25 PENGARUH PENGGUNAAN CAMPURAN AMPAS BIR DAN ONGGOK DALAM KONSENTRAT TERHADAP PERFORMAN DOMBA LOKAL JANTAN Oleh: IDA SETYONINGSIH H 0503010 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008
25
PENGARUH PENGGUNAAN CAMPURAN AMPAS BIR DAN ONGGOK DALAM KONSENTRAT TERHADAP PERFORMAN
DOMBA LOKAL JANTAN
Oleh: IDA SETYONINGSIH
H 0503010
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2008
26
PENGARUH PENGGUNAAN CAMPURAN AMPAS BIR DAN
ONGGOK DALAM KONSENTRAT TERHADAP PERFORMAN DOMBA LOKAL JANTAN
Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Peternakan di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Peternakan
Oleh:
Ida Setyoningsih H 0503010
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
28
PENGARUH PENGGUNAAN CAMPURAN AMPAS BIR DAN ONGGOK DALAM KONSENTRAT TERHADAP PERFORMAN
DOMBA LOKAL JANTAN
yang dipersiapkan dan disusun oleh Ida Setyoningsih
H 0503010
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 1 Februari 2008
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Ketua
Ir. YBP. Subagyo, MS NIP. 130 788 798
Anggota I
Wara Pratitis. S.S, SPt, MP NIP. 132 259 226
Anggota II
Ir. Suharto,MS NIP. 130 803 673
Surakarta, Februari 2008 November 2005
Mengetahui Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian Dekan
609 124 131 NIP.MS Suntoro, H. Ir. Dr. Prof.
29
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi berjudul
”Pengaruh Penggunaan Campuran Ampas Bir Dan Onggok Dalam
Konsentrat Terhadap Performan Domba Lokal Jantan” dengan baik.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi persyaratan guna
memperleh gelar sarjana Peternakan pada Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Selama penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan,
pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini
sampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS.
2. Bapak Ir. Sudiyono, MS Ketua Jurusan/Program Studi Peternakan Fakultas
Pertanian UNS.
3. Bapak Ir. YBP. Subagyo, MS selaku pembimbing utama dan Ibu Wara
Pratitis. S. S, SPt, MS selaku pembimbing pendamping atas kesabarannya
dalam membimbing dan mengarahkan penulis serta Bapak Ir. Suharto, MS
selaku dosen penguji.
4. Bapak Ir. Eka Handayanta, MP selaku Pembimbing Akademik.
5. Keluarga besarku, atas semua dukungannya selama ini.
6. Teman-teman angkatan 2003 yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan
semua pihak. Amin. Surakarta, Februari 2008
Penulis
30
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii
RINGKASAN ................................................................................................ ix
SUMMARY ................................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4
A. Domba Lokal ..................................................................................... 4
B. Pakan Ruminansia. ............................................................................. 5
C. Sistem Pencernaan Ruminansia ......................................................... 6
D. Konsumsi Pakan ................................................................................. 7
E. Pertambahan Bobot Badan. ................................................................ 9
F. Konversi Pakan dan Feed Cost per Gain. .......................................... 10
HIPOTESIS ............................................................................................. 11
III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 12
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 12
B. Bahan dan Alat Penelitian ................................................................. 12
C. Persiapan Penelitian ........................................................................... 14
D. Cara Penelitian ................................................................................... 14
E. Cara Analisis Data ............................................................................. 16
31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 17
A. Konsumsi Pakan ................................................................................ 17
B. Pertambahan Bobot Badan ................................................................. 18
C. Konversi Pakan................................................................................... 19
D. Feed cost per gain ............................................................................. 20
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 23
LAMPIRAN ................................................................................................... 25
32
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1 Kebutuhan nutrien domba berat badan 15 kg ( % dalam BK ).............. 12
2 Kandungan bahan pakan untuk ransum ................................................ 13
3 Komposisi dan kandungan nutrien ransum percobaan ......................... 13
4 Rerata konsumsi pakan (gram/ekor/hari) .............................................. 17
5 Rerata PBB (gram/ekor/hari) ................................................................ 18
6 Rerata konversi pakan............................................................................ 19
7 Rerata feed cost per gain (Rp/kg) ........................................................ 20
33
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Analisis variansi rerata konsumsi bahan kering domba lokal jantan..... 25
2 Analisis variansi rerata PBB.................................................................. 26
3 Analisis variansi rerata konversi pakan ................................................. 27
4 Analisis deskriptif feed cost per gain. .................................................... 28
5 Data suhu kandang selama penelitian ................................................ 29
6 Data denah kandang............................................................................... 31
34
PENGARUH PENGGUNAAN CAMPURAN AMPAS BIR DAN ONGGOK
DALAM KONSENTRAT TERHADAP PERFORMAN
DOMBA LOKAL JANTAN
Oleh :
IDA SETYONINGSIH
H 0503010
RINGKASAN
Usaha peternakan dihadapkan dengan mahalnya biaya pengadaan
konsentrat. Bahan pakan alternative dengan memanfaatkan limbah industri
diperoleh dengan mencampurkan ampas bir an onggok, diperlukan untuk
mengatasi masalah tersebut. Penggunaan campura ampas bir an onggok (50% :
50%) dalam konsentrat diharapkan dapat saling melengkapi kandungan
nutriennya dan dapat meningkatkan kandungan energi dan protein. Penggunaan
campuran ampas bir an onggok diharapkan meningkatkan keuntungan dalam
pemeliharaan ternak karena dapat menekan biaya pengadaan konsentrat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan campuran
ampas bir an onggok dalam konsentrat terhadap performan domba lokal jantan
penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanggugede, Karangananyar, Musuk, Boyolali
dan pelaksanaan penelitian mulai tanggal 11 Mei sampai 1 Agustus 2007.
Materi yang digunakan 15 ekor domba lokal jantan dengan bobot badan
15,3 ± 0,08 kg. penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan
ulangan yang tidak sama dengan empat macam perlakuan (P0,P1,P2,P3).
Perlakuan yang diberikan yaitu P0 (rumput raja 60% + konsentrat 40%), P1
(rumput raja 60% + konsentrat 30% + campuran ampas bir an onggok 10%), P2
(rumput raja 60% + konsentrat 20% + campuran ampas bir an onggok 20%), P3
(rumput raja 60% + konsentrat 20% + campuran ampas bir an onggok 10%).
35
Parameter yang diamati adalah konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan
harian, konversi pakan, dan feed cost per gain.
Hasil analisis variasi menunjukkan bahwa penggunaan campuran ampas
bir an onggok dalam konsentrat sampai taraf 30% persen dalam ransum
berpengaruh tidak nyata terhadap konsumsi bahan kering pertambahan bobot
badan konversi pakan dan menurunkan feed cost per gain. Rerata konsumsi bahan
kering berkisar antara 580,99 – 729,15 gram / ekor/hari, rerata pertambahan bobot
badan harian berkisar antara 65,63 – 83,93 gram/ekor/hari, rerata konversi pakan
berkisar antara 8,14 – 9,95 dan rerata feed cost per gain berkisar antara Rp.
