Top Banner
KEAMANAN DAN KENYAMANAN BAGI PENGGUNA LANJUT USIA DI TAMAN LANSIA SURABAYA SKRIPSI ARSITEKTUR LABORATORIUM DESAIN PERMUKIMAN DAN KOTA Ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik DWI RAHAYU AMINI NIM. 135060500111025 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG 2017
107

SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

Nov 14, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

KEAMANAN DAN KENYAMANAN BAGI PENGGUNA LANJUT USIA

DI TAMAN LANSIA SURABAYA

SKRIPSI

ARSITEKTUR LABORATORIUM DESAIN PERMUKIMAN DAN KOTA

Ditujukan untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Teknik

DWI RAHAYU AMINI

NIM. 135060500111025

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

MALANG

2017

Page 2: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan
Page 3: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

i

KEAMANAN DAN KENYAMANAN BAGI PENGGUNA LANJUT USIA

DI TAMAN LANSIA SURABAYA

SKRIPSI

ARSITEKTUR LABORATORIUM DESAIN PERMUKIMAN DAN KOTA

Ditujukan untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Teknik

DWI RAHAYU AMINI

NIM. 135060500111025

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

MALANG

2017

Page 4: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

ii

Page 5: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

iii

LEMBAR PENGESAHAN

KEAMANAN DAN KENYAMANAN BAGI PENGGUNA LANJUT USIA

DI TAMAN LANSIA SURABAYA

SKRIPSI

ARSITEKTUR LABORATORIUM DESAIN PERMUKIMAN DAN KOTA

Ditujukan untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Teknik

DWI RAHAYU AMINI

NIM. 135060500111025

Skripsi ini telah direvisi dan disetujui oleh dosen pembimbing.

Mengetahui,

Ketua Jurusan Arsitektur

Agung Murti Nugroho, S.T., M.T., Ph.D.

NIP. 19740915 200012 1 001

Dosen Pembimbing

Ir. Sigmawan Tri Pamungkas, M.T.

NIP. 19630630 198903 1 002

Page 6: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

iv

Page 7: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

v

Page 8: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

vi

Page 9: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

vii

PERUNTUKAN

Lembaran ini saya persembahkan kepada

manusia yang telah memberikan nafas kehidupan

dan limpahan kasih sayang yang tak terhingga

yaitu untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta,

Bapak Tukimin dan Ibu Diot Diana serta

untuk kakak tersayang, Fajar Purwantini.

Page 10: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

viii

Page 11: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

ix

RINGKASAN

Dwi Rahayu Amini, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Juli 2017,

Keamanan dan Kenyamanan bagi Pengguna Lanjut Usia di Taman Lansia Surabaya, Dosen

Pembimbing: Sigmawan Tri Pamungkas.

Kota Surabaya saat ini bertujuan menjadi Kota Ramah Lansia tahun 2030 yang salah

satu indikatornya adalah ruang terbuka ramah lansia berdasarkan standar WHO. Taman

Lansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang

berfungsi sebagai sarana rekreasi dan terapi tentunya harus menerapkan aspek keamanan

dan kenyamanan bagi pengguna lansia sebagai bagian dari kriteria taman untuk lansia

menurut teori yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerapan

aspek keamanan dan kenyamanan di lingkungan sekitar dan dalam Taman Lansia Surabaya.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Untuk pengumpulan data,

penelitian menggunakan metode observasi lapangan serta wawancara dan penyebaran

kuesioner terhadap pengguna taman lansia dan umum. Analisis data bersifat evaluatif

terhadap variabel penelitian (fungsi, desain, aksesibilitas, dan material) di lingkungan sekitar

dan dalam taman dengan metode deskriptif analisis dalam menyajikan data. Kesimpulan

analisis data sebelumnya dibuat dalam sintesis data untuk dirumuskan menjadi rekomendasi

desain dengan metode pragmatif-intuitif sehingga diperoleh rekomendasi kondisi yang ideal

dan rasional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek keamanan dan kenyamanan bagi

pengguna lansia di lingkungan sekitar dan dalam Taman Lansia Surabaya belum diterapkan

sepenuhnya. Dari fungsi, desain, aksesibilitas, maupun material yang diterapkan masih

banyak yang kurang dan perlu diperbaiki. Peruntukan lahan dan fungsi jalan yang kurang

mendukung, fasilitas yang masih kurang, desain yang masih belum sesuai standar,

aksesibilitas yang belum sesuai, serta material yang belum aman dan nyaman merupakan

hal-hal yang harus diperbaiki. Pemerintah maupun perancang kota dapat mengacu pada hasil

penelitian ini untuk membuat kota Surabaya maupun kota lainnya untuk membuat kota yang

lebih ramah lansia. Lalu, bagi akademisi/pengembang keilmuan lainnya dapat meneliti di

taman lansia yang lain atau melanjutkan penelitian terhadap kriteria taman bagi lansia selain

keamanan dan kenyamanan.

Kata kunci : keamanan, kenyamanan, taman, pengguna lansia

Page 12: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

x

Page 13: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

xi

SUMMARY

Dwi Rahayu Amini, Department of Architecture Engineering, Faculty of Engineering,

University of Brawijaya, July 2017, Safety and Comfort for Elderly in Surabaya Elderly

Park, Academic Supervisor : Sigmawan Tri Pamungkas.

Surabaya City is currently aiming be Age Friendly City in 2030 that one indicator is

elderly friendly open space based on WHO standards. Elderly Park Surabaya as the only

theme parks for the elderly in Surabaya, which serves as a means of recreation and therapy

should implement safety and comfort for elderly users as part of the park for the elderly

criteria according to its theory. This study aims to determine the extent to which the

implementation of safety and comfort in the neighborhood and Surabaya Elderly Park. This

study uses qualitative descriptive method. For collecting data, the study uses observations,

interviews and questionnaires to the elderly and other park users. Analysis of data is

evaluative to variables of study (function, design, accessibility, and material) in the

neighborhood and the park with analysis descriptive method of presenting data. Conclusion

of the previous data analysis is made for synthesizing the data to formulate a

recommendation to the design of pragmatic-intuitive method to obtain recommendations and

rational ideal conditions.

The results showed that the safety and comfort for elderly users in the neighborhood

and in Surabaya Elderly Park have not been implemented fully. Function, design,

accessibility, and material that are applied are still much less and needs to be repaired. Use

of land and roads that are less supportive functions, facilities are still lacking, the design

still does not meet the standards, the accessibility is not appropriate as well as material that

have not been safe and comfortable are the things that should be fixed. Government and city

planners can refer to the results of this study to make Surabaya City and other cities to

become friendly more for elderly. Then, for academics / developers of other scientific can

refer to this study for further study to examine in another elderly park or continuing research

on park criteria for the elderly beside safety and comfort.

Keywords : safety, comfort, park, elderly

Page 14: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

xii

Page 15: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

xiii

PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan rahmat,

taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Keamanan dan Kenyamanan bagi Pengguna Lanjut Usia di Taman Lansia Surabaya” ini

dengan baik dan tepat waktu. Skripsi ini merupakan pengerjaan Tugas Akhir dari proses

perkuliahan di Jurusan Arsitektur FT-UB.

Proses penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dari banyak pihak yang

telah memberikan masukan-masukan kepada penulis dari awal hingga penyusunan. Untuk

itu penulis mennyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Allah SWT. Atas segala kebesaran, rahmat, dan hidayah-Nya,

2. Nabi Muhammad SAW., rahmat bagi seluruh alam semesta,

3. Bapak Ir. Sigmawan Tri Pamungkas, M.T. selaku Dosen Pembimbing yang telah

mendukung dan memberikan banyak masukan positif dalam proses penyusunan

skripsi ini,

4. Bapak Iwan Wibisono, S.T., M.T. dan Ibu Wasiska Iyati, S.T., M.T. selaku Dosen

Penguji yang telah memberikan banyak masukan untuk penyempurnaan laporan

skripsi ini,

5. Bapak Agung Murti Nugroho, S.T., M.T., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Arsitektur

Fakultas Teknik Universitas Brawijaya yang telah membantu dalam proses

penyelesaian skripsi ini,

6. Bapak Ir. Chairil Budiarto Amiuza, M.S.A. selaku Kepala Laboratorium

Dokumentasi dan Tugas Akhir, yang telah memberikan saran dan masukan yang

positif,

7. Bapak Ir. Jusuf Thojib, M.S.A. selaku Dosen Penasehat Akademik,

8. Segenap staf dan karyawan di Jurusan Arsitektur FT-UB yang membantu dalam

pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini,

9. Segenap staf dan karyawan di Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH)

kota Surabaya yang telah banyak memberikan dukungan dan masukan baik berupa

informasi, data maupun waktunya yang menunjang penyelesaian skripsi ini,

10. Kedua orang tua penulis, Bapak Tukimin dan Ibu Diot Diana yang telah memberikan

doa, nasihat, kasih sayang, dan kesabarannya dalam membesarkan dan mendidik

penulis,

11. Kakak satu-satunya penulis, Fajar Purwantini, yang selalu memberikan dukungan,

mengingatkan, dan ikut menyemangati dalam pengerjaan skripsi ini,

12. Bapak Muridun dan Ibu Juninawati yang sudah menjadi orangtua kedua bagi penulis

dan telah turut membimbing serta mendidik penulis,

13. Kak Mita Fitriani, Siti Nurjannah, Normalita Sari dan Raudatul Adawiah, sepupu-

sepupu yang telah memberikan semangat bagi penulis,

14. Sahabat-sahabatku yang selalu menemani dan memberikan semangat untuk

penyelesaian skripsi ini : Fara, Lina, Almas, Jasmine, Aisyah, Dichi, Nai Kak Retno,

Nora, Raudhah, Puput, dan Lia,

Page 16: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

xiv

15. Para teman, kolega dan sahabat di Jurusan Arsitektur FT-UB terutama angkatan 2013

yang selalu memberikan semangat, dukungan dan kebersamaan selama penulis

menempuh pendidikan di Universitas Brawijaya,

16. Serta pihak-pihak lain yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat berguna dalam rangka meningkatkan pendidikan

khususnya dalam bidang arsitektur, serta dapat dilanjutkan untuk proses penelitian

selanjutnya sehingga dapat memberikan hasil yang dapat menambah wawasan dan

pengetahuan yang lebih baik bagi penyusun maupun pembaca. Penulis menyadari skripsi ini

masih jauh dari sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh

karena itu, diharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.

Malang, Juli 2017

Penulis

Page 17: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

xv

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN SAMPUL .......................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................. iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................................................... v

PERUNTUKAN .................................................................................................................. vii

RINGKASAN ....................................................................................................................... ix

SUMMARY ......................................................................................................................... xi

PENGANTAR .................................................................................................................... xiii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... xv

DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... xx

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xxx

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1

1.1.1 Ruang terbuka hijau dan taman kota di Surabaya ..................................... 1

1.1.2 Taman Lansia sebagai taman tematik di Surabaya ................................... 2

1.1.3 Surabaya menuju Kota Ramah Lansia ...................................................... 3

1.1.4 Keamanan dan kenyamanan pengguna lansia di Taman Lansia

Surabaya .................................................................................................... 4

1.2. Identifikasi Masalah ................................................................................................ 6

1.3. Rumusan Masalah ................................................................................................... 6

1.4. Batasan Masalah ...................................................................................................... 7

1.5. Tujuan ...................................................................................................................... 7

1.6. Manfaat .................................................................................................................... 7

1. 7 Sistematika Pembahasan ......................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 13

2.1. Tinjauan Lansia ..................................................................................................... 13

Page 18: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

xvi

2.1.1 Lanjut usia (Lansia) ................................................................................. 13

2.1.2 Penurunan pada lansia.............................................................................. 13

2.1.3 Aktivitas fisik pada lansia ........................................................................ 14

2.1.4 Kebutuhan lansia di ruang luar ................................................................ 15

2.2. Tinjauan Taman Lansia .......................................................................................... 16

2.2.1 Taman kota dan taman lansia ................................................................... 16

2.2.2 Kriteria perancangan taman lansia ........................................................... 17

2.2.3 Studi komparasi taman lansia .................................................................. 27

2.3. Tinjauan Kota Ramah Lansia berdasarkan Standar WHO ..................................... 33

2.4. Tinjauan Aspek Keamanan dan Kenyamanan ....................................................... 36

2.4.1 Keamanan ................................................................................................ 37

2.4.2 Kenyamanan ............................................................................................ 42

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu ............................................................................... 46

2.5.1 The Relationship Between Environmental Quality and Elderly

Presence Ability in Urban Open Spaces, Case Study : Laleh Park,

Tehran ...................................................................................................... 47

2.5.2 Kajian Geriatri dan Ruang Terbuka Publik Dalam Mendukung

Penyediaan Taman lansia di Kota Semarang .......................................... 47

2.5.3 Design of Public Space in The City of The Elderly. For Urban

planning for an ageing society project. ................................................... 47

2.5.4 Review of Safety and Mobility Issues Among Older People

Pedestrians ............................................................................................... 48

2.5.5 Evaluation of Elderly People’s Requirements in Open Public Spaces:

A Case Study in Bornova District (Izmir, Turkey) ................................... 48

2.5.6. Evaluasi Pasca Huni (Post Occupancy Evaluation) pada Taman Lansia

di Kota Bandung ...................................................................................... 49

2.6. Parameter Penelitian .............................................................................................. 49

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................................... 53

3.1. Jenis dan Metode Umum Penelitian ....................................................................... 53

3.1.1 Jenis penelitian ......................................................................................... 53

3.1.2 Metode umum penelitian ......................................................................... 53

3.2. Lokasi, Objek, dan Subjek Penelitian .................................................................... 53

3.2.1 Lokasi penelitian ...................................................................................... 53

Page 19: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

xvii

3.2.2 Objek penelitian ...................................................................................... 55

3.2.3 Subjek penelitian ..................................................................................... 55

3.3. Waktu dan Instrumen Penelitian ........................................................................... 56

3.3.1 Waktu penelitian ..................................................................................... 56

3.3.2 Instrumen penelitian ................................................................................ 57

3.4. Variabel Penelitian ................................................................................................ 57

3.5. Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 64

3.5.1 Data primer .............................................................................................. 64

3.5.2 Data sekunder .......................................................................................... 65

3.6. Metode Analisis dan Sintesis Data ........................................................................ 66

3.6.1 Analisis data ............................................................................................ 66

3.6.2 Sintesis data ............................................................................................. 68

3.7. Metode Rekomendasi dan Penyimpulan ............................................................... 68

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 71

4.1 Tinjauan Umum ..................................................................................................... 71

4.1.1. Tinjauan umum kota Surabaya dan taman kota ...................................... 71

4.1.2. Pembangunan Taman Lansia Surabaya sebagai Taman Tematik ........... 76

4.2 Kondisi Aktual Objek Penelitian ........................................................................... 80

4.2.1. Kondisi aktual di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya ............... 80

4.2.2. Kondisi aktual di dalam Taman Lansia Surabaya ................................... 91

4.3 Rekapitulasi Hasil Kuesioner .............................................................................. 105

4.3.1. Jenis multiple choice ............................................................................. 106

4.3.2. Jenis essay ............................................................................................. 113

4.3.3. Jenis tabel .............................................................................................. 116

4.4 Analisis Keamanan Taman Lansia Surabaya ...................................................... 126

4.4.1. Keamanan di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya ................... 127

4.4.2. Keamanan di dalam Taman Lansia Surabaya ....................................... 146

4.5 Analisis Kenyamanan Taman Lansia Surabaya .................................................. 173

4.5.1. Kenyamanan di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya ............... 174

4.5.2. Kenyamanan di dalam Taman Lansia Surabaya ................................... 187

4.6 Sintesis Keamanan dan Kenyamanan Taman Lansia Surabaya .......................... 211

Page 20: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

xviii

4.6.1. Sintesis aspek keamanan di lingkungan sekitar Taman Lansia

Surabaya ................................................................................................. 212

4.6.2. Sintesis aspek keamanan di dalam Taman Lansia Surabaya ................. 216

4.6.3. Sintesis aspek kenyamanan di lingkungan sekitar Taman Lansia

Surabaya ................................................................................................. 222

4.6.4. Sintesis aspek kenyamanan di dalam Taman Lansia Surabaya ............. 226

4.7 Rekomendasi Pemenuhan Aspek Keamanan dan Kenyamanan di Taman

Lansia Surabaya ................................................................................................... 234

4.7.1. Rekomendasi di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya ............... 234

4.7.2. Rekomendasi di dalam Taman Lansia Surabaya ................................... 253

BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 277

5.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 277

5.2 Saran ..................................................................................................................... 278

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 281

LAMPIRAN ....................................................................................................................... 285

Page 21: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

xix

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 2.1 Elemen dan manfaat Garden HortPark ................................................................ 31

Tabel 2.2 Penentuan aspek keamanan dan kenyamanan dalam penelitian .......................... 49

Tabel 2.3 Parameter penelitian ............................................................................................ 50

Tabel 3.1 Waktu penelitian .................................................................................................. 56

Tabel 3.2 Variabel penelitian............................................................................................... 57

Tabel 3.3 Data primer .......................................................................................................... 64

Tabel 3.4 Data sekunder ...................................................................................................... 65

Tabel 3.5 Tahapan metode analisis data POE (Post Occupancy Evaluation) ..................... 67

Tabel 4.1 Taman kota di Surabaya ...................................................................................... 73

Tabel 4.2 Taman Eks SPBU Kota Surabaya ....................................................................... 74

Tabel 4.3 Ukuran dan deskripsi jalur pedestrian di lingkungan sekitar taman.................... 83

Tabel 4.4 Ukuran dan deskripsi jalur pedestrian di dalam Taman Lansia Surabaya ........... 94

Tabel 4.5 Rekapitulasi kuesioner pengunjung umum ....................................................... 106

Tabel 4.6 Rekapitulasi kuesioner pengunjung lansia ........................................................ 110

Tabel 4.7 Rekapitulasi kuesioner penilaian aspek keamanan dan kenyamanan variabel .. 116

Tabel 4.8 Rangkuman pembahasan analisis, sintesis dan rekomendasi desain ................. 232

Page 22: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

xx

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Gambar 1.1 Diagram kerangka masalah .............................................................................. 11

Gambar 2.1 Bentuk bangunan dan penanda yang mempengaruhi familiarity ..................... 18

Gambar 2.2 Penunjuk arah dan jalan yang mempengaruhi legibility .................................. 19

Gambar 2.3 Karakter suatu lingkungan yang mempengaruhi distinctiveness ..................... 19

Gambar 2.4 Ruang luar yang mempengaruhi accessibility .................................................. 20

Gambar 2.5 Ruang luar yang mempengaruhi comfort ......................................................... 21

Gambar 2.6 Standar ukuran ramp ........................................................................................ 22

Gambar 2.7 Standar ukuran trotoar dan tempat duduk di trotoar ......................................... 23

Gambar 2.8 Standar tipe tekstur dan susunan ubin pemandu .............................................. 24

Gambar 2.9 Standar rute aksesibilitas dan tipikal ruang parkir ........................................... 25

Gambar 2.10 Standar ruang menaikturunkan penumpang ................................................... 25

Gambar 2.11 Standar ukuran ruang gerak dan fasilitas toilet .............................................. 26

Gambar 2.12 Standar jenis dan perletakan simbol ............................................................... 27

Gambar 2.13 Danau di Taman Lansia, Bandung ................................................................. 28

Gambar 2.14 Jalur pedestrian dan aktivitas di Taman Lansia, Bandung ............................. 29

Gambar 2.15 Fasilitas di Taman Lansia Bandung ............................................................... 29

Gambar 2.16 Layout Therapeutic Garden HortPark ........................................................... 30

Gambar 2.17 Penentu proses penuaan pada lansia ............................................................... 34

Gambar 2.18 Kriteria kota ramah lansia .............................................................................. 34

Gambar 2.19 Mobil parkir di jalur pejalan kaki ................................................................... 38

Gambar 2.20 Jalan menurun dapat membahayakan lansia .................................................. 38

Gambar 2.21 Pola geometri jalan yang rumit membuat lansia bingung .............................. 39

Gambar 2.22 Contoh standar desain penanda pendukung keamanan lansia ........................ 40

Gambar 2.23 Penanda untuk lansia menyeberang jalan ....................................................... 40

Page 23: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

xxi

Gambar 2.24 Tempat duduk bagi pengguna lansia di jalan ................................................ 43

Gambar 2.25 Hambatan pada permukaan jalan bagi lansia................................................. 43

Gambar 2.26 Shelter yang transparan.................................................................................. 45

Gambar 2.27 Tempat duduk yang melindungi lansia .......................................................... 46

Gambar 2.28 Toilet umum .................................................................................................. 46

Gambar 2.29 Diagram kerangka pustaka ............................................................................ 52

Gambar 3.1 Lokasi Taman Lansia Surabaya ....................................................................... 54

Gambar 3.2 Diagram kerangka metode penelitian .............................................................. 69

Gambar 4.1 Peta Surabaya................................................................................................... 71

Gambar 4.2 Taman Bungkul dan Taman Flora sebagai Taman Aktif ................................. 72

Gambar 4.3 Taman di Median Jalan sebagai Taman Pasif .................................................. 73

Gambar 4.4 Taman Pelangi dan Taman Lansia sebagai Taman Tematik ........................... 73

Gambar 4.5 Peta kawasan Taman Lansia Surabaya ............................................................ 76

