8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
1/64
UCAPAN-UCAPAN SPIRITUAL
SYEKH SITI JENAR
SATU
Allah itu adalah keadaanku, kenapa kawan-kawan pada memakai
penghalang? Sesungguhnya aku inilah haq Allah pun tiada wujud dua,
nanti Allah sekarang Allah, tetap dzahir batin Allah, kenapa kawan-
kawan masih memakai pelindung? (Babad Tanah Sunda, Sulaeman
Sulendraningrat, 1982, bagian XLIII).
Ucapan spiritual Syekh Siti Jenar tersebut diucapkan pada saat para
wali menghendaki diskusi yang membahas masalah Micara Ilmu tanpaTedeng Aling-aling. Diskusi para wali diadakan setelah Dewan Walisanga
mendengar bahwa Syekh Siti Jenar mulai mengajarkan ilmu marifat dan
hakikat. Sementara dalam tugas resmi yang diberikan oleh Dewan
Walisanga hanya diberi kewenangan mengajarkan syahadat dan tauhid.
Sementara menurut Syekh Siti Jenar justru inti paling mendasar
tentang tauhid adalah manunggal, di mana seluruh ciptaan pasti akan
kembali menyatu dengan yang menciptakan.
Pada saat itu, Sunan Gunung Jati mengemukakan, Adapun Allah itu
adalah yang berwujud haq;
Sunan Giri berpendapat, Allah itu adalah jauhnya tanpa batas,
dekatnya tanpa rabaan.;
Sunan Bonang berkata, Allah itu tidak berwarna, tidak berupa,
tidak berarah, tidak bertempat, tidak berbahasa, tidak bersuara,
wajib adanya, mustahil tidak adanya.;
Sunan Kalijaga menyatakan, Allah itu adalah seumpama memainkan
wayang.;
Syekh Maghribi berkata, Allah itu meliputi segala sesuatu.;
Syekh Majagung menyatakan, Allah itu bukan disana atau disitu,
tetapi ini.;
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 1
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
2/64
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
3/64
tidak usah kebanyakan teori semu, sesungguhnya ingsun inilah Allah.
Nyata Ingsun Yang Sejati, bergelar Prabu Satmata, yang tidak ada lain
kesejatiannya, yang disebut sebangsa Allah (R. Tanoyo: Walisanga, hlm.
124)
Maksud bebas ungkapan tersebut adalah tidak usah kebanyakan bicara
tentang teori keTuhanan, sesungguhnya ingsun (aku sejati) inilah
Allah. Yaitu Ingsun (Kedirian) Yang Sejati, juga bergelar Prabu
Satmata (Tuhan Yang Maha Melihat, mengetahui segala-galanya),
dan tidak boleh ada yang lain yang penyebutannya mengarah kepada
Allah sebagai Tuhan.
EMPAT
Mungguh sajatine ananing zdat kang sanyata iku muhung ana anteping
tekat kita, tandhane ora ana apa-apa, ananging kudu dadi sabarang sedya
kita kang satuhu [Sebenarnya, keberadaan dzat yang nyata itu hanya
berada pada mantapnya tekad kita, tandanya tidak ada apa-apa, akan
tetapi harus menjadi segala niat kita yang sungguh-sungguh]. (Serat
Candhakipun Riwayat Jati, hlm. 1).
Menurut Syekh Siti Jenar, keberadaan dzat hanya ada besertakemantapan hati dalam merengkuh Tuhan. Dalam diri tidak ada apa-apa
kecuali menjadikan menunggal sebagai niat dan yang mewarnai segala hal
yang berhubungan dengan asma, sifat dan afal Pribadi. Inilah di antara
maksud utama ungkapan di atas.
Jadi pemahaman atas ungkapan itu harus tetap berada dalam lingkup
kemanunggalan. Kemanunggalan tidak akan berhasil jika hanya
mengandalkan perangkat syariat dan tarekat.
Apalagi sekedar syariat lahiriyah (nominal).
Kemanunggalan akan berhasil seiring dengan tekad hati dan
keseluruhan Pribadi dalam merengkuh Allah, sebagaimana roh Allah
pada awalnya ditiupkan atas setiap pribadi manusia.
LIMA
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 3
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
4/64
marilah kita berbicara dengan terus terang. Aku ini Allah. Akulah yang
sebenarnya disebut Prabu Satmata, tidak ada lain yang bernama Allah
saya menyampaikan ilmu tertinggi yang membahas ketunggalan. Ini bukan
badan, selamanya bukan, karena badan tidak ada. Yang kita bicarakanialah ilmu sejati dan untuk semua orang kita membuka tabir [artinya
membuka rahasia yang paling tersembunyi.] (Serat Siti Jenar
Asmarandana, hlm. 15, bait 20-22).
ENAM
Tidak usah banyak tingkah, saya inilah Tuhan, Ya, betul-betul saya ini
adalah Tuhan yang sebenarnya, bergelar Prabu Satmata, ketahuilah
bahwa tidak ada bangsa Tuhan yang lain selain saya. . Saya inimengajarkan ilmu untuk betul-betul dapat merasakan adanya
kemanunggalan. Sedangkan bangkai itu selamanya kan tidak ada. Adapun
yang dibicarakan sekarang ini adalah ilmu yang sejati yang dapat
membuka tabir kehidupan. Dan lagi, semuanya sama. Sudah tidak ada
tanda secara samar-samar, bahwa benar-benar tidak ada perbedaan lagi.
Jika ada perbedaan yang bagaimanapun, saya akan tetap
mempertahankan tegaknya ilmu tersebut. (Boekoe Siti Djenar, Tan
Khoen Swie, hlm. 18-20).
TUJUH
Jika Anda menanyakan dimana rumah Tuhan, jawabnya tidaklah
sulit. Allah berada pada dzat yang tempatnya tidak jauh, yaitu
bersemayam di dalam tubuh. Tetapi hanya orang yang terpilih yang
bisa melihatnya, yaitu orang yang suci.(Suluk Wali Sanga, R. Tanaja,
hlm. 42-46).
Ungkapan no. 5, 6, dan 7.
Dinyatakan dalam sidang para wali yang dipimpin oleh Sunan Giri
bertempat di Giri Kedaton. Penjelasan Syekh Siti Jenar bahwa dirinya
bukan badan menanggapi pernyataan Maulana Maghribi yang bertanya,
Tetapi yang kau tunjukkan itu hanya badan. Syekh Siti Jenar
menyampaikan ajaran ingsun yang dikemukakan secara radikal, yang
mengajarkan kesamaan tuntas antara sang pembicara dengan Allah. Ini
sebagai efek dari berbagai pengalaman spiritualnya yang demikian tinggi,
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 4
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
5/64
sehingga Manunggaling Kawula-Gusti juga meniscayakan adanya
manunggalnya kalam (pembicaraan, sabda, firman).
Adapun gelar Prabu Satmata memiliki makna sama dengan Hyang Manonatau Yang Maha Tahu. Gelar tersebut juga diberikan kepada para
Walisanga kepada Sunan Giri. Nampak bahwa Syekh Siti Jenar memiliki
pendirian tegas, bahwa ilmu spiritual harus diajarkan kepada semua
orang. Karena justru dengan membuka tabir itulah, orang akan
mengetahui hakikat kehidupan dan rahasia hidupnya.
DELAPAN
Syekh Lemah Abang namaku, Rasulullah ya aku, Muhammad ya aku,Asma Allah itu sesungguhnya diriku; ya Akulah yang menjadi Allah
taala. (Wawacan Sunan Gunung Jati terbitan Emon Suryaatmana dan
T.D. Sudjana, Pupuh 38 Sinom, bait 13).
Ungkapan mistik Syekh Siti Jenar tersebut menunjukkan, bahwa dalam
teologi manunggaling kawula-Gusti, tidak hanya terjadi proses kefanaan
antara hamba dan pencipta sebagaimana apa yang dialami oleh Bayazid al-
Bustami dan Manshur al-Hallaj. Dalam kasus pengalaman mistik Syekh
Siti Jenar, antara syahadat Rasul dan syahadat Tauhid ikut larut dalamkefanaan.
Sehingga dalam pengalaman mistik manunggal ini, terjadi kemanunggalan
diri, Rasul dan Tuhan. Suatu titik puncak pengalaman spiritual, yang
sudah dialami oleh para ulama sufi sejak abad ke-9, yakni sejak fananya
Bayazid al-Busthami, Junaid al-Baghdadi, ana al-Haqq-nya Manshur
al-Hallaj, juga Aynul Quddat al-Hamadani, dan Syaikh al-Isyraq
Syuhrawardi al-Maqtul, dan akhirnya menemukan titik kulminasinya pada
teologi Manunggaling Kawula-Gusti Syekh Siti Jenar.
SEMBILAN
Sesungguhnyalah, Lafal Allah yaitu kesaksian akan Allah, yang tanpa
rupa dan tiada tampak, membingungkan orang, karena diragukan
kebenarannya. Dia tidak mengetahui akan diri pribadinya yang sejati,
sehingga ia menjadi bingung. Sesungguhnya nama Allah itu untuk
menyebut wakil-Nya, diucapkan untuk menyatakan yang dipuja dan
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 5
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
6/64
menyatakan suatu janji. Nama itu ditumbuhkan menjadi kalimat yang
diucapkan: Muhammad Rasulullah.
Padahal sifat kafir berwatak jisim, yang akan membusuk, hancur leburbercampur tanah. Lain jika kita sejiwa dengan Zat Yang Maha Luhur. Ia
gagah berani, maha sakti dalam syarak, menjelajahi alam semesta. Dia itu
Pangeran saya, yang menguasai dan memerintah saya, yang bersifat
wahdaniyah, artinya menyatukan diri dengan ciptaan-Nya. Ia dapat
abadi mengembara melebihi peluru atau anak sumpitan, bukan budi bukan
nyawa, bukan hidup tanpa asal dari manapun, bukan pula kehendak tanpa
tujuan. Dia itu yang bersatu padu menjadi wujud saya. Tiada susah
payah, kodrat dan kehendak-Nya, pergi ke mana saja tiada haus, tiada
lelah tanpa penderitaan dan tiada lapar. Kekuasan-Nya dan kemampuan-Nya tiada kenal rintangan, sehingga pikiran keras dari keinginan luluh
tiada berdaya. Maka timbullah dari jiwa raga saya kearif-bijaksanaan
tanpa saya ketahui keluar dan masuk-Nya, tahu-tahu saya menjumpai Ia
sudah ada disana. (Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sastrawijaya, Pupuh III
Dandanggula, 45-48).
Pernyataan di atas adalah tafsir sederhana dari sasahidan yang menjadi
intisari ajaran Syekh Siti Jenar, dan landasan mistik teologi
kemanunggalan. Kalimah syahadat yang hanya diucapkan dengan lisan danhanya dihiasi dengan perangkat kerja fisik (pelaksanaan fiqih Islam
dengan tanpa aplikasi spiritual), hakikatnya adalah kebohongan.
Pelaksanaan aspek fisik keagamaan yang tidak disertai dengan implikasi
kemanunggalan roh, sebenarnya jiwa orang itu mencuri, yakni mencuri
dari perhatiannya kepada aspek Allah dalam diri. Itulah sebenar-
benarnya munafik dalam tinjauan batin, dan fasik dalam kacamata lahir.
Sebab manusia sebagai khalifah-Nya adalah cermin Ilahiyah yang harusmenampak kepada seluruh alam. Sebagai alatnya adalah kemanunggalan
wujudiyah sebagaimana terdapat dalam Sasahidan. Terdapat kesatu-
paduan antara Allah, Rasul dan manusia. Masing-masing bukanlah sesuatu
yang saling asing mengasingkan.
KESEJATIAN HIDUP DAN KEHIDUPAN
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 6
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
7/64
SEPULUH.
Rahasia kesadaran kesejatian kehidupan, ya ingsun ini kesejatian hidup,
engkau sejatinnya Allah, ya ingsun sejatinya Allah; yakni wujud (yang
berbentuk) itu sejatinya Allah, sir (rahsa=rahasia) itu Rasulullah, lisan(pangucap) itu Allah, jasad Allah badan putih tanpa darah, sir Allah, rasa
Allah, rahasia kesejatian Allah, ya ingsun (aku) ini sejatinya Allah.
