut Untuk conto SN -01 batubara di kepulauan Sulabesi didapatkan hasil analisa kimia adalah Free
Moisture (ar). 19,52 %, Total moisture (ar). 27,16%. Untuk analisa proksimat yang meliputi Moisture(adb).9,49%. Volatile Matter (adb). 41,97%. Fixed Carbon (adb).37,62%. Ash (adb) 10,92 %. TotalSulphur (adb). 3,10 % dan mempunyai nilai kalori (adb) sebesar 5523 cal/gr.
Sedangkan untuk analisa Ultimate, diketahui kandungan Karbon (daf) 71,73 %, Hydrogen (daf) 3,88 %.Nitrogen (daf) 1.07 %, sulfur (daf) 3,90% dan Oxigen (daf), 19,42 %.
Conto ini di ambil dari singkapan tunggal di P.Sulabesi yang mempunyai ketebalan 30 cm, batubarahitam berkilat, keras, concoidal yang tersingkap pada tebing yang mengalami ke longsoran, top danbottom lapisan ini berupa batulempung abu-abu, masive kompak dan berlapis.
Conto no 2. pada lokasi TA-01 A, adalah Free Moisture (ar). 5,20 %, Total moisture (ar). 7,47%. Untukanalisa proksimat yang meliputi Moisture (adb).2,50%. Volatile Matter (adb). 49,62%. Fixed Carbon(adb).31,50%. Ash (adb) 16,38 %. Total Sulphur (adb). 8,01 % dan mempunyai nilai kalori (adb) sebesar6580 cal/gr. Conto ini di ambil di daerah batubulan dipinggir sungai dan merupakan lapisan atas dari
batubara yang tersingkap, ketebalan 3 m, lapisan ini di apit oleh batulempung abu-abu.Conto no.3. diambil dari lokasi yang sama dengan lokasi di atas dan merupakan lapisan bagian bawah
yang terendam oleh air, ketebalan terukur 1 m karena bottom lapisan tidak bisa di ketahui karenaterendam air. Hasil analisa adalah sebagai berikut,
Untuk conto TA -01B batubara di kepulauan Taliabu didapatkan hasil analisa kimia adalah Free Moisture (ar). 4,78 %, Total moisture (ar). 7,38%. Untuk analisa proksimat yang meliputi Moisture(adb).2,73%. Volatile Matter (adb). 50,31%. Fixed Carbon (adb).34,08%. Ash (adb) 12,88 %. TotalSulphur (adb). 3,78 % dan mempunyai nilai kalori (adb) sebesar 6919 cal/gr. Sumberdaya batubara
1.350.878,75 ton”
8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole
2/24
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pusat Sumberdaya Geologi merupakan salah
satu Pusat yang bernaung di bawah Badan
Geologi, salah satu tugas pokok dan fungsinya
adalah melaksanakan kegiatan penyelidikan
batubara, dimana hal ini dilaksanakan dalam
rangka mendukung program pemerintah untuk
mencari wilayah yang bisa dijadikan sebagai
wilayah pencadangan nasional untuk komoditiEnergi .
Penyelidikan yang dilaksanakan melalui pen-
danaan dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) tahun anggaran 2011, yaitu melaksana-
kan penyelidikan batubara di daerah kepulauan
Taliabu dan kepulauan Sulabesi yang dikenal
sebagai daerah Mangole Kabupaten Kepulauan
Sula, Provinsi Maluku Utara.
Penyelidikan ini diharapkan bisa memberi-
kan data tambahan pada data base batubara
nasional, sehingga data potensi batubara
nasional menjadi semakin lengkap.
1.2 Maksud dan Tujuan.
Maksud penyelidikan ini adalah untuk meng-etahui pola sebaran serta ketebalan endapan
batubara di lokasi penyelidikan, dalam rangka
penyiapan wilayah pencadangan nasional.
Tujuannya adalah untuk penyediaan data
potensi sumberdaya batubara bagi pemerin-
tah sebagai salah satu upaya konservasi energi
yang diperlukan untuk menjaga dan memeli-
hara pasokan energi di masa yang akan datang
1.3.Lokasi Kegiatan dan Kesampaian Daerah
Penyelidikan
Daerah yang diselidiki terdiri dari 2 (dus) lokasi,
secara administrasi lokasi penyelidikan meru-
pakan wilayah kabupaten Kepulauan Sula,
provinsi Maluku Utara dan secara Geografis
lokasi pertama tercakup dalam koordinat 2˚ 00΄
00˝ – 02˚ 30΄ 00˝ LS – 120˚ 50΄ 00˝ – 120˚ 70΄
00˝ BT. meliputi kepulauan Sula Besi, sedan-
gkan lokasi ke dua yang terletak di kepulauan
Taliabu tercakup dalam koordinat 125˚ 25΄ 00˝– 124˚ 40΄ 00˝ BT – 1˚ 37΄ 00 ˝– 1˚ 45΄ 00˝ LS.
Untuk mencapai lokasi penyelidikan dapat
di lakukan dengan dua cara, antara lain, dari
Jakarta – Ternate dilanjutkan ke Sanana melalui
jalur laut, dengan waktu tempuh satu malam ke
Sanana, atau dari Jakarta – Ternate, dilanjutkan
ke Tikong dengan jalan laut melalui Falabisa-
haya , dengan waktu tempuh dua malam.
1.4.Keadaan Lingkungan.
Berdasarkan data yang di kutip dari web site
Pemda Kabupaten Sula , luas wilayah kabu-
paten Sula Kepulauan 24.082,30 km2, dengan
jumlah penduduk 124.784 jiwa yanag tersebar
dalam enam kecamatan dan 82 desa. Potensi
ekonomi daerah ini di dukung oleh berba-
gai sektor, seperti pertanian, perkebunan,kehutanan, perikanan, kelautan, pertamban-
gan , industri dan pariwisata.Sebagian besar
wilayah Maluku Utara bergunung-gunung dan
berbukit-bukit yang terdiri dari pulau-pulau
vulkanis dan pulau karang, sedangkan seba-
gian lainnya merupakan dataran. Penduduk
yang mendiami pulau-pulau Sulabesi, P.Taliabu
dan Mangole mayoritas adalah pendatang dari
8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole
3/24
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Sulawesi Selatan, P.Buton dan pulau-pulau
kecil sekitarnya, juga berbagai suku dari Jawa
dan Sumatera dan suku-suku lain yang meru-pakan pendatang yang bekerja sebagai Pegawai
Negeri maupun swasta pada perusahaan yang
ada di wilayah ini. Fasilitas kesehatan di pulau-
pulau ini cukup memadai, dimana di tiap
Kecamatan sudah tersedia layanan kesehatan
oleh Puskesmas dan Bidan desa, sedangkan
Fasilitas pendidikan sudahcukup maju, dimana
di ibu kota kabupaten Sanana sudah ada
sekolah dengan tingkatan Universitas, sekolahmenengah umum dan Kejuruan.
Pada daerah inventarisasi sebagian besar pen-
duduk asli memeluk agama Islam sedangkan
agama lain seperti Kristen dan Katolik di anut
oleh para pendatang dari luar pulau.
