LAPORAN KASUS AGUSTINUS KRISTANTOKO - 406148120 Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas Definisi Perdarahan saluran cerna bagian atas adalah perdarahan yang terjadi dan berasal pada area proksimal saluran pencernaan bagian proximal dari Ligamentum Treitz. Yang termasuk organ – organ saluran cerna di proximal Ligamentum Trieitz adalah esofagus, lambung (gaster), duodenum dan sepertiga proximal dari jejunum. Epidemiologi Data epidemiologik dari Eropa menunjukkan bahwa insidensi tahunan kejadian perdarahan saluran cerna bagian atas terdapat pada 48 dari 145 per 100.000 populasi di tahun 1960-an dan 1970-an. Di tahun 1978 didapatkan estimasi total dari jumlah rawat inap rumah sakit akibat perdarahan saluran cerna bagian atas di Amerika Serikat sebanyak 150 per 100.000 populasi. Penelitian HMO tunggal terbaru tentang kesehatan dasar pada suatu populasi di Amerika Serikat, ditemukan sebanyak 102 kasus rawat inap akibat perdarahan saluran cerna bagian atas per 100.000 populasi di tahun 1995. Pada data 1992 – 1999 dari National Hospital Discharge Survey ditemukan angka rawat inap tahunan akibat perdarahan saluran cerna bagian atas didapatkan sebanyak 149 – 172 kasus per 100.000. RSUD KUDUS 2015 1
30
Embed
223269995 Referat Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas Krissssssssssssssssssssssssss
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN KASUSAGUSTINUS KRISTANTOKO - 406148120
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Definisi
Perdarahan saluran cerna bagian atas adalah perdarahan yang terjadi dan
berasal pada area proksimal saluran pencernaan bagian proximal dari Ligamentum
Treitz. Yang termasuk organ – organ saluran cerna di proximal Ligamentum
Trieitz adalah esofagus, lambung (gaster), duodenum dan sepertiga proximal dari
jejunum.
Epidemiologi
Data epidemiologik dari Eropa menunjukkan bahwa insidensi tahunan
kejadian perdarahan saluran cerna bagian atas terdapat pada 48 dari 145 per
100.000 populasi di tahun 1960-an dan 1970-an. Di tahun 1978 didapatkan
estimasi total dari jumlah rawat inap rumah sakit akibat perdarahan saluran cerna
bagian atas di Amerika Serikat sebanyak 150 per 100.000 populasi. Penelitian
HMO tunggal terbaru tentang kesehatan dasar pada suatu populasi di Amerika
Serikat, ditemukan sebanyak 102 kasus rawat inap akibat perdarahan saluran
cerna bagian atas per 100.000 populasi di tahun 1995. Pada data 1992 – 1999 dari
National Hospital Discharge Survey ditemukan angka rawat inap tahunan akibat
perdarahan saluran cerna bagian atas didapatkan sebanyak 149 – 172 kasus per
100.000.
Etiopatologi
Etiopatologi terjadinya perdarahan saluran cerna bagian atas menurut
literatur yang ditulis oleh Margaret Shuhart, M.D. , Kris Kowdley, M.D., and Bill
Neighbor, M.D., 2002, yaitu:
1. Erosi/ulkus duodenum.
2. Erosi/ulkus gaster.
3. Stress gastritis.
4. Sindrom Mallory-Weiss.
5. Esofagitis / ulkus esofagus.
RSUD KUDUS 2015 1
LAPORAN KASUSAGUSTINUS KRISTANTOKO - 406148120
6. Varises esofagus/gaster.
7. Hipertensi portal gastropati.
8. Neoplasma
a. Karsinoma gaster.
b. Karsinoma esofagus.
c. Tumor stroma.
9. Anomalitas Pembuluh Darah
a. Angiodisplasia/Ektasia.
b. Lesi dieulafoy.
c. Gastric antral vascular ectasia (GAVE).
d. Telagiectasia hemorragik herediter (Sindrom Osler-Webber-
Rendu).
e. Malformasi arteriovenosa.
10. Erosi aortoduodenale atau fistula.
11. Hemobilia.
12. Hemosuccus pancreatikus.
13. Epistaksis di luar saluran cerna.
14. Factitious bleeding.
Gastritis Erosif
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosal
lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal. Pada gastritis akan
didapatkan mukosa memerah, edema, dan ditutupi oleh mukus yang melekat serta
sering terjadi erosi kecil dan perdarahan. Derajat perdarahan yang ada sangat
bervariasi. Manifestasi klinis gastritis erosif ini dapat bervariasi dari keluhan
abodmen yang tidak jelas, seperti anoreksia, bersendawa, atau mual, sampai gejala
yang lebih berat seperti nyeri epigastrium, muntah, perdarahan, dan hematemesis.
Pada beberapa kasus tertentu, bila gejala – gejala tersebut menetap dan adanya
RSUD KUDUS 2015 2
LAPORAN KASUSAGUSTINUS KRISTANTOKO - 406148120
resistensi terhadap pengobatan, maka akan diperlukan tindakan diagnostik
tambahan seperti endoskopi, biopsi mukosa, dan analisis cairan lambung untuk
naproksen, serta obat – obat yang lain berupa sulfonamida, steroid, dan
digitalis. Selain itu, asam empedu, enzim pankreas, dan etanol juga
diketahui dapat mengganggu sawar mukosa lambung. Efek anti –
inflamasi dan analgetiknya terutama didasarkan melalui penghambatan
siklo – oksigenase sehingga menghambat sintesis prostaglandin (dari asam
arakidonat). Salah satu efek OAINS yang tidak diinginkan adalah obat ini
menghambat sintesis prostaglandin secara sistemik, termasuk di epitel
lambung dan duodenum, serta menurunkan sekresi HCO3- sehingga
memperlemah perlindungan lapisan mukosa dan juga menghentikan
penghambatan sekresi asam. Selain itu, obat ini juga merusak mukosa
secara lokal melalui difusi non-ionik ke dalam sel mukosa. Efek
penghambatan obat ini terhadap agregasi trombosit akan meningkatkan
bahaya perdarahan ulkus.
Kejadian iskemia, misalnya vaskulitis atau saat melakukan lari maraton.
Stres, yakni kegagalan multi-organ, luka bakar, pembedahan, trauma
sistem saraf pusat.
Penyalahgunaan konsumsi alkohol dan zat kimia korosif.
Trauma akibat gastroskopi, tertelannya benda asing, rasa enek, muntah dan
mual berlebihan.
Trauma radiasi. (Silbernagl dan Lang, 2007; Lindseth, 2002)
RSUD KUDUS 2015 3
LAPORAN KASUSAGUSTINUS KRISTANTOKO - 406148120
Gambar 9. Gastritis erosif, tampak inflamasi pada lapisan mukosa gaster (sumber dari : http://odlarmed.com/wp-content/uploads/2008/10/clip_image008-300x200.jpg)
Tukak Peptik (Ulkus Peptikum)
Penyakit tukak peptik yaitu tukak lambung dan tukak duodenum
merupakan penyakit yang masih banyak ditemukan dalam klinik terutama dalam
kelompok umur di atas umur 45 tahun. Perdarahan yang terjadi pada saluran cerna
bagian atas akibat tukak peptik atau ulkus peptikum merupakan penyulit yang
paling sering ditemukan, sedikitnya ditemukan pada 15 hingga 25% kasus selama
perjalanan penyakit. Walaupun ulkus di setiap tempat dapat mengalami
perdarahan, namun tempat perdarahan yang paling sering adalah dinding posterior
bulbus duodenum, karena di tempat ini dapat terjadi erosi arteri
pankreatikoduodenalis atau arteria gastroduodenalis. (Akil, 2007; Lindseth, 2002)
Gambar 10. Ulkus dan perforasi disertai perdarahan pada gaster (sumber dari : http://altincekodhima.com/images/19235.jpg)
RSUD KUDUS 2015 4
LAPORAN KASUSAGUSTINUS KRISTANTOKO - 406148120
Gejala yang berkaitan dengan perdarahan ulkus bergantung pada
kecepatan kehilangan darah. Hematemesis atau melena dengan tanda syok apabila
perdarahan masif dan perdarahan tersembunyi yang kronik sehingga dapat
menyebabkan terjadinya anemia defisiensi besi. Hasil pemeriksaan darah samar
