25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan Bumiputera berdiri atas prakarsa seorang guru sederhana bernama M. Ng. Dwidjosewojo, Sekretaris Persatuan Guru-guru Hindia Belanda (PGHB) sekaligus Sekretaris I Pengurus Besar Budi Utomo. Dwidjosewojo menggagas pendirian perusahaan asuransi karena didorong oleh keprihatinan mendalam terhadap nasib para guru bumiputera (pribumi). Ia mencetuskan gagasannya pertama kali di Kongres Budi Utomo, tahun 1910. Dan kemudian terealisasi menjadi badan usaha, sebagai salah satu keputusan Kongres pertama PGHB di Magelang, 12 Februari 1912. Sebagai pengurus, selain M. Ng. Dwidjosewojo yang bertindak sebagai Presiden Komisaris, juga ditunjuk M.K.H. Soebroto sebagai Direktur, dan M. Adimidjojo sebagai Bendahara. Ketiga orang inilah yang kemudian dikenal sebagai "tiga serangkai" pendiri Bumiputera, sekaligus peletak batu pertama industri asuransi nasional Indonesia. Tidak seperti perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang kepemilikannya hanya oleh pemodal tertentu, sejak awal pendiriannya Bumiputera sudah menganut sistem kepemilikan dan kepenguasaan yang unik, yakni bentuk badan usaha "mutual" atau "usaha bersama". Semua pemegang polis adalah pemilik perusahaan yang mempercayakan wakil-wakil mereka di Badan Perwakilan Anggota (BPA) untuk mengawasi jalannya perusahaan. Asas mutualisme ini, yang kemudian dipadukan dengan idealisme dan profesionalisme pengelolanya, merupakan kekuatan utama Bumiputera hingga hari ini. Perjalanan Bumiputera yang semula bernama Onderlinge Levensverzekering Maatschappij PGHB (O.L. Mij. PGHB) kini
53
Embed
25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum … · 25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan Bumiputera berdiri atas prakarsa seorang guru
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Perusahaan
Bumiputera berdiri atas prakarsa seorang guru sederhana
bernama M. Ng. Dwidjosewojo, Sekretaris Persatuan Guru-guru
Hindia Belanda (PGHB) sekaligus Sekretaris I Pengurus Besar
Budi Utomo. Dwidjosewojo menggagas pendirian perusahaan
asuransi karena didorong oleh keprihatinan mendalam terhadap
nasib para guru bumiputera (pribumi). Ia mencetuskan gagasannya
pertama kali di Kongres Budi Utomo, tahun 1910. Dan kemudian
terealisasi menjadi badan usaha, sebagai salah satu keputusan
Kongres pertama PGHB di Magelang, 12 Februari 1912.
Sebagai pengurus, selain M. Ng. Dwidjosewojo yang
bertindak sebagai Presiden Komisaris, juga ditunjuk M.K.H.
Soebroto sebagai Direktur, dan M. Adimidjojo sebagai Bendahara.
Ketiga orang inilah yang kemudian dikenal sebagai "tiga
serangkai" pendiri Bumiputera, sekaligus peletak batu pertama
industri asuransi nasional Indonesia.
Tidak seperti perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas
(PT) yang kepemilikannya hanya oleh pemodal tertentu, sejak awal
pendiriannya Bumiputera sudah menganut sistem kepemilikan dan
kepenguasaan yang unik, yakni bentuk badan usaha "mutual" atau
"usaha bersama". Semua pemegang polis adalah pemilik
perusahaan yang mempercayakan wakil-wakil mereka di Badan
Perwakilan Anggota (BPA) untuk mengawasi jalannya perusahaan.
Asas mutualisme ini, yang kemudian dipadukan dengan idealisme
dan profesionalisme pengelolanya, merupakan kekuatan utama
Bumiputera hingga hari ini.