Gambar 4.6 Masterplan SPBU Biliton dan Taman Lansia Surabaya .................................. 77

Gambar 4.7 Proses penggantian tanah pada lahan eks SPBU Biliton ................................. 78

Gambar 4.8 Fasilitas di Taman Lansia Surabaya ................................................................ 78

Gambar 4.9 Aktivitas di Taman Lansia Surabaya ............................................................... 79

Gambar 4.10 Fungsi jalan di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya ......................... 81

Gambar 4.11 Fungsi jalan yang belum menyediakan jalur pedestrian ................................ 81

Gambar 4.12 Desain bentuk bangunan di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya ..... 82

Gambar 4.13 Jalur pemandu di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya ..................... 83

Gambar 4.14 Pembagian area jalan di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya ........... 83

Gambar 4.15 Peta persebaran dan foto penanda jalan di lingkungan sekitar Taman

Lansia Surabaya ............................................................................................. 85

Gambar 4.16 Peta persebaran dan perabot jalan di lingkungan sekitar Taman Lansia

Surabaya ......................................................................................................... 86

Gambar 4.17 Peta persebaran dan penataan vegetasi di lingkungan sekitar Taman

Lansia Surabaya ............................................................................................. 87

Page 24: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

xxii

Gambar 4.18 Peta persebaran dan kondisi penyeberangan jalan ......................................... 88

Gambar 4.19 Peta persebaran dan kondisi akses dari jalur pedestrian ................................. 89

Gambar 4.20 Material bangunan sekitar Taman Lansia Surabaya ....................................... 90

Gambar 4.21 Material jalan di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya ....................... 90

Gambar 4.22 Suasana Taman Lansia ................................................................................... 91

Gambar 4.23 Fasilitas taman bermain di Taman Lansia Surabaya ...................................... 92

Gambar 4.24 Suasana pedagang makanan dan minuman di Taman Lansia Surabaya ........ 92

Gambar 4.25 Peta sirkulasi dalam Taman Lansia Surabaya ................................................ 93

Gambar 4.26 Jenis jalan di Taman Lansia Surabaya ........................................................... 94

Gambar 4.27 Ukuran tempat duduk di Taman Lansia Surabaya ......................................... 95

Gambar 4.28 Jenis tempat duduk di Taman Lansia Surabaya ............................................. 96

Gambar 4.29 Penanda di dalam Taman Lansia Surabaya .................................................... 97

Gambar 4.30 Parkir di Taman Lansia Surabaya .................................................................. 97

Gambar 4.31 Peta persebaran penerangan di Taman Lansia Surabaya ................................ 98

Gambar 4.32 Jenis penerangan di Taman Lansia Surabaya ................................................. 98

Gambar 4.33 Vegetasi di Taman Lansia Surabaya ............................................................ 100

Gambar 4.34 Jenis pembatas taman di Taman Lansia Surabaya ....................................... 100

Gambar 4.35 Air mancur di Taman Lansia Surabaya ........................................................ 101

Gambar 4.36 Akses parkir di Taman Lansia Surabaya ...................................................... 102

Gambar 4.37 Pintu masuk di Taman Lansia Surabaya ...................................................... 102

Gambar 4.38 Akses antar fasilitas di Taman Lansia Surabaya .......................................... 103

Gambar 4.39 Material jalan di dalam Taman Lansia Surabaya ......................................... 103

Gambar 4.40 Material jalan di luar Taman Lansia Surabaya ............................................. 104

Gambar 4.41 Vegetasi pembatas Taman Lansia Surabaya ................................................ 104

Gambar 4.42 Material beton untuk bangku taman di dalam Taman Lansia Surabaya ...... 104

Gambar 4.43 Material besi dan kayu untuk bangku taman di luar Taman Lansia

Surabaya ........................................................................................................ 105

Page 25: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

xxiii

Gambar 4.44 Ramp dan tangga di Taman Lansia Surabaya .............................................. 105

Gambar 4.45 Grafik keamanan bangunan di lingkungan sekitar Taman Lansia

Surabaya ....................................................................................................... 128

Gambar 4.46 Analisis dan grafik keamanan jalan di lingkungan sekitar Taman Lansia

Surabaya ....................................................................................................... 129

Gambar 4.47 Pagar bangunan yang menciptakan ruang gelap .......................................... 130

Gambar 4.48 Analisis pagar keamanan desain bentuk bangunan ..................................... 131

Gambar 4.49 Analisis grafik keamanan desain bentuk bangunan ..................................... 131

Gambar 4.50 Analisis desain jalan di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya .......... 132

Gambar 4.51 Beberapa sudut jalan di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya ......... 133

Gambar 4.52 Jalur area pedestrian di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya .......... 134

Gambar 4.53 Analisis pengaman pinggiran jalur pedestrian ............................................. 135

Gambar 4.54 Analisis jalur pemandu pada jalur pedestrian .............................................. 135

Gambar 4.55 Grafik keamanan desain jalan di lingkungan sekitar Taman Lansia

Surabaya ....................................................................................................... 136

Gambar 4.56 Grafik keamanan desain penanda di lingkungan sekitar Taman Lansia

Surabaya ....................................................................................................... 137

Gambar 4.57 Analisis desain perabot jalan ....................................................................... 137

Gambar 4.58 Grafik keamanan desain perabot jalan di lingkungan sekitar taman ........... 138

Gambar 4.59 Analisis keamanan desain vegetasi di lingkungan sekitar Taman Lansia

Surabaya ....................................................................................................... 139

Gambar 4.60 Grafik keamanan desain vegetasi di lingkungan sekitar Taman Lansia

Surabaya ....................................................................................................... 139

Gambar 4.61 Analisis keamanan jalur penyeberangan ..................................................... 140

Gambar 4.62 Analisis keamanan akses penyeberangan jalan di lingkungan sekitar......... 141

Gambar 4.63 Grafik keamanan akses penyeberangan jalan di lingkungan sekitar ........... 141

Gambar 4.64 Analisis keamanan akses jalur pedestrian di lingkungan sekitar ................. 142

Gambar 4.65 Grafik keamanan akses jalur pedestrian di lingkungan sekitar ................... 142

Page 26: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

xxiv

Gambar 4.66 Analisis keamanan akses pemberhentian kendaraan umum ......................... 143

Gambar 4.67 Grafik keamanan akses pemberhentian kendaraan umum ........................... 144

Gambar 4.68 Analisis keamanan material fasad bangunan di lingkungan sekitar ............. 145

Gambar 4.69 Grafik keamanan material fasad bangunan di lingkungan sekitar ............... 145

Gambar 4.70 Analisis keamanan material jalan di lingkungan sekitar .............................. 146

Gambar 4.71 Grafik keamanan material jalan di lingkungan sekitar ................................. 146

Gambar 4.72 Analisis keamanan fungsi fasilitas dalam taman .......................................... 148

Gambar 4.73 Gafik keamanan fungsi fasilitas dalam taman .............................................. 149

Gambar 4.74 Jalur pedestrian di Taman Lansia Surabaya ................................................. 149

Gambar 4.75 Grafik keamanan fungsi sirkulasi dalam taman ........................................... 150

Gambar 4.76 Analisis ukuran jalan di dalam dan sekeliling taman ................................... 151

Gambar 4.77 Sambungan permukaan jalan ........................................................................ 152

Gambar 4.78 Analisis penerangan sirkulasi dalam taman ................................................. 152

Gambar 4.79 Material permukaan jalan ............................................................................. 152

Gambar 4.80 Batas jalur pedestrian dan area parkir .......................................................... 153

Gambar 4.81 Sudut jalan Taman Lansia Surabaya ............................................................ 153

Gambar 4.82 Jalur pemandu di dalam dan sekeliling Taman Lansia Surabaya ................. 154

Gambar 4.83 Grafik keamanan desain jalan dalam taman ................................................. 154

Gambar 4.84 Analisis keamanan desain tempat duduk dalam taman ................................ 155

Gambar 4.85 Grafik keamanan desain tempat duduk dalam taman ................................... 155

Gambar 4.86 Analisis keamanan desain penanda dalam taman ......................................... 156

Gambar 4.87 Grafik keamanan desain penanda dalam taman ........................................... 156

Gambar 4.88 Grafik keamanan desain toilet umum dalam taman ..................................... 157

Gambar 4.89 Analisis keamanan desain parkir dalam taman ............................................ 158

Gambar 4.90 Grafik keamanan desain parkir dalam taman ............................................... 159

Gambar 4.91 Analisis keamanan desain penerangan dalam taman ................................... 160

Gambar 4.92 Grafik keamanan desain penerangan dalam taman ...................................... 160

Page 27: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

xxv

Gambar 4.93 Analisis keamanan penataan vegetasi dalam taman .................................... 161

Gambar 4.94 Analisis vegetasi sekeliling taman ............................................................... 162

Gambar 4.95 Analisis vegetasi pembatas dalam taman .................................................... 162

Gambar 4.96 Analisis keamanan desain elemen keindahan dalam taman ........................ 163

Gambar 4.97 Grafik keamanan desain elemen keindahan dalam taman ........................... 163

Gambar 4.98 Analisis keamanan akses menuju parkir dalam taman ................................ 164

Gambar 4.99 Grafik keamanan akses menuju parkir dalam taman ................................... 165

Gambar 4.100 Analisis keamanan akses pintu masuk dalam taman ................................. 166

Gambar 4.101 Grafik keamanan akses pintu masuk dalam taman .................................... 166

Gambar 4.102 Analisis keamanan akses elemen & fasilitas dalam taman ........................ 167

Gambar 4.103 Grafik keamanan akses elemen & fasilitas dalam taman .......................... 167

Gambar 4.104 Grafik keamanan material fasad bangunan dalam taman .......................... 168

Gambar 4.105 Analisis keamanan material jalan dalam taman......................................... 169

Gambar 4.106 Grafik keamanan material jalan dalam taman ........................................... 170

Gambar 4.107 Vegetasi sebagai pagar pembatas Taman Lansia Surabaya ....................... 170

Gambar 4.108 Analisis keamanan material tempat duduk dalam taman .......................... 171

Gambar 4.109 Grafik keamanan material tempat duduk dalam taman ............................. 171

Gambar 4.110 Analisis dan grafik keamanan material shelter dalam taman .................... 172

Gambar 4.111 Analisis keamanan material ramp & tangga dalam taman ........................ 173

Gambar 4.112 Grafik keamanan material ramp & tangga dalam taman .......................... 173

Gambar 4.113 Fasilitas Poliklinik di Jl. Nias, Surabaya ................................................... 174

Gambar 4.114 Grafik kenyamanan fungsi bangunan lingkungan sekitar ......................... 175

Gambar 4.115 Analisis kenyamanan fungsi jalan di lingkungan sekitar taman ................ 176

Gambar 4.116 Grafik kenyamanan fungsi jalan di lingkungan sekitar taman .................. 176

Gambar 4.117 Analisis kenyamanan desain bentuk bangunan lingkungan sekitar taman 177

Gambar 4.118 Grafik kenyamanan desain bentuk bangunan di lingkungan sekitar

taman ............................................................................................................ 177

Page 28: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

xxvi

Gambar 4.119 Tempat duduk di sekitar Taman Lansia Surabaya ..................................... 178

Gambar 4.120 Vegetasi sebagai penahan akustik dan buffer ............................................. 178

Gambar 4.121 Grafik kenyamanan desain jalan lingkungan sekitar taman ....................... 179

Gambar 4.122 Analisis dan grafik kenyamanan desain penanda di lingkungan sekitar

taman ............................................................................................................. 180

Gambar 4.123 Grafik kenyamanan desain perabot jalan di lingkungan sekitar taman ...... 181

Gambar 4.124 Analisis kenyamanan desain vegetasi di lingkungan sekitar taman ........... 181

Gambar 4.125 Grafik kenyamanan desain vegetasi di lingkungan sekitar taman ............. 182

Gambar 4.126 Analisis kenyamanan akses penyeberangan ............................................... 182

Gambar 4.127 Grafik kenyamanan akses penyeberangan ................................................. 183

Gambar 4.128 Analisis kenyamanan akses jalur pedestrian di lingkungan sekitar taman . 183

Gambar 4.129 Grafik kenyamanan akses jalur pedestrian di lingkungan sekitar taman ... 184

Gambar 4.130 Analisis kenyamanan akses pemberhentian kendaraan umum ................... 184

Gambar 4.131 Grafik kenyamanan akses pemberhentian kendaraan umum ..................... 185

Gambar 4.132 Analisis kenyamanan material fasad bangunan di lingkungan sekitar ....... 185

Gambar 4.133 Grafik kenyamanan material fasad bangunan di lingkungan sekitar ......... 186

Gambar 4.134 Analisis kenyamanan material jalan di lingkungan sekitar ........................ 186

Gambar 4.135 Grafik kenyamanan material jalan di lingkungan sekitar ........................... 187

Gambar 4.136 Analisis kenyamanan fungsi fasilitas dalam taman .................................... 188

Gambar 4.137 Grafik kenyamanan fungsi fasilitas dalam taman ...................................... 188

Gambar 4.138 Analisis kenyamanan fungsi sirkulasi dalam taman ................................... 190

Gambar 4.139 Grafik kenyamanan fungsi sirkulasi dalam taman ..................................... 190

Gambar 4.140 Pegangan tangan di Taman Lansia Surabaya masih minim ....................... 191

Gambar 4.141 Analisis lubang drainase sekeliling taman ................................................. 191

Gambar 4.142 Analisis pola jalan di dalam taman ............................................................. 192

Gambar 4.143 Vegetasi menahan kebisingan dari jalan raya ............................................ 192

Gambar 4.144 Grafik kenyamanan desain jalan dalam taman ........................................... 193

Page 29: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

xxvii

Gambar 4.145 Kondisi tempat duduk di dalam Taman Lansia Surabaya ......................... 194

Gambar 4.146 Potongan tempat duduk di dalam taman .................................................... 194

Gambar 4.147 Grafik kenyamanan desain tempat duduk dalam taman ............................ 195

Gambar 4.148 Grafik kenyamanan desain penanda dalam taman..................................... 196

Gambar 4.149 Grafik kenyamanan desain toilet dalam taman .......................................... 196

Gambar 4.150 Analisis kenyamanan desain parkir dalam taman ...................................... 197

Gambar 4.151 Grafik kenyamanan desain parkir dalam taman ........................................ 198

Gambar 4.152 Analisis kenyamanan desain penerangan dalam taman ............................. 199

Gambar 4.153 Grafik kenyamanan desain penerangan dalam taman ............................... 199

Gambar 4.154 Vegetasi sebagai penaung dan penghias .................................................... 200

Gambar 4.155 Analisis dan grafik kenyamanan desain pembatas dalam taman ............... 201

Gambar 4.156 Analisis kenyamanan desain elemen keindahan dalam taman .................. 201

Gambar 4.157 Grafik kenyamanan desain elemen keindahan dalam taman ..................... 202

Gambar 4.158 Analisis kenyamanan akses menuju parkir dalam taman .......................... 203

Gambar 4.159 Grafik kenyamanan akses menuju parkir dalam taman ............................. 203

Gambar 4.160 Analisis kenyamanan akses pintu masuk dalam taman ............................. 204

Gambar 4.161 Grafik kenyamanan akses pintu masuk dalam taman ................................ 204

Gambar 4.162 Analisis kenyamanan akses elemen & fasilitas dalam taman .................... 205

Gambar 4.163 Grafik kenyamanan akses elemen & fasilitas dalam taman ...................... 205

Gambar 4.164 Grafik kenyamanan material fasad bangunan dalam taman ...................... 206

Gambar 4.165 Analisis kenyamanan material jalan dalam taman..................................... 207

Gambar 4.166 Grafik kenyamanan material jalan dalam taman ....................................... 207

Gambar 4.167 Analisis dan grafik kenyamanan material pagar pembatas dalam taman .. 208

Gambar 4.168 Analisis kenyamanan material tempat duduk dalam taman ...................... 208

Gambar 4.169 Grafik kenyamanan material tempat duduk dalam taman ......................... 209

Gambar 4.170 Grafik kenyamanan material shelter dalam taman .................................... 210

Gambar 4.171 Analisis kenyamanan material ramp & tangga dalam taman .................... 210

Page 30: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

xxviii

Gambar 4.172 Grafik kenyamanan material ramp & tangga dalam taman ........................ 211

Gambar 4.173 Ditambahkan pos jaga di lingkungan sekitar taman ................................... 236

Gambar 4.174 Rekomendasi bentuk bangungan di lingkungan sekitar taman .................. 237

Gambar 4.175 Rekomendasi desain jalan di lingkungan sekitar taman ............................. 240

Gambar 4.176 Rekomendasi tempat duduk di jalan lingkungan sekitar taman ................. 240

Gambar 4.177 Rekomendasi penanda lingkungan sekitar ................................................. 242

Gambar 4.178 Rekomendasi perabot jalan lingkungan sekitar .......................................... 243

Gambar 4.179 Rekomendasi tiang lampu dengan lengan tunggal dan ganda .................... 244

Gambar 4.180 Rekomendasi vegetasi di lingkungan sekitar ............................................. 245

Gambar 4.181 Rekomendasi penataan vegetasi lingkungan sekitar .................................. 246

Gambar 4.182 Kondisi awal akses penyeberangan jalan ................................................... 247

Gambar 4.183 Rekomendasi akses penyeberangan jalan di lingkungan sekitar taman ..... 247

Gambar 4.184 Rekomendasi akses jalur pedestrian di lingkungan sekitar taman ............. 248

Gambar 4.185 Rekomendasi ramp di jalur pedestrian lingkungan sekitar taman .............. 248

Gambar 4.186 Rekomendasi akses pemberhentian kendaraan umum ............................... 249

Gambar 4.187 Rekomendasi material fasad bangunan di lingkungan sekitar ................... 250

Gambar 4.188 Rekomendasi akses penyeberangan jalan di lingkungan sekitar taman ..... 251

Gambar 4.189 Peta lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya sebelum dan sesudah

rekomendasi .................................................................................................. 252

Gambar 4.190 Rekomendasi fungsi fasilitas bangunan di dalam taman ............................ 255

Gambar 4.191 Rekomendasi fungsi sirkulasi di dalam taman ........................................... 256

Gambar 4.192 Rekomendasi desain jalan di dalam taman ................................................. 258

Gambar 4.193 Rekomendasi pegangan tangan jalur sirkulasi di dalam taman .................. 259

Gambar 4.194 Rekomendasi desain tempat duduk di dalam taman .................................. 261

Gambar 4.195 Rekomendasi desain penanda di dalam taman ........................................... 261

Gambar 4.196 Rekomendasi desain toilet di dalam taman ................................................ 262

Gambar 4.197 Rekomendasi desain parkir di dalam taman ............................................... 263

Page 31: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

xxix

Gambar 4.198 Rekomendasi desain penerangan di dalam taman ..................................... 265

Gambar 4.199 Rekomendasi desain vegetasi di dalam taman ........................................... 267

Gambar 4.200 Rekomendasi desain elemen keindahan di dalam taman ........................... 269

Gambar 4.201 Rekomendasi akses menuju parkir di dalam taman ................................... 269

Gambar 4.202 Rekomendasi akses pintu masuk di dalam taman...................................... 270

Gambar 4.203 Rekomendasi akses menuju bangunan fasilitas di dalam taman ............... 270

Gambar 4.204 Rekomendasi akses antar elemen dan fasilitas di dalam taman ................ 271

Gambar 4.205 Rekomendasi material fasad bangunan di dalam taman ............................ 272

Gambar 4.206 Rekomendasi material jalan di dalam taman ............................................. 272

Gambar 4.207 Rekomendasi material tempat duduk di dalam taman ............................... 273

Gambar 4.208 Rekomendasi material di dalam taman ...................................................... 274

Gambar 4.209 Rekomendasi material shelter di dalam taman .......................................... 274

Gambar 4.210 Rekomendasi material ramp dan tangga di dalam taman .......................... 275

Gambar 4.211 Layout taman sebelum dan sesudah rekomendasi ..................................... 276

Page 32: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

xxx

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

Lampiran 1. Berita media massa ........................................................................................ 285

Lampiran 2. Kuesioner ....................................................................................................... 288

Lampiran 3. Lembar deteksi plagiasi ................................................................................. 295

Lampiran 4. Gambar – gambar rekomendasi ..................................................................... 296

Lampiran 5. Lembar asistensi ............................................................................................ 310

Lampiran 6. Berita acara skripsi ........................................................................................ 312

Page 33: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

1.1.1 Ruang terbuka hijau dan taman kota di Surabaya

Pengertian Ruang Terbuka Hijau atau yang biasa disingkat RTH menurut Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) No. 05 tahun 2008, merupakan ruang terbuka yang

bisa digunakan masyarakat luas dan terbuka bagi siapa saja tanpa membatasi golongan

tertentu dengan bentuk mengelompok atau memanjang serta menjadi tempat hidup bagi

tanaman – tanaman yang memang sengaja ditanam atau memang tumbuh secara alami.

Berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 26 tahun 2007 mengenai Penataan Ruang, bahwa

perencanaan dan perancangan dari ruang wilayah suatu kota harus merencanakan dan

menyediakan RTH minimal 30 % dari luas wilayah kota tersebut. Kebutuhan RTH semakin

meningkat seiring dengan meningkatnya urbanisasi terutama di kota-kota metropolitan,

seperti: Surabaya, Jakarta dan Medan. Populasi manusia yang semakin bertambah banyak

menyebabkan kebutuhan ruang hijau yang semakin banyak pula, namun faktanya masih

banyak kabupaten dan kota di Indonesia terutama pada kota-kota besar, yang masih belum

mencapai luasan RTH sebesar 30% (www.republika.co.id., 2015). Untuk standarnya sendiri

dari 30 % RTH tersebut, 20 % digunakan untuk ruang hijau publik dan 10 % digunakan

untuk ruang privat (Permen PU No. 05, 2008).