11.073,09 – Rp. 14.291,11.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan ampas bir dan onggok
hingga taraf 30% persen dalam ransum tidak berpengaruh terhadap performan
domba lokal jantan serta dapat meurunkan harga pakan.
Kata kunci : ampas bir, onggok, performan, domba lokal jantan.
36
THE INFLUENCE FROM THE MIXING OF BEER WASTE AND
CASSAVA WASTE CONCENTRATE TOWARD
THE PERFORMANCE OF MALE LOCAL SHEEPS
IDA SETYONINGSIH
H0503010
SUMMARY
The livestock industry facing the expensive cost level for supplying the
concentrate. The alternative feed stuff by using the industry waste can be derived
by mixing beer waste and stacks, that is very needed to overcome the problem.
The use of beer waste and cassava waste (with 50% : 50% ratio) is expected to
complete the nutrient needed by the livestock as well as increase the energy and
protein content. The use of beer waste and cassava waste mixing is expected to
increase the benefit in livestock care because it can surpress the cost in supplying
the concentrate.
This research is purposed to know the influence from the mixing of beer
waste and cassava waste concentrate toward the performance of male local sheep.
The research is held in in Tagunggede, Karanganyar Village, Musuk Sub district,
Boyolali Regency. The period of research ran for about 12 weeks. It is started at
May 14 to August 2007.
The materials used are 15 local male sheep with average weight of 15,3 ±
0,08 kg. This research employs Complete Random Design (CRD) with unreal
repeating and 4 treatments (P0, P1, P2, and P3). The treatments given are P0 (60%
King grass + 40%concentrate), P1 (60% King Grass + 30% concentrate + 10%
beer waste and cassava waste), P2 (60% King Grass + 20% concentrate + 20%
beer waste and cassava waste), P3 (60% King Grass + 10% concentrate + 30%
beer waste and cassava waste). The parameters being observed are: feed
consumption, daily weight gain, feed conversion, and feed cost per gain.
37
The result of variance analysis shows that the use of beer waste and
cassava waste within the concentrate with the level of 30% in the ration has unreal
influence toward the feed consumption, the increasing of weight as well as feed
conversion, it is also lower the feed cost per gain. The average feed consumption
is range between 580,99 - 729,15 gram/head/day, the average daily weight gain
range between 65,63 - 83,93 gram/head/day, the average feed conversion range
between 8,14 - 9,95; and the average feed cost per gain range between Rp.
11.073,09 - Rp. 14.291,11.
The conclusion of the research is that the use of beer waste and cassava
waste with 30% level in the ratio do not decrease the local male sheep’s
performance and also can decrease the feedstuff’s price.
Key word: beer waste, cassava waste, performance, local male sheep.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Pakan merupakan salah faktor penting untuk meningkatkan
produktifitas domba, maka harus memperhatikan kualitas dan kuantitasnya
untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Kebanyakan pemeliharaan
domba di Indonesia masih bersifat tradisional yaitu pakannya sebagian besar
tergantung pada hijauan dan sedikit konsentrat (Davendra, 1993). Menurut
38
Murtidjo (1993), kebutuhan pakan ternak ruminansia di penuhi dengan hijauan
segar dan pakan konsentrat.
Konsentrat berperan menutupi kebutuhan nutrien dari pakan hijauan.
Menurut (Williamson dan Payne, 1993) konsentrat mempunyai kandungan
protein, energi, dan lemak lebih tinggi dan kandungan serat kasar yang rendah
dibandingkan hijauan. Pengadaan konsentrat dalam pemeliharaabn ternak
domba sering menimbulkan kendala karena harga pakan yang mahal, oleh
karena itu perlu mencari bahan pakan dengan harga murah dan tidak
dikonsumsi oleh manusia, mudah didapat, ketersediaan banyak, tidak beracun
dan mempunyai nili gizi yang ckup baik dalam penyusunan ransum ternak
domba. Salah satunya dengan memanfaatkan hasil limbah industri seperti
ampas bir dan onggok.
Ampas bir merupakan hasil ikutan dari proses pembuatan bir, yang
diolah secara modern. Bir berasal dari biji barley yaitu semacam biji gandum
yang difermentasikan dan dikeringkan serta kandungan pati, protein, vitamin
dan mineral yang tinggi. Ampas bir dapat digunakan sebagai bahan pakan
karena kandungan protein yang cukup tinggi dan zat makanan lain dengan
nilai nutrisi yang baik. Proses fermentasi dalam pembuatan bir dengan
menggunakan ragi tape (Saccharomyces cereviseae) dapat meningkatkan
kandungan protein dan tersedianya asam amino esensial serta meningkatkan
daya cerna. Bahan hasil fermentasi dapat merangsang nafsu makan,
pertumbuhan dan produksi.
Andriyani (2006) menyebutkan bahwa ampas bir mempunyai
kandungan 27,58% BK, 72,84% TDN, 23,93% PK, 19,19% SK. Penggunaan
ampas bir sebagai bahan pakan penyusun konsentrat dapat dilakukan
penambahan bahan pakan lain seperti onggok, untuk memperoleh biaya pakan
yang rendah sehingga mendatangkan keuntungan yang lebih.
Onggok merupakan limbah industri dari pengolahan tepung tapioka
yang sudah banyak digunakan secara optimal sebagai makanan ternak.
Pemanfaatan onggok dapat mengatasi kekurangan makanan ternak. Menurut
39
Wahyudi (2006) menyebutkan bahwa berdasarkan hasil analisa onggok
mengandung protein kasar 2,95 %, lemak 0,35 %, serat kasar 7,28 % dan
BETN 71,64 %. Berdasarkan kandungan BETN termasuk bahan pakan sumber
energi. Penggunaan onggok sebagai pakan ternak dihadapkan pada beberapa
kendala, antara lain rendahnya kandungan protein.
Penggunaan campuran ampas bir dan onggok dalam konsentrat
diharapkan dapat memperbaiki performan domba lokal jantan, oleh karena itu
dilakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan campuran ampas bir dan
onggok dalam konsentrat terhadap performan domba lokal jantan.
Perumusan Masalah Pakan sangat penting dalam keberhasilan usaha peternakan domba.
Biaya pakan merupakan biaya produksi terbesar dalam usaha peternakan.
Pakan konsentrat yang digunakan sebagai pakan pelengkap dalam
pemeliharaan ternak domba adalah termasuk masalah mahalnya biaya pakan.
Untuk itu perlu dicari bahan pakan alternatif sebagai penyusun konsentrat
yang harganya murah, jumlahnya melimpah dan tetap mengandung nutrien
yang dibutuhkan oleh ternak. Bahan pakan alternatif dapat diperoleh dengan
memanfaatkan limbah industri, misalnya limbah industri ampas bir dan
onggok.
Bahan pakan alternatif dapat dilakukan dengan mencampur ampas bir
dan onggok sehingga didapat campuran bahan pakan yang saling melengkapi
kandungan nutriennya dan dapat digunakan sebagai bahan pakan pelengkap
seperti konsentrat dalam pemeliharaan domba.