Perjalanan Bumiputera yang semula bernama Onderlinge
Levensverzekering Maatschappij PGHB (O.L. Mij. PGHB) kini
26
mencapai 9 dasawarsa. Sepanjang itu, tentu saja, tidak lepas dari
pasang surut. Sejarah Bumiputera sekaligus mencatat perjalanan
Bangsa Indonesia. Termasuk misalnya, peristiwa sanering mata
uang rupiah di tahun 1965 yang memangkas aset perusahaan ini,
dan bencana paling hangat multikrisis di penghujung millenium
kedua. Di luar itu, Bumiputera juga menyaksikan tumbuh,
berkembang, dan tumbangnya perusahaan sejenis yang tidak
sanggup menghadapi ujian zaman mungkin karena persaingan atau
badai krisis. Semua ini menjadi cermin berharga dari lingkungan
yang menjadi bagian dari proses pembelajaran untuk upaya
mempertahankan keberlangsungan.
Sekarang, memasuki millenium ketiga, Bumiputera yang
mengkaryakan sekitar 18.000 pekerja, melindungi lebih dari 9.7
juta jiwa rakyat Indonesia, dengan jaringan kantor sebanyak 576 di
seluruh pelosok Indonesia, tengah berada di tengah capaian baru
industri asuransi Indonesia. Sejumlah perusahaan asing menyerbu
dan masuk menggarap pasar domestik. Mereka menjadi rekan
sepermainan yang ikut meramaikan dan bersama-sama
membesarkan industri yang dirintis oleh pendiri Bumiputera, 91
tahun lampau.
Bagi Bumiputera, iklim kompetisi ini meniupkan semangat
baru karena makin menegaskan perlunya komitmen, kerja keras,
dan profesionalisme. Namun berbekal pengalaman panjang
melayani rakyat Indonesia berasuransi hampir seabad, menjadikan
Bumiputera bertekad untuk tetap menjadi tuan rumah di negeri
sendiri, menjadi asuransi Bangsa Indonesia sebagaimana visi awal
pendirinya. Bumiputera ingin senantiasa berada di benak dan di
hati rakyat Indonesia.
27
4.1.2 Falsafah, Visi dan Misi Perusahaan
a. Falsafah
1. Idealisme
Senantiasa memelihara nilai-nilai kejuangan dalam
mengangkat kemartabatan anak bangsa sesuai sejarah pendirian
Bumiputera sebagai perusahaan perjuangan.
2. Mutualisme (kebersamaan)
Mengedepankan sistem kebersamaan dalam pengelolaan
perusahaan dengan memberdayakan potensi komunitas
Bumiputera dari, oleh dan untuk komunitas Bumiputera
sebagai manifestasi perusahaan rakyat.
3. Profesionalisme
Memiliki komitmen dalam pengelolaan perusahaan dengan
mengedepankan tata kelola perusahaan yang baik dan
senantiasa berusaha menyesuaikan diri terhadap tuntutan
perubahan lingkungan.
b. Visi
Bumiputera ingin menjadi asuransinya Bangsa Indonesia
c. Misi
Menjadikan Bumiputera senantiasa berada di benak dan di hati
masyarakat Indonesia, dengan :
1. Memelihara keberadaan Bumiputera sebagai perusahaan
perjuangan Bangsa Indonesia.
2. Mengembangkan korporasi dan kooperasi yang menerapkan
prinsip dasar gotong-royong.
3. Menciptakan berbagai produk dan layanan yang memberikan
manfaat optimal bagi komunitas Bumiputera
4. Mewujudkan perusahaan yang berhasil secara ekonomi dan
sosial.
4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan
Posisi tertinggi dalam struktur organisasi perusahaan adalah
Badan Perwakilan Anggota (BPA). BPA merupakan wakil-wakil
28
para pemilik polis perusahaan untuk mengawasi jalannya
perusahaan. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi perusahaan
dapat dilihat pada Lampiran 6.