Wilayah Maluku Utara dipengaruhi oleh iklim
laut tropis dan iklim musim. Oleh karena itu
iklimnya sangat dipengaruhi oleh lautan dan
bervariasi antara tiap bagian wilayah yaitu iklim
Halmahera Utara, Halmahera Tengah, Halma-
hera Barat, Halmahera Selatan dan Kepulauan
Sula. Iklim didaerah Kepulauan Sula; terdiri
atas dua musim, musim Utara pada bulan Okto-
ber-Maret diselingi angin Barat dan pancaroba
pada bulan April dan musim Selatan pada bulan
April-September, diselingi angin Timur dan
pancaroba pada bulan September.
Sedangkan jenis curah hujan di deaerah Maluku
Utara adalah sebagai berikut:
1. Curah hujan antara 1000 mm - 2000 mm,
meliputi pulau Tobelo, pulau Mangote,
pulau Sulabesi, pulau Obi dan sekitarnya,
pulau Bacan dan sekitamya, pulau Halma-
hera bagian Selatan.
2. Curah hujan antara 2500 mm - 3000 mm,meliputi pulau Halmahera bagian Utara,
sebagian Kecamatan Ibu. Galela dan Loloda.
3. Sedangkan wilayah Iainnya adalah curah
hujan antara 2000 - 2500 mm per tahun.
Jenis tanah yang tersebar di Provinsi Maluku
Utara yaitu terdiri dari:
1. Jenis Tanah Mediteran terdapat di Pulau
Morotai bagian barat, timur dan selatan,
Pulau Doi Kecamatan Loloda.
2. Jenis Tanah Podsolik Merah Kuning ter-
dapat di Pulau Halmahera dan Utara ke
Selatan, Tobelo, Ibu, Obi bagian Timur,
Sanana, Pulau Taliabu, Wasiley, Oba, Weda,
Patani dan Maba.
3. Jenis Tanah Kompleks terdapat di Pulau
Morotai bagian Barat dan Timur, Obi bagian
tengah, Pulau Halmahera bagian tengah
sampai timur.
4. Jenis Latosol terdapat di Lologa, Calela,
Jailolo bagian Selatan, Cane Barat, Cane
Timur, Bacan, Obi, Wasilei, Weda dan Maba.
5. Jenis Tanah Regosol terdapat di Loloda,
Calela, Sahu, Kao, Pulau Ternate, Pulau
Makian, Pulau Obi di pesisir utara.
6. Jenis Tanah Alivial terdapat di Pulau Obi
bagian barat, Pulau Taliabu bagian utara
dan tenggara, Oba, Wasilei, Weda, Patani
dan Maba.
8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole
4/24
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Secara keseluruhan, penggunaan lahan di
Provinsi Maluku Utara didominasi oleh peng-
gunaan lahan hutan dan lahan perkebunan.Dan luas daratan seluas 45.069,66 Km2 dian-
taranya merupakan lahan perkebunan dengan
luas 830.683,6 Ha atau 8.306.836 Km2 dan luas
lahan hutan 534.409,0 Ha atau 5.344.090 Km2
serta selebihnya adalah lahan untuk sawah,
perumahan dan permukiman, tegalan dan ban-
gunan lainnya.
1.5.Waktu dan Pelaksana Kegiatan.
Pelaksanaan pekerjaan inventarisasi ini ber-
langsung dari tanggal 20 juni sampai dengan
30 Agustus 2011, selama 45 hari dan di lak-
sanakan oleh satu tim dari Pusat sumberdaya
Geologi terdiri dari satu orang ketua Tim dan
beberapa anggota
1.6.Penyelidik Terdahulu.
Para penyelidik terdahulu yang pernah mel-
akukan penyelidikan di daerah sekitar lokasi
penyelidikan adalah sebagai berikut.
-PT. Gerbang Multi Sejahtera, 2008, berupa
Laporan Survey Tinjau Sumberdaya Bijih Besi
dan mineral pendampingnya di daerah Pulau
Taliabu, Kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi
Maluku Utara.
- Kusnama, Pusat Survey Geologi, Fasies dan
lingkungan pengendapan Formasi Bobong
berumur Jura sebagai pembawa lapisan batu-
bara di Taliabu, Kepulauan Sanana- Sula,
Maluku Utara, 2008
-Surono dan Sukarna, D., 1993. Peta Geologi
Lembar Sanana, Maluku, skala 1:250.000. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Band-
ung.
GEOLOGI UMUM
Berdasarkan cekungan sedimen Tersier Indo-
nesia (Simanjuntak, 1992) Pulau Taliabu dan
P.Mangole termasuk kedalam cekungan
Sula, sedangkan berdasarkan Peta cekun-gan sedimen Indonesia (Badan Geologi, 2009)
merupakan bagian tersendiri yaitu termasuk
cekungan Taliabu- Mangole.
2.1. Stratigrafi Regional
Susunan stratigrafi Pulau Taliabu tersaji pada
Gambar 3. Runtunan batuan paling bawah ada-
lah Kompleks Batuan Malihan yang terdiri atas
sekis, genes, amfibolit, filit, argilit, dan kuarsit
yang diduga berumur Karbon. Ketebalan kom-
pleks ini diduga lebih dari 1000 m. Berdasarkan
hasil pentarikhan radiometri, batuan malihan
jenis sekis satuan ini berumur 305 + 6 juta
tahun atau Karbon (Sukamto,
Secara tak selaras di atas Kompleks Batuan
Malihan diendapkan Formasi Menanga yang
terdiri atas perselingan batugamping hablur,batupasir malih, batusabak, dan filit.
Tebal satuan Formasi Menanga yang diper-
kirakan 1000 m diendapkan dalam lingkungan
fluviatil - laut dangkal. Umurnya diperkirakan
Perem (Supandjono & Haryono, 1993; Surono
& Sukarna, 1993). Lokasi tipe berada di Sungai
Menanga Pulau Taliabu.
8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole
5/24
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Formasi Menanga ditindih tak selaras oleh
Batuan Gunung Api Mangole yang dikuasai
breksi gunung api, tuf terkersikkan, dan ign-imbrit. Terobos-an Granit Banggai terdiri atas
granit, diorit kuarsa, granodiorit, dan pegmatit
(Gambar 4) yang berumur Perem Akhir - Trias
(Sukamto, 1975a,b,c).
Secara tak selaras di atas batuan Paleozoikum
dan Trias diendapkan Formasi Bobong yang
terdiri atas breksi, konglomerat, dan batupasir
kuarsa di bagian bawah, dan perselingan serpihdan batulempung-batulumpur di bagian atas.
Setempat terdapat lensa batugamping, sisipan
batulanau, bintal pirit, dan lapisan batubara.
Berdasarkan fasies, runtunan batuannya ter-
diri dari batubara menunjukkan bahwa satuan
batuan Formasi Bobong ini diendapkan dalam
lingkungan fluviatil, peralihan, sampai laut dan-
gkal, dan diduga berumur Jura Awal - Tengah
Formasi Bobong tersebar luas di bagian barat,
utara dan timur Pulau Taliabu. Tebal formasi ini
sekitar 2000 m (Supandjono & Haryono, 1993),
dan terlipat dengan kemiringan lapisan batuan
rata-rata 20°-30°.