Persentase campuran kedua bahan pakan antara ampas bir dan onggok
adalah 50 persen ampas bir dan 50 persen onggok. Pertimbangan harga dan
kandungan nutrien yang saling melengkapi sehingga dapat memenuhi
kebutuhan hidup domba. Diharapkan dari pencampuran ampas bir dan onggok
akan didapatkan bahan pakan yang memiliki kandungan nutrien baik dan
dapat digunakan sebagai pakan pelengkap dalam pemeliharaan ternak domba.
40
Selain hal diatas penggunaan campuran ampas bir dan onggok diharapkan
akan menekan biaya pengadaan konsentrat.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :
Mengetahui pengaruh penggunaan campuran ampas bir dan onggok dalam
ransum terhadap penampilan produksi domba lokal jantan
Mengetahui level yang optimal dari pengaruh campuran ampas bir dan onggok
sebagai penyusun ransum domba lokal jatan.
HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa pengaruh penggunaan campuran ampas bir dan onggok dalam konsentrat berpengaruh terhadap performan domba lokal jantan.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Domba Lokal
Salah satu jenis domba yang berasal dari Indonesia yaitu domba lokal,
domba kampong atau domba kacang. Tubuhnya kecil dan warnanya bermaca-
macam. Kadang-kadang terdapat lebih dari satu warna pada seekor hewan
(Sumoprastowo, 1993).
Menurut Kartadisastra (1997), Domba mempunyai sistematika sebagai
berikut :
Phylum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
41
Familia : Bovidae
Genus : Ovis
Spesies : Ovis aries
Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia. Sekitar 80%,
populasinya ada di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Domba ini mampu hidup di
daerah yang gersang. Domba ini mempunyai tubuh yang kecil sehingga
disebut domba kacang atau domba Jawa. Selain badannya kecil, cirri lainnya
yaitu ekor relative kecil dan tipis, bulu badan berwarna putih, hanya kadang-
kadang ada warna lain, misalnya belang-belang hitam di sekitar mata, hidung,
atau bagian lainny, domba betina umumnya tidak bertanduk, sedangkan
domba jantan bertanduk kecil dan melingkar, berat domba jantan dewasa
berkisar 30-40 kg dan berat domba betina dewasa sekitar 15-20 kg. Tubuh
domba ini tidak berlemak sehingga daging yang dihasilkannya pun sedikit.
Namun, beberapa orang menyatakan bahwa daging domba kacang ini lebih
enak dari domba lainnya (Mulyono, 1998)
B. Pakan Ruminansia
Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna dan mampu menyediakan
nutrient yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan dan reproduksi
(Blakey dab Bade, 1994). Menurut Sodiq dan Abidin (2002), bahan pakan
domba dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu bahan pakan sumber protein
dan bahan pakan sumber energi. Bahan pakan sumbe energi berupa biji-bijian,
umbi-umbian, dan hijauan. Sumber protein yang diberikan umumnya adalah
limbah industri seperti bungkil kedelai, ampas tahu dan amapas kecap atau
tepung yang berasal dari hewan. Sumber energi yang diberikan antara lain
jagung, gaplek, bekatul, dedak, gandum dan bungkil-bungkilan.
Salah satu macam bahan pakan bagi domba adalah hijauan. Hijauan
pakan merupakan makanan kasar yang terdiri dari hijauan pakan yang berupa
42
rumput lapangan, limbah hasil pertanian, rumput potong serta leguminosa.
Hijauan pakan merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia dan
berfungsi tidak hanya untuk mengisi perut, tetapi juga sumber gizi yaitu
protein sumber tenaga, vitamin dan mineral (Murtidjo, 1993). Menurut
Kartadisastra (1997), hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan
kepada ternak dalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh
manusia) maupun dsenggut secara langsung oleh ternak. Hijauan banyak
mengandung karbohidrat dalam bentuk gula sederhanan, pati dan fruktosa
yang sangat berperan dalam menghasilkan energi, kandungan berkisar 1 – 3 %
dari bahan keringnya.
Konsentrat merupakan pakan penguat yang terdiri dari bahan baku yang
kaya akan karbohidrat dan protein seperti jagung kuning bekatul, dedak
gandum dan bungkil-bungkilan. Konsentrat untuk ternak domba umumnya
disebut pakan penguat atau bahan pakan yang memiliki kandungan serat kasar
kurang dari 18% dan mudah dicerna (Murtidjo, 1993). Berdasarkan
komposisinya, konsentrat dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu konsentrat
sumber energi dan konsentrat sumber protein (Tillman et al., 1991).
Kandungan nutrient yang tinggi dalam konsentrat berfungsi menutup
kekurangan yang ada dalam bahan pakan secara keseluruhan (Siregar, 1994).
Konsentrat juga berfungsi sebagai perangsang aktivitas mikrobia rumen,
sehingga dapat meningkatkan hijauan (Tillman et al., 1991).
Ampas bir merupakan limbah industri pembuatan bir yang menggunakan
barley atau bahan lain berkadar maltosa tinggi sebagai bahan pakan utama
(Aritonang dan Silalahi, 1995). Menurut Lubis (1992), ampas bir merupakan
limbah pembuatan bir yang dapat digunakan sebagai campuran ternak. Ampas
bir mngandung zat-zat makanan yaitu 27,58% BK, 72,84%TDN, 23,93%PK,
19,19% SK (Andriyani, 2006). Ampas bir dapat digunakan sebagai bahan
pakan konsentrat pada ternak ruminansia baik pada sapi potong maupun sapi
perah. Selain itu, ampas bir juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyususn
ransum pada ternak babi.
43
Ubi kayu (manihot esculeta) termasuk tumbuhan berbatang pohon lunak
atau getas (mudah patah). Ubi kayu berbatang bulat dan begerigi yang terjadi
dari bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergbus dan termasuk
tumbuhan yang tinggi. Ubi kayu bisa mencapai ketinggian 1-4 meter.
Pemeliharaanya mudah dan produktif. Ubi kayu dapat tumbuh subur pada
ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut. Nama lokal ubi kayu sebagai
berikut cassava (inggris), kasapen, kowidangdeur, sampeu (Sunda), ubi kayu,
singkong, ketela pohon (Indonesia), pohon, bodin, ketela, tela jendral, tela
kaspo (Jawa) (Anonimus, 2007).
Onggok merupakan limbah dari pengolahan ubi kayu, menjadi tepung
tapioca yang masih mengandung protein dan karbohidrat. Onggok mempunyai
potensi sebagai pakan ternak (Anonimus, 2007).
C. Sistem Pencernaan Ruminansia
Pencernaan adalah serangkaian proses yang terjadi di dalam saluran
pencernaan yaitu memecah bahan pakan menjadi bagian kecil, dari senyawa
kompleks menjadi senyawa sederhana hingga larut dan dapat diabsorpsi lewat
dinding saluran pencernaan untuk masuk ke dalam peredaran darah, yang
selanjutnya diedarkan keseluruh tubuh (Kamal, 1999).
Saluran pencernaan ruminansia terdiri dari empat bagian, yaitu rumen,
reukulum, omasum dan abomasums. Saluran pencernaan seperti itu merupakan
keunggulan karena pakan dapat dicerna sangat baik dan sempurna sehingga
nutrient dalam pakan dapat diserap lebih cepat dibandingkan hewan lainnya
(Hatmono dan Hastoro, 1997).
