Top Banner
KUALITAS HIDUP PENDUDIJK INDONESIA MENURUT INTERNATIONAL CLASSIFICA TION OF FUNCTIONING, DISABILITY AND HEALTH IC DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Analisis Lanjut Data RISKESDAS 2007) Julianty Pradono, Dwi Hapsari dan Puti Sari Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan Jakarta Abstmct. The Interna~ional ClasszJcution of Functioning, Disability and Health, known more commonly as ICF, published by the World Health Organization is the conceptual basis for measuring health and disability. This study objective to identlfy quality of life based on risk factors and its background. The study design was analyses of secondary data porn the Baseline Health Research (Riskesdas) 2007 and the National Socio- Economic Survey (Susenas) 2007, with about 656,786 respondents aged 15 years old above. The multivariate analyses results showed that the percentage of correct classiJication was 75.3 . There were 24.7 other factors of quality of life which were not analysed in this study. Factors that determined quality of life were age, suffered)om mental disorders, living in an exposured environment, and gender. People w ith age group above 64 years old were 5 times more likely to have poor quality of llfe than those in age group 64 years old and below. People who had mental disorders were 4.1 times more likely to have poor qzrality of lfe than those without mental disorders. Moreover, people lived in an exposzrred environment were 1.4 times more likely to have poor quality of llfe than those who did not live in an exposured environment, and the women were 1.3 times more likely to have poor quality of lfe thun men. Keywords : uality of liji, ICF, Indonesia PENDAHULUAN Pada tahun 1990 diperkiraltan ter- dapat 400 juta orang dengan cacat di wilayah Asia Pasifik. Jumlah ini akan terus meningkat dengan adanya perubahan dalam komunitas yang bersifat kolektif. ( I Sebagian besar orang-orang tersebut tidalt terjangkau oleh pendidikan dan pekerjaan yang layak, serta berada pada tingkat sosial ekonomi rendah; dan diperltirakan 2 persen berada dalam kondisi yang sangat miskin. Sejak tahun 1980 WHO (2' telah mengembangkan instrumen dengan konsep International ClasszJication of Impairments, Disabilities and Handicaps (ICIDH) yang memfokuskan pada respon- den yang disablelcacat, sebagai akibat dari suatu penyakit. Pada tahun 2000, konsep berkembang menjadi International Clas- siJicution of Functioning, Disability and Health (ICF) dengan pengelompokan ber- dasarkan Bagian dari kesehatan . Bagian kesehatan ini mengidentifikasikan kons- titusi kesehatan, dimana akibat difokus- ltan pada dampak dari penyakit atau kondisi kesehatan lainnya secara lebih ltomprehensif, dan mencakup semua responden, baik yang sehat maupun yang cacat. 3)
10

2188-1257-1-PB.pdf

Jul 07, 2018

Download

Documents

novi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 2188-1257-1-PB.pdf

8/18/2019 2188-1257-1-PB.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/2188-1257-1-pbpdf 1/9

KUALITAS HIDUP PENDUDIJK INDONESIA MENURUT

INTERNATIONAL

CLASSIFICA TION OF FU NCTIONING, DISABILITY AN D HEALTH

IC

F

DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Analisis Lanjut Data RISKE SDA S 2007)

Julianty Pradono, Dwi Hapsari dan Puti Sari

Pusat Penelitian dan Pengembangan E kologi dan S tatus Kesehatan Jakarta

Abstmct. The Interna~ionalClasszJcution of Functioning, Disability and Health, known

more comm only as ICF, published by the W orld Health O rganization is the conceptual

basis for measuring health and disability. This study objective to identlfy quality of life

based on risk factors and its background. The study design was analyse s of secondary

data porn the Baseline Health Research (Riskesdas) 2007 and the National Socio-

Economic Survey (Susenas) 2007, with about 656,786 respondents age d 15 years old

above. The multivariate analyses results

showed that the percentage of correct

classiJication was 75.3 . There were 24.7 other factors of quality of life which were

not analysed in this study. Factors that determined quality of life were age, suffered)om

mental disorders, living in an exposured environment, and gender. P eople w ith age group

above 64 years old were 5 times more likely to have poor quality of llfe than those in age

group 64 years old and below. People who had mental disorders were 4 .1 times more

likely to have poor qzrality of l f e than those without mental disorders. Moreover, people

lived in an exposzrred environment were 1.4 times more likely to have poor quality of llfe

than those who did not live in an exposured environm ent, and the women were 1.3 times

more likely to have poor quality of lf e thun men.

