9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Perubahan yang terjadi pada diri individu dari yang tidak mampu menjadi mampu dan membutuhkan proses pada jangka waktu tertentu merupakan suatu hasil belajar. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh pengalaman seseorang walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa proses belajar seseorang bisa disengaja maupun tidak disengaja. Seorang guru harus belajar mengadakan pembaruan pembelajaran dengan memasukkan pengalaman-pengalaman belajar yang menarik. Pembelajaran yang menarik adalah pembelajaran yang benar-benar membelajarkan siswa, semakin siswa terlibat aktif dalam pembelajaran akan semakin berkualitas hasil belajar siswa. Jadi siswa tidak sekedar datang, duduk, catat, dan pulang tanpa ada pengalaman belajar. Sehingga siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar atau aktivitas belajar (Anni 2005). Namun, faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar selain aktivitas siswa yaitu faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, salah satunya adalah intelegensi dimana intelengensi merupakan suatu norma umum dalam menentukan keberhasilan belajar. Semakin tinggi intelegensi yang dimiliki semakin besar keberhasilannya dan sebaliknya (Dimyati 2009). Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu apabila siswa mempelajari suatu konsep atau suatu materi, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan materi. Untuk mengetahui seseorang telah berhasil atau tidak dalam belajar maka harus dilakukan kegiatan evaluasi (Rifai dan Anni 2009). Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukan Hamalik (1995: 48) hasil
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hasil Belajar
Perubahan yang terjadi pada diri individu dari yang tidak mampu menjadi
mampu dan membutuhkan proses pada jangka waktu tertentu merupakan suatu
hasil belajar. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh pengalaman seseorang walaupun
tidak menutup kemungkinan bahwa proses belajar seseorang bisa disengaja
maupun tidak disengaja.
Seorang guru harus belajar mengadakan pembaruan pembelajaran dengan
memasukkan pengalaman-pengalaman belajar yang menarik. Pembelajaran yang
menarik adalah pembelajaran yang benar-benar membelajarkan siswa, semakin
siswa terlibat aktif dalam pembelajaran akan semakin berkualitas hasil belajar
siswa. Jadi siswa tidak sekedar datang, duduk, catat, dan pulang tanpa ada
pengalaman belajar. Sehingga siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah
mengalami kegiatan belajar atau aktivitas belajar (Anni 2005). Namun, faktor lain
yang mempengaruhi hasil belajar selain aktivitas siswa yaitu faktor internal yang
mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, salah satunya adalah intelegensi
dimana intelengensi merupakan suatu norma umum dalam menentukan
keberhasilan belajar. Semakin tinggi intelegensi yang dimiliki semakin besar
keberhasilannya dan sebaliknya (Dimyati 2009). Perolehan aspek-aspek
perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh
karena itu apabila siswa mempelajari suatu konsep atau suatu materi, maka
perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan materi. Untuk
mengetahui seseorang telah berhasil atau tidak dalam belajar maka harus
dilakukan kegiatan evaluasi (Rifai dan Anni 2009).
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah
proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik
pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih
baik dari sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukan Hamalik (1995: 48) hasil
10
belajar adalah “Perubahan tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat
pengalamannyaberulang-ulang”. Pendapat tersebut didukung oleh Sudjana (2005:
3) hasil belajar adalah “perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif,
afektif dan psikomotor yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya”.
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah sesuatu yang dapat diperoleh siswa dari proses pembelajaran dimana dapat
dilihat dari nilai hasil dari tes saat pembelajaran dan perubahan perilaku siswa.
Dalam penelitian ini dinyatakan bahwa hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes
tertulis dan penilaian proses saat penelitian. Hasil belajar dapat diukur dengan
ketuntasan siswa mencapai tujuan pembelajaran dengan indikator yang telah
ditentukan.
2.1.1.1 Hasil Belajar Kognitif
Ranah kognitif merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan
kemampuan intelektual. Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas
otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan
kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami,
mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Menurut
Sudjana (1995) dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses
berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi,
enam aspektersebut antara lain:
1) Pengetahuan (Knowledge), mencakup ingatan akal hal-hal yang
dipelajari dan disimpan dalam ingatan.
