BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ikan Koi (Cyprinus carpio) Ikan koi merupakan ikan hias yang sangat menarik sehingga banyak penggemarnya. Ikan koi dikatakan sebagai ikan hias karena mempunyai warna yang indah dan jenis yang bermacam-macam, sehingga ikan ini banyak digemari orang sebagai ikan hias. Keberadaan ikan koi selain menjadi ikan hias, ikan koi juga bisa dijadikan sebagai ladang bisnis yang cukup menjanjikan bagi para pecinta ikan koi. Selain mempunyai warna yang indah, ikan ini dikagumi karena keelokannya ketika menyembul dan melompat-lompat ke atas air. Ikan koi dikelompokan menjadi 13 yaitu, Bekko, Utsurinomo, Asagi-Shusui, Goromo, Kawarimono, Ogon dan Hikari-moyomono. Sedangkan 5 golongan utama yaitu Kohaku, Sanke, Showa, Hirarinuji dan Kawarigoi ( en Nippon Airinkai), (Gambar 2.1). Taksonomi ikan koi adalah sebagai berikut (Saanin, 1984, 1968) : Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Classis : Actinopterygii Ordo : Cypriniformes Familia : Cyprinidae Genus : Cyprinus Species : Cyprinus carpio L. 5 Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Asih Khatun Nifa, FKIP, UMP, 2013
20
Embed
2.1 Klasifikasi Ikan Koi (Cyprinus carpiorepository.ump.ac.id/5791/3/BAB II.pdf · Hasil budidaya . Artemia. sp. secara lokal diperoleh beberapa keuntungan yaitu waktu transportasi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Ikan Koi (Cyprinus carpio)
Ikan koi merupakan ikan hias yang sangat menarik sehingga banyak
penggemarnya. Ikan koi dikatakan sebagai ikan hias karena mempunyai warna
yang indah dan jenis yang bermacam-macam, sehingga ikan ini banyak digemari
orang sebagai ikan hias. Keberadaan ikan koi selain menjadi ikan hias, ikan koi
juga bisa dijadikan sebagai ladang bisnis yang cukup menjanjikan bagi para
pecinta ikan koi. Selain mempunyai warna yang indah, ikan ini dikagumi karena
keelokannya ketika menyembul dan melompat-lompat ke atas air. Ikan koi
dikelompokan menjadi 13 yaitu, Bekko, Utsurinomo, Asagi-Shusui, Goromo,
Kawarimono, Ogon dan Hikari-moyomono. Sedangkan 5 golongan utama yaitu
Kohaku, Sanke, Showa, Hirarinuji dan Kawarigoi ( en Nippon Airinkai), (Gambar
2.1). Taksonomi ikan koi adalah sebagai berikut (Saanin, 1984, 1968) :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Familia : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Species : Cyprinus carpio L.
5
Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Asih Khatun Nifa, FKIP, UMP, 2013
6
Gambar 2.1. Ikan Koi
2.2 Morfologi Ikan Koi (Cyprinus carpio L.)
Ikan koi termasuk dalam famili Cyprinidae yang mempunyai ciri – ciri
umum, badan ikan koi berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping
(compresed) dan mulutnya terletak di ujung tengah (terminal), dan di bagian
mulut terdapat dua sungut, yang kadang – kadang satu pasang di antaranya kurang
sempuna dan warna badan beragam (Susanto, 2007 dalam Lutfika, 2012).
Ikan koi digolongkan dalam 3 bagian, yaitu kepala, badan, dan ekor. Pada
kepala terdapat alat – alat seperti sepasang mata, sepasang hidung yang cekung
dan tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah – celah insang, sepasang tutup
insang, alat pendengar, dan keseimbangan yang tampak dari luar, dan sirip untuk
bergerak (Cahyono, 2000).
Koi mempunyai indera penciuman. Indera pencium ini berupa sepasang
sungut (kumis) pada sebelah atas mulutnya, yang berguna untuk mencium
makanan pada dasar kolam yang berlumpur. Dengan indera penciumannya ini,
ikan koi mampu mendapatkan makanan dengan memisahkannya dari lumpur yang
menutupi makanan tersebut. Pada sisi badannya, dari pertengahan kepala hingga
batang ekor, terdapat gurat sisi (Linea lateralis) yang berguna untuk merasakan
Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Asih Khatun Nifa, FKIP, UMP, 2013
7
getaran suara. Garis ini terbentuk dari urat-urat yang ada di sebelah dalam sisik
yang membayang hingga sebelah luar (Susanto, 2000).