Secara selaras dan sebagian menjemari di
atas Formasi Bobong diendapkan Formasi
Buya yang terdiri atas serpih bersisipan batu-pasir dan konglo-merat, bintal batulempung
gampingan, dan oksida besi. Keberadaan fosil
foraminifera, belemnit, dan amonit terutama
dalam batuan serpih memberikan indikasi
kisaran umur Jura Tengah - Akhir. Lingkungan
pengendapan Formasi Buya adalah lingkungan
laut dalam sampai peralihan (Sato drr., 1978);
dan lingkungan laut dangkal, dalam, sam-
pai terbuka (Bizon drr., 1982). Tebal satuan ini
diduga lebih dari 1000 m.
Formasi Buya secara selaras ditindih oleh For-
masi Tanamu yang terdiri atas napal, kelabu
agak kecoklat- an, berlapis baik, dan tersebar di
bagian timur dan utara Pulau Taliabu. Surono &
Sukarna (1993) menjumpai adanya batugamp-
ing kapuran dan serpih pada seri napal
Formasi Tanamu ini. Formasi ini ber-umur
Kapur (Supandjono & Haryono, 1993; Surono
& Sukarna, 1993). Berdasarkan runtunannapal yang berasosiasi dengan batugamping
dan batupasir, maka lingkungan pengenda-
pan Formasi Tanamu adalah garis pantai - laut
dangkal. Tebal satuan batuan Formasi Tanamu
sekitar 300 m.
Secara tak selaras dan terpisah di atas For-
masi Tanamu diendapkan Formasi Salodik yang
terdiri atas batugamping dan napal (Surono &
Sukarna, 1993), sedangkan di Pulau Mangole
ada sisipan batupasir pada runtunan batugamp-
ing. Sebaran Formasi Salodik di Pulau Taliabu
dijumpai terutama di pantai utara bagian timur
dan bagian selatan; sedangkan di Pulau Sehu
terdapat di seberang barat Pulau Taliabu.
Batugamping formasi ini berwarna kelabu
terang yang sebagian berlapis baik, sementara
sisipan batupasir, dan napal, berwarna coklat,
agak padat dan agak keras, berlapis baik den-gan ketebalan lapisan 1-10 cm.
2.2. Struktur Geologi
Pulau Taliabu dan Pulau Sulabesi merupakan
bagian dari deretan Kepulauan Banggai Sula,
secara tektonik merupakan bagian dari mint-
akat Banggai Sula (Metcalfe, 1990) atau benua
8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole
6/24
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
micro (micro continent, Audley –Charles drr.,
1972; Simanjuntak & Barber, 1996)
Merupakan hasil tumbukan dengan sistem
penunjaman sepanjang batas timur Paparan
Sunda yang menghasilkan kerangka tektonik
Indonesia Bagian Timur (Silver, 1977; Hamilton
1979). Pulau ini diyakini berasal dari batas Utara
benua Australia (Klompe , 1954), yang terpisah
pada akhir Mesozoikum atau hingga Paleogen,
dan terdorong disepanjang sesar besar Sorong
yang di akibatkan oleh pergerakan lempenglaut Filipina ( Mc Caffrey drr., 1981).
Sesar Sorong di wilayah Kepulauan Sula terpi-
sah menjadi dua sistem sesar, masing-masing
adalah Sesar Sula Utara dan Sesar Sula Sela-
tan Kepulauan Banggai-Taliabu-Mangole yang
terpisah dengan pulau Sulabesi di Selatannya.
Bentuk pulauTaliabu- Mangole mencerminkan
pergerakan sesar Sorong yang berarah Barat-
Timur. Sementara itu , Pulau Sulabesi – Sula
yang berarah Utara-Selatan memotong tegak
lurus kedua pulau tersebut.
2.3. Indikasi Endapan Batubara
Indikasi lapisan batubara dilokasi penyelidikan
didapat dari publikasi yang sudah diterbitkan,
antara lain, dari peta Geologi lembar Sanana,
Maluku, skala 1:250.000. Pusat Penelitian danPengembangan Geologi, Bandung. Surono dan
Sukarna,D, 1993 yang menyebutkan bahwa
pada Formasi Bobong yang berumur Yura dida-
pati lapisan batubara.
Demikian juga Kusnama pada paper yang ber-
judul Fasies dan lingkungan pengendapan
Formasi Bobong berumur Jura sebagai pem-
bawa lapisan batubara di Taliabu, Kepulauan
Sanana- Sula, Maluku Utara, 2008
KEGIATAN PENYELIDIKAN
3.1. Penyelidikan Lapangan
3.1.1.Pengumpulan Data Sekunder
Dalam pengumpulan data Sekunder, penulismemanfaatkan berbagai sumber data, antara
lain website Pemda Maluku Utara, Jurnal dan
makalah yang diterbitkan oleh Badan Geologi
Serta berbagai tulisan ilmiah lain yang ber-
hubungan dengan lokasi daerah penyelidikan
Data sekunder lain yang dikumpulkan adalah
informasi yang berkaitan dengan infrastruk-
tur menuju lokasi, keadaan sosial masyarakat
sekitar lokasi penyelidikan.
3.1.2.Pengumpulan Data Primer.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan
metode pemetaan geologi batubara, dimana
data-data yang dimaksud adalah data yang
berkaitan dengan lokasi singkapan batubara
meliputi arah jurus dan kemiringan, ketebalan,litologi pengapit, struktur sedimen, posisi geo-
grafis serta kenampakan fisik singkapan dan
bentang alam daerah sekitar lokasi singkapan.
Selanjutnya singkapan maupun data penunjang
yang di dapati di ukur arah dan kemiringannya,
dicatat kondisi fisik yang terlihat dan ditentukan
posisinya dengan memakai alat GPS Garmin 12
XL dan di plotkan pada peta dasar 1: 50.000 dari
8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole
7/24
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Bakosurtanal.
Selain itu juga di lakukan pengambilan contosingkapan yang diperlukan untuk keperluan
analisa kualitatif di laboratorium, pengambilan
conto batubara yang akan di analisa dilakukan
dengan metoda Grab Sampling dan diusaha-
kan sedapat mungkin conto tersebut mewakili
lapisan batubara yang akan di analisa, kualitas
batubara yang di ambil contonya adalah bagian
yang segar yang belum mengalami pelapukan
dan terbebas dari pengotoran akibat prosespelapukan dan pengaruh humus, conto terse-
but selanjutnya di simpan pada kantong conto
yang sudah dipersiapkan dan di beri label yang
berhubungan dengan no conto, lokasi, posisi
conto pada lapisan batubara.
Pada lokasi penyelidikan pertama, di kepu-
lauan Sula Besi, b atubara tersingkap pada
suatu tebing curam dan sempit yang memben-
tuk sebuah sungai kecil terjal, singkapan yang
dijumpai tersingkap akibat longsornya dinding
tebing , batubara dijumpai diapit oleh batupa-
sir halus-sedang, berwarna abu-abu dengan
struktur sedimen paralel laminasi yang jelas
sekali.