2) Pemahaman (Comprehension), mengacu pada kemampuan
memahami makna materi.
3) Penerapan (Application), mengacu pada kemampuan menggunakan
atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang
baru dan menyangkut penggunaan atau dan prinsip.
4) Analisis (Analysis), mengacu pada kemampuan menguraikan
materi ke dalam hubungan diantara bagian yang satu dengan
lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti.
11
5) Sintesis (Synthesis), mengacu pada kemampuan memadukan
konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola
struktur atau bentuk baru.
6) Evaluasi (Evaluation), mengacu pada kemampuan memberikan
pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.
Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat
rendah, sedangkan aspek aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi termasuk
kognitif tingkat tinggi. Diantara ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris,
maka ranah kognitif paling banyak digunakan oleh guru dalam
pembelajaran di sekolah. Hal ini, karena ranah kognitif berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Hasil belajar
aspek pengetahuan termasuk tingkat kognitif yang paling rendah, meliputi
pengetahuan faktual dan pengetahuan hafalan atau untuk diingat.
Hasil belajar kognitif siswa dapat diukur melalui instrumen dalam
bentuk tes. Tes yang peneliti gunakan yaitu tes objektif dalam bentuk tes
pilihan ganda (multiple choice test). Menurut Suharsimi Arikunto (2007:
168), Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan
tentang suatu pengertian yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya
harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah
disediakan. Multiple choice test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan
bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (options). Kemungkinan
jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban
dan beberapa pengecoh (distractor). Tes bentuk pilihan ganda (PG) ini
merupakan bentuk tes objektif yang paling banyak digunakan karena
banyak sekali materi yang dapat dicakup.Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam tes pilihan ganda yaitu:
a) Instruksi pengerjaannya harus jelas, dan bila dipandang perlu baik
disertai contoh mengerjakannya.
b) Dalam multiple choice test hanya ada “satu” jawaban yang benar. Jadi
tidak mengenal tingkatan-tingkatan benar, misalnya benar nomor satu,
benar nomor dua, dan sebagainya.
12
c) Kalimat pokoknya hendaknya mencakup dan sesuai dengan rangkaian
manapun yang dapat dipilih.
d) Kalimat pada tiap butir soal hendaknya sesingkat mungkin.
e) Usahakan menghindarkan penggunaan bentuk negatif dalam kalimat
pokoknya.
f) Kalimat pokok dalam setiap butir soal, hendaknya tidak tergantung
pada butir-butir soal lain.
g) Gunakan kata-kata: “manakah jawaban yang paling baik”, “pilihlah satu
yang pasti lebih baik dari yang lain”, bilamana terdapat lebih dari satu
jawaban yang benar.
h) Jangan membuang bagian pertama dari suatu kalimat.
i) Dilihat dari segi bahasanya, butir-butir soal jangan terlalu sukar.
j) Tiap butir soal hendaknya hanya mengandung satu ide. Meskipun ide
tersebut dapat kompleks.
k) Bila dapat disusun urutan logis antar pilihan-pilihan, urutkanlan
(misalnya: urutan tahun, urutan alfabet, dan sebagainya).
l) Susunlah agar jawaban manapun mempunyai kesesuaian tata bahasa
dengan kalimat pokoknya.
m) Alternatif yang disajikan hendaknya agar seragam dalam panjangnya,
sifat uraianya maupun taraf teknis.
n) Alternatif-alternatif yang disajikan hendaknya agak bersifat homogen
mengenai isinya dan bentuknya.
o) Buatlah jumlah alternatif pilihan ganda sebanyak empat. Bilamana
terdapat kesukaran, buatlah pilihan-pilihan tambahan untuk mencapai
jumlah empat tersebut. Pilihan-pilihan tambahan hendaknya jangan
terlalu gampang diterka karena bentuknya atau isi.
p) Hindarkan pengulangan suara atau pengulangan kata pada kalimat
pokok di alternatif-alternatifnya, karena anak akan cenderung memilih
alternatif yang mengandung pengulangan tersebut. Hal ini disebabkan
karena dapat diduga itulah jawaban yang benar.
q) Hindarkan menggunakan susunan kalimat dalam buku pelajara. Karena
yang terungkap mungkin bukan pengertiannya melainkan hafalannya.