Keywords : uality of l i j i , ICF, Indonesia

PENDAHULUAN

Pada tahun 1990 diperkiraltan ter-

dapat 400 juta orang dengan cacat di

wilayah Asia Pasifik. Jumlah ini akan terus

meningkat dengan adanya perubahan

dalam komunitas yang bersifat kolektif. ( I

Sebagian besar orang-orang tersebut tidalt

terjangkau oleh pendidikan dan pekerjaan

yang layak, serta berada pada tingkat sosial

ekonomi rendah; dan diperltirakan

2

persen berada dalam kondisi yang sangat

miskin. Sejak tahun 1980 WHO

(2'

telah

mengembangkan instrumen dengan konsep

International ClasszJication of

Impairments , Disabil i t ies and Handicaps

(ICIDH) yang memfokuskan pada respon-

den yang disablelcacat , sebagai akibat dari

suatu penyakit. Pada tahun 2000, konsep

berkembang menjadi In ternational Clas-

siJicution o f Func tioning, D isability and

Health (ICF) dengan pengelompokan ber-

dasarkan Bagian dari kesehatan . Bagian

kesehatan ini mengidentifikasikan kons-

titusi kesehatan, dim ana akibat difokus-

ltan pada dampak dari penyakit atau

kondisi kesehatan lainnya secara lebih

ltomprehensif, dan mencakup semua

responden, baik yang sehat maupun yang

cacat. 3)

Page 2: 2188-1257-1-PB.pdf

8/18/2019 2188-1257-1-PB.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/2188-1257-1-pbpdf 2/9

Bul. Penelit. Kesehat., Supplement 2009 : - 10

Berdasarkan konsep ICF, data

kesehatan yang dikumpulkan dapat di-

manfaatkan untuk menilai kualitas hidup,

faktor lingkungan, rehabilitasi, serta meng-

evaluasi sistem pelayanan kesehatan.

Dalam konsep ICF dikemukakan, kondisi

kesehatadstatus disabilitas penduduk di-

pengaruhi oleh faktor perorangan dan

faktor lingkungan. Konse p ini mem berikan

pandangan yang lebih komprehensi, bahwa

kedua faktor tersebut tidak dapat dipisah-

kan satu sama lainnya dalam mem-

pengaruhi kualitas hidup seseorang atau

sekelompok orang.

Di Indonesia data status disabilitas

berbasis masyarakat telah dikumpulkan

melalui survei nasional yaitu Survei

Kesehatan Rumah Tangga SKRT ) tahun

1995, 2001, dan tahun 2004. Data-data

tersebut terbatas hanya menggambarkan

keadaan sarnpai tingltat nasional. ( Dalam

Riset Kesehatan Dasar Riskesdas) 2007,

5) data yang dikumpulkan dapat meng-

gambarkan tingltat kabupatedkota.

Riskesdas 2007 i6 menunjukkan 3 1,9

persen penduduk umur 15 tahun atau lebih

mempunyai permasalahan status disa-

bilitas. Dibandingkan dengan hasil SKRT

2004 nasional 16 persen)

( ,

hasil Ris-

kesdas menunjukkan peningkatan yang

bermakna 2 kali). Kondisi ini meng-

gambarkan betapa seriusnya permasalahan

kualitas hidup penduduk. Kualitas hidup

penduduk sebagai sumber daya manusia

SDM) merupakan salah satu faktor

penting dalam menen tukan kemajuan suatu

bangsa.

Berdasarkan permasalahan tersebut,

tujuan penelitian ini adalah untuk me-

ngetahui kualitas hidup dan faktor-faktor

yang mempengaruhi kualitas hidup pen-

duduk Indonesia berdasarkan klasifikasi

ICF dalam Riskesdas 2007. Hasil analisis

ini dapat dimanfaatkan oleh pengambil

kebijakan sebagai potret kualitas hidup

penduduk berdasarkan ICF dalam

menyusun perencanaan kesehatan tingkat

nasional, maupun tingkat Provinsi.

Kerangka Konsep

Faktor Individu

Um ur

Jenis kelamin

Pendidikan

Pekerjaan

Perilaku berisiko

Penyakit kronis

Cedera

Kepem

i

ikan JPK

Gangguan mental

Faktor Lingkungan

Status ekonom i

Temp at tinggal

Rumah dan Lingkungan

Akses pelayanan kesehatan

Kualitas Hidup

Page 3: 2188-1257-1-PB.pdf

8/18/2019 2188-1257-1-PB.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/2188-1257-1-pbpdf 3/9

Kualitas Hid up Pendudu k Julianty et al

B H N D N C R

Disaiil yang digunaltan dalam

penelitian ini adalah potong lintang yaitu

penelitian obseri.asiona1 untuk meng etahui

hubungan variabel tidalt teriltat dengan

variabel terikat dengan pendekatan peng-

ambilan data sesaat. Populasi dalam

penelitian ini adalah semua responden

ltelompolt umur 15 tahun atau lebih dalam

survei Riskesdas 2007, meliputi 656,786

responden.

