Top Banner

of 7

229468995

Jul 15, 2015

Download

Documents

Fadly Raihan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 5/13/2018 229468995

    1/7

    PENGARUH VARIABILITAS TANAH PADA KOMPLEKS TANAHHISTOSOL MINERAL TERHADAP KERAGAAN PERTUMBUHAN

    TANAMAN KELAPA SAWITArsyad D. Koedadiri 1) dan Rachmat Adiwiganda 1)

    RINGKASANPengkajian keragaan pertumbuhan tanarnan kelapa sawit tahun tanam

    1987 telah dilakukan di berbagai famili tanah pada kompleks tanah organik dantanah mineral di kebun Sungai Galuh PT Perkebunan V Riau. Pengamatantersebut dilakukan pada setiap Satuan Peta Tanah (SPT) yang didelineasi dilapangan.

    Hasil pengkajian rnenunjukkan bahwa kedalaman gam but dan persen-tase bahan kasar pada tanah organik sangat erat hubungannya dengankeragaan pertumbuhan tanaman. Tinggi tanaman dan lingkaran batang padatanah Typic Tropohemist dengan kedalaman gambut > 150 em adalah lebihrendah dibandingkan pada tanah Fluvaquentic Troposaprist dengan kadalarnangambut 50-100 em. Tanaman pada tanah-tanah mineral yaitu pada tanah TypieFluvaquent dan Psammentie Paleudult adalah lebih linggi dibandingkandengan pada tanah organik, namun lebih rendah [ika dibandingkandengan tanarnan pada tanah Fluvaquentie Troposaprist dengan kadalarrtangambut 50 em.

    Dengan adanya perbedaan karakteristik dan keragaan pertumbuhankelapa sawit yang menyolok di antara SPT, maka SPT sebaiknya dijadikandasar pengelolaan tanah dan tanaman kelapa sawit.

    Kata kunci : variabilitas tanah, tanah histosol, tanah mineral

    1. Pendahuluan

    Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jaeq) akhlr-akhir inl telahbanyak diusahakan pada berbagai kondisi lahan balk lahan mineral maupun padalahan bermasalah seperti tanah organik. Hal ini mengingat pesatnya pengem-bangan tanaman kelapa sawit sebagai salah satu komoditi perkebunan untukekspor nonmigas disamping semakin Jangkanya lahan tanah mineral.

    Tanah gam but (Histosol) adalah tanah yang memiliki ketebalan bahanorganik minimal 40 em jika bahan organiknya berupa gam but matang (saprik)atau memillki ketebalan gambut minimal 60 em iika bahan organiknya berupagam but mentah hemik atau (fibrik) di samping ciri lain yang harus dipenuhl (1).1) Staf pencliti klasifikasi tanah

    89

  • 5/13/2018 229468995

    2/7

    nULEIlN PPKS 1994,VOL 2, APRIL - JUNI 1994

    Berbeda dengan pada tanah mineral, teknologi pengusahaan kelapa sawitpad a tanah gambut masih perlu disempurnakan mengingat tanah gambut me-rniliki sifat fisik dan kimia tanah yang spesifik. Sebagaimana diutarakan oleh Oaibahwa sebagian besar gambut di Sumatera tergolong gambut oligotrof karenamiskin hara dan hara terse but hanya bersumber dari air hujan (2). Schmitzer &Hoffman dalam Soepardi dalam Rajagukguk et al bahwa sifat tanah gambut yakni1} reaksi tanah masam sampai sangat masam, 2) nilai kapasitas tukar kation (KTK)tinggi tetapi kejenuhan basa (KB) rendah sehingga tidak mendukung tersedianyaunsur hara bagi tanaman terutama hara K , Ca dan Mg, 3) rendahnya unsur mikroCu, Zn, Fe dan Mn dan bahkan sebagian unsur mikro terikat dalam bentuk ter-sedia bagi tanaman. Oi samping itu Alison dalam Rajagukguk & Setiadi rnenyata-kan bahwa susunan kimia tanah gambut sangat ditentukan oleh bahan asalnyadan kelengasan yang terjadi selama proses pembentukan dan akumulasinya {3}.Orainase yang sangat terhambat sampai tergenang merupakan lingkungan tanahgambut di tempat pembentukannya.