(Wejangan Walisanga: hlm. 5).
Subtansi dari ungkapan spiritual tersebut adalah bahwa kesejatian hidup,
rahasia kehidupan hanya ada pada pengalaman kemanunggalan antara
kawula-Gusti. Dan dalam tataran atau ukuran orang awam hal itu bisa
diraih dengan memperhatikan uraian dan wejangan Syekh Siti Jenar
tentang Shalat Tarek Limang Waktu.
SEBELAS
Adanya kehidupan itu karena pribadi, demikian pula keinginan hidup
itupun ditetapkan oleh diri sendiri. Tidak mengenal roh, yang
melestarikan kehidupan, tiada turut merasakan sakit ataupun lelah. Suka
dukapun musnah karena tiada diinginkan oleh hidup. Dengan demikian
hidupnya kehidupan itu, berdiri sendiri sekehendak. (Serat Syaikh Siti
Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh III Dandanggula, 32).
Pernyataan tersebut menunjukkan adanya kebebasan manusia dalam
menentukan jalan hidup. Manusia merdeka adalah manusia yang terbebas
dari belenggu kultural maupun belenggu struktural. Dalam hidup ini, tidak
boleh ada sikap saling menguasai antar manusia, bahkan antara manusia
dengan Tuhanpun hakikatnya tidak ada yang menguasai dan yang dikuasai.
Ini jika melihat intisari ajaran manunggalnya Syekh Siti Jenar. Sebab
dalam manusia ada roh Tuhan yang menjamin adanya kekuasaan atas
pribadinya dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Dan allah itulah satu-satunya Wujud. Yang lain hanya sekedar mewujud.
Cahaya hanya satu, selain itu hanya memancarkan cahaya saja, atau
pantulannya saja. Subtansi pernyataan Syekh Siti Jenar tersebut adalah
Qs. Al-Baqarah/2;115, Timur dan Barat kepunyaan Allah. Maka ke mana
saja kamu menghadap di situlah Wajah Allah. Wujud itu dalam Pribadi,
dan di dunia atau alam kematian ini, memerlukan wadah bagi pribadi untuk
mengejawantah, menguji diri sejauh mana kemampuannya mengelola
keinginan wadag, sementara Pribadinya tetap suci.
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 7
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
8/64
TUHAN DAN KEMANUSIAAN
DUA BELAS
Zat wajibul maulana adalah yang menjadi pemimpin budi yang menuju ke
semua kebaikan. Citra manusia hanya ada dalam keinginan yang tunggal.
Satu keinginan saja belum tentu dapat melaksanakan dengan tepat, apa
lagi dua. Nah, cobalah untuk memisahkan zat wab/jibul maulana dengan
budi, agar supaya manusia dapat menerima keinginan yang lain. (Serat
Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh III Dandanggula, 44).
Manusia yang mendua adalah manusia yang tidak sampai kepada derajatkemanunggalan. Sementara manusia yang manunggal adalah pemilik jiwa
yang iradah dan kodratnya telah pula menyatu dengan Ilahi. Sehingga
akibat terpecahnya jiwa dengan roh Ilahi, maka kehidupannya dikuasai
oleh keinginan yang lain, yang dalam al-Quran disebut sebagai hawa
nafsu. Maka agar tidak terjadi split personality, dan tidak
mengakibatkan kerusakan dalam tatanan kehidupan, harus ada
keterpaduan antara Zat Wajibul Maulana dengan budi manusia. Dan sang
Zat Wajibul Maulana ini berada di dalam kedirian manusia, bukan di
luarnya.
TIGA BELAS
Hyang Widi, kalau dikatakan dalam bahasa di dunia ini, baka bersifat
abadi, tanpa antara, tiada erat dengan sakit ataupun rasa tidak enak. Ia
berada baik di sana, maupun di sini, bukan itu bukan ini. Oleh tingkah
yang banyak dilakukan dan yang tidak wajar, menuruti raga, adalah
sesuatu yang baru. Segala sesuatu yang berwujud, yang tersebar di dunia
ini, bertentangan dengan sifat seluruh yang diciptakan, sebab isi bumi ituangkasa yang hampa. (Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh III
Dandanggula, 30).
Tuhan adalah yang maha meliputi. Keberadaannya, tidak dibatasi oleh
lingkup ruang dan waktu, keghaiban atau kematerian. Hakikat keberadaan
segala sesuatu adalah keberadaan-Nya. Oleh karenanya keberadaan
segala sesuatu di hadapan-Nya sama dengan ketidakberadaan segala
sesuatu, termasuk kedirian manusia. Maka sikap yang selalu menuruti
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 8
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
9/64
raga disebut sebagai sesuatu yang baru dalam arti tidak mengikuti
iradah-Nya. Raga seharusnya tunduk kepada jiwa yang dinaungi roh Ilahi.
Sebab raga hanyalah sebagai tempat wadag bagi keberadaan roh itu.
Jangan terjebak hanya menghiasi wadahnya, namun seharusnya yangmendapat prioritas untuk dipenuhi perhiasan dan dicukupi kebutuhannya
adalah isi dari wadah.
EMPAT BELAS
Gagasan adanya badan halus itu mematikan kehendak manusia.
Dimanakah adanya Hyang Sukma, kecuali hanya diri pribadi. Kelilingilah
cakrawala dunia, membumbunglah ke langit yang tinggi, selamilah dalam
bumi sampai lapisan ke tujuh, tiada ditemukan wujud yang Mulia.
Ke mana saja sunyi senyap adanya; ke utara, selatan, barat, timur dantengah, yang ada di sana-sana hanya di sini adanya. Yang ada di sini bukan
wujud saya. Yang ada didalamku adalah hampa yang sunyi. Isi dalam
daging tubuh adalah isi perut yang kotor. Maka bukan jantung bukan otak
yang pisah dari tubuh, laju pesat bagaikan anak panah lepas dari busur,
menjelajah Mekah dan Madinah.
Saya ini bukan budi, bukan angan-angan hati, bukan pikiran yang sadar,
bukan niat, bukan udara, bukan angin, bukan panas dan bukan kekosongan
atau kehampaan. Wujud saya ini jasad, yang akhirnya menjadi jenazah,busuk bercampur tanah dan debu. Napas saya mengelilingi dunia, tanah,
api, air dan udara kembali ke tempat asalnya atau aslinya, sebab
semuanya barang baru, bukan asli.
Maka saya ini Zat yang sejiwa, menyukma dalam Hyang Widi. Pangeran
saya bersifat jalal dan jamal, artinya Mahamulia dan Mahaindah. Ia tidak
mau shalat atas kehendak sendiri, tidak pula mau memerintahkan untuk
shalat kepada siapapun. Adapun orang shalat, itu budi yang menyuruh,
budi yang laknat dan mencelakakan, tidak dapat dipercaya dan diturut,karena perintahnya berubah-ubah. Perkataannya tidak dapat dipegang,
tidak jujur, jika diturut tidak jadi dan selalu mengajak mencuri. (Serat
Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh III Dandanggula, 33-36).
Menurut Syekh Siti Jenar, Allah bukanlah sesuatu yang asing bagi diri
manusia. Allah juga bukan yang ghaib dari manusia. Walaupun Ia
penyandang asma al-Ghayb, namun itu hanya dari sudut materi atau raga
manusia. Secara rohiyah, Allah adalah ke-Diri-an manusia itu. Dalam diri
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 9
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
10/64
manusia terdapat roh al-idhafi yang membimbing manusia untuk mengenal
dan menghampirinya. Sebagai sarananya, dalam otak kecil manusia, Allah
menaruh God-spot (titik Tuhan) sebagai filter bagi kerja otak, agar tidak
terjebak hanya berpikir materialistik dan matematis. Inilah titikspiritual yang akan menghubungkan jiwa dan raga melalui roh al-idhafi.
Dari sistem kerja itulah kemudian terjalin kemanunggalan abadi. Maka
kalau ada anggapan bahwa Allah itu ghaib bagi manusia, sesuatu yang jauh
dari manusia, pandangan itu keliru dan sesat.
Sekali lagi apa yang terurai di atas, adalah suatu kedaaan dan kesadaran
yang sudah tidak ada tingkatan lagi. Jika masih ada terdapat tingkatan
maka sebaiknya disempurnakan lagi. Karena tingkatan itu telah dilebur
menjadi satu dengan nama keyakinan, sehingga tidak ada perbedaan atautingkatan. Semuanya berpulang kepada Allah, Tuhan sekalian Alam, apa
kata Alam ini ialah juga kehendak-Nya yang merupakan wujud ADA dalam
kehidupan manusia beserta makhluk lainnyaallahu akbar.
LIMA BELAS
Syukur kalo saya sampai tiba di alam kehidupan yang sejati. Dalam alam
kematian ini saya kaya akan dosa. Siang malam saya berdekatan dengan
api neraka. Sakit dan sehat saya temukan di dunia ini. Lain halnya apabila
saya sudah lepas dari alam saya kematian ini. Saya akan hidup sempurna,langgeng tiada ini itu. (Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh VI
Pangkur, 20-21).
Dalam prespektif kemanunggalan, dunia adalah alam kematian yang
sesungguhnya, dikarenakan roh Ilahinya terpenjara dalam badan
wadagnya. Dengan badan wadag yang berhias nafsu itulah, terjadi dosa
manusia. Sehingga keberadaan manusia di dunia penuh dengan api neraka.
Ini sangat berbeda kondisinya dengan alam setelah manusia memasuki
pintu kematian. Manusia akan manunggal di alam kehidupan sejati setelahmengalami mati. Disanalah ditemukan kesejatian Diri yang tidak parsial.
Dirinya yang utuh, sempurna, dengan segala kehidupan yang juga
sempurna.
ENAM BELAS
Menduakan kerja bukan watak saya! Siapa yang mau mati! Dalam alam
kematian orang kaya akan dosa! Balik jika saya hidup yang tak kenal ajal,
akan langgeng hidup saya, tidak perlu ini itu. Akan tetapi bila saya
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 10
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
11/64
disuruh milih hidup atau mati saya tidak sudi! Sekalipun saya hidup, biar
saya sendiri yang menentukan! Tidak usah Walisanga memulangkan saya
ke alam kehidupan! Macam bukan wali utama saya ini, mau hidup saja
minta tolong pada sesamanya. Nah marilah kamu saksikan! Saya akanpulang sendiri ke alam kehidupan sejati. (Serat Syaikh Siti Jenar Ki
Sasrawijaya, Pupuh VIII Dandanggula, 14-16).
Karena kematian hanya sebagai pintu bagi kesempurnaan hidup yang
sesungguhnya, maka sebenarnya kematian juga menjadi bagian tidak
terpisahkan dari keberadaan manusia sebagai pribadi. Oleh karena itu,
kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan bukan sesuatu yang bisa
dipilih orang lain. Kematian adalah hal yang muncul dengan kehendak
Pribadi, menyertai keinginan pribadi yang sudah berada dalam kondisimanunggal. Oleh karena itu, dalam sistem teologi Syekh Siti Jenar,
sebenarnya tidak ada istilah dimatikan atau dipulangkan, baik oleh
Allah atau oleh siapapun. Sebab dalam hal mati ini, sebenarnya tidak ada
unsur tekan-menekan atau paksaan. Pintu kematian adalah sesuatu hal
yang harus dijalani secara sukarela, ikhlas, dan harus diselami
pengetahuannya, agar ia mengetahui kapan saatnya ia menghendaki
kematiannya itu. Barulah jika seseorang memang tidak pernah
mempersiapkan diri, dan tidak pernah mau mempelajari ilmu kematian,
tanpa tau arahnya ke mana, dan tidak mengerti apa yang sedang dialami.