(

Sedangkan data yang diguna-

ltan dalam analisis ini adalah gabungan

dari data Susenas Kor 2007 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistilt

(BPS) dan diltumpulkan oleh mantis

statistik BPS. Data Riskesdas 2007

dikumpulkan oleh Balitbangkes dengan

tenaga Polteltes sebagai tenaga pengumpul

data. Kedua data ini menggunakan

kerangka sampel yang sama, dengan per-

kataan lain responden dari Susenas Kor

juga merupakan responden dari Riskesdas.

Dalam analisis, sebagai variabel

terikat adalah status disabilitas, sedangkan

variabel tidalt teriltat rneliputi falttor indi-

vidu, faktor lingkungan yang meliputi

rumah, lingkungan, dan altses pada

pelayanan ltesehatan (lihat kerangka

konsep).

Analisis dilakukan dengan meng-

gunakan perangkat lunak SPSS versi 15.

Untuk menentukan falttor yang mem-

pengaruhi kualitas hiduplstatus disabilitas,

analisis dilaltukan

3

tahapan,

(7)

yaitu ana-

lisis univariat, bivariat dan multivariat.

Analisis univariat untuk melihat distribusi

penduduk dari masing-masing variabel,

analisis bivariat untuk melihat hubungan

antara variabel tidak teriltat dengan

variabel terikat, sedan kan multivariat

1

(regresi logistilt gand a) untult mencari

model yang paling sederhana yang dapat

menggambarltan hubungan antara variabel

teriltat (status disabilitasl kualitas hidup)

dengan variabel tidalt terikat (faktor

individu dan faktor lingkungan termasuk

akses pada pelayanan ltesehatan). Setelah

didapatltan m odel a khir dilakukan uji inter-

aksi dan uji ltonfonding. Eliminasi inter-

aksi variabel dilakukan dengan mem-

bandingkan antara m odel dengan interaltsi

dan model tanpa interaksi dengan meng-

hilangkan interaksi yang mempunyai nilai

p Wald paling besar. Uji statistik dilakukan

dengan uji log likelihood ratio yang dapat

dilihat dari tes uji chi kuadrat dengan p <

0,05. Sedangltan penilaian konfonder di-

laltukan dengan melihat besar perubahan

rasio odds (OR) terhadap variabel terikat

yang terdapat pada model lengkap, hanya

perubahan OR yang > 10%

dapat dianggap

sebagai ltonfonder.

Batasan O perasional

Kualitas hidup

Dinilai dengan mengkompositkan

20 pertanyaan status disabilitas berdasar-

kan ICF yang mena nyakan tentang kondisi

ltesehatan responden dalam

1

bulan

teralthir. Kua litas hid up b'aik apab ila res-

ponden menyatakan kesehatan dalam

kondisi baik dan sangat baik selama

bulan teralthir dari salah satu dari 20

pertanyaan, sedangkan kualitas hidup

kurang apab ila kondisi kesehatan yang

dinyatakan responden dalam kondisi

cukup, buruk atau sangat buruk selama

1

bulan terakhir

Kelompok umur

Diklasifikasikan dalam 2 bagian

yaitu kurang dari 64 tahun dan lebih dari

64 tahun

Pendidiltan

Dibagi menjadi 2 ltriteria yaitu

pendidikan rendah dan pendidikan tinggi.

Pendidikan rendah adalah penduduk yang

tidalt lulus SD, lulus SD, atau telah me-

miliki ijasah SMP. Sedangkan pendidikan

Page 4: 2188-1257-1-PB.pdf

8/18/2019 2188-1257-1-PB.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/2188-1257-1-pbpdf 4/9

Bul. Penelit. Kesehat., Su pplement 2009 : 1 10

tinggi apabila penduduk memiliki ijasah

SM A atau lebih

Status ekonomi

Status ekonomi diltlasifikasikan

menjadi 5 kelom pok y aitu kuintil 1, 2, 3, 4,

dan 5 . Kuintil 1 paling m isltin da n kuintil 5

paling ltaya. Dalam analisis dibag i ltate-

gori yaitu miskin untuk kuintil 1,2, dan 3,

ltategori ltaya untuk kuintil 4 dan 5

Penyakit Tidal< Men ular

Pendudult pernah didiagnosis oleh

tenaga kesehatan menderita penyakit

dalam 1 bulan terakhir atau mempu nyai

keluhan sakit atau gejala salah satu dari

penyakit jantung, diabetes, persendian,

stroke, tumo r, atau katarak.