Kota Surabaya sendiri merupakan salah satu dari kota metropolitan terbesar di

Indonesia. Kota Surabaya sedang mengembangkan keberadaan RTH sebagai realisasi dari

konsep penataan ruang yang tertuang dalam Perda Kota Surabaya No. 12 tahun 2014

mengenai RTRW Kota Surabaya tahun 2014 – 2034. Pengarahan kota Surabaya menuju kota

taman atau yang disebut juga “Green City” merupakan realisasi dari konsep peningkatan

RTH di Surabaya. Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, turut mengeluarkan kebijakan–

kebijakan dalam menata kota untuk mewujudkan kota Surabaya yang sejuk dan hijau, salah

satunya adalah menyediakan banyak RTH di pusat kota yang memberi dampak langsung

bagi lingkungan sekitar dan masyarakat umum (Widigdo et al., 2010). Peningkatan kualitas

RTH tersebut diwujudkan melalui penghijauan terhadap taman-taman kota yang telah ada

sebelumnya, penghijauan jalur-jalur hijau yang berada di tengah jalan serta mengembalikan

fungsi zona RTH yang digunakan untuk permukiman (Widigdo et al., 2010).

Page 34: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

2

Menurut M. Aswan, Kepala Bidang Pertamanan dan PJU Dinas Kebersihan dan

Pertamanan kota Surabaya mengatakan Pemkot Surabaya akan memperluas taman-taman

yang ada di Surabaya (surabayaonline.com, 2016). Aswan mengatakan bahwa saat ini luas

taman kota di Surabaya hampir mencapai 30 % dari luas wilayah kota Surabaya, dengan 20

% merupakan lahan milik Pemkot Surabaya dan sisanya milik swasta. Namun luasan taman

kota ini masih akan terus ditingkatkan. Bahkan beberapa fungsi banyak yang dialihkan untuk

dijadikan taman kota, seperti pengalihfungsian lahan TPA (Silas, 2014: 6) dan lahan SPBU

(Kharismawan, 2012: 1). Contoh taman-taman kota tersebut seperti Taman Lansia, Taman

Pelangi, Taman Persahabatan, Taman Pelangi, Taman Prestasi, Taman Kunang-Kunang, dan

sebagainya.

1.1.2 Taman Lansia sebagai taman tematik di Surabaya

Penduduk lanjut usia (lansia) menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah

seseorang yang memiliki usia 60 tahun keatas. Populasi penduduk lansia di Indonesia

tumbuh lebih cepat dibandingkan negara lain, Indonesia sendiri berada pada urutan ketiga

dengan jumlah populasi lansia terbanyak di Asia yaitu sebanyak 25 juta setelah China (200

juta) dan India (100 juta) sehingga diperkirakan pada tahun 2050 nantinya populasi

penduduk lansia di Indonesia dapat mencapai jumlah 100 juta (Hermawati, 2015:1). Di kota

Surabaya sendiri populasi penduduk lansia cukup tinggi hingga mencapai 10 % dari total

jumlah penduduknya yaitu sebanyak 187.955 jiwa dari total 2.765.487 jiwa (BPS kota

Surabaya).

Tingginya jumlah populasi lansia tersebut berdampak pula pada standar penyediaan

RTH berdasarkan jumlah penduduk yang termuat dalam Permen PU No. 5 tahun 2008

mengenai Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan bahwa taman

kota seharusnya menyediakan luas sebesar 144.000 m2 untuk tiap 480.000 jiwa penduduk

atau 0,3 m2/penduduk. Berdasarkan standar tersebut didapatkan bahwa pemerintah kota

Surabaya seharusnya menyediakan taman kota seluas 56.386,5 m2 untuk populasi lansianya

dengan perhitungan 0,3 m2 taman kota untuk 187.955 penduduk lansia Surabaya. Saat ini,

kota Surabaya sudah memiliki taman tematik khusus untuk pengguna lansia yang berada di

antara dua jalan kolektor, yaitu Jl. Raya Gubeng dan Jl. Kalimantan dengan luas 1.519,80

m2. Luas taman ini hanya dapat memenuhi 3,3 % dari total luas taman yang perlu disediakan

bagi pengguna lansia sehingga pemerintah perlu menyediakan taman kota yang lebih banyak

lagi untuk penduduk lansia.

Page 35: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

3

Taman Lansia Surabaya ini berada di Kel. Gubeng, Kec. Surabaya Timur. Lokasinya

berada di tengah kawasan fasilitas umum dan perdagangan dan jasa komersial. Berdasarkan

RDTRK UP Dharmahusada tahun 2006, kawasan tersebut memiliki kepadatan cukup tinggi.

Selain itu, posisinya yang berada diantara dua jalan kolektor dengan kecenderungan kegiatan

jasa dan perdagangan, sehingga sirkulasi transportasi di sekitar taman cukup padat. Hal ini

dapat berpengaruh bagi kemudahan aksesibilitas pejalan kaki menuju taman, terutama bagi

pengunjung lanjut usia. Sehingga penelitian ini akan mengkaji keterkaitan antara lokasi

taman dalam konteks kawasan dengan pengguna utamanya yaitu lanjut usia.

Konsep Taman Lansia sendiri sudah terdapat di beberapa kota di Indonesia selain di

Surabaya, seperti di Bandung dan Magelang. Konsep taman seperti ini memang

diperuntukkan khusus bagi pengguna lansia meskipun penggunaannya memang juga untuk

masyarakat umum. Untuk Taman Lansia di Surabaya sendiri, konsep fasilitas maupun

elemen lansekapnya dirancang dengan mengutamakan fungsi terapi bagi pengguna lansia

(baik jasmani maupun rohani), antara lain: air mancur, aneka ragam bunga, jalur olahraga

(jogging track), dan jalur batu untuk pijat refleksi (Kharismawan, 2012: 5).

1.1.3 Surabaya menuju Kota Ramah Lansia

Akibat isu terjadinya peningkatan jumlah lansia dan arus urbanisasi yang tidak hanya

terjadi di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia sehingga pada tahun 2007, WHO

mengeluarkan sebuah pedoman yang bertujuan untuk menjadi panduan bagi kota seluruh

dunia yaitu Pedoman Kota Ramah Lanjut Usia (Old-age Friendly Cities Guideline). Isu ini

juga berdampak pada permasalahan sosial, ekonomi dan politik terutama pada negara

berkembang seperti Indonesia. Terdapat 8 checklist yang digunakan sebagai pedoman WHO

untuk indikator penilaian suatu kota yang ramah lansia, yaitu: 1) Bangunan dan Ruang

Terbuka (Building & Outdoor Space), 2) Transportasi (Transportation), 3) Perumahan

(Housing), 4) Partisipasi Sosial (Social Participation), 5) Penghormatan dan Keterlibatan

Sosial (Respect & Sosial Inclusion), 6) Partisipasi Sipil dan Pekerjaan (Social Participation

& Employment), 7) Komunikasi dan Informasi (Communication & Information), and 8)

Dukungan Masyarakat dan Kesehatan (Community Support & Health Services).

Taman Lansia Surabaya sendiri termasuk dalam kategori Gedung dan Ruang

Terbuka. Untuk kategori ini sendiri terdapat persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi

agar dapat disebut ramah lansia. Beberapa persyaratan tersebut diantaranya adalah bebas

dari kebisingan dan bau yang tidak menyenangkan, fasilitas toilet dan tempat duduk yang

mudah diakses, ruang hijau yang terpelihara dengan baik, area pedestrian yang bebas dari

Page 36: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

4

gangguan, adanya pengaturan lalu lintas yang mengutamakan pejalan kaki, material jalan

yang aman terutama bagi pengguna kursi roda, penyeberangan jalan yang aman, jalur sepeda

yang disendirikan, dan mengutamakan keamanan terutama bagi pengguna lanjut usia (WHO,

2007).

Untuk menentukan kota ramah lansia dilakukan Studi Asesmen Kapasitas Kota

Ramah Lansia sebagai syarat dari WHO oleh Survey Meter yang telah bekerjasama dengan

Centre of Ageing Studies dari Universitas Indonesia (CAS UI). Studi ini dilakukan di 14 kota

di Indonesia dengan kota Surabaya terpilih untuk mewakili kota besar sebagai Best Practice.

Hasil dari studi ini akan dijadikan sebagai pertimbangan untuk pemerintah daerah dalam

menciptakan kebijakan menuju Kota Ramah Lansia pada tahun 2030. Pemerintah berharap

dengan adanya kota ramah lansia, penduduk lansia akan mendapatkan kemudahan

memperoleh layanan kesehatan, keringanan biaya, kenyamanan menggunakan fasilitas

sosial, kemudahan aksesibilitas di perkotaan dan adanya ruang terbuka untuk refleksi seperti

taman khusus. Taman Lansia di Surabaya merupakan salah satu fasilitas yang dapat

mendukung perwujudan kota ramah lansia tersebut. Tetapi masih belum ada penelitian

mengenai fasilitas di taman tersebut terkait kesesuaiannya dengan indikator ruang terbuka

pada kota ramah lansia. Berdasarkan persyaratan ruang terbuka yang ramah lansia tersebut,

penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui sejauh mana penerapan ruang terbuka yang

ramah lansia di Taman Lansia Surabaya.

1.1.4 Keamanan dan kenyamanan pengguna lansia di Taman Lansia Surabaya

Berdasarkan kriteria ruang terbuka dan bangunan pada indikator kota ramah lansia,

terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan, yaitu: ketersediaan ruang terbuka hijau,

lingkungan yang bersih dan menyenangkan, tempat istirahat, trotoar yang ramah lansia,

aksesibilitas, jalur penyeberangan jalan yang aman, keamanan lingkungan, ketersediaan

toilet umum, trotoar dan jalur sepeda, bangunan yang aman bagi lansia, dan kebutuhan

pengguna lansia itu sendiri. Faktor-faktor yang menyebabkan lansia ingin berada di ruang

luar adalah kenyamanan berjalan kaki, jauh dari suara yang bising, adanya hubungan sosial,

keselamatan maupun keamanan, fasilitas pendukung, dan aksesibilitas (Sajadzadeh, 2015;

Timoticin, 2014 & Yung, 2016). Berada di ruang luar juga dapat meningkatkan kualitas

hidup seseorang (Thompson, 2013: 90) terutama bagi lansia, beraktivitas di ruang luar dapat

meminimalisir gangguan kesehatan pada lansia (Wang, 2014: 266). Namun bagi pengguna

lansia yang memiliki keterbatasan baik fisik maupun mental, berada di lingkungan juga

berisiko menyebabkan kecelakaan terjatuh (Curl, 2016 & Nyman, 2013).

Page 37: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

5

Ada 6 kunci dalam merancang ruang luar yang terkait dengan pengguna lansia, yaitu

familiar, legible, distinctive, accessible, comfortable dan safe (Burton, 2006: 50). Burton

dan Lynne membuat 6 kriteria tersebut untuk dijadikan pedoman dalam merancang ruang

luar bagi lansia, dimana aktivitas yang dominan saat di ruang luar adalah berjalan kaki

sehingga lansia diutamakan harus aman dan nyaman ke tempat tujuan. WHO (2007) juga

mengamati bahwa risiko kecelakaan lansia di ruang luar sangat tinggi sehingga keamanan

harus diprioritaskan dan ditingkatkan. Paramitasari & Medhiansyah (2016) memandang

taman lansia di Indonesia saat ini hanya mengutamakan kuantitas, sehingga aspek keamanan,

kenyamanan dan perilaku dari lansianya sendiri malah dikesampingkan. Sehingga taman

lansia seharusnya tidak hanya menjadi ruang bersama bagi lansia tetapi juga harus

mengutamakan aspek keamanan dan kenyamanan penggunanya.

Keamanan mengacu pada bagaimana lansia dapat menggunakan, menikmati dan

beraktivitas di ruang luar tanpa takut tersandung atau terjatuh, bahkan mengalami

kriminalitas (Burton, 2006: 104). Sedangkan kenyamanan adalah bagaimana lansia dapat

bebas beraktivitas di ruang luar tanpa terganggu fisik dan mentalnya dan dapat menikmati

ruang luar (Burton, 2006: 115). Berdasarkan kriteria keamanan dan kenyamanan untuk ruang

terbuka bagi pengguna lanjut usia tersebut, terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan

objek penelitian yaitu Taman Lansia Surabaya. Lokasi taman yang diapit oleh dua jalan

kolektor di sekelilingnya sehingga lalu lintas di sekitar taman cukup ramai. Selain itu,

kondisi jalan sekitar dan fasilitas penyeberangan jalan belum memperhatikan kebutuhan dari

pengguna lanjut usia terutama yang ingin menuju ke taman tersebut. Hal ini tentu

berpengaruh terhadap keamanan lansia saat menyeberangi jalan. Dampak lainnya adalah

kebisingan lingkungan sekitar yang berasal dari jalan raya yang dapat berdampak pula pada

kenyamanan pengguna lanjut usia di taman. Faktor lainnya adalah lokasi taman yang berada

di kawasan fasilitas umum dan perdagangan dan jasa. Desain bangunan yang didominasi

oleh fungsi komersial tentu memiliki karakter yang berbeda dengan fungsi perumahan. Hal

ini juga berdampak pada kemudahan pengguna lanjut usia dalam mengenali kawasan dan

jalan Taman Lansia tersebut karena lansia yang cenderung menghabiskan waktu di rumah

sehingga lebih akrab terhadap desain bangunan perumahan.

Permasalahan lain pada Taman Lansia Surabaya adalah fungsi taman yang justru

didominasi oleh pengguna remaja dibandingkan lanjut usia. Keberadaan para remaja ini

tentu dapat mengganggu kenyamanan pengguna lanjut usia yang ingin mendapatkan

ketenangan di taman tersebut. Selain itu, pengelolaan sampah yang belum maksimal

sehingga menyebabkan taman tersebut terlihat kotor juga berpengaruh terhadap kenyamanan

Page 38: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

6

di taman tersebut (pojokpitu.com, 2016). Untuk mendukung program kota Surabaya yang

sedang menuju Kota Ramah Lansia pada tahun 2030, Taman Lansia Surabaya sebagai ruang

bersama untuk pengguna lanjut usia tentunya harus bisa memenuhi kebutuhan ruang luar

bagi lansia. Tetapi dengan permasalahan-permasalahan yang ada di taman tersebut, baik di

dalam taman maupun di kawasan sekitar, dapat mengganggu keamanan dan kenyamanan

bagi pengguna lanjut usia sendiri. Hal ini juga dapat mempengaruhi kelayakan kota Surabaya

sendiri untuk menjadi kota ramah lansia. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana keamanan dan kenyamanan ruang terbuka bagi pengguna lanjut usia diterapkan

di Taman Lansia Surabaya berdasarkan kebutuhan pengguna dan kriteria kota ramah lansia.

1.2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan latar belakang yang

telah disebutkan, maka identifikasi permasalahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Surabaya yang merupakan salah satu dari kota – kota metropolitan terbesar di

Indonesia belum mencapai RTH 30 % dari luas wilayah kota sehingga terdapat

kebijakan untuk membuat Kota Taman atau disebut juga “Green City” untuk

menambah luasan RTH kota.

2. Taman Lansia Surabaya sebagai taman tematik untuk pengguna lanjut usia hanya

dapat memenuhi kebutuhan RTH sebanyak 3,3 % bagi kebutuhan lansia akibat

meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia di Surabaya maupun di seluruh kota di

Indonesia.

3. Lokasi Taman Lansia Surabaya dan kondisi di dalam taman maupun di lingkungan

sekitar taman tidak sesuai dengan aspek keamanan dan kenyamanan bagi pengguna

lanjut usia, padahal Surabaya sedang dalam persiapan program menuju kota ramah

lansia pada tahun 2030.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah diungkapkan

sebelumnya maka diperoleh rumusan masalah pada penelitian, yaitu: Bagaimana

keamanan dan kenyamanan bagi pengguna lanjut usia di lingkungan sekitar dan

dalam Taman Lansia Surabaya?

Page 39: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

7

1.4. Batasan Masalah

Terdapat beberapa batasan masalah yang digunakan pada penelitian ini, yaitu diantaranya

adalah sebagai berikut.

1. Lokasi penelitian hanya dilakukan di Taman Lansia Surabaya sebagai satu-satunya

taman tematik bagi pengguna lanjut usia di Surabaya dengan luasan 1.519,80 m2.

2. Aspek keamanan dan kenyamanan yang dikaji berdasarkan pada indikator Ruang

Terbuka dan Bangunan (Building and Open Spaces) untuk penilaian kota ramah lansia

dalam pedoman yang telah dibuat oleh WHO.

3. Kajian keamanan dan kenyamanan melingkupi seluruh elemen pembatas dan pengisi

taman, berupa: bangunan yang berada di dalam maupun lingkungan sekitar taman,

furniture taman, fasilitas umum, sirkulasi di dalam maupun lingkungan sekitar taman,

dan aksesibilitas menuju taman.

4. Subyek penelitian dibatasi hanya pada pengunjung taman berusia 60 ke atas (kategori

lanjut usia).

5. Pedoman pada penelitian ini mengacu pada checklist kota ramah lansia yang

dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2007 dalam Pedoman Kota Ramah Lansia yang

disesuaikan dengan kebijakan dan peraturan mengenai ruang terbuka hijau dan untuk

Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) di Surabaya.

1.5. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah: Mengetahui keamanan dan kenyamanan bagi

pengguna lanjut usia di lingkungan sekitar dan dalam Taman Lansia kota Surabaya.

1.6. Manfaat

Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi perencana dan perancang kota

Keamanan dan kenyamanan sebagai penentu kualitas taman kota bagi lansia di Taman

Lansia dapat menjadi acuan untuk perbaikan kualitas taman sebagai pendukung kota

ramah lansia maupun evaluasi bagi pengembangan taman lansia lainnya.

Page 40: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

8

2. Bagi arsitek lansekap

Menjadi pertimbangan untuk merancang baik fasilitas dan elemen lansekap terkait

kebutuhan pengguna lanjut usianya yang dapat memberikan keamanan dan

kenyamanan.

3. Bagi pemerintah

Menjadi bahan pertimbangan untuk mengeluarkan kebijakan dan peraturan terkait

fasilitas maupun pelayanan bagi lansia terutama yang berkaitan dengan program kota

yang ramah lansia di Surabaya pada tahun 2030.

4. Bagi lansia

Mengetahui tingkat keamanan dan kenyamanan pada taman kota terutama di Taman

Lansia Surabaya.

5. Bagi pengembangan keilmuan, khususnya ilmu arsitektur lansekap/pertamanan

Mengembangkan ilmu pengetahuan dan topik di bidang keilmuan arsitektur

lansekap/pertamanan dengan pengguna lanjut usia yang dapat dikembangkan untuk

penelitian pada lokasi yang sama dan lokasi berbeda yang memiliki permasalahan

yang sama maupun topik sejenis.

1. 7 Sistematika Pembahasan

Penelitian ini akan disusun dalam lima bab yang pembahasannya akan berurutan.

Penulisan dimulai dari bab awal yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian,

hasil dan pembahasan, dan diakhiri dengan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan

saran berdasarkan keseluruhan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Untuk sistematika

penulisannya adalah sebagai berikut.

1. Bab I : Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah,

tujuan, manfaat, sistematika pembahasan, dan kerangka pemikiran. Pada latar belakang

menjelaskan tentang isu yang dipilih dalam penelitian sehingga muncul suatu rumusan

masalah. Pada penelitian ini, latar belakang masalah dimulai dari kebutuhan peningkatan

jumlah RTH di Surabaya berdasarkan isu perwujudan kota Surabaya menjadi suatu kota

Taman atau disebut juga “Green City”, Taman Lansia Surabaya merupakan salah satu bentuk

peningkatan RTH di Surabaya sekaligus memenuhi kebutuhan populasi lanjut usia yang

meningkat di Surabaya. Isu selanjutnya adalah kota Surabaya sedang dalam persiapan

program menuju kota yang ramah lansia pada tahun 2030, sehingga semua fasilitas dan

Page 41: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

9

pelayanan kota harus disesuaikan dengan kebutuhan penduduk lanjut usia. Salah satunya

adalah fasilitas ruang terbuka, terutama kota Surabaya memiliki taman khusus pengguna

lanjut usia. Agar sesuai dengan pedoman WHO untuk kota ramah lansia, aspek keamanan

dan kenyamanan di Taman Lansia Surabaya harus sesuai dengan pedoman dan standar yang

berlaku.

2. Bab II : Tinjauan Pustaka

Isi dari bab II adalah tentang kajian teori-teori dari pustaka maupun sumber terkait

lainnya yang berkaitan dengan isu dan permasalahan penelitian. Selain kajian teori, sumber-

sumber pustaka lainnya seperti hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya, peraturan dan

kebijakan terkait, dan standar pedoman yang berhubungan. Kajian teori ini akan membahas

tentang teori umum taman kota sebagai ruang terbuka hingga taman tematik lansia.