TUJUH BELAS
Betapa banyak nikmat hidup manfaatnya mati. Kenikmatan ini dijumpai
dalam mati, mati yang sempurna teramat oleklah dia. Manusia sejati-
sejatinya yang sudah meraih puncak ilmu. Tiada dia mati, hidup
selamanya. Menyebutkan mati syirik, lantaran tak tersentuh lahat, hanya
beralih tempatlah dia dengan memboyong kratonnya. Kenikmatan mati tak
dapat dihitung Tersasar, tersesat, lagi terjerumus, menjadikan
kecemasan, menyusahkan dalam patinya, justru bagi ilmu orang remeh(Babad Jaka Tingkir-Babad Pajang, hlm. 74).
Menurut penuturan Babad Jaka Tingkir, ungkapan mistik itu keluar dari
ucapan darah Syekh Siti Jenar, setelah dipenggal kepalanya oleh Dewan
Walisanga. Darah yang menyembur, jatuh ke tanah melukis kaligrafi la
ilaaha illallah, dan mengeluarkan ucapan-ucapan mistik tersebut. Para wali
dan masyarakat yang menyaksikannya terkejut campur bingung. Setelah
beberapa saat, dari lisan kepala yang sudah dipenggal, keluar ucapan yang
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 11
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
12/64
memerintahkan agar darah kembali ke jasadnya, demikian pula kepala
menyatu dengan tubuh. Jelas bahwa kematian fisik tak mampu menyentuh
Syekh Siti Jenar. Mati ada dalam hidup, hidup ada dalam mati.hidup
selamanya tidak mati, kembali ke tujuan, langgeng selamanya. Setelahberpamitan dan mengucapkan salam kepada semua yang menyaksikan,
Syekh Siti Jenar dengan diliputi oleh semerbak bau harum terbungkus
cahaya gemerlapan yang menyorot ke atas, kemudian lenyap terserap ke
dalam al-Ghaib, Dia Yang Sudah Dimuliakan. Iringan cahaya bersinar
cemerlang, berkilau gemilang, berkobar menyala, menyuramkan sinar sang
mentari, menyilaukan pandang semua orang yang menyaksikan.
Adapun pelaksanaan hukuman atas dirinya, oleh Syekh Siti Jenar sengaja
dibiarkan terlaksana, guna memenuhi hukum duniawi, sekaligus sebagaimonumen kebenaran ajarannya. Tanpa bukti yang dinampakkan secara
dzahir, maka kebenaran ajaran Manunggaling Kawula-Gusti tidak akan
pernah terwujud. Sebab pembuktian itu sebagaimana sudah terjadi pada
Mansur al-Hallaj, al-Syuhrawardi dan Aynul Quddat al-Hamadani sebagai
pendahulunya memang menuntut jasad sang Guru sebagai martir atau
syahid bagi kesufiannya. Dengan kemartirannya dan kesediannya sebagai
syuhada bagi sufisme di Tanah Jawa itulah ia disebut sebagai Syekh
Jatimurni, Guru Pemilik Inti Kesejatian atau Pusar Ilmu Kasampurnan.
AJARAN TENTANG PENERAPAN RUKUN IMAN, ISLAM DAN
IHSAN
Materi Pokok Pengajaran Syekh Siti Jenar
DELAPAN BELAS
Kepada mereka, Siti Jenar pertama-tama mengajarkan akan asal usul
kehidupan, kedua diberitahukan akan pintu kehidupan. Ketiga, tempatbesok bila sudah hidup kekal abadi, keempat alam kematian yaitu yang
sedang dijalani sekarang ini. Lagipula mereka diberitahu akan adanya
Yang Maha Luhur (Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh IV
Sinom, 6-7).
Kepada pada muridnya, Syekh Siti Jenar mengajarkan ilmu marifat
secata bertahap, yang harus dikuasai oleh seseorang, jika ingin menjadi
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 12
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
13/64
manusia sempurna (al-insan al-kamil), serta bagi yang ingin menempuh
laku manunggal dengan Tuhan.
(1) Pertama-tama Syekh Siti Jenar mengajarkan tentang asal-usul
manusia [ngelmu sangkan-paran];(2) Langkah berikutnya, ia mengajarkan masalah yang berkaitan
dengan kehidupan, khususnya apa yang disebut sebagai pintu
kehidupan;
(3) Langkah ketiga Syekh Siti Jenar menunjukkan tempat manusia
besok ketika sudah hidup kekal abadi;
(4) Faham keempat, ia menunjukkan tempat alam kematian, yaitu yang
sedang dialami dan dijalani manusia sekarang ini, di dunia ini, serta
berbagai kiat cara menghadapinya;
(5) Langkah terakhir Syekh Siti Jenar mengajarkan tentang adanyaTuhan Yang Maha Luhur yang menjadikan bumi dan angkasa,
sebagai pelabuhan akhir bagi kemanunggalan dan keabadian.
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 13
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
14/64
SASAHIDAN : INTISARI AJARAN SYEKH SITI JENAR
SEMBILAN BELAS
Ingsun anakseni ing Datingsun dhewe, satuhune ora ana Pangeranamung Ingsun, lan nakseni Ingsun satuhune Muhammad iku utusan
Ingsun, iya sajatine kang aran Allah iku badan Ingsun, Rasul iku
rahsaning-Sun, Muhammad iku cahyaning-Sun, iya Ingsun kang eling
tan kena ing lali, iya Ingsun kan langgeng ora kena owah gingsir ing
kahanan jati, iya Ingsun kang waskitha ora kasamaran ing sawiji-
wiji, iya Ingsun kang amurba amisesa, kang kawasa wicaksana ora
kukurangan ing pangerti, byar.. sampurna padhang terawang-an, ora
karasa apa-apa, ora ana keton apa-apa, mung Insun kang nglimputi
ing ngalam kabeh, kalawan kodrating-Sun.(R. Ng. Ranggawarsita, WIRID Punika Serat Wirid Anyariyo-saken
Wewejanganipun Wali VIII, Administrasi Jawi Kandha Surakarta,
penerbit Albert Rusche & Co., Surakarta, 1908, hlm.15-16).
Terjemahan, Aku angkat saksi di hadapan Dzat-Ku sendiri,
sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Aku, dan Aku angkat saksi
sesungguhnya Muhammad itu utusan-Ku, sesungguhnya yang disebut
Allah Ingsun diri sendiri (badan-Ku), Rasul itu Rahsa-Ku, Muhammad
itu cahaya-Ku, Akulah Dzat yang hidup tidak akan terkena mati,Akulah Dzat yang selalu ingat tidak pernah lupa, Akulah Dzat yang
kekal tidak ada perubahan dalam segala keadaan, (bagi-Ku) tidak
ada yang samar sesuatupun, Akulah Dzat yang Maha Menguasai,
yang Kuasa dan Bijaksana, tidak kekurangan dalam pengertian,
sempurna terang benerang, tidak terasa apa-apa, tidak kelihatan
apa-apa, hanya Aku yang meliputi sekalian alam dengan kodrat-Ku.
Ajaran tersebut disebut sebagai ajaran atau wejangan Sasahidan Serat
Wirid Hidayat Jati merupakan naskah paling terkenal hasil karya R. Ng.Ranggawarsita. Menurut R. Ng. Ranggawarsita, naskah tersebut
merupakan wejangan wali ke-8. wali VIII yang dimaksud adalah Sunan
Kajenar atau Syekh Siti Jenar. Ini sesuai dengan pernyataan
Ranggawarsita sendiri dalam naskah tersebut pada halaman 5 dan 6,
dimana wejangannya adalah Sasahidan atau Penyaksian. Oleh
Ranggawarsita, Sunan Kajenar disebut sebagai wali dalam dua angkatan,
yakni angkatan pertama di awal Kerajaan Demak dan angkatan dua, yakni
pada masa akhir Kerajaan Demak. Melihat pernyataan ini, logis jika tahun
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 14
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
15/64
wafatnya Syekh Siti Jenar ditetapkan pada tahun 1517, sebab setelah
kekuasaan Raden Fatah usia Kerajaan Demak tidak berlangsung lama,
disambung dengan Kerajaan Pajang.
Dari wejangan Sasahidan itu, nampaklah pengalaman spiritual dan
keadaan kemanunggalan pada diri Syekh Siti Jenar terjadi dalam waktu
yang lama, dan mendominasi keseluruhan wahana batin Syekh Siti Jenar.
Nampak juga bahwa dalam intisari ajaran tersebut, konsistensi sikap
batin dan sikap dzahir dari ajaran Syekh Siti Jenar. Jika ilmu tidak ada
yang dirahasiakan dalam pengajaran, maka demikian pula pengalaman
batin dari keagamaan juga tidak bisa disembunyikan. Dan pengalaman
keagamaan yang terlahir tidak harus ditutup-tutupi walaupun dengan
dalih dan selubung syariat. Dan akhirnya dalam ajaran Sasahidan itulah,semua ajaran Syekh Siti Jenar tersimpul.
KEMANUNGGALAN KE-IMAN-AN
DUA PULUH
Adapun manunggalnya keimanan, itu menjadi tempat berkumpulnya
jauhar (mutiara) Muhammad, terdiri atas 15 perkara, seperti perincian di
bawah ini:a. Imannya imam, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan
mensekutukan, engkau adalah keberadaan Allah.
b. Imannya tokide (tauhid), maksudnya adalah jangan ragu dan jangan
mensekutukan, engkau adalah panunggale (tempat manunggalnya)
Allah.
c. Imannya syahadat, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan
mensekutukan, engkau adalah sifatullah (sifatnya Allah).
d. Imannya marifat, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan
mensekutukan, engkau adalah kewaspadaan Allah.e. Imannya shalat, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan
mensekutukan, engkau adalah menghadap Allah.
f. Imannya kehidupan, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan
mensekutukan, engkau adalah kehidupannya Allah.
g. Imannya takbir, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan
mensekutukan, engkau adalah kepunyaan keangungan Allah.
h. Imannya saderah, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan
mensekutukan, engkau adalah pertemuan Allah.
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 15
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
16/64
i. Imannya kematian, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan
mensekutukan, engkau adalah kesucian Allah.
j. Imannya junud, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan
mensekutukan, engkau adalah wadahnya Allah.k. Imannya jinabat, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan
mensekutukan, engkau adalah kawimbuhaning (bertambahnya nimat
dan anugerah) Allah.
l. Imannya wudlu, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan
mensekutukan, engkau adalah asma (Nama) Allah.
m. Imannya kalam (perkataan), maksudnya adalah jangan ragu dan
jangan mensekutukan, engkau adalah ucapan Allah.
n. Imannya akal, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan
mensekutukan, engkau adalah juru bicara Allah.o. Imannya nur, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan
mensekutukan, engkau adalah wujudullah, yaitu tempat berkumpulnya
seluruh jagat (makrokosmos), dunia akhirat, surga neraka, arsy
kursi, loh kalam (lauh al-kalam), bumi langit, manusia, jin, belis (iblis)
laknat, malaikat, nabi, wali, orang mukmin, nyawa semua, itu
berkumpul di pucuknya jantung yang disebut alam kiyal (alam al-
khayal), maksudnya adalah angan-angannya Tuhan, itulah yang agung
yang disebut alam barzakh, yang dimaksudnya adalah pamoring gusti
kawula, yang disebut alam mitsal, yang dimaksudnya adalah awalpengetahuan, yaitu kesucian dzat sifat asma afal, yang disebut alam
arwah, maksudnya berkumpulnya nyawa yang adalah dipenuhi sifat
kamal jamal. (Wedha Mantra, hlm. 54-55).
Ajaran tersebut terkenal dengan sebutan panunggaling iman. Dari aplikasi
iman dalam bentuk keimanan Manunggaling Kawula-Gusti tersebut
tampak, bahwa fungsi manusia sebagai khalifatullah (wakil real Allah) di
muka bumi betul-betul nyata. Manusia adalah cermin dan pancaran wujud
Allah, dengan fungsi iradah dan kodrat yang berimbang. Semua bentuksyariat agama ternyata memiliki wujud implementasi bagi tekad hatinya,
sekaligus ditampakkan melalui tingkah lahiriyahnya.