Pada dasarnya ikan koi sebagian besar mempunyai bentuk seperti ikan
mas pada umumnya, hanya ikan koi yang mempunyai beberapa perbedaan
dibandingkan ikan mas biasa. Perbedaannya dari segi warna ikan koi mempunyai
warna yang lebih beragam, sedangkan pada ikan mas hanya mempunyai beberapa
macam warna saja dam ikan koi mempunyai jenis yang beragam, sedangkan ikan
mas hanya mempunyai beberapa macam jenis saja (James, 2002).
2.3 Habitat Ikan Koi
Ikan koi merupakan hewan yang hidup di daerah beriklim sedang dan
hidup pada daerah perairan air tawar. Ikan koi umumnya dapat hidup pada
kisaran suhu 24 – 29°C dengan pH 6, 8 – 7,4. Di daerah yang mempunyai musim
dingin, ikan koi mampu bertahan hidup pada suhu 2 – 3C°. Ikan koi merupakan
ikan yang tidak tahan terhadap perubahan suhu secara drastis. Penurunan suhu
hingga 5°C dalam tempo singkat sudah dapat mengakibatkan ikan Koi stress
(James, 2002).
2.4 Pakan Alami
Pakan ikan merupakan makanan yang dimanfaatkan atau dimakan oleh
ikan untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan tubuhnya. Laju pertumbuhan
ikan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kualitas pakan yang diberikan serta kondisi
lingkungan hidupnya. Pakan yang berkualitas adalah pakan yang mengandung
Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Asih Khatun Nifa, FKIP, UMP, 2013
8
nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan, yaitu protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan
mineral (Khairuman & Amri, 2008).
Pakan merupakan faktor tumbuh terpenting karena merupakan sumber
energi yang menjaga pertumbuhan, serta perkembangbiakan. Nutrisi yang
terkandung dalam pakan harus benar-benar terkontrol dan memenuhi kebutuhan
ikan tersebut. Kualitas dari pakan ini ditentukan oleh kandungan nutrisi yang
lengkap mencakup protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Pakan yang
diberikan untuk pakan ikan diharapkan mampu menghasilkan pertambahan bobot
rata-rata yang tinggi (gram), kadar protein tubuh tinggi, dan efisiensi pakan yang
tinggi (Rabegnatar & Tahapari, 2002 dalam Rolis, 2013).
Salah satu kendala dari pembenihan ikan koi adalah ketersediaan pakan.
Semakin berkembangnya usaha pembenihan, maka jumlah pakan yang
dibutuhkan akan semakin banyak. Biaya pakan adalah biaya terbesar yang
dikeluarkan dari total biaya produksi suatu usaha pembenihan ikan koi. Salah satu
bentuk pakan yang diberikan adalah pakan alami. Salah satu pakan alami yang
disukai ikan terutama ikan hias adalah cacing Tubifex sp, karena pakan alami
mempunyai bau yang khas, warna yang menarik, dan merupakan pakan hidup
yang bergerak didalam air, sehingga menarik perhatian ikan untuk memakannya.
Cacing ini sering disebut sebagai cacing rambut karena bentuk dan ukurannya
seperti rambut dengan warna tubuh kemerah-merahan (Khairuman & Amri, 2008)
Pakan alami sangat dibutuhkan dalam pembenihan dan pemeliharaan ikan
koi dalam pertumbuhannya, terutama pada benih ikan koi, karena pakan alami
berupa hewan sangat menarik perhatian larva untuk memakannya. Pakan alami
Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Asih Khatun Nifa, FKIP, UMP, 2013
9
dari hewan yang dapat bergerak seperti cacing Tubifex sp, Artemia sp, Dhapnia
sp, Monia sp, dan jentik nyamuk, karena pakan tersebut selain memiliki jumlah
protein yang bagus untuk benih ikan, pakan alami juga memiliki bau yang khas
(Satyantini, 2008).
Pakan alami merupakan pakan yang dikonsumsi ikan berupa organisme
hidup baik hewan maupun tumbuhan. Pakan alami yang dihasilkan untuk pakan
ikan sangat bergantung dari kondisi lingkungan dan kualitasnya, maka dari itu
cara membudidayakan pakan alami sendiri merupakan cara efektif untuk
mengurangi kendala tersebut. Jadi, tidak mengganggu kebutuhan pakan dalam
pembudidayaan ikan koi (Susanto, 2000).
Ikan koi termasuk dalam jenis omnivora, yaitu ikan yang memakan
tumbuhan dan juga hewan. Ikan koi mencari makan dibagian permukaan dan
pertengahan perairan. Ikan koi biasanya diberi pakan berupa pelet, tetapi kadang
diberi pakan segar seperti wortel, selada, dan kacang polong. Setelah ikan
berumur empat hari harus mulai disediakan pakan karena cadangan makananya
yang berupa kuning telur hanya tersedia pada umur 1-4 hari. Pakan pertama yang
cocok untuk menjadi makanannya adalah Daphnia sp., Artemia sp., Moina sp.,
dan jentik nyamuk. Setelah koi berumur 20 diberi pakan cacing sutera atau
Tubifex sp. setelah koi sampai umur 90 hari, koi diberi pakan tambahan pelet
ukuran paling kecil hingga sedang yaitu ukuran D0 dan L1. Pemberian pakan ini
harus diberikan secara rutin (James,2002).
Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Asih Khatun Nifa, FKIP, UMP, 2013
10
2.5 Cacing Tubifex sp.
Cacing Tubifex sp. disebut juga cacing sutera. Jenis cacing ini sangat
digemari oleh berbagai jenis ikan hias dan benih-benih ikan. Di alam, jenis cacing
tersebut banyak terdapat di tempat yang banyak mengandung bahan organik, di
perairan yang dangkal (20-30 cm), dan airnya mengalir perlahan-lahan. Cacing
Tubifex sp. dapat ditemukan di parit, selokan kota, comberan, atau paceran.
Cacing ini juga dibudidayakan di kolam-kolam atau setelah dikeringkan
(Mudjiman, 2004).
Tubifex sp. mudah untuk dikenali dari bentuk tubuhnya yang seperti
benang sutra dan berwarna merah kecoklatan karena banyak mengandung
haemoglobin. Tubuhnya sepanjang 1-2 cm, terdiri dari 30-60 segmen atau ruas.
Tubifex sp. membenamkan kepalanya ke dalam lumpur untuk mencari makan dan
ekornya disembulkan di permukaan dasar untuk bernafas. Tubifex sp. berkembang
biak pada media yang mempunyai kandungan oksigen terlarut berkisar antara 2,75
– 5, kandungan amoniak < 1 ppm, suhu air berkisar antara 28 – 30˚C, dan pH air
antara 6 – 8 (Khairuman, A., 2010 dalam Lutfika, 2012). Selain itu, cacing tubifex
juga mempunyai kandungan protein yang tinggi sebagai pakan ikan (Tabel 2.1)
sehingga baik untuk pertumbuhan ikan, khususnya ikan koi. Kandungan nutrisi
dari cacing tubifex menurut Khairuman, A (2010) dalam Lutfika (2012).
Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Asih Khatun Nifa, FKIP, UMP, 2013
11
Tabel 2.1 : Kandungan Nutrisi cacing Tubifex sp.
Jenis nutrisi Komposisi %
Protein
Lemak
Abu
Kadar air
Karbohidrat
Serat Kasar
57
13,3
3,6
87,19
2,04
0,51
Sumber : (Madinawati et al., 2011)
Cacing sutera merupakan organisme hermaprodit yang memiliki dua alat
kelamin jantan dan betina dalam satu tubuhnya. Cacing ini berkembangbiak
dengan bertelur, proses peneluran terjadi di dalam kokon, yaitu suatu segmen
yang berbentuk bulat telur yang terdiri dari kelenjar epidermis dari salah satu
segmen tubuhnya. Telur tersebut mengalami pembelahan, kemudian berkembang
membentuk segmen-segmen. Setelah beberapa hari embrio dari cacing ini akan
keluar dari kokon. Cacing sutera ini mulai berkembangbiak setelah 7-11 hari
(Lukito & Surip, 2007).
Induk yang dapat menghasilkan kokon dan mengeluarkan telur yang
menetas menjadi Tubifex mempunyai usia sekitar 40-45 hari. Jumlah telur dalam
setiap kokon sekitar antara 4-5 butir. Waktu yang dibutuhkan untuk proses
perkembangbiakan telur dalam kokon sampai menetas menjadi embrio Tubifex
membutuhkan waktu sekitar 10-12 hari. Jadi daur hidup cacing sutera dari telur
menetas hingga menjadi dewasa serta mengeluarkan kokon dibutuhkan waktu
sekitar 50-57 hari (Gusrina, 2008).
Cacing Tubifex sp. merupakan pakan alami yang bagus untuk ikan koi,
karena mempunyai kelebihan dapat menunjang dalam perbaikan warna pada ikan
koi. Selain itu cacing Tubifex sp. tidak hanya mempunyai kelebihan dalam
Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Asih Khatun Nifa, FKIP, UMP, 2013
12
menunjang warna ikan koi, tapi juga cacing Tubifex sp. itu mempunyai harga yang
relatif murah, sehingga sangat efektif untuk memenuhi kebutuhan pakan dalam
pemeliharaan ikan koi. Klasifikasi cacing Tubifex sp. Menurut (Chumaidi et al.,
1991) adalah :
Philum : Annelida
Classis : Oligochaeta
Ordo : Haplotanida
Familia : Tubificidae
Genus : Tubifex
Species : Tubifex sp.