Menurut Siregar (1994), ternak ruminansia mempunyai empat
komponen perut yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasums. Rumen
merupakan bagian perut yang berfungsi paling depan dengan kapasitas paling
besar. Rumen berfungsi sbagai tempat penampungan makanan yang
dikonsumsi untuk sementara waktu. Di dalam rumen, proses penghalusan
partikel-partikel ransum berlanjut terus. Ransum yang sudah terproses halus
didalam rumen akan segera mengalami proses fermentasi. Dalam proses ini
44
berjuta-juta bakteri dan mikroorganisme bekerja mengolah protein dan juga
non-protei nitrogen yang terdapa didalam ransum menjadi asam-asam amino
esensial. Adanya rumen dan kegiatan-kegiatan mikroorganisme didalamnya
menyebabkan ternak ruminansia mampu mencerna sejumlah besar hijauan
maupun pakan kasar lainnya.
Kapasitas reticulum lebih keci daripada rumen. Funsgi retikulum ini
dapat diungkapkan secara jelas, kecuali membantu melewatkan bolus-bolus
melalui esophagus dan mengatur penyaluran ransum dari rumen ke omasum
dan dari rumen ke esfagus.
Omasum adalah bagian perut setelah reticulum yang mempunyai bentuk
permukaan berlipat-lipat dengan struktur yang kasar. Bentuk fisik ini dengan
gerakan peristaltik berfungsi sebagai penggiling makanan yang melewatinya
dan berperan menyerap sebagian besar air (Kartadisastra, 1997)
Abomasum adalah bagian perut yang terakhir, tempat hasil pencernaan
diserap tubuh. Bagian inilah yang merupakan perut ternak ruminansia. Setelah
abomasums, proses pencernaan selanjutnya berlangsung didalam usus dengan
bantuan beberapa enzim. Di dalam usus, ransum yang semula bereaksi asam
diubah menjadi alkali. Ransum yang tela mengalami proses pencernaan yang
sempurna akan diserap oleh darah dalam usus dan didistribusikan berupa zat-
zat makanan ke seluruh bagain-bagain yang membutuhkan (Siregar, 1994), dan
bahan-bahan yang tidak tercerna dikeluarkan dari usus besar melalui anus
(Blakely dan Bade, 1994).
D. Konsumsi Pakan
Konsumsi ransum adalah sejumlah ransum yang dikonsumsi ternak
pada periode tertentu konsumsi ransum dipengaruhi oleh bobot badan dan sifat
karateristik ransum yang meliputi kepadatan, kecernaan dan kesimbangan
kandungan nutrient dalam ransum. Konsumsi ransum berhubungan dengan
kecernaan dan kecepatan kecernaan akan bertambah jika ternak diberi pakan
dengan kecernaan tinggi (Arora, 1989).
45
Kartadisastra (1997) menyatakan, ternak ruminansia yang normal
(tidak dalam keadaan sakit atau sedang berproduksi), mengkonsumsi pakan
dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya untuk mencukupi
hidup pokok. Kemudian, sejalan dengan pertumbuhan, perkembangan kondisi,
serta tingkat produksi yang dihasilkannya, konsumsi pakan pun akan
meningkat pula. Tinggi rendahnya konsumsi paka pada ternak ruminansia
sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal
(kondisi ternak itu sendiri).
Pemberian pakan pada ternak dapat dilakukan secara terbatas dan tidak
terbatas. Pemberian secara terbatas diartikan dengan pemberian pakan yang
hanya terbatas pada kebutuhan nutrien saja. Dalam hal ini jumlah ransum yang
akan diberikan benar-benar diperhitungkan sesuai dengan nutrien yang
diperlukan. Sedangkan pemberian ransum secara tak terbatas diartikan dengan
pemberian pakan yang selalu tersedia setiap waktu (Siregar, 1994).
Menurut Parakkasi (1999) bahwa tingkat perbedaan konsumsi
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan, umur),
tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas. Makanan yang
berkualitas baik, tingkat konsumsinya lebih tinggi dibandingkan makanan yang
berkualitas rendah.
E. Pertambahan Bobot Badan
Pada jenis ternak, termasuk ternak domba, pertumbuhannya pada
mulanya lambat, kemudian berubah menjadi lebih cepat. Tetapi pertumbuhan
itu akan kembali lambat sewaktu hewan itu mendekati kedewasaannya.
Pertumbuhan anak domba yang tercepat dimulai semenjak ia dilahirkan sampai
ia berumur 3-4 bulan. Selama saat inilah merupakan saat yang paling ekonmis
di dalam pemeliharaan domba. Pertumbuhan selanjutkan diperlukan lebih
banyak makanan, karena pertumbuhannya memang teah menjadi lambat
(Sumoprastowo, 1993). Pada masa-masa pertumbuhan mencapai titik tertinggi,
pertambahan bobot badan harian domba bisa mencapai 0,3 kg per hari (Sodiq
dan Abidin, 2002).
46
Pertumbuhan secara umum diketahui dengan pengukuran kenaikan
berat tubuh, yang dengan mudah dapat dilakukan lewat penimbangan
berulang-ulang, serta dicatat pertumbuhan berat tubuh tiap hari, minggu, bulan.
Secara kuvais pertumbuhan ternak ditentukan oleh takaran makanannya.
Secara umum bila ternak diberi makanan dalam jumlah yang banyak, maka
pertumbuhannya juga cepat, dan bisa mencapai ukuran berat optimal sesuai
dengan kemampuan genetiknya. Sebaliknya, bila ternak memperoleh makanan
kurang dari cukup, tentu saja pertumbuhannya akan lamban (Murtidjo, 1990).
Menurut Parakkasi (1999) menyatakan bahwa, pertambahan bobot
badan sangat cepat pada hewan yang relative masih muda, kemudian menurun
dengan bertambahnya umur. Pada umur dua tahun, makanan yang dubutuhkan
untuk hidup pokok amat banyak. Ditambahkan menurut Williamson dan payne
(1993) bahwa pemberian pakan yang berkualitas dan tata laksana pemeliharaan
mempunyai pengaruh terhadap laju pertumbuhan pada ternak.
F. Konversi Pakan dan Feed cost pergain
Konversi pakan di pengaruhi laju perjalanan digesta di dalam alat
pencernaan, bentuk fisik ransum, komposisi ransum dan pengaruh imbangan
nutrisi (Anggorodi, 1990). Konversi pakan digunakan sebagai tolak ukur
efisiensi produksi semakin rendah nilai konversi berarti efisiensi substitusi
pakan semakin tinggi (Siregra, 1994).
Feed ost per gain yang rendah didapatkan dengan pemilihan bahan pakan untuk menyususn ransum harus semurah mungkin tersedia secara kontinyu atau dapat juga menggunakan limbah pertanian yang tidak kompetitif. Feed cost per gain di nilai baik apabila angka diperoleh serendah mungkin, yang berarti dari segi ekonomi penggunaan pakan efisien (Basuki
47
III. MATERI DAN METODE
PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan campuran ampas bir dan
onggok dalam konsentrat terhadap performan domba lokal jantan
dilaksanakan di Dukuh Tanggunggede, Desa Karanganyar, Kecamatan
Musuk, Kabupaten Boyolali, selama tiga bulan dari tanggal 14 Mei sampai 1
Agustus 2007. Analisis pakan dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan makanan
Ternak Program Studi produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Bahan dan Alat Penelitian Domba
Penelitian ini menggunakan 15 ekor domba lokal jantan dengan berat badan 15,3 ± 0,08 kg.