Jelas sudah bahwa dalam sistem sufisme Imannya kehidupan, maksudnya
adalah jangan ragu dan jangan mensekutukan, engkau adalah
kehidupannya Allah, ajaran langit Allah berhasil dibumikan oleh
Imannya kehidupan, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan
mensekutukan, engkau adalah kehidupannya Allah. Melalui doktrin utama
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 16
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
17/64
Manunggaling Kawula-Gusti. Manusia diajak untuk membuktikan
keberadaan Allah secara langsung, bukan hanya memahami keberadaan
dari sisi nalar-pikir (ilmu) dan rasa sentimen makhluk (perasaan yang
dipaksa dengan doktrin surga dan neraka). Imannya kehidupan,maksudnya adalah jangan ragu dan jangan mensekutukan, engkau adalah
kehidupannya Allah. Mengajarkan dan mengajak manusia bersama-sama
merasakan Allah dalam diri pribadi masing-masing.
DUA PULUH SATU
Adapun yang menjadi maksud:
a. Iman, adalah pangandeling (pusaka andalan), roh.
b. Tokid (tauhid), panunggale (saudara tak terpisah, tempat manunggal)roh.
c. Marifat, penglihatan roh.
d. Kalbu, penerimaan (antena penerima) roh.
e. Akal, pembicaraannya roh.
f. Niat, pakaremaning roh.
g. Shalat, menghadapnya roh.
h. Syahadat, keadaan roh. (Wedha Mantra, hlm. 54).
Pernyataan Syekh Siti Jenar tersebut mempertegas maksudManunggalnya Iman di atas. Di dalam hal ini, Syekh Siti Jenar
menjelaskan maksud dari masing-masing doktrin pokok tauhid dan fiqih
ketika dikaitkan dengan spiritual. Iman, tauhid, marifat, qalbu, dan akal
adalah doktrin pokok dalam wilayah tauhid; dan niat, shalat serta
syahadat adalah doktrin pokok fiqih. Oleh Syekh Siti Jenar semua itu di
rangkai menjadi bentuk perbuatan roh manusia, sehingga masing-masing
memiliki peran dan fungsi yang dapat menggerakkan seluruh kepribadian
manusia, lahir dan batin, roh dan jasadnya. Itulah makna keimanan yang
sesungguhnya. Sebab rukun iman, rukun Islam dan ihsan pada hakikatnyaadalah suatu kesatuan yang utuh yang membentuk kepribadian Illahiyah
pada kedirian manusia.
DUA PULUH DUA
Yang disebut kodrat itu yang berkuasa, tiada yang mirip atau yang
menyamai. Kekuasaannya tanpa piranti, keadaan wujudnya tidak ada baik
luar maupun dalam merupakan kesantrian yang beraneka ragam.
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 17
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
18/64
Iradatnya artinya kehendak yang tiada membicarakan, ilmu untuk
mengetahui keadaan, yang lepas jauh dari pancaindera bagaikan anak
gumpitan lepas tertiup. (Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh
III Dandangula, 31).Bagi Syekh Siti Jenar, kodrat dan iradat bukanlah hal yang terpisah dari
manusia, dan bukan mutlak milik Allah. Kodrat dan iradat menurut Syekh
Siti Jenar terkait erat dengan eksistensi sang Pribadi (manusia). Pribadi
adalah eksistensi roh. Maka jika roh adalah pancaran cahaya-Nya, pribadi
adalah tajalli-Nya, penjelmaan Diri-Nya. Pribadi adalah Allah yang
menyejarah. Maka Syekh Siti Jenar mengemukakan bahwa dirinya adalah
sang pemilik dua puluh sifat ketuhanan. Oleh karena itu kodrat
merupakan kuasa pribadi, sifat yang melekat pada pribadi sejak zaman
azali dan itu langgeng. Demikian pula adanya iradat, kehendak ataukeinginan.
Antara karsa, keinginan dan kuasa, adalah hal yang selalu berkelindan
bagi wujud keduanya. Tentu menyangkut kehendak, setiap pribadi
memiliki karsa yang mandiri dan yang berhak merumuskan hanyalah
perundingan antara pemilik iradah dengan Yang Maha Memiliki Iradah.
Kemudian untuk mewujudkan rasa cipta itu, perlu juga pelimpahan kodrat
Allah pada manusia. Untuk itu semua, Syekh Siti Jenar mendidik manusia
untuk mengetahui Yang Maha Kuasa, dan mengetahui letak pintukehidupan serta kematian. Tujuannya jelas, agar manusia menjadi Pribadi
Sejati, pemilik iradah dan kodrat bagi dirinya sendiri.
SYAHADAT
DUA PULUH TIGA
Inilah maksud Syahadat: Ashadu;jatuhnya rasa, ilaha;kesejatian
rasa, illallah; bertemu rasa. Muhammad hasil karya yang maujud,Pangeran; kesejatian kehidupan.
Dalam hal Syahadat ini, Syekh Siti Jenar mengajarkan berbagai macam
Syahadat dan hal itu selaras dengan konsep utama ajarannya,
manunggaling kawula-Gusti, serta tetap di atas fondasi ajaran shalat
daim. Syahadat dalam hal ini, adalah menjadi keadaan roh, bukan sekedar
ucapan lisan, dan hasil pengolahan nalar-pikiran, atau bisikan hati.
Susunan kalimat syahadat adalah campuran bahasa Arab dan bahasa
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 18
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
19/64
Jawa. Hal ini menjadi kebiasaan Syekh Siti Jenar dalam mengajarkan
ajaran-ajarannya, sehingga dengan mudah dan gamblang murid serta
pengikutnya mampu memahami dan mengamalkan ajaran tersebut, tanpa
kesulitan akibat kendala bahasa.Beberapa wali di Jawa, selain Syekh Siti Jenar juga memiliki dan
mengajarkan syahadat.
Misalnya Syahadat Sunan Giri, Bismillahirrahmanirrahim, syahadat
kencana sinarawedi, sahadu minangka kencana sinarawedi, dzat
sukma kang ginawa mati, kurungan mas ilang tanpa kerana, sira
muliha maring kubur.
Syahadat Sunan Bonang, Bismillahirrahmanirrahim, syahadatkencana, linggih ing maligi mas, ulir sjroh-ning geni muskala, ilang ing
kawulat aja kari, ya hu ya hu ya hu, sirna kurungan tanpa kerana.
Dan syahadat Sunan Kalijaga, Bismillahirrahmanirrahim, syahadat
kencana, kurungan mas, kuliting jati sajatining sukma, ginawa mati,
sirna tan ana kari, sukma ilang jiwa ilang, kang lunga padha rupane,
dap lap ilang,(Wejangan Walisanga, hlm. 50).
Dibawah ini adalah aplikasi syahadat menurut Syekh Siti Jenar. SebagianSyahadat yang ada merupakan Dzikir dan Wirid ketika Syekh Siti Jenar
mengajarkan cara melepaskan air kehidupan (tirta nirmaya) untuk
membuka pintu kematian menuju kehidupan sejati di alam akhirat.
Syahadat-syahadat sejenis juga diajarkan oleh Ki Ageng Pengging kepada
Sunan Kudus, sebelum wafatnya.
Jatunya rasa (tibaning rasa) maksudnya adalah meresapnya Allah dalam
kehendak dan kedalaman jiwa. Ini kemudian dipupuk dengan laku spiritual
yang melahirkan sajatining rasa (kesejatian rasa), di mana ruangkeseluruhan jiwa telah terdominasi oleh al-Haqq (Allah). Kemudian
lahirlah ungkapan illallah sebagai puncak, yakni pertemuan rasa,
manunggalnya yang mengungkapkan asyhadu dengan sarana ungkapan,
yakni Allah.
Kemanunggalan ini memunculkan tenaga dan energi kreativitas positif,
dalam bentuk karya yang berbentuk nyata, bermanfaat dan berdaya
guna, serta bersifat langgeng, yang diidentifikasikan dengan sebutan
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 19
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
20/64
Muhammad (Yang Memiliki Segala Keterpujian) sebagai perwujudan riil
dari sang Wajib al-Wujud.
Maka diri manusia sebagai Pangeran (Tuhan) itulah yang perupakankesejatian hidup atau kehidupan.
Syahadat dalam sistem ajaran Syekh Siti Jenar bukanlah hanya
sekedar bentuk pengakuan lisan yang berupa Syahadat Tauhid dan
Syahadat Rasul. Namun Syahadat adalah Persaksian Batin, yang
teraplikasi dalam tindakan Dzahir sebagai Wujud Kemanunggalan
Kawula-Gusti. Dengan demikian Syahadat mampu melahirkan karya-
karya yang bermanfaat.
DUA PULUH EMPAT
Mengertilah, bahwa sesungguhnya ini Syahadat Sakarat, jika tidak tau
maka sekaratnya masih mendapatkan halangan, hidupnya dan matinya
hanya seperti hewan.
Lafalnya mengucapkan adalah :
Syahadat Sakarat Sajati, iya Syahadat Sakarat, wus gumanang
waluya jati sirne eling mulya maring tunggal, waluya jati iya
sajatining rasa, lan dzat sajatining dzat pesthi anane langgeng tankenaning owah, dzat sakarat roh madhep ati muji matring nyawa,
tansah neng dzatullah, kurungan mas melesat, eling raga tan rusak
sukma mulya Maha Suci.(Mantra Wedha, bab 205, hlm. 53).
Terjemahan :
(Syahadat Sakarat Sejati adalah Syahadat Sakarat [Menjelang dan
proses datangnya pintu kematian], sudah nyata penuh kesempatan
hilangnya ingatan kemuliaan kepada yang tunggal, keselamatan dan
kesentosaan itu adalah sejatinya kehidupan, tunggal sejatinya hidup,hidup sejatinya rasa dan sejatinya rasa dan dzat sejatinya dzat
pasti dalam keberadaan kelanggengan tidak terkena perubahan, dzat
sekarat roh menghadap hati memuji nyawa, selalu berada dalam
dzatullah, sangkar mas hilang, mengingat raga tidak terkena
kerusakan sukma mulia Maha Suci).
Syahadat Sakarat adalah syahadat atau persaksian menjelang kematian.
Sebagaimana diketahui, bahwa salah satu ajaran Syekh Siti Jenar adalah
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 20
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
21/64
kemampuan memadukan Iradah dan Qudrat diri dengan Iradah dan
Qudrat Ilahi, sebagai efek kemanunggalan.
Sehingga apa yang menjadi ilmu Allah, maka itu adalah ilmu diri manusiayang manunggal. Maka orang yang sudah meninggal mencapai al-Insan al-
Kamil, juga mengetahui kapan saatnya dia meninggalkan alam kematian di
dunia ini, menuju alam kehidupan sejati di akhirat, untuk menyatu
selamanya dengan Allah. Syahadat sekarat yang terpapar di atas, adalah
syahadat sakarat yang bersifat umum, sebab nanti masih ada beberapa
syahadat.
Semua Syahadat yang diajarkan Syekh Siti Jenar menjadi lafal harian
atau Dzikir, terutama saat menjelang tidur, agar dalam kondisi tidur jugatetap berada dalam kondisi kemanunggalan Iradah dan Qodrat.
Namun Syahadat-syahadat yang ada tidak hanya sekedar ucapan, sebab
saat pengucapan harus disertai dengan Laku (meditasi)dan paling tidak
mengheningkan daya cipta, rasa dan karsa, sehingga lafal-lafal yang
berupa syahadat tersebut, menyelusup jauh ke dalam diri atau dalam
Sukma.
DUA PULUH LIMA
Syahadat Allah, Allah, Allah lebur badan, dadi nyawa, lebur nyawa dadi
cahya, lebur cahya dadi idhafi, lebur idhafi dadi rasa, lebur rasa dadi
sirna mulih maring sajati, kari amungguh Allah kewala kang langgeng tan
kena pati.
Terjemahan :
(Syahadat Allah, Allah, Allah badan lebur menjadi (roh) Idhafi, (roh)
Idhafi lebur menjadi Rasa, Rasa lebur Sirna kembali kepada yang sejati,tinggallah hanya Allah semata yang abadi tidak terkena kematian).
[Mantra Wedha, hlm. 53).