dari feses dapat memperlihatkan hasil yang positif (tes guaiac positif) atau feses
mungkin berwarna hitam dan seperti ter (melena). Perdarahan masif dapat
mengakibatkan hematemesis (muntah darah), menimbulkan syok, dan dapat
memerlukan transfusi darah serta pembedahan darurat. Hilangnya nyeri sering
menyertai perdarahan sebagai efek bufer darah. Mortalitas berkisar hingga 10%,
dan pasien yang berusia lebih dari 50 tahun memiliki angka mortalitas yang lebih
tinggi. Kelompok ini mewakili sekitar 20 hingga 25% kematian total dari ulkus
peptikum. (Akil, 2007; Lindseth, 2002)
Gambar 11. Ulkus peptikum pada gaster dan duodenum (sumber dari : http://images.medicinenet.com/images/illustrations/peptic_ulcer.jpg)
Insiden perdarahan akibat tukak sebesar 15 – 25% dan cenderung
meningkat pada usia lanjut, yakni di atas usia 60 tahun akibat adanya penyakit
degeneratif dan meningkatnya pemakaian OAINS (20% tanpa simptom dan tanda
penyakit sebelumnya). Sebagian besar perdarahan dapat berhenti secara spontan,
sebagian memerlukan tindakan endoskopi terapi, bila gagal dilanjutkan dengan
terapi operasi (5% dari pasien yang memerlukan transfusi darah). Pemberian
pantozol/PPI 2 amp/100cc NaCl 0.9 drips selama 10 jam secara parenteral dan
RSUD KUDUS 2015 5
LAPORAN KASUSAGUSTINUS KRISTANTOKO - 406148120
diteruskan beberapa hari dapat menurunkan kejadian ulang perdarahan, pemberian
transfusi dengan memperhatikan tanda – tanda hemodinamik, yakni:
1. Tekanan darah sistol < 100 mmHg
2. Hb < 10 gr%
3. Nadi > 100x/menit
4. Hematokrit < 30% / jam dianjurkan untuk pemberian transfusi dengan
darah segar hingga hematokrit mencapai > 30%. (Tarigan, 2007).
Gambar 12. Ulkus peptikum pada duodenum (sumber dari: http://altincekodhima.com/images/bleeding-indication-picture.jpg)
Gejala dan Tanda Klinis
Gejala dan tanda klinis perdarahan saluran cerna bagian atas yang sering
ditemukan pada pasien adalah:
1. Anemia defisiensi besi akibat perdarahan tersembunyi yang telah
berlangsung lama.
2. Hematemesis dan atau melena yang disertai atau tanpa anemia, dengan
atau tanpa gangguan hemodinamik, derajat hipovolemi menentukan
tingkat kegawatan pasien. (Adi, 2007)
Adapun manifestasi klinis yang ditemukan sebagai ciri khas dari
perdarahan saluran cerna bagian atas terutama dapat dibedakan dari perdarahan
saluran cerna bagian bawah, antara lain: hematemesis, melena, emesis yang
RSUD KUDUS 2015 6
LAPORAN KASUSAGUSTINUS KRISTANTOKO - 406148120
berwarna seperti kopi, nyeri pada epigastrium, dan reaksi vasovagal seperti mual,
muntah dan rasa enek. (Sabatine, 2011)
Tatalaksana Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Pengelolaan dasar pasien perdarahn saluran cerna sama seperti perdarahan
pada umumnya, yakni meliputi pemeriksaan awal, resusitasi, diagnosis, dan
terapi. Tujuan pokoknya adalah mempertahankan stabilitas hemodinamik,
menghentikan perdarahan, dan mencegah terjadinya perdarahan ulang. Konsensus
Nasional PGI – PEGI – PPHI menetapkan bahwa pemeriksaan awal dan resusitasi
pada kasus perdarahan wajib dan harus bisa dikerjakan pada setiap lini pelayanan
kesehatan masyarakat sebelum dirujuk ke pusat layanan yang lebih tinggi. Adapun
langkah – langkah praktis pengelolaan perdarahan saluran cerna bagian atas
adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan awal, penekanan pada evaluasi status hemodinamik.
2. Resusitasi, terutama untuk stabilisasi hemodinamik.
3. Melanjutkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan lain yang
diperlukan.
4. Memastikan perdarahan saluran cerna bagian atas atau bagian bawah.