13
r) Alternatif-alternatif hendaknya jangan tumpah-suh, jangan inklusif, dan
jangan sinonim.
s) Jangan gunakan kata-kata indikator seperti selalu, kadang-kadang, pada
umumnya.
Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan
dan ketelitian. Hal yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk
pilihan ganda adalah menuliskan pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah
pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta
panjang-pendeknya relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh karena itu,
untuk memudahkan dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka
dalam penulisannya perlu mengikuti langkah-langkah berikut, langkah
pertama adalah menuliskan pokok soalnya, langkah kedua menuliskan
kunci jawabannya, langkah ketiga menuliskan pengecohnya.Soal bentuk
pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan jawabannya.
Peserta didik yang mengerjakan soal hanya memilih satu jawaban yang
benar dari pilihan jawaban yang disediakan. Soalnya mencakup: (1) dasar
pertanyaan/stimulus (bila ada), (2) pokok soal (stem), (3) pilihan jawaban
yang terdiri atas: kunci jawaban dan pengecoh. Kaidah penulisan soal
pilihan ganda adalah seperti berikut ini:
1) Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus
menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai
dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.
b. Pengecoh harus berfungsi.
c. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya,
satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban.
2) Konstruksi
a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya,
kemampuan/ materi yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas,
tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dari
yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya mengandung satu
persoalan/gagasan
14
b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan
pernyataan yang diperlukan saja. Artinya apabila terdapat rumusan
atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan
atau pernyataan itu dihilangkan saja.
c. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, kelompok
kata, atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk ke arah
jawaban yang benar.
d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif
ganda. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata
atau lebih yang mengandung arti negatif. Hal ini untuk mencegah
terjadinya kesalahan penafsiran peserta didik terhadap arti
pernyataan yang dimaksud. Untuk keterampilan bahasa, penggunaan
negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang akan diukur justru
pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.
e. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
Artinya, semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama
seperti yang ditanyakan oleh pokok soal, penulisannya harus setara,
dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.
f. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini
diperlukan karena adanya kecenderungan peserta didik memilih
jawaban yang paling panjang karena seringkali jawaban yang lebih
panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.
g. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan
jawaban di atas salah” atau “Semua pilihan jawaban di atas benar”.
Artinya dengan adanya pilihan jawaban seperti ini, maka secara
materi pilihan jawaban berkurang satu karena pernyataan itu bukan
merupakan materi yang ditanyakan dan pernyataan itu menjadi tidak
homogen.
h. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis.
Artinya pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun dari
15
nilai angka paling kecil berurutan sampai nilai angka yang paling
besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang
menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis. Penyusunan
secara unit dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik melihat
pilihan jawaban.
i. Gambar, grafik, tabel, Gambar, wacana, dan sejenisnya yang
terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang
menyertai suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat
dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal bisa dijawab tanpa
melihat gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang terdapat pada
soal, berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak berfungsi.
j. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang
bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.
k. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik
yang tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak akan dapat
menjawab benar soal berikutnya.
3) Bahasa/budaya
a. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di
antaranya meliputi: a) pemakaian kalimat: (1) unsur subyek, (2)
unsur predikat, (3) anak kalimat; b) pemakaian kata: (1) pilihan
kata, (2) penulisan kata, dan c) pemakaian ejaan: (1) penulisan
huruf, (2) penggunaan tanda baca.
b. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga
pernyataannya mudah dimengerti warga belajar/peserta didik.
c. Pilihan jawaban jangan yang mengulang kata/frase yang bukan
merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada
pokok soal.
Berdasarkan uraian kaidah penulisan soal pilihan ganda diatas,
maka peneliti akan mengunakannya sebagai acuan dalam penyusunan
untuk lembar uji validasi pakar/ahli. Aspek-aspek yang akan peneliti
16
gunakan kedalam lembar uji validasi pakar/ahli terdapat dalam tabel