Syahadat Paleburan diucapkan ketika (menjalani keheningan = samadhi),
menyatukan diri kepada Allah. Lafal tersebut lahir dari pengalaman
Syekh Siti Jenar ketika memasuki relung-relung kemanunggalan, di mana
jasad fisiknya ditinggalkan rohnya, sesudah semua Nafs dalam dirinya
mengalami Kasyaf.
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 21
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
22/64
DUA PULUH ENAM
Ashadu-ananingsun, la ilaha rupaningsun, illallah Pangeransun,satuhune ora ana Pangeran angging Ingsun, kang badan nyawa kabeh
(ashadu-keberadaanku, la ilaha bentuk wajahku, illallah Tuhanku,
sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Aku, yaitu badan dan nyawa
seluruhnya).
Inilah yang disebut Syahadat Sajati. Pengakuan sejati ini adalah
ungkapan yang sebenarnya bersifat biasa-biasa saja, di mana ungkapan
tersebut lahir dari hati dan rohnya, sehingga dari ungkapan yang ada
dapat diketahui sampai di mana tingkatan tauhidnya (tauhid dalam artipengenalan akan ke-Esaan Allah), bukan sekedar pengenalan akan nama-
nama Allah.
DUA PULUH TUJUH
Sakarat pujine pati, maksude napas pamijile napas, kaketek meneng-
meneng, iya iku sing ameneng, pati sukma badan, mulya sukma sampurna,
mulih maring dzatullah, Allah kang bangsa iman, iman kang bangsa nur,
nur kang bangsa Rasulullah, iya shalat albar, Muhammad takbirku, AllahPangucapku, shalat jati asembahyang kalawan Allah, ora ana Allah, ora
ana Pangeran, amung iku kawula tunggal, kang agung kang kinasihan.
(mantra Wedha, hlm. 53).
Terjemahan :
Sekarat ku kemuliaan kematian, maksudnya adalah napas munculnya
napas, yang hilang berangsur-angsur secara diam-diam, yaitu yang
kemudian diam, kematian sebagai sukma badan-wadag, kemuliaan sukma
kesempurnaan, kembali kepada Dzatullah, Allah sebagai labuhan iman,iman yang berbentuk cahaya, cahaya yang berwujud Rasulullah, yaitu
adalah shalat yang agung, Muhammad sebagai takbirku, Allah sebagai
ucapanku, shalat sejati menyembah Allah, tidak ada Allah tidak ada
Tuhan, hanyalah aku (kawula) yang tunggal saja, yang agung dan dikasihi.
Ini adalah Syahadat Sakarat Permulaan Kematian. Ketika seseorang
sudah melihat akhir hayatnya, maka orang tersebut diajarkan untuk
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 22
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
23/64
memperbanyak melafalkan dan mengamalkan syahadat sakarat wiwitane
pati ini.
DUA PULU DELAPAN
Ashadu ananingsun, anuduhake marga kang padhang, kang urip tan
kenaning pati, mulya tan kawoworan, elinge tan kena lali, iya rasa iya
rasulullah, sirna manjing sarira ening, sirna wening tunggal idhep
jumeneng langgeng amisesa budine, angen-angene tansah amadhep ing
Pangeran. (mantra Wedha, hlm. 54).
Terjemahan :
(Ashadu keberadaanku, yang menunjukkan jalan yang terang, yang hiduptidak terkena kematian, yang mulia tanpa kehinaan, kesadaran yang tidak
terkena kematian, yang mulia tanpa kehinaan, kesadaran yang tidak
terkena lupa, itulah rasa yang tidak lain adalah Rasulullah, selesailah
berada di alam terang, itulah hakikat Rasulullah, hilang musnah ketempat
wujud yang hening, hilang keheningan menyatu-tunggal menempati secara
abadi memelihara budi, angan-angan selalu menghadap Tuhan).
Syahadat Sekarat Hati pada hakikatnya adalah syahadat Nur
Muhammad. Suatu penyaksian bahwa kedirian manusia adalah bagian dariNur Muhammad. Dari inti syahadat ini, jelas bahwa kematian manusia
bukanlah jenis kematian pasif, atau kematian negatif, dalam arti
kematian yang bersifat memusnahkan. Kematian dalam pandangan
sufisme Syekh Siti Jenar hanya sebagai gerbang menuju kemanunggalan,
dan itu harus memasuki alam Nur Muhammad. Bentuk konkretnya, dalam
pengalaman kematian itu, orang tersebut tidaklah kehilangan akan
kesadaran manunggal-Nya. Ia melanglang buana menuju asal muasal hidup.
Oleh karenanya keadaan kematiannya bukanlah suatu kehinaansebagaimana kematian makhluk selain manusia. Di sinilah arti penting
adanya syafaat sang Utusan (Rasulullah) dalam bentuk Nur Muhammad
atau hakikat Muhammad. Nur Muhammad adalah roh kesadaran bagi tiap
Pribadi dalam menuju kemanunggalannya. Sehingga dengan Nur
Muhammad itulah maka pengalaman kematian oleh manusia, bagi Syekh
Siti Jenar bukan sejenis kematian yang pasif, atau kematian yang
negatif, dalam arti kematian dalam bentuk kemusnahan sebagaimana yang
terjadi terhadap hewan.
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 23
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
24/64
Kematian itu adalah sesuatu aktivitas yang aktif. Sebab ia hanyalah pintu
menuju keadaan manunggal. Dalam ajaran Syekh Siti Jenar yang
diperuntukkan bagi kaum awam (orang yang belum mampu mengalamiManunggaling Kawula-Gusti secara sempurna) di atas, nampak bahwa
dalam kematian itu, seseorang tetap tidak kehilangan kesadaran
kemanunggalannya. Dengan hakikat Muhammadnya ia tetap sadar dalam
pengalaman kematian itu, bahwa ia sedang menempuh salah satu lorong
manunggal. Melalui lorong itulah kediriannya menuju persatuan dengan
Sang Tunggal. Kematian manusia adalah proses aktif sang al-Hayyu (Yang
Maha Hidup), sehingga hanya dengan pintu yang dinamakan kematian
itulah, manusia menuju kehidupan yang sejati, urip kang tan kena pati,
hidup yang tidak terkena kematian.
DUA PULUH SEMBILAN
Syahadat Panetep panatagama, kang jumeneng roh idlafi, kang ana
telenging ati, kang dadi pancere urip, kang dadi lajere Allah, madhep
marang Allah, iku wayanganku roh Muhammad, iya, iku sajatining manusia,
iya iku kang wujud sampurna. Allahumma kun walikun, jukat astana Allah,
pankafatullah ya hu Allah, Muhammad Rasulullah. (mantra Wedha, hlm.
54).
Terjemahan :
(Syahadat Penetap Panatagama, yang menempati roh idlafi, yang ada di
kedalaman hati, yang menjadi sumbernya kehidupan, yang menjadi
bertempatnya Allah, menghadap kepada Allah, bayanganku adalah roh
Muhammad, yaitu sejatinya manusia, yaitu wujudnya yang sempurna.
Allahumma kun walikun jukat astana Allah, pankafatullah ya hu Allah,
Muhammad Rasulullah).
Syahadat ini adalah sejenis syahadat netral, yakni yang memiliki fungsi
dan esensi yang umum. Pengucapannya tidak berhubungan dengan waktu,
tempat, dan keadaan tertentu sebagaimana syahadat yang lain. Hakikat
Syahadat ini hanyalah berfungsi untuk meneguhkan hati akan tauhid al-
wujud.
TIGA PULUH
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 24
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
25/64
Ini adalah syahadat sakaratnya roh (pecating nyawa), yang meliputi
empat perkara :
1. Ketika roh keluar dari jasad, yakni ketika roh ditarik sampai pada
pusar, maka bacaan syahadatnya adalah, la ilaha illalah, Muhammadrasulullah.
2. Kemudian, ketika roh ditarik dari pusar sampai ke hati, syahadat
rohnya adalah la ilaha illa Anta.
3. Kemudian roh ditarik sampai otak, maka syahadatnya la ilaha illa
Huwa.
4. Maka kemudian roh ditarik dengan halus. Saat itu sudah tidak
mengetahui jalannya keluar roh dalam proses sekarat lebih lanjut.
Sekaratnya manusia itu sangat banyak sakitnya, seakan-akan hidupnyasekejap mata, sakitnya sepuluh tahun. Dalam keadaan seperti itulah
manusia kena cobaan setan, sehingga kebanyakkan kelihatan bahwa kalau
tidak melihat jalan keluarnya roh menjadi lama dalam proses sekaratnya.
Jika rohnya tetap mendominasi kesadarannya, tidak kalah oleh sifat
setan, maka syahadatnya roh adalah la ilaha illa Ana. (Mantra Wedha,
bab 211, hlm. 57).
Ajaran tentang syahadat pecating nyawa tersebut diberikan oleh SyekhSiti Jenar bagi orang yang belum mampu menempuh laku manusia
manunggal, sehingga diperlukan prasyarat lahiriyah yang berupa syahadat
pecating nyawa tersebut.
Bagi yang sudah mampu menempuh laku manunggal, maka prosesnya
seperti yang dilakukan Syekh Siti Jenar, kematian bukan masalah kapan
ajalnya datang, juga bukan masalah waktu. Kematian termasuk dalam
salah satu agenda manunggalnya Iradah dan Qudrat kawula Gusti dan
sebaliknya.
Kalau diperhatikan secara seksama, ajaran Syekh Siti Jenar yang
dikhususkan bagi kalangan awam (yang tidak mampu mengalami
Manunggaling Kawula Gusti secara sempurna) tersebut hampir sama
dengan ajaran Syuhrawardi.
SHALAT (TAREK DAN DAIM)
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 25
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
26/64
Syekh Siti Jenar mengajarkan dua macam bentuk shalat, yang disebut
shalat tarek dan shalat daim.
Shalat tarek adalah Shalat Thariqah, diatas sedikit dari Syariat. ShalatTarek diperuntukkan bagi orang yang belum mampu untuk sampai pada
tingkatan Manunggaling Kawula Gusti.
Sedang shalat daim merupakan shalat yang tiada putus sebagai efek
dari kemanunggalannya.
Sehingga Shalat Daim merupakan hasil dari pengalaman batin atau
pengalaman spiritual. Ketika seseorang belum sanggup melakukan hal itu,
karena masih adanya hijab batin, maka yang harus dilakukan adalahshalat tarek. Shalat tarek masih terbatas dengan adanya lima waktu
shalat, sedang shalat daim adalah shalat yang tiada putus sepanjang
hayat, teraplikasi dalam keseluruhan tindakan keseharian ( penambahan,
mungkin efeknya adalah berbentuk suci hati, suci ucap, suci pikiran );
pemaduan hati, nalar, dan tindakan ragawi.
Kata tarek berasal dari kata Arab tarki atau tarakki yang memiliki
arti pemisahan. Namun maksud lebih mendalam adalah terpisahnya jiwa
dari dunia, yang disusul dengan tanazzul (manjing)-nya al-Illahiyah dalamjiwa. Shalat tarek yang dimaksud di sini adalah shalat yang dilakukan
untuk dapat melepaskan diri dari alam kematian dunia, menuju
kemanunggalan. Sehingga menurut Syekh Siti Jenar, shalat yang hanya
sekedar melaksanakan perintah Syariat adalah tindakan kebohongan, dan
merupakan kedurjanaan budi.
Pengambilan shalat tarek ini berasal dari Kitab Wedha Mantra bab 221;
Shalat Tarek Limang Wektu. (Sang Indrajit: 1979, hlm. 63-66).
Keterangan bagi yang mengamalkan ilmu shalat tarek lima waktu ini.
(Semua hal yang berkaitan dengan Shalat Tarek ini diterjemahkan
dengan apa adanya dari Kitab Wedha Mantra. Makna terjemahan yang
bertanda kutip hanyalah arti untuk memudahkan pemahaman. Adapun
maksud dan substansi yang ada dalam kalimat-kalimat asli dalam bahasa
Jawa-Kawi, lebih mendalam dan luas dari pemahaman dan terjemahan
diatas. (penulisnya wanti-wanti banget).