Gangguan Mental

Penduduk yang menjawab 20

pertanyaan kesehatan mental dengan nilai

batas jawaban minimal 6 atau lebih dengan

pilihan jawaba n ya , m ak a diindiltasiltan

mengalami gangg uan mental emosional

Perilaku Berisiko

Penduduk yangdengan ltebiasaan

merokok, minum alkohol, l turang makan

buah dan sayur, dan kurang aktivitas fisik

dalam 1 bulan teralthir.

Risiko Antara

Penduduk dengan IMT <I 8,5 atau

225 kg/m2, lingkar perut > 90 cm pada laki-

laki dan >80cm pada perempuan, atau

pengukuran tekanan darah sistolik 140

mm Hg atau tekanan darah diastolik 90

mmHg menurut Joint National C ommittee

(JNC) V 2003 pada saat survei.

H SIL

Karakteristik P endud uk K ualitas Hidup

Kurang

Secara umum kualitas hidup kurang

pada penduduk perernpuan (34,7 persen)

lebih banyak dibandingkan penduduk laki-

lalti (28,8 persen) m enurut golongan um ur,

pendidikan, pekerjaan, daerah tempat

tinggal, dan status eko nom i. Pada laki-laki,

penduduk golongan umur lebih dari 64

tahun dengan ltualitas hidup kurang, 2,9

kali lebih besar dibandingkan penduduk

kurang dari umur 64 tahun. sedangkan

pada perempuan 2,5 kali. Penduduk

dengan pendidikan rendah, tidak bekerja,

tinggal di perdesaan, dan miskin lebih

banyak dengan kualitas hidup kurang

dibandingkan dengan penduduk berpen-

didiltan tinggi, mempunyai pekerjaan,

tinggal di daerah perkotaan, dan kaya.

Gambaran ini terjadi pada penduduk laki-

lalti dan perem puan (Tabel

1).

Kualitas Hidup

Kualitas hidup baik dalam satu

bulan teralthir semakin menurun dengan

meningkatnya umur. Persentase penduduk

yang menyatakan kualitas hidup baik pada

golongan umur kurang dari 64 tahun

sebanyak 72,2%, sedangkan pada golongan

umur lebih dari 64 tahun hanya tinggal

sepertiganya (24,5%). Menurut jenis

kelamin, 2 dari 3 penduduk menyatakan

dalam kondisi baik dalam satu bulan ter-

akhir, penduduk laki-laki sedikit lebih

tinggi

(7

1,296) dibandingkan penduduk

perempuan (65,3 ).

Semakin tinggi pendidikan pen-

duduk semakin banyak yang menyatakan

kondisi baik dalam 1 bulan terakhir. Di

daerah perkotaan pendud uk yang menyata-

]<an kualitas hid up baik sedikit lebih tinggi

dibandingkan di daerah perdesaan (ber-

turut-turut 69,8% dan 66,8%), sedangkail

menurut status ekono mi, penduduk dengan

ltlasifiltasi kaya (69,4%) sedikit lebih

tinggi menyataltan kualitas hidup baik

dibandingltan penduduk dengan status

eltonomi misltin (67,3%). Penduduk yang

Page 5: 2188-1257-1-PB.pdf

8/18/2019 2188-1257-1-PB.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/2188-1257-1-pbpdf 5/9

Kuali tas Hidup Pen duduk .......... Julianty et al

tidalt menderita penyaltit tidalt menular

hampir 1,5 ltali mempunyai kualitas hidup

bailt (79,0 ) dibandingltan dengan pen-

duduk yang menderita penyaltit tidalt

menular (49,4 ). Penduduk yang tidak

menderita cedera lebih banyak yang

mempunyai kualitas hidup bail<

(69,0 )

dibandingkan dengan yang menderita

cedera

(56,5 ).

Pendudult tidalt menderita

gangguan mental emosional

2,5

ltali mem-

punyai kualitas hidup bailt

(73,2 )

dibandingltan yang menderita gangguan

mental emosional

(33,0 ).

Didapati hanya

sedikit perbedaan antara pendudult dengan

perilaku berisilto, dengan falttor risilto

antara, ltepemilikan JPK, dan altses pe-

layanan kesehatan den gan pendudult tanpa

perilaku berisiko, tanpa faktor risiko

antara, tanpa memililti JPK, dan tanpa

altses pelayanan lteseh atan (Tabel

2).