Ransum Bahan ransum yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari rumput raja, konsentrat BC 132 Puspetasari dan campuran ampas bir dan onggok dengan perbandingan 50 : 50 persen. Konsentrat BC 132 diperoleh dari KUD Jatinom, sedangkan onggok dan ampas bir diperoleh dari suplayer Boyolali. Air minum diberikan secara ad libitum.
Kebutuhan nutrien untuk domba lokal jantan dengan bobot 15 kg serta kandungan nutrien bahan pakan penyusun ransum dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Kebutuhan Nutrien Domba bobot badan ±15 kg (% dalam BK)
Nutrien Kebutuhan (%)
Protein Kasar (PK) 8,70 Energi (TDN) 67,85 Kalsium (Ca) 0,51 Phosphor (P) 0,32
Sumber: Kearl (1982)
48
Tabel 2. Kandungan Nutrien Bahan Pakan Untuk Ransum
BK PK TDN5) Ca P SK Bahan pakan
(%) -----------------------% BK--------------------
Rumput Raja 1) 21.21 9,20 53,89a) 0,37 2) 0,39 2) 36,13
Konsentrat BC 132 3) 86 12,5 704) 0,9 0,5 16,0
Campuran AMBO 1) 48.89 9,76 59,11b) 0,29 0,30 20,60
Sumber : 1) Hasil analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas pertanian UNS
2) Budiman dan Djamal (1994)
3) Label konsentrat BC 132 Produksi Puspetasari 4) Wahyudi (2006)
5) Hasil perhitungan menurut rumus regresi sesuai petunjuk Hartadi et al., (1990) a). % TDN = - 26,685 + 1,334 (SK) + 6,598 (EE) + 1,423 (BETN) +
0,967 (PK) – 0,002 (SK)2 – 0,670 (EE)2 – 0,024 (SK)(BETN) – 0,055 (EE)(BETN) – 0,146 (EE)(PK) + 0,039 (EE)2(PK)
b). % TDN = 22,822 – 1,440 (SK) – 2,875 (EE) + 0,655 (BETN) + 0,863 (PK) + 0,020(SK)2 – 0,078 (EE)2 + 0,018 (SK)(BETN) + 0,045 (EE)(BETN) – 0,085 (EE)(PK) + 0,020 (EE)2(PK)
Tabel 3. Komposisi dan kandungan nutrien ransum percobaan
Perlakuan No Bahan Pakan P0 P1 P2 P3
1 Rumput Raja 60 60 60 60 2 Konsentrat BC132 40 30 20 10 3 C.Ampas bir + Onggok 0 10 20 30 Jumlah 100 100 100 100 K.Nutrien 1 PK 10,52 10,25 9,98 9,70 2 TDN 60,33 59,25 58,16 57,07 3 Ca 0,58 0,52 0,46 0,40 4 P 0,43 0,41 0,39 0,37 5 SK 28,08 28,54 28,99 29,46
Sumber : Hasil perhitungan Tabel 2
Kandang dan Peralatan
Kandang
Kandang yang digunakan merupakan kandang individual
dengan sistem panggung berukuran 100 x 100 cm, kandang ini
dilengkapi dengan tempat pakan hijauan dan konsentrat serta tempat
minum.
49
Peralatan
Timbangan elektronik merk Idealife kapasitas 5 kg dengan
kepekaan 2 gram untuk menimbang pakan dan sisa pakan. Timbangan
gantung kapasitas 25 kg dengan kepekaan 100 gram untuk menimbang
domba.termometer ruang untuk mengukur suhu di dalam kandang dan
suhu lingkungan di luar kandang.Sapu, parang untuk memotong
rumput dan berbagai peralatan lain yang menunjang.
Persiapan Penelitian
1. Persiapan kandang
Kandang dan peralatan di bersihkan dan dicuci, kemudian
dilakukan pengapuran pada lantai kandang sebelum proses
pemeliharaan. Selanjutnya kandang dan semua peralatan di semprot
dengan Lysol (dosis 15 ml / 10 liter air)
2. Persiapan domba
Domba sebelum diberi pakan perlakuan diberi obat cacing merk
Nemasol dengan dosis 375 mg/45 kg BB untuk menghilangkan parasit
dalam saluran pencernaan. Persiapan domba dilakukan selama 2
minggu untuk adaptasi terhadap lingkungan kandang dan pakan
perlakuan serta penimbangan bobot badan awal.
3. Pembuatan campuran ampas bir dan onggok
Bahan pakan ampas bir dan onggok dikeringkan dibawah panas
matahari langsung sampai kering matahari. Pencampuran ampas bir
dan onggok 50 : 50 persen.
Cara penelitian 1. Macam Penelitian
Penelitian tentang pengaruh penggunaan campuran ampas bir dan onggok dalam konsentrat terhadap performan domba lokal jantan dilakukan secara eksperimental.
50
2. Rancangan Percobaan Metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat macam perlakuan (P0, P1, P2, P3) dengan satu perlakuan sebagai kontrol penelitian (P0). Masing-masing perlakuan dilakukan ulangan sebanyak empat kali. Setiap ulangan terdiri dari satu domba sehingga jumlah total yang digunakan adalah 15 ekor domba lokal jantan.
Ransum perlakuan yang diberikan sebagai berikut :
P0 : Rumput raja 60% + konsentrat 40%
P1 : Rumput raja 60% + konsentrat 30% + campuran AMBO 10%
P2 : Rumput raja 60% + konsentrat 20% + campuran AMBO 20%
P3 : Rumput raja 60% + konsentrat 10% + campuran AMBO 30%
(campuran Ampas Bir dan Onggok : AMBO)
3. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pemeliharaan. Tahap persiapan dilaksanakan selama 2 minggu meliputi penimbangan bobot badan awal, adaptasi terhadap lingkungan kandang dan pakan perlakuan. Tahap koleksi data dilakukan selama 10 minggu meliputi (1) pengukuran konsumsi pakan yaitu mencatat konsumsi pakan dan menimbang pakan yang tersisa selama 24 jam, sisa pakan kemudian dikeringkan dengan sinar matahari secara langsung dan setelah kering ditimbang serta dianalisis kandungan bahan keringnya. (2) menimbang bobot badan domba dilakukan setiap dua minggu sekali.
Ransum diberikan sesuai dengan perlakuan masing-masing. Waktu pemberian yaitu pukul 07.00 WIB dan pukul 14.00 untuk pakan konsentrat, pukul 08.00 WIB dan pukul 15.00 WIB untuk hijauan, sedangkan air minum diberikan secara ad libitum. Pemberian pakan 5 % dari bobot badan.