3.2. Analisa Laboratorium
Conto yang sudah di ambil di lokasi singkapan,selanjutnya di bawa ke laboratorium Fisika
Mineral untuk di analisa secara Petrografi,
sedangkan untuk analisa kimia conto di bawa
ke laboratorium Kimia Mineral, Pusat Sumber-
daya Geologi.
Untuk analisa Petrografi, conto yang sudah
digerus selanjutnya di preparasi dan dianalisa
dibawah mikroskop untuk mengetahui Rank
conto batubara tersebut.
Analisa kimia, yang dilakukan pada batubara,
meliputi Free Moisture dengan metoda standard
dari ASTM D.2013 – 03, Total Moisture dengan
metoda Standard ASTM D.3302-02a, Moisture
dengan metoda standard ASTM D.3171-04,
Volatile Matter dengan metoda standard ASTM
D.3175-04, serta Fixed Carbon dengan metoda
standard ASTM D.3172-04, kandungan abu (Ash)
dengan metode standard ASTM 3174 – 04, nilaikalori dengan metode standard ASTM 5865-
04, Total sulfur dengan metode standard ISO
351.1996, analisa diatas merupakan analisa
Proximate, sedangkan untuk analisa Ultimate
dilakukan analisa Carbon, analisa Hydrogen,
analisa Nitrogen, analisa sulfur dan analisa Oxy-
gen. Jumlah conto yang di analisa sebanyak
tujuh conto dari semua formasi yang diang-
gap mewakili, serta empat conto untuk analisa
petrografi
3.3. Pengolahan Data
3.3.1 Pengeplotan Data
Pengolahan data dilakukan dengan melaku-
kan pengeplotan data pada peta dasar skala 1
: 50.000 berupa data singkapan yang didapat
dilapangan, data yang dimaksud adalah dataarah jurus dan kemiringan lapisan.
3.3.2 Korelasi Antar Singkapan
Dalam pekerjaan korelasi singkapan, hal
yang perlu diperhatikan adalah keadaan
batuan pengapit serta kesamaan arah jurus
dan kemiringan, keadaan batuan pengapit
8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole
8/24
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
mengindikasikan kemenerusan lapisan,
kondisi ini ditopang oleh kesamaan arah jurus
dan kemiringan lapisan, seberapa jauh satusingkapan dengan singkapan lainnya bisa
dikorelasikan sangat tergantung pada jenis
litologi batuan pengapit, struktur sediment
yang berkembang dan cirri litologi lainnya.
HASIL PENYELIDIKAN
4.1. Geologi Daerah Penyelidikan
4.1.1.Morfologi
Daerah penyelidikan terdiri dari 2(dua )satuan
morfologi, masing-masing adalah sebagai beri-
kut .Moirfologi perbukitan landai dan Morfologi
perbukitan Karst.
Satuan Morfologi Perbukitan landai
Satuan ini ddominasi oleh litologi batupasir
lempungan dengan pola aliran membentuk
pola yang relatif sejajar, bentuk atau pola ini
dikenal sebagai pola aliran Trellis, dimana arah
aliran berasal dari puncak perbukitan ke arah
dataran pantai, dalam hal ini punggungan per-
bukitan berfungsi sebagai water devide.
Satuan Perbukitan Karst
Satuan morfologi perbukitan Karst di dominasi
oleh batugamping dengan pola penyebaran
yang khas membentuk puncak-puncak dengan
pola penyebaran sejajar, menempati beberapa
pulau besar maupun kecil di wilayah ini, pola
aliran tidak jelas karena pada umumnya sun-
gai-sungai yang mengalir pada daerah ini
sering hilang secara tiba-tiba.
4.1.2.Stratigrafi
Susunan stratigrafi daerah penyelidikan den-
gan berpedoman pada peta geologi P.Taliabu
dan sekitarnya (Supandjono, 1993; Surono &
Sukarna, 1993) dapat di gambarkan sebagai
berikut: Runtunan batuan paling bawah ada-
lah Kompleks Batuan Malihan yang terdiri atas
sekis, genes, amfibolit, filit, argilit, dan kuarsityang diduga berumur Karbon. Ketebalan kom-
pleks ini diduga lebih dari 1000 m. Berdasarkan
hasil pentarikhan radiometri, batuan malihan
jenis sekis satuan ini berumur + 6 juta tahun
atau Karbon
Secara tak selaras di atas Kompleks Batuan
Malihan diendapkan Formasi Menanga yang
terdiri atas perselingan batugamping hablur,
batupasir malih, batusabak, dan filit.
Tebal satuan Formasi Menanga yang diper-
kirakan 1000 m diendapkan dalam lingkungan
fluviatil - laut dangkal. Umurnya diperkirakan
Perem (Supandjono & Haryono, 1993; Surono
& Sukarna, 1993). Lokasi tipe berada di Sungai
Menanga Pulau Taliabu.
Formasi Menanga ditindih tak selaras olehBatuan Gunung Api Mangole yang dominasi
breksi gunung api, tuf terkersikkan, dan ign-
imbrit. Terobos-an Granit Banggai terdiri atas
granit, diorit kuarsa, granodiorit, dan pegmatit
(Gambar 2) yang berumur Perem Akhir - Trias
(Sukamto, 1975a,b,c).
Secara tak selaras di atas batuan Paleozoikum
8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole
9/24
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
dan Trias diendapkan Formasi Bobong yang
terdiri atas breksi, konglomerat, dan batupasir
kuarsa di bagian bawah, dan perselingan serpihdan batulempung-batulumpur di bagian atas.
Setempat terdapat lensa batugamping, sisipan
batulanau, bintal pirit, dan lapisan batubara.
Berdasarkan fasies, runtunan batuannya terdiri
atas fasies darat sampai laut. Hadirnya lapisan
batubara menunjukkan bahwa satuan batuan
Formasi Bobong ini diendapkan dalam lingkun-
gan fluviatil, peralihan, sampai laut dangkal,dan diduga berumur Jura Awal - Tengah
Formasi Bobong tersebar luas di bagian barat,
utara dan timur Pulau Taliabu. Tebal formasi ini
sekitar 2000 m (Supandjono & Haryono, 1993),
dan terlipat dengan kemiringan lapisan batuan
rata-rata 20°-30°.
Secara stratigrafis Formasi Bobong terdiri atas
tiga fasies, yaitu (a) breksi – konglomerat; (b)
batupasir kuarsa dengan sisipan serpih, bat-
ulempung dan batulumpur; dan (c) perselingan
serpih dan batulempung-batulumpur .
Alas Fomasi Bobong merupakan suatu runtu-
nan material rombakan batuan tua hasil suatu
erosi akibat pengangkatan pada Trias yang
kemudian diendapkan menjadi suatu runtunan
batuan sedimen klastika kasar yang berangsurmenjadi sedimen klastika halus, dan semakin
ke lingkungan marin. Runtunan terperinci For-
masi Bobong tersaji berikut ini.