Kemudian membahas tentang elemen-elemen taman yang akan diidentifikasi dalam

penelitian. Setelah itu akan dibahas mengenai kota ramah lansia, terutama yang berhubungan

dengan ruang terbuka. Dan yang terakhir adalah mengenai keamanan dan kenyamanan

pengguna lanjut usia saat di ruang terbuka sebagai kriteria evaluasi objek penelitian. Selain

dari kajian teori, juga akan dilakukan kajian terhadap objek-objek literatur yang memiliki

fungsi sejenis. Sedangkan pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya akan dijadikan

pendukung penelitian dalam menentukan variabel dan metode penelitian yang akan

digunakan, termasuk kontribusi lainnya yang mendukung dalam perumusan masalah

penelitian.

3. Bab III : Metode Penelitian

Pada bab III akan dijelaskan mengenai metode umum yang digunakan, lokasi

penelitian, objek penelitian, jenis penelitian, dan variabel penelitian yang digunakan. Dalam

penelitian ini sendiri, metode umum yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.

Tahapan - tahapan penelitian berupa perumusan gagasan, persiapan, analisis, sintesis, dan

rekomendasi. Setelah pengumpulan data primer dan sekunder, dilakukan tahap analisis yang

dibagi menjadi beberapa bagian menyesuaikan dengan variabel-variabel dalam penelitian.

Di tahap sintesis akan dipaparkan kesimpulan dari kondisi keamanan dan kenyamanan

berdasarkan hasil penelitian sebelumnya. Selanjutnya hal ini dirumuskan dan disesuaikan

kembali untuk dibuat konsep rekomendasi desain.

Page 42: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

10

4. Bab IV : Hasil dan Pembahasan

Pada bab IV ini akan dijelaskan keseluruhan hasil penelitian maupun bahasan yang

disesuaikan dengan tinjauan pustaka sebelumnya. Pembahasan dimulai dari penjelasan

taman kota di Surabaya sebagai ruang terbuka hingga objek penelitian yaitu Taman Lansia

sebagai taman tematik untuk pengguna lanjut usia. Semua yang terkait dengan ruang terbuka

terutama taman kota berupa peraturan maupun kebijakan yang terkait akan dibahas.

Selanjutnya adalah menganalisis kondisi aktual dari Taman Lansia Surabaya yang berkaitan

dengan variabel penelitian berdasarkan aspek evaluasi keamanan dan kenyamanan taman

berkaitan dengan pengguna lanjut usia. Analisis ini akan disesuaikan dengan kriteria ruang

terbuka untuk kota ramah lansia dan juga standar keamanan dan kenyamanan berdasarkan

tinjauan pustaka sebelumnya. Dari hasil pembahasan dan evaluasi terhadap Taman Lansia

tersebut maka diperoleh hasil sintesis keamanan dan kenyamanan pada Taman Lansia

Surabaya. Hasil sintesis tersebut yang akan dikembangkan untuk menjadi rekomendasi

konsep desain sebagai akhir dari pembahasan.

5. Bab V : Penutup

Hasil dari analisis dan evaluasi pada pembahasan sebelumnya akan ditarik suatu

kesimpulan mengenai kondisi keamanan dan kenyamanan Taman Lansia Surabaya sehingga

dapat ditarik suatu pernyataan mengenai keseuaian taman tersebut untuk mendukung

program kota Surabaya yang sedang menuju kota yang ramah lansia pada tahun 2030. Selain

itu, kesimpulan juga memuat saran dan kontribusi bagi para lansia sebagai pengguna taman,

pemerintah dan juga terutama bagi para perancang dan perencana kota maupun

lansekap/pertamanan.

Page 43: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

11

Gambar 1.1 Diagram kerangka masalah

Latar Belakang Masalah

Kota Surabaya sedang diarahkan untuk menjadi Kota Taman atau disebut juga “Green City” sebagai

upaya untuk meningkatkan RTH kota yang belum mencapai standar.

Meningkatnya populasi lanjut usia di kota Surabaya sehingga kebutuhan ruang terbuka hijaunya juga

semakin meningkat sehingga dibuatnya Taman Lansia sebagai taman tematik untuk pengguna lanjut

usia.

Kota Surabaya sedang dalam persiapan untuk program menuju suatu Kota Ramah Lansia pada tahun

2030 sehingga fasilitas dan pelayanan bagi pengguna lanjut usia harus ditingkatkan.

Keamanan dan kenyamanan merupakan bagian dari aspek untuk ruang terbuka bagi pengguna lanjut

usia, Taman Lansia seharusnya menerapkan aspek tersebut terutama untuk mendukung program Kota

Ramah Lansia Surabaya.

Identifikasi Masalah

Surabaya yang merupakan salah satu dari kota-kota metropolitan terbesar di Indonesia yang belum

mencapai RTH 30 % dari luas wilayah kota sehingga terdapat kebijakan untuk membuat Kota Taman

atau disebut juga “Green City” untuk menambah luasan RTH kota.

Taman Lansia Surabaya sebagai taman tematik untuk pengguna lanjut usia hanya dapat memenuhi

kebutuhan RTH sebanyak 3,3 % bagi kebutuhan lansia akibat meningkatnya jumlah penduduk lanjut

usia di Surabaya maupun di seluruh kota di Indonesia.

Lokasi Taman Lansia Surabaya dan kondisi di dalam taman maupun di kawasan sekitar taman tidak

sesuai dengan aspek keamanan dan kenyamanan bagi pengguna lanjut usia, padahal Surabaya sedang

dalam persiapan program menuju kota ramah lansia tahun 2030.

Rumusan Masalah

Bagaimana keamanan dan kenyamanan bagi pengguna lanjut usia di lingkungan sekitar dan dalam Taman

Lansia Surabaya?

Batasan Masalah

Lokasi penelitian hanya di Taman Lansia Surabaya.

Menggunakan indikator ruang terbuka dari WHO (2007).

Kajian meliputi seluruh elemen dan pengisi taman.

Subyek merupakan pengunjung yang berusia 60 tahun ke atas.

Menggunakan pedoman kota ramah lansia dari WHO (2007).

Tujuan

Untuk mengetahui keamanan dan kenyamanan bagi pengguna lanjut usia di lingkungan sekitar dan dalam

Taman Lansia Surabaya.

Manfaat

Memberikan sumbangan pengetahuan bagi perencana dan perancang kota, arsitek lansekap, pemerintah,

lansia, dan pengembangan keilmuan terutama di bidang arsitektur pertamanan.

Page 44: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Lansia

2.1.1 Lanjut usia (Lansia)

Istilah lansia yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kepanjangan dari lanjut

usia. Menurut Poorjafar et al. (2010), lansia merupakan perubahan yang berkaitan dengan

penurunan kemampuan fisik dan mental yang dialami oleh semua orang dan memerlukan

perhatian khusus. Lansia adalah usia dimana berhentinya proses biologi, sosiologi, temporal

dan psikologi. Sedangkan untuk batasan kategori untuk seseorang dapat dikatakan lansia

juga memiliki banyak pendapat yang berbeda. Menurut WHO, lansia adalah seseorang baik

pria atau wanita yang berusia 60 – 74 tahun. Menurut Depkes (2006), lansia dimulai setelah

berusia 60 tahun. Menurut PBB atau United Nations (UN), lansia juga merupakan usia

seseorang saat 60 tahun keatas. Ada juga yang berpendapat bahwa lansia merupakan

individu saat berusia 65 tahun ke atas (Feldman et al., 2012; Papalia et al., 2007). Namun

menurut Undang – Undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang

dikatakan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.

Istilah lansia yang digunakan juga berdasarkan pada istilah yang digunakan dalam

UU No. 13 tahun 1998. Selain istilah lansia, terdapat istilah lain yang memiliki pengertian

yang sama dengan lansia, diantaranya adalah: usia lanjut, manula (manusia lanjut usia),

wredawan, dan adi yuswo (Urbayatun, 2006: 64). Meskipun banyak istilah lain, namun

pemilihan penggunaan istilah lansia yang digunakan dalam penelitian ini juga menyesuaikan

dengan jenis nama taman yang digunakan sebagai fokus penelitian ini, yaitu taman lansia.

2.1.2 Penurunan pada lansia

Selain ditandai dengan bertambahnya usia, proses lansia juga ditandai dengan

terjadinya penurunan kapasitas fisik yang ditandai dengan berkurangnya massa otot dan

kekuatannya, denyut jantung yang menurun, dan berkurangnya fungsi otak (Junaidi, 2011:

18). Penurunan tersebut juga berakibat terhadap perkembangan tubuh lansia sehingga

banyak kualitas fisik yang semakin berkurang.

Menurut Dong et al.(2014), Tournier et al.(2016) dan Ambardini (2009), terdapat

karakteristik dasar penurunan pada lansia:

Page 45: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

14

1. Karakter fisiologis

Penurunan fisiologis berhubungan dengan berkurangnya kemampuan fisik lansia

diakibatkan kemampuan tubuh yang semakin berkurang dan mulai munculnya berbagai

macam penyakit.

2. Karakter psikologis

Penurunan psikologis pada lansia ditandai dengan hilangnya karakter status diri sendiri,

merasa diabaikan, kesepian, bosan, tidak ada keinginan, putus asa, mudah depresi, tidak

ada keinginan dan harapan, merasa bersalah dan sering merasa gelisah.

3. Karakter kognitif

Penurunan kognitif ditandai dengan kecepatan berjalan yang semakin melambat dan

tingkat kecelakaan terjatuh yang tinggi. Berkurangnya kemampuan mengambil

keputusan, kesulitan berkoordinasi, dan ingatan yang melemah sehingga kesulitan untuk

mengingat sesuatu.

4. Karakter sensorik

Pada penurunan sensorik, hal yang menandai adalah penglihatan yang kabur atau

bahkan hilang sama sekali (buta) dan kesulitan mengenali warna serta gangguan

pendengaran.

Penuaan tidak hanya berpengaruh terhadap penurunan fisik dan mental pada lansia,

tetapi juga terhadap kehidupan sosial lansia (Williams, 1995; Othman et al., 2015). Untuk

mencegah penurunan – penurunan tersebut dan membuat lansia tetap bahagia, bersosialisasi

dengan sesama lansia dan hidup mandiri sangat bagus untuk perkembangan lansia (Othman

et al., 2015: 322-324).

2.1.3 Aktivitas fisik pada lansia

Berbagai masalah terjadi pada lansia seperti yang sudah dijelaskan pada bagian

sebelumnya, contohnya seperti penyakit, kesepian dan kehilangan peran. Melakukan

aktivitas fisik dapat meningkatkan kualitas hidup pada lansia. Terutama untuk aktivitas fisik

di luar ruangan (An et al., 2012: 330). Aktivitas fisik merupakan kegiatan fisik yang

membutuhkan energi untuk melakukannya, seperti berjalan kaki, berolahraga, berkebun,

bermain bersama cucu, dan sebagainya (Ambardini, 2009: 4). Aktivitas fisik memiliki

banyak manfaat bagi lansia, diantaranya adalah memperkuat kondisi jantung, otot dan

tulang, meningkatkan usia harapan hidup, membakar lemak untuk pencegahan obesitas,

Page 46: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

15

meningkatkan kebahagiaan sehingga mengurangi depresi, membuat lebih mandiri, dan

meningkatkan rasa percaya diri pada lansia (Ambardini, 2009: 4).

Menurut Ambardini (2009) tersebut, aktifitas fisik pada lansia harus dapat memenuhi

kriteria FITT (frequency, intensity, time, type). Frequency adalah seberapa sering aktivitas

fisik yang dilakukan oleh lansia. Intensity adalah tingkat kekerasan dari aktivitas fisik yang

dilakukan oleh lansia. Time adalah jadwal waktu untuk melakukan aktivitas tersebut dan

type adalah jenis-jenis kegiatan aktivitas fisik yang dilakukan tersebut. Jenis-jenis aktivitas

fisik contohnya seperti senam, latihan kekuatan otot, fleksibilitas dan latihan menjaga

keseimbangan (Kathy, 2002; Ambardini, 2009). Frekuensi dari aktivitas fisik yang

dilakukan berdasarkan pada kebutuhan dan tujuan dari lansia sendiri, diantaranya adalah

untuk kemandirian, kebugaran, kesehatan dan memperbaiki atau meningkatkan kerja tubuh.

2.1.4 Kebutuhan lansia di ruang luar

Alam memiliki banyak manfaat bagi manusia, baik untuk fisik maupun psikologis

(Othman et al., 2015:324). Alam memberikan perasaan yang membuat seseorang merasa

tenang dan damai yang sangat bermanfaat untuk relaksasi dan penyembuhan (Lyle, 1985).

Lansia akan merasa bahagia di ruang luar karena jarang beraktivitas di luar rumah (Othman

et al., 2015:325). Kebutuhan ruang luar bagi lansia berbeda dengan kebutuhan bagi orang

muda, karena berada di ruang luar dapat meningkatkan kualitas hidup bagi lansia (Askari et

al., 2015:95). Kualitas hidup ini ditingkatkan melalui interaksi sosial dengan sesama lansia

maupun dengan masyarakat. Salah satu aktivitas di ruang luar yang paling disukai oleh lansia

adalah berjalan kaki karena membantu meningkatkan kondisi fisik terutama kekuatan dan

keseimbangan apalagi jika dilakukan secara teratur.

Namun banyak hal yang dapat mempengaruhi lansia berada di ruang luar, seperti

kondisi cuaca, kualitas udara, desain ruang luar dan fasilitas pelayanan (An et al., 2012;

Tournier et al., 2016). Dan yang paling ditakutkan oleh lansia untuk berada di ruang luar

adalah terjatuh. Secara global, terjatuh merupakan ancaman yang paling besar bagi

kesehatan dan kesejahteraan lansia (Curl et al., 2015; Nyman et al., 2013). Hal ini tentu

dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia (Curl et al., 2015:139). Pertama, kecelakaan

terjatuh dapat membatasi mobilitas lansia sehingga dapat membatasi aktivitas lansia di ruang

luar. Kedua, menimbulkan kekhawatiran dan rasa takut bagi lansia akan mengalami

kecelakaan terjatuh sehingga lansia lebih memilih tidak berada di luar ruangan. Hal yang

mempengaruhi lansia di ruang luar tersebut adalah kekhawatiran pada lalu lintas,

Page 47: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

16

infrastruktur trotoar yang tidak memadai, ketersediaan transportasi umum, penyeberangan

jalan, kondisi trotoar, kebisingan, dan cuaca (Curl et al., 2015; Tournier et al., 2016).

Sehingga ruang luar yang dibutuhkan bagi lansia harus memenuhi kriteria-kriteria

berikut ini (Dong et al., 2014:797-798).

1. Keselamatan, mencakup keselamatan lalu lintas, keselamatan bertahan, keselamatan

aksesibilitas dan keselamatan dalam kondisi darurat. Memahami proses penuaan pada

lansia dimana banyak keterbatasan fisik yang dialami oleh lansia sehingga

rancangannya berbeda dengan kalangan umur yang lain.

2. Kesehatan yang dipengaruhi oleh pencahayaan, udara dan visual. Sehingga ruang luar

harus dapat meningkatkan kesehatan bukan malah memperburuknya.

3. Komunikasi, tempat yang dapat menjadi ruang berinteraksi dengan orang lain ataupun

ruang yang bisa digunakan untuk menyendiri dan tidak terganggu oleh orang lain.

4. Mudah dikenal, diperoleh desain dari ruang luar itu sendiri.

5. Meningkatkan kesehatan mental atau dari segi psikologis dari penggunanya yaitu para

lansia.

2.2. Tinjauan Taman Lansia

2.2.1 Taman kota dan taman lansia

Berdasarkan definisi ruang menurut Undang – Undang Republik Indonesia No.26

tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Rustam Hakim (2014) yang dimaksud dengan ruang

terbuka (open spaces) adalah ruang yang bisa diakses masyarakat tanpa batas waktu tertentu

sekaligus wadah kelangsungan makhluk hidup lainnya. Sedangkan ruang terbuka hijau

merupakan area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaanya lebih bersifat

terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja

ditanam. Bentuk-bentuk ruang terbuka hijau berdasarkan fungsinya antara lain adalah

sebagai taman, hutan, kebun, pemakaman, lapangan, parkir terbuka, lahan pertanian dan

jalur hijau (Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan).

Taman adalah sebidang lahan terbuka dengan luasan tertentu yang dirancang dengan

mempertimbangkan vegetasi dan juga elemen lainnya sehingga dapat menyebabkan yang

datang ke tempat tersebut merasakan kesenangan, kegembiraan dan kenyamanan

(Ilmiajayanti et al., 2015:23). Jenis taman ini terbagi menjadi 2 (dua), yaitu taman aktif dan

taman pasif. Taman aktif adalah taman yang didominasi oleh kegiatan fisik dan partisipasi

Page 48: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

17

langsung pada kegiatan tersebut, seperti olahraga dan bentuk-bentuk permainan lain yang

banyak memerlukan pergerakan fisik, biasanya dilengkapi dengan elemen-elemen fasilitas

taman bermain dan lapangan olahraga. Sedangkan taman pasif adalah taman yang digunakan

untuk menghabiskan waktu senggang sehingga lebih kepada hal-hal yang bersifat tenang

dan relaksasi untuk stimulasi mental dan emosional, tidak didominasi oleh kegiatan fisik

atau partisipasi langsung karena lebih mengutamakan elemen estetis untuk menjaga

keindahan taman (Ilmiajayanti et al., 2015; Permendagri No. 1, 2007).

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 tahun 2008 tentang Pedoman

Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau, yang dimaksud dengan taman kota

adalah lahan terbuka hijau yang berfungsi untuk sosial dan estetika sebagai sarana kegiatan

rekreasi, edukasi atau kegiatan untuk masyarakat lainnya. Sebagai salah satu ruang terbuka

hijau, taman kota selain berfungsi menambah area hijau kota untuk menjaga kelangsungan

ekosistem, juga menjadi ruang publik yang dapat digunakan oleh masyarakat dari berbagai

kalangan termasuk yang memiliki keterbatasan, seperti penyandang cacat dan lansia. Taman

tematik adalah taman yang memiliki fungsi sama dengan taman-taman kota lainnya, namun

yang membedakan adalah konsep yang dimiliki oleh taman-taman tersebut (Ilmiajayanti et

al., 2015:23).

Taman lansia merupakan salah satu taman kota tematik. Selain menjadi ruang

terbuka hijau sebagai bagian dari arsitektur kota, taman ini juga berfungsi untuk

meningkatkan kualitas hidup lansia dari segi geriatri (ilmu perawatan medis bagi orang tua)

sehingga terdapat fasilitas-fasilitas untuk penyembuhan seperti fasilitas relaksasi,

kebugaran, ruang istirahat, dan ruang aktivitas yang mempertimbangkan kondisi fisiologis

dan psikologis lansia (Hetyorini et al., 2015; Dong et al., 2014).

2.2.2 Kriteria perancangan taman lansia

Taman lansia memiliki pengguna spesifik yaitu lansia itu sendiri. Banyaknya

keterbatasan pada lansia tersebut menyebabkan lansia membutuhkan ruang publik yang

sesuai dengan kebutuhannya, termasuk taman. Taman tersebut harus dapat menyesuaikan

dengan kondisi lansia sekaligus dapat meningkatkan kualitas hidup dari penggunanya.

Berdasarkan teori dari Burton & Lynne (2006), kriteria-kriteria yang menentukan

kualitas suatu taman lansia adalah sebagai berikut.

Page 49: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

18

1. Familiarity

Familiarity berkaitan dengan kemudahan lansia dalam mengenali suatu lingkungan.

Familiarity ini dipengaruhi oleh bentuk, ruang terbuka, bangunan dan fitur ruang luar

yang memiliki desain yang mudah diingat oleh lansia. Familiarity dapat membantu

lansia untuk mengenali suatu lingkungan terutama pada lingkungan yang baru pernah

didatangi , sehingga lansia tidak bingung, disorientasi dan kehilangan arah. Faktor-

faktor ruang luar yang mempengaruhi familiarity adalah jalan baik dari bentuk, gaya

maupun material yang digunakan, fitur arsitektur dan lingkungan, dan street furniture

yang mudah diingat dan dikenali oleh lansia.

Gambar 2.1. Bentuk bangunan dan penanda yang mempengaruhi familiarity

Sumber : Burton & Lynne (2006)

2. Legibility

Legibility membantu lansia mengetahui keberadaanya dan ke arah mana harus pergi.

Legibility dapat diwujudkan dengan penanda jalan yang jelas, eksplisit, sederhana,

dan tidak ada fitur-fitur ruang luar yang ambigu. Legibility membantu lansia

menemukan jalan (peta dan penunjuk arah, peta ingatan, perencanaan rute, sign, dan

fitur landmark dan lingkungan) dan tidak kehilangan arah.

Legibility dapat diwujudkan antara lain melalui:

a. Terdapat hirarki jalan.

b. Panjang jalan yang berkisar antara 60 – 100 m, dan tikungan jalan dengan sudut

lebih besar dari 90o.

c. Fungsi tempat dan bangunan mudah diketahui, jelas, dan tidak ambigu akses

masuknya.

d. Dinding rendah, pagar dan tanaman dapat memisahkan antara ruang publik dan

ruang privat dimana visibilitas tetap tidak terbatas.