4. Parameter Penelitian
Parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi :
a. Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan (dalam BK) dihitung dengan cara mencari
selisih pakan yang diberikan dengan sisa pakan setiap harinya.
Konsumsi pakan dinyatakan dalam bentuk konsumsi BK
(gram/ekor/hari).
b. Pertambahan bobot badan harian
Pertambahan bobot badan ternak diperoleh dari bobot badan
akhir dikurangi bobot badan awal dibagi dengan lama waktu
pemeliharaan. Penimbangan bobot badan dilakukan setiap dua minggu
sekali dan dinyatakan dalam gram/ekor/hari.
c. Konversi pakan
Konversi pakan diperoleh dengan cara membagi jumlah pakan
yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan selama
pemeliharaan.
d. Feed cost per gain
51
Feed cost per gain diperoleh dengan cara menghitung jumlah
biaya pakan yang diperlukan untuk menghasilkan pertambahan bobot
badan.
Cara Analisa Data Semua data yang diperoleh dalam penelitian meliputi konsumsi pakan,
konsumsi protein, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan efisiensi
penggunaan protein ransum dianalisis dengan menggunakan analisis variansi
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah (Hanafiah, 2000), sedangkan
feed cost per gain dilaporkan secara deskriptif
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Konsumsi Pakan
Pengaruh penggunaan campuran ampas bir dan onggok dalam konsentrat
terhadap rerata konsumsi bahan kering domba lokal jantan selama penelitian
disajikan pada Tabel 4
Tabel 4. Rerata Konsumsi bahan kering domba lokal jantan (gram/ekor/hari)
Ulangan Perlakuan 1 2 3 4
Rerata
P0 625,64 555,53 848,36 812,76 710,57 P1 702,42 724,60 0 760,43 729,15 P2 550,12 593,29 610,80 647,71 600,48 P3 575,53 529,96 636,98 581,47 580,99
Rerata konsumsi bahan kering dari keempat perlakuan masing-masing
sebagai berikut P0 710,57 gram/ekor/hari; P1 729,15 gram/ekor/hari; P2
600,48 gram/ekor/hari; P3 580,99 gram/ekor/hari. Hasil analisis variansi
52
menunjukan bahwa penggunaan campuran ampas bir dan onggok sampai taraf
30 persen dalam ransum berbeda tidak nyata (P≥0,05) terhadap konsumsi
bahan kering domba lokal jantan.
Menurut Kartadisastra (1997) palatabilitas dicerminkan oleh
organoleptiknya seperi kenampakan bau, rasa dan teksturnya. Ampas bir
mempunyai bau agak tengik, rasa sedikit manis, tekstur kasar sedangkan
onggok tesktur halus. Tetapi penggunaan campuran ampas bir dan onggok
sampai taraf 30 persen dalam ransum berpengaruh tidak nyata terhadap
konsumsi bahan kering domba lokal jantan. Di duga penggunaan campuran
ampas bir dan onggok mempunyai tingkat palatabilitas sama.
Ampas bir dan onggok termasuk bahan pakan yang mempunyai
kandungan karbohidrat yang tinggi, karena sebagai sumber energi. Ampas bir
merupakan limbah pembuatan bir dengan bahan baku barley, mengalami
fermentasi selama penyimpanan dan masih mengandung maltosa. Dengan
adanya proses fermentasi ampas bir menjadi pakan yang lunak. Onggok
merupakan sisa pembuatan tepung tapioka yang mempunyai kandungan
BETN 71,64% berdasarkan kandungan BETN termasuk bahan pakan sumber
energi (Wahyudi, 2006). Kandungan energi dalam pakan paling
mempengaruhi konsumsi bahan kering. Penggunaan campuran ampas bir dan
onggok berpengaruh tidak nyata, hal ini diduga pakan perlakuan yang
menggunakan campuran ampas bir dan onggok dapat mencukupi kebutuhan
energi. Menurut Kartadisastra (1997) semakin tinggi energi pakan konsumsi
akan menurun.
Karbohidrat yang terkandung dalam campuran ampas bir dan onggok
serta konsentrat tersebut akan difermentasi didalam rumen menjadi menjadi
VFA. VFA merupakan sumber energi utama dari rumen rumninasia, sesuai
dengan pendapat Parakkasi (1999) bahwa fermentasi karbohidrat dalam
retikulo-rumen akan menghasilkan lemak atsiri (VFA). VFA merupakan
sumber energi utama untuk ruminan.
Faktor lain yang menyebabkan konsumsi bahan kering hampir sama
adalah kemampuan ternak dalam menampung pakan di rumen hampir sama.
53
Ternak akan berhenti makan ketika kapasitas fisik mereka telah tercapai atau
kebutuhan energi telah tercukupi (Parakkasi, 1999).
B. Pertambahan Berat Badan
Pengaruh penggunaan campuran ampas bir dan onggok dalam konsentrat
terhadap pertambahan berat badan domba lokal jantan selama penelitian
ditampilkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rerata pertambahan berat badan domba lokal jantan (gram/ekor/hari)
Ulangan Perlakuan 1 2 3 4
Rerata
P0 67.86 46.43 89.29 89.29 73.21 P1 83.93 73.21 0 94.64 83.93 P2 48.21 55.36 69.64 89.29 65.63 P3 75.00 60.71 83.93 67.86 71.88
Berdasarkan hasil analisis pengaruh penggunaan campuran ampas bir
dan onggok dalam konsentrat terhadap pertambahan bobot badan harian
domba lokal jantan berbeda tidak nyata (P≥0,05). Rerata pertambahan berat
badan yang diperoleh selama penelitian untuk masing-masing perlakuan P0,
P1, P2, P3 yaitu 73,21 gram/ekor/hari; 83,93 gram/ekor/hari; 65,63
gram/ekor/hari; 71,88 gram/ekor/hari.
Campuran ampas bir dan onggok merupakan bahan pakan sumber
energi. Kandungan BETN di dalam onggok cukup tinggi yaitu sekitar 71,64%
(Wahyudi, 2006) dan ampas bir mempunyai kandungan BETN 39,30%.
Karbohidrat yang terkandung dalam campuran ampas bir dan onggok serta
konsentrat tersebut akan difermentasi didalam rumen menjadi VFA, VFA
merupakan sumber energi utama untuk ruminan. Menurut Parakkasi (1999)
bertambahnya Karbohidrat yang mudah dicerna akan meningkatkan produksi
propionat. Propionat merupakan sumber utama glukosa untuk ternak
ruminansia.
C. Konversi Pakan
54
Pengaruh penggunaan campuran ampas bir dan onggok dalam konsentrat
terhadap konversi pakan domba lokal jantan selama penelitian ditampilkan
pada Tabel 6.
Tabel 6. Rerata konversi pakan domba lokal jantan
Ulangan PPerlakuan 1 2 3 4
Rerata
P0 9,22 11,96 9,50 9,10 9,95
P1 8,37 9,90 0 8,03 8,77
P2 11,41 10,72 8,77 7,25 9,54
P3 7,67 8,73 7,59 8,57 8,14
Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa penggunaan campuran
ampas bir dan onggok berbeda tidak nyata (P≥0,05) terhadap konversi pakan
domba lokal jantan. Rerata konversi pakan selama penelitian untuk masing-
masing perlakuan sebagai berikut P0 9,95; P1 11,55; P2 9,97; P3 8,72.