4.1.4 Produk-Produk Perusahaan
Produk dan layanan asuransi perorangan pada Asuransi
Jiwa Bersama Bumiputera 1912 adalah berupa :
1. Ekawaktu Ideal (Rp.) : Asuransi jiwa yang benefitnya
dirancang untuk menanggulangi risiko keuangan sebagai akibat
meninggalnya tertanggung dan untuk penyediaan dana
tabungan masa depan berupa pengembalian akumulasi premi
selama kontrak asuransi berjalan.
2. Mitra Beasiswa (Rp.) : Asuransi jiwa yang benefitnya
dirancang untuk membantu menyediakan dana kelangsungan
belajar pada setiap tahapan jenjang pendidikan anak, dari
Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi, baik pemegang
polis masih hidup maupun meninggal dunia.
3. Mitra Oetama (Rp.) : Asuransi jiwa yang merupakan
gabungan antara perlindungan jiwa dan tabungan, termasuk
menyediakan biaya rawat inap di rumah sakit. Dirancang
dengan menggunakan system pembayaran premi tunggal yang
fleksibel.
4. Mitra Poesaka (Rp.) : Asuransi jiwa yang merupakan
gabungan antara perlindungan jiwa dan tabungan. Program ini
menjanjikan fleksibilitas dalam hal pembayaran premi,
penarikan nilai tabungan, dan penambahan uang
pertanggungan.
5. Mitra Abadi (Rp.) : Asuransi jiwa yang memberikan
perlindungan jiwa seumur hidup, dengan premi relatif jauh
lebih kecil dibanding manfaat asuransi. Program ini juga
menjamin tersedianya dana di hari tua jika pemegang polis
mencapai usia 99 tahun.
29
6. Mitra Prima (Rp.) : Asuransi jiwa yang memberikan
perlindungan jiwa selama program berlangsung. Dirancang
dengan benefit ganda : menyediakan tabungan pada masa
asuransi berakhir dan menyiapkan warisan jika pemegang polis
meninggal dalam masa asuransi.
7. Mitra Sejati (Rp.) : Asuransi jiwa murni yang khusus
memberikan perlindungan selama masa asuransi. Program ini
tidak memiliki unsur tabungan, semata menyiapkan warisan.
Karena itu, premi relatif jauh lebih rendah dibanding manfaat
asuransi yang akan diterima ahli waris jika pemegang polis
meninggal dunia.
8. Mitra Permata (US$) : Asuransi jiwa yang menggabungkan
perlindungan jiwa dan tabungan, dengan fleksibilitas dalam hal
penentuan besaran warisan, besaran jumlah premi tunggal,
frekuensi penambahan premi tunggal, peningkatan nilai
proteksi, hingga pengambilan manfaat asuransi.
Produk dan layanan lainnya adalah berupa asuransi
kumpulan (askum). Program askum secara ekonomis memberikan
jaminan berupa perlindungan bagi tertanggung terhadap kerugian
finansial yang disebabkan oleh risiko yang mungkin menimpa
berupa kematian, cacat karena kecelakaan, kehilangan pekerjaan
karena PHK atau pensiun. Askum adalah asuransi yang
diperuntukkan bagi karyawan / pekerja suatu perusahaan/ instansi,
anggota suatu organisasi / lembaga, debitur atau peserta suatu
kegiatan/ event tertentu yang pelaksanaannya diatur secara
kumpulan atau grup.
Pemegang polis askum adalah pimpinan instansi /
perusahaan, pimpinan organisasi / lembaga, kreditur / penanggung
jawab kegiatan / event tertentu. Tertanggung (disebut juga peserta)
dalam polis Askum adalah karyawan / pekerja suatu perusahaan /
instansi, anggota suatu organisasi / lembaga, debitur atau peserta
suatu kegiatan/ event tertentu. Yang ditunjuk untuk menerima
30
manfaat Askum adalah pemegang polis Askum untuk diteruskan
kepada peserta atau ahli waris peserta.