(a) Fasies breksi-konglomerat
Fasies ini merupakan bagian bawah Formasi
Bobong yang terdiri atas breksi berwarna
merah kecoklatan, tersusun oleh kepingan
granit, malihan, kuarsa, dan fragmen batuan
lain dengan butiran menyudut, kemas tertutup,dan pilahan buruk, sangat padu sekali. Bat-
uan ini diduga diendapkan sebagai hasil erosi
berupa endapan rombakan (reworked deposit)
dan bersentuhan secara tak selaras dengan
batuan Granit Banggai (Supandjono & Haryono,
1993) dan Batuan Gunung Api Mangole (Surono
& Sukarna, 1993) di bawahnya.
Breksi ini menjemari di bagian atasnya dengankonglomerat berwarna kecoklatan agak kem-
erahan. Tingkat konsolidasi batuan padat dan
keras, yang mengandung komponen penyusun
berupa batuan malihan, sedimen termalihkan,
granit, batuan vulkanik dan kuarsa. Ukuran
butir fragmen penyusun konglomerat ini mulai
dari 10 cm sampai 25 cm dengan butiran mem-
bulat tanggung sampai membulat. Massa dasar
berupa batupasir kasar dengan kemas terbuka.
Tidak dijumpainya batubara pada fasies ini
membuktikan bahwa lingkungan pengenda-
pannya tidak mendukung untuk tumbuhnya
flora dengan baik. Akibat kontrol struktur yang
cukup aktif pada awal Trias – Jura Awal, di
kawasan ini telah terjadi suatu proses tekton-
ika dan pengangkatan regional (Klompe, 1954;
Pigram drr., 1985).
Lingkungan pengendapan fasies breksi dan
konglomerat ini menunjukkan lingkungan flu-
viatil atau darat yang bersinggungan dengan
suatu erosi atau aliran runtuhan (debris flow)
atau kipas yang di sebabkan adanya pengangka-
tan (uplifting) akibat kontrol tektonika regional
antara Lempeng Laut Filipina (Phillipine Sea
Plate; Mc Caffrey drr., 1981) dengan Mintakat
8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole
10/24
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Benua Australia Utara (Northern Australian Con-
tinental Terrane; Silver, 1977 ).
(b) Fasies batupasir kuarsa
Fasies batupasir kuarsa merupakan bagian
tengah Formasi Bobong. Batupasir dikua-
sai oleh kepingan/butiran kuarsa berwarna
putih kemerahan yang terkonsolidasi cukup
baik, berukuran menengah -kasar, membun-
dar – membundar tanggung, kemas tertutup,
setempat mengandung mika dan lapisan tipismaterial karbon kehitaman setebal 3-5 cm.
Butiran kuarsa yanng tertanam di dalam
matriks terdiri atas lempung dan oksida besi.
Struktur sedimen dijumpai berupa perarian
sejajar dan silang siur, struktur bergradasi
(graded bedding) dijumpai setempat di daerah
Sungai Dege dan Sungai Gela bagian utara
Pulau Taliabu.
Pada bagian atas fasies batupasir kuarsa
dijumpai sisipan dan lensa-lensa tipis serpih
dan batulumpur dengan tebal perlapisan 5 -
10 cm, juga lensa dan lapisan batubara serta
material karbon yang semakin ke bagian atas
perselingan ini semakin menebal dan lapisan
batupasir semakin menipis.
Ketebalan fasies batupasir kuarsa di wilayah
penelitian berkisar dari beberapa meter sampaipuluhan meter. Dijumpainya struktur sedi-
men berupa laminasi sejajar, silang siur, toreh
dan isi (scour and fill) dan struktur bergradasi
(graded bedding) mengindikasikan bahwa fasies
batupasir ini mengalami proses sedimentasi
mulai dari energi arus kuat sampai tenang.
Terdapatnya sisipan serpih, batulempung, dan
batulumpur di bagian atas fasies batupasir ini
memberi gambaran bahwa proses sedimentasi
mulai mendekati wilayah yang memiliki media
air dan kondisi tenang.
Endapan batubara pada fasies ini memiliki
karak-teristik warna hitam, masif, banyak men-
gandung parting batulempung dan serpih, dan
umumnya berlapis baik dengan tebal perla-
pisan antara 1 - 3 cm. Tebal batubara mencapai
40 cm, dan di antaranya dijumpai sebagai sisi-
pan-sisipan tipis berwarna kehitaman dalam
batupasir.
Dengan dijumpainya struktur sedimen seperti
toreh dan isi, gradasi menghalus ke atas dan
sisipan batuan yang diendapkan dalam kondisi
arus tenang, maka lingkungan pengenda-
pan fasies ini adalah flu viatil dengan karakter
endapan sungai (river deposit) mendekati pantai
(Jones & Hutton, 1984).
(c) Fasies perselingan serpih dan batulempung-
batulumpur
Bagian paling atas Formasi Bobong terdiri atas
perselingan serpih dan batulempung /batulum-
pur berwarna kelabu sampai kelabu kehitaman,
terkonsolidasi cukup padat, mengandung
lapisan batubara, material karbon, dan sisipan
batupasir serta batulempung gampingan.
Lapisan serpih berwarna kelabu kehitaman,
memperlihatkan struktur perarian sejajar den-
gan tebal perlapisan antara 3 - 5 cm, banyak
dijumpai material karbon kehitaman, secara
fisik getas (brittle) dan sebagian mudah dire-
mas (friable). Serpih ini berselingan dengan
batulempung dan batulumpur berwarna kelabu
gelap, dengan perlapisan tipis sekitar 1 - 3 cm.
8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole
11/24
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Rasio perbandingan antara serpih dan bat-
ulempung-batulumpur adalah 2:1.
Di bagian bawah fasies ini dijumpai sisipan tipis
batupasir dengan tebal 1 - 3 cm dan setempat
di jumpai berupa lensa-lensa tipis, baik dalam
lapisan serpih maupun dalam lapisan batulem-
pung dan batulumpur.
Fasies perselingan serpih batulempung-batu-
lumpur membentuk suatu rutunan cukup tebal
dan secara kasat mata dijumpai adanya suatuperulangan lapisan berupa duplikasi runtunan.
Pada lapisan serpih banyak dijumpai cetakan
dan fosil amonit dan belemnit yang berupa
suatu horizon fauna yang tersimpan secara ber-
ulang mengikuti perulangan seri lapisan. Posisi
fauna yang dijumpai mengikuti dan sejajar den-
gan bidang perlapisan serpih.
Semakin ke atas pada perselingan serpih dan
batulempung-batulumpur dijumpai adanya
sisipan batulempung gampingan dan serpih
gampingan. Suatu perselingan serpih dan bat-
ulempung gam-pingan di bagian atas runtunan
Formasi Bobong mengindikasikan adanya
suatu hubungan menjemari dengan formasi
batuan di atasnya. Batulempung gamping dan
napal merupakan karakteristik Formasi Buya
berumur Jura Akhir.