Pengaruh penggunaan campuran ampas bir dan onggok sampai taraf 30
persen dalam ransum berbeda tidak nyata terhadap konversi pakan. Hal ini
disebabkan pertambahan bobot badan dan konsumsi bahan kering yang relatif
sama. Menurut (Anggorodi, 1990) menyatakan bahwa konversi pakan
merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan
pertambahan bobot badan. Ditambahkan lagi oleh Siregar (1994) semakin
kecil nilai konversi pakan berarti semakin efisien ternak dalam penggunaan
pakan berarti semakin sedikit jumlah pakan yang dibutuhkan untuk mencapai
pertambahan satu kilogram bobot badan.
D. Feed Cost per Gain
Rerata feed cost per gain selama penelitian disajikan pada Tabel 7
Tabel 7. Feed cost per gain domba lokal jantan (Rp)
Ulangan Perlakuan
1 2 3 4 Rerata
P0 13.249,28 17.186,70 13.651,64 13.076,83 14.291,11
P1 11.813,86 13.973,39 0 11.333,97 12.373,74
P2 15.813,03 14.856,76 12.154,27 10.047,72 13.217,94
55
P3 10.433,73 11.875,69 10.324,91 11.658,03 11.073,09
Rerata feed cost per gain selama penelitian untuk masing-masing
perlakuan P0, P1, P2 dan P3 berturut-turut yaitu Rp 14.291,11; Rp 12.373,74;
Rp 13.217,94; dan Rp. 11.073,09.
Harga ransum perlakuan P0, P1, P2, dan P3 secara berturut-turut adalah
Rp 1.437,02; Rp 1.411,45; Rp 1.385,89; Rp 1.360,33. Biaya pakan yang
terendah dicapai pada P3 karena menggunakan persentase campuran ampas bir
dan onggok dalam jumlah yang terbanyak. Untuk itu semakin tinggi taraf
campuran ampas bir dan onggok dalam konsentrat menyebabkan harga
semakin rendah.
Konversi pakan yang rendah berarti penggunaan pakan efisien dan
ekonomis. Penggunaan pakan yang efisien dan ekonomis ditunjukkan dengan
angka feed cost per gain yang rendah. Feed cost per gain adalah besarnya
biaya pakan yang diperlukan ternak untuk menghasilkan 1 kg gain (Wahyudi,
2006). Ditambahkan lagi oleh pendapatnya Rasyaf (1992) bahwa tinggi
rendahnya biaya pakan tergantung pada harga pakan dan efisiensi tidaknya
penggunaan pakan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penggunaan campuran ampas bir dan onggok sampai taraf 30 persen
dalam ransum tidak menurunkan performan domba lokal jantan serta dapat
menurunkan harga.
B. Saran
56
Penggunaan campuran ampas bir dan onggok sampai taraf 30 persen
dalam ransum dapat digunakan sebagai alternatif bahan pakan penyusun
ransum dalam pemeliharaan domba lokal jantan karena dapat menurukan
biaya pakan.
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, A. K. 2006. Pengaruh Penggunaan Ampa Bir Dalam Ransum Terhadap Performan Kelinci New Zealand White Jantan. Skripsi. SI. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta.
Anonimus. 2007. Ubi Kayu. http:// www. Indomedia.com.
Aritonang, D. dan M. Silalahi. 1995. Evaluasi penggunaan ampas bir dalam ransum babi (Penggunaan tingkat ampas bir dalam ransum terhadap produktivitas babi pengakhiran). Media, Majalah Pengembangan Ilmu Peternakan dan Perikanan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang. 19 (2) : 380-387.
Budiman, H dan S. Djamal. 1994. Hijauan Pakan Ternak Umum. Batlibang Pertanian. Bogor.
Blakely,J dan D. H. Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Davendra, C. 1993. Kambing dan Domba Asia : Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press. Surakarta.
Hanafiah, A. K., 2000. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
57
Hatmono, H dan Hastoro, I. 1997. Urea Molases Blok Pakan Suplemen Ternak Ruminansia. Trubus Agriwijaya. Ungaran.
Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius. Yogyakarta.
Kearl, L. C. 1982. Nutrient Requirements Of Ruminant In Developing Countries. Internasional Feedstuff. Institute Utah Agricultural Experiment Station. Utah State University, Logan Utah.
Lubis,D.A. 1992. Ilmu Makanan ternak. Cetakan ke-3. PT. Pembangunan, Jakarta Mulyono, S. 1998. Teknik Pembibitan kambing dan Domba. Penebar Swadaya.
Jakarta
Murtidjo, B. A. 1993. Memelihara Domba. Kanisius. Yogyakarta.
Parakkasi, A., 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. UI Press. Jakarta.
Siregar, S. B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sodiq, A dan Z. Abidin. 2002. Penggemukan Domba Cet ke 1. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta.
Sumoprastowo, R. M. 1993. Beternak Domba Pedaging dan Wool. PT. Bharatara. Jakarta.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
58
Wahyudi, D. 2006. Pengaruh Penggunaan Onggok Fermentasi dalam Ransum terhadap Penampilan Produksi Kelinci Lokal Jantan. Skripsi S1.Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Wahyudi. 2006. Pengaruh Penggunaan Campuran Ampas Brem dan Onggok dalam Konsentrat terhadap Performan Domba Lokal Jantan. Skripsi S1. Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.