Page 50: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

19

e. Tanda-tanda standar untuk memberikan informasi mengenai sesuatu yang

sederhana, penting, dan tidak menimbulkan ambiguitas arah.

f. Tanda penunjuk yang memberikan petunjuk untuk ke suatu arah.

g. Sign-sign yang besar, grafis yang realistis dan simbol dengan warna kontras

dengan background, warna terang. Sign dengan cahaya yang tidak menyilaukan

dan tidak reflektif.

Gambar 2.2. Penunjuk arah dan jalan yang mempengaruhi legibility

Sumber : bulletinmetropolis.com, 2013 dan Burton & Lynne (2006)

3. Distinctiveness

Distinctiveness berkaitan dengan sejauh mana suatu tempat memberikan gambar

yang jelas sehingga keberadaan mudah diketahui dan dapat mengarahkan. Faktor

pada ruang luar yang dapat membantu distinctiveness antara lain karakter lokal (fitur,

warna, material), variasi bentuk bangunan dan lingkungan, tempat yang menarik dan

tidak seperti yang lain, dan fitur lingkungan dan landmark. Berkurangnya

kemampuan memori pada lansia dapat diatasi dengan keberadaan tanaman, furniture,

pencahayaan dan bagian-bagian depan toko yang diolah sehingga dapat membedakan

antara karakter suatu lingkungan dengan yang lain (Suryani, 2009:22).

Gambar 2.3. Karakter suatu lingkungan yang mempengaruhi distinctiveness

Sumber : Burton & Lynne (2006)

Page 51: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

20

4. Accessibility

Accessibility mengacu pada bagaimana suatu tempat dapat dicapai, dimasuki,

digunakan, dan dijadikan untuk tempat aktivitas berjalan atau meskipun hanya

sekedar dikunjungi oleh lansia terlepas dari gangguan fisiologis dan psikologis yang

dimiliki oleh lansia. Faktor ruang luar yang mempengaruhi accessibility antara lain

fasilitas dan pelayanan lingkungan, pola jalan, pedestrian, dan perubahan ketinggian

permukaan jalan. Bahkan terkadang disediakan jalan tersendiri untuk lansia maupun

para penyandang cacat.

Untuk penerapan accessibility pada lingkungan dapat dicapai dengan:

a. Penggunaan yang beragam.

b. Berada tidak lebih dari 800 m dari perumahan penduduk, fasilitas pelayanan, dan

fasilitas-fasilitas primer.

c. Terdapat tempat duduk umum setiap 100 – 125 m dengan lebar jalan sebesar 2

m dan permukaan yang rata.

d. Apabila terdapat perbedaan ketinggian permukaan lantai, harus diberi suatu

penanda, dilengkapi dengan pegangan tangan, permukaan yang tidak licin dan

tidak menyilaukan.

e. Gerbang dan pintu masuk yang mudah dibuka.

Gambar 2.4. Ruang luar yang mempengaruhi accessibility

Sumber : Burton & Lynne (2006)

5. Comfort

Comfort mengacu pada suatu tempat yang memungkinkan untuk dikunjungi dan

dinikmati tanpa harus memikirkan keterbatasan fisik atau mental yang dimiliki.

Comfort dapat membuat lansia merasa mandiri, diterima, tenang, damai, dan

kebutuhan fisik dapat terpenuhi. Faktor ruang luar yang mempengaruhi comfort

antara lain kemudahan mengenali suatu tempat/lingkungan, tempat yang “welcome”,

jauh dari kebisingan, jalan yang lebar, dekat dengan pemberhentian transportasi

Page 52: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

21

umum, terdapat fasilitas telepon umum, dan tersedianya fasilitas tempat duduk dan

toilet umum.

Gambar 2.5. Ruang luar yang mempengaruhi comfort

Sumber : Burton & Lynne (2006)

6. Safety

Safety mengacu pada suatu tempat yang dapat membuat penggunanya merasa

nyaman dan bebas bergerak tanpa takut tersandung atau terjatuh. Safety suatu tempat

juga dipengaruhi oleh struktur kondisi lingkungan (hubungan antar sarana

transportasi, kegelapan pada jalan-jalan dan gang yang sempit, sudut-sudut yang

sempit, dan penyeberangan yang aman), pengalaman individual (tingkat

kriminalitas) dan keberadaan langkah-langkah preventif (kamera perekam, patroli

dan informasi-informasi umum) (Sassi & Molteni, 2011:7). Faktor ruang luar yang

mempengaruhi safety antara lain pengawasan alami, penyeberangan jalan, dan area

pejalan kaki.

Sedangkan untuk beberapa persyaratan perancangan terkait taman lansia itu sendiri

menurut Turel et al. (2007) dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30 tahun 2006

adalah sebagai berikut.

1. Ramp

a. Lebar min. 95 cm untuk tanpa pegangan, dan 120 cm dengan tepi pengaman.

b. Kemiringan ramp maks. 6o (perbandingan tinggi dan kelandaian 1 : 10).

c. Permukaan yang datar harus bertekstur agar tidak licin.

d. Muka datar/bordes memiliki ukuran minimum 160 cm.

e. Pegangan tangan (handrail) yang kuat dengan ketinggian 65 – 80 cm.

f. Pencahayaan yang cukup terutama pada malam hari.

Page 53: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

22

g. Material penutup sebaiknya kuat, stabil, tidak licin dan sedikit kasar.

h. Lebar tepi pengaman dengan jarak 10 cm.

Gambar 2.6. Standar ukuran ramp

Sumber : Permen PU No. 30 (2006)

2. Anak tangga

a. Ketinggian 15 – 19 cm, lebar 27 – 30 cm (lebar + 2tinggi = 62 atau 64 cm).

b. Kemiringan tangga kurang dari 60o.

c. Memiliki ketinggian pegangan tangan dengan ketinggian 65 – 80 cm.

d. Pegangan tangan harus ditambah bagian ujung-ujungnya (atas dan bawah)

dengan panjang minimal 30 cm.

e. Lebar tangga minimal 180 cm.

f. Material yang kasar dan tidak licin.

g. Ada perbedaan warna dan tekstur dari pijakan tanah dan tangga.

h. Pencahayaan yang cukup sehingga dapat digunakan pada malam hari.

3. Trotoar/Jalur pedestrian

a. Menghindari sambungan dan gundukan.

b. Jika terdapat gundukan, maksimal ketinggian 1,25 cm.

Page 54: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

23

c. Tinggi maksimal dari jalan 15 cm.

d. Perbandingan ketinggian maksimum adalah 1 : 10 dan pada setiap jarak

maksimal 900 cm diharuskan terdapat bagian yang datar minimal 120 cm.

e. Lebar minimum 120 cm untuk jalur searah, dan 160 cm untuk dua arah.

f. Tepi pengaman (menghindari mobil dan membuat aman tunanetra) dengan

tinggi 10 cm dan lebar 15 cm.

g. Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus tetapi tidak

licin.

h. Berkelanjutan dan pada level ketinggian yang sama.

i. Terdapat tempat duduk untuk lansia beristirahat.

j. Pencahayaan berkisar 50 – 150 lux tergantung kebutuhan.

Gambar 2.7. Standar ukuran trotoar dan tempat duduk di trotoar

Sumber : Permen PU No. 30 (2006)

4. Penyeberangan

a. Lebar minimal 180 cm.

b. Pada penyeberangan zebra cross, penyeberangan harus layak untuk lansia.

c. Lampu penyeberangan sebaiknya dilengkapi dengan tombol dan suara, dan

ketinggian tombol maksimal 120 cm.

d. Material untuk trotoar dan jalur kendaraan harus memiliki perbedaan tekstur.

e. Saat jalan yang sempit dalam kondisi yang ramai dan susah dilalui, harus ada

bangunan untuk singgah sementara.

5. Jalur pemandu

a. Terdapat tekstur ubin pengarah berupa garis-garis (arah) dan bulat (peringatan

untuk perubahan situasi).

Page 55: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

24

b. Tempat yang perlu terdapat jalur pemandu antara lain: di depan jalur lalu lintas

kendaraan, di depan perbedaan ketinggian, pedestrian yang menghubungkan

jalan dengan bangunan, dan pemandu dari fasilitas umum menuju stasiun

transportasi umum.

c. Perlu dibedakan tekstur ubin pemandu dengan ubin aktual.

d. Ubin pemandu diberi warna kuning atau jingga.

Gambar 2.8. Standar tipe tekstur dan susunan ubin pemandu

Sumber : Permen PU No. 30 (2006)

6. Area parkir

a. Jarak maksimum menuju fasilitas umum sejauh 60 meter.

b. Pada fasilitas taman, parkir diletakkan sedekat mungkin dengan pintu masuk dan

jalur pedestrian.

c. Area parkir penyandang cacat harus diberi penanda dan area gerak yang bebas.

d. Ruang parkir mempunyai lebar 370 cm (tunggal) dan 620 cm (ganda).

e. Terdapat fasilitas ramp, rambu penyandang cacat dan jalur pedestrian.

f. Jika terdapat kemiringan, ukuran standarnya adalah 1 : 11 untuk perbandingan

tinggi dan panjang.

Page 56: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

25

Gambar 2.9. Standar rute aksesibilitas dan tipikal ruang parkir

Sumber : Permen PU No. 30 (2006)

Gambar 2.10. Standar ruang menaikturunkan penumpang

Sumber : Permen PU No. 30 (2006)

7. Toilet

a. Terdapat penanda “Penyandang Cacat” dengan system cetak timbul dan

diletakkan di tempat yang mudah terlihat.

b. Mempunyai ruang yang bebas dan cukup untuk pengguna kursi roda.

c. Ketinggian tempat duduk kloset adalah 45 – 50 cm (ketinggian kursi roda).

d. Mempunyai pegangan tangan/handrail.

e. Perletakan perabot toilet harus mudah dijangkau.

f. Material penutup lantai tidak boleh licin.

g. Pintu harus mudah dibuka dan ditutup oleh pengguna kursi roda serta mudah

dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat.

h. Disediakan tombol darurat untuk antisipasi jika terjadi kondisi darurat.

Page 57: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

26

Gambar 2.11. Standar ukuran ruang gerak dan fasilitas toilet

Sumber : Permen PU No. 30 (2006)

8. Rambu dan marka

a. Menggunakan huruf timbul (Braille) sehingga dapat dibaca oleh lansia

penyandang cacat.

b. Menggunakan tanda atau simbol internasional.

c. Menerapkan metode khusus (misal: terdapat kontras warna, perbedaan material,

dll).

d. Latar belakang dan karakter penanda tidak terdiri dari material yang silau serta

karakter dan simbol harus kontras.

e. Karakter huruf/karakter penanda mempunyai rasio antara 3 : 5 dan 1 : 1 (untuk

lebar dan tinggi), serta 1 : 5 dan 1 : 10 untuk ketebalan huruf.

f. Tinggi rambu atau penanda harus sesuai dengan standar jarak pandang dan bebas

penghalang.

g. Mendapat penerangan yang cukup terutama pada tempat yang gelap.

h. Tidak mengganggu arus dan sirkulasi pejalan kaki.

Page 58: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

27

Gambar 2.12. Standar jenis dan perletakan simbol

Sumber : Permen PU No. 30 (2006)

9. Underpass dan overpass

a. Pada underpass dan overpass harus ada eskalator untuk lansia dan elevator untuk

para penyandang cacat.

b. Untuk keamanan, under dan overpass harus diberikan pencahayaan pada malam

hari.

10. Papan alamat

Orientasi papan harus pada tempat yang terlihat, nomor yang terlihat, dan

pencahayaan yang baik.

11. Vegetasi jalan

a. Jalan harus direncanakan vegetasi-vegetasi yang dapat memberikan keamanan

dan kenyamanan pada pedestrian.

b. Untuk kenyamanan di jalan, harus ada vegetasi maks. dengan jarak 2,5 meter.

2.2.3 Studi komparasi taman lansia

Taman lansia menjadi taman tematik yang sudah banyak dirancang di banyak kota.

Kebanyakan fungsi taman lansia tersebut sebagai tempat rekreasi bagi lansia maupun

masyarakat umum dan juga menyiapkan banyak fasilitas olahraga di dalamnya. Berikut ini

merupakan komparasi dari taman-taman lansia yang ada sebagai bahan masukan terhadap

kondisi taman lansia yang ada.

Page 59: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

28

A. Taman Lansia Bandung

Taman lansia ini berlokasi di samping kanan Kompleks Kantor Gubernur Jawa Barat,

Jalan Diponegoro, Bandung. Taman ini mempunyai luas sebesar 1,45 hektar. Taman ini

merupakan salah satu perwujudan ruang terbuka untuk liveable city yang diterapkan oleh

kota Bandung. Meskipun taman lansia, namun pengunjung yang datang ke taman tersebut

tidak hanya dari penduduk lansia tapi juga dari semua kalangan umur. Selain itu taman ini

juga sangat nyaman dikunjungi. Udaranya yang sejuk karena terbebas dari polusi udara yang

berasal dari lalu lintas di jalan raya sehingga menyebabkan masyarakat betah berlama-lama

disana.

Terdapat 6 akses pintu masuk dan keluar di taman ini yang memang diperuntukkan

bagi pejalan kaki. Untuk fasilitas umum yang tersedia di taman ini diantaranya adalah

musholla dan toilet umum. Selain itu, sebagai vocal point terdapat danau yang indah di dalam

taman. Selain itu fasilitas-fasilitas lain yang disediakan di taman ini diantaranya adalah area

jogging track yang melingkar mengelilingi taman, bangku-bangku taman, serta wahana

bermain. Selain itu di taman juga terdapat papan infomasi maupun peta yang dapat

memudahkan pengunjung untuk mengetahui arah dan tempat di dalam taman. Tempat

sampah juga mudah ditemukan sehingga kebersihan taman tetap dapat terjaga. Untuk

melindungi pengunjung, area parkir disediakan di luar taman sehingga tidak mengganggu

aktivitas di dalam taman. Seperti taman-taman pada umumnya, taman ini juga selalu ramai

di hari-hari libur dibandingkan hari-hari biasa selain juga karena taman ini dekat dengan

tempat-tempat rekreasi lainnya (disparbud.jabarprov.go.id., 2015).

Gambar 2.13 Danau di Taman Lansia, Bandung

Sumber : disparbud.jabarprov.go.id (2015)

Untuk memudahkan pengunjung taman, disediakan pedestrian yang menghubungkan

seluruh fasilitas di dalam taman. Namun jalur pedestrian tersebut cukup tinggi dan tidak

Page 60: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

29

memiliki ramp untuk mengakses ke bagian-bagian di luar jalur pedestrian. Hal ini tentu

menjadi hambatan bagi pengguna lansia di taman tersebut. Namun di sepanjang jalur

pedestrian tersebut, terdapat tempat duduk yang jaraknya cukup berdekatan sehingga

memudahkan lansia yang ingin beristirahat (disparbud.jabarprov.go.id, 2015). Untuk

aktivitas yang ada di dalam taman ini diantaranya adalah berolahraga, bersantai, beribadah,

berjualan, rekreasi, bermain dan bersosialisasi. Sehingga taman ini memang tidak hanya

digunakan untuk fasilitas bagi lansia, tetapi juga untuk pengunjung umum lainnya.

Gambar 2.14 Jalur pedestrian dan aktivitas di Taman Lansia, Bandung

Sumber : disparbud.jabarprov.go.id (2015) dan Paramitasari (2016)

Gambar 2.15 Fasilitas di Taman Lansia Bandung

Sumber : Paramitasari (2016)

Berdasarkan penelitian Paramitasari (2016), masih banyak elemen dan fasilitas yang

perlu dibenahi di Taman Lansia Bandung terkait dengan kebutuhan penggunanya.

Diantaranya adalah kondisi pencahayaan, jalur pejalan kaki, dan tempat sampah dalam

kondisi kurang baik. Terutama pada malam hari, aktivitas pengunjung kurang nyaman

Page 61: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

30

karena tempat duduk dan jalur pejalan kaki yang tidak disertai dengan pencahayaan yang

memadai. Manajemen sampah yang kurang baik juga menyebabkan taman terlihat kotor dan

tidak nyaman dilihat. Berdasarkan hasil pengamatan ini dapat dijadikan masukan untuk

meningkatkan kualitas baik di Taman Lansia Bandung sendiri maupun untuk rekomendasi

di taman-taman lansia yang lain.

B. Therapeutic Garden HortPark

Therapeutic Garden HortPark merupakan taman terapi untuk pertama di Singapura.

Taman ini menggunakan fitur elemen dan desain yang ramah bagi lansia termasuk yang

mengalami demensia dan pasca stroke. Taman ini juga memberikan kenyamanan dan efek

terapi bagi seluruh kalangan dari berbagai umur.

Gambar 2.16 Layout Therapeutic Garden HortPark

Sumber : https://www.nparks.gov.sg/hortpark (2016)

Berdasarkan www.nparks.gov.sg. (2016), elemen-elemen di dalam taman disesuaikan agar

dapat memberikan efek terapi terutama bagi lansia yaitu sebagai berikut.

Page 62: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

31

Tabel 2.1 Elemen dan manfaat Garden HortPark

Elemen desain Manfaat bagi pengunjung

Tata letak taman yang sederhana dan jelas, dengan

pola sirkulasi yang melingkar dan mudah dilihat

Tata letak yang sederhana sangat cocok bagi lansia

karena meminimalkan kebingungan dalam

memahami ruang

Terdapat destinasi-destinasi pada tempat yang

mudah dilihat seperti gazebo dan tempat duduk

yang memadai.

Mendorong interaksi sosial dan keinginan

beraktivitas bagi lansia.

Terdapat beragam pilihan untuk tempat duduk, rute

jalur, pemandangan, serta tujuan dalam taman.

Tempat duduk menghadap ke arah yang berbeda

sehingga memberikan pemandangan yang beragam.

Desain ini sangat bagus untuk lansia terutama yang

mengalami demensia karena sering merasa gelisah.

Terdapat area khusus untuk berkebun dengan

desain yang sudah disesuaikan.

Agar lansia lebih nyaman dalam berkebun.

Penggunaan warna-warna tanaman yang cocok

seperti bunga atau dedaunan dengan warna cerah

yaitu merah, kuning, atau orange, dan warna-warna

dingin seperti biru, ungu atau pastel.

Warna cerah dapat memberikan rasa gembira dan

menstimulasi pikiran, sedangkan warna dingin

terbukti dapat memberikan pengalaman yang

menyenangkan.

Page 63: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

32

Elemen desain Manfaat bagi pengunjung

Beragam tanaman harum yang bisa dinikmati

sepanjang tahun.

Bau adalah salah satu indera yang kuat dan mudah

diingat, dengan mencium bau tertentu dapat

meningkatkan kenangan yang kuat bagi lansia.

Tumbuhan yang menarik burung atau kupu-kupu.

Memberikan peluang bagi lansia untuk mengamati

satwa liar dan keanekaragaman hayati.

Fitur dan aksen yang menarik.

Bagi lansia yang mengalami demensia dapat

menciptakan daya tarik dan meningkatkan

kenangan sehingga fitur lansekap menjadi titik

tolak yang mudah diingat.

Memiliki area yang teduh.

Memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi

pengunjung. Lansia yang mengalami demensia juga

mengalami kesulitan berpikir jika terlalu panas

sehingga berteduh dapat membantu lansia tersebut

tetap tenang.

Terdapat area yang cerah terutama untuk di pagi

hari.

Lansia yang mengalami demensia menunjukkan

penundaan timbulnya perilaku gelisah setelah

terpapar sinar matahari pagi yang cerah.

Page 64: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

33

Elemen desain Manfaat bagi pengunjung

Taman ini dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip yang mengacu pada teori psikologi

lingkungan sebagai berikut (www.nparks.gov.sg., 2016).

1. Biophilia Hypothesis

Hipotesis ini pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial, Erich Fromm

yang mendefinisikan bahwa “the passionate love of live and all that is alive”.

Hipotesis ini mengatakan bahwa manusia memiliki hubungan emosional dengan

alam dan makhluk hidup lainnya sehingga memiliki manfaat jika berhubungan

dengan alam.

2. Attention Restoration Theory

Menurut teori ini, manusia yang pada dasarnya memiliki perhatian terhadap sesuatu,

sehingga dengan berada di taman dapat mengalihkan perhatian terhadap hal-hal yang

membuat seseorang merasa stress dan menjadi segar kembali.

3. Stress Reduction Theory

Berhubungan dengan alam terbukti dapat mengurangi stress. Orang yang sakit atau

merawat orang yang sakit cenderung mengalami stress. Sehingga dengan berada dan

berhubungan dengan ruang hijau dapat mengurangi stress serta memberikan efek

penyembuhan.

2.3. Tinjauan Kota Ramah Lansia berdasarkan Standar WHO

Istilah kota ramah lansia pertama kali diperkenalkan oleh WHO. Kota ramah lansia

berkaitan dengan kebijakan, jasa, pengaturan dan struktur yang mendukung proses penuaan

pada lansia yang berkaitan dengan mengakui kapasitas dan sumber daya yang dimiliki oleh

lansia, mengantisipasi dan menanggapi kebutuhan terkaitan penuaan pada lansia,

menghormati keputusan dan gaya hidup yang dipilih oleh lansia, dan meningkatkan kota

yang inklusif dan bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat termasuk lansia.