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 26
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
27/64
Pelaksanaan shalat tarek bisa saja diamalkan bersamaan dengan Shalat
Syariat sebagaimana biasa, bisa juga dilaksanakan secara terpisah.
Hanya saja terdapat perbedaan dalam hal wudlunya.
Jika dalam Shalat Syariat, anggota wudhu yang harus dibasuh adalah
wajah, tangan, sebagian kepala, dan kaki, sementara dalam Shalat Tarek
adalah di samping tempat-tempat tersebut, harus juga membasuh
seluruh rambut, tempat-tempat pelipatan anggota tubuh, pusar,
dada, jari manis, telinga, jidat, ubun-ubun, serta pusar tumbuhnya
rambut (Jawa; unyeng-unyengan). Walhasil wudlu untuk shalat tarek
sama halnya dengan mandi besar (junub/jinabat).
Bahwa kematian orang yang menerapkan ilmu ini masih terhenti pada
keduniaan, akan tetapi sudah mendapatkan balasan surga sendiri. Makapaling tidak ujaran-ujaran shalat tarek ini hendaknya dihafalkan, jangan
sampai tidak, agar memperoleh kesempurnaan kematian.
Bagi yang akan membuktikan, siapa saja yang sudah melaksanakan ilmu ini,
dapat saja dibuktikan. Ketika kematian jasadnya didudukkan di daratan
(di atas tanah), di kain kafan serta diberi kain lurub (penutup) serta
selalu ditunggu, kalau sudah mendapatkan dan sampai tujuh hari, bisa
dibuka, niscaya tidak akan membusuk, (bahkan kalau iradah dan
qudrahnya sudah menyatu dengan Gusti), jasad dalam kafan tersebutsudah sirna. Kalau dikubur dengan posisi didudukkan, maka setelah
mendapat tujuh hari bisa digali kuburnya, niscaya jasadnya sudah sirna,
dan yang dikatakan bahwa sudah menjadi manusia sempurna. Maka karena
itu, orang yang menerapkan ilmu ini, sudah menjadi manusia sejati.
Sedangkan tentang ilmu ini, bukanlah manusia yang mengajarkan, cara
mendapatkannya adalah hasil dari laku-prihatin, berada di dalam khalwat
(meditasi, mengheningkan cipta, menyatu karsa dengan Tuhan
sebagaimana diajarkan Syekh Siti Jenar).
Tentang anjuran untuk pembuktian di atas, sebenarnya tidak diperlukan,
sebab yang terpenting adalah penerapan pada diri kita masing-masing.
Justru pembuktian paling efektif adalah jika kita sudah mengaplikasikan
ilmu tersebut. Apalagi pembuktian seperti itu jika dilaksanakan akan
memancing kehebohan, sebagaimana terjadi dalam kasus kematian Syekh
Siti Jenar serta para muridnya.
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 27
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
28/64
TIGAPULUH SATU
Shalat SubuhNiat yang paling awal, Niyat ingsun shalat, roh Kudus kang shalat, iya iku
rohing Allah. Allah iku lungguh ana ing paningal, shalat iku sajrone shalat
ana gusti, sajroning gusti ana sukma, sajroning sukma ana nyawa,
sajroning nyawa ana urip, sajro-ning urip ana eling, pardhu taala Allahu
akbar, tetep mantep weruh ing awakku.
Terjemahan :
(Aku berniat shalat, roh Kudus yang melaksanakan shalat, yaitulah rohnya
Allah. Allah yang menempati penglihatan, shalat yang di dalam shalat ituada gusti, di dalam gusti ada sukma, di dalam sukma ada nyawa, di dalam
nyawa terdapat kehidupan, di dalam kehidupan terdapat kesadaran
menyeluruh, kewajiban dari Allah taala, Allahu akbar tetap mantap
mengerti akan diriku sendiri).
Malaikatnya adalah Haruman (malaikat Rumman), memujinya dengan Ya
Hu, Ya Hu. Seratus kali.
Niatnya, Niyatingsun shalat, sirku kang shalat, pardlu taala Allahuakbar, tetep madhep langgeng weruh ing sirku.
Terjemahan :
(Aku berniat shalat, sir [rahasia]-ku yang shalat, wajib dari Allah taala,
Allahu akbar, tetap menghadap dengan abadi mengerti akan sir [rahasia]-
ku).
Malaikatnya Haruman, pepujiannya, Ya Hu, Ya Hu. Seratus kali.
Kemudian memuji; ya Rajamu, ya Rajaku. (Arab; Ya maliku al-Mulku).
Seratus kali.
Dilanjutkan, Sirrullah, darajatullah, sifatullah. Seratus kali.
Dilanjutkan lagi, Lah giri-giri Allah, sir jumeneng Allah, nur gumulung,
gumulung agawe jagat, (Sungguh puncak dari segala puncak adalah Allah,
rahasia tempat berdiam Allah, cahaya tergulung, tergulung membuat
semesta). Seratus kali.
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 28
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
29/64
Kemudian berdzikir, Lah wes kena Pangeranku, lah wes kena ing Allahku.
(Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh pasti sudah kena pada
Allahku).Seratus kali.
Dilanjutkan dengan dzikir, Lah wes kena Pangeranku, lah wes nyata ing
Allahku, (Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh sudah nyata pada
Allahku), Seratus kali.
TIGA PULUH DUA
Shalat Luhur
Niat yang paling awal, Niyatingsun shalat, roh idlafi kang shalat, iya iku
rohing Pangeran. Pangeran iku lungguhe ana ing kaketek, shalat ikusajroning sukma, sajroning sukma ana nyawa, sajroning nyawa ana urip,
sajroning urip ana eling, pardhu taala Allahu akbar, tetep mantep weruh
ing Pangeranku.
Terjemahan :
(Aku berniat shalat, roh Idlafi yang melaksanakan shalat, yaitulah rohnya
Tuhan. Tuhan yang menempati ketiak, shalat yang di dalam sahalat itu
ada gusti, didalam gusti terdapat sukma, di dalam sukma terkandung
nyawa, di dalam nyawa adanya kehidupan, di dalam kehidupan terdapatkesadaran menyeluruh, kewajiban dari Allah taala, Allahu akbar, tetap
mantap mengerti akan Tuhanku). Malaikatnya adalah Jabarail (malaikat
Jibril), memujinya dengan, Ya Hu, Ya Hu. Seratus kali.
Niatnya, Niyatingsun shalat, kang shalat osikku, pardlu taala Allahu
akbar, tetep mantep madhep langgeng weruh ing osikku. (Aku berniat
shalat, yang shalat bisikan dan gerak hatiku, wajib dari Allah taala,
Allahu akbar, tetap mantap menghadap dengan abadi mengerti akan
bisikan nuraniku).
Malaikatnya Jabarail, pepujiannya, Ya Hu, Ya Hu. Seratus kali.
Kemudian memuji; Ya Rajamu, ya rajaku. (Arab; Ya Maliku al-Mulku).
Seratus kali.
Dilanjutkan, Sirrullah, darajatullah, sifatullah. Seratus kali.
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 29
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
30/64
Dilanjutkan lagi, Lah giri-giri Allah, sir jeneng, sir jumeneng Allah, nur
gumulung, gumulung agawe jagat, (Sungguh puncak dari segala puncak
adalah Allah, rahasia tempat berdiam Allah, cahaya tergulung, tergulung
membuat semesta). Seratus kali.
Kemudian berdzikir, Lah wes kena Pangeranku, lah wes kena ing Allahku.
(Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh pasti sudah kena pada
Allahku).Seratus kali.
Dilanjutkan dengan dzikir, Lah wes kena Pangeranku, lah wes nyata ing
Allahku,
(Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh sudah nyata pada Allahku),
Seratus kali.
TIGA PULUH TIGA
Shalat Ashar
Niat yang paling awal, Niyatingsun shalat, roh Abadi kang shalat, iya iku
rohing Rasul. Rasul iku lungguhe ana ing poking ilat, shalat iku sajroning
sukma, sajroning sukma ana nyawa, sajroning nyawa ana urip, sajroning
urip ana eling, pardhu taala Allahu akbar, tetep mantep weruh ing
Rasulku.Terjemahan :
(Aku berniat shalat, roh keabadian yang melaksanakan shalat, yaitulah
rohnya Utusan. Utusan Tuhan yang menempati ujung lidah, shalat yang di
dalam sahalat itu ada gusti, didalam gusti terdapat sukma, di dalam
sukma terkandung nyawa, di dalam nyawa adanya kehidupan, di dalam
kehidupan terdapat kesadaran menyeluruh, kewajiban dari Allah taala,
Allahu akbar, tetap mantap mengerti akan Utusanku).
Malaikatnya adalah Mikail, memujinya dengan, Ya Hu, Ya Hu. Seratuskali.
Niatnya, Niyatingsun shalat, angen-angenku kang shalat, pardlu taala
Allahu akbar, tetep mantep madhep langgeng weruh ing angen-angenku.
(Aku berniat shalat, angan-anganku yang shalat, wajib dari Allah taala,
Allahu akbar, tetap mantap menghadap dengan abadi mengerti akan
angan-anganku).
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 30
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
31/64
Malaikatnya Mikail, pepujiannya, Ya Hu, Ya Hu. Seratus kali.
Kemudian memuji; Ya Rajamu, ya rajaku. (Arab; Ya Maliku al-Mulku).
Seratus kali.
Dilanjutkan, Sirrullah, darajatullah, sifatullah. Seratus kali.
Dilanjutkan lagi, Lah giri-giri Allah, sir jeneng, sir jumeneng Allah, nur
gumulung, gumulung agawe jagat, (Sungguh puncak dari segala puncak
adalah Allah, rahasia tempat berdiam Allah, cahaya tergulung, tergulung
membuat semesta). Seratus kali.
Kemudian berdzikir, Lah wes kena Pangeranku, lah wes kena ing Allahku.
(Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh pasti sudah kena pada
Allahku).Seratus kali.Dilanjutkan dengan dzikir, Lah wes kena Pangeranku, lah wes nyata ing
Allahku, (Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh sudah nyata pada
Allahku), Seratus kali.
TIGA PULUH EMPAT
Shalat Maghrib
Niat yang paling awal, Niyatingsun shalat, rokhani kang shalat, iya ikurohing Muhammad. Muhammad iku lungguhe ana ing talingan, shalat iku
sajroning sukma, sajroning sukma ana nyawa, sajroning nyawa ana urip,
sajroning urip ana eling, pardhu taala Allahu akbar, tetep mantep weruh
ing Muhammadku.
(Aku berniat shalat, rohani yang melaksanakan shalat, yaitulah rohnya
Muhammad. Muhammad yang menempati ujung telinga, shalat yang di
dalam sahalat itu ada gusti, didalam gusti terdapat sukma, di dalam
sukma terkandung nyawa, di dalam nyawa adanya kehidupan, di dalamkehidupan terdapat kesadaran menyeluruh, kewajiban dari Allah taala,
Allahu akbar, tetap mantap mengerti akan Muhammadku).
Malaikatnya adalah Israfil, memujinya dengan, Ya Hu, Ya Hu. Seratus
kali.
Niatnya, Niyatingsun shalat, tekadku kang shalat, pardlu taala Allahu
akbar, tetep mantep madhep langgeng weruh ing tekadku.
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 31
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
32/64
(Aku berniat shalat, tekadku yang shalat, wajib dari Allah taala, Allahu
akbar, tetap mantap menghadap dengan abadi mengerti akan tekadku).
Malaikatnya Israfil, pepujiannya, Ya Hu, Ya Hu. Seratus kali.
Kemudian memuji; Ya Rajamu, ya rajaku. (Arab; Ya Maliku al-Mulku).
Seratus kali.
Dilanjutkan, Sirrullah, darajatullah, sifatullah. Seratus kali.
Dilanjutkan lagi, Lah giri-giri Allah, sir jeneng, sir jumeneng Allah, nur
gumulung, gumulung agawe jagat, (Sungguh puncak dari segala puncak
adalah Allah, rahasia tempat berdiam Allah, cahaya tergulung, tergulungmembuat semesta). Seratus kali.
Kemudian berdzikir, Lah wes kena Pangeranku, lah wes kena ing Allahku.
(Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh pasti sudah kena pada
Allahku).Seratus kali.
Dilanjutkan dengan dzikir, Lah wes kena Pangeranku, lah wes nyata ing
Allahku, (Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh sudah nyata pada
Allahku), Seratus kali.
TIGA PULUH LIMA
Shalat Isya
Niat yang paling awal, Niyatingsun shalat, roh Robbi kang shalat, iya iku
rohing urip. urip iku lungguhe ana ing napas, shalat iku sajroning sukma,
sajroning sukma ana nyawa, sajroning nyawa ana urip, sajroning urip ana
eling, pardhu taala Allahu akbar, tetep mantep weruh ing uripku.
Terjemahan :(Aku berniat shalat, roh Pembimbing yang melaksanakan shalat, yaitulah
rohnya kehidupan. Utusan Tuhan yang menempati napas, shalat yang di
dalam sahalat itu ada gusti, didalam gusti terdapat sukma, di dalam
sukma terkandung nyawa, di dalam nyawa adanya kehidupan, di dalam
kehidupan terdapat kesadaran menyeluruh, kewajiban dari Allah taala,
Allahu akbar, tetap mantap mengerti akan kehidupanku).
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 32
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
33/64
Malaikatnya adalah Izrail, memujinya dengan, Ya Hu, Ya Hu. Seratus
kali.
Niatnya, Niyatingsun shalat, karepku kang shalat, pardlu taala Allahuakbar, tetep mantep madhep langgeng weruh ing karepku.
(Aku berniat shalat, keinginanku yang shalat, wajib dari Allah taala,
Allahu akbar, tetap mantap menghadap dengan abadi mengerti akan
keinginanku).
Malaikatnya Izrail, pepujiannya, Ya Hu, Ya Hu. Seratus kali.
Kemudian memuji; Ya Rajamu, ya rajaku. (Arab; Ya Maliku al-Mulku).
Seratus kali.
Dilanjutkan, Sirrullah, darajatullah, sifatullah. Seratus kali.
Dilanjutkan lagi, Lah giri-giri Allah, sir jeneng, sir jumeneng Allah, nur
gumulung, gumulung agawe jagat, (Sungguh puncak dari segala puncak
adalah Allah, rahasia tempat berdiam Allah, cahaya tergulung, tergulung
membuat semesta). Seratus kali.
Kemudian berdzikir, Lah wes kena Pangeranku, lah wes kena ing Allahku.
(Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh pasti sudah kena pada
Allahku).Seratus kali.
Dilanjutkan dengan dzikir, Lah wes kena Pangeranku, lah wes nyata ing
Allahku, (Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh sudah nyata pada
Allahku), Seratus kali.
TIGA PULUH ENAM
Inilah shalat satu rakaat salam, yang dilaksanakan setiap tanggal (bulan
purnama), dengan waktu tengah malam tepat :a. Inilah niatnya, Ushalli urip dzatullah Allahu akbar (Aku berniat
melaksanakan shalat kehidupan dzatullah, Allahu akbar).
b. Membaca surat al-Fatihah, kemudian membaca ayat dengan menyebut,
aku pan Sukma (Aku sang pemilik Sukma).
c. Melakukan ruku dengan menyebut, langgeng urip dzatullah
(Kehidupan abadi dzatullah).
d. Sujud dengan mengucapkan, ibu bumi dzatullah.
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 33
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
34/64
e. Duduk di antara dua sujud dengan doa, langgeng urip dzatullah tan
kena pati (kehidupan abadi dzatullah yang tidak terkena kematian).
f. Sujud lagi dengan bacaan, Ibu bumi dzatullah.
g. Tahiyat dengan membaca, Urip dzatullah.h. Membaca syahadat dengan bacaan, Ashadu uripingsun lan sukma
(Ashadu kehidupanku dan Sukma).
i. Salam dengan bacaan, Ingsun kang agung, ingsun kang memelihara
kehidupan yang tidak terkena kema-tian.
j. Membaca doa, Allahumma papan tulis hadhdhari langgeng urip tan
kena pati (Allahumma papan tulis segala sesuatu yang abadi hidup
yang tak pernah terkena mati).
k. Kemudian berdoa dalam hati, Ingsun kang agung ingsun kang wisesa
suci dhiriningsun (ingsun yang Agung, ingsun yang memelihara, sucidiriku sendiri [ingsun]).
Dalam Islam dikenal shalat satu rakaat, namun itu hanya sebagian dari
shalat witir (shalat penutup akhir malam dengan rakaat yang ganjil).
Shalat satu rakaat salam dalam ajaran Syekh Siti Jenar bukanlah shalat
witir, namun shalat ngatunggal, atau shalat yang dilaksanakan dalam
rangka mencapai kemanunggalan diri dengan Gusti.
Bacaan-bacaan shalat ngatunggal tidak semuanya memakai bahasa Arab,hanya lafazh takbir dan al-Fatihah serta ayat-ayat yang dibaca satu
madzhab fiqih Islam sekalipun (yakni madzhab Imam Hanafi, dan di
Indonesia terutama madzhab Hasbullah Bakri), bacaan dalam shalat
selain takbir dan al-Fatihah boleh diucapkan dengan bahasa ajam (selain
bahasa Arab).
TIGA PULUH TUJUH
Shalat lima kali sehari, puji dan dzikir itu adalah kebijaksanaan dalamhati menurut kehendak pribadi. Benar atau salah pribadi sendiri yang
akan menerima, dengan segala keberanian yang dimiliki. (Serat Syaikh
Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh III Dandanggula, 33).
Syekh Siti Jenar menuturkan bahwa sebenarnya shalat sehari-hari itu
hanyalah bentuk tata krama dan bukan merupakan shalat yang
sesungguhnya, yakni shalat sebagai wahana memasrahkan diri secara
total kepada Allah dalam kemanunggalan. Oleh karenanya dalam tingkatan
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 34
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
35/64
aplikatif, pelaksanaannya hanya merupakan kehendak masing-masing
pribadi.
Demikian pula, masalah salah dan benarnya pelaksanaan shalat yang limawaktu dan ibadah sejenisnya, bukanlah esensi dari agama. Sehingga
merupakan hal yang tidak begitu penting untuk menjadi perhatian
manusia. Namanya juga sebatas krama, yang tentu saja masing-masing
orang memiliki sudut pandang sendiri-sendiri.
TIGA PULUH DELAPAN
Pada waktu saya shalat, budi saya mencuri, pada waktu saya dzikir, budi
saya melepaskan hati, menaruh hati kepada seseorang, kadang-kadangmenginginkan keduniaan yang banyak. Lain dengan Zat Allah yang bersama
diriku. Nah, saya inilah Yang Maha Suci, Zat Maulana yang nyata, yang
tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibayangkan. (Serat Syaikh Siti
Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh III Dandanggula, 37).
Pada kritik yang dikemukakan Syekh Siti Jenar terhadap Islam formal
Walisanga tersebut, namun jelas penolakan Syekh Siti Jenar atas model
dan materi dakwah Walisanga. Pernyataan tersebut sebenarnya
berhubungan erat dengan pernyataan-pernyataan pada point 37 diatas,
dan juga pernyataan mengenai kebohongan syariat yang tanpaspiritualitas di bawah.
Menurut Syekh Siti Jenar, umumnya orang yang melaksanakan shalat,
sebenarnya akal-budinya mencuri, yakni mencuri esensi shalat yaitu
keheningan dan kejernihan busi, yang melahirkan akhlaq al-karimah. Sifat
khusyunya shalat sebenarnya adalah letak aplikasi pesan shalat dalam
kehidupan keseharian.
Sehingga dalam al-Quran, orang yang melaksanakan Shalat namun tetapmemiliki sifat Riya dan enggan mewujudkan pesan kemanusiaan disebut
mengalami celaka dan mendapatkan siksa neraka Wail. Sebab ia
melupakan makna dan tujuan shalat (QS. Al-Maun/107;4-7).
Sedang dalam Qs.Al-Mukminun/23; 1-11 disebutkan bahwa orang yang
mendapatkan keuntungan adalah orang yang shalatnya Khusyu.
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 35
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
36/64
Dan shalat yang khusyu itu adalah shalat yang disertai oleh akhlak
berikut :
(1) menghindarkan diri dari hal-hal yang sia-sia dan tidak berguna,
juga tidak menyia-siakan waktu serta tempat dan setiapkesempatan;
(2) menunaikan zakat dan sejenisnya;
(3) menjaga kehormatan diri dari tindakan nista;
(4) menepati janji dan amanat serta sumpah;
(5) menjaga makna dan esensi shalat dalam kehidupannya. Mereka
itulah yang disebutkan akan mewarisi tempat tinggal abadi;
kemanunggalan.
Namun dalam aplikasi keseharian, apa yang terjadi? Orang muslim yangmelaksanakan shalat dipaksa untuk berdiam, konsentrasi ketika
melaksanakan shalat. Padahal pesan esensialnya adalah, agar pikiran yang
liar diperlihara dan digembalakan agar tidak liar. Sebab pikiran yang liar
pasti menggagalkan pesan khusyu tersebut. Khusyu itu adalah buah dari
shalat.
Sedangkan Shalat hakikatnya adalah eksperimen manunggal dengan
Gusti. Manunggal itu adalah al-Islam, penyerahan diri (Wong Jowo
ngomonge Pasrah Bongkoan). Sehingga doktrin manunggal bukanlah
masalah paham Qadariyah atau Jabariyah, Fana atau Ittihad.
Namun itu adalah inti kehidupan. Khusyu bukanlah latihan konsentrasi,
bukan pula meditasi. Konsentrasi dan meditasi hanya salah satu alat
latihan menggembalaan pikiran. Wajar jika Syekh Siti Jenar menyebut
ajaran para wali sebagai ajaran yang telah dipalsukan dan menyebut
Shalat yang diajarkan para Wali adalah model Shalatnya para Pencuri.
PUASA , ZAKAT, DAN HAJI
TIGA PULUH SEMBILAN
Syahadat, Shalat dan Puasa itu, sesuatu yang tidak diinginkan, jadi
tidak perlu. Adapun zakat dan naik haji ke Mekah, itu semua omong
kosong (palson kabeh). Itu seluruhnya kedurjanaan budi, penipuan
terhadap sesama manusia. Orang-orang dungu yang menuruti Aulia,
karena diberi harapan Surga di kelak kemudian hari, itu sesungguhnya
keduanya orang yang tidak tahu. Lain halnya dengan saya, Siti Jenar.
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 36
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
37/64
Tiada pernah saya menuruti perintah budi, bersujud-sujud di mesjid
mengenakan jubah, pahalanya besok saja, bila dahi sudah menjadi tebal,
kepala berbelulang. Sesungguhnya hal ini tidak masuk akal! Di dunia ini
semua manusia adalah sama. Mereka semua mengalami suka-duka,menderita sakit dan duka nestapa, tiada beda satu dengan yang lain.
Oleh karena itu saya, Siti Jenar, hanya setia pada satu hal saja,
yaitu Gusti Zat Maulana..
Syekh Siti Jenar menyebutkan bahwa syariat yang diajarkan para wali
adalah omong kosong belaka, atau wes palson kabeh (sudah tidak ada
yang asli). Tentu istilah ini sangat amat berbeda dengan anggapan orang
selama ini, yang menyatakan bahwa Syekh Siti Jenar menolak syariatIslam. Yang ditolak adalah reduksi atas syariattersebut. Syekh Siti
Jenar menggunakan istilah iku wes palson kabeh, yg artinya itu sudah
dipalsukan atau dibuat palsu semua. Tentu ini berbeda pengertiannya
dengan kata iku palsu kabeh atau itu palsu semua.
Jadi yang dikehendaki Syekh Siti Jenar adalah penekanan bahwa Syariat
Islam pada masa Walisanga telah mengalami perubahan dan pergeseran
maknadalam pengertian syariat itu. Semuanya hanya menjadi formalitas
belaka. Sehingga manfaat melaksanakan syariat menjadi hilang. Bahkanmenjadi mudharat karena pertentangan yang muncul dari aplikasi formal
syariat tsb.