Williamson, G. dan W. J. A Payne, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Diterjemahkan oleh SGN Djiwa Darmaja. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Lampiran 1. Analisis variansi rerata konsumsi bahan kering domba lokal
jantan (gram/ekor/hari)
Ulangan Perlakuan 1 2 3 4
Jumlah Rerata
P0 625,64 555,53 848,36 812,76 2842,29 710,57 P1 702,42 724,6 0 760,43 2187,45 729,15 P2 550,12 593,29 610,8 647,71 2401,92 600,48 P3 575,53 529,96 636,98 581,47 2323,94 580,99
1. FK = y2… n = (625,64 + 702,42 + 550,12 + ….. + 581,47) 2 = 6344782 15 2. JKL = Σ yij
2 – FK = (625,642+ 702,422 + 550,122 + ….. + 581,472) - 6344782 = 135416,4 3. JKT = Σ yj
2 – FK r = (2842,292 + 2187,452+ 2401,922 + 2323,942) - 6344782 4 3 4 4 = 62329,39 4. JKG = JKL – JKT = 73087
59
5. dB Perlakuan = t -1 = 4 – 1 = 3 6. dB total = n – 1 = 15 – 1 = 14 7. dB Galat = dB Total – dB Perlakuan = 14 – 3 = 11 Tabel Anova
F Tabel Sumber Variansi
dB JK KT F Hitung 5% 1 %
Perlakuan 3 62.329,39 20.776,46 3,13*) 3,89 6,22 Galat 11 73.087 6.644,27 Total 14 13.5416,40
Keterangan : *) berbeda tidak nyata Lampiran 2. Analisis variansi rerata pertambahan bobot badan harian
domba lokal jantan (gram/ekor/hari)
Ulangan Perlakuan 1 2 3 4
Jumlah Rerata
P0 67,86 46,43 89,29 89,29 292,87 73,22 P1 83,93 73,21 0 94,64 251,78 83,93 P2 48,21 55,36 69,64 89,29 262,50 65,63 P3 75,00 60,71 83,93 67,86 287,50 71,88
1. FK = y2… n = (67,86+ 83,93+ 48,21 + ….. + 67,86) 2 = 79.883,91 15 2. JKL = Σ yij
2 – FK = (67,862 + 83,932 + 48,212 + ….. + 67,862) - 79.883,91 = 3354,20 3. JKT = Σ yj
2 – FK r = (292,872 + 251,782 + 262,502 + 287,502) - 79.883,91 4 3 4 4 = 580,98 4. JKG = JKL – JKT = 2.773,22
60
5. dB Perlakuan = t -1 = 4 – 1 = 3 6. dB total = n – 1 = 15 – 1 = 14 7. dB Galat = dB Total – dB Perlakuan = 14 – 3 = 11 Tabel Anova
F Tabel Sumber Variansi
dB JK KT F Hitung 5% 1%
Perlakuan 3 580,98 193,66 0,77 3,89 6,22 Galat 11 2.773,22 252,11 Total 14 3.354,20 239,59
Keterangan : *) berbeda tidak nyata Lampiran 3. Analisis variansi rerata konversi pakan domba lokal jantan
Ulangan Perlakuan 1 2 3 4
Jumlah Rerata
P0 9,22 11,96 9,50 9,10 39,79 9,95 P1 8,37 9,90 0 8,03 26,30 8,77 P2 11,41 10,72 8,77 7,25 38,15 9,54 P3 7,67 8,73 7,59 8,57 32,56 8,14
1. FK = y2… n = (9,22+ 8,37 + 11,41 + ….. + 8,57) 2 = 1247,68 15 2. JKL = Σ yij
2 – FK = (9,222 + 8,372+ 11,412 + ….. + 8,572) - 1247,68 = 26,89 3. JKT = Σ yj
2 – FK r = (39,792 + 26,302 + 38,152 + 32,562) - 1247,68 4 3 4 4 = 7,65 4. JKG = JKL – JKT = 19,24
61
5. dB Perlakuan = t -1 = 4 – 1 = 3 6. dB total = n – 1 = 15 – 1 = 14 7. dB Galat = dB Total – dB Perlakuan = 14 – 3 = 11 Tabel Anova
F Tabel Sumber Variansi
dB JK KT F Hitung 5% 1%
Perlakuan 3 7,65 2,55 1,46*) 3,89 6,22 Galat 11 19,24 1,75 Total 14 26,89 1,92
Keterangan : *) berbeda tidak nyata Lampiran 4. Feed Cost per Gain Bahan penyusun ransum
Susunan Ransum Bahan pakan Harga BK P0 P1 P2 P3
Rumput raja Konsentrat Campuran AMBO
320 1143,33
525
21,21 86
48,89
60 40 0
60 30 10
60 20 20
60 10 30
Daftar harga bahan pakan (dalam BK) = 100 x harga pakan x persentase BK
Bahan Pakan P0 P1 P2 P3
R. Raja 905,23 905,23 905,23 905,23 AMBO 0 107,38 214,77 322,15 Konsentrat 531,78 398,84 265,89 132,95
Harga (Rp/kg) 1.437,02 1.411,453 1.385,89 1.360,33
Daftar feed cost per gain per perlakuan (Rp)
Ulangan Perlakuan 1 2 3 4
Jumlah Rerata
P0 13.249,28 17.186,70 13.651,64 13.076,83 57.164,45 14.291,11
62
P1 11.813,86 13.973,39 0 11.333,97 37.121,22 12.373,74
P2 15.813,03 14.856,76 12.154,27 10.047,72 52.871,78 13.217,94
P3 10.433,73 11.875,69 10.324,91 11.658,03 44.292,36 11.073,09
Feed cost per gain = harga ransum x konversi pakan Lampiran 5. Suhu Kandang Selama Penelitian Tanggal Temperatur ( oC) Rerata ( oC) Pagi Siang Sore 14/5/07 25 27 26 26 15/5/07 25 27 25 26 16/5/07 26 27 27 27 17/5/07 26 25 27 26 18/5/07 23 27 26 25 19/5/07 22 27 26 25 20/5/07 23 27 27 26 21/5/07 22 27 26 25 22/5/07 22 27 27 25 23/5/07 23 27 26 25 24/5/07 22 28 27 26 25/5/07 21 28 27 25 26/5/07 19 28 26 24 27/5/07 21 28 26 25 28/5/07 19 28 27 25 29/5/07 21 27 27 25 30/5/07 22 27 25 25 31/5/07 22 27 26 25 01/06/07 22 28 26 25 02/06/07 22 28 27 26 03/06/07 22 28 26 25
63
04/06/07 23 28 26 26 05/06/07 23 28 27 26 06/06/07 22 28 26 25 07/06/07 23 26 25 25 08/06/07 23 27 26 25 09/06/07 23 28 26 26 10/06/07 19 28 25 24 11/06/07 18 27 26 24 12/06/07 23 27 26 25 13/6/07 18 27 26 24 14/6/07 23 28 26 26 15/6/07 22 28 26 25 16/6/07 22 28 25 25 17/6/07 19 28 25 24 18/6/07 22 26 23 24 19/6/07 22 24 23 23 20/6/07 22 24 24 23 21/6/07 23 26 25 25 22/6/07 23 28 26 26 23/6/07 22 28 27 26 24/6/07 22 28 25 25 25/6/07 20 28 22 23 26/6/07 20 28 26 25 27/6/07 21 28 26 25 28/6/07 22 27 26 25 29/6/07 23 25 24 24 30/6/07 22 25 24 24 01/07/07 21 28 24 24 02/07/07 20 28 25 24 03/07/07 20 29 24 24 04/07/07 18 28 24 23 05/07/07 18 28 24 23 06/07/07 22 29 25 25 07/07/07 22 27 25 25 08/07/07 18 27 25 23 09/07/07 19 27 24 23 10/07/07 17 27 24 23 11/07/07 18 27 25 23 12/07/07 18 27 25 23 13/7/07 19 28 25 24 14/7/07 22 28 25 25 15/7/07 21 28 26 25 16/7/07 22 26 24 24 17/7/07 22 27 25 25 18/7/07 22 27 24 24
64
19/7/07 22 27 25 25 20/7/07 23 28 26 26 21/7/07 23 28 25 25 22/7/07 23 28 24 25 23/7/07 22 28 24 25 24/7/07 21 26 24 24 25/7/07 20 26 24 23 26/7/07 15 26 24 22 27/7/07 18 26 24 23 28/7/07 20 26 25 24 29/7/07 20 26 25 24 30/7/07 19 27 25 24 31/7/07 18 27 25 23 01/08/07 19 27 25 24 02/08/07 18 27 25 23
Lampiran 8. Denah kandang domba selama penelitian
P1U4 P2U1
P1U3 P2U2
P1U2 P2U3
P1U1 P2U4
P0U4 P3U1