Page 65: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

34

Gambar 2.17 Penentu proses penuaan pada lansia

Sumber : WHO (2007)

Sebanyak 35 kota besar dari semua benua berpartisipasi dalam membuat panduan

untuk kota ramah lansia termasuk diantaranya merupakan mega-cities dengan penduduk

lebih dari 10 juta jiwa seperti kota Mexico, Moskow, New Delhi, Shanghai dan Tokyo, kota

“almost mega-cities” seperti Istanbul, London, dan New York, serta banyak kota-kota

lainnya. Dari hasil pertemuan dari kota-kota tersebut yang mewakili seluruh benua

dihasilkan suatu panduan untuk kota ramah lansia berupa kriteria-kriteria, antara lain: 1)

Gedung dan ruang terbuka (Building and open spaces), 2) Transportasi (Transportation), 3)

Perumahan (Housing), 4) Partisipasi sosial (Social participation), 5) Penghormatan dan

keterlibatan sosial (Respect and social inclusion), 6) Partisipasi sipil dan pekerjaan (Social

participation and employment), 7) Komunikasi dan informasi (Communication and

information), dan 8) Dukungan masyarakat dan kesehatan (Community support and health

services).

Gambar 2.18 Kriteria kota ramah lansia

Sumber : WHO (2007)

Taman lansia sendiri merupakan bagian dari ruang terbuka perkotaan. Kondisi

lingkungan dan bangunan memiliki dampak yang besar terhadap mobilitas, kebebasan, dan

kualitas hidup lansia, sehingga karakteristik dari lanskap perkotaan sangat berpengaruh

Page 66: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

35

untuk menentukan keramahan suatu kota terhadap lansia. Beberapa persyaratan ruang

terbuka dan bangunan yang ramah lansia adalah sebagai berikut.

1. Lingkungan yang bersih dan menyenangkan

Masalah lingkungan yang sering mengganggu dan menentukan lansia nyaman di

ruang luar adalah bersih, tidak bising dan tidak ada polusi bau.

2. Keberadaan ruang hijau

a. Ruang hijau harus terpelihara, tidak menjadi tempat pembuangan, aman, fasilitas

toilet yang memadai, tempat duduk yang cukup dan terlindung dari cuaca.

b. Dipisahkan dengan taman yang digunakan oleh anak-anak dan pemain

skateboard.

3. Tempat untuk beristirahat

Adanya tempat duduk atau beristirahat terutama pada jalur sirkulasi yang jauh atau

pada tempat yang sering digunakan untuk beraktivitas.

4. Trotoar yang ramah lansia

a. Syarat trotoar adalah tidak sempit, rata, tidak retak, tinggi yang rendah, dan tidak

padat pengguna sehingga aman dan mendukung kemampuan berjalan kaki

lansia.

b. Ada zona untuk penjual makanan dan minuman yang terpisah dengan pejalan

kaki.

c. Tidak digunakan untuk parkir mobil.

d. Kondisi cuaca tidak mempengaruhi kondisi trotoar (seperti hujan yang bisa

membuat licin).

e. Halus, bertingkat dan tidak licin.

f. Mempunyai lebar yang cukup untuk kursi roda.

g. Bebas dari hambatan seperti parkir mobil, pedagang kaki lima (PKL) dan pohon.

h. Diprioritaskan untuk pejalan kaki.

5. Penyeberangan jalan yang aman

a. Lampu penyeberangan mempunyai “countdown” sehingga waktu menyeberang

bisa diketahui.

b. Ada tanda visual (pelican crossing) dan pendengaran.

c. Volume dan kecepatan lalu lintas tidak menghambat lansia.

6. Aksesibilitas

Mempunyai kemiringan yang landai.

Page 67: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

36

7. Lingkungan yang aman

a. Adanya penerangan jalan dan kamera pengawas.

b. Bebas dari kekerasan, kejahatan, obat-obatan dan tunawisma.

8. Trotoar dan jalur sepeda

a. Jalur sepeda dan pejalan kaki dipisahkan.

b. Permukaan jalan yang halus dan rata.

c. Mudah diakses dengan kursi roda.

d. Ditambahkan toilet umum.

9. Bangunan ramah lansia

a. Adanya elevator dan eskalator.

b. Kemiringan yang landai.

c. Pintu yang lebar.

d. Tangga tidak terlalu tinggi atau curam.

e. Lantai tidak licin.

f. Kursi tempat duduk yang nyaman.

g. Signage yang memadai.

h. Toilet umum untuk akses penyandang cacat.

10. Toilet umum yang memadai

a. Bersih, lokasi mudah diketahui, terdapat penanda dan dapat digunakan

penyandang cacat.

b. Pintu tidak berat saat dibuka.

11. Pengguna lansia

a. Menyediakan kursi roda.

b. Menyediakan layanan untuk lansia pada antrian di fasilitas umum.

2.4. Tinjauan Aspek Keamanan dan Kenyamanan

Pada bagian ini akan dibahas lebih terperinci mengenai parameter untuk mengetahui

keamanan dan kenyamanan di taman lansia. Aspek keamanan dan kenyamanan pada taman

lansia berikut mengacu pada teori Burton dan Lynne (2006), sedangkan untuk acuan standar

ukuran dan perancangan mengacu pada berbagai sumber seperti Permen PU No. 30 (2006)

dan acuan – acuan dari teori penelitian sebelumnya.

Page 68: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

37

2.4.1 Keamanan

Keamanan adalah suatu tempat yang membuat lansia merasa nyaman dan bebas

bergerak tanpa takut tersandung atau terjatuh (Burton & Lynne, 2006: 115). Beberapa aspek

yang dapat mengganggu keamanan lansia pada saat berada di ruang luar antara lain adalah

sebagai berikut.

1. Takut diserang

Lansia dan juga semua orang pada umumnya takut diserang terutama pada saat

berada di tempat yang gelap. Banyak yang takut berjalan di tempat-tempat yang

kosong karena akan merasa sendiri dan kesulitan apabila ingin meminta bantuan.

Juga pada jalan-jalan atau gang-gang yang jarang dilalui karena khawatir apabila

diserang tidak akan dilihat atau didengar oleh orang lain. Selain itu juga lansia

menghindari tempat yang tidak terlihat seperti toilet bawah tanah atau tikungan

karena tidak akan mengetahui siapa yang akan ditemui. Namun, jalan-jalan dan gang-

gang ini tidak akan terlalu menakutkan apabila jaraknya yang pendek dan ujung-

ujung jalannya saling terlihat.

2. Takut terserempet

Lansia akan merasa khawatir saat berjalan di pinggir jalan dan ada pengendara

sepeda yang tidak berjalan sesuai jalurnya atau mobil yang tiba-tiba datang dari

belakang dengan kecepatan tinggi. Ada juga kendaraan yang diparkir di jalan atau

setengah jalur jalan trotoar sehingga mengurangi ruang untuk pejalan kaki sehingga

risiko terserempet semakin tinggi. Hal ini dikarenakan karena seringnya mobil

dengan kecepatan yang tinggi. Hal ini juga berbahaya bagi lansia pada saat

menyeberangi jalan terutama jika tidak ada tempat khusus untuk menyeberang jalan.

Jalan yang ramai dan sibuk dapat mengurangi kesempatan dan keberanian bagi lansia

untuk menyeberang sehingga dapat menyebabkan stress yang tentunya berbahaya

bagi lansia, sehingga perlu ada yang mendampingi. Beberapa solusi untuk membantu

lansia menyeberang adalah dengan memberikan isyarat visual dan suara. Namun

sayangnya ada lansia yang mengalami kesulitan mendengar suara dengan frekuensi

yang tinggi.

Page 69: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

38

Gambar 2.19 Mobil parkir di jalur pejalan kaki

Sumber : Burton & Lynne (2006)

3. Takut terjatuh

Pada penelitian Nyman et al. (2013) dan Curl et al. (2016), kasus terjatuh sangat

sering dialami lansia karena kondisi fisik dan mentalnya yang banyak menurun.

Lansia yang pernah terjatuh di ruang luar akan mengakibatkan lansia jarang keluar

atau bahkan tidak mau ke ruang luar sama sekali karena takut terjatuh lagi. Pada saat

berjalan di jalan umum, lansia mengalami kesulitan untuk memperkirakan

pergerakan orang lain yang dapat menyebabkan berdesakan hingga terjatuh. Lansia

cenderung susah dalam berjalan (Tournier et al., 2016:25). Selain itu langkah lansia

mudah tergoyahkan oleh permukaan jalan yang tidak rata, seperti adanya bebatuan

dan paving yang tidak rata atau sudah copot sehingga dapat menyebabkan

tersandung. Sehingga permukaan jalan yang rata sangat aman bagi lansia.

Gambar 2.20 Jalan menurun dapat membahayakan lansia

Sumber : Burton & Lynne (2006)

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa lansia memiliki banyak keterbatasan dan

masalah visual sehingga kurang mengenali kontras warna atau pola paving di jalan

yang berlubang. Bagi sejumlah orang, pola geometri yang beragam dapat terlihat

menarik. Namun bagi lansia pola geometri yang kecil dan dalam jumlah yang banyak

Page 70: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

39

dapat menyebabkan kebingungan dan pusing. Lansia juga sering kesulitan fokus

berjalan apabila diantara bayangan yang gelap dan cahaya yang terang. Hal ini

menyebabkan lansia bingung dan keseimbangan yang terganggu.

Gambar 2.21 Pola geometri jalan yang rumit membuat lansia bingung

Sumber : Burton & Lynne (2006)

Ruang luar banyak memberikan manfaat bagi lansia terutama dalam meningkatkan

kualitas hidup mereka. Namun ruang luar juga menghadirkan beragam risiko yang dapat

berbahaya bagi kelangsungan hidup mereka. Sehingga keamanan lansia di ruang luar

menjadi faktor yang harus diutamakan.

Berikut ini merupakan aspek dan kriteria di ruang luar yang dapat memberikan

keamanan bagi lansia antara lain sebagai berikut.

1. Perlindungan alami

a. Berada di lingkungan campuran, tidak hanya terdiri dari perumahan tetapi juga

terdapat layanan dan fasilitas umum.

b. Tersedianya kebutuhan yang sesuai dengan masyarakat setempat sehingga lansia

tidak akan merasa kesusahan dan terbatas.

c. Menyediakan lingkungan yang mudah diakrabi dan diidentifikasi oleh lansia.

Warna yang digunakan pada fasad bangunan – bangunan juga tidak boleh

menyilaukan bagi lansia, Zein (2015) mengatakan warna cokelat sebagai warna

yang aman bagi lansia terutama yang memiliki permasalahan penglihatan.

d. Jalur yang dipisahkan bagi para pejalan kaki dengan kendaraan seperti yang juga

ditetapkan oleh WHO (2007).

e. Menghindari akses dengan dinding, pagar atau tempat yang jarang dilalui orang

sehingga lansia tidak mau menggunakannya.

f. Rute berjalan kaki yang pendek, dimana ujung – ujung jalan dapat terlihat.

g. Jalan dengan pola grid dan sudut lebih besar dari 90o serta jalan berliku-liku yang

perlahan dengan terdapat vista yang terbuka perlahan dan visual menarik akan

Page 71: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

40

memudahkan lansia untuk mengenali. Selain itu untuk memberikan keamanan

bagi lansia dibandingkan jalan dengan tikungan tajam.

h. Area pemberhentian kendaraan umum mudah diakses.

i. Menggunakan langkah-langkah preventif (kamera pengawas atau CCTV, patroli

keamanan, dan informasi yang mudah dipahami).

j. Menghindari fasilitas umum yang tertutupi dan gelap, sehingga perlu

pencahayaan yang cukup.

2. Penyeberangan pejalan kaki

a. Pada jalan-jalan yang sibuk dan lebar, penanda untuk penyeberangan pejalan

kaki harus disediakan. Ukuran tinggi penanda tersebut harus disesuaikan dengan

standar bagi lansia agar mudah dijangkau (jika berbentuk tombol) dan mudah

dilihat.

Gambar 2.22. Contoh standar desain penanda pendukung keamanan lansia

Sumber : Permen PU No. 30 (2006)

b. Sinyal dengan frekuensi yang cukup sehingga lansia dapat mendengar dan juga

member sinyal visual.

Gambar 2.23 Penanda untuk lansia menyeberang jalan

Sumber : Burton & Lynne (2006)

Page 72: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

41

3. Jalur pejalan kaki

a. Lebar min. jalan 2 meter terutama untuk lansia dan para penyandang cacat.

Sedangkan menurut standar dari Permen PU No. 30 (2006) telah menetapkan

standar ukuran untuk lebar jalur pedestrian bagi yang juga dapat digunakan bagi

lansia dan penyandang cacat adalah 120 cm (searah) dan 160 cm (dua arah).

b. Trotoar yang lebar juga memberi jarak dengan kendaraan, sehingga agar aman

memang seharusnya trotoar dibuat lebar minimal 160 cm. Sedangkan jalur untuk

penyeberangan jalan jika mengacu pada standar Permen PU No. 30 (2006) maka

lebar minimalnya adalah 180 cm.

c. Terdapat pohon penyangga di trotoar sebagai pemisah dengan jalan untuk

menghalangi kebisingan lalu lintas dan mencegah kendaraan parkir di trotoar.

Selain menghalangi kebisingan dan polusi, vegetasi juga harus sesuai dengan

fungsinya yang memberikan oksigen dan melindungi dari cuaca.

d. Daun yang basah saat jatuh dapat menyebabkan permukaan jalan menjadi licin

sehingga sebaiknya menggunakan pohon yang berdaun kecil yang mudah

terbawa oleh angin.

e. Material penutup jalan yang digunakan tidak bermotif, halus, rata, tidak licin dan

tidak menyilaukan. Aspal merupakan material yang paling aman bagi lansia

diikuti oleh lembaran paving besar yang memiliki permukaan yang halus dan

rata. Selain itu, untuk jalur pemandu juga harus dibedakan dengan jalur

pedestrian biasa. Di dalam Permen PU No. 30 (2006) juga sudah diatur standar

– standar motif, ukuran, dan perancangan untuk jalur pemandu yang aman bagi

lansia dan penyandang cacat. Contohnya adalah tekstur garis – garis untuk

menandai perubahan arah perjalanan, tekstur bulat – bulat untuk memberikan

peringatan terhadap situasi, pemasangan pola tekstur ubin yang memperhatikan

kondisi dan fasilitas lingkungan, lebar ubin 30 cm, dll.

f. Meskipun pola material harus dihindari, namun perlu adanya perubahan warna

atau bahan yang berguna untuk mengarahkan lansia agar tidak masuk ke jalur

berbahaya seperti sepeda. Agar tidak berbahaya sehingga jalur pengarah atau

pemandu sudah ditetapkan dan disepakati standarnya dalam Permen PU No. 30

(2006).

g. Sebaiknya jalur pejalan kaki dan sepeda dipisahkan seperti yang juga ditetapkan

dalam standar WHO (2007) dan Permen PU No. 30 (2006).

Page 73: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

42

h. Bangunan dirancang dengan karakter dan orientasi yang jelas. Tidak hanya

bangunan, tetapi juga pagar bangunan harus berkarakter transparan agar lansia

lebih merasa aman.

2.4.2 Kenyamanan

Kenyamanan adalah bagaimana lansia dapat beraktivitas dan menikmati ruang luar

tanpa harus memikirkan keterbatasan fisik dan mental yang dialaminya (Burton & Lynne,

2006: 104). Beberapa aspek yang dapat mengganggu kenyamanan lansia saat berada di ruang

luar adalah sebagai berikut.

1. Mempertahankan kebebasan

a. Menghindari fitur lingkungan yang asing agar lansia tidak merasa stress saat

berada di ruang luar.

b. Kedekatan dengan layanan dan fasilitas yang dibutuhkan.

2. Merasa diterima

a. Memiliki banyak tempat duduk dan toko.

b. Tersedianya banyak ruang hijau.

c. Menggunakan karakter ruang yang informal dan alami sehingga lebih nyaman

bagi psikologis lansia sehingga tetap merasa betah di taman.

d. Menghindari desain formal yang berkesan mengintimidasi dan menakutkan.

3. Tempat yang damai dan tenang

a. Jauh dari kebisingan dan polusi udara (asap).

b. Menghindari penggunaan sekeliling untuk berdagang yang justru dapat berisik

dan mengganggu ketenangan lansia.

c. Menghindari penggunaan pinggir jalan untuk aktivitas orang-orang yang dapat

menyebabkan gangguan bagi pejalan kaki.

d. Adanya node aktivitas sehingga terdapat zona tenang untuk lansia sekedar

menonton lingkungan sekitar.

4. Memenuhi kebutuhan fisik

a. Menggunakan pola jalan yang berliku-liku secara perlahan yang dapat

mengarahkan agar lansia tidak merasa jenuh dan cepat lelah.

b. Menyediakan tempat duduk umum, tempat istirahat dan toilet yang nyaman,

ramah dan mudah digunakan oleh semua kalangan terutama lansia dan para

penyandang cacat.

c. Menyediakan shelter atau halte bus untuk menunggu kendaraan umum.

Page 74: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

43

d. Menggunakan naungan yang tertutup namun dengan dinding transparan dan

jelas sehingga tidak membatasi visual dan tetap dapat mengamati lingkungan

sekitar sehingga dapat melindungi lansia dari masalah cuaca.

Gambar 2.24 Tempat duduk bagi pengguna lansia di jalan

Sumber : Burton & Lynne (2006)

Gambar 2.25 Hambatan pada permukaan jalan bagi lansia

Sumber : Burton & Lynne (2006)

e. Menggunakan kursi yang lebar, empuk dan halus.

f. Menyediakan ruang untuk telepon umum sekaligus berguna untuk melindungi

dari kebisingan dan cuaca buruk.

g. Menyediakan kursi dengan sandaran tangan.

h. Menggunakan material kursi kayu yang memberikan kehangatan dibandingkan

kursi dengan material logam atau beton.

i. Toilet yang aman dan mudah ditemukan dengan adanya petugas.

Berikut ini merupakan aspek dan kriteria di ruang luar yang dapat memberikan

kenyamanan bagi lansia antara lain sebagai berikut.

1. Kenyamanan mengakrabi

Desain fitur dan bangunan mudah dikenali dan dipahami. Bentuk yang sederhana dan

tidak terlalu rumit tidak akan membuat lansia merasa terintimidasi. Pemilihan warna

dan material pada fasad bangunan juga turut memberikan karakter bangunan pada

suatu lingkungan yang sebaiknya sederhana dan tidak mencolok agar tidak

Page 75: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

44

mengganggu visual lansia serta dapat membantu lansia lebih mengenali dan

mengakrabi lingkungan sekitarnya.

2. Ruang terbuka yang menyambut

a. Tidak kecil dan sempit dimana terdapat keseimbangan luasan antara area untuk

aktivitas dan ruang hijau.

b. Jika terdapat pembatas, sebaiknya menggunakan dinding pagar yang rendah.

c. Terdapat area aktif seperti kolam air, taman bermain dan tempat makan sehingga

lansia merasa diterima dan berhak berada di tempat tersebut.

d. Tempat duduk dengan pencahayaan yang baik.

e. Tempat istirahat dan toilet umum mudah dijangkau dengan berjalan kaki.

3. Jalan yang tenang

a. Terdapat hirarki jalan, antara jalan yang ramai hingga jalan yang sepi dan antara

jalur kendaraan hingga jalur pedestrian.

b. Jauh dari keramaian dan kepadatan lalu lintas, terutama jalan-jalan utama.

c. Terdapat penahan akustik dan buffer, seperti pagar, pohon-pohon dan semak-

semak yang melindungi dari kebisingan lalu lintas.

4. Jalan yang tidak menakutkan

a. Jalan berliku tidak membuat kesan yang membosankan dan berkesudahan.

b. Menghubungkan satu sama lain.

5. Tempat pemberhentian kendaraan umum

a. Tersedia shelter dengan dinding transparan atau jendela yang besar sehingga

visual lansia tidak terbatas dan tetap mendapatkan pemandangan lingkungan

sekitar (WHO, 2007 dan Burton & Lynne, 2006).

b. Shelter yang lebar sehingga dapat melindungi dari cuaca panas maupun hujan

tetapi tetap memperhatikan estetika kawasan.

c. Menggunakan kursi datar yang tidak licin dan tidak membuat panas/dingin.

Page 76: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

45

Gambar 2.26 Shelter yang transparan

Sumber : Burton & Lynne (2006)

6. Kotak telepon

a. Menggunakan kotak ruang untuk telepon umum yang tradisional dan tidak asing

bagi lansia.

b. Kotak telepon juga dapat menjadi penanda untuk lansia dalam mencari arah.

7. Tempat duduk

a. Kursi yang nyaman dan kokoh.

b. Terdapat sandaran tangan dan kaki sehingga lansia yang duduk lama di taman

maupun ruang luar tidak akan merasa lelah.

c. Penggunaan kayu sebagai material karena tahan terhadap perubahan suhu baik

panas maupun dingin.

d. Ketinggian tempat duduk berkisar antara 420 – 440 mm dan ketinggian hingga

ke sandaran berkisar antara 470 – 480 mm.

e. Tempat duduk tersedia di setiap 100 – 125 m (terutama untuk kawasan

lingkungan).

f. Posisi tempat duduk antar satu sama lain yang memungkinkan orang dengan

keterbatasan indera dapat tetap melihat saat berbicara dengan yang lain.

Page 77: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

46

Gambar 2.27 Tempat duduk yang melindungi lansia

Sumber : Burton & Lynne (2006)

8. Toilet umum

a. Kemudahan dalam penggunaan.

b. Mudah dilihat, dikenali dan diakses.

c. Ukuran dan desain untuk toilet yang standar bagi lansia maupun penyandang

cacat sudah diatur dan ditetapkan dalam Permen PU No. 30 (2006), seperti

dilengkapi dengan penanda yang terdapat cetak timbul dan warna mudah terlihat,

memiliki ruang gerak untuk kursi roda, ketinggian kloset yang sesuai standar

baik untuk pengguna normal maupun pengguna kursi roda, dll.