Bagi Syekh Siti Jenar, Syariat bukan hanya pengakuan dan
pelaksanaan, namun berupa penyaksian atau kesaksian. Ini berarti
dalam pelaksanaan syariat harus ada unsur pengalaman spiritual.
Nah, bila suatu ibadah telah menjadi palsu, tidak dapat dipegangi
dan hanya untuk membohongi orang lain, maka semuanya merupakan
keburukan di bumi. Apalagi sudah tidak menjadi sarana bagikesejahteraan hidup manusia. Ditambah lagi, justru syariat hanya
menjadi alat legitimasi kekuasaan (seperti sekarang ini juga). Yang
mengajarkan syariat juga tidak lagi memahami makna dan manfaat
syariat itu, dan tidak memiliki kemampuan mengajarkan aplikasi
syariat yg hidup dan berdaya guna. Sehingga syariat menjadi hampa
makna dan menambah gersangnya kehidupan rohani manusia.
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 37
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
38/64
Nah, yg dikritik Syekh Siti Jenar adalah shalat yg sudah kehilangan
makna dan tujuannya itu. Shalat haruslah merupakan praktek nyata bagi
kehidupan. Yakni shalat sebagai bentuk ibadah yg sesuai dgn bentuk
profesi kehidupannya. Orang yg melakukan profesinya secara benar,karena Allah, maka hakikatnya ia telah melaksanakan shalat sejati, shalat
yang sebenarnya. Orientasi kepada yang Maha Benar dan selalu berupaya
mewujudkan Manunggaling Kawula Gusti, termasuk dalam karya, karsa-
cipta itulah shalat yg sesungguhnya. Itulah pula yang menjadi rangkaian
antara iman, Islam, dan Ihsan.
Lalu bagaimana posisi shalat lima waktu? Shalat lima waktu dalam hal
ini menjadi tata krama syariat atau shalat nominal.
MAKNA IHSAN
EMPAT PULUH
Itulah yang dianggap Syekh Siti Jenar Hyang Widi. Ia berbuat baik dan
menyembah atas kehendak-NYA. Tekad lahiriahnya dihapus. Tingkah
lakunya mirip dengan pendapat yang ia lahirkan. Ia berketetapan hati
untuk berkiblat dan setia, teguh dalam pendiriannya, kukuh menyucikan
diri dari segala yang kotor, untuk sampai menemui ajalnya tidakmenyembah kepada budi dan cipta. Syekh Siti Jenar berpendapat dan
menggangap dirinya bersifat Muhammad, yaitu sifat rasul yg sejati, sifat
Muhammad yg kudus.
EMPAT PULUH SATU
Gusti Zat Maulana. Dialah yg luhur dan sangat sakti, yg berkuasa maha
besar, lagipula memiliki dua puluh sifat, kuasa atas kehendak-NYA. Dialah
yg maha kuasa, pangkal mula segala ilmu, maha mulia, maha indah, mahasempurna, maha kuasa, rupa warna-NYA tanpa cacat seperti hamba-NYA.
Di dalam raga manusia Ia tiada nampak. Ia sangat sakti menguasai segala
yg terjadi dan menjelajahi seluruh alam semesta, Ngindraloka.
Dua kutipan di atas adalah aplikasi dari teologi Ihsan menurut Syekh Siti
Jenar, bahwa sifatullah merupakan sifatun-nafs. Ihsan sebagaimana
ditegaskan oleh Nabi dalam salah satu hadistnya (Sahih Bukhari, I;6),
beribadah karena Allah dgn kondisi si Abid dalam keadaan menyaksikan
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 38
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
39/64
(melihat langsung) langsung adanya si Mabud. Hanya sikap inilah yg akan
mampu membentuk kepribadian yg kokoh-kuat, istiqamah, sabar dan tidak
mudah menyerah dalam menyerukan kebenaran.
Sebab Syekh Siti Jenar merasa, hanya Sang Wujud yg mendapatkan haq
untuk dilayani, bukan selain-NYA. Sehingga, dengan kata lain, Ihsan
dalam aplikasinya atas pernyataan Rasulullah adalah membumikan
sifatullah dan sifatu-Muhammad menjadi sifat pribadi.
Dengan memiliki sifat Muhammad itulah, ia akan mampu berdiri kokoh
menyerukan ajarannya dan memaklumkan pengalamannya dalam
menyaksikan langsung ada-NYA Allah. Persaksian langsung itulah
terjadi dalam proses manunggal.
EMPAT PULUH DUA
Bonang, kamu mengundang saya datang di Demak. Saya malas untuk
Datang, sebab saya merasa tidak di bawah atau diperintah oleh siapapun,
kecuali oleh hati saya. Perintah hati itu yang saya turutinya, selain itu
tidak ada yang saya patuhi perintahnya. Bukankah kita sesama mayat?
Mengapa seseorang memerintah orang lain? Manusia itu sama satu
dengan yang lain, sama-sama tidak mengetahui siapa Hyang Sukma itu.Yang disembah itu hanya nama-Nya saja. Meskipun demikian ia bersikap
sombong, dan merasa berkuasa memerintah sesama bangkai. (Serat
Syaikh Siti Jenar, Ki Sasrawijaya, Pupuh VII Asmarandana, 50-51).
Ihsan berasal dari kondisi hati yg bersih. Dan hati yg bersih adalah
pangkal serta cermin seluruh eksistensi manusia di bumi. Keihsanan
melahirkan ketegasan sikap dan menentang ketundukan membabi-buta
kepada makhluk. Ukuran ketundukan hati adalah Allah atau Sang Pribadi.
Oleh karena itu, sesama manusia dan makhluk saling memilikikemerdekaan dan kebebasan diri. Dan kebebasan serta kemerdekaan itu
sifatnya pasti membawa kepada kemajuan dan peradaban manusia, serta
tatanan masyarakat yg baik, sebab diletakkan atas landasan Ke-Ilahian
manusia. Penjajahan atas eksistensi manusia lain hakikatnya adalah
bentuk dari ketidaktahuan manusia akan Hyang WidhiAllah (seperti
Rosul sering sekali mengatakan bahwa Sesungguhnya mereka tidak
mengerti).
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 39
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
40/64
Karena buta terhadap Allah Yang Maha Hadir bagi manusia itulah, maka
manusia sering membabi-buta merampas kemanusiaan orang lain. Dan hal
ini sangat ditentang oleh Syekh Siti Jenar. Termasuk upaya sakralisasi
kekuasaan Kerajaan Demak dan Sultannya, bagi Syekh Siti Jenar harusditentang, sebab akan menjadi akibat tergerusnya ke-Ilahian ke dalam
kedzaliman manusia yang mengatas-namakan hamba Allah yang shalih dan
mengatasnamakan demi penegakan syariat Islam.
EMPAT PULUH TIGA
Hyang Widi, wujud yang tak nampak oleh mata, mirip dengan ia sendiri,
sifat-sifatnya mempunyai wujud, seperti penampakan raga yang tiada
tampak. Warnanya melambangkan keselamatan, tetapi tanpa cahaya atauteja, halus, lurus terus-menerus, menggambarkan kenyataan tiada
berdusta, ibaratnya kekal tiada bermula, sifat dahulu yang meniadakan
permulaan, karena asal dari diri pribadi.
Pribadi adalah pancaran roh, sebagai tajalli atau pengeja-wantahan
Tuhan. Dan itu hanya terwujud dengan proses wujudiyah, Manuggaling
Kawula-Gusti, sebagai puncak dan substansi tauhid. Maka manusia
merupakan wujud dari sifat dan dzat Hyang Widi itu sendiri. Dengan
manusia yang manunggal itulah maka akan menjadikan keselamatan yangnyata bukan keselamatan dan ketentraman atau kesejahteraan yang
dibuat oleh rekayasa manusia, berdasarkan ukurannya sendiri. Namun
keselamatan itu adalah efek bagi terejawantah-NYA Allah melalui
kehadiran manusia.
Sehingga proses terjadinya keselamatan dan kesejahteraan manusia
berlangsung secara natural (sunnatullah), bukan karena hasil sublimasi
manusia, baik melalui kebijakan ekonomi, politik, rekayasa sosial dan
semacamnya sebagaimana selama ini terjadi.
Maka dapat diketahui bahwa teologi Manuggaling Kawula Gusti adalah
teologi bumi yang lahir dengan sendirinya sebagai Sunnatullah. Sehingga
ketika manusia mengaplikasikannya, akan menghasilkan manfaat yg
natural juga dan tentu pelecehan serta perbudakan kemanusiaan tidak
akan terjadi, sifat merasa ingin menguasai, sifat ingin mencari
kekuasaan, memperebutkan sesama manusia tidak akan terjadi. Dan tentu
saja pertentangan antar manusia sebagai akibat perbedaan paham
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 40
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
41/64
keagamaan, perbedaan agama dan sejenisnya juga pasti tidak akan
terjadi.
EMPAT PULUH EMPAT
Sabda sukma, adhep idhep Allah, kang anembah Allah, kang sinembah
Allah, kang murba amisesa. (Kitab Mantra Yoga, hlm. 63).
Pernyataan Syekh Siti Jenar di atas sengaja penulis nukilkan dalam
bahasa aslinya, dikarenakan multi-interpretasi yang dapat muncul dari
mutiara ucapan tersebut. Secara garis besar maknanya adalah,
Pernyataan roh, yang bertemu-hadapan dengan Allah, yangmenyembah Allah, yang disembah Allah, yang meliputi segala
sesuatu.
Inilah adalah salah satu sumber pengetahuan ajaran Syekh Siti Jenar
yang maksudnya adalah Sukma (Roh di kedalaman Jiwa) sebagai pusat
kalam (pembicaraan dan ajaran). Hal itu diakibatkan karena di kedalaman
roh batin manusia tersedia cermin yang disebut mirah al-haya (cermin
yang memalukan). Bagi orang yang sudah bisa mengendalikan hawa
nafsunya serta mencapai fana cermin tersebut akan muncul, yangmenampakkan kediriannya dengan segala perbuatan tercelanya. Jika ini
telah terbuka maka tirai-tirai rohani juga akan tersingkap, sehingga
kesejatian dirinya beradu-satu (adhep-idhep), aku ini kau, tapi kau aku.
Maka jadilah dia yang menyembah sekaligus yang disembah, sehingga
dirinya sebagai kawula-Gusti memiliki wewenang murba amisesa, memberi
keputusan apapun tentang dirinya, menyatu iradah dan kodrat kawula-
Gusti.
EMPAT PULUH LIMA
Hidup itu bersifat baru dan dilengkapi dengan pancaindera.
Pancaindera ini merupakan barang pinjaman yang jika sudah diminta
oleh yang empunya, akan menjadi tanah dan membusuk, hancur-lebur
bersifat najis.
Oleh karena itu pancaindera tidak dapat dipakai sebagai pedoman
hidup. Demikian pula budi, pikiran, angan-angan dan kesadaran,
UCAPAN SPIRITUAL SYEKH SITI JENAR
Pustaka Pribadi Notaris Herman AALT Tejabuwana Page 41
8/9/2019 22255407 Ucapan Spiritual Syekh Siti Jenar
42/64
berasal dari pancaindera, tidak dapat dipakai sebagai pegangan
hidup. Akal dapat menjadi gila, sedih, bingung, lupa tidur, dan
seringkali tidak jujur. Akal itu pula yang siang malam mengajak
dengki, bahkan merusak kebahagiaan orang lain. Dengki dapat pulamenuju perbuatan jahat, menimbulkan kesombongan, untuk akhirnya
jatuh dalam lembah kenistaan, sehingga menodai nama dan citranya.
Kalau sudah sampai sedemikian jauhnya, baru orang menyesalkan
perbuatannya. (Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh III
Dandanggula, 42-44).
Menurut Syekh Siti Jenar, baik pancaindera maupun perangkat akal tidak
dapat dijadikan pegangan dan pedoman hidup. Sebab semua