Analisis multivariat dilakukan

setelah dilakukan skrining variabel dengan

uji chi kuadrat pada masing-masing

variabel dengan batasan

p<0,25.

Ternyata

semua variabel dapat diikutkan pada

analisis multivariat

Faktor-faktor yang mem-

pengaruhi K ualitas Hidu p

Pada uji counfonding terhadap

variabel-variabel independen didapatkan

variabel pelterjaan dan cedera dianggap

kurang berperan, sehingga untuk selanjut-

nya tidalt diikutkan dala m analisis.

Tabel 1. Persentase pendudu k dengan kualitas hidup kurang m enur ut karakteristik dan jenis

kelamin

Karakteristik Kualitas Hidup Kurang

Laki Perempu an Laki+Peremp

n)

o

  n) n)

Golongan umur

<=64 tahun 25,O (291.52 2) 30,5 (3 15.977) 27 ,s (607.49 8)

>64 taliuti 7 1,3 (26.2 10) 79,l (30.474) 7 5 3 (56.683)

Pendidikan

Tinggi (>=S LTA ) 20,5 (93.61 5) 22,6 (80.529 ) 21,5 (1 74.143)

Rendah (<= SLTP) 32,2 (223.261) 38,4 (265.001) 35,6 (488.262)

Pekerjaan

Kerja 28,5 (246.491) 3 3 3 (135.108) 30,3 (381.599)

Tidak kerja 28,9 (59.634) 3 5 3 (205.250) 34,O (264.884)

Daerah temp at tinggal

perkotaan 26,7 (140.23 6) 33,3 (154.11 3) 30,2 (294.34 8)

perdesaan 30,4 (177.501) 35,9 (192.34 0) 33,2 (369.840)

Status ekonomi

kaya 27,4 (1 16.547) 33,5 (127.77 2) 30,6 (244.320)

miskin 29,6 (200.47 0) 35,5 (21 7.88 8) 32,7 (41 8.357)

Total 28 ,s (317.736) 34,7 (346.452) 31,9 (664.188)

Page 6: 2188-1257-1-PB.pdf

8/18/2019 2188-1257-1-PB.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/2188-1257-1-pbpdf 6/9

Kualitas Hidup Penduduk

...

ulianty

et.

al

Variabel Baik Kura ng Chi-kuadrat

Daerah tempat tinggal 0,000

perkotaan

69,s 30,2

perdesaan 66,s 33,2

Status ekonom i

kaya

69,4 30,6

miskin 67,3 32,7

Akses Yankes

Tidak masalah 68,2 31,s

Masalall 68,O 32,O

Rumah dengan l ingkungan

Tidak lnasalah 70,9 29,l

Masalali 62,4 37,6

Total

68 l

31 9

Analisis multivariat logistik regresi

dengan metode enter, menghasilltan model

akhir dengan ltemampuan untult mem-

prediksi kualitas hidup sebesar

75,3 .

Pendudult dengan ltelompok umur lebih

dari 64 tahun berisiko 5 kali diba ndingka n

kelompok umur 64 tahun atau lturang.

Perempuan berisiko 1,3 ltali dibandingkan

laki-laki. Penduduk dengan pendidikan

rendah berisiko

1,2

ltali mempunyai

ltualitas hidup lturang dibandingltan

dengan pendidikan tinggi. Pendudult men-

derita penyakit tidak menular berisiko 2,6

kali dibandingkan de ngan yang tidalt men-

derita penyaltit tidak menular. Penduduk

dengan gangguan mental emosional

berisiko 4,1 kali dibandingltan yang tidalt

menderita gangguan mental emosional.