Gambar 2.28 Toilet umum

Sumber : Burton & Lynne (2006)

2. 5 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan taman berdasarkan kriteria

pengguna lansia akan dibahas berikut ini mulai dari isu permasalahan, teori yang digunakan,

metode penelitian, kesimpulan hingga saran dari peneliti. Berikut merupakan penelitian-

penelitian tersebut.

Page 78: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

47

2.5.1 The Relationship Between Environmental Quality and Elderly Presence Ability

in Urban Open Spaces, Case Study : Laleh Park, Tehran

Tujuan yang dilakukan oleh Sajadzadeh (2015) ini untuk menyelidiki indikator dan

kriteria kehadiran lansia di Taman Laleh sebagai salah satu taman kota tertua di Tehran

dengan populasi lansia tertinggi, data yang dikumpulkan akan dipelajari dan kemudian

kualitas taman kota akan dinilai. Dalam penelitian ini, kriteria taman lansia yang digunakan

adalah comfort and convience, access, activity, beautiful scenery (image), dan social place.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis dan pengukuran.

Peneliti melakukan studi terlebih dahulu mengenai kriteria kehadiran lansia di ruang luar

dan indikator yang menentukan kualitas lingkungan sehingga disimpulkan kriteria ruang luar

yang dibutuhkan lansia. Setelah itu dilakukan peninjauan lapangan untuk memperoleh data

dengan menggunakan kuesioner. Data hasil penelitian lapangan tersebut selanjutnya

dihitung menggunakan software statistik.

2.5.2 Kajian Geriatri dan Ruang Terbuka Publik Dalam Mendukung Penyediaan

Taman lansia di Kota Semarang

Penelitian ini dilakukan oleh Hetyorini & Dwi (2015) yang bertujuan untuk

menentukan lokasi dan mewujudkan taman untuk lansia serta terbentuknya peraturan atau

standarisasi penyusunan kebijakan perencanaan ruang terbuka publik khusus lansia di kota

Semarang dengan aplikasi teori arsitektur dan geriatrik yang sesuai dengan standar

perencanaan. Penelitiannya dilakukan pada taman-taman kota di Semarang terutama yang

sering dikunjungi oleh lansia. Kriteria ruang publik yang sesuai dengan kebutuhan pengguna

lansia ditinjau berdasarkan ilmu arsitektur dan geriatrik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah lokasi, pencapaian, vegetasi, pola lantai, warna, penerangan dalam taman, fasilitas

dalam taman, dan parkir.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode desktriptif kualitatif

dimana metode deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan data-data

yang diperoleh berdasarkan kondisi aktual dan hasil dari pendataan tersebut dikaji untuk

analisa lebih lanjut melalui kaidah-kaidah disiplin ilmu geriatri dan ruang terbuka publik

sehingga diperoleh hasil temuan. Sedangkan dalam mengkaji menggunakan standar atau

peraturan-peraturan yang berlaku digunakan metode normatif.

2.5.3 Design of Public Space in The City of The Elderly

Tujuan dari penelitian yang dilakukan Sassi & Elena (2011) ini adalah untuk

mengidentifikasi kebutuhan lansia di ruang publik dalam skala desain perkotaan. Tahapan

Page 79: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

48

dalam penelitian ini adalah dengan membuat kriteria umum ruang publik, kriteria ruang

publik untuk lansia, dan proposal proyek. Terdapat 10 kriteria ruang publik ramah lansia

yang digunakan berdasarkan 3 skala, yaitu: manajemen (pemerintahan), latar belakang

(konteks kawasan), dan kualitas ruang (desain arsitektur). Kriteria berdasarkan kualitas

ruang antara lain adalah keramahan, fleksibilitas, keamanan, dan kenyamanan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang pertama menganalis ruang

publik berdasarkan kebutuhan lansia. Lalu kedua adalah mengidentifikasi kebutuhan,

penggunaan, dan kepuasan lansia terhadap ruang publik melalui wawancara dan pertemuan.

Hasil tersebut kemudian dijadikan bahan evaluasi untuk membuat desain ruang publik yang

sesuai dengan kebutuhan lansia. Dalam menyajikan data, penelitian ini menggunakan

statistik dan gambaran geografis objek penelitian.

2.5.4 Review of Safety and Mobility Issues Among Older People Pedestrians

Penelitian yang dilakukan Tournier et al. (2016) ini bertujuan untuk mengetahui

aktivitas pejalan kaki pada lansia dan hambatan yang sering dialami oleh lansia saat berada

di ruang luar. Karena keterbatasan fisik dan mental yang dialami oleh lansia sehingga sangat

berdampak negatif terhadap keselamatan dan mobilitas lansia saat berada di ruang luar.

Aspek yang diteliti merupakan kondisi jalan yang sering dilalui oleh lansia dan disesuaikan

dengan keterbatasan lansia yaitu sensorik, kognitif dan fisikal.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Dengan

menggambarkan kondisi jalan disesuaikan dengan aspek keselamatan lansia saat berada di

ruang luar. Dari hasil gambaran tersebut ditemukan permasalahan-permasalahan yang ada.

Selanjutnya permasalahan tersebut akan diberikan solusi yang disesuaikan dengan kondisi

ideal yang ada. Dari solusi tersebut dibuat rekomendasi desain ruang luar yang sesuai dengan

kebutuhan keselamatan dan mobilitas lansia.

2.5.5 Evaluation of Elderly People’s Requirements in Open Public Spaces: A Case Study

in Bornova District (Izmir, Turkey)

Tujuan dari penelitian yang dilakukan Turel et al. (2007) ini adalah untuk

mengetahui kualitas penggunaan ruang terbuka publik terutama untuk pengguna lansia.

Pengguna lansia seharusnya memiliki hak yang sama dengan pengunjung lainnya, sehingga

desain ruang terbuka harus dapat sesuai dengan kebutuhan lansia tersebut. Penelitian ini

menggunakan evaluasi berdasarkan kriteria desain ruang terbuka publik untuk lansia terkait

elemen seperti ramp, tangga, penutup lantai jalan, perbedaan ketinggian, penyeberangan,

papan nama, dan vegetasi di jalan.

Page 80: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

49

Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 tahapan, yaitu analisis

secara konseptual, pengumpulan data tentang daerah dan topik penelitian, evaluasi hasil dan

pembahasan. Dalam mengumpulkan data digunakan teknik kuesioner dan observasi

lapangan sehingga diperoleh hasil persepsi kebutuhan lansia untuk ruang terbuka publik.

2.5.6. Evaluasi Pasca Huni (Post Occupancy Evaluation) pada Taman Lansia di Kota

Bandung

Penelitian yang dilakukan Paramitasari (2016) ini bertujuan untuk mengevaluasi

kualitas Taman Lansia Bandung mengenai pelaksanaan teknis, fungsional dan perilaku.

Penelitian ini berdasarkan fakta kurangnya perhatian pemerintah terhadap kualitas taman

lansia yang ada terutama pada aspek keamanan, kenyamanan dan interaksi pengguna.

Pendekatan penelitian adalah grounded theory yang bersifat eksploratif dengan

metode survei observasi dan wawancara. Metode analisis data yang digunakan

menggunakan analisis deskriptif dan analisis POE (Post Occupancy Evaluation). Analisis

POE terdiri dari 3 tahap, yaitu pengamatan lapangan, evaluasi dan implementasi desain.

Penelitian ini hanya sampai pada tahap 2.

2.6. Parameter Penelitian

Pemilihan 2 aspek yaitu keamanan dan kenyamanan dari banyak kriteria kualitas

taman untuk lansia setelah mempertimbangkan tinjauan dari teori, standar, peraturan dan

penelitian terdahulu. Berikut merupakan penjabaran dari tiap sumber dan kontribusinya

dalam menetapkan 2 aspek tersebut dalam penelitian ini (Tabel 2.2).

Tabel 2.2 Penentuan aspek keamanan dan kenyamanan dalam penelitian

Kategori Sumber Kontribusi dalam menentukan 2 aspek keamanan dan kenyamanan

Teori Burton & Lynne

(2006)

Aktivitas dominan lansia saat berada di ruang luar adalah berjalan kaki, sehingga

dengan keterbatasan fisik lansia dan tingginya kecelakaan saat berada di ruang luar,

lansia harus tetap merasa aman dan nyaman. Meskipun ada faktor lain yang

mempengaruhi kualitas ruang luar bagi lansia, tetapi faktor-faktor tersebut tetap

mendukung untuk tingkat keamanan dan kenyamanan bagi lansia. Contohnya suatu

lingkungan yang mudah dikenali dan tidak terlihat formal (familiarity) dapat

membuat lansia merasa tidak asing dan tertekan di lingkungan yang baru sehingga

dapat membuat lansia tetap nyaman. Contoh lain adalah aksesibilitas yang baik dan

mudah dicapai dan dikenali saat menuju taman juga mempengaruhi lansia agar

dapat tetap aman dan selamat menuju tujuan tanpa tersesat, selain itu kemudahan

aksesibilitas menuju layanan kesehatan juga mempengaruhi keamanan dan

keselamatan lansia saat terjadi kondisi darurat.

Standar WHO (2007) Risiko kecelakaan lansia saat berada di ruang luar sangat tinggi dan bahkan

menyebabkan kematian sehingga faktor keamanan harus ditingkatkan dan

diprioritaskan terutama untuk mewujudkan kota ramah lansia.

Peraturan Permen PU

No.30 tahun 2006

Setiap fasilitas untuk bangunan maupun lingkungan harus dapat digunakan untuk

semua orang termasuk lansia dan penyandang cacat. Sehingga perlu desain yang

memadai, terpadu/inklusif dan berkesinambungan untuk meningkatkan

kesejahteraan penggunanya. Fasilitas tersebut agar dapat aksesibel tentu harus

mengutamakan keselamatan bagi pengguna dengan fisik terbatas dan juga harus

Page 81: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

50

Kategori Sumber Kontribusi dalam menentukan 2 aspek keamanan dan kenyamanan

sesuai standar ukuran yang memanusiakan semua orang agar dapat nyaman

digunakan sehingga dirasa ramah bagi semua kalangan.

Penelitian

Terdahulu

Sajadzadeh

(2015)

Banyak hal yang mempengaruhi lansia di ruang luas terutama keterbatasan

mobilitas dan takut terjatuh. Pengaruh lingkungan bagi lansia antara lain dari faktor:

jarak, kesulitan berjalan, trotoar yang jelek, aksesibilitas, kenyamanan aktivitas,

keselamatan dan keamanan, ketersediaan fasilitas dan interaksi social. Dari hasil

penelitian pada salah satu taman di Turki ini, bahwa yang mempengaruhi kepuasan

dan sangat dibutuhkan lansia saat berada di taman adalah aksesibilitas, terutama

yang berkaitan dengan akses keamanan. Selain itu juga ditentukan oleh beragam

fasilitas dan layanan untuk kenyamanan penggunanya yang dapat meningkatkan

kebahagiaan.

Hetyorini (2015) Tempat yang baik adalah tempat yang nyaman dan enak digunakan untuk semua

orang termasuk yang berketerbatasan fisik. Dari penelitian terhadap 10 taman kota

di Semarang, ruang terbuka publik tersebut masih jauh dari kriteria nyaman untuk

penggunanya terutama yang beketerbatasan fisik. Diantaranya desain ram tidak

sesuai standar untuk lansia dan penyandang cacat. Selain itu juga terdapat masalah

pada parkir dan kenyamanan pengunjung. Taman hanya diprioritaskan bagi

pengunjung yang tidak memiliki keterbatasan fisik.

Sassi (2011) Dalam menentukan ruang publik yang ramah lansia berdasarkan kualitas ruangnya,

ada 4 hal yang harus diperhatikan yaitu keramahan, fleksibilitas, keamanan dan

keramahan. Suatu ruang publik akan dikatakan ramah jika memiliki keamanan yang

tinggi. Dan hal yang menyebabkan pengguna merasa betah berlama-lama di ruang

publik jika ruang publik tersebut terasa aman dan nyaman digunakan sepanjang

waktu dan suasana.

Tournier (2016) Kebanyakan kasus kecelakaan pada lansia adalah terjatuh di ruang luar terutama

saat berjalan kaki. Hal ini dapat berakibat fatal hingga kematian pada lansia.

Sehingga factor keselamatan bagi lansia saat berada di ruang luar sangat penting

terutama karena fisik dan kemampuan lansia yang sangat terbatas dan menurun.

Sehingga penelitian ini bertujuan untuk penyebab kecelakaan pada lansia saat di

ruang luar untuk dapat diidentifikasi bagaimana peningkatan keselamatannya.

Turel (2007) Lansia memiliki banyak penurunan terutama dalam bergerak, kemampuan berpikir

dan mental. Sehingga perencana dan perancang kota harus mempertimbangkan

aspek kesejahteraan fisik bagi lansia seperti keamanan dan kenyamanan dengan

memperhatikan interaksi social, tingkat kejahatan dan kepuasan masyarakat. Karena

kebanyakan factor yang menyebabkan lansia takut dan malas ke luar rumah adalah

kemudahan, keselamatan, keamanan, mobilitas dan aksesibilitas.

Paramitasari

(2016)

Ruang publik perkotaan di Indonesia masih banyak yang kurang berkualitas karena

hanya mengejar kuantitas, terutama pada aspek kenyamanan, keamanan dan

interaksi pengguna di dalam taman. Dari evaluasi terhadap kualitas taman lansia di

kota Bandung, ditemukan bahwa masih banyak kekurangan terutama pada sistem

fisik (pencahayaan,jalur pejalan kaki,tempat sampah), kenyamanan(keberadaan

tempat duduk dan pepohonan), dan perilaku(kurangnya privasi dan akses terbatas).

Selain itu, dari studi terdahulu dan teori-teori serta standar yang sudah dikemukakan

pada bagian sebelumnya, didapatkan beberapa parameter penelitian. Berikut merupakan

parameter penelitian yang dapat digunakan (Tabel 2.3).

Tabel 2.3 Parameter penelitian

Ruang Terbuka Publik Keamanan dan Kenyamanan Taman Lansia

Taman Kota Taman Lansia Tinjauan Keamanan Tinjauan Kenyamanan

Ilmiajayanti et al. (2015)

Taman merupakan

sebidang lahan terbuka

dengan luasan tertentu

yang dirancang dengan

mempertimbangkan

vegetasi dan juga elemen

lainnya sehingga dapat

menyebabkan yang datang

ke tempat tersebut

merasakan kesenangan,

Ilmiajayanti et al. (2015)

Taman tematik adalah

taman yang memiliki

fungsi sama dengan

taman-taman kota lainnya,

namun yang membedakan

adalah konsep yang

dimiliki oleh taman-taman

tersebut.

Burton & Lynne (2006)

Keamanan taman adalah

bagaimana lansia dapat

menggunakan, menikmati

dan beraktivitas di ruang

luar tanpa takut tersandung

atau terjatuh, bahkan

mengalami kriminalitas.

Kriteria keamanan taman

lansia:

Burton & Lynne (2006)

Kenyamanan adalah

bagaimana lansia dapat

bebas beraktivitas di ruang

luar tanpa terganggu fisik

dan mentalnya dan dapat

menikmati ruang luar.

Kriteria kenyamanan

taman lansia:

Lingkungan Sekitar Taman

Page 82: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

51

Ruang Terbuka Publik Keamanan dan Kenyamanan Taman Lansia

Taman Kota Taman Lansia Tinjauan Keamanan Tinjauan Kenyamanan

kegembiraan dan

kenyamanan

Permen PU No.5 (2008)

Taman kota adalah lahan

terbuka hijau yang

berfungsi untuk sosial dan

estetika sebagai sarana

kegiatan rekreasi, edukasi

atau kegiatan untuk

masyarakat lainnya

Permendagri No.1(2007)

Taman terdiri dari taman

aktif dan taman pasif.

Hetyorini, 2015; Dong et

al., 2014

Taman lansia merupakan

taman yang berfungsi

untuk meningkatkan

kualitas hidup lansia dari

segi geriatri (ilmu

perawatan medis bagi

orang tua) sehingga

terdapat fasilitas-fasilitas

untuk penyembuhan

seperti fasilitas relaksasi,

kebugaran, ruang istirahat,

dan ruang aktivitas yang

mempertimbangkan

kondisi fisiologis dan

psikologis lansia

WHO (2007)

Indikator uang terbuka

dalam kota ramah lansia:

Lingkungan bersih dan

menyenangkan

Terdapat ruang hijau

Terdapat tempat

beristirahat

Material aman

Penyeberangan jalan yang

aman

Aksesibilitas bebas

hambatan

Keamanan

Jalur tidak membahayakan

Toilet umum memadai

Burton & Lynne (2006)

Penentu kualitas taman

lansia:

Familiarity

Legibility

Distinctiveness

Accessibility

Comfort

Safety

Sajadzadeh et al. (2015)

Penentu kualitas taman

lansia:

Comfort and convenience

Acces

Activity

Beautiful scenery

Social place

Hetyorini (2015)

Kriteria perancangan

taman lansia:

Lokasi

Pencapaian

Vegetasi

Pola lantai/pattern

Warna

Penerangan dalam taman

Fasilitas dalam taman

Parkir

Lingkungan Sekitar Taman

Fungsi: bangunan

didominasi perumahan

dan terdapat fasilitas

keamanan. Jalan bukan

merupakan jalan utama.

Desain: fasad bangunan

membuat lansia merasa

aman. Jalan disesuaikan

dengan ukuran untuk

lansia terbatas fisik.

Penanda dan perabot

jalan dapat membuat

lansia merasa aman.

Aksesibilitas: akses dari

lingkungan,

penyeberangan jalan, dari

pedestrian, dan dari

pemberhentian kendaraan

umum memperhatikan

standar keamanan.

Material: fasad bangunan

dan jalan disesuaikan

dengan keterbatasan fisik

lansia.

Di Dalam Taman

Fungsi: terdapat fungsi

keamanan, jalan

memisahkan jalur dan

ada fasilitas pengawasan.

Desain: jalan, tempat

duduk, penanda, toilet,

parkir, penerangan,

vegetasi dan pembatas

jalan memperhatikan

standar keamanan.

Material: fasad bangunan,

jalan, pagar pembatas,

tempat duduk, shelter,

ramp, tangga dan kotak

telepon dapat

meminimalkan bahaya di

ruang luar.

Image(keindahan): selain

untuk keindahan, vegetasi

dan elemen pendukung

(kolam,patung,sculpture)

dapat tetap melindungi

lansia.

Fungsi: didominasi

bangunan perumahan dan

bukan jalan yang ramai.

Desain: fasad bangunan

tidak asing dan formal,

jalan dapat membuat

tetap nyaman, dan

perabot serta penanda

jalan mendukung

kenyamanan ke taman.

Aksesibilitas: akses dari

lingkungan,

penyeberangan jalan, dari

pedestrian, dan dari

pemberhentian kendaraan

umum memperhatikan

standar kenyamanan.

Material: fasad bangunan

dan jalan tidak rumit dan

nyaman dilihat.

Di Dalam Taman

Fungsi: bangunan,

sirkulasi dan fasilitas

nyaman dan mudah

digunakan.

Desain: jalan, tempat

duduk, penanda, toilet,

parkir, penerangan,

vegetasi dan pembatas

jalan memperhatikan

standar kenyamanan.

Material: fasad bangunan,

jalan, pagar pembatas,

tempat duduk, shelter,

ramp, tangga dan kotak

telepon dapat membuat

lansia merasa betah dan

nyaman di taman.

Image(keindahan): selain

untuk keindahan, vegetasi

dan elemen pendukung

(kolam,patung,sculpture)

dapat membuat lansia betah

berlama-lama di taman.

Page 83: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

52

Gambar 2.29 Diagram kerangka pustaka

RUMUSAN MASALAH

Bagaimana keamanan dan kenyamanan bagi pengunjung lanjut usia di Taman Lansia Surabaya?

TINJAUAN TEORI

Tinjauan lansia

1. Definisi lanjut usia (lansia)

2. Penurunan pada lansia

3. Aktivitas pada lansia

4. Kebutuhan lansia di ruang

luar

Landasan kebutuhan dan

aktivitas lansia di ruang luar.

Pemahaman menentukan

dan mengevaluasi kualitas

taman lansia berdasarkan

pengguna lansia.

1. Definisi taman lansia

2. Kriteria taman lansia

3. Studi komparasi taman

lansia

Tinjauan taman lansia

1. Gedung dan ruang terbuka

2. Transportasi

3. Perumahan

4. Partisipasi sosial

5. Penghormatan dan

keterlibatan sosial

6. Partisipasi sipil dan

pekerjaan

7. Komunikasi dan informasi

8. Dukungan masyarakat dan

kesehatan

1. Pemahaman ruang

terbuka yang ramah lansia.

2. Kriteria ruang terbuka

yang sesuai dengan

persyaratan kota ramah

lansia menurut WHO.