Bentuk asuransi dari asuransi kumpulan tersebut adalah :
1. Kredit : Asuransi kredit kumpulan adalah asuransi kumpulan
untuk para debitur dari suatu lembaga keuangan (kreditur),
terdiri dari :
a) Asuransi Kredit Ekawaktu
b) Asuransi Kredit Cicilan / Tahunan
c) Asuransi Kredit Annuitas
2. Ekawaktu : Program asuransi Ekawaktu mempunyai benefit
sama dengan benefit asuransi Ekawarsa hanya masa
asuransinya / jangka waktunya tertentu (bisa lebih / kurang dari
1 tahun). Jenis asuransi ini bersifat non saving.
3. Kecelakaan : Program asuransi kecelakaan adalah asuransi
kumpulan yang memberikan benefit atau manfaat kepada
peserta melalui pemegang polis akibat dari terjadinya risiko
kecelakaan pada diri peserta dalam masa asuransi.
4. Rawat Inap dan Pembedahan
Asuransi ini ialah asuransi kumpulan yang memberikan benefit
/ manfaat kepada peserta berupa penggantian biaya rawat inap
dan / atau pembedahan, di rumah sakit dalam masa asuransi
karena suatu penyakit atau kecelakaan.
Jangka waktu asuransi ini berlaku 1 tahun dan dapat
diperpanjang. Macam penggantian rawat inap dan pembedahan
dalam program ini disajikan dalam 2 paket yaitu, paket basic
dan paket lengkap.
5. Program Kesejahteraan Karyawan
Program asuransi jiwa ini dirancang dengan memberikan
benefit / manfaat bagi peserta / karyawan berusia 55 tahun, atau
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan memberikan
proteksi jika peserta / karyawan mengalami cacat total / tidak
31
mampu bekerja sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya /
tugasnya lagi atau peserta / karyawan meninggal dunia.
6. Iuran Dana Mantap (Idaman) : Program asuransi jiwa ini
memberikan benefit / manfaat berupa proteksi jika terjadi
resiko sebesar Uang Pertanggungan dan Nilai Tunai. Dan jika
peserta berhenti dari kepesertaannya akan dibayarkan sebesar
nilai tunai.
7. Asuransi Rakyat Indonesia (ASRI) : Program asuransi jiwa
ini dirancang untuk seluruh anggota keluarga dengan
memberikan santunan sebesar uang pertanggungan jika ada
anggota keluarga yang menjadi peserta / tertanggung
meninggal dunia atau mengalami cacat tetap karena
kecelakaan.
4.2. Perbedaan Perusahaan Mutual dengan PT
Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912, didirikan di Magelang
12 Februari 1912. Merupakan satu-satunya perusahaan di Indonesia yang
berbentuk “Usaha Bersama” atau “Mutual” (non Perseroan Terbatas),
dimana pemegang polis merupakan pemilik perusahaan. Bentuk badan
“Usaha Bersama (Mutual)” ini diatur dalam UU No.2/1992, pasal 7 (1).
Dalam usaha bersama, risiko dipikul oleh para peserta sendiri sebagai
pemilik perusahaan.
Berbeda dari perusahaan mutual, Perseroan Terbatas (PT) adalah
suatu persekutuan untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri
dari saham-saham, dan pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang
dimilikinya. Oleh karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat
diperjualbelikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan
tanpa perlu membubarkan perusahaan. Perseroan Terbatas
merupakan badan usaha dan besarnya modal perseroan tercantum dalam
anggaran dasar. Pemilik saham mempunyai tanggung jawab yang terbatas,
yaitu sebanyak saham yang dimiliki. Apabila perusahaan mendapat
keuntungan maka keuntungan tersebut dibagikan sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan
32
yang disebut dividen yang besarnya tergantung pada besar kecilnya
keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas.