    Pembatas lain dari tanah gambut adalah rendahnya nilai kerapatan lindak{BO '" bulk density}. Hasil analisa tanah di laboratorium menunjukkan kandunganhara yang tinggi tetapi sebenarnya rendah karena nilai BO yang rendah. Daimenjelaskan bahwa nilai BO juga dipengaruhi oleh tingkat dekomposisi gambutyakni 0,20 g/ecpada Saprists {2}. Rendahnya nilai BO juga mengakibatkan daya eengkeram akarkelapa sawit di tanah gambut menjadi sangat lemah sehingga pertumbuhan yangmiring adalah umum di tanah gambut.

    Oengan teknologi yang maju, bagaimanapun juga pengusahaan kelapasawit di tanah gambut sangat memenuhi harapan. Oi Malaysia, sebagaimanadilaporkan oleh Sing et al bahwa pengusahaan kelapa sawit pada tanah gambutdengan teknologi yang sesuai teJah cukup sukses sehingga tingkat rerata prod uk-sinya dapat meneapai 28 ton tandan buah segar (TBS) per hektar per tahun (4).

    Penelitian tentang potensi tanah gambut di berbagai lingkungan, yangdikaitkan dengan keragaan pertumbuhan dan produksi kelapa sawlt masih perludilakukan. Sejauh mana rentang produktivitas gambut terhadap tanah mineraladalah merupakan ide penelitian pada kompleks tanah histosol dan mineral.

    2. Bahan dan metodePengkajian dilakukan di areal tanaman kelapa sawit kebun Sei Galuh yaitu

    di Afdeling III dan Plasma B, PT.Perkebuanan V, Aiau pada kompleks tanah mineraldan tanah organik (histosol) tanaman tahun 1987. Metoda penelitian yang diguna-kan adalah metode survei yang berpedoman pada "FAG Guidelines" (5), sedanq-kan pengklasifikasian tanahnya ditetapkan berdasarkan kepada "Keys To SoilTaxonomy" (1) dan penyetaraan ke dalam sistem DudaJ & Soepraptohardjo (6).Pemetaan tanah pada tingkat detail dengan skala peta 1: 10.000 diJakukan ber-dasarkan sistem Puslittanak Bogor. Evaluasi kesesuaian lahan didasarkan kepadapedoman yang berlaku di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (7).90

  • 5/13/2018 229468995

    3/7

    A.D. KOEDADJRI et at: VARIAIUIHAS KOMPLEKS TANAII) nsrosor.nw MINERALVariabiJitas tanah ditentukan dari pemboran pada setiap 50 meter dengan

    observasi yang ditekankan terhadap ketebalan gambut, tingkat dekomposisi danpersentase bahan kasar. Data lain seperti warna, tekstur, struktur dan konsistensitanah mineral di sekitarnya juga diteHti untuk keperluan klasifikasi tanah. Koefisienvariabilitas (KV) digunakan untuk menentukan batas (delineasi) Satuan Peta Tanah(SPT) yaitu dengan menentukan tingkat heterogenitas atau homogenitas darisifat tanah terutama dalam hal kedalaman gambut, tingkat dekomposisi dankandungan bahan kasarnya. Satu SPT dalam tingkat skala pemetaan tertentudapat dianggap homogen dalam sitat tanahnya. Oleh karena itu semua tindakanpengelolaan tanah dan tanaman harus dldasarkan kepada SPT (8).

    Dari hasil deskripsi profil dan pemboran tanah di lapangan serta analisistanah di laboratorium diperoleh beberapa SPT. Observasi keragaan pertumbuhankelapa sawit dilakukan pada setiap SPT yang meliputi berpedoman kspadapengamatan vegetatif tanaman yang dipedomani oleh Pusat Penelitian Marihat(9). Jumlah pohon contoh yang diambil dari setiap petak sebanyak 16 pohon,diulang sebanyak lima kali. Pemupukan dan tindakan pengelolaan lainnya di-anggap standar dimana pemupukan dilakukan berdasarkan rekomendasipemupukan yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

    3. Hasil dan pembahasan3.1. Keragaman tanah

    Berdasarkan pada adanya keragaman lahan maka melalui pemetaantanah dapat ditentukan Satuan Peta Tanah (SPT). Penentuan SPT pada tanahgambut terutama didasarkan kepada 1) kedalaman gambut dan 2) tingkatdekomposisinya, sedangkan secara umum penentuan SPT juga didasarkankepada data lain tentang sifat morfologi/ fisik dan kirnia tanah yang lebih lengkap.

    Berdasarkan pengamatan lapangan di kompleks tanah histosol dan tanahmineral serta hasil analisa tanah, diperoleh empat SPT sebagai berikut (Peta-l/Lampiran) :SPT-1. Tanah Fluvaquentie Troposaprist bertekstur lempung organlk, kedalaman

    gambut 50 sarnpal 100 em, kandungan bahan kasar 5 - 10 %, drainaseterhambat, pH pada lapisan atas '" 3,3 (asarn), C/N = 93,8 (tinggl), K.T.K37,16 m.e/100 9 (linggi), kejenuhan basa 1% (sangat rendah) dankerapatan lindak 0,3 g/cm3. Kandungan karbon (C ) 38.44%. sedangkankadar N 0,41%. Kandungan unsur hara makro lalnnya seperti P, K danMg adalah rendah. Kapasitas Tukar Kation yang tlnggl dibarengl dengankejenuhan basa yang sangat rendah menunjukkan bahwa status haratanah yang kurang dan tidak berimbang. Nama macam tanahnya dapatdisetarakan dengan Organosol (0) menurut sistem Dudal & Soeprapto-hardjo (6). Gambut dangkal yang bersifat "fluvaquentic" artinya gambutdangkal yang terpengaruh oleh endapan bahan aluvlal.

    91

  • 5/13/2018 229468995

    4/7

    BULEIlN PPKS 1994,VOL 2, APRIL -lUNll994

    SPT-2. Tanah Typic Tropohemist bertekstur lempung organik, kedalamangambut 150 sarnpai > 200 em, kandungan bahan kasar > 30 %, drainasesangat terhambat, pH pada lapisan atas 3,2 (rendah), C/N 47,4 (tinggi),KT.K 88.64 m.e/100g (tinggi) sedangkan kejenuhan basa 10% (rendah)dan kerapatan lindak 0,2 g/cm3. Kandungan karbon (C) 35,04% dankadar N 0,74%. Kandungan unsur hara makro lalnnya seperti P, K danMg adalah rendah. Kapasitas Tukar Kation yang tinggi dibarengi dengankejenuhan basa yang sangat rendah menunjukkan status hara yangkurang dan tidak berimbang. Nama macam tanahnya dapat disetarakandengan Organosol (0) atau gambut mentah menurut Dudal & Soeprap-tohardjo (6).

    SPT-3. Tanah Typic Fluvaquent bertekstur liat, kedalaman efektif 90 em,kandungan batuan < 3%, drainase terhambat, pH pada lapisan atas 4,0(rendah), G/N 10 (sedang), K.T.K 20,53 m.e/100 9 (tinggi) sedangkankejenuhan basa 8% (sangat rendah) dan kejenuhan AI 76,89% (tinggi).Kandungan karbon (C ) 2,8% sedang. Kandungan unsur hara makro ( N,P, K dan Mg ) umumnya rendah. Nama macam tanahnya dapat disetara-kan dengan Hidromorfik Kelabu (GH) menurut sistem Dudal & Soeprap-tohard]o (6).

    SPT-4. Tanah Psammentic Paleudult bertekstur lempung berpasir, kedalamanefektif 120 em, kandungan batuan < 3%, drainasa agak cepat, pH padalapisan atas 4,99 (agak masam), G/N 16,21 (tinggi), KT.K 5,07 m.e/l009 (agak rendah) dan kejenuhan basa 30,51% (agak rendah). KandunganKarbon (G) 2,27% sedang. Kandungan unsur hara makro ( N, P, K danMg ) adalah rendah. Nama macam tanahnya dapat disetarakan denganRegosol (Re) menurut sistem Dudal & Soepraptohardjo 1957 (6).Hasil penilaian kesesuaian lahan menunjukkan bahwa tanah-tanah Typic

    Fluvaquent (SPT-3), Psammentic Paleudult (SPT-4) dan Fluvaquentic Troposapristdengan kedalaman gambut 50 cm (sebagian dari SPT-1), tergolong KelasKesesuaian Lahan (KKL) S3 (Agak Sesuai) bagi kelapa sawit. Tanah Typic Tropo-saprist dengan kedalaman gambut 75 dan 100 cm termasuk KKL N1 (TidakSesuai Bersyarat), sedangkan Typic Tropohemist dimana kedalaman gambutnya> 150 em digolongkan pada kelas lahan N2 (Tidak Sesuai Permanen).

    3.2. Keragaan pertumbuhan tanamanKeragaan pertumbuhan tanaman ternyata sangat erat hubungannya

    dengan Satuan Peta Tanahnya, sebagaimana data pertumbuhan vegetatif yangdiuraikan pada Tabel 1. Keragaan tanaman pada Typic Tropohemist (gambutmentah dan dalam) adalah lebih rendah dari Fluvaquentic Troposaprist (gambutmatang dan dangkal). Dari kedua macam tanah tersebut dimana ketebalangambutnya berbeda ternyata sangat mempengaruhi keragaan pertumbuhantanaman.92

  • 5/13/2018 229468995

    5/7

    AD. KOEDADIRl ct al: VARIJ\B1Lrrt\S KOMI'LEK. 100 em . Keragaan tanaman ini dinilai kurang balkjika dibanding dengan keragaan tanaman pada tanah mineral seperti Typic Fluva-quent dan Psammentic Paleudult . Hal ini disebabkan oleh keadaan gambutnyayang masih mentah atau proses pelapukan bahan organik yang masih ber-langsung, dimana sifat fisik maupun sifat kimia kedua tanah ini tergolong tidakbalk (6). Akan leta pi keragaan tanaman pada Typic Fluvaquent eenderung lebihbalk dibanding pada Psammentic Paleudult.

    Kenyataan di lapangan terdapat beberapa tanaman mulai doyong(miring) pada kedalaman gambut > 75 em. Keadaan inl akan lebih jelas jikatanaman semakin tinggi sesuai dengan pertambahan umur tanaman.label 1. Keragaan pertumbuhan kelapa sawit umur 6 tahun pada setiapsatuan peta tanahTaNe 1 . Vegetative performance of 6 year age of oil palm on each soil

    mapping unit_"~ ~L~ ____ _ - .,-----,--~~~-.---

    Keragaan Fluvaquentic Troposaprist Typic Tropohemist Typic Psam-Tanaman Fluva- rnenticPlant performance 50 em 75 em 100cm 150 em 200cm >200 em quent Pale-

    udultTi0991 tanarnan (m) 3,59a 2,77b 2,68b i .see t .szc 1,68c 3,34a 330aPalm heightLingkaran balang (rn) 3,058 2,73bcd 2,71bcd 2,56cd 2,46d 2,42d 3,06ab 2,88bcTrunk girthPanjang rachis (m) 5,03a 4, lOb 4.09b 3.72bc 3,57ed 3,22d 4,76a 4.71aRachis lengthPetiole: Lebar (mm) 7,18a 6.20bc 6,08c 5,24d 5,15d 5,lOd 6,84ab 6,74abPetiole WidthTebal (mm) 3,61a 3,20b 3,18b 2,74C 2,70c 2,54d 3,48ab 3,51aThickAnak daun: Lebar (ern) 5,463 4.38c 4,62bc 4,22C 4,14c 3.58d 5,22a 5,08abLeaflet Width

    Panjang(cmj 90,1& 82.36cd 82,26cd 79,l8de 77.20e 67,441 88,44ab 84,96bcLength

    Jumlah 162,40a 143,80bc 147.20b 141,OObc 136,OOcd 127,20d 164,20a 164,40aLeaf Area (m 2) Total 9,28 6,5bc 6.4b 5,4bc 4,9c 3,5d 8,7a 8,laLeaf Area Index ~LAI) 6,la 4,9ab 4.3bc 3,lcd 2,9d 2,Od 5.2ab 5.7aAngka dalarn satu bans diikutl oleh huruf yang sam a tidak berbeda nyata pada uji LSD 5 %Values followed by the same letter in one row are not significantly different at test LSD 5 %.

    93

  • 5/13/2018 229468995

    6/7

    HUUrIlN PPKS 1994.VOL 2,I\PRIL - JUNI 19')4

    4. Kesimpulan dan saran

    Hasil penelitian pada kompleks tanah histosol-mineral di kebun SungaiGaluh PTP-V menunjukkan bahwa keragaan pertumbuhan tanaman kelapa sawitsangat erat kaitannya dengan setiap SPT. Keragaan tanaman pada tanah mineralTypic Fluvaquent dan Psammentic Pa/eudult umumnya lebih tinggi darl tanahHistosol namun sedikit lebih rendah dari Fluvaquentic Troposaprist dengan keda-laman gambut maksimum 50 cm.

    Pada penelitian ini juga dibuktikan bahwa semakin dalam lapisan gam butdan semakin besar persentase bahan kasarnya, memberikan keragaan tanamanyang semakin kerdil. Keragaan pertumbuhan tanaman pad a tanah Typic Tro-pohemist dengan kedalaman gam but > 150 cm adalah lebih rendah dibandingpada tanah Fluvaquentic Troposaprist dengan kedalaman gambut 50 - 100 cm.

    Penelitian perlu dilanjutkan untuk melihat perkembangan pola keragaantanaman serta produksi pada setiap Satuan Peta Tanah (SPT), baik di lokasipenelitian tersebut maupun di daerah lainnya.

    Dattar pustaka

    1. SOIL SURVEY STAFF. 1990. Keys to Soil Taxonomy. Agency for In ternat. Dev.USDA SMSS. SMSS Tech. Monog. No. 19. Virginia Polytech. Inst. andState Univ. 422 p.

    2. DAI, J. 1989. Potensi gambut Indonesia. Prosid. Seminar Tanah GambutUntuk Perluasan Pertanian FP U1SUMedan, 1989: 14-42.

    3. RAJAGUKGUK, B. dan B. SETIADI. 1989. Strategi Pemanfaatan Gambut DiIndonesia. Prosid. Seminar Tanah Gambut Untuk Perluasan PertanianFP UISU Medan, 1989: 1-13.

    4. SINGH G., T.Y. PAU, C.V. R. PADMAN and L.F. WAH. 1986. Experiments onthe cultivation and management of oil palm on deep peat in UnitedPlantation Berhad. Internat. Soiul Manag. Workshop Haadyai, Thai-land.

    5. FAa. 1977. Guidelines for Soil Profile Description (11.nd.Ed). Soil Resourcesand Conservation Service. Land water Dev. Div. FAa of The UnitedNations, Rome. 66 p.

    6. DUDAL R. and M. SOEPRAPTOHARDJO. (1973). Soil classification in Indone-sia. Contrib. of General Agric. Research Sta. Bogor no. 148, 15 p.

    94

  • 5/13/2018 229468995

    7/7

    A.D. KOI.!IJADlRl et al: VARIAnll ..ras KOMPIHt."iTANAIIIlISrOSOI.. DAN MINERAL

    7. ADIWIGANDA, R., P..PURBA, G. PANGUDIJATNO. Z. POELOENGAN danDJA'FAR. 1993. Pedoman Penilaian Kesesualan Lahan Kelapa Sawit.Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 16 p.

    8. ADIWIGANDA, R., P. PURBA dan A.D. KOEDADIRI. 1993. Pedogenesis pactakompleks hlstosol-tanah mineral. Studi kasus di Surnatera BagianUtara. Bul. Pusat Penetitian Kelapa Sawit Vol. 1 No.1 : 6979.

    9. SYUKUR, S. 1981. Pedoman Dasar Kerja Pemuliaan dan Produksi Biji KelapaSawit. 8agian Penelitian PPM. Marihat.

    95