Tinjauan kota ramah lansia

1. The Relationship Between

Environmental Quality and

Elderly Presence Ability in

Urban Open Spaces, Case Study:

Laleh Park, Tehran

2. Kajian Geriatri dan Ruang

Terbuka Publik dalam

Mendukung Penyediaan Taman

Lansia di Kota Semarang

3. Design of Public Space in The

City of the Elderly

4. Review of Safety and

Mobility Issues Among Older

People Pedestrians

5. Evaluation of Elderly

People’s Requirement s in Open

Public Spaces: A Case Study in

Bornova District (Izmir, Turkey)

6. Evaluasi Pasca Huni (Post

Occupancy Evaluation) pada

Taman Lansia di Kota Bandung

1. Penambahan kajian

pustaka

2. Penambahan metode

penelitian yang dapat

diterapkan

3. Penambahan dasar dalam

latar belakang penelitian.

Tinjauan penelitian terdahulu

1. Keamanan taman lansia

2. Kenyamanan taman lansia

Tinjauan keamanan &

kenyamanan lansia

KONTRIBUSI

Penetapan kriteria dan

parameter untuk aspek

keamanan dan kenyamanan

yang dibutuhkan oleh

pengguna lansia di taman

lansia.

Page 84: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

53

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Metode Umum Penelitian

3.1.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian

kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini lebih menekankan pada makna dan proses

daripada hasil suatu aktivitas (Raco, 2010:61). Karakteristik khas dari penelitian ini adalah

penekanan pada lingkungan yang alamiah (naturalistic setting), induktif (inductive),

fleksibel (flexible), pengalaman langsung (direct experience), kedalaman (indepth), proses

(process), menangkap arti (verstehen), keseluruhan (wholeness), partisipasi aktif dari

partisipan, dan penafsiran (interpretation).

3.1.2 Metode umum penelitian

Metode umum yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-

kualitatif. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2010) mendefinisikan metode kualitatif sebagai

sebuah prosedur penelitian terhadap orang-orang maupun perilakunya yang akan diamati

sehingga menghasilkan data berupa kata-kata tertulis maupun lisan. Metode deskriptif

kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan data-data yang diperoleh

berdasarkan kondisi aktual di lapangan, selanjutnya data tersebut akan dikaji untuk dianalisis

lebih lanjut berdasarkan teori-teori yang berasal dari literatur maupun penelitian-penelitian

terdahulu. Sedangkan metode yang digunakan dalam mengkaji data berdasarkan standar dan

peraturan-peraturan yang berlaku menggunakan metode normatif.

3.2. Lokasi, Objek, dan Subjek Penelitian

3.2.1 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan adalah Taman Lansia Surabaya. Lokasi taman

berada di antara Jl. Raya Gubeng, Jl. Biliton dan Jl. Kalimantan, Surabaya. Taman Lansia

Surabaya ini berada di Kel. Gubeng, Kec. Surabaya Timur. Lokasinya berada di tengah

kawasan fasilitas umum, perdagangan dan jasa komersial (Gambar 3.1). Taman ini memiliki

luas sebesar 1.519,80 m2. Batasan lokasi penelitian ada dua, yaitu di dalam dan lingkungan

sekitar Taman Lansia Surabaya. Untuk di dalam taman, batasannya menggunakan area

Page 85: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

54

wilayah taman. Sedangkan untuk lingkungan sekitar taman, menggunakan sepanjang

aksesibilitas lingkungan dalam radius jarak 100-200 meter dan ujung jalan.

Gambar 3.1 Lokasi Taman Lansia Surabaya

Sumber : Google Maps dan Dinas Kebersihan & Ruang Terbuka Hijau Surabaya tahun 2004

Page 86: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

55

3.2.2 Objek penelitian

Objek penelitian merupakan titik perhatian dari suatu penelitian. Objek penelitian

adalah pokok persoalan yang ingin diteliti untuk mendapatkan data yang lebih terarah. Objek

dalam penelitian ini adalah elemen taman (tempat duduk, fitur air, vegetasi, jalur pedestrian,

tangga, hand railing, gerbang masuk, alat olahraga, dan material) dan fasilitas di dalam dan

luar Taman Lansia Surabaya (toilet, bangunan shelter, tempat pemberhentian angkutan

umum, bangunan fasilitas, bangunan sekitar taman, penyeberangan jalan, dan pos keamanan

taman) berdasarkan parameter penelitian yang sudah ditetapkan.

3.2.3 Subjek penelitian

Subjek penelitian merupakan sumber informasi yang digali untuk mengungkap

fakta-fakta di lapangan. Subjek penelitian dalam penelitian ini bisa berupa responden

maupun orang yang diamati di lapangan. Penentuan sampel menggunakan teknik purposive

sampling dengan pertimbangan sampel adalah termasuk kategori lansia dan sedang

menggunakan taman lansia sehingga sampel yang diambil dapat representatif dalam

memberikan informasi yang dibutuhkan secara jelas. Jumlah sampel tidak ditentukan

terlebih dahulu tetapi akan menyesuaikan.

Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung lansia di Taman Lansia Surabaya

yang beraktivitas pada pagi, siang, sore dan malam hari terutama pada waktu taman sedang

ramai yaitu hari libur. Informan yang dipilih sebagai responden merupakan pengguna lansia

maupun bukan lansia di taman lansia tersebut. Teknik penggalian data yang digunakan

adalah snowball sampling yaitu melalui wawancara secara mendalam kepada satu responden

ke responden yang lain sampai peneliti tidak dapat menemukan informasi lagi. Kategori

pengunjung lanjut usia tersebut adalah berusia 60 tahun ke atas (UU No. 13, 1998), jenis

kelamin pria maupun wanita, yang normal maupun yang memiliki keterbatasan fisik, yang

sendiri maupun ditemani orang lain serta yang memang bermaksud datang maupun yang

hanya sekedar lewat. Sedangkan kategori untuk pengunjung bukan lansia adalah pria

maupun wanita, berusia 17 tahun ke atas (kategori dewasa menurut Depkes), kondisi fisik

normal dan diutamakan yang datang untuk menemani lansia ke taman.

Page 87: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

56

3.3. Waktu dan Instrumen Penelitian

3.3.1 Waktu penelitian

Waktu penelitian dibagi menjadi 3, yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan

penelitian, dan penyusunan laporan penelitian. Untuk tahap pelaksanaan penelitian bersifat

fleksibel menyesuaikan dengan kondisi lapangan dan kebutuhan data penelitian (Tabel 3.1).

Tabel 3.1 Waktu penelitian

No. Rincian Kegiatan Waktu Pelaksanaan Keterangan

1. Persiapan penelitian:

a. Konsultasi judul penelitian

b. Penyerahan sinopsis penelitian

c. Pengumpulan data

d. Penyusunan draft proposal

e. Penyelesaian dan bimbingan bab I s/d III

f. Seminar proposal

g. Revisi proposal

h. Pengumpulan proposal skripsi final

Oktober 2016

Oktober 2016

Oktober-Desember

2016

Oktober-Desember

2016

Oktober-Desember

2016

Januari 2017

Januari 2017

Januari 2017

Pada dosen pembimbing.

Pada dosen pengampu mata kuliah

Seminar Arsitektur.

Data dari literatur maupun kondisi

lapangan.

Dengan konsultasi bersama dosen

pembimbing.

Penyesuaian waktu dengan dosen

pembimbing.

Menyesuaikan jadwal ujian mata

kuliah Seminar Arsitektur.

Selama minggu kedua Ujian Akhir

Semester.

Pada hari terakhir pelaksanaan

Ujian Akhir Semester.

2. Pelaksanaan penelitian:

a. Menyiapkan peralatan

b. Menyiapkan surat perijinan

c. Melakukan survei lapangan

d. Melakukan wawancara dan penyebaran

kuesioner

Januari 2017

Januari 2017

Februari 2017

Maret 2017

Peralatan kebutuhan lapangan:

surat perizinan dan alat survei

pengamatan, wawancara dan

kuesioner.

Mengurus administratif di jurusan

dan fakultas.

Mengamati dan mengidentifikasi

kondisi aktual sesuai dengan

parameter penelitian pada hari

minggu dan libur (pagi, siang, sore

dan malam) dengan 2 kondisi

cuaca.

Wawancara dan kuesioner:

e. Hari Jumat, Sabtu dan Minggu di

minggu pertama pada pagi,

siang, sore dan malam hari.

3. Penyusunan laporan penelitian:

a. Penyusunan bab IV dengan pengolahan

dan analisis data

b. Penyusunan bab IV untuk perumusan

rekomendasi

c. Penarikan kesimpulan

d. Penyelesaian draft laporan skripsi

e. Seminar hasil

f. Revisi laporan skripsi pasca seminar hasil

g. Sidang ujian skripsi

h. Revisi laporan skripsi pasca sidang ujian

i. Pengumpulan laporan skripsi final

Januari-Maret 2017

Maret-April 2017

April 2017

April 2017

April 2017

April-Mei 2017

Mei 2017

Juni-Agustus 2017

Agustus 2017

Dengan konsultasi.

Setelah keseluruhan data selesai

diolah.

Dengan konsultasi.

Dengan konsultasi.

Menyesuaikan jadwal yang keluar

(17-19 April 2017)

Sebulan setelah seminar hasil.

Menyesuaikan jadwal yang keluar

(18-31 Mei 2017)

Menyesuaikan jadwal (maks. 3

bulan setelah ujian skripsi)

Menyesuaikan jadwal.

Page 88: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

57

3.3.2 Instrumen penelitian

Instrumen merupakan alat yang digunakan dalam mengumpulkan dan memperoleh

data serta pengolahan dan penyajian data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah wawancara yang dilakukan pada pengunjung lansia dikarenakan perlu data langsung

dari lansia sebagai pengguna taman di luar pertanyaan kuesioner sehingga informasi yang

diperoleh dapat berkembang; observasi lapangan untuk melihat kondisi aktual dari lokasi

penelitian dengan alat bantu kamera, alat perekam, checklist, perekam suara, alat tulis; dan

kuesioner yang dilakukan pada pengunjung taman (pengunjung lansia dan pengunjung

umum) untuk memperoleh data mengenai gambaran taman berdasarkan persepsi pengguna

secara keseluruhan terkait fungsinya untuk taman lansia. Untuk kuesioner dibagi menjadi 2

jenis, yaitu kuesioner untuk pengunjung lansia dan pengunjung umum, detail kuesioner

dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.4. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu acuan yang digunakan dalam penelitian untuk

mengetahui hal apa yang akan dipelajari, dianalisis, dan kemudian akhirnya disimpulkan.

Variabel penelitian yang digunakan mengacu pada parameter penelitan berdasarkan

kesimpulan dari literatur, standar, peraturan dan penelitian terdahulu. Pada penelitian ini,

variabel penelitian akan dibagi menjadi dua aspek yaitu keamanan dan kenyamanan. Tiap

aspek akan dibuat variabel berdasarkan lingkup di lingkungan luar taman dan di dalam

taman. Setiap variabel memiliki sub variabel yang memiliki indikator penentunya masing-

masing dalam penilaian. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini akan

dijelaskan sebagai berikut.

Tabel 3.2 Variabel penelitian

LINGKUP

AREA ASPEK

KEAMANAN

VARIABEL SUB-

VARIABEL

INDIKATOR ACUAN

Lingkungan

luar taman

Fungsi

Fungsi

bangunan dan

jalan sekitar

taman.

Bangunan

Didominasi oleh perumahan dan fasilitas pedukung

untuk memudahkan mengawasi dan memberikan rasa

aman bagi lansia. (Burton)

Terdapat fasilitas keamanan lingkungan untuk

pengawasan lansia. (Burton)

Burton &

Lynne

(2006)

Jalan Bukan jalan utama yang sering dilalui kendaraan dan

padat lalu lintas sehingga tidak membahayakan lansia.

(Burton)

Desain

Desain

bangunan dan

Bentuk

bangunan

Orientasi ruang dan bangunan dirancang untuk tidak

menciptakan area gelap atau menyilaukan yang

membuat khawatir dan pusing. (Burton)

Orientasi bangunan ke jalan untuk membuat lansia

merasa aman karena berada di lingkungan yang dihuni.

(Burton)

Burton &

Lynne

(2006),

Permen PU

No.30/2006

Page 89: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

58

lingkungan

sekitar taman.

Apabila terdapat pagar, desainnya sebaiknya tidak

massif dan tinggi sehingga lansia tetap merasa diawasi

oleh masyarakat sekitar.(Burton)

, Turel et al.

(2007),

WHO

(2007) Jalan

Jalur kendaraan dan pejalan kaki dipisahkan agar

lansia tidak tertabrak. (WHO & Burton)

Rute berjalan pendek, ujung jalan terlihat dan

terhubung dengan jalan ramai agar lansia tidak merasa

khawatir. (Burton)

Jalan dengan pola grid dan sudut jalan lebih dari 90o

untuk menghindari tikungan tajam yang tidak aman.

(Burton)

Jalan yang berliku-liku perlahan dengan vista yang

terbuka perlahan agar lansia tetap merasa aman.

(Burton)

Lebar pedestrian min. 120 cm(searah) dan 160 cm(dua

arah) untuk memudahkan pergerakan kursi roda.

(Permen PU)

Kemiringan maks.1/8 dengan bordes setiap 900

cm(lebar 120 cm) agar tidak curam dan berbahaya.

(Permen PU)

Permukaan jalan yang berkelanjutan,tinggi sama, tidak

berlubang dan berjeruji yang berbahaya bagi pejalan

kaki. (Turel)

Tinggi sambungan permukaan 1,25 cm (diminimalkan)

agar tidak membuat tersandung. (Permen PU)

Terdapat pengaman pinggiran jalur pedestrian dengan

tinggi min.10 cm dan lebar 15 cm. (Permen PU &

Turel)

Terdapat vegetasi penyangga antara trotoar dengan

jalan agar kendaraan tidak memasuki jalur trotoar.

(Turel)

Terdapat jalur pemandu dengan tekstur dan warna

yang memiliki desain yang berbeda dengan jalur biasa

agar aman bagi penyandang cacat. (Permen PU)

Penanda

Diletakkan pada area yang mudah dilihat lansia.

(Turel)

Menandakan area pejalan kaki, istirahat, menyeberang

jalan, fasilitas, dll. (Burton)

Tidak mengganggu arus dan sirkulasi pejalan kaki.

(Burton)

Perabot

jalan

Tidak menghalangi langkah lansia. (Burton)

Jumlah lampu pencahayaan yang cukup dan tidak

menyilaukan sehingga membuat pusing. (Burton &

Permen PU)

Vegetasi Tidak menutupi pandangan yang dapat menghalangi

jalan. (Burton)

Tidak menciptakan ruang gelap yang membuat

khawatir dan memicu kriminalitas. (Burton)

Akar tidak membuat tersandung. (Turel)

Mempunyai daun yang kecil dan mudah terbawa angin

agar tidak menumpuk menjadi sampah yang basah dan

licin. (Burton)

Aksesibilitas

Aksesibilitas

dari

lingkungan

sekitar

menuju taman

dan sekeliling

taman.

Akses

penyeberang

an jalan

Lebar min.180 cm untuk mempermudah dan

memperlancar sirkulasi. (Turel)

Terdapat lampu penyeberangan dengan penanda visual

dan suara dengan ketinggian tombol suara maks.120

cm untuk meyakinkan lansia agar mandiri

menyeberang. (Burton, WHO & Turel)

Mudah diakses dan bebas hambatan. (WHO & Turel)

Terdapat petugas penyeberangan. (Burton)

Pada jalan yang ramai, terdapat penanda “countdown”

agar lansia mengetahui waktu untuk menyeberang.

(WHO)

Burton &

Lynne

(2006),

Permen PU

No.30/2006

, Turel et al.

(2007),

Page 90: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

59

Akses dari

jalur

pedestrian

Tidak terdapat pembatas fisik. (Burton & WHO)

Pemisahan pejalan kaki dan kendaraan. (Burton &

WHO)

Bebas hambatan. (WHO & Turel)

Terdapat tempat istirahat sementara. (Burton & WHO)

WHO

(2007)

Akses dari

pemberhenti

an

kendaraan

umum

Rute berjalan pendek. (Burton)

Pencahayaan yang cukup. (Burton)

Mudah diakses dan bebas hambatan. (WHO dan Turel)

Material

Material pada

elemen dan

fasilitas di

lingkungan

sekitar taman.

Fasad

bangunan

Tidak menggunakan warna material dan cat yang

terang dan menyilaukan sehingga dapat menyakitkan

mata. (Burton, Turel & Permen PU)

Burton &

Lynne

(2006),

Permen PU

No.30/2006

, Turel et al.

(2007)

Jalan Tidak bermotif, halus, rata, tidak licin dan tidak

menyilaukan yang beresiko membuat terjatuh atau

terpeleset. (Turel & Permen PU)

Tidak menggunakan pola material rumit yang

membuat bingung dan pusing. (Burton & Turel)

Material untuk jalur pedestrian dan kendaraan

memiliki perbedaan warna dan tekstur agar lansia

tidak masuk ke jalur kendaraan. (Burton, WHO &

Turel)

Stabil, kuat, dan tahan cuaca. (Turel & Permen PU)

Menggunakan warna kuning atau jingga pada jalur

pemandu agar mudah dikenali lansia maupun

penyandang cacat. (Permen PU)

Ruang dalam

taman

Fungsi

Fungsi

bangunan,

fasilitas dan

sirkulasi

dalam taman

Fasilitas

Terdapat fasilitas (bangunan) keamanan untuk

mengawasi dan memandu lansia. (Burton)

Terdapat fasilitas pengawasan (non bangunan) seperti

kamera CCTV, kotak layanan, dan patroli. (Burton)

Burton &

Lynne

(2006)

Sirkulasi

Hanya dilalui oleh pejalan kaki, dan sirkulasi

kendaraan di parkir harus aman bagi pejalan kaki.

(Burton)

Desain

Desain

sirkulasi,

elemen,

fasilitas dan

pembatas

taman

Jalan

Lebar jalur pedestrian min. 120 cm(searah) dan 160

cm(dua arah) untuk memudahkan pergerakan kursi

roda. (Permen PU)

Tinggi sambungan permukaan 1,25 cm (diminimalkan)

agar tidak membuat tersandung. (Permen PU)

Kemiringan maks.1/8 dengan bordes setiap 900

cm(lebar 120 cm) agar tidak curam dan berbahaya.

(Permen PU)

Pencahayaan 50-150 lux untuk meningkatkan

keamanan dan pengawasan. (Permen PU)

Permukaan jalan yang berkelanjutan,tinggi sama, tidak

berlubang dan berjeruji yang berbahaya bagi pejalan

kaki. (Turel & Permen PU)

Memiliki pengaman pinggiran dengan tinggi min.10

cm dan lebar 15 cm agar tidak ke area berbahaya.

(Permen PU)

Terdapat pembatas antara pejalan kaki dan kendaraan

agar tidak terjadi kecelakaan. (Burton & WHO)

Ujung jalan saling terlihat sehingga terkesan aman.

(Burton)

Sudut jalan lebih dari 90o dan jalan berliku-liku

dengan vista terbuka perlahan untuk kesan aman.

(Burton)

Terdapat jalur pemandu dengan tekstur dan warna

yang memiliki desain yang berbeda dengan jalur biasa

agar aman bagi penyandang cacat. (Permen PU)

Burton &

Lynne

(2006),

Permen PU

No.30/2006

, Turel et al.

(2007),

WHO

(2007)

Tempat

duduk

Berada di area yang tidak mengganggu sirkulasi

sehingga tidak membuat tersandung. (Burton & WHO)

Berada di tempat yang terang. (Burton & WHO)

Penanda Dapat mengarahkan lansia agar tidak ke jalur

kendaraan. (Burton)

Page 91: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

60

Memberikan petunjuk keberadaan fasilitas keamanan

dan fasilitas lainnya. (Burton)

Tidak mengganggu arus dan sirkulasi pejalan kaki.

(Burton)

Toilet Terdapat pegangan tangan agar lansia tidak terjatuh.

(WHO)

Terdapat symbol disabilitas agar lansia mengetahui

toilet yang aman digunakan. (WHO)

Pintu bisa dibuka dari luar dan terdapat tombol darurat

untuk antisipasi jika terjadi sesuatu pada lansia.

(WHO)

Fasilitas

parkir

Terdapat area kursi roda yang jauh tidak berdekatan

dengan jalur kendaraan. (Burton & WHO)

Jika ada kemiringan maks. 1/11 untuk keamanan

pergerakan kursi roda. (Permen PU)

Lebar 370 cm(tunggal) dan 620 cm (ganda) yang

terhubung dengan ram dan aman serta mudah untuk

kursi roda. (Burton)

Penerangan

Terletak di area yang banyak digunakan beraktivitas.

(Burton)

Tidak menciptakan area gelap yang menakutkan dan

memicu kriminalitas. (Burton)

Vegetasi

Tidak berakar yang dapat merusak permukaan

perkerasan sehingga membuat tersandung.(Turel)

Berdaun kecil dan mudah dibawa angin sehingga tidak

membuat licin jalan saat hujan. (Burton)

Tidak menciptakan ruang gelap yang dapat membuat

tempat kriminal. (Burton)

Tidak mengganggu sirkulasi yang dapat memicu

kecelakaan. (Burton & WHO)

Tidak membatasi visual ke luar taman sehingga

menyebabkan perasaan terisolasi. (Burton)

Pembatas

taman

Tidak membatasi visual ke luar taman sehingga lansia

tidak merasa tertutup. (Burton)

Dapat melindungi taman dari aktivitas di lingkungan

yang mengganggu (demo, pawai, atau acara lainnya).

(Burton)

Elemen

keindