Top Banner
THE RELATIONS BETWEEN TROMBOCYTE, LEUKOCYTE AND HEMATOCRIT WITH DURATION TO HOSPITALIZE ON PATIENTS OF DENGUE HEMORRHAGIC FEVER IN RSUD BENYAMIN GULUH KOLAKA 2015 HUBUNGAN JUMLAH TROMBOSIT, LEUKOSIT DAN HEMATOKRIT DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN DBD DI RSUD BENYAMIN GULUH KOLAKA TAHUN 2015 NUR MULTAZAM 10542 0507 13 ANDI ADRIANA MAPPAMADENG 10542 0462 13 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2017
113

26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

May 03, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

THE RELATIONS BETWEEN TROMBOCYTE, LEUKOCYTE AND

HEMATOCRIT WITH DURATION TO HOSPITALIZE ON PATIENTS OF

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER IN RSUD BENYAMIN GULUH

KOLAKA 2015

HUBUNGAN JUMLAH TROMBOSIT, LEUKOSIT DAN HEMATOKRIT

DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN DBD DI RSUD BENYAMIN

GULUH KOLAKA TAHUN 2015

NUR MULTAZAM

10542 0507 13

ANDI ADRIANA MAPPAMADENG

10542 0462 13

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2017

Page 2: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

ii

Page 3: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

iii

Page 4: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

iv

Page 5: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

v

Page 6: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

vi

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERISTAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

SKRIPSI, 27 FEBRUARI 2017

ANDI ADRIANA MAPPAMADENG NIM 10542 0462 13

drg. Hj. Yayi Manggarsari, M.Kes

“HUBUNGAN JUMLAH TROMBOSIT, LEUKOSIT DAN HEMATOKRIT

DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN DBD DI RSUD BENYAMIN

GULUH KOLAKA TAHUN 2015”

(xii + 80 halaman, 8 tabel, 9 gambar, 3 lampiran )

ABSTRAK

Latar belakang : Penyakit Demam berdarah Dengue (DBD) merupakan salah

satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya

cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. Penanganan pasien DBD

menghabiskan waktu yang lama dan biaya kerugian yang relatif besar. Tingginya

jumlah rawat inap di rumah sakit menjadi beban yang cukup besar.

Tujuan : Mengetahui hubungan antara jumlah trombosit, leukosit dan

hematokrit dengan lama rawat inap pasien DBD di RSUD Benyamin Guluh

Kolaka tahun 2015.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain

cross sectional. Sampel adalah 119 pasien DBD yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Daerah Benyamin Guluh Kolaka tahun 2015. Data yang

diambil dari rekam medik adalah usia, jenis kelamin,asal daerah, suhu, lama

rawat inap, jumlah trombosit, nilai hematokrit, dan jumlah leukosit. Uji statistik

menggunakan chi-square dan uji fisher.

Hasil : Terdapat pengaruh bermakna antara jumlah trombosit (p=0,003) dan

jumlah leukosit (p=0,025) terhadap lama rawat inap. Tidak terdapat

pengaruh bermakna antara nilai hematokrit (p=0,410) terhadap lama rawat inap.

Kesimpulan : Terdapat pengaruh bermakna antara jumlah trombosit dan jumlah

leukosit terhadap lama rawat inap pada pasien DBD. Tidak terdapat pengaruh

bermakna antara nilai hematokrit terhadap lama rawat inap pada pasien DBD.

Kata kunci: DBD, lama rawat inap, usia, jenis kelamin, asal daerah, suhu, lama

rawat inap, jumlah trombosit, nilai hematokrit, jumlah leukosit.

KEPUSTAKAAN : 30 (2003-2016)

Page 7: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

vii

FACULTY OF MEDICAL

MUHAMMADIYAH MAKASSAR UNIVERSITY

Undergraduate Thesis, 27th

February 2017

“THE RELATIONS BETWEEN TROMBOCYTE, LEUKOCYTE AND

HEMATOCRIT WITH DURATION TO HOSPITALIZE ON PATIENTS OF

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER IN RSUD BENYAMIN GULUH

KOLAKA 2015”

ANDI ADRIANA MAPPAMADENG NIM 10542 0462 13

drg. Hj. Yayi Manggarsari, M.Kes

(xi + 80 pages, 8 tables, 9 pictures,3 appendices)

ABSTRACT

Background Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of public health

problems in Indonesia that the number of patients is likely to increase and spread

more widely. Treatment of DHF patients needs a long time and relatively high

cost. The high number of hospitalization rate due to DHF has been a substantial

burden.

Aim To determine the relationship platelet count, leukocyte and hematocrite with

long hospitalization of DHF patients.

Methods This study was an analytic descriptif with cross-sectional design. The

sample in this study were 119 DHF patients who received inpatient services at

Benyamin Guluh General Hospital Kolaka. The data that were extracted

from medical records were age, sex, origin, temperature, long hospitalization,

platelet count, hematocrit, and leukocyte count. Statistical tests were done

with the chi-square and fisher test.

Results There was significant effects between platelet count (p=0,003) and

leukocyte count (p=0,025) to length of stay. There was no significant effects

between hematocrit (p=0,410) to length of stay.

Conclusion There are significant effects between platelet count and leukocyte

count to length of stay of DHF patients. There are no significant effects

between hematocrit to length of stay of DHF patients.

Key Words: DHF, long hospitalization, age, gender, origin, temperature,, platelet

count, hematocrit, leukocyte count,

REFERENCES : 30 (2003-2016)

Page 8: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

viii

KATA PENGANTAR

حن ي السه حو السه تسن للاه

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT, semoga rahmat, hidayah, tercurahkan bagi

kita semua sehingga segala aktifitas bernilai ibadah disisi Allah SWT. Pada

baginda Rasulullah SAW kita haturkan salam dan doa tercurahkan yang telah

menunjukkan jalan kebenaran bagi peneliti dalam menyusun skripsi yang berjudul

“Hubungan Jumlah Trombosit, Leukosit dan Hematokrit dengan Lama

Rawat Inap Pasien DBD di RSUD Benyamin Guluh Tahun 2015 ”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

sarjana kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar. Dalam penyusunan

skripsi ini, banyak mengalami kesulitan dan hambatan. Peneliti sangat menyadari

akan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki, oleh karena itu

saran dan kritik yang sifatnya membangun merupakan masukan dalam

penyempurnaan skripsi ini selanjutnya dan dapat bermanfaat bagi perkembangan

ilmu pengetahuan.

Mengawali ucapan terima kasih ini disampaikan penghargaan yang

teristimewa kepada ayahanda tercinta H.A.Mappaamang S.Sos dan ibunda tercinta

Hj.A.Damrana SE atas segala perhatian, kasih sayang, doa restu serta

pengorbanannya yang tak terhingga. Kepada kedua kakak saya tercinta Andi

Arsidin dan Andi Anggeraeny yang senantiasa memberikan nasehat, doa serta

bantuan dalam bentuk apapun semoga keikhlasannya dibalas Allah SWT.

Page 9: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

ix

Ucapan rasa terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga nilainya juga

peneliti sampaikan kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar bapak Dr.H.Abd.Rahman

Rahim SE MM.

2. Dekan Fakultas Kedokteran Unismuh Makassar Dr. dr. H. Mahmud Gaznawie

Ph.D, Sp. PA(K),

3. dr. A.Pudya Hanum Pratiwi selaku penasehat akademik yang telah membantu

dan memberikan arahan selama mengikuti perkuliahan.

4. drg.Hj.Yayi Manggarsari M.kes selaku pembimbing yang senantiasa

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing, mengarahkan

dan memberikan petunjuk beserta motivasi, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini.

5. drg.St.Maisarah,MARS selaku penguji yang telah banyak memberikan saran

maupun kritikan yang membangun serta petunjuk dalam penyusunan dan

penyempurnaan skripsi ini.

6. Para dosen dan seluruh staf FK Unismuh Makassar yang telah berjasa dalam

mengajar, mendidik dan memberikan motivasi kepada seluruh mahasiswa.

7. Kepada seluruh teman-teman angkatan FK Unismuh 2013 “Riboflavin”,

“Amanah”, “Dokter soleha (Intan pratiwi, Dewi nurfadillah, Faraddila ayu

sasmitha, Suci Triana Putri, Andi Faradipa, Asrianti) yang selalu bersama

dalam suka maupun duka.

8. Teman-teman Pembimbing Ridha Suryanti muslimah, Nurul annisa, sitti

nurfitri, nur indahsari, supriati sudirman, kulsumarina, andini puspitasari,

Page 10: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

x

syahyuni, rahmawati yang saling membantu dan memberikan semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini

9. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, materi

maupun non materi yang tidak sempat sebutkan satu per satu, peneliti

ucapkan banyak terima kasih.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan

membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga mendapat limpahan rahmat dan

selalu diberi perlindungan serta kesehatan oleh Allah SWT.

Amin, Ya Rabbal „Alamiin.

Makassar, 27 Februari 2017

Peneliti

Page 11: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

xi

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

ABSTRAK .............................................................................................. i

ABSTRACT ............................................................................................ ii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iii

DAFTAR ISI ........................................................................................... vi

DAFTAR TABEL.................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. x

DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN ......................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian .................................................................... 5

a. Tujuan Umum .................................................................... 5

b. Tujuan Khusus ................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian .................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 8

A. Definisi Demam Berdarah Dengue ....................................... 8

B. Etiologi .................................................................................. 8

C. Vektor dan Cara Penularan Virus Dengue ............................ 9

D. Epidemiologi ........................................................................ 11

E. Patogenesis DBD .................................................................. 12

F. Manifestasi Klinis ................................................................. 16

G. Klasifikasi derajat Penyakit Infeksi Virus Dengue ............... 21

H. Pemeriksaan Penunjang ........................................................ 22

I. Diagnosis ............................................................................... 24

Page 12: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

xii

J. Penatalaksanaan .................................................................... 26

K. Komplikasi ............................................................................ 31

L. Prognosis ............................................................................... 32

M. Kriteria Memulangkan Pasien ............................................... 32

N. Pencegahan ............................................................................ 33

O. Trombosit .............................................................................. 34

P. Leukosit ................................................................................. 35

Q. Hematokrit............................................................................. 37

R. Rawat Inap ............................................................................ 38

S. Kerangka Teori...................................................................... 39

BAB III KERANGKA KONSEP............................................................ 40

A. Kerangka Konsep ................................................................. 40

B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif .......................... 41

C. Hipotesis ............................................................................... 42

BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................... 43

A. Desain Penelitian .................................................................. 43

B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 43

C. Populasi dan Sampel ............................................................ 43

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ................................................ 44

E. Besar Sampel ........................................................................ 44

F. Analisis Data ........................................................................ 46

G. Instrumen Pengumpulan Data .............................................. 46

H. Penyajian Data...................................................................... 47

I. Etika Penelitian .................................................................... 48

J. Prosedur/Alur Penelitian ...................................................... 49

BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................ 50

A. Gambaran Umum RSUD Benyamin Guluh Kolaka.............. 50

B. Hasil Penelitian ..................................................................... 50

a. Analisis Univariat .............................................................. 51

b. Analisis Bivariat ................................................................ 55

BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................... 60

Page 13: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

xiii

A. Analisis Univariat ................................................................... 60

B. Analisis Bivariat ..................................................................... 63

BAB VII TINJAUAN KEISLAMAN ..................................................... 69

A. Nyamuk dalam Pandangan Islam .......................................... 69

B. Kebersihan dan Kesehatan Menurut Pandangan Islam .......... 71

C. Pengobatan Menurut Pandangan Islam ................................. 73

BAB VIII PENUTUP .............................................................................. 75

A. Kesimpulan ............................................................................ 75

B. Saran ...................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 77

LAMPIRAN

Page 14: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Derajat DBD berdasarkan klasifikasi WHO 2011 ..................................... 24

Tabel 2.2 Cairan yang dibutuhkan berdasarkan berat badan ..................................... 28

Tabel 2.3 Kecepatan cairan intravena berdasarkan WHO 2011 ................................ 28

Tabel 5.1 Distribusi Subjek Berdasarkan Karakteristik Demografi .......................... 51

Tabel 5.2 Distribusi Subjek Berdasarkan Karakteristik Klinik ................................. 52

Tabel 5.3 Distribusi Subjek Berdasarkan Karakteristik Laboratorium ..................... 53

Tabel 5.4 Hubungan Antara Kadar Trombosit, Leukosit dan Hematokrit Dengan

Lama Rawat Inap Pasien DBD ................................................................. 54

Tabel.5.5Kekuatan Hubungan Asosiasi Antara Masing-Masing Variabel Uji

Bivariat. .................................................................................................... 58

Page 15: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Patogenesis perdarahan pada Demam Berdarah Dengue .................. 14

Gambar 2.2 Bagan pathogenesis perdarahan pada DBD hipotesis the secondary

heterologus infection ................................................................................................. 15

Gambar 2.3 Derajat klinik infeksi dengue ................................................................ 16

Gambar 2.4 Perjalanan penyakit infeksi dengue ....................................................... 18

Gambar 2.5 Skema kriteria diagnosis infeksi dengue WHO 2011............................ 24

Gambar 2.6 Jalur triase kasus tersangka infeksi dengue WHO 2011 ....................... 26

Gambar 2.7 Tatalaksana DBD dengan syok (DSS) WHO 2011 ............................... 29

Gambar 2.8 Bagan Kerangka Teori .......................................................................... 39

Gambar 4.1 Alur Penelitian ........................................................................................ 49

Page 16: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

xvi

DAFTAR ISTILAH / SINGKATAN

DBD : Demam Berdarah Dengue

WHO : World Health Organization

US CDC : United States Center For Disease Control and Prevention

Kemenkes : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

CFR : Case Fatality Rate

KLB : Kejadian Luar biasa

SDM : Sumber Daya Manusia

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

PAPS : Pulang atas permintaan sendiri

SPSS : Statistical product and service solution

DD : Differential diagnosis

Hct : Hematokrit

DSS : Dengue shock syndrome

PRC : Packed red cell

DIC : Disseminated intravascular coagulation

TPO : Thyroperoxidase

ADP : Adenosin diphosfat

Virus-Ab : Virus-antibodi

DHF : Dengue hemorrhagic fever

DEN-1 : Dengue serotype

ADE : Antibodi dependent enhancement

TNF-α : Tumor necrosis factor alfa

IL-β : Interleukin beta

LPB : Limfosit plasma biru

USG : Ultrasonografi

Ig-M : Imunoglobulin - M

Ig-G : Imunoglobulin-G

RTPCR : Reverse transcriptase polymerase chain reaction

RNA : Ribonucleat acid

Page 17: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus dengue yang ditransmisikan melalui gigitan nyamuk dari

genus Aedes, terutama Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penderita yang

terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam ringan sampai tinggi, disertai

dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian, hingga perdarahan

spontan. Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu masalah

kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung

meningkat dan penyebarannya semakin luas.¹

Setiap tahun di seluruh dunia dilaporkan sekitar 30-100 juta penderita

demam dengue dan 500.000 penderita Demam Berdarah Dengue, dengan

22.000 kematian terutama pada anak-anak. Menurut data U.S Centers For

Disease Control and Prevention (CDC), Sekitar 40% penduduk dunia atau

sekitar 2,5-3 miliar orang berasal dari 112 negara di kawasan tropis dan

subtropis hidup dalam resiko tertular infeksi dengue. Studi lain, dari prevalensi

Demam Berdarah Dengue memperkirakan bahwa 3,9 miliar orang di 128

negara berada dalam resiko infeksi virus dengue.2 Lebih dari 70% dari populasi

beresiko untuk demam berdarah di seluruh dunia tinggal di negara anggota

wilayah WHO Asia Tenggara dan Pasifik Barat, yang menanggung hampir

75% dari beban penyakit global saat ini karena demam berdarah.3

Page 18: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

Dengue merupakan masalah internasional juga menjadi masalah

kesehatan di kawasan Pasifik Barat seperti yang dialami banyak kawasan

lainnya. Di Australia daerah Queensland bagian utara dan di kawasan Torres

Strait Islands jumlah penderita dengue antara 1-31 Januari 2012 dilaporkan

sebanyak 145 kasus, sedangkan pada tahun 2011 pada periode yang sama

dilaporkan 154 kasus,dengan jumlah penderita dengue dilaporkan meningkat

sejak bulan Oktober tahun 2011.4

Di Indonesia, DBD pertama kali di Surabaya pada tahun 1968, tetapi

konfirmasi analisis baru diperoleh tahun 1970. Saat ini DBD sudah endemis di

banyak kota besar bahkan sejak tahun 1975 penyakit itu telah berjangkit di

daerah pedesaan. Sejak tahun 1994, seluruh provinsi di Indonesia telah

melaporkan kasus DBD dan tahun 1996 telah bergeser dari usia anak-anak

ke usia dewasa.5

Sementara itu terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009,

World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara

dengan kasus demam berdarah dengue tertinggi di Asia Tenggara.6

Berdasarkan data dari Kemenkes RI Pada tahun 2015, tercatat terdapat

sebanyak 126.675 penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia dan 1.229 orang

diantaranya meninggal dunia. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun

sebelumnya, yakni sebanyak 100.347 penderita DBD dan sebanyak 907

penderita meninggal dunia pada tahun 2014. 7

Tahun 2015 merupakan tahun dengan angka penderita DBD tertinggi

dalam beberapa tahun terakhir, jumlah penderita DBD di Sulawesi Tenggara

yang dilaporkan sebanyak 1.597 kasus, dengan jumlah kematian sebanyak 22

Page 19: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

orang (Incidence Rate / Angka Kesakitan = 64,7 per 100.000 penduduk dan

Case Fatality Rate (CFR) / Angka Kematian = 1,4%), angka ini jauh lebih

tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.8

Target Renstra Kementerian Kesehatan

untuk angka kesakitan DBD tahun 2013 adalah sebesar ≤ 52 per 100.000

penduduk. Bila mengacu pada target tersebut, pada tahun 2015 Sulawesi

Tenggara belum mencapai target dengan IR DBD 64,70 per 100.000 penduduk.

Kasus DBD ditemukan di 15 kabupaten / kota dengan jumlah kasus

bervariasi dan menunjukan sebaran kasus DBD menurut kabupaten/kota di

mana dari 17 kabupaten hanya 2 kabupaten yang bebas DBD, ini berarti 88%

kabupaten / kota di Sulawesi Tenggara terkena wabah DBD dengan jumlah

kasus tertinggi dialami Kolaka dengan 761 kasus, kabupaten tersebut ditetapkan

sebagai daerah KLB DBD tahun 2015.

Kematian akibat DBD yang dilaporkan sebanyak 22 orang dari jumlah

total 1.597 kasus DBD, dengan jumlah kematian tertinggi terjadi di RSUD

Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka sebanyak 8 kasus kematian. Kematian

akibat DBD dikategorikan tinggi jika CFR > 2 %, CFR DBD Sulawesi

Tenggara sebesar 1,4 %, dengan demikian angka kematian akibat DBD di

Sulawesi Tenggara masih di kategori sedang. Untuk itu diperlukan upaya

peningkatan kualitas lingkungan, kualitas pelayanan kesehatan dan peningkatan

kualitas SDM di rumah sakit dan puskesmas termasuk peningkatan sarana

penunjang diagnostik dan penatalaksanaan bagi penderita di sarana-sarana

pelayanan kesehatan guna menghindari peningkatan jumlah kematian akibat

DBD di masa mendatang.

Page 20: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

Tingginya kasus terutama kematian akibat DBD di Indonesia tidak

terlepas dari kontrol dan pencegahan yang lemah oleh berbagai pihak,

khususnya dari pemerintah dan masyarakat. Faktor penting lainnya adalah

belum tersedianya obat spesifik atau vaksin untuk menangani dengue.9

Diagnosis penyakit DBD dan pemantauan perjalanan penyakit harus

dilakukan secara tepat dan akurat maka diperlukan pengetahuan dari petugas

medis untuk dapat mengenali gejala dan tanda dari infeksi dengue juga

diperlukan berbagai pemeriksaan penunjang salah satu diantaranya adalah

pemeriksaan darah lengkap yang dapat dilakukan untuk membantu

menegakkan diagnosis. Pemeriksaan darah yang biasanya dilakukan untuk

menapis pasien tersangka demam berdarah dengue adalah melalui pemeriksaan

jumlah trombosit, nilai hematokrit, jumlah leukosit.4

Berdasarkan penelitian Hasri Nopianto didapatkan hasil bahwa terdapat

pengaruh bermakna antara jumlah trombosit dan lama rawat inap (p= 0,036),

serta jumlah leukosit (p= 0,003). Sedangkan untuk hematokrit hasil uji analisis

pada penelitian ini yaitu tidak terdapat pengaruh bermakna antara nilai

hematokrit dan lama rawat inap (p= 0,697). Penelitian lain yang dilakukan

Simon Sumanto juga didapatkan hasil ada hubungan bermakna antara

jumlah trombosit dan lama rawat inap.29

Penanganan pasien DBD menghabiskan waktu yang lama dan biaya

kerugian yang relatif besar. Suatu penelitian di Thailand melaporkan bahwa

biaya perawatan dan pengobatan dengue lebih tinggi dibanding biaya

perawatan dan pengobatan penderita penyakit demam lainnya. Dengan

Page 21: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

manajemen standar, pasien Demam Berdarah Dengue rata-rata menghabiskan

waktu rawat inap di Rumah Sakit selama 6 hari. Biaya pengobatan atau

kerugian langsung dan tidak langsung yang dikeluarkan setiap pasien rawat

inap di rumah sakit sekitar USD 1.394 dipengaruhi oleh lamanya rawat inap.

Setiap tahunnya Indonesia kehilangan 3,1 triliun rupiah akibat epidemik

demam dengue/demam berdarah dengue.4

Dari pemaparan diatas maka DBD adalah kasus epidemik di Indonesia

sampai sekarang terutama di Sulawesi Tenggara khususnya di Kabupaten

Kolaka Belum adanya penelitian mengenai hubungan antara jumlah

trombosit, leukosit dan hematokrit pada Penderita Demam Berdarah Dengue

dengan lamanya hari perawatan, menjadi dasar bagi peneliti untuk

mengevaluasi Hubungan antara Jumlah Trombosit, Leukosit dan Hematokrit

dengan Lama Rawat Inap pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) di Rumah

Sakit Umum Daerah Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka Tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian yaitu

“Apakah terdapat hubungan antara hasil pemeriksaan jumlah trombosit,

leukosit dan hematokrit dengan lama rawat inap pada pasien DBD di RSUD

Benyamin Guluh Kolaka” ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara hasil pemeriksaan jumlah trombosit,

leukosit dan hematokrit dengan lama rawat inap pasien DBD di RSUD

Page 22: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

Benyamin Guluh Kolaka.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik data demografi penderita Demam

Berdarah Dengue di Kabupaten Kolaka.

b. Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan trombosit pada penderita

DBD di RSUD Benyamin Guluh Kolaka.

c. Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan leukosit pada penderita

DBD di RSUD Benyamin Guluh Kolaka.

d. Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan hematokrit pada

penderita DBD di RSUD Benyamin Guluh Kolaka.

e. Untuk mengetahui rata-rata lama rawat inap pasien DBD di RSUD

Benyamin Guluh Kolaka.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

Menambah wawasan penulis mengenai hubungan jumlah trombosit,

hematokrit dan leukosit dengan lama rawat inap pasien DBD di RSUD

Benyamin Guluh Kolaka.

2. Bagi masyarakat

a. Memberikan informasi mengenai Demam Berdarah dan hubungan nilai

laboratorium dengan lama rawat inap di Rumah sakit pada pasien yang

terinfeksi virus dengue.

b. Memberikan masukan data kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan

lembaga masyarakat yang membutuhkan data prevalensi serta prediksi

Page 23: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

lama rawat inap di Rumah sakit pada pasien yang terinfeksi virus

dengue khususnya di RSUD Benyamin Guluh Kolaka

3. Bagi bidang pelayanan

a. Sebagai sumber informasi bagi para praktisi kesehatan mengenai kasus

demam berdarah dengue, sehingga timbul kepedulian untuk bekerja

sama dalam menuntaskan permasalahan penyakit ini dimasa yang akan

datang.

b. Membantu para petugas kesehatan dalam memutuskan penanganan awal

terhadap penderita DBD berdasarkan jumlah trombosit, leukosit dan

hematokritnya.

c. Memberikan informasi bagi lembaga-lembaga kesehatan untuk

pengambilan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan pelayanan

pasien DBD.

d. Membantu petugas kesehatan dalam memprediksi biaya dan lama rawat

inap pasien DBD.

4. Bagi ilmu pengetahuan

a. Menambah ilmu dan pengetahuan tentang dasar pencegahan untuk

menanggulangi kasus DBD di Kabupaten Kolaka.

b. Dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

Page 24: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (dengue haemorrhagic fever / DHF) adalah

penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis

demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,

limpadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi

perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan

hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue

(dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh

renjatan/syok.10

B. Etiologi

Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang termasuk

dalam genus Flavivirus grup famili Flaviviridae. Virus ini mempunyai ukuran

diameter sebesar 30 nanometer terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal

dengan berat molekul 4x106 dan terdiri dari 4 serotipe, yakni dengue DEN 1,

DEN 2, DEN 3, DEN 4. Spesifikasi virus dengue yang dilakukan oleh Alber

Sabin pada tahun 1944 menunjukkan bahwa masing-masing serotype dengue

memiliki genotype yang berbeda. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia

dengan DEN 3 merupakan serotipe terbanyak. Terdapat reaksi silang antara

serotipe dengue dengan flavivirus lain seperti Yellow fever, Japanese

Enchehphalitis dan West Nile virus.10

Untuk pertama kalinya pada bulan Maret

2002, Michael Rossman dan Richard Kuhn dari Purdue University, Amerika

Page 25: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

Serikat melaporkan bahwa struktur virus dengue yang berbeda dengan struktur

virus lainnya telah ditemukan. Permukaan virus ini halus dan selaputnya

ditutupi oleh lapisan protein yang berwarna biru, hijau dan kuning. Protein

amplop tersebut dinamakan protein E yang berfungsi melindungi bahan genetic

didalamnya.1

C.Vektor dan Cara Penularan Virus Dengue

Terdapat dua vektor utama dengue adalah Aedes (Stegomyia) aegypti

(Ae.aegypti) dan Aedes (Stegomyia) albopictus (Ae.albopictus). Virus dengue

ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes dengan efisiensi penularan yang

berbeda-beda. Nyamuk Aedes telah beradaptasi baik pada lingkungan hidup

manusia. Seringkali nyamuk ini berkembang biak pada air bersih yang

tergenang pada ban bekas atau pada bejana atau wadah buatan manusia,

misalnya tempayan yang terbuat dari gerabah. Manusia adalah hospes yang

disukai oleh nyamuk ini, yang sering menggigit leher bagian belakang dan

daerah sekitar mata kaki. Nyamuk Aedes betina adalah penghisap darah siang

hari. Mereka mudah terganggu pada saat menghisap darah,sehingga sering

berpindah mangsa pada orang lain untuk menyelesaikan proses mengisap

darahnya sampai kenyang. Karena itu nyamuk ini merupakan vektor penular

dengue yang efisien. Karena itu tidak jarang, seluruh anggota keluarga dalam

satu rumah mengalami infeksi dalam waktu 24-36 jam, oleh gigitan yang

dilakukan oleh seekor nyamuk yang terinfeksi virus.1,4

Nyamuk yang menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi

terinfeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia (terdapat virus

Page 26: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

dalam darahnya). Menurut laporan terakhir, virus dapat pula ditularkan melalui

transovarial dari nyamuk ke telur-telurnya.1 Pada DD atau DBD,viremia terjadi

1-2 hari sebelum terjadi demam dan berakhir sekitar lima hari sesudah

penderita tidak lagi menderita demam. Nyamuk dapat menularkan dengue jika

segera menggigit hospes lainnya. Virus yang menginfeksi nyamuk akan

berkembang di midgut nyamuk lalu menginfeksi kelenjar ludah (salivary

glands) dan jaringan tubuh lainnya. Sesudah melewati masa inkubasi

ekstrinsik( extrinsic incubation period) yang lamanya 8-12 hari, nyamuk dapat

menularkan dengue ke hospes lainnya selama sisa hidupnya. Nyamuk betina

dewasa Aedes Aegypti dapat hidup selama 15-65 hari.4 Sesudah masuk

kedalam tubuh manusia, virus dengue akan berkembang biak dalam waktu 3-

14 hari (masa inkubasi) di dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam sel

dendrite, hepatosis dan sel endotel dan memicu terjadinya reaksi imun seluler

maupun humoral.

Penularan virus dengue terjadi melalui tiga siklus :

1. Siklus enzootik atau siklus silvatik primitif, terjadi pada siklus kera-Aedes-kera

seperti yang dilaporkan dari Asia Selatan dan Afrika. Virus tidak pathogen

pada kera dan viremia hanya berlangsung dalam waktu 2-3 hari. Semua

serotype dengue dapat diisolasi dari kera.

2. Siklus epizootic. Melalui nyamuk vector, virus menyebar dari manusia ke kera

dan menimbulkan epidemic virus pada kera.

3. Siklus epidemik. Siklus epidemic terjadi dalam bentuk manusia-Aedes aegypti-

manusia dengan epidemic periodic/siklik. Pada umumnya semua serotype

Page 27: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

dengue beredar dalam darah dan meningkatkan hiperendemisitas. Aedes

aegypty umumnya rendah kepekaannya jika di infeksi oral, tetapi sifat

antropofilik dan sifat multiple feeding serta habitatnya yang domestic,

menjadikan nyamuk ini merupakan vector dengue yang efektif.

D. Epidemiologi

Penyakit demam berdarah merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan

penyebarannya semakin luas. Penyakit DBD merupakan penyakit menular

yang terutama menyerang anak-anak. Di Indonesia penyakit DBD masih

merupakan maslaah kesehatan karena masih banyak daerah yang endemik.

Daerah endemic DBD pada umumnya merupakan sumber penyebaran penyakit

ke wilayah lain. Setiap kejadian luar biasa (KLB) DBD umumnya dimulai

dengan peningkatan jumlah kasus di wilayah tersebut.

Di Indonesia kasus DBD pertama kali terjadi di Surabaya pada tahun 1968.

Penyakit DBD di 200 kota di 27 provinsi dan telah terjadi KLB akibat

DBD.Profil kesehatan provinsi Jawa Tengah tahun 1999 melaporkan bahwa

kelompok tertinggi adalah usia 5-14 tahun yang terserang sebanyak 42% dan

kelompok usia 15-44 tahun yang terserang sebanyak 37%. Data tersebut

didapatkan dari data rawat inap rumah sakit. Rata-rata insidensi penyakit DBD

sebesra 6-27 per 100.000 penduduk. CFR penyakit DBD mengalami penurunan

dari tahun ke tahun walaupun masih tetap tinggi. CFR tahun 1968 sebesar 43%,

tahun 1971 sebesar 14%, tahun 1980 sebesar 4,8% dan tahun 1999 diatas 2%.

Data dari Departemen kesehatan RI melaporkan bahwa pada tahun 2004

Page 28: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

tercatat 17.707 orang terkena DBD di 25 provinsi dengan kematian 322

penderita selama bulan Januari dan februari.Daerah yang perlu diwaspadai

adalah DKI Jakarta, Bali dan NTB.1,4

Sampai saat ini infeksi virus Dengue

tetap menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Indonesia dimasukkan dalam

kategori “A” dalam stratifikasi DBD oleh World Health Organization (WHO)

2001 yang mengindikasikan tingginya angka perawatan rumah sakit dan

kematian akibat DBD, khususnya pada anak.11,12

E.Patogenesis DBD

Patogenesis terjadinya DBD hingga saat ini masih diperdebatkan. Teori

yang banyak dianut adalah hipotesis infeksi sekunder (secondary heterologous

infection theory) dan teori antibody dependent enhancement (ADE). Hipotesis

infeksi sekunder menyatakan bahwa seseorang yang terinfeksi kedua kalinya

dengan virus dengue yang berbeda, maka akan terjadi reaksi anamnestik dari

antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya. Ikatan virus- antibody non-

netralisir ini mengaktivasi makrofag dan akan bereplikasi di dalam makrofag,

sedangkan teori ADE menyatakan bahwa adanya antibodi yang timbul justru

bersifat mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag.10

Siklus

intraseluler virus dengue hampir serupa dengan siklus virus lain yang juga

tergolong dalam genus flavivirus. Infeksi virus dengue dimulai saat vektor

mengambil darah host dan memasukkan virus ke dalamnya. Virus dengue

berikatan dan masuk ke dalam sel host melalui proses endositosis yang

dimediasi oleh reseptor afinitas rendah seperti sel dendritik. Mekanisme

imunopatogenesis infeksi virus dengue melibatkan respon humoral berupa

Page 29: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

pembentukan antibodi yang berperan dalam proses netralisasi virus, sitolisis

yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi antibodi.

Juga melibatkan limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8),

monosit dan makrofag, sitokin serta aktivasi komplemen.Terjadinya infeksi

makrofag, monosit atau sel dendritik oleh virus dengue melalui proses

endositosis yang dimediasi reseptor dan atau melalui ikatan kompleks virus

antibodi dengan reseptor Fc. Infeksi ini secara langsung mengaktivasi sel T

helper (CD4) dan sel T sitotoksik (CD8) yang menghasilkan limfokin dan

interferon γ. Selanjutnya, interferon γ akan mengaktivasi makrofag yang

menyebabkan sekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF α, IL-1, dan

PAF (platelet activating factor), IL-6 dan histamin. Mediator inflamasi ini

mengakibatkan terjadinya disfungsi sel endotel dan terjadi kebocoran plasma.

Selain itu, kompleks virus dan antibodi ini akan mengaktifkan sistem

komplemen dengan mensekresikan C3a dan C5a, yang mengakibatkan

peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah sehingga terjadi

ekstravasasi plasma dari intravaskuler menuju ekstravaskuler.Selain disfungsi

endotel yaitu terjadi peningkatan permeabilitas vaskuler,kompleks virus

antibodi yang terbentuk juga mengaktifkan sistem koagulasi, sistem

fibrinolisis,kinin dan gangguan terhadap proses agregasi trombosit yang secara

keseluruhan akan menimbulkan manifestasi perdarahan yang timbul pada

DBD.10,11

Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis secondary heterologous

infection yang menyatakan bahwa DHF terjadi bila seseorang terinfeksi ulang

Page 30: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

virus dengue dengan tipe yang berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi

anamnestik antibody sehingga mengakibatkan konsentrasi kompleks imun

yang tinggi. Kurang dan Ennis pada tahun 1994 merangkum pendapat Halstead

dan peneliti lain, menyatakan bahwa infeksi virus dengue menyebabkan

aktivasi makrofag yang me-fagositosis kompleks virus-antibody non netralisasi

sehingga virus bereplikasi di makrofag. Peningkatan C3a dan C5a terjadi

melalui aktivasi oleh kompleks virus-antibody yang juga mengakibatkan

terjadinya kebocoran plasma.10,13

Gambar 2.1. Patogenesis perdarahan pada DBD.

(sumber : Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia)

Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi virus dengue endotel

yang menyebabkan disfungsi endotel. Berbagai penelitian menunjukkan

terjadinya koagulopati konsumtif pada demam berdarah dengue stadium III

dan IV. Aktivasi koagulasi pada demam berdarah dengue terjadi melalui

Page 31: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

aktivasi jalur akstrinsik (tissue factor pathway). Jalur intrinsic juga

berperan melalui aktivasi factor Xia namun tidak melalui aktivasi kontak

(kalikrein CI-inhibitor complex).

Gambar 2.2 Bagan pathogenesis perdarahan berdasarkan hipotesis the

secondary heterologous infection yang dirumuskaan oleh Suvatte, tahun

1977. ( sumber : Suva t t 1977 -di ku t i p da r i sumarmo) .

Terdapatnya kompleks antigen antibodi tersebut dapat menyebabkan

hal-hal berikut :

1. Monosit dan makrofag akan menjadi lebih aktif dalam proses fagositosis

karena adanya proses opsonisasi antigen oleh antibodi.

2. Aktivasi koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor Hageman sehingga

terjadi aktivasi sistem kinin yang memicu peningkatan permeabilitas

kapiler yang dapat mempercepat terjadinya syok.

3. Timbulnya agregasi trombosit menyebabkan pengeluaran platelet faktor III

yang dapat mengakibatkan terjadinya koagulopati konsumtif atau DIC yang

Page 32: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

ditandai dengan meningkatnya FDP (fibrinogen degradation product)

sehingga dapat terjadi penurunan faktor pembekuan yang dapat menyebabkan

dan memperparah perdarahan. Perdarahan masif yang terjadi pada DBD

diakibatkan oleh trombositopenia, kelainan fungsi trombosit, dan kerusakan

dinding endotel kapiler.Akhirnya perdarahan akan memperberat syok yang

terjadi.4,10

F. Manifestasi Klinis

Diterbitkannya panduan World Health Organization terbaru 2009 lalu

merupakan penyempurnaan dari panduan sebelumnya yaitu WHO 1997.

Sehingga disepakatilah panduan terbaru WHO 2009 sebagai berikut :

Gambar 2.3. Derajat klinik infeksi dengue (sumber : Dengue

Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control

Klasifikasi kasus yang disepakati sekarang adalah :

1.Dengue tanpa tanda bahaya ( dengue without warning sign)

2.Dengue dengan tanda bahaya ( dengue with warning sign)

3.Dengue berat (Severe dengue)

Kriteria dengue tanpa/dengan tanda bahaya

Page 33: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

1.Bertempat tinggal di / bepergian ke daerah endemik dengue disertai 2 dari hal

berikut :

a. Mual, muntah

b. Ruam

c. Sakit dan nyeri

d. Uji torniket positif

e. Lekopenia

f. Adanya tanda bahaya

Tanda bahaya adalah :

a. Nyeri perut atau kelembutannya

b. Muntah berkepanjangan

c. Terdapat akumulasi cairan

d. Perdarahan mukosa

e. Letargi, lemah

f. Pembesaran hati > 2 cm

g. Kenaikan hematokrit seiring dengan penurunan jumlah trombosit yang cepat

h. Dengue dengan konfirmasi laboratorium (penting bila bukti kebocoran plasma

tidak jelas)

Kriteria dengue berat :

Dengue berat harus dicurigai bila pada penderita dengue ditemukan :

1. Bukti kebocoran plasma

2. Adanya perdarahan yang signifikan

3. Gangguan kesadaran

Page 34: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

4. Gangguan gastrointestinal berat (muntah berkelanjutan, nyeri abdomen yang

hebat atau bertambah, ikterik)

5. Gangguan organ berat

Gambaran klinis penderita dengue terdiri atas 3 fase yaitu fase febris, fase kritis

dan fase pemulihan.

.

Gambar 2.4. Perjalanan penyakit infeksi dengue

Sumber: Center for Disease Control and Prevention. Clinician‟s case

management. Dengue Clinical Guidance. Updated 2010.

1. Fase Demam

Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus,

berlangsung 2-7 hari dan biasanya terdapat tanda – tanda flushing pada

wajah, eritema kulit, mialgia, atralgia, nyeri kepala, anoreksia, mual dan

muntah. Tes tourniquet yang positif pada fase ini meningkatkan kemungkinan

adanya infeksi virus dengue. Monitoring terhadap adanya tanda bahaya sangat

penting untuk mengenali progresifitas penyakit ke dalam fase kritis.

Page 35: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

Perdarahan ringan seperti petekie dan perdarahan pada membran mukosa

dapat terjadi pada fase ini. Perdarahan vaginal dan perdarahan gastrointestinal

dapat pula terjadi pada fase ini walaupun sangat jarang. Hepatomegali dapat

terjadi dalam beberapa hari setelah demam. Tanda awal abnormalitas pada

pemeriksaan darah adalah terjadinya penurunan jumlah leukosit

(leukopeni).14,15

2. Fase Kritis

Saat suhu tubuh mulai turun ke 37.50-38

0C atau dibawahnya yang terjadi

pada hari ke 3-6 dari perjalanan penyakit, dapat terjadi peningkatan

permeabilitas kapiler ditandai dengan peningkatan nilai hematokrit.4

Tanda

tersebut menandai awal dari terjadinya fase kritis. Leukopenia yang progresif

diikuti dengan penurunan jumlah trombosit secara cepat menandai terjadinya

kebocoran plasma. Pada fase ini pada pasien tanpa peningkatan permeabilitas

kapiler akan terjadi perbaikan klinik sedangkan pada pasien dengan

peningkatan permeabilitas kapiler dapat terjadi perburukan klinik sebagai

akibat dari hilangnya volume plasma.

3. Fase Penyembuhan

Jika pasien selamat pada 24-48 jam pada fase kritisnya, maka selanjutnya

akan terjadi reabsorbsi cairan ekstravaskular selama 48-72 jam berikutnya.

Perbaikan keadaan umum dapat terlihat dengan adanya peningkatan nafsu

makan, gejala-gejala abdomen yang berkurang, status hemodinamik yang

stabil dan adanya diuresis. Beberapa pasien dapat memperlihatkan rash “isles

of white in the sea of red”.

Page 36: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

Nilai hematokrit kembali stabil dikarenakan efek dari adanya reabsorbsi

cairan ekstravaskuler. Jumlah leukosit biasanya akan meningkat kembali ke

normal diikuti dengan peningkatan dari jumlah trombosit. Selama fase kritis

atau fase penyembuhan, terapi cairan yang berlebihan dapat menyebabkan

terjadinya edema pulmonum atau gagal jantung kongestif.16

Definisi Kasus Infeksi Dengue

1.Klinis

a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus

menerus selama 2-7 hari

b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan :

1. Uji Torniquet positif

2. Petekie, ekimosis, purpura

3. Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi

4. Hematemesis dan atau melena

c. Pembesaran hati

d. Syok ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi,

hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah

2. Laboratoris

a. Trombositopenia (100.000/µl atau kurang)

b. Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler,

dengan manifestasi sebagai berikut :

1. Peningkatan hematokrit ≥ 20%

2. Penurunan hematokrit ≤ 20% dari nilai standar, setelah dilakukannya

Page 37: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

penggantian volume plasma

Dua kriteria pertama ditambah satu dari kriteria laboratoris (atau hanya

peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan diagnosis sementara infeksi

dengue. Dalam memonitor nilai hematokrit, harus diingat kemungkinan yang

ada, seperti telah adanya anemia sebelumnya, perdarahan berat atau telah

dilakukannya penggantian volume plasma. Efusi pleura yang terlihat pada

pemeriksaan radiologi atau hipoalbuminemi dapat memperkuat terjadinya

kebocoran plasma.14,17

G.Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue

Terdapat 4 derajat spektrum klinis DBD (WHO, 1997), yaitu:

Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi

perdarahan adalah uji torniquet.

Derajat 2 : Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan perdaran

lain.

Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan

nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di

sekitar mulut kulit dingin dan lembab, tampak gelisah.

Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.

H.Pemeriksaan Penunjang

1 .Laboratorium

Pemeriksaan Darah lengkap

Pemeriksaan darah lengkap meliputi pemeriksaan terhadap sel darah

Page 38: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

merah, sel darah putih, dan trombosit. Pentingnya pemeriksaan darah

lengkap tidak dapat diremehkan karena dapat digunakan sebagai prosedur

untuk skrining, dan sangat membantu untuk menunjang diagnosis dari

berbagai penyakit. Pemeriksaan darah lengkap dapat digunakan untuk melihat

kemampuan tubuh pasien dalam melawan penyakit dan dapat digunakan

sebagai indikator untuk mengetahui kemajuan pasien dalam keadaan

penyakit tertentu seperti infeksi, pemeriksaan darah lengkap tersebut

diantaranya adalah pemeriksaan jumlah leukosit, kadar hemoglobin,

hematokrit, dan jumlah eritrosit.4 Pemeriksaan darah yang biasanya

dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam berdarah dengue adalah

melalui pemeriksaan jumlah trombosit, nilai hematokrit, jumlah leukosit,

kadar hemoglobin dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis

relatif disertai gambaraan limfosit plasma biru (LPB).4,10

2. Pemeriksaan Laboratorium Lain

a. Kadar albumin menurun sedikit dan bersifat sementara

b. Eritrosit dalam tinja hampir selalu ditemukan

c. Pada sebagian besar kasus disertai penurunan faktor koagulasi dan fibrinolitik

yaitu fibrinogen, protombin, faktor VIII, faktor XII, dan antitrombin III

d.Pada kasus berat dijumpai disfungsi hati, dijumpai penurunan kelompok

vitamin K-dependent protombin seperti faktor V, VII, IX, dan X

e.Waktu trombopastin parsial dan waktu protombin memanjang

f.Penurunan α-antiplasmin (α2-plasmin inhibitor) hanya ditemukan pada

beberapa kasus

Page 39: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

g.Hipoproteinemia

h.Hiponatremia

i. Serum aspartat aminotransferase (SGOT dan SGPT) sedikit meningkat

3.Radiologi

Pada foto toraks terutama pada SSD dapat ditemukan efusi pleura,

terutama disebelah hemitoraks kanan. Pemeriksaan foto toraks sebaiknya

dilakukan dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur disisi kanan). Asites

dan efusi pleura dapat dideteksi dengan pemeriksaan Ultrasonografi (USG).

4. Diagnosis Serologis

a. Uji Hemaglutinasi Inhibisi (Haemagglutination Inhibition Test = HI

Test) .Diantara uji serologis, uji HI adalah uji serologis yang dianjurkan dan

sering dipakai dan dipergunakan sebagai gold standar pada pemeriksaan

serologis. Walaupun demikian, terdapat beberapa hal yang perlu

diperhatikan

b.IgM Elisa (Mac Elisa) dan IgG Elisa

Mac Elisa pada tahun terakhir ini merupakan uji serologi yang banyak sekali

dipakai.Mac Elisa adalah singkatan dari IgM captured Elisa. Sesuai namanya, tes

tersebut akan mengetahui kandungan IgM dalam serum pasien.

5.Isolasi Virus

Ada beberapa cara isolasi dikembangkan inokulasi pada biakan jaringan

mamalia dan nyamuk A.Albopictus dan inokulasi pada nyamuk dewasa secara

intratorasik atau intraserebral pada larva.

Page 40: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

I.Diagnosis

Gambar 2.5. Skema kriteria diagnosis infeksi dengue menurut WHO 2011

Tabel 2.1.Derajat DBD berdasarkan klasifikasi WHO 2011

DD/DB Derajat Tanda dan gejala Laboratorium

DD

Demam disertai

minimal dua gejala

Nyeri kepala

Nyeri retroorbital

Nyeri otot

Nyeri sendi/tulang

Ruam kulit

mukulopapular

Manifestasi

perdarahan

Tidak ada tanda

perembesan plasma

Leukopenia (leukosit ≤4000

sel/mm3)

Trombositopenia ( Jumlah

trombosit ≤100.000 sel/mm3)

Hematokrit meningkat ( 5%-

10%)

Tidak ada bukti perembesan

plasma

DBD I

Demam dan

manifestasi

perdarahan(uji

Trombositopenia≤100.000sel/m

m3.Peningkatan hematokrit

≥20%

Page 41: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

bending positif )dan

tanda perembesan

plasma

DBD II

Seperti derajat I

ditambah perdarahan

spontan

Trombositopenia≤100.000sel/m

m3.Peningkatan hematokrit

≥20%

DBD III

Seperti derajat I dan

II ditambah

kegagalan sirkulasi

(nadi lemah,tekanan

nadi

≤20mmHg,hipotensi,

gelisah,dieresis

menurun)

Trombositopenia≤100.000sel/m

m3.Peningkatan hematokrit

≥20%

DBD IV

Syok hebat dengan

tekanan darah dan

nadi yang tidak

terdeteksi

Trombositopenia≤100.000sel/m

m3.Peningkatan hematokrit

≥20%

Diagnosis infeksi dengue :

Gejala klinis + trombositopenia + hemokonsentrasi dikonfirmasi dengan

deteksi antigen virus dengue (NS-1) atau dengan uji serologi anti dengue

positif (igM anti dengue atau igM/IgG anti dengue positif )

Page 42: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

43

J. Penatalaksanaan

Tidak ada terapi spesifik untuk demam dengue, prinsip utama adalah terapi

suportif. Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat diturunkan

hingga kurang dari 1%.17,22

Gambar 2.6. Bagan Jalur triase kasus tersangka infeksi dengue (WHO 2011)

Sumber: World Health Organization-South East Asia Regional Office.

Demam + tersangka dengue,perdarahan,nyeri

kepala,nyeri retro orbital,,nyeri otot,nyeri sendi,ruam

kulit

Demam < 3

hari

Uji

Bendung

Demam ≥3

hari

Kegawatan/syok

-

DPL

Pertimbangkan

DPL awal

Edukasi keluarga

Perawatan di

rumah

Follow up tiap

hari jika perlu

Kegawatan /syok

+

Pasien

resiko

tinggi

Leukopenia

tanpa

trombositopen

ia

Leukopenia

dan atau

trombositopen

ia

Ada Tidak

ada

Tidak ada Ada

Monitor/rawat

Pertimbangkan

cairan IV

Monitor dengue

DPL

Gula darah

Pertimbangkan

resusitasi cairan

IV / koreksi

dehidrasi

DD Penyakit lain

Monitor

tergantung

diagnose

Demam <2 hari

jarang

kemungkinan DSS

Page 43: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

44

Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue.

1. Tanda kegawatan

Tanda kegawatan dapat terjadi pada setiap fase pada perjalanan penyakit infeksi

dengue, seperti berikut :

a. Tidak ada perbaikan klinis/perburukan saat sebelum atau selama masa

transisi ke fase bebas demam / sejalan dengan proses penyakit

b. Muntah yg menetap, tidak mau minum

c. Nyeri perut hebat

d. Letargi dan/atau gelisah, perubahan tingkah laku mendadak

e. Perdarahan: epistaksis, buang air besar hitam, hematemesis, menstruasi yang

hebat, warna urin gelap (hemoglobinuria)/hematuria

f. Giddiness (pusing/perasaan ingin terjatuh)

g. Pucat, tangan - kaki dingin dan lembab

h. Diuresis kurang/tidak ada dalam 4-6 jam

2. Monitor perjalanan penyakit DD/DBD

Parameter yang harus dimonitor mencakup :

a. Keadaan umum, nafsu makan, muntah, perdarahan, dan tanda dan gejala lain

Perfusi perifer sesering mungkin karena sebagai indikator awal tanda syok,

serta mudah dan cepat utk dilakukan

b. Tanda vital: suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah, diperiksa minimal setiap

2-4 jam pada pasien non syok & 1-2 jam pada pasien syok.

c. Pemeriksaan hematokrit serial setiap 4-6 jam pada kasus stabil dan lebih

Page 44: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

45

sering pada pasien tidak stabil/ tersangka perdarahan.

d. Diuresis setiap 8-12 jam pada kasus tidak berat dan setiap jam pada pasien

dengan syok berkepanjangan / cairan yg berlebihan.

e. Jumlah urin harus 1 ml/kg berat badan/jam berdasarkan berat badan ideal

3. Indikasi pemberian cairan intravena

a. Pasien tidak dapat asupan yang adekuat untuk cairan per oral atau muntah

b. Hematokrit meningkat 10%-20% meskipun dengan rehidrasi oral

c. Ancaman syok atau dalam keadaan syok

Tabel 2.2. Cairan yang dibutuhkan berdasarkan berat badan

Berat

badan

ideal

(kg)

Cairan

rumata

n

Cairan

rumatan

+ 5% defisit

(ml)

Berat

badan

ideal

(kg)

Cairan

rumata

n

Cairan

rumatan

+ 5% defisit

(ml)

(ml)

(ml)

5 50

0

75

0

3

5

180

0

35

50 1

0

100

0

15

00

4

0

190

0

39

00 1

5

125

0

20

00

4

5

200

0

42

50 2

0

150

0

25

00

5

0

210

0

46

00 2

5

160

0

28

50

5

5

220

0

49

50 3

0

170

0

32

00

6

0

230

0

53

00 Holiday MA, Segar WE. Maintenance need for water in parenteral fluid therapy

Tabel 2.3. Kecepatan cairan intravena

Keterangan Kecepatan cairan

(ml/kg/jam)

Setengah rumatan /2 1.5 Rumatan (R) 3 Rumatan + 5% defisit 5 Rumatan+ 7% defisit 7 Rumatan+ 10% defisit 10

Page 45: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

46

Sumber:World Health Organization-South East Asia Regional Office. Comprehensive

Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever.

India: WHO; 2011 dengan modifikasi.

1. Tata laksana infeksi dengue berdasarkan fase perjalanan penyakit

a. Fase Demam

Pada fase demam, dapat diberikan antipiretik + cairan rumatan / atau cairan oral

apabila anak masih mau minum, pemantauan dilakukan setiap 12-24 jam.

Medikamentosa :

a. Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan pemberian parasetamol bukan

aspirin.

b. Diusahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan (misalnya

antasid, anti emetik) untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati.

c. Kortikosteroid diberikan pada DBD ensefalopati apabila terdapat

perdarahan saluran cerna kortikosteroid tidak diberikan.

d. Antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati.

b. Fase Kritis

Pada fase kritis pemberian cairan sangat diperlukan yaitu kebutuhan rumatan +

deficit, disertai monitor keadaan klinis dan laboratorium setiap 4-6 jam.

Tanda vital tidak stabil

Volume urin berkurang

Tanda syok/DBD Derajat III

Page 46: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

47

Berikan oksigen via masker/kateter

Penggantian volume cairan segera,kristaloid 10 ml/kgBB 1-2 jam

Pada syok lama DBD derajat IV volume 20 ml/kgBB/Jam,10-15 menit

Apabila membaik kurangi menjadi 10 ml/kgBB

Kurangi volume cairan berturur-

turut 10 ml,7 ml,5 ml,3 ml,1,5

ml/kgBB/jam sebelum selanjutnya

dikurangi untuk mempertahankan

akses vena tetap berbuka

Koloid IV

Dextran 40

Transfusi darah 10 ml/kgBB/jam Whole blood 10

ml/kgBB/jam Atau PRC 5

ml/kgBB/jam

Perbaikan

Stop pemberian cairan 24-48 jam

Perbaikan

Kurangi volume cairan berturur-turut 10

ml,7 ml,5 ml,3 ml,1,5 ml/kgBB/jam

sebelum selanjutnya dikurangi untuk

mempertahankan akses vena

Perbaikan Tidak ada perbaikan

Hct menurun Hct

meningkat

Page 47: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

48

Gambar 2.7. Bagan Tata laksana DBD dengan syok (DSS) Sumber: World Health

Organization-South East Asia Regional Office. Comprehensive Guidelines for

Prevention and Control of Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. India: WHO;

2011 dengan modifikasi.

2. DBD dengan syok berkepanjangan (DBD derajat IV)

a. Cairan: 20 ml/kg cairan bolus dalam 10-15 menit, bila tekanan darah sudah

didapat cairan selanjutnya sesuai algoritma pada derajat III

b. Bila syok belum teratasi: setelah 10ml/kg pertama diulang 10 ml/kg,

dapat diberikan bersama koloid 10-30ml/kgBB secepatnya dalam 1 jam

dan koreksi hasil laboratorium yang tidak normal

c. Transfusi darah segera dipertimbangkan sebagai langkah selanjutnya

(setelah review hematokrit sebelum resusitasi)

d. Monitor ketat (pemasangan katerisasi urin, katerisasi pembuluh darah vena

pusat / jalur arteri)

e. Inotropik dapat digunakan untuk mendukung tekanan darah

3. Perdarahan hebat

a. Apabila sumber perdarahan dapat diidentifikasi, segera hentikan. Transfusi

darah segera adalah darurat tidak dapat ditunda sampai hematokrit turun

terlalu rendah. Bila darah yang hilang dapat dihitung, harus diganti. Apabila

tidak dapat diukur, 10 ml/kg darah segar atau 5 ml/kg PRC harus diberikan

Page 48: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

49

dan dievaluasi.

b. Pada perdarahan saluran cerna, H2 antagonis dan penghambat pompa

proton dapat digunakan.

K. Komplikasi

1. Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD dengan atau tanpa syok.

2. Kelainan ginjal akibat syok berkepanjangan dapat mengakibatkan gagal ginjal

akut.

3. Edema paru dan/ atau gagal jantung seringkali terjadi akibat overloading

pemberian cairan pada masa perembesan plasma

4. Syok yang berkepanjangan mengakibatkan asidosis metabolik & perdarahan

hebat (DIC, kegagalan organ multipel)

5. Hipoglikemia / hiperglikemia, hiponatremia, hipokalsemia akibat syok

berkepanjangan dan terapi cairan yang tidak sesuai.

L. Prognosis

Mayoritas pasien yang terinfeksi virus dengue memiki prognosis yang

baik, walaupun pasien tersebut terlihat sangat menderita pada saat minggu

pertama atau kedua sakit. Pasien dengan penurunan sistem imun memiliki

prognosis dari cukup sampai baik karena mereka lebih mungkin mengalami

komplikasi. Pasien yang mengalami SSD memiliki prognosis dari jelek sampai

bagus tergantung dari perjalanan penyakitnya dan cepatnya pemberian terapi.

CFR pada DBD adalah sekitar 3 % jika dideteksi dan ditangani segera, namun

Page 49: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

50

bilaterjadi syok maka CFR meningkat menjadi 50%.

M.Kriteria memulangkan pasien

Pasien dapat dipulangkan apabila telah terjadi perbaikan klinis sebagai

berikut.14,16,23

1. Bebas demam minimal 24 jam tanpa menggunakan antipiretik

2. Nafsu makan telah kembali

3. Perbaikan klinis, tidak ada demam, tidak ada distres pernafasan, dan nadi

teratur

4. Diuresis baik

5. Minimum 2-3 hari setelah sembuh dari syok

6. Tidak ada kegawatan napas karena efusi pleura, tidak ada asites

7. Trombosit >50.000 /mm3. Pada kasus DBD tanpa komplikasi, pada

umumnya jumlah trombosit akan meningkat ke nilai normal dalam 3-5 hari.

N. Pencegahan

Saat ini untuk penyakit demam berdarah dengue belum ada vaksin yang

tersedia untuk melawan Dengue dan tidak ada pengobatan spesifik untuk

menangani infeksi dengue.24 Hal ini membuat pencegahan adalah langkah

terpenting dan pencegahan berarti menghindari gigitan nyamuk jika kita tinggal di

atau bepergian ke area endemik. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan guna

melakukan upaya pencegahan terhadap timbulnya demam berdarah. Kegiatan ini

meliputi1 :

Page 50: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

51

1. Pembersihan Jentik :

a. Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

b. Larvasidasi

c. Menggunakan ikan (ikan kepala timah,cupang,sepat)

2. Pencegahan gigitan nyamuk :

a. Menggunakan kelambu

b. Menggunakan obat nyamuk (bakar, oles,)

c. Tidak melakukan kebiasaan beresiko (tidur siang, menggantung baju)

d. Penyemprotan

O. Trombosit

Trombosit merupakan unsur selular sumsum tulang terkecil dan penting untuk

homeostasis dan koagulasi. Trombosit bukan merupakan sel,tetapi merupakan

fragmen-fragmen sel granular berbentuk cakram, tidak berinti .Trombosit berasal

dari sel induk pluripoten yang tidak terikat (noncommited pluripotent stem cell)

yang jika ada permintaan dan dalam keadaan adanya faktor perangsang

trombosit.,interleukin dan TPO (faktor pertumbuhan dan perkembangan

megakariosit), berdiferensiasi menjadi kelompok sel induk yang terikat (committed

stem cell pool) untuk membentuk megakarioblas.25

Trombosit yang melekat pada kolagen yang terpajan pada pembuluh yang

cedera, mengerut dan melepaskan ADP serta faktor 3 trombosit penting untuk

Page 51: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

52

mengawali system pembekuan.Kelainan jumlah atau fungsi trombosit (atau

keduanya) dapat menganggu koagulais darah.Nilai normal trombosit adalah 170-

380 × 103/mm

3. Trombositosis umumnya didefinisikan sebagai peningkatan

jumlah trombosit lebih dari 400.000/mm3. Trombositopenia didefinisikan sebagai

jumlah trombosit kurang dari 100.000/mm3. Jumlah trombosit yang rendah ini

dapat merupakan akibat berkurangnya produksi atau meningkatnya penghancuran

trombosit.25

Trombosit berperan penting dalam kedua proses hemostasis.Trombosit dalam

keadaan normal bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui aliran darah tanpa menempel

di sel-sel endotel vascular. Akan tetapi dalam beberapa detik setelah kerusakan

suatu pembuluh,trombosit tertarik ke daerah tersebut sehingga respons terhadap

kolagen yang terpajan dilapisan subendotel pembuluh darah yang mengalami

kerusakan.Trombosit melekat ke protein yang menunjukkan adanya kerusakan

permukaan pembuluh darah, dan mengeluarkan beberapa zat kimia vasoaktif

termasuk serotonin dan adenosine difosfat (ADP). Serotonin menyebabkan

vasokonstriksi yang membantu penurunan aliran darah ke area luka sehingga

membatasi perdarahan.Serotonin dan zat kimia lainnya termasuk ADP juga

menyebabkan trombosit berubah bentuk dan menjadi lengket,dimulai dengan

proses pembentukan yang disebut sumbat atau plak trombosit didalam pembuluh

darah yang rusak.26 Trombosit berperan dalam hemostasis, penghentian perdarahan

dari pembuluh darah yang cedera.Tiga tahap utama dalam hemostasis adalah (1)

spasme vascular (2) pembentukan sumbat trombosit (3) pembentukan bekuan.27

Page 52: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

53

P. Leukosit

Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah peran utama leukosit atau sel darah

putih. Batas normal sel darah putih berkisar dari 4000 sampai 10.000/mm3.Lima

jenis sel darah putih yang sudah diidentifikasi dalam darah perifer adalah (1)

neutrofil (50%sampai 75% SDP total), (2) eosinofil (1% sampai 2%), (3) basofil

(0,5%sampai 1%), (4) monosit(6%) dan (5) limfosit (25% sampai

33%).25Gangguan sel darah putih dapat mengenai setiap lapisan sel atau semua

lapisan sel dan umumnya disertai gangguan pembentukan atau penghancuran dini.

Leukositosis menunjukkan peningkatan leukosit yang umunya melebihi

10.000/mm3.Leukopenia menunjukkan jumlah leukosit yang menurun.

25

Leukosit adalah satuan mobile pada sistem pertahanan imun tubuh. Imunitas

adalah kemampuan tubuh menahan atau menyingkirkan benda asing yang

berpotensi merugikan atau sel abnormal. Leukosit dan turunan-turunannya

bersama dengan berbagai protein plasma membentuk system imun, suatu sistem

pertahanan internal yang mengenali dan menghancurkan atau menetralkan benda-

benda dalam tubuh yang asing bagi diri normal. Secara spesifik, sistem imun

mempertahankan tubuh dari pathogen penginvasi (mikroorganisme penyebab

penyakit misalnya bakteri dan virus dan mengidentifikasi dan menghancurkan sel

kanker yang timbul ditubuh serta membersihkan sel-sel tua dan sisa jaringan.27

Leukosit hanya terdapat dalam darah sewaktu transit tempat produksinya dan

juga tempat penyimpanannya di sumsum tulang (dan juga jaringan limfoid bagi

limfosit) ke tempat kerjanya di jaringan. Semua leukosit memiliki rentang usia

Page 53: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

54

terbatas dan harus diganti melalui suatu proses diferensiasi dan proliferasi sel

precursor secara terus-menerus. Jumlah total dan persentase masing-masing tipe

leukosit yang diproduksi bervariasi bergantung pada kebutuhan pertahanan tubuh

saat itu.27

Neutrofil-

segments

Neutrofil-

bands

Eosinofil Basofil Limfosit Monosit

Persentase 36-73 0-12 0-6 0-2 15-45 0-10

Jumlah

absolute/(mm)3

1.260-

7.300

0-1.440 0-500 0-150

800-

40.000

100-800

Q. Hematokrit

Dalam sampel darah,persentase darah yang diambil dalam sel darah merah

ialah hematokrit, yang biasanya memiliki perkiraan rentang dari 360% sampai 52%

tergantung usia dan jenis kelamin.26 Hematokrit atau packed cell menunjukkan

volume darah lengkap yang terdiri dari eritrosit. Pengukuran hematokrit

merupakan persentase eritrosit dalam darah lengkap setelah specimen darah

disentrifugasi dan dinyatakan dalam millimeter kubik packed cell/100 ml darah

atau dalam volume/dl.25

Nilai normal

Hematokrit (Hct)

Laki-laki 40%-50% 0,4-0,5 SI Unit

Perempuan 35%-45% 0,35-0,45 SI Unit

Page 54: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

55

Nilai hematokrit rata-rata pada wanita adalah 42% dan pria sedikit lebih tinggi

yaitu 45%.27 Penurunan nilai hematokrit merupakan indikator anemia karena

berbagai sebab, reaksi hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah dan

hipertiroid. Penurunan Hematokrit sebesar 30% menunjukkan pasien mengalami

anemia sedang hingga parah. Peningkatan nilai hermatokrit dapat terjadi pada

eritrositosis,dehidrasi,kerusakan paru-paru kronik,polisitemia dan syok. Nilai

hematokrit biasanya sebanding dengan jumlah sel darah merah pada ukuran

eritrosit normal.28

Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya

peningkatan hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal. Umumnya dimulai dari hari

ke 3 demam.

R. Rawat Inap

Rawat inap adalah suatu proses perawatan pasien oleh tenaga kesehatan akibat

penyakit tertentu dimana pasien diinapkan. Manajemen, prosedur, fasilitas dan

biaya rawat inap dapat berbeda antara rumah sakit yang satu dengan yang lainnya.

Lama rawat inap adalah istilah yang umum digunakan untuk mengukur durasi satu

episode rawat inap. Lama rawat inap dinilai dengan mengekstraksi durasi tinggal

di rumah sakit yang diukur dalam jam atau hari.19

Dari kepustakaan rata-rata lama

rawat inap pasien DBD di rumah sakit adalah 6 hari, Demam berdarah dengue

termasuk dalam 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit tahun 2010 dan

menempati peringkat kedua.6

Rawat inap adalah pemeliharaan kesehatan rumah sakit dimana penderita

Page 55: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

56

tinggal/mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari pelaksana pelayanan

kesehatan atau rumah sakit pelaksana pelayanan kesehatan lain. Rawat inap adalah

pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnose, pengobatan,

keperawatan, rehabilitasi medic, dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana

kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta serta puskesmas perawatan dan

rumah bersalin, yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap.

Page 56: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

57

S. Kerangka Teori

Gambar 2.8. Bagan Kerangka Teor

Infeksi Virus Dengue

Aktivasi kompleks virus-Ab

Agregasi

Trombosit Manifestasi

Perdarahan Permeabilitas

vaskuler

Hepatomegali Perubahan imunologi

seluler

Penghancuran trombosit oleh

RES

DIC

Kebocoran plasma Hematokrit meningkat Efusi pleura

Asites

Leukopenia

Trombositopenia

Hipovolemi

Syok

Lama Rawat Inap

Meninggal

Perdarahan saluran cerna Asidosis Anoksia

Page 57: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

58

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka, banyak faktor yang menyebabkan lamanya

rawat inap pada pasien DBD tetapi peneliti membatasi penelitian ini hanya pada

pemeriksaan jumlah trombosit, leukosit dan hematokrit. Jumlah trombosit dan

kadar hematokrit sering digunakan sebagai indikator berat atau tidaknya penyakit

tersebut. Oleh karena itu, pemeriksaan darah merupakan hal yang mutlak

dilakukan. Biasanya pada pemantauan penyakit, penurunan jumlah trombosit yang

terlalu rendah ataupun peningatan kadar hematokrit yang terlalu tinggi sering

ditakutkan akan terjadinya syok dan dapat terjadi leukopeni atau leukositosis. 4

Keterangan :

= Variabel independen

= Variabel dependen

Pemeriksaan Lab darah rutin Trombosit

Leukosit

Hematokrit

Lama Rawat

Inap pasien

DBD

Page 58: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

59

B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Variabel Definisi

Operasional

Alat

Ukur

Skala

Ukur Hasil Ukur

Lama

rawat inap

pasien

DBD

Rentang waktu

sejak pasien masuk

rumah sakit untuk

di opname sampai

keluar atas izin

dokter sebagaimana

tercantum dalam

rekam medik

Mengg

unakan

checkli

st

Ordinal 1.≤ 6 hari

2.> 6 hari

Trombosit

Salah satu

komponen darah

yang berperan

dalam sistem

pembekuan darah

diukur dalam

mikroliter yang

diperiksa pertama

kali saat masuk

rumah sakit

Mengg

unakan

checkli

st

Ordinal

1. <100.000/µl

:Trombositopenia

2. 100.000-

350.000/µl:Trombos

it normal

Leukosit

Jumlah sel darah

putih yang berfungsi untuk

pertahanan tubuh

melawan infeksi

yang diperiksa

pertama kali saat

masuk rumah sakit

Mengg

unakan

checkli

st

Ordinal

1. <4.000/mm3

: Leukopenia

2. 4.000 -

10.000/mm3:Leukos

it normal

Hematokri

t

Nilai yang

menggambarkan

proporsi volume

sampel darah

dengan sel darah

merah diukur dalam

persen yang

Mengg

unakan

checkli

st

Ordinal

35%-45% : Hct normal

<35%: Hct rendah

Page 59: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

60

diperiksa pertama

kali saat masuk

rumah sakit.

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka dapat ditegakkan hipotesis dalam

penelitian ini adalah :

Hipotesis Nol : Tidak terdapat hubungan antara jumlah trombosit,

leukosit dan hematokrit dengan lama rawat inap

pasien DBD di RSUD Benyamin Guluh Kolaka.

Hipotesis Alternatif : Terdapat hubungan antara jumlah trombosit, leukosit

dan hematokrit dengan lama rawat inap pasien DBD

di RSUD Benyamin Guluh Kolaka.

Page 60: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

61

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yang akan menganalisis

hasil pemeriksaan hematologis laboratorium pada pasien demam berdarah dengue

(DBD). Desain penelitian yang akan digunakan adalah studi cross sectional,

dimana pengukuran terhadap jumlah trombosit, leukosit dan hematokrit dengan

lama rawat inap pasien DBD tahun 2015.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Benyamin Guluh Kolaka

bulan November 2016 - Januari 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

a. Populasi target : pasien demam berdarah dengue di RSUD Benyamin Guluh

Kolaka.

b. Populasi terjangkau : Pasien demam berdarah dengue di RSUD Benyamin

Guluh Kolaka yang dirawat inap tahun 2015.

2. Sampel

Sampel yang digunakan yaitu pasien DBD di RSUD Benyamin Guluh Kolaka

tahun 2013-2015 yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Subjek

Page 61: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

62

yang diteliti yaitu pasien DBD di RSUD Benyamin Guluh Kolaka tahun 2015

yang memenuhi criteria inklusi dan eksklusi yang benar ikut serta dan diteliti.

D. Kriteria Inklusi dan eksklusi

Kriteria seleksi terdiri dari kriteri inklusi dan kriteria eksklusi yang masing-

masing memiliki persyaratan.

1. Kriteria inklusi :

a. Dikatakan menderita demam berdarah dengue oleh dokter di rumah sakit

sesuai dengan kriteria diagnosis DBD.

b. Mendapat pelayanan rawat inap.

c. Terdapat hasil pemeriksaan laboratorium khususnya trombosit, leukosit dan

hematokrit.

2. Kriteria eksklusi :

a. Pasien yang menderita penyakit penyerta lainnya (penyakit penyulit,

komplikasi, congenital, dsb)

b. Pasien rawat inap pulang atau permintaan sendiri (PAPS).

E. Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini berdasarkan rumus cross-sectional :

( √ √

)

2

Keterangan

n : besarnya sampel minimal

Zα : Deviat baku alfa pada derajat kepercayaan 95% yaitu sebesar 1,960.

Page 62: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

63

Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5% hipotesis dua arah.

Zβ : Deviat baku beta pada derajat kepercayaan 95% yaitu sebesar 1,645.

Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 5% hipotesis dua arah.

P2 : proporsi kategori variabel yang diteliti ( Angka insiden DBD per 100.000

penduduk di Indonesia tahun 2015 (Sulawesi tenggara) = 64,7 = 65%)8

P : Proporsi rata-rata ((P1 + P2)/2)

P1 – P2 : Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna yaitu 0,2

Dengan demikian,

P1 – P2 = 0,2

P2 = 0,65

Q2 = 1 – P2 = 1 – 0,65 = 0,35

P1 = 0,2 + P2 = 0,2 + 0,65 = 0,85

Q1 = 1 – P1 =1 – 0,85 = 0,15

P = (P1 + P2)/2 = (0,85 + 0,65)/ 2 = 0,75

Q = 1 – P = 1 – 0,75 = 0,25

Sehingga,

n = (𝑍𝛼√2𝑃𝑄 : 𝑍𝛽 √𝑃1𝑄1:𝑃2𝑄2

𝑃1;𝑃2)

n = (1.960√2𝑋0.75𝑋0.25 : 1.645 √0,85𝑋0.15:0.65𝑋0.35

0.85;0.65)2

n = (1.960√0.375 : 1.645 √0.355

0.20)2

Page 63: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

64

n = (1.960 𝑋 0.612:1.645𝑋 0.595

0.2)2

n = (1.199:0.978

0.2)2

n = ( 0.88)2 = 118.37 = 119 Sampel minimal

Besar sampel minimal adalah 119 orang

F. Analisis data

Data yang diperoleh melalui penelitian ini akan diolah menggunakan program

Statistical Product and Service Solution (SPSS) 21,0 For Windows dan dianalisis

dengan menggunakan:

1. Analisis Univariat dengan menghitung besarnya frekuensi dari setiap variabel,

menghitung nilai rerata.

2. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan rumus Chi Square dengan

ketentuan bila p < 0,05 berarti H0 ditolak dan Ha diterima sedangkan jika

nilai p ≥ 0,05 berarti H0 diterima dan Ha ditolak.

G. Instrumen Pengumpulan Data

Alat pengumpul data dan instrumen penelitian yang dipergunakan dalam

penelitian ini yaitu tabel-tabel tertentu untuk merekam atau mencatat data yang

dibutuhkan dari rekam medik.

H. Penyajian Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing

Page 64: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

65

Editing bertujuan untuk meneliti kembali hasil checklist menjadi lengkap.

Editing dilakukan dengan cara memeriksa kelengkapan data, memperjelas

serta melakukan pengolahan terhadap data yang dikumpulkan.

2. Coding

Coding yaitu memberikan kode angka pada atribut variabel agar lebih mudah

dalam analisa data. Coding dilakukan dengan cara menyederhanakan data yang

terkumpul dengan cara member kode atau simbol tertentu.

3. Tabulating

Pada tahapan ini data dihitung, melakukan tabulasi untuk masing-masing

variabel. Dari data mentah dilakukan penyesuaian data yang merupakan suatu

proses pengorganisasian data sedemikian rupa agar dapat dengan mudah

dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.

4. Transfering

Transfering data yaitu memindahkan data dari media kepada master tabel.

5. Cleaning

Cleaning yaitu pembersihan data yang telah terkumpul di cek terlebih dahulu

agar tidak terdapat data yang tidak perlu.

6. Entry

Entry yaitu pemasukan data dalam program computer untuk proses analisis

data.

I. Etika Penelitian

Hal-hal yang terkait etika penelitian dalam penelitian ini adalah:

Page 65: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

66

1. Menyertakan surat pengantar yang dirujukan kepada pihak pemerintah setempat

sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.

2. Anonimus. Subjek akan diperlakukan secara anonimus.

3. Confidentiality. Berusaha menjaga kerahasiaan identitas pasien yang terdapat

pada rekam medik, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan

atas penelitian yang dilakukan.

4. Diharapkan penelitian ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak yang

terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah disebutkan sebelumnya.

Page 66: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

67

J. Prosedur/Alur Penelitian

Gambar 4.1. Alur penelitian

Simple random sampling dengan memperhatikan kriteria

inklusi dan eksklusi

iiinInstalasi rekam

medis

Populasi terjangkau pasien DBD yang menjalani rawat

inap di RSUD Benyamin Guluh Kolaka

Rekam medis pasien DBD di RSUD Benyamin Guluh

Kolaka

Data jumlah trombosit,

leukosit, hematokrit

Analisis data

Instalasi rekam medis

Page 67: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

59

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum RSUD Benyamin Guluh Kolaka

Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka terletak di Kel.

Lamokato, Kec.Kolaka, Kab.Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara, tepatnya di

jalan Dr.Sutomo No.1. Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka di bangun

pada tahun 1979 di atas tanah seluas 1 Ha dengan luas bangunan 2.737 m2.

RSBG Kab. Lokasi ini sangat strategis karena terletak di pusat kota Kolaka

sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. Rumah Sakit ini adalah Rumah

Sakit Tipe C yang merupakan pusat rujukan pasien yang berasal dari unit-unit

pelayanan kesehatan dari seluruh kecamatan di Kabupaten Kolaka dan

sekitarnya. Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokeran dengan

24 dokter. Rumah sakit ini tersedia tempat tidur di semua kelas kamar, dari

kelas I sampai kelas VVIP terdiri dari 121 tempat tidur inap di rumah sakit ini.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan data pasien rawat inap demam berdarah

dengue di RSUD Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka Tahun 2015. Penelitian

ini berlangsung mulai bulan November 2016 hingga bulan Januari 2017.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan jumlah

trombosit, leukosit dan hematokrit dengan lama rawat inap pasien Demam

Berdarah Dengue di RSUD Benyamin Guluh Kolaka Tahun 2015. Jumlah

sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 119 orang.

Page 68: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

60

Subjek penelitian ini diambil dari Simple random sampling yang telah

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Data dari pasien demam berdarah dengue diperoleh dari pengisisan daftar

checklist yang secara langsung diperoleh melalui data rekam medik pasien.

Data yang diperoleh kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel

frekuensi dan tabulasi silang sesuai dengan tujuan penelitian.

a. Analisis Univariat

1. Distribusi Subjek Berdasarkan Karakteristik Demografi

Tabel 5.2 Distribusi Subjek Berdasarkan Karakteristik Demografi

No Variabel Subgroup N

Jumlah persentase

(%)

1 Umur

Balita (≤ 5 tahun) 25 21

Anak-anak (6-18

tahun)

89 74,8

Dewasa (>18 tahun) 5 4,2

2

Jenis

Kelamin

Laki-laki 68 57,1

Perempuan 51 42,9

3 Asal Daerah

Dalam kota 73 61,3

Luar kota 46 38,7

Sumber : Unit rekam Medik RSUD Benyamin Guluh Kab.Kolaka

Dari tabel 5.2 diatas, didapatkan hasil pada umur penderita DBD sangat

bervariasi. Usia termuda pada penderita DBD adalah ≤ 5 tahun dan yang

tertua > 18 tahun usia terbanyak pada usia 6-18 tahun yaitu 89 orang

Page 69: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

61

dengan persentase sebesar 74,8%. Menurut Jenis kelamin penderita laki-

laki lebih banyak yaitu 68 orang dengan jumlah persentase 57,1% dan

pada perempuan yaitu 51 orang dengan persentase sebesar 42,9%.

Selain itu, subjek pada penelitian ini mayoritas berasal dari dalam

kota Kolaka, tetapi ada beberapa yang berasal dari luar kota

Kolaka.Dengan persentase pasien dari dalam kota sebanyak 73 orang

dengan persentase 61,3% dan pasien dari luar kota sebanyak 46 orang

dengan persentase 38,7%.

2. Distribusi Subjek Berdasarkan Karakteristik Klinik

Tabel 5.2 Distribusi lama rawat inap pasien

No. Lama rawat inap Jumlah

1 3 hari 1 orang

2 4 hari 5 orang

3 5 hari 7 orang

4 6 hari 16 orang

5 7 hari 38 orang

6 8 hari 26 orang

7 9 hari 8 orang

8 10 hari 4 orang

9 11 hari 7 orang

10 12 hari 7 orang

Jumlah total 119 orang

Rata-rata lama rawat inap 7 hari

Page 70: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

62

Tabel 5.3 Distribusi Subjek Berdasarkan Karakteristik Klinik

No Variabel Subgrup n

Jumlah persentase

(%)

1

Lama rawat

inap

≤ 6 hari (Memendek) 29 24,4

>6 hari (memanjang) 90 75,6

2 Suhu tubuh

Hipotermi <36,5 c 20 16,8

Normal 36,5-37,5 c 23 19,3

Demam/Hipertermi>37,5 c 76 63,9

Sumber : Unit rekam Medik RSUD Benyamin Guluh Kab.Kolaka

Berdasarkan tabel 5.3 distribusi karakteristik klinik pasien dari

tabel dapat dilihat, karakteristik pada lama rawat inap pasien DBD,

penderita dengan rawat inap ≤ 6 hari sebanyak 29 orang dengan persentase

sebesar 24,4% dan penderita DBD dengan lama rawat inap >6 hari

sebanyak 90 orang dengan persentase 75,6%. Hal ini menunjukkan bahwa

kebanyakan pasien DBD dengan lama rawat inap >6 hari dengan

persentase 75,6%.

Dari 119 penderita DBD didapatkan pasien yang mengalami DBD

memiliki suhu tubuh dengan hipotermi sebanyak 20 orang dengan

persentase 16,8%, Suhu tubuh normal sebanyak 23 dengan persentase

19,3% dan demam sebanyak 76 orang dengan persentase 63,9%.

Page 71: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

63

Berdasarkan penelitian didapatkan lama rawat inap pasien DBD di

RSUD Benyamin Guluh didapatkan rata rata adalah 7 hari dan rentang

waktu lama perawatan terpendek 3 hari dan perawatan terlama 12 hari.

3. Distribusi Subjek Berdasarkan Karakteristik Laboratorium

Trombositopenia adalah penyebab terjadinya pendarahan. Tetapi

pada pasien Demam Berdarah Dengue yang mengalami trombositopenia

tidak selalu disertai dengan perdarahan. Apabila kadar trombosit seseorang

kurang dari 100.000/µl maka dikatakan mengalami trombositopenia. Pada

pasien Demam Berdarah Dengue dapat terjadi leukopenia yakni nilai

leukosit kurang dari normal.

Tabel 5.4 Distribusi Subjek Berdasarkan Karakteristik Laboratorium

No Variabel Subgrup n

Jumlah persentase

(%)

1 Trombosit

<100.000(Trombositopenia) 113 95

>100.000(Normal) 6 5

2 Leukosit

<4.000(Leukopenia)

41 34,5

>4.000(Normal) 78 65,5

3 Hematokrit

<35% (Ht rendah)

36 30,3%

>35% (Normal) 83 69,7

Sumber : Unit rekam Medik RSUD Benyamin Guluh Kab.Kolaka

Page 72: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

64

Pada tabel 5.4 diatas menunjukkan bahwa subjek pada penelitian

ini kebanyakan pada kadar trombosit yang nilainya berada pada <100.000

sebayak orang 113 dengan presentase sebesar 95%. Pada kadar leukosit

nilainya > 4.000 sebanyak 78 orang dengan persentase 65,5%. Sedangkan

kadar hematokrit dengan nilai terbanyak >35% sebanyak 83 orang dengan

persentase 69,7%.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah

trombosit, leukosit dan hematokrit dengan lama rawat inap pasien DBD di

RSUD Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka Tahun 2015.

1. Hubungan Antara Kadar Trombosit, Leukosit dan Hematokrit

Dengan Lama Rawat Inap Pasien DBD RSUD Benyamin Guluh.

Untuk melihat hubungan antara jumlah trombosit, leukosit dan

hematokrit dengan lama rawat inap pasien DBD di RSUD Benyamin

Guluh Kabupaten Kolaka Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel

dibawah ini. Apabila kadar trombosit <100.000/µl disebut

trombositopenia.

Dan leukopenia apabila kadar leukosit <4.000 adalah pertanda

dalam 24 jam kemudian demam akan turun dan pasien akan masuk

dalam masa kritis.

Page 73: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

65

Tabel 5.5 Hubungan Antara Kadar Trombosit, Leukosit dan Hematokrit

Dengan Lama Rawat Inap Pasien DBD

Variabel Nilai

Lama rawat inap

P

value

OR CI%

≤ 6 hari

(memendek)

> 6 hari

(memanjan

g)

N % N %

Trombosit <100.000 24 21,2 89 78,8

0,003 0,054

0,006-

0,484 >100.000 5 83,3 1 16,7

Leukosit <4.000 5 12,2 36 87,8

0.025 0,313

0,109-

0,895

>4.000 24 30,8 54 69,2

Hematokrit

<35% 7 19,4 29 80,6

0,410 0.669

0,257-

1,745

>35% 22 26,5 61 73,5

Sumber : Unit rekam Medik RSUD Benyamin Guluh Kab.Kolaka

Pada tabel 5.5 terlihat bahwa kadar trombosit pada kelompok lama

rawat inap ≤6hari yang jumlah trombositnya <100.000/µl adalah

sebanyak 24 pasien dengan persentase sebesar 21,2 %,sedangkan nilai

trombosit normal sekitar 5 pasien dengan persentase 83,3 %. Dan pada

kelompok dengan lama rawat inap > 6 hari Jumlah trombosit dalam

Page 74: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

66

keadaan normal atau >100.000/µl adalah 1 pasien dengan persentase

16,7 % sedangkan nilai trombosit sebesar <100.000/µl sebanyak 89

pasien dengan persentase 78,8% dengan nilai P value kadar trombosit

sebesar 0,003.

Kadar leukosit pada kelompok lama rawat inap ≤ 6hari

kebanyakan kadar leukosit normal yakni sebanyak 24 pasien dengan

persentase 30,8 %, sedangkan pasien yang mengalami leukopenia

sebanyak 5 pasien dengan persentase 12.2 %. Hal ini sama dengan

pasien pada kelompok lama rawat inap >6 hari yakni sebesar 54 orang

dengan persentase 69,2%, sedangkan pasien yang mengalami

leukopenia 36 pasien dengan persentase 87,8%. Dengan nilai P value

pada kadar leukosit sebesar 0.025.

Sedangkan Kadar hematokrit pada kelompok lama rawat inap ≤ 6

hari kebanyakan kadar hematokritnya >35% yakni sebanyak 22 pasien

dengan persentase 26,5%, sedangkan pasien yang mengalami

hematokrit rendah sebanyak 7 pasien dengan persentase 19,4 %.

Namun persentase tertinggi pada kelompok lama rawat inap >6 hari

dengan kadar hematokritnya >35%sebanyak 61 pasien dengan

persentase 73,5%, sedangkan pasien yang memiliki hematokrit <35%

yakni sebesar 29 orang dengan persentase 80,6%. Dengan nilai P value

pada kadar hematokrit sebesar 0.410.

Page 75: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

67

Tabel.5.6 Kekuatan Hubungan Asosiasi Antara Masing-Masing

Variabel Uji Bivariat.

Hubungan Antara

variable

P

value

OR CI (%)

Kadar Trombosit

dengan lama rawat

inap

0,003 0,054 0,006-0,484

Kadar Leukosit

dengan lama rawat

inap

0.025 0,313 0,109-0,895

Kadar Hematokrit

dengan lama rawat

inap

0,410 0.669 0,257-1,745

Sumber : Unit rekam Medik RSUD Benyamin Guluh Kab.Kolaka

Berdasarkan tabel 5.6 diatas, pada kolom hubungan antara kadar

trombosit dengan lama rawat inap nilai P 0,003 yang berarti Ho ditolak

atau ada hubungan yang bermakna antara jumlah trombosit dengan lama

rawat inap pasien DBD karena didapatkan nilai P < 0,05. Pada kolom

hubungan antara jumlah leukosit dengan lama rawat inap nilai p 0,025

yang berarti ada hubungan bermakna antara jumlah leukosit dengan lama

rawat inap pasien DBD . Sedangkan pada kolom hubungan antara

jumlah hematokrit dengan lama rawat inap nilai p 0,410 yang berarti

tidak ada hubungan yang bermakna antara jumlah hemtokrit dengan

lama rawat inap pasien DBD karena didapatkan nilai P > 0,05.

Page 76: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

68

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Distribusi subjek berdasarkan karakteristik demografi

a.Umur

DBD dapat diderita oleh semua golongan umur, walaupun saat ini lebih

banyak pada anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini DBD terlihat

kecendrungan kenaikan proporsi pada kelompok dewasa, karena pada

kelompok umur ini mempunyai morbilitas yang tinggi dan sejalan dengan

perkembangan transportasi yang lancar, sehingga memungkinkan untuk

tertularnya virus dengue lebih besar, dan juga karena adanya infeksi virus

dengue jenis baru yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang sebelumnya

belum pernah ada pada suatu daerah.18,19

Berdasarkan hasil penelitian data diketahui bahwa kelompok umur

dominan yang mengalami DBD adalah anak-anak (6-18 tahun) sebanyak 89

orang dengan persentase 74,8% kemudian balita (≤ 5 tahun) sebanyak 25 orang

dengan persentase 21% dan usia dewasa 5 orang dengan persentase 4,2%. Di

Indonesia penderita DBD terbanyak pada golongan anak berumur 5-11 tahun,

proporsi penderita yang berumur lebih dari 15 tahun meningkat sejak tahun

1984. Kelompok umur akan mempengaruhi peluang terjadinya penyakit DBD.

Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada anak yang lebih muda, endotel

pembuluh darah kapiler lebih rentan terjadi pelepasan sitokin sehingga terjadi

peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini dapat pula disebabkan pada pasien

Page 77: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

69

dengan usia anak-anak dan remaja lebih sering melakukan aktifitas di luar

rumah seperti berkumpul dengan teman-teman atau bermain di saat sore hari

yang sesuai dengan waktu menghisap darah nyamuk Aedes aegypty.21

Sedangkan penelitian di Makassar tahun 2011 di RSUP dr. Wahidin

Sudirohusodo memperlihatkan kelompok umur terbanyak pada usia 15 sampai

24 tahun (45,3%). Hasil penelitian Yenni Risniati, Lukman Hakim Taringan,

Emiliana Tjitra di Depok, Jawa Barat tahun 2009 bahwa proporsi penderita

terbanyak pada kelompok umur > 8 tahun.20

b. Jenis Kelamin

Pada penelitian ini didapatkan jumlah penderita laki-laki lebih banyak 68

orang atau 57,1 % dibandingkan perempuan 51 orang atau 42,9%. Hasil yang

sama diperoleh pada penelitian di Seluruh Indonesia pada tahun 2009 dimana

pasien DBD berjenis kelamin laki-laki sebanyak 53,78%.9

Namun penelitian di

Singapura tahun 2009 menunjukkan hal yang sebaliknya. Angka pasien

perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu 2.094 pasien (50,4%).16

Prevalensi laki-laki yang lebih tinggi ini mungkin disebabkan oleh karena

aktifitas laki-laki yang lebih sering dilakukan di luar rumah dibandingkan

dengan perempuan yang lebih banyak memiliki aktifitas di dalam rumah. Hal

ini juga dikaitkan dengan umur pasien terbanyak pada usia remaja yang lebih

sering beraktifitas di luar.4

c. Asal Daerah

Berdasarkan distribusi tempat tinggal pasien DBD RSUD Benyamin

Guluh Kolaka Tahun 2015, mayoritas pasien berdomisili di dalam kota Kolaka

Page 78: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

70

yaitu 73 pasien (61,3%), yang tersebar di berbagai kelurahan seperti kelurahan

laloeha, lamokato, watuliandu, Sabilambo, Lalombaa, Tahoa dan lain-lain. Hal

ini mungkin disebabkan letak RSUD Benyamin Guluh Kolaka yang berada

dalam wilayah Kolaka dan terletak di daerah pusat kota yang padat penduduk

dan lingkungan yang memungkinkan nyamuk aedes aegypti dapat berkembang

dengan baik . Hal ini juga didukung oleh fungsi RSUD Benyamin Guluh

sebagai salah satu rumah sakit rujukan puskesmas di Kabupaten Kolaka.

Sedangkan yang berada di luar kota Kolaka hanya 46 pasien (38,7%) yang

berasal dari daerah Dawi-dawi, Latambaga, Baula, Pomalaa, Unamendaa,

Toari dan lain-lain.

2. Distribusi Subjek Berdasarkan Karakteristik Klinik

a. Lama rawat inap

Lama rawat inap adalah istilah yang umum digunakan untuk mengukur

durasi satu episode rawat inap. Lama rawat inap dinilai dengan mengekstraksi

durasi tinggal di rumah sakit yang diukur dalam jam atau hari.19 Berdasarkan

penelitian didapatkan lama rawat inap pasien DBD di RSUD Benyamin Guluh

didapatkan rata rata adalah 7 hari dan rentang waktu lama perawatan terpendek

3 hari dan perawatan terlama 12 hari.

Dari penelitian sebelumnya di RSUD Tarakan DKI Jakarta (th. 2004)

didapatkan rata-rata lama rawat inap pasien DBD di rumah sakit adalah 4 hari,

dari rentang waktu lama perawatan terpendek 2 hari dan perawatan terlama

adalah 10 hari. Demam berdarah dengue termasuk dalam 10 besar penyakit

rawat inap di rumah sakit tahun 2010 dan menempati peringkat kedua.6

Page 79: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

71

a. Suhu tubuh

Penyakit demam berdarah biasanya didahului oleh demam tinggi yang

mendadak, terus menerus, berlangsung 2-7 hari. Dalam penelitian ini,

ditemukan bahwa sebagian besar pasien mengalami demam >37,5 c sebanyak

76 pasien dengan persentase 63,9% .3 Demam terjadi karena Saat bakteri dan

virus tersebut masuk kedalam tubuh, pirogen bekerja sebagai antigen,

mempengaruhi sisitem imun. Sel darah putih diproduksi lebih banyak lagi

untuk meningkatkan pertahanan tubuh melawan infeksi. Substansi ini juga

mencetuskan hipotalamus untuk mencapai set point. Untuk mencapai set

point baru yang lebih tinggi, tubuh memproduksi dan menghemat panas.

/dibutuhkan beberapa jam untuk mencapai set point baru dari suhu tubuh.

Selam periode ini, orang tersebut menggigil, gemetar dan merasa kedinginan,

meskipun suhu tubuh meningkat. Fase menggigil berakhir ketika set point baru,

suhu yang lebih tinggi, tercapai. Selama fase berikutnya,masa stabil, menggigil

hilang dan pasien merasa hangat dan kering. Jika set pointbaru telah

“melampaui batas” atau pirogen telah dihilangkan (mis. Destruksi bakteri oleh

antibiotik), terjadi fase ketiga episode febris. Set point hipotalamus turun,

.menimbulkan respon pengeluaran panas.3.23

3. Distribusi Subjek Berdasarkan Karakteristik Laboratorium

a. Jumlah Trombosit, Leukosit dan Hematokrit

Trombositopenia memiliki peran yang penting dalam pathogenesis infeksi

dengue. Jumlah trombosit pada pasien infeksi dengue mengalami penurunan

Page 80: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

72

pasda hari ke tiga sampai hari ke tujuh dan mencapai normal kembali pada hari

kedelapan atau Sembilan.25

Jumlah trombosit yang paling banyak dialami dengan kadar <100.000/µl.

Hal ini disebabkan oleh sifat virus dengue yang menyebabkan supresi sumsum

tulang , terjadi pemendekan masa hidup trombosit. Keadaan ini tentu sangat

berbahaya mengingat rendahnya trombosit dapat menagkibatkan kemungkinan

pendarahan semakin besar.

Pada infeksi dengan jumlah leukosit biasanya normal atau menurun

dengan dominasi sel neutrofil. Terjadinya leucopenia pada infeksi dengue

disebabkan karena adanya penekanan sumsum tulangakibat dari proses infeksi

virus secara langsung ataupun karena mekanisme tidak langsung melalui proses

sitokin-sitokin proinflamasi yang menekan sumsum tulang.

Peningkatan nilai hematokrit atau hemokonsentrasi selalu dijumpai pada

DBD, merupakan indikator peka yang akan mencetus terjadinya perembesan

plasma. Pada umumnya penurunan trombosit mendahului peningkatan

hematokrit 20% atau lebih mencerminkan peningkatan perembesan kapiler dan

perembesan plasma.25

d. Analisis Bivariat

1. Hubungan antara variabel laboratorium dengan lama rawat inap

Diagnosis penyakit DBD dan jumlah perjalanan penyakit karena harus

dilakukan secara tepat dan akurat. Pada demam berdarah dengue (DBD),

pemeriksaan laboratorium menunjukkan trombositopenia dan hemokonsentrasi.

Jumlah trombosit dan kadar hematokrit sering digunakan sebagai indicator

Page 81: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

73

berat atau tidaknya penyakit DBD. Jumlah trombosit itu sendiri merupakan

merupakan salah satu indikasi untuk menegakkan diagnosis DBD, yaitu

trombositopenia. Oleh karena itu, pemeriksaan darah merupakan hal mutlak

dilakukan.4

Pada pemeriksaan laboratorium dijumpai jumlah trombosit kurang dari

100.000/µl, biasanya ditemukan antara hari sakit ketiga sampai hari ketujuh.

Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti bahwa dalam batas

normal atau menurun. Peningkatan hematokrit (Hct) atau hemokonsentrasi

yang selau dijumpai pada DBD merupakan indicator yang peka akan terjadinya

perembesan plasma, sehingga dilakukan pemeriksaan hematokrit secara

berkala. Pada DBD, jumlah sel darah putih mungkin bervariasi pada awal

penyakit, berkisar dari leucopenia sampai leukositosis ringan.25

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya trombositopenia pada

penderita DBD yaitu adanya pelepasan sitokin ke dalam sirkulasi selama fase

awal demam akut dari infeksi dengue. Sitokin tersebut antara lain tumour

necrosis factor (TNF), interleukin (IL-2, IL-6, IL-8) dan interferon (IFN).

Kadar sitokin tersebut berhubungan dengan derajat berat DBD. Waktu

terjadinya supresi sumsum tulang juga berhubungan dengan peningkatan kadar

sitokin dalam darah.26

Trombositopenia pada DBD antara lain disebabkan oleh adanya destruksi

trombosit dalam system retikuloendotelial, pemendekan waktu paruh

trombosit, adanya depresi sumsum tulang, perubahan patologis pada system

megakariosit, peningkatan pemakaian factor-faktor pembekuan dan trombosit

Page 82: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

74

dan koagulasi intravascular. Hemokonsentrasi antara lain disebabkan oleh

kebocoran plasma, kurangnya asupan cairan dan kehilangan cairan akibat

demam.25

Sebanyak 95% pasien DBD mengalami trombositopenia (trombosit

dibawah 100.000/µl) dari semua pasien yang mengalami trombositopenia 24

orang dengan lama rawat inap ≤ 6 hari dan 89 orang dengan lama rawat inap >

6 hari. Hubungan trombositopenia dengan lama rawat inap memanjang atau >6

hari pada penelitian ini bermakna (p = 0,003). Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan Simon Sumanto didapatkan hasil ada hubungan

bermakna antara jumlah trombosit dan lama rawat inap. Sedangkan

berdasarkan Studi yang dilakukan oleh Nikodemus Siregar didapatkan hasil

bahwa terdapat hubungan yang sangat lemah (tidak bermakna) antara jumlah

trombosit dengan lama rawat inap.22

Perbedaan hasil ini dapat dikarenakan

perbedaan jumlah subjek, pengkategorian variabel-variabel yang diuji, dan

metode yang digunakan. Perbedaan-perbedaan ini dapat memberikan

kesimpulan yang berbeda dari masing-masing penelitian.

Saat kebocoran plasma berupa rentan waktu yaitu hari ketiga sampai

ketujuh. Hematokrit yang tinggi dihubungkan dengan kebocoran plasma yang

berperan penting pada pathogenesis terjadinya syok. Kadar hematokrit pada

pasien DBD mengalami peningkatan.27

Hal ini bisa disebabkan pada pengambilan sampel yang dimulai pada hari

pertama, padahal belum tentu pada hari pertama merupakan puncak kebocoran

plasma, sehingga kadar hematokrit yang diperiksa belum bisa dilihat apakah

Page 83: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

75

mengalami peningkatan 20%. Karena untuk mengetahui kadar hematokrit

mengalami peningkatan harus difollow up selama dirawat di Rumah Sakit.

Hematokrit merupakan indikasi pada pasien DBD untuk menjalani rawat

inap. Peningkatan hematokrit mengambarkan hemokonsentrasi dan merupakan

indikator yang peka akan terjadinya perembesan plasma.1.11

Pada penelitian ini

didapatkan persentase pasien dengan nilai hematokrit > 35% sebesar 83

orang atau 69,7%, lebih banyak dibandingkan nilai hematokrit < 35% yaitu

sebesar 36 orang atau 30,3%. Hal ini menunjukkan secara tidak langsung

bahwa pasien DBD yg menjalani rawat inap sebagian besar pada awal rawat

inap masih memiliki nilai hematokrit yang normal. Tidak terjadinya

peningkatan hematokrit semata-mata disebabkan peningkatan hematokrit

dibandingkan dengan laboratorium sebelumnya biasanya terjadi mulai hari ke

tiga.