Batubara yang dijumpai pada fasies perselin-
gan serpih dan batulempung-batulumpur yang
merupakan bagian atas Formasi Bobong ini
secara fisik berwarna hitam, kilap baik, ber-
lapis baik, setempat pejal, terutama di bagian
bawah runtunan batuan. Lantai (floor) batubara
terdiri atas serpih sedangkan tudung (roof)
berupa batulumpur dan batupasir kuarsa. Tebal
batubara bervariasi mulai dari 15 - 40 cm (Seam
A) dan 50 – 120 cm (Seam B), dengan lapisanpenutup setebal 150 cm serta lapisan antara
(interburden) setebal 50 cm.
Dijumpainya sisipan batupasir yang terben-
tuk pada kondisi energi kuat atau paling tidak
telah mengalami transportasi cukup jauh dan
batulempung gampingan yang terbentuk pada
kondisi laut dangkal dan tenang menunjukkan
fasies serpih dan batulempung-batulumpurFormasi Bobong diendapkan di lingkungan
pantai berawa (swampy beach) sampai laut dan-
gkal-terbuka (Sato drr., 1978; Jones & Hutton,
1984; Gambar 6). Demikian pula keterdapatan
fosil belemnit dan amonit yang banyak dijumpai
pada bagian atas fasies ini menjadi ciri hadirnya
binatang yang hidup pada habitat laut
Secara selaras dan sebagian menjemari di
atas Formasi Bobong diendapkan Formasi
Buya yang terdiri atas serpih bersisipan batu-
pasir dan konglo-merat, bintal batulempung
gampingan, dan oksida besi. Keberadaan fosil
foraminifera, belemnit, dan amonit terutama
dalam batuan serpih memberi kan indikasi
kisaran umur Jura Tengah - Akhir. Lingkungan
pengendapan Formasi Buya adalah lingkungan
laut dalam sampai peralihan (Sato drr., 1978);
dan lingkungan laut dangkal, dalam, sam-pai terbuka (Bizon drr., 1982). Tebal satuan ini
diduga lebih dari 1000 m.
Formasi Buya secara selaras ditindih oleh
Formasi Tanamu yang an, berlapis baik, dan
tersebar di bagian timur dan utara Pulau
Taliabu. Surono & Sukarna (1993) menjumpai
adanya batugamping kapuran dan serpih
8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole
12/24
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
pada seri napal Formasi Tanamu ini. Formasi
ini ber-umur Kapur (Supandjono & Haryono,
1993; Surono & Sukarna, 1993). Berdasar-kan runtunan napal yang berasosiasi dengan
batugamping dan batupasir, maka lingkungan
pengendapan Formasi Tanamu adalah garis
pantai - laut dangkal. Tebal satuan batuan For-
masi Tanamu sekitar 300 m.
Secara tak selaras dan terpisah di atas For-
masi Tanamu diendapkan Formasi Salodik yang
terdiri atas batugamping dan napal (Surono &Sukarna, 1993), sedangkan di Pulau Mangole
ada sisipan batupasir pada runtunan batugamp-
ing. Sebaran Formasi Salodik di Pulau Taliabu
dijumpai terutama di pantai utara bagian timur
dan bagian selatan; sedangkan di Pulau Sehu
terdapat di seberang barat Pulau Taliabu.
Batugamping formasi ini berwarna kelabu
terang yang sebagian berlapis baik, sementara
sisipan batupasir, dan napal, berwarna coklat,
agak padat dan agak keras, berlapis baik den-
gan ketebalan lapisan 1-10 cm. (Kusnama, 2008)
4.1.3.Struktur Geologi
Pada lokasi penyelidikan di P.Sulabesi struk-
tur geologi yang berkembang berupa struktur
perlapisan yang dijumpai pada formasi Bobong
dengan arah relative barat laut- tenggara dan
mempunyai kemiringan rata-rata antara 10˚- 20˚, sedangkan pada Formasi lain sulit di
temukan perlapisan.
Pada lokasi kepulauan Taliabu, struktur geologi
yang berkembang adalah struktur perlapisan
pada formasi Bobong dengan arah jurus relative
Barat daya – Timur laut, mempunyai kemir-
ingan bervariasi antara 10˚ - 30˚. Struktur
sesar geser dengan arah relative Barat- Timur
dan struktur sesar normal yang diperkirakan,
mempunyai arah relative Utara – Selatan.
4.2. POTENSI BATUBARA
4.2.1.LOKASI DAN PENYEBARAN BATU-
BARA
Endapan Batubara P.SULABESI
SN 01.Batubara dengan ketebalan 30 cm,dengan kedudukan N 290 E/30, tersingkap
memotong aliran sungai secara lateral pada
suatu longsoran yang di perkirakan seba-
gai zona sesar, batubara warna hitam, bright,
keras. Batubara di apit oleh batupasir abu-abu,
berbutir halus- sedang, blocky massive dengan
kenampakan struktur paralel laminasi
Endapan Batubara P.Tali abu
Sedangkan di Pulau Taliabu, batubara ters-
ingkap di sungai Bulan desa Sahu dengan
ketebalan 3 m, untuk seam A dan Seam B >
1m. Kedudukan N 154 E/15, dijumpai interseam
dengan ketebalan 1,5 m, pada bagian atas seam
A di apit oleh lapisan batu lempung abu-abu
kehijauan, massive, sedangkan bagian bawah
seam B tidak bisa di kenali karena terendam air
sungai yang dalam keadaan banjir, singkapanini di identifikasi sebagai TA 01 A dan TA 01 B,
dengan koordinat 01˚ 34’ 27,3” LS dan 124˚ 42’
30,9” BT
Batubara TA 02, tersingkap di daerah sungai
Dege taliabu, dengan ketebalan 0,4 m, Bagian
bawah lapisan batubara bersen tuhan secara
tajam dengan serpih dan batulempung - batu-
8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole
13/24
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
lumpur kelabu gelap. Batulumpur sebagian
hancur dan lembek, mengandung bahan karbo-
nan dan lensa-lensa batubara, dan terkadangmenerus tipis searah bidang perlapisan.
Bagian atas batubara menyerpih dan seba-
gian hancur, dengan parting berupa lempung
kelabu kecoklatan. Di dalam parting lempung
ini dijumpai material damar (resin) berwarna
bening, dan lapisan tipis pirit. Sifat belah sub-
konkoidal, kemungkinan karena banyaknya
buntal-buntal damar dan pirit. Top batubarabatupasir kelabu kehitaman, lembek, men-
gandung lensa-lensa lempung dan material
karbonan. Bagian atas runtunan batupasir ini
sangat halus dengan struktur laminasi sejajar
dan silang–siur skala kecil. Bagian bawah batu-
pasir agak kasar, padu, dikuasai kuarsa dengan
pilahan menengah, kemas tertutup, dan banyak
mengandung karbon kehitaman.
Jurus dan kemiringan batubara terukur
N10°E/12° dan N80°E/20° dengan total tebal
sekitar 0,8 m. Koordinat singkapan batubara
pada lokasi ini 01˚ 45’ 2” LS dan 125˚ 20’ 30”
BT.