Penduduk dengan faktor risilto antara

tekanan darah sistolik 140 m mH g atau

tekanan darah diastolik

L

90 mmHg; atau

lingkar perut >90 cm pada laki-laki atau

>80cm pada perempuan; atau IMT

1 1

,5

atau 22 5 kg/m 2) berisilto 1,4 kali

dibandingltan penduduk tanpa falttor

risiko antara. Pendudult yang tinggal

dalam rumah dengan lingkungan terpapar

berisilto 1,4 kali dibandingkan dengan

yang tinggal pada rumah dengan

lingkungan yang tidak terpapar. Penduduk

denga n perilaltu berisiko merokok atau

minum alkohol atau kurang makan buah-

sayur atau kurang aktivitas fisik) berisiko

0,s

kali dibandingkan dengan penduduk

berperilaltu kurang berisiko. Sedangkan

penduduk yang tinggal di perdesaan

dengan ak ses pelayanan kesehatan kurang,

sama risikonya dengan yang tinggal di

perltotaan dan dengan akses pelayanan

kesehatan baik. Penduduk dengan perilaku

berisiko dan pendidikan rendah berisiko

1,2

kali dibandingkan dengan penduduk

perilaku tidak berisiko dan pendidikan

tinggi untuk mempunyai kualitas hidup

kurang. Penduduk dengan penyakit tidak

menular dan dengan falitor risiko antara

berisiko 0,97 kali dibandingkan penduduk

tidak menderita penyahit tidak menular

dan tanpa faktor risilto antara. Sedangltan

penduduk di daerah perdesaan dan akses

pelayanan ltesehatan lturang, berisiko 0,9

ltali dibandingltan penduduk di perkotaan

Page 7: 2188-1257-1-PB.pdf

8/18/2019 2188-1257-1-PB.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/2188-1257-1-pbpdf 7/9

Bul.

Penelit.

Kesehat., Supplement 2009 : 1 -

10

dan akses pelayanan kesehatan bailt.

Semua besaran risiko dari masing-masing

variabel dipengaruhi adanya variabel lain

dalam model, jadi tidak berdiri sendiri.

Menurut besar peran variabel bei-turut-

turut adalah umur, gangguan mental

emosional, rumah dengan lingltungan ter-

papar, jenis kelamin, interaksi perilaku

berisiko dan pendidikan, interaksi pe-

nyakit tidak menular dengan falttor risilto

antara, dan interaltsi dae rah temp at tinggal

deng an altses pelayan an kesehatan.

Model akhir dengan persamaan

sebagai berikut:

L~git(Ylkualltas~ d u p uruk

-2,0 + 1,62*umur

>64

th + 0,27*perenlpuan 1 0,19*

pendidikan rendah + 0,97*menderita PTM

+ 1,42*gangguan mental emosional -0,19*

perilaku berisiko + 0,32*falttor risiko

antara + 0,02*perdesaan

+

0,02*akses pe-

layanan lturang + 0,3 *rum ah dengan ling-

kungan berisiko + O,l4*perilaltu be-

risiko*pendidikan rendah 0,03 PTM *

faktor risiko antara 0,09* perdes a-

an*akses yanltes kurang .

PEMB H S N

Ditinjau dari berbagai disiplin ilrnu,

kualitas hidup mempunyai pengertian dan

tujuan yang berbeda. Dari segi filsafat,

penilaian kualitas hidup dilakukan melalui

kesadaran manusia terhadap makna dan

tujuan hidupnya. Dari sudut pandang elto-

nomi, kualitas hidup manusia ditentukan

oleh sikap kewiraswastaan, sikap meng-

gunakan kesempatan ekonomi yang ter-

buka bagi dirinya. Dari segi psikologi,

kualitas hidup tercermin dari tingltat

l tepuasan hidupnya. Banyak instrumen

digunakan untuk menilai ltualitas hidup

seseorang antara lain Satisfaction with Life

omains Scale (SLDS) yang biasa

digun akan u ntuk men gultur ltual itas hidup

dengan ganggu an mental.

Dalam analisis data Risltesdas, penilaian

ltualitas hidup responden dilakukan ber-

dasarkan penilaian responden sendiri

mengenai kondisi kesehatannya dalam satu

bulan terakhir dengan menggunakan kon-

sep ICF. Dalam Riskesdas 2007 prevalensi

pendudult Indonesia golongan umur 15

tah~an tau lebih yang menyatakan kualitas

hidup lturang 3 1,9 . Temuan ini lebih

tinggi dibandingltan dengan prevalensi

pada hasil survei orang dewasa di Illinois

yaitu 15,5 persen .

9)

D ei ~g an semaltin meningltatnya

golongan umur rllaka risiko menderita

penyakit dan stress scmakin besar, yang

dapat me mp eng aru l~i terjadinya kualitas

hidup lturang. Hal ini sejalan dengan

ternuan Surltesnas 2004, prevalensi

penyaltit tidak menular semakin meningkat

9)

sejalan dengan meningkatnya umur

Menurunnya kondisi ltesehatan altan

menimbulltan limitasi aktivitas sehingga

menirnbulkan keluhan kualitas hidup

kurang. I 0 )

Penduduk dengan gangguan mental

eillosional ringan, berisiko 4,l kali lebih

besar uritult rnelnpunyai ltualitas hidup

kurang dibandingltan pendudult yang tidak

dengan gangguan mental emosional. Tidalt

tampak adanya perbedaan antara laki-laki

dan perempuan. Temuan Mercier juga

menunjultkan tidak ada perbedaan kualitas

hidup antara laki-laki dan perempuan pada

gangguan mental berat, tetapi pada

responden yang lebih tua menyatakan

ltepuasan yang lebih besar dibandingkan

dengan yang muda pada penilaian kualitas

hidup yang sama, hanya pada responden

Itelompolt lebih t ~ ~ aenyatak an rasa kuatir

tentang ma sa depannya. I 0 )

Perilaltu berisiko (meroltok, kurang

alttivitas fisilt, millurn alltohol atau kurang

maltan serat) yang m erupa kan falttor utama

terjadinya penyakit tidak menular dan

gangguan mental emosional, sangat

Page 8: 2188-1257-1-PB.pdf

8/18/2019 2188-1257-1-PB.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/2188-1257-1-pbpdf 8/9

I<ua itas

Hidup

Penduduk

. . .

. .(Julianty

et a[

mempeligaruhi ltualitas hidup pendudult.

Penyakit dan gangguan mental ini ber-

ltaitan erat dengan tingltat pendidiltan yang

dapat mempengaruhi gaya hidup. Kondisi

ini seharusnya dapat diantisipasi dengan

lebih mengembangltan gaya hidup sehat,

antara lain dengan melakultan alttivitas

fisik. Tentunya harus didultung dengan

adanya fasilitas untult itu, seperti tersedia-

nya taman Itota atau tempat untuk me-

laltukan olahraga atau rekreasi, atau mem-

bangun tempat pedestrian. Selama ini

tempat pedestrian yang ada dimanfaatltan

oleh pedagang Italti lima, sehingga fungsi

asalnya hilang. Juga banyaltnya bangunan

yang berada di luar rencana tata Itota,

misalnya daerah untuk fasilitas sosial

berubah menjadi da er al ~ pertoltoan atau

tempat tinggal. jelas sangat merugikan

masyaraltat.

Dengan semaltin m ajunya teltnologi

pengobatan, diperltiraltan di Indonesia

pada tahun

2025

umur harapan hidup

menjadi

74

tahun, I ) yang berarti angka

lansia akan senlakin meningkat. Hal ini

akan merupakan masalah dalam pembiaya-

an kesehatan secara nasional. Kondisi ini

akan diperberat dengan ltualitas hidup pen-

duduk yang kurang. Nazara S . ( I 2 ) dalam

diskusi terbatas mengemultaltan: "Pe-

mikiran positif tentang bonus masa depan

yaitu I<elompolt lansia haru s te rus p ro-

duktif secara ekonomi dengan anglta

harapan hidup yang tinggi tersebut. Hal ini

dimungltinltan apabila Itelompolt lansia

Indonesia tetap sehat, berpendidiltan dan

produlttif .

Bagaimana peran Pemerintah

dalam program promotif-preventif lte-

sehatan untuk mendultung layanan

Itesehatan dasar dalam meningltatkan

kualitas hidup?

Beberapa kebijaltan yang berltaitan

dengan pencegahan dan penanggulangan

penyakit tidak menular antara lain

penggerakan posyandu lanjut usia, geraltan

ltota sehat, memfasilitasi dan mendorong

tumbuhnya gerakan penanggulangan pe-

nyaltit tidak m enular di masyaraltat melalui

berltembangnya organisasi-organisasi

masyaraltat, dan pemanfaatan obat generik

di semua fasilitas ltesehatan Pe-

merintah.

13,

14, 15

Pelaltsanaan kebijakan yang ada

selama ini masih bersifat terkotak-kotak

dan belum mengarah kepada upaya

promosi dan pencegahan penyaltit tidak

menular secara ltomprehensif. Pada mana-

jemen pelayanan kesehatan yang berltaitan

dengan kuratif dan rehabilitasi, ketersedia-

an fasilitas pelayanan belum memadai dan

tenaga ltesehatan belum tersebar secara

merata. Untult daerah perkotaan yang

mempunyai cukup fasilitas, hambatan

terutama berkaitan dengan pembiayaan

pelayanan kesehatan yang mahal dan

ltetersediaan obat generilt yang sangat

terbatas, baik jumlah maupun jenis yang

dibutuhltan, sehingga perlu dipikirkan ada-

nya jam inan pem eliharaa n ltesehatan untult

masyaraltat, lihususnya bagi penduduk

lanjut usia.

K E S IM P U L N D N S R N

Kualitas hidup penduduk Indonesia

dengan kriteria kurang, lebih banyak

dijumpai pada golongan umur lanjut,

perempuan, tingkat pendidikan rendah,

tidak bekerja, tinggal di daerah perdesaan,

serta sosial ekonomi tergolong miskin.

Penduduk yang menderita penyakjt tidak

menular, cedera, menderita gangguan

mental emosional, menyandang faktor

risiko antara, dan tinggal di rumah dengan

lingkungan terpapar memiliki ltualitas

hidup kurang. Falttor-faktor yang mem-

pengaruhi kualitas hidup pendudult adalah

golongan umur, kemudian adanya gang-

guan mental emosional, tinggal di rumah

Page 9: 2188-1257-1-PB.pdf

8/18/2019 2188-1257-1-PB.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/2188-1257-1-pbpdf 9/9

Bul. Penelit. Kesehat., Supp lement 20 09 : 1 10

dengan lingkungan terpapar, dan jenis

ltelamin.

Berdasarkan hasil analisis, disaran-

kan program kesehatan lansia yang sudah

berjalan selama ini, dapat lebih ditingkat-

kan terutama d alam pen cegahan terjadinya

penyakit kronis, dengan dultungan

kebijakan untuk penanganan pencegahan

penyakit tidak menular khususnya yang

lebih rinci dan komprehensif. Disamping

itu perlu adanya kerja sama lintas sektor

dalam meningkatkan pengetahuan masya-

rakat tentang kesehatan yang erat ltaitan-

nya dengan gaya hidup, baik secara formal

maupun informal.

UC P N TERIM K SIH

Atas terselesaikannya penulisan

laporan analisis lanjut Kualitas Hidup

Penduduk Indonesia Menurut ICF dan

Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya ,

penulis menyampaikan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepa da Tim Panel

Riskesdas yang telah mem berikan masu-

kan, terutama saat seleksi proposal analisis

lanjut. Ucapan terima kasih disampaikan

juga kepada Kepala Badan Litbangkes

yang telah memberikan kesempatan ke-

pada peneliti untuk melakukan analisis

lanjut Riskesdas ini, sekaligus menyedia-

kan dananya.

D FT R RUJUK N

1. Bedirhan Ustu n. T he International Clas-

sification Of Functioning, Disability And Health

A Common Framework For Describing

Health States. 2000. p.344-348.

2. International Classification Of Functioning,

Disability And Health (ICF).World Health

Organization, Genev a. 2001

3. CDC Growth Charts for the United State

:

Methods and Development. Vital and Health

Statistics. Department of Health and Human

Services. Series 11 Number 246, May 2002

4. Survei Kesehatan Nasional Survei Kesehatan

Rumah Tang ga (SKRT) 2004 , vo1.2: Status

Kesehatan Masyarakat Indonesia. Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Depkes R I., Juli 200 6.

5. Riset K esehatan Dasar (Riskesdas) 2007.

Pedoman Pewawancara Petugas Pengumpul

Data. Jakarta:

Badan Litbangkes, Depkes

R1.2007

6. Depkes RI., Laporan Hasil Riset Kesehatan

Dasar (RIS KES DA S Indonesia Tahun 2007.

Jakarta, tahun 2008

7. Bhisma M urti. Penerapan Me tode Statistik Non-

Parametrik Dalam Ilmu-ilmu Kesehatan. PT

Gramedia Jakarta, 1996.

8. Hair JF., Black WC ., Babin BJ., Anderson RE.,

and Tatham R L.. Multivariate Data Analysis.

Sixth edition. Pearson Education International

Edition. 1987.

9. Rod R. Blagojevich, Damon T. Arnold, M.D.,

M.P.H., Illinois Disability and Health Data

Report Demographic and Health Profile of

Illinoisans with Disabilities 200 1-2003,

December 2007. State of Illinois, Department of

Public H ealth

10. Mercier C , Peladeau N , Tempier R. Age, gender

and quality of life. Con~tnunityMent Health J.

1998 Oct;34(5):487-500).

1 1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional 2004-2009. Sinar Grafika Jakarta

2005.

12. Nazara S. Kaitan Perubahan Struktur

Demografi dan Pembangunan Sosial-Ekonomi

Jangka Panjang Indonesia. Serial diskusi

terbatas Perumusan Sasaran Dampak RPJP

Bidang Kesehatan 2005-2025 Bappenas Depkes

GTZ . 7 Agustus 2 007. Hotel Shangrila Jakarta.

13. Depkes RI., Kebijakan dan Strategi Nasional

Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit

Tidak M enular. Jakarta 2003.

14. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Standar Pelayanan

Minimal, Jakarta: Direktorat Jenderal Bina

Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan

RI.

15. Rencana Strate gis Departemen Kesehatan

2005-2009, Jakarta: Departemen Kesehatan

RI.2005.