Gambar 2.2. Cacing Tubifex sp.
2.6 Artemia sp.
Artemia sp. merupakan pakan alami yang banyak digunakan dalam usaha
pembenihan ikan dan udang, karena kandungan nutrisinya baik. Akan tetapi di
perairan Indonesia belum ditemukan Artemia sp. sehingga sampai saat ini
Indonesia masih mengimpor Artemia sp. sebanyak 50 ton/tahun, dimana harganya
dalam bentuk kista/telur antara Rp 400.000 – 500.000/ kg. Walaupun pakan
Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Asih Khatun Nifa, FKIP, UMP, 2013
13
buatan dalam berbagai jenis telah berhasil dikembangkan dan cukup tesedia untuk
benih ikan dan udang, namun Artemia sp. masih tetap merupakan bagian yang
esensial sebagai pakan benih ikan dan udang diunit pembenihan (Jusadi, 2003).
Cyste Artemia sp. yang masih dibutuhkan untuk pakan ikan di Indonesia
sebagian besar masih diimpor, tetapi kebanyakan kualitasnya masih rendah,
sehingga menyebabkan produksi yang beragam dan mengakibatkan kematian
masal terhadap larva udang. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dilakukan
pembudidayaan Artemia sp. di tambak secara lokal. Hasil budidaya Artemia sp.
secara lokal diperoleh beberapa keuntungan yaitu waktu transportasi dan
penyimpanan lebih singkat, pengawasan kualitas pada proses produksi dan
pengawasan terhadap pengolahan lingkungan tambak budidaya mengarah ke
produksi cyste Artemia sp. lokal yang berkualitas dan aman. Lebih jauh lagi,
peroduksi Artemia sp. lokal dapat menunjang penghematan devisa melaui
subtitusi impor (Jusadi, 2003).
Artemia sp. merupakan kelompok udang – udangan dari phylum
Arthopoda. Artemia sp. merupakan jenis zooplankton yang juga digunakan
sebagai makanan larva ikan. Oleh karena itu, kultur Artemia sp. dengan plankton
yang lain sebagai pakan alami lebih mudah dilakukan dalam suatu unit usaha
pembenihan. Pengambilan hasil pemanenan kista diharapkan mulai berlangsung
pada akhir minggu ketiga setelah penebaran. Hasil dari Cyste Artemia sp. yang
telah dipanen, kemudian cyste Artemia sp. sebanyak 4g direndam dalam air yang
bersalinitas tinggi atau dalam larutan air garam, dengan cara mencampurkan 20-
Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Asih Khatun Nifa, FKIP, UMP, 2013
14
30g garam dalam 1 liter air tawar selama 24 jam dan diberi aerasi agar garam
tercampur rata (Jusadi, 2003).
Menurut Djarijah (2005), Artemia sp. sering dipergunakan sebagai pakan
larva karena toleransi salinitas yang tinggi. Artemia sp. dibutuhkan sebagai pakan
alami untuk berbagai macam larva ikan. Kebutuhan Artemia sp. sebagai pakan
benih sangat tergantung pada bentuk mulut dan laju pencernaan benih ikan. Benih
ikan memiliki laju pencernaan yang cepat dan kebutuhan nutrisi lengkap, semua
kebutuhan tersebut baru dapat dipenuhi oleh pakan alami terutama Artemia sp.
Artemia sp. mempunyai beberapa sifat yang unggul yaitu Artemia sp.
merupakan pakan alami yang mudah dalam penanganannya, karena tahan dalam
bentuk kista untuk waktu yang lama. Artemia sp. mudah beradaptasi dalam
kisaran salinitas lingkungan yang lebar, dalam penyediaan makanannya sangat
mudah karena Artemia sp. makan dengan cara menyaring, dapat tumbuh dengan
baik pada tingkat penebaran tinggi, mempunyai nilai nutrisi tinggi (Tabel 2.1)
yaitu kandungan protein 40 – 60 % (Harefa, 2000 dalam Satyantini et al. 2008).
Sekarang banyak pembudidaya ikan dan udang memakai pakan alami
Artemia sp. dalam pemberian pakan. Artemia sp. sangat mudah untuk ditetaskan
menjadi larva sampai dewasa, tapi harga Artemia sp. tidak semurah pakan alami
yang lain bagi pembudidaya ikan maupun udang (Jusadi, 2003).