Perusahaan mutual tidak mengeluarkan modal sehingga tidak
mempunyai pemegang saham. Meski demikian masing-masing pemegang
polis dalam perusahaan mutual memiliki hak memilih perwakilan dari
sesama peserta Asuransi Bumiputera untuk duduk di jajaran direksi
dengan mengabaikan jumlah uang asuransi atau jumlah polis yang dimiliki
pemegang polis.
Azas-azas umum yang dianut secara universal dalam
penyelenggaraan usaha bersama asuransi jiwa, yaitu :
1. Peranan pemegang polis (disebut anggota) sangat penting bahkan
dianggap sebagai pemilik perusahaan.
2. Sebagai pemilik perusahaan , pemegang polis memegang kekuasaan
tertinggi, yang menentukan garis besar kebijakan penyelenggaraan
usaha asuransi jiwa.
3. Kekuasaan tetinggi dari pemegang polis dituangkan dalam Rapat
Pemegang Polis atau melalui Perwakilan Pemegang Polis.
Dalam Asuransi Bumiputera, para wakil pemegang polis terhimpun
dalam BPA (Badan Perwakilan Anggota). Lembaga tertinggi di
Bumiputera ini beranggotakan 11 pemegang polis, yang diambil dari 11
wilayah pemilihan di Indonesia berdasarkan suara terbanyak. Tugas BPA,
antara lain, menentukan pokok-pokok kebijakan perusahaan dan
mengadakan pengawasan umum. Tiap anggota Asuransi Bumiputera
mempunyai hak memilih dan dipilih menjadi anggota BPA sesuai dengan
tempat tinggalnya. Namun, terdapat persyaratan bahwa menjadi anggota
BPA adalah anggota Asuransi Bumiputera yang polisnya masih aktif dan
berlaku, serta sudah berjalan sekurang-kurangnya dua tahun sebelum
pemilihan dilaksanakan, dan kontrak asuransinya belum akan berakhir
dalam masa lima tahun berikutnya. Sidang BPA dilaksanakan sedikitnya
dua kali setahun. Adapun tugasnya adalah menetapkan anggaran
pendapatan dan biaya perusahaan dalam tahun berjalan, serta
mengevaluasi kinerja perusahaan.
33
4.3. Perkembangan Premi Asuransi Bumiputera
Asuransi Bumiputera merupakan asuransi pelopor di Indonesia.
Berdiri pada tahun 1912 dan telah mampu melewati berbagai kondisi
perekonomian dan masa yang telah terjadi di Indonesia seperti zaman
kemerdekaan, orde lama, orde baru, dan orde reformasi. Asuransi
Bumiputera pun tidak goyah saat krisis 1998 melanda maupun saat krisis
ekonomi global pada kuartal terakhir tahun 2008.
Perkembangan suatu perusahaan dapat dilihat dari berbagai
indikator yang mendasarinya. Indikator tersebut dapat berupa jumlah
pemegang polis, kekayaan, pendapatan, laba, maupun premi untuk
perusahaan asuransi. Jumlah pendapatan Asuransi meningkat dari tahun ke
tahun. Hingga tahun 2008, pendapatan perusahaan mencapai Rp 4,8
triliun. Selain pendapatan secara keseluruhan, penerimaan dari premi juga
menentukan perkembangan dari sebuah perusahaan asuransi. Premi
merupakan penerimaan dari nasabah atau pemegang polis karena
pemegang polis telah menggunakan produk asuransi yang telah ditawarkan
perusahaan. Asuransi Bumiputera terus mengalami pertumbuhan premi
dari tahun ke tahunnya. Pada periode 2008, premi bersih yang diperoleh
mencapai Rp 4 triliun atau sekitar 85,70 persen dari total pendapatan
keseluruhan. Berikut perkembangan pendapatan premi bersih Asuransi
Bumiputera dari tahun 2004-2008 :
Tabel 4. Perkembangan pendapatan premi bersih AsuransiBumiputera tahun 2004-2008 (dalam jutaan rupiah)
Tahun Pendapatan Premi Pertumbuhan (%)
2004 3.028.369
2005 2.956.262 -2,38
2006 3.281.211 10,99
2007 3.946.944 20,29
2008 4.087.954 3,57
Sumber : Laporan keuangan Asuransi Bumiputera tahun 2004-2008
Terlihat dari tabel di atas, pendapatan premi bersih Asuransi
Bumiputera mengalami peningkatan per tahunnya, meskipun pada tahun
34
2005 pendapatan premi bersih perusahaan sempat mengalami penurunan.