Hasil uji analisis pada penelitian ini yaitu tidak terdapat pengaruh

bermakna antara nilai hematokrit dan lama rawat inap (p= 0,410). Hasil ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hasri Nopianto 2012 Hasil uji analisis

pada penelitian ini yaitu tidak terdapat pengaruh bermakna antara nilai

hematokrit dan lama rawat inap (p= 0,697).29

Pada DBD jumlah sel darah putih mungkin bervariasi pada awitan

penyakit, berkisaran dari leukopenia sampai normal, tetapi penurunan sel darah

putih total karena penekanan pada jumlah neutrofil secara nyata selalu terlihat

mendekati akhir fase demam. Terjadinya leukopenia pada infeksi dengue

disebabkan karena adanya penekanan sumsum tulang akibat dari proses infeksi

Page 84: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

76

virus secara langsung ataupun karena mekanisme tidak langsung melalui

proses sitokin-sitokin proinflamasi yang menekan sumsum tulang.

Sitokin atau mediator adalah semua produk sel yang meliputi produk dari

monosit, limfosit atau sel yang lain. Sitokin memegang peranan dalam

terjadinya kebocoran vaskuler, karena dapat mengaktifasi endotel. Nama

produknya bermacam-macam yaitu interleukin, limfokin, monokin, TNF,

Kemokin adalah sitokin yang berperan dalam kemotaksis sel-sel leukosit

(limfosit, monosit dan neutrofil) ke tempat infeksi atau kerusakan jaringan.

Sitokin terutama diproduksi oleh monosit/makrofag dan sel-sel lain seperti sel

endotel, trombosit, neutrofil, sel T, keratinosit dan fibroblast sebagi respon

terhadap proses infeksi atau kerusakan fisik.

Berpindahnya sel fagosit dari vaskuler ke jaringan akan menyebabkan

permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat sehingga cairan vaskuler

yang keluar semakin banyak. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya syok ,

dalam penelitian ini tidak dilakukan pengamatan terhadap mediator atau sel

fagosit seperti monosit, makrofag, dan sel PMN (neutrofil). Pengamatan

dilakukan terhadap jumlah leukosit.25

Keadaan pasien DBD selama menjalani lama rawat inap juga dipantau

melalui hasil pemeriksaan laboratorium leukosit. Hitung leukosit ini cukup

penting untuk diperhitungkan dalam menentukan prognosis pada fase-fase

awal infeksi. Leukopenia merupakan pertanda bahwa dalam 24 jam kedepan

demam akan turun dan penderita akan memasuki fase kritis.25,26

Dari hasil penelitian didapatkan jumlah leukosit <4.000 atau leukopenia

Page 85: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

77

pada kelompok lama rawat inap ≤6 hari sebanyak 5 pasien atau 12,2%

sedangkan pada kelompok >6 hari sebanyak 36 pasien atau 87,8%. Sedangkan

pasien dengan jumlah leukosit >4.000/mm sebanya 24 pasien dengan

persentase 30.8% pada kelompok dengan lama rawat inap ≤ 6 hari dan yang

terbanyak 54 orang pasien dengan persentase 69,2% pada kelompok dengan

lama rawat inap > 6 hari. Mengingat bahwa pada penelitian ini pengambilan

sampel dimulai pada hari pertama sedangkan penghitungan leukosit

bergantung pada awitan perjalanan penyakit. Leukopenia biasa muncul pada

fase hari ke tiga dan kembali normal pada fase penyembuhan. Hubungan

jumlah leukosit dengan lama rawat inap pada penelitian ini terdapat hubungan

yang bermakna (p= 0,025). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Hasri Nopianto dari Universitas Diponegoro Semarang

tahun 2012 pada penelitian tersebut didapatkan hasil yaitu terdapat

pengaruh bermakna antara jumlah leukosit dan lama rawat inap (p= 0,003).29

Page 86: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

69

BAB VII

TINJAUAN KEISLAMAN

A. Nyamuk dalam Pandangan Islam

Dalam Al-Qur‟an sungguh Allah SWT telah menjelaskan berbagai hal

secara jelas. Salah satunya dibahas mengenai nyamuk. Makhluk kecil ini sering

kali dianggap remeh oleh manusia sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut

Artinya : “Seandainya dunia punya nilai di sisi Allah walau hanya menyamai

nilai sebelah sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberi

minum kepada orang kafir seteguk airpun.” (HR. At-Tirmidzi no.

2320, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani t dalam Ash-Shahihah no.

686).

Semakin berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan, manusia mulai

menyadari adanya bahaya yang dapat ditimbulkan oleh makhluk kecil seperti

nyamuk. Nyamuk menyebarkan berbagai virus dan parasit berbahaya yang

dapat mengancam keselamatan jiwa manusia. Ilmu pengetahuan pun telah

mengembangkan berbagai penelitian mengenai nyamuk ini. Al-Qur‟an pun

menentang pandangan yang meremehkan makhluk termasuk nyamuk. Sebab

itulah dalam Al-Qur‟an disebutkan mengenai suatu perumpamaan nyamuk

untuk dijadikan pelajaran.30

Page 87: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

70

ا إ اه ا الهري ء ق ا ف أ هه ا ف حا ف و ا ت عض ث لا ه ىه للاه ل ست ح أ ى ضسب ه

ث لا ا ه ت ر اد للاه ا أ ز اذ ف سا ف قلى ه ا الهري ك أ هه ن ت ق هي ز الح ه ف عل وى أ

)*( إله الف اسقي ا ضل ت ه ا ثسا ك د ت ا ثسا ك ضل ت

Artinya :

Sesungguhnya Allâh tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau

yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka

yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang

kafir mengatakan: “Apakah maksud Allâh menjadikan ini untuk perumpamaan?”

Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allâh, dan dengan

perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada

yang disesatkan Allâh kecuali orang-orang yang fasik. (Qs.2:26-27).

Nyamuk sering dianggap makhluk hidup yang biasa dan tidak penting.

Namun, nyamuk itu sangat berarti untuk diteliti sebab didalamnyanya terdapat

tanda kebesaran Allah. Sebabnya “Allah tiada segan membuat perumpamaan

berupa nyamuk atau lebih dari itu”.

Seekor nyamuk jantan yang telah cukup dewasa untuk kawin akan

menggunakan antenanya sebagia organ pendengar untuk menemukan nyamuk

betina. Fungsi antena nyamuk jantan berbeda dengan antenna nyamuk betina.

Bulu tipis diujung antenanya sangat peka terhadap suara yang dipancarkan

nyamuk betina. Tepat disebelah organ seksual nyamuk jantan, terdapat anggota

tubuh yang membantunya mencengkram nyamuk betina ketika mereka melakukan

perkawinan di udara. Nyamuk jantan terbang berkelompok, sehingga terlihat

Page 88: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

71

seperti awan. Ketika seekor betina memasuki kelompok tersebut, nyamuk jantan

yang berhasil mencengkram nyamuk betina akan melakukan perkawinan

dengannya selama penerbangan. Perkawinan tidak berlangsung lama dan nyamuk

jantan akan kembali ke kelompoknya setelah perkawinan.30

B. Kebersihan dan Kesehatan Menurut Pandangan Islam

Islam mendorong umatnya untuk menjaga kebersihan dalam setiap

kegiatannya baik sebelum beribadah maupun kegiatan lainnya seperti makan. Kita

juga ketahui bahwa sebagian penyakit yang diderita seseorang terkait dengan

ketidak peduliannya dalam hal kebersihan seperti hubungannya dengan nyamuk

yang dapat menyebabkan beberapa penyakit.

Penyakit yang paling banyak disebabkan nyamuk di Asia Tenggara

khususnya Indonesia adalah penyakit demam berdarah dengue yang ditularkan

melalui gigitan nyamuk aedes. DBD tidak dapat dianggap sepele, disamping

mewabah penyakit ini juga dapat meyebabkan kematian bila tidak ditangani

secara tepat dan cepat karenanya sebagai manusia yang berakal dan berilmu

hendaknya melakukan berbagai ikhtiar dalam penanganan penyakit ini. Yang

dapat diterapkan adalah menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Bila lingkungan

kita bersih maka akan menurunkan angka perkembangbiakan nyamuk.

Ajaran mengenai kebersihan dalam islam sangat erat kaitannya dengan

keimanan kepada Allah SWT agar dapat mendekatkan diri kepada sang pencipta.

Manusiapun berupaya menjadikan dirinya suci dan bersih. Berikut salah satu

hadis mengenai kebersihan :

Page 89: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

72

Artinya : “Kebersihan itu sebagian dari iman”. (Al-Kusyiairi, Sahih muslim,

H.119.hadis no.223).

Hadis tersebut memberi petunjuk bahwa kebersihan bersumber dan bagian

dari iman sehingga dalam islam, kebersihan mempunyai aspek ibadah dan aspek

moral. Islam menganjurkan umatnya untuk sehat dan kuat agar dapat menikmati

kebahagiaan hidup, beribadah dengan baik dan mengamalkan berbagai perintah

Allah SWT karenanya hendaklah bersyukur akan nikmat kesehatan yang

diberikan. Allah SWT berfirman dalam surah Ibrahim ayat 7 :

Artinya : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema‟lumkan: “Sesungguhnya

jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni‟mat) kepadamu,

dan jika kamu mengingkari (ni‟mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku

sangat pedih”.(Q.S.Ibrahim :7)

Orang yang diberi kesehatan dan keselamatan hendaknya bersyukur dengan

senantiasa menjaganya sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut :

Artinya : “Dua nikmat yang sering tidak diperhatikan oleh kebanyakan manusia,

yakni kesehatan dan waktu luang”. (Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, P

1232. Kitab Al-riqaq bab.Ma ja fi al-sihhat wa al-faragh, hadis

no.6412)

Dalam islam, selain mewajibkan kebersihan/ kesucian sebagai syarat

beribadah kepada Allah SWT, kebersihan juga salah satu cara menjaga kesehatan

Page 90: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

73

sebagai upaya preventive terhadap berbagai penyakit.Sehingga bersih itu sehat,

bersih itu indah, bersih itu iman dan syarat dicintai Allah SWT.

اد حة الجد م ج سن حة الك س ة ظف حة الهظ اف ح ك ة حة الطه ال ط إىه للاه ت ع

ف ظفا أ ف ت كن )زا التسهد:7272(

Artinya : “Sesungguhnya allah itu baik, menyukai sesuatu yang baik, Allah itu

suci (bersih) menyukai sesuatu yang bersih, Allah itu mulia dan

menyukai kemuliaan, Allah itu penderma dan menyukai

kedermawanan, maka bersihkanlah rumahmu dan lingkunganmu dan

janganlah kalian menyerupai kaum yahudi”. ( Al-Tirmizi, sunan al-

tirmidzi, Jilid.4,p.365 hadis no.2808).

Kandungan hadist diatas menyatakan perintah untuk menjaga kebersihan

karena Allah mencintai kebersihan. Untuk mendapatkan cinta Allah upayakan

untuk selalu bersih. Bersih diri, bersih hati. Begitu pentingnya kebersihan menurut

islam, sehingga orang yang membersihkan diri atau mengusahakan kebersihan

akan dicintai oleh Allah SWT, sebagaimana firmannya dalam surah Al-Baqarah

ayat 222 yang berbunyi :

ب ح ....... ب ب ر ب

Artinya : “........Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan

orang-orang yang menyucikan / membersihkan diri”. (Al-Baqarah : 222)

Kebersihan itu bersumber dari iman dan merupakan bagian dari iman.

Dengan demikian kebersihan dalam islam mempunyai aspek ibadah dan aspek

moral, dan karena itu sering juga dipakai kata “bersuci” sebagai padaman kata

Page 91: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

74

“membersihkan / melakukan kebersihan”. Ajaran kebersihan tidak hanya

merupakan slogan atau teori belaka, tetapi harus dijadikan pola hidup praktis,

yang mendidik manusia hidup bersih sepanjang masa, bahkan dikembangkan

dalam hukum islam.

C. Pengobatan Menurut Pandangan Islam

Pada dasarnya semua penyakit berasal dari Allah SWT, maka yang dapat

menyembuhkan juga Allah SWT semata. Namun, bukan berarti manusia tidak

berbuat apa-apa, karena sepatutnya manusia tetap berikhtiar, berdoa dan

bertawakkal kepada-Nya. Sesungguhnya Allah mendatangkan penyakit maka

bersamaan pula Allah turunkan obat. Hal ini sesuai sabda Rasulullah SAW

berikut : “Allah tidak menurunkan suatu penyakit melainkan Dia juga

menurunkan obatnya (penawarnya)”. (HR.Al-Bukhari).

Hadits ini menunjukkan bahwa seluruh jenis penyakit, memiliki obat yang

dapat digunakan untuk mencegah, menyembuhkan, atau untuk meringankan

penyakit tersebut. Hadits ini juga mengandung dorongan untuk mempelajari

pengobatan penyakit-penyakit badan sebagaimana kita juga mempelajari obat

untuk penyakit-penyakit hati. Karena Allah telah menjelaskan kepada kita

bahwa seluruh penyakit memiliki obat, maka hendaknya kita berusaha

mempelajarinya dan kemudian mempraktekkannya.

ا ة ه ة هي الوسلن ص ل ص ة ص ل ل ن ل حزى ل أ ذا

ن ته غ ح ح ك اك ا الشه فهس إله ش ك ط ا ا هي ت ا للاه خ

Artinya : “Tidaklah seorang muslim tertimpa kecelakaan, kemiskinan,

kegundahan, kesedihan, kesakitan maupun keduka-citaan bahkan tertusuk duri

Page 92: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

75

sekalipun, niscaya Allah akan menghapus dosa-dosanya dengan apa yang

menimpanya itu.” (HR. Bukhari)

Jadi berdasarkan penjelasan hadist tadi maka, setiap penderitaan hidup,

kesulitan, kesengsaraan, kemiskinan akan menggugurkan dosa-dosa kita.

Berdasarkan beberapa hadis tersebut jelaslah Allah SWT sangat menyayangi

umatnya. Tidaklah Allah turunkan penyakit melainkan ada obatnya. Segala jenis

penyakit pasti ada obatnya, hanya saja tergantung pada cara mengatasi penyakit

tersebut sehingga dapat sembuh atas izin Allah. Karenanya manusia mesti

berusaha bersabar dan istigfar dalam menghadapi berbagai penyakit dengan

melakukan pencegahan maupun melakukan pengobatan dengan semaksimal

mungkin.

Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa metode pengobatan penyakit itu ada

tiga macam; pertama pengobatan medis, kedua pengobatan ruhiyah, dan ketiga

kombinasi antara pengobatan medis dan ruhiyah. Dan di antara bentuk pengobatan

ruhiyah yang halal ialah pengobatan dengan istighfar. Salah seorang sahabat

terkemuka yang bernama Abu Qatadah Al-Anshari berkata, “Sesungguhnya al-

Qur‟an menunjukkan kepada kalian suatu penyakit dan penawarnya, adapun

penyakit yang ada dalam diri kalian ialah perbuatan dosa sedangkan penawarnya

adalah istighfar.”

Istighfar ternyata bisa menjadi penawar (obat) untuk berbagai macam

penyakit. Hal ini merupakan salah satu keutamaan istighfar yang banyak sekali.

Perbanyaklah istighfar sebagaimana Rasulullah memperbanyak istighfar.

Dari Abu Hurairahzbahwa dia mendengar Rasulullah bersabda:

Page 93: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

76

ف أ تب إل ا إ ل ست غفس ا جا سه ثعي ه م أ كث س هي س ال

“Demi Allah, sesungguhnya aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat

kepada-Nya dalam sehari itu lebih dari tujuh puluh kali.” (HR. al-Bukhari, no.

6307)

Apabila anda sedang ditimpa suatu penyakit, maka perbanyak lagi

istighfar kepada Allah , karena ia merupakan sebab untuk mendapatkan kesehatan

dan kekuatan dalam tubuh serta jauh dari berbagai macam penyakit. Hal ini

sebagaimana firman Allah yang menghikayatkan perkataan nabi Hud, yang

artinya:

“Dan (Hud berkata), „Wahai kaumku! Memohonlah ampunan kepada Tuhanmu

lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras,

Dia akan menambahkan kekuatan di atas kekuatanmu dan janganlah kamu

berpaling menjadi orang yang berdosa.” (QS. Hud: 52)

Firman Allah yang artinya: Dia akan menambahkan kekuatan di atas

kekuatanmu,menunjukkan bahwa istighfar menjadi sebab bertambahnya kekuatan

dan kesehatan di dalam tubuhnya. Dalam ayat lain Allah berfirman, yang artinya,

“Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertaubat

kepada-Nya, niscaya Dia akan member kenikmatan yang baik kepadamu sampai

waktu yang telah ditentukan.” (QS. Hud: 3).

Page 94: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

77

BAB VIII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

kesimpulan dari penelitian hubungan jumlah trombosit, leukosit dan hematokrit

dengan lama rawat inap pada pasien DBD di RSUD Benyamin Guluh Kolaka

tahun 2015 adalah sebagai berikut :

1. Jenis kelamin laki-laki adalah yang paling banyak menderita DBD yaitu

sebanyak 68 orang (57,1%)

2. Kelompok umur terbanyak yang menderita penyakit DBD adalah umur anak

(6 – 18 tahun ) sebesar 89 orang ( 74,8%)

3. Hampir semua pasien berasal dari dalam kota Kolaka yaitu sebanyak 73

orang (61,3%)

4. Rata-rata lama rawat inap pasien DBD di RSUD Benyamin Guluh Kolaka

tahun 2015 adalah 7 hari.

5. Jumlah trombosit terbanyak yang didapatkan adalah trombositopenia

sebanyak 113 pasien (95%)

6. Jumlah leukosit terbanyak yang didapatkan adalah leukosit >4000 sebanyak

78 pasien (65,5%)

7. Jumlah hematokrit terbanyak yang didapatkan adalah hematokrit > 35%

sebanyak 83 pasien (69,7%)

Page 95: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

78

8. Pada penderita DBD terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah

trombosit dengan lama rawat inap pasien DBD. Hal ini berdasarkan uji

statistic yang menunjukkan nilai p = 0,003

9. Pada penderita DBD terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah

leukosit dengan lama rawat inap pasien DBD. Hal ini berdasarkan uji

statistic yang menunjukkan nilai p = 0,025

10. Pada penderita DBD tidak terdapat hubungan antara jumlah hematokrit

dengan lama rawat inap pasien DBD. Hal ini berdasarkan uji statistic yang

menunjukkan nilai p = 0,410

11. Dari segi keislaman bahwa semua hal yang diciptakan Allah SWT di muka

bumi ini memiliki maksud dan tujuan tak terkecuali nyamuk agar manusia

dapat berfikir akan betapa besar keagungan Allah SWT.

B. Saran

1. Diharapkan kepada instansi yang berkepentingan dalam hal ini Dinas

Kesehatan Kabupaten Kolaka untuk melaksanakan penyuluhan kepada

masyarakat dalam hal pengendalian vektor penyakit dan gejala DBD.

2. Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada tenaga kesehatan untuk

tidak menggunakan jumlah hematokrit sebagai salah satu acuan untuk

memprediksi lama rawat inap pasien DBD.

Page 96: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

79

DAFTAR PUSTAKA

1. Widoyono. Penyakit Tropis. Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan

Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga; 2011.

2. Brady, O. J, Gething, P. W, Bhatt, Messina, J. P., Brownstain, J. S., Hoen, A.

G, et al. (2012). Refining the Global Spatial Limits of Dengue Virus

Transmission by Evidence-Based Consensus. PLoS Negl Trop Dis,

6(8):e1760.doi:10.1371/journal.pntd.0001760.

3. WHO. Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention and Control-

2009. ( Cited: November, 2011) . Available From : http :

//apps.who.int/tdr/svc/publication/training-guideline-publications/dengue-

diagnosis-treatment.

4. Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue.Dengue Hemorrhagic Fever.

Jakarta: Sugengseto.

5. Anies. 2006. Manajemen Berbasis Lingkungan . Elex Media Komputindo.

Jakarta.

6. Andarmoyo, Sulistyo , Andoko, Sayudi J. 2013. Hubungan Pengetahuan

Keluarga Tentang Penyakit DHF dengan Sikap Keluarga dalam Pencegahan

Penyakit DHF. Jurnal Florence Vol.VI No.2 Juli 2013.

7. Departemen Kesehatan RI(2015). Prevalensi Demam Berdarah Dengue di

Indonesia.http://www.depkes.go.id/article/view/15011700003/demam-

berdarah-biasanya-mulai-meningkat-do-januari.html(diakses pada 10 Juni

2016).

Page 97: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

80

8. Dinkes. Sultra. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara 2015. 2016,

Kendari: Dinkes Sultra.

9. Lestari, Eva. Kepadatan Jentik Vektor DBD Aedes sp di Daerah Endemis,

Sporadis dan Potensial Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah. Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. BALABA Vol.10

No.02.Artikel.2011.

10. SudoyoAru W, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S, Simadibrata M, editors. Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009.

p. 2773-79

11. Chen K, Pohan H.T, Sinto R. 2009. Diagnosis dan Terapi Cairan pada Demam

Berdarah Dengue. Medicinus. Volume 22. Nomor 1. 2009; 5-9.

12. Wiwik DN, Karakteristik Demam Berdarah pada Anak di Rumah Sakit

Roemani Semarang. ( I n t e r n e t ) . 2 0 1 0 ( C i t e d 2 0 1 2

N o v e m b e r 2 0 0 8 ) . P : 1 A v a i l a b l e f r o m h t t p : / / d i g i l i b . u

n i m u s . a c . i d /

13. Livina Andrea., Rotty L.W.A&Panda A.L., 2013. Hubungan Trombositopenia

Dan Hematokrit Dengan Manifestasi Perdarahan Pada Penderita Demam

Dengue Dan Demam Berdarah Dengue. Bagian SMF Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Unsrat.

14. Dr. Mulya Rahma Karyanti, MSc, SpA(K) 2013. Diagnosis dan Tata Laksana

Terkini Dengue Divisi Infeksi dan Pediatri Tropik, Departemen Ilmu

Kesehatan Anak, RSUPN Cipto Mangunkusumo, FKUI

Page 98: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

81

15. WHO. Handbook for clinical management of dengue. WHO Library

Cataloguing in Publication Data; 2012. p. 39.

16. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia. Buletin Jendela Epidemiologi Demam Berdarah Dengue Volume 2.

2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Available from:

http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/buletin/BULETIN DBD.pdf

17. Kemenkes RI, 2011, Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue, P. 18

-19, Jakarta, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan

18. Patandianan R, Mantik MFJ, Manoppo F, Mongan AE. Hubungan kadar

hemoglobin dengan jumlah trombosit pada pasien demam berdarah dengue.

2011;868–72.

19. Masihor, Jilly. 2013. Hubungan jumlah trombosit dan jumlah leukosit pada

pasien anak demam berdarah dengue. Jurnal e-Biomedik vol. 1 No. 1, Maret

2013. Hal 391-395.

20. Risniati Y, Tarigan LH, Tjitra E. Leukopenia Sebagai Prediktor Terjadinya

SSD Pada Anak Dengan DBD di RSPI. Prof. dr. Sulianti Saroso. Media

Litbang Kesehatan 2011;21.

21. Sucipto PT,Raharjo M, Nurjazuli. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian

penyakit DBD dan jenis serotipe virus Dengue di Kabupaten Serang. Jurnal

Kesehatan Lingkungan Indonesia. 2015;14 No.2:51-6

22. Andriani, Ni Wayan E. 2014. Kajian Penatalaksanaan Terapi Pengobatan

Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Penderita Anak yangMenjalani

Page 99: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

82

Perawatan dI RSUP PROF. DR. R.D Kandou. Jurnal Ilmiah Farmasi–

UNSRAT Vol. 3 No. 2, Mei 2014 ISSN 2302 – 2493.

23. Donny, Arif. 2009. Kapita selekta kedokteran Jilid 1 Edisi ke tiga. Jakarta :

Media Aesculapius.

24. NVBDCP . Guideline For Clinical Management Of Dengue Fever, Dengue

Hemmorhagic Fever, and Dengue Shock Syndrom.Directorat of National

Vector Borne Diseases Control Programme. 2008. hlm. 14-27

25. Price, Sylvia A, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit

Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

26. Elizabeth J. Corwin.(2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya

Media

27. Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Edisi 6.

Jakarta. EGC

28. Kemenkes RI, 2011, Pedoman Interpretasi Data Klinik, P. 9, Jakarta,

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

29. Nopianto, hasri. 2012. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lama rawat

inap pasien DBD di RSUP Kariadi Semarang. FK Universitas Diponegoro.

30. Al-Hajj,Yusuf. Ensiklopedi Kemukjizatan Ilmiah Al-Qur‟an dan As- Sunnah-

Kemukjizatan Tentang Kedokteran dan hewan: PT. Kharisma Ilmu. 2013

Page 100: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

83

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Andi Adriana Mapppamadeng

NIM : 10542046213

TTL : Soppeng, 22 Juli 1995

Agama : Islam

Alamat : Grand Permai A1 Jl.Skarda N2 No.02, Makassar

Nama Ayah : H. Andi Mappaamang S.Sos

Nama Ibu : Hj. Andi Damrana SE

Alamat : Jl. Ahmad Mustin Km.3 Kolaka

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. SDN 3 Lamokato Kolaka (2001-2006)

2. SMPN 2 Kolaka (2007-2009)

3. SMA Negeri 1 Kolaka (2010-2012)

4. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar (2013-sekarang)

Page 101: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

84

LAMPIRAN

Page 102: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

85

CHECKLIST

HUBUNGAN JUMLAH TROMBOSIT, LEUKOSIT DAN HEMATOKRIT

DENGAN LAMA RAWAT INAP PADA PASIEN DBD DI RSUD

BENYAMIN GULUH KOLAKA TAHUN 2015

No.Checklist :

Tanggal pengambilan data :

Asal pasien :

Umur pasien :

Jenis kelamin :

Jumlah trombosit saat pertama di opname :

Jumlah leukosit saat pertama di opname :

Jumlah hematokrit saat pertama di opname :

Suhu tubuh saat pertama di opname :

Lama perawatan : …………hari

Tanggal dimulai perawatan :

Tanggal pasien keluar :

Page 103: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

86

Frequencies

Statistics

Umur

_

Jeniskela

min_

Alama

t_

lamarawat

inap

Suhu_bad

an_

Trombo

sit_

Leukos

it_

Hemato

krit_

N

Valid 119 119 119 119 119 119 119 119

Missi

ng

0 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

Umur_

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

≤5 tahun (Balita) 25 21.0 21.0 21.0

6-18 tahun (Anak-anak) 89 74.8 74.8 95.8

>18 tahun (Dewasa) 5 4.2 4.2 100.0

Total 119 100.0 100.0

Jeniskelamin_

Frequenc

y

Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

Laki-laki 68 57.1 57.1 57.1

Perempuan 51 42.9 42.9 100.0

Total 119 100.0 100.0

Alamat_

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Dalam kota 73 61.3 61.3 61.3

Luar kota 46 38.7 38.7 100.0

Total 119 100.0 100.0

lamarawatinap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ≤6 hari (memendek) 29 24.4 24.4 24.4

Page 104: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

87

>6 hari (memanjang) 90 75.6 75.6 100.0

Total 119 100.0 100.0

Suhu_badan_

Frequenc

y

Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

<36.5 (Hipotermi) 20 16.8 16.8 16.8

36.5-37.5

(Normal)

23 19.3 19.3 36.1

> 37.5 (Demam) 76 63.9 63.9 100.0

Total 119 100.0 100.0

Trombosit_

Frequenc

y

Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

<100.000

(Trombositopenia)

113 95.0 95.0 95.0

>100.000 (Trombosit

normal)

6 5.0 5.0 100.0

Total 119 100.0 100.0

Leukosit_

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Leukopenia 41 34.5 34.5 34.5

>4.000 (Leukosit normal) 78 65.5 65.5 100.0

Total 119 100.0 100.0

Hematokrit_

Frequenc

y

Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Page 105: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

88

Valid

<35%(Hematokrit

rendah)

36 30.3 30.3 30.3

>35% (Hematokrit

normal)

83 69.7 69.7 100.0

Total 119 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Trombosit_ * lamarawatinap 119 100.0% 0 0.0% 119 100.0%

Trombosit_ * lamarawatinap Crosstabulation

lamarawatinap Total

≤6 hari

(memendek)

>6 hari

(memanjang)

Trombosit_

<100.000 (Trombositopenia)

Count 24 89 113

% within lamarawatinap 82.8% 98.9% 95.0%

% of Total 20.2% 74.8% 95.0%

>100.000 (Trombosit

normal)

Count 5 1 6

% within lamarawatinap 17.2% 1.1% 5.0%

% of Total 4.2% 0.8% 5.0%

Total

Count 29 90 119

% within lamarawatinap 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 24.4% 75.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 11.919a 1 .001

Continuity Correctionb 8.788 1 .003

Likelihood Ratio 9.890 1 .002

Fisher's Exact Test .003 .003

Page 106: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

89

Linear-by-Linear

Association

11.819 1 .001

N of Valid Cases 119

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.46.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence

Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

Trombosit_ (<100.000

(Trombositopenia) /

>100.000 (Trombosit

normal))

.054 .006 .484

For cohort

lamarawatinap = ≤6 hari

(memendek)

.255 .154 .422

For cohort

lamarawatinap = >6 hari

(memanjang)

4.726 .788 28.354

N of Valid Cases 119

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Trombosit_ *

lamarawatinap

119 100.0% 0 0.0% 119 100.0%

Trombosit_ * lamarawatinap Crosstabulation

lamarawatinap Total

≤6 hari

(memendek)

>6 hari

(memanjang)

Trombosit_ <100.000 (Trombositopenia) Count 24 89 113

Expected Count 27.5 85.5 113.0

Page 107: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

90

% within Trombosit_ 21.2% 78.8% 100.0%

% within lamarawatinap 82.8% 98.9% 95.0%

% of Total 20.2% 74.8% 95.0%

>100.000 (Trombosit

normal)

Count 5 1 6

Expected Count 1.5 4.5 6.0

% within Trombosit_ 83.3% 16.7% 100.0%

% within lamarawatinap 17.2% 1.1% 5.0%

% of Total 4.2% 0.8% 5.0%

Total

Count 29 90 119

Expected Count 29.0 90.0 119.0

% within Trombosit_ 24.4% 75.6% 100.0%

% within lamarawatinap 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 24.4% 75.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Point

Probability

Pearson Chi-Square 11.919a 1 .001 .003 .003

Continuity Correctionb 8.788 1 .003

Likelihood Ratio 9.890 1 .002 .003 .003

Fisher's Exact Test .003 .003

Linear-by-Linear

Association

11.819c 1 .001 .003 .003 .003

N of Valid Cases 119

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.46.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is -3.438.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Trombosit_

(<100.000 (Trombositopenia) /

>100.000 (Trombosit normal))

.054 .006 .484

Page 108: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

91

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Leukosit_ * lamarawatinap 119 100.0% 0 0.0% 119 100.0%

Leukosit_ * lamarawatinap Crosstabulation

lamarawatinap Total

≤6 hari

(memendek)

>6 hari

(memanjang)

Leukosit_

Leukopenia

Count 5 36 41

% within Leukosit_ 12.2% 87.8% 100.0%

% within lamarawatinap 17.2% 40.0% 34.5%

% of Total 4.2% 30.3% 34.5%

>4.000 (Leukosit normal)

Count 24 54 78

% within Leukosit_ 30.8% 69.2% 100.0%

% within lamarawatinap 82.8% 60.0% 65.5%

% of Total 20.2% 45.4% 65.5%

Total

Count 29 90 119

% within Leukosit_ 24.4% 75.6% 100.0%

% within lamarawatinap 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 24.4% 75.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.030a 1 .025

Continuity Correctionb 4.073 1 .044

Likelihood Ratio 5.468 1 .019

Fisher's Exact Test .026 .019

Linear-by-Linear Association 4.988 1 .026

N of Valid Cases 119

For cohort lamarawatinap =

≤6 hari (memendek)

.255 .154 .422

For cohort lamarawatinap =

>6 hari (memanjang)

4.726 .788 28.354

N of Valid Cases 119

Page 109: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

92

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.99.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Leukosit_

(Leukopenia / >4.000

(Leukosit normal))

.313 .109 .895

For cohort lamarawatinap =

≤6 hari (memendek)

.396 .163 .962

For cohort lamarawatinap =

>6 hari (memanjang)

1.268 1.052 1.529

N of Valid Cases 119

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Hematokrit_ * lamarawatinap 119 100.0% 0 0.0% 119 100.0%

Page 110: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

93

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .679a 1 .410

Continuity Correctionb .350 1 .554

Likelihood Ratio .700 1 .403

Fisher's Exact Test .490 .281

Linear-by-Linear Association .674 1 .412

N of Valid Cases 119

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.77.

b. Computed only for a 2x2 table

Hematokrit_ * lamarawatinap Crosstabulation

lamarawatinap Total

≤6 hari

(memendek)

>6 hari

(memanjang)

Hematokrit_

<35%(Hematokrit rendah)

Count 7 29 36

% within Hematokrit_ 19.4% 80.6% 100.0%

% within lamarawatinap 24.1% 32.2% 30.3%

% of Total 5.9% 24.4% 30.3%

>35% (Hematokrit normal)

Count 22 61 83

% within Hematokrit_ 26.5% 73.5% 100.0%

% within lamarawatinap 75.9% 67.8% 69.7%

% of Total 18.5% 51.3% 69.7%

Total

Count 29 90 119

% within Hematokrit_ 24.4% 75.6% 100.0%

% within lamarawatinap 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 24.4% 75.6% 100.0%

Page 111: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

94

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Hematokrit_

(<35%(Hematokrit rendah) /

>35% (Hematokrit normal))

.669 .257 1.745

For cohort lamarawatinap =

≤6 hari (memendek)

.734 .345 1.561

For cohort lamarawatinap =

>6 hari (memanjang)

1.096 .892 1.347

N of Valid Cases 119

Page 112: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

95

Page 113: 26640-Full_Text.pdf - Admin Digital Library

96