Batubara TA 03, tersingkap di daerah Jorjooga
dengan koordinat 01˚ 34’ 27,5” LS dan 124˚
42’ 30” BT, Batubara dijumpai pada perselin-
gan serpih dan batulempung-batulumpur yangmemiliki sifat fisik berwarna hitam, gores
hitam, dengan litotipe bright banded, sifat beban
ringan, berlapis baik dan seba gian pejal teru-
tama di bagian bawahnya; kekerasan menengah
sampai getas. Butiran pirit dijumpai pada
bidang perlapisan batubara, berwarna kuning
pucat. Sesar kecil berarah N 35°/45°E dijumpai
memotong lapisan batubara mengakibatkan
penggerusan pada bidang perlapisan batubara,
sehingga sebagian mengalami kehancuran
(fractured). Tebal batubara mencapai 0,6 m den-gan jurus dan kemiringan berarah N20°E/15°.
Secara kontak tajam di atas batubara terendap-
kan asies batulempung berbatulumpur, kelabu
kehi-taman, getas, berlapis baik. Fo t o 4 .
Kenampakan lapisan konglomerat dengan posisi
di bawah lapisan batubara pada lokasi TA 01.
4.2.2. KUALITAS BATUBARA
Dari beberapa conto batubara yang dianalisa,
secara kimia maupun petrografi didapatkan
hasil sebagai berikut
Untuk conto SN -01 batubara di kepulauan
Sulabesi didapatkan hasil analisa kimia ada-
lah Free Moisture (ar). 19,52 %, Total moisture
(ar). 27,16%. Untuk analisa proksimat yang
meliputi Moisture (adb).9,49%. Volatile Matter
(adb). 41,97%. Fixed Carbon (adb).37,62%. Ash
(adb) 10,92 %. Total Sulphur (adb). 3,10 % dan
mempunyai nilai kalori (adb) sebesar 5523 cal/
gr.
Sedangkan untuk analisa Ultimate, diketahui
kandungan Karbon (daf) 71,73 %, Hydrogen
(daf) 3,88 %. Nitrogen (daf) 1.07 %, sulfur (daf)
3,90% dan Oxigen (daf), 19,42 %.
Conto ini di ambil dari singkapan tunggal di
P.Sulabesi yang mempunyai ketebalan 30 cm,
batubara hitam berkilat, keras, concoidal yang
tersingkap pada tebing yang mengalami ke
longsoran, top dan bottom lapisan ini berupa
batulempung abu-abu, masive kompak dan
berlapis.
8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole
14/24
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Conto no 2. pada lokasi TA-01 A, adalah Free
Moisture (ar). 5,20 %, Total moisture (ar). 7,47%.
Untuk analisa proksimat yang meliputi Mois-ture (adb).2,50%. Volatile Matter (adb). 49,62%.
Fixed Carbon (adb).31,50%. Ash (adb) 16,38 %.
Total Sulphur (adb). 8,01 % dan mempunyai
nilai kalori (adb) sebesar 6580 cal/gr. Conto ini
di ambil di daerah batubulan dipinggir sungai
dan merupakan lapisan atas dari batubara yang
tersingkap, ketebalan 3 m, lapisan ini di apit
oleh batulempung abu-abu.
Conto no.3. diambil dari lokasi yang sama
dengan lokasi di atas dan merupakan lapisan
bagian bawah yang terendam oleh air, keteba-
lan terukur 1 m karena bottom lapisan tidak
bisa di ketahui karena terendam air. Hasil ana-
lisa adalah sebagai berikut,
Untuk conto TA -01B batubara di kepulauan
Taliabu didapatkan hasil analisa kimia adalah
Free Moisture (ar). 4,78 %, Total moisture (ar).
7,38%. Untuk analisa proksimat yang meliputi
Moisture (adb).2,73%. Volatile Matter (adb).
50,31%. Fixed Carbon (adb).34,08%. Ash (adb)
12,88 %. Total Sulphur (adb). 3,78 % dan mem-
punyai nilai kalori (adb) sebesar 6919 cal/gr.
Sedangkan untuk analisa Ultimate, diketahui
kandungan Karbon (daf) 77,43 %, Hydrogen
(daf) 5,20 %. Nitrogen (daf) 0,74 %, sulfur (daf)4,48% dan Oxigen (daf), 12,15 %.
Untuk conto TA -02 batubara di kepulauan
Taliabu didapatkan hasil analisa kimia adalah
Free Moisture (ar). 6,13 %, Total moisture (ar).
10,92%. Untuk analisa proksimat yang meli-
puti Moisture (adb).2,54%. Volatile Matter (adb).
31,73%. Fixed Carbon (adb).26,22%. Ash (adb)
39,51 %. Total Sulphur (adb). 3,83 % dan mem-
punyai nilai kalori (adb) sebesar 4442 cal/gr.
Sedangkan untuk analisa Ultimate, diketahui
kandungan Karbon (daf) 72,183 %, Hydrogen
(daf) 5,05 %. Nitrogen (daf) 0,71 %, sulfur (daf)
6,61% dan Oxigen (daf), 15,46 %.
Untuk conto TA -03 batubara di kepulauan
Taliabu didapatkan hasil analisa kimia adalah
Free Moisture (ar). 7,82 %, Total moisture (ar).
10,92%. Untuk analisa proksimat yang meli-puti Moisture (adb).3,36%. Volatile Matter (adb).
43,88%. Fixed Carbon (adb).40,06%. Ash (adb)
12,70 %. Total Sulphur (adb). 3,55 % dan mem-
punyai nilai kalori (adb) sebesar 6598 cal/gr.
Sedangkan untuk analisa Ultimate, diketahui
kandungan Karbon (daf) 77,42 %, Hydrogen
(daf) 4.66 %. Nitrogen (daf) 0,73 %, sulfur (daf)
4,23% dan Oxigen (daf), 12,95 %.
Dengan kualitas batubara tersebut, maka batu-
bara di lokasi penyelidikan bisa di kelompokkan
pada batubara jenis Lignit – Sub Bituminous,
bisa di kembangkan untuk briket batubara guna
keperluan lokal dalam rangka mendukung
Indusatri Skala kecil di lokasi ini.
1.2.3 SUMBERDAYA BATUBARA
Dari tata cara perhitungan sumberdaya yang
telah di uraikan pada Bab.3 terdahulu, di dapat
sumberdaya Hipotetik sebesar 1.350.878,75 Ton
4.3. Prospek Pemanfaatan dan Pengem-
bangan Batubara
Dari ke dua lokasi ini, yang mempunyai
8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole
15/24
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
kemungkinan dikembangkan adalah pada
lokasi P.Taliabu, karena dari tinjauan litologi
pengapitnya masih bisa punya kemungkinanuntuk menerus penyebarannya. Dari tinjauan
kualitas batubara P.Taliabu termasuk dalam
klasifikasi Lignite- Sub-bituminous.
Karena kuantitasnya yang tidak begitu besar,
maka bisa dimanfaatkan untuk bahan baku
Briket Batubara.
5.KESIMPULAN DAN SARAN
Dari pembahasan diatas dapat di simpulkan
1. Struktur geologi yang berkembang berupa
struktur perlapisan dan struktur sesar
normal dengan arah relatif Utara- Selatan,
sedangkan struktur perlapisan relatif bera-
rah Barat daya - timur laut dan mempunyai
kemiringan relatif landai ke Tenggara
2. Satuan morfologi yang berkembang adalah
satuan morfologi Pegunungan landai dan
satuan Morfologi pegunungan Karst.