Rata-rata peningkatan premi setiap tahunnya mencapai 8,12 persen.
Pendapatan premi yang semakin meningkat, berakibat pada
semakin tersedianya dana bagi perusahaan untuk berinvestasi ke berbagai
jenis investasi. Pada periode 2008, premi bersih yang diperoleh
perusahaan mencapai 85,70 persen dari total pendapatan keseluruhan.
Adapun pendapatan lainnya yang cukup berkontribusi pada peningkatan
pendapatan secara keseluruhan adalah pendapatan investasi. Pendapatan
investasi pada tahun 2008 mencapai 13,52 persen dari total pendapatan
keseluruhan.
4.4. Indikator Kesehatan Perusahaan Asuransi
Ada dua indikator yang digunakan untuk menilai kondisi keuangan
perusahaan asuransi, yaitu rasio risk based capital (RBC) dan rasio
investasi terhadap cadangan teknis. Sebuah perusahaan asuransi
dinyatakan baik secara keuangan apabila perusahaan tersebut memiliki
rasio RBC 100% untuk perusahaan mutual seperti Asuransi Bumiputera
dan 100% pula untuk rasio investasi terhadap cadangan teknis. Selain
RBC dan rasio investasi terhadap cadangan teknis, rasio keuangan berupa
rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas merupakan
kekuatan manajemen sebuah perusahaan sehingga akan dibahas pula
dalam skripsi ini.
4.4.1 Risk Based Capital (RBC)
RBC digunakan sebagai metoda penghitungan batas
minimum solvabilitas dengan mempertimbangkan berbagai macam
risiko yang dihadapi perusahaan asuransi yang dikaitkan dengan
tinggi rendahnya risiko yang melekat pada kekayaan yang dimiliki
perusahaan asuransi dan berbasis pada kemampuan manajerial
terutama dalam hal mengelola kekayaan dan kewajiban. Batas
Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) adalah jumlah minimum
tingkat solvabilitas yang harus dimiliki perusahaan asuransi atau
perusahaan reasuransi, yaitu sebesar jumlah dana yang dibutuhkan
untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai
35
akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban.
BTSM terdiri dari enam komponen yaitu (a) Kegagalan
pengelolaan kekayaan; (b) Ketidakseimbangan antara proyeksi arus
kekayaan dan kewajiban; (c) Ketidakseimbangan antara nilai
kekayaan dan kewajiban dalam setiap jenis mata uang asing; (d)
Perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang
diperkirakan; (e) Ketidakcukupan premi akibat perbedaan hasil
investasi yang diasumsikan dalam penetapan premi dengan hasil
investasi yang diperoleh; dan (f) Ketidakmampuan pihak
reasuradur untuk memenuhi kewajiban membayar klaim.
Perhitungan BTSM ini diatur dalam SK nomor PER-02/BL/2009
tentang Pedoman Perhitungan Batas Solvabilitas Minimum bagi
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
Asuransi Bumiputera merupakan satu-satunya perusahaan
asuransi di Indonesia yang berbentuk non PT. Asuransi
Bumiputera berbentuk mutual atau usaha bersama. Pemiliknya
adalah semua pemegang polis, yang mempercayakan wakil-wakil
mereka di BPA (Badan Perwakilan Anggota). Terdapat pengaturan
khusus bagi perusahaan asuransi Non PT yang membedakannya
dengan perusahaan asuransi dan reasuransi lain dalam perhitungan
tingkat kesehatan perusahaan. KMK 504/2004 mengatur tentang
Kesehatan Keuangan bagi Perusahaan Asuransi yang Berbentuk
Badan Hukum bukan Perseroan Terbatas. KMK 504/2004
mengatur adanya perimbangan kekayaan dan kewajiban Asuransi
Bumiputera hingga 100% pada akhir tahun 2010.
Asuransi Bumiputera mengalami kesulitan dalam
memenuhi point kewajiban perimbangan kekayaan dan kewajiban
perusahaan mutual, sehingga belum mencapai 100 persen seperti
yang ditargetkan KMK 504/2004 pada akhir 2010. Perusahaan
hingga saat ini baru mampu mencapai 86 persen. Kesulitan ini
dikarenakan perusahaan dalam membiayai kewajibannya hanya
bersumber dari aktiva yang dimilikinya. Dalam neraca perusahaan,
36
pada akun ekuitas, modal dasar perusahaan adalah nol. Di
perusahaan mutual tidak dikenal adanya pemegang saham dan
modal karena modal didapatkan dari premi yang dibayarkan
pemegang polis. Tidak seperti perusahaan asuransi lain yang
kepemilikannya oleh pemodal tertentu, sejak awal pendiriannya
Asuransi Bumiputera sudah menganut sistem kepemilikan dan
kepenguasaan yang unik, yakni bentuk badan usaha "mutual" atau
"usaha bersama". Semua pemegang polis adalah pemilik
perusahaan yang mempercayakan wakil-wakil mereka di Badan
Perwakilan Anggota (BPA) untuk mengawasi jalannya perusahaan.
Keuntungan yang diperoleh perusahaan pada setiap periodenya
akan diberikan kepada para pemegang polis dengan cara
menambahkan bonus pada polis-polis mereka.
Terkait dari kewajiban perimbangan kekayaan dan
kewajiban, pihak perusahaan meminta pemberlakuan KMK
504/2004 mengenai perimbangan kekayaan dan kewajiban
perusahaan mutual di tunda hingga lima tahun mendatang.
Perusahaan telah melakukan usaha dengan membentuk tim inti
gabungan Badan Perwakilan Anggota (BPA) dan manajemen
perusahaan untuk membuat simulasi penerapan KMK 504/2004
tentang Kesehatan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi yang
Berbentuk Badan Hukum Bukan Perseroan Terbatas. Dari hasil
simulasi, perusahaan dapat memenuhi amanat aturan tersebut lima
tahun kemudian.
Dalam hal tingkat solvabilitas perusahaan, Asuransi
Bumiputera merujuk pada Keputusan DJLK Nomor : KEP-
390/LK/2005, tentang Pedoman Perhitungan Tingkat Kesehatan
Keuangan serta Bentuk dan Susunan Laporan dan Pengumuman
Laporan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi Non PT dan
kemudian diubah terakhir menjadi Peraturan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor: PER-
37
09/BL/2008 Tentang Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal
Lembaga Keuangan Nomor Kep-390/LK/2005.
Adapun besarnya faktor risiko untuk setiap jenis kekayaan
yang diperkenankan ditetapkan sesuai daftar risiko yang telah
ditetapkan dalam SK Ketua Bapepam-LK, dapat dilihat
selengkapnya pada Lampiran 7.
4.4.2 Rasio Investasi terhadap Cadangan Teknis
Dalam Neraca perusahaan pada Lampiran 2, dapat dilihat
bahwa total investasi perusahaan meningkat dari tahun ke tahunnya
dengan jumlah cadangan teknis yang juga mengalami peningkatan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 4
dibawah :
Tabel 5. Rasio Investasi terhadap Cadangan Teknis (dalamjutaan rupiah)