3. Singkapan batubara di pulau Sulabesi ters-
ingkap 1 singkapan
4. Singkapan batubara di P.Taliabu 3 singka-
pan, dengan jumlah lapisan 2 lapisan.
5. Pada lokasi lokasi tersebut Formasi pem-
bawa batubara adalah Formasi Bobong
yang berumur Yura.
6. Batubara di lokasi ini termasuk batubara
jenis Lignit – Sub Bituminous
7. Sumberdaya Hypotetik 1.350.870,752 ton
DAFTAR PUSTAKA
Sato, T., Westermann, G.E.G., Skwarko, S.K.,
dan Hasibuan, F., 1978. Jurassic biostratigra-phyofthe Sula Islands, Indonesia. Bulletin of
Geological Survey of Indonesia, 4 (1), h.1-28.
Silver, E.A., 1977. The Sula Spur Enigma. Geo-
logical Society of America Abstract, 9 (7), h.1175.
Simanjuntak, T.O. dan Barber, A.J., 1996.
Contrasting tectonic styles in the Neogene-
OrogenicBelts of Indonesia. Dalam: Hall, R. &
Blundell, D. (eds.): Tectonic Evolution of South-
east Asia. Geological Society Special Publication,
106h.
Sukamto, R. 1975a. Peta Geologi Indonesia,
Ujung Pandang, skala 1:1000.000, Lembar V111.
Direktorat Geolo
Sukamto, R. 1975b. The structure of Sulawesi in
the light of plate tectonics. Association Indone-sian Geologists. Regional Coference on Geology
and Mineral Resources of Southeast Asia, 25h.
-Sukamto, R., 1975c. Geologi daerah Kepulauan
Banggai dan Sula. Geologi Indonesia, 2 (3), h.23-
28.
-Supandjono, J.B. dan Haryono, E., 1993 . Peta
8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole
16/24
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Geologi Lembar Banggai, Maluku Utara, skala
1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung.
-Surono dan Sukarna, D., 1993. Peta Geologi
Lembar Sanana, Maluku, skala 1:250.000. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Band-
ung.
-Kusnama encus, Fasies dan lingkungan pen-
gendapan Formasi Bobong berumur Yura
sebagai pembawa batubara di Taliabu, Kepu-
lauan Sanana- Sula, Maluku Utara , Pusat Survei
Geologi, Badan Geologi, Jl. Diponegoro 57 Bandung, Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 3 September 2008:
161-173
8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole
17/24
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26
Lokasi 1. Lokasi 2 Gambar.1. Lokasi dan Kesampaian daerah Penyelidikan
No WaktuKegiatan
JUNI JULI AGUSTUS
I I III III IV V VI VII VIII IX X XII XII
1 Persiapan
2 Lapangan
3 Analisa
4 Laporan
8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole
18/24
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26
Kusnama, 2008Gambar 2. PetaGeologi Pulau Taliabu dan sekitarnya (Supandjono , 1993; Surono & Sukarna,
1993).
Kusnama 2008
Tabel.2. Kolom Stratigrafi Regional daerah penyelidikan
8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole
19/24
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26
Kusnama, 2008
Gambar 3. Tektonika wilayah Taliabu dan sekitarnya (modifikasi dari Audley-Charles, 1972; Silver,1977; Hamilton, 1979).
Foto.1. Kenampakan Morfologi perbukitan landai di lihat dari arah bagian barat pesisir
Pulau Sulabesi
8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole
20/24
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26
Foto.1. Kenampakan singkapan batubara pada lokasi pengamatan SN 01Di sungai wai walina, fuata N 290˚E/30˚
Foto 2. Kenampakan batubara SN 01 wai walina
8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole
21/24
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26
Foto 3. Kenampakan singkapan TA 01.batubara pada sungai Bulan desa Sahu, ( a). lapisanbatubara, (b)inter seam lempung abu-abu, (c), batubara.
Foto 4. Kenampakan lapisan konglomerat dengan posisi di bawah lapisan batubara padalokasi TA 01.
a
b
c
8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole
22/24
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26
Tabel.2. Data singkapan Batubara.
No Lokasi Kode Tebal DISKRIPSI Keterangan
1 P.SULA BESI SN.01 0.30 M Batubara, hitamberkilat, diapit olehbatupasir abu-abu,kasar
Di sungai waiwalina02˚ 22΄ 02.2˝LS126 00 12.4 BT
2 P. TALI ABU
TA.01 A 3 M
Batubara, hitamberkilat, diapit olehbatulempung bagianatas dan lempungabu-abu, bagianbawah
TA 01A dan TA 01 B,dengan koordinat 01˚ 34’ 27,3”LS dan 124˚ 42’30,9” BT
3
TA.01 B > 1M
Batubara, hitamberkilat, bagian atasdi apit oleh lempungabu-abu
Terendam airsungai bulan
4
TA.02 0.8 M
Batubara hitam,bagian bawah diapit oleh serpih danbatulempung, bagianatas batupasir abu-abu
ini 01˚ 45’ 2” LSdan 125˚ 20’ 30”BT.
5
TA.03 0,6 MBatubara hitam,bagian atas di apitoleh batulempung
01˚ 34’ 27,5” LSdan 124˚ 42’ 30”BT,
Tabel.3. Hasil Analisa Batubara
Analysis Unit Basis
Kode Contoh
SN-01 TA-01A TA-01B TA-02 TA-03
Free Moisture % ar 19,52 5,10 4,78 6,13 7,82Total Moisture % ar 27,16 7,47 7,38 8,51 10,92
PROXIMATE
Moisture % adb 9,49 2,50 2,73 2,54 3,36
Volatile
Matter% adb 41,97 49,62 50,31 31,73 43,88
Fixed Carbon % adb 37,62 31,50 34,08 26,22 40,06
8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole
23/24
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26
Ash % adb 10,92 16,38 12,88 39,51 12,70
Total Sulfur % adb 3,10 8,01 3,78 3,83 3,55Caloric Value
Cal/
gradb 5523 6580 6919 4420 6598
ULTIMATE %
Carbon % daf 71,73 75,42 77,43 72,18 77,42
Hydrogen % daf 3,88 5,22 5,20 5,05 4,66
Nitrogen % daf 1,07 0,70 0,74 0,71 0,73
Sulphur % daf 3,90 9,88 4,48 6,61 4,23
Oxygen % daf 19,42 8,79 12,15 15,46 12,95
Tabel.4. Sumberdaya Batubara
No Lokasi Singkapan Perhitungan Sumberdaya Hypotetik (Ton)
Sula besi SN.01 3000 x 0,3 x 115,47x1,3 135.099,9
Taliabu TA-01A 3000x3x103,82 x 1, 3 1.214.694
TA-01B 3000x 1x 103,82x 1,3 404.898TA-02 3000x 0,8 x 107,52 x
1,3335.462
TA-03 3000x 0,6 x 143,8 x 1,3 336.492
Total 1.350.878,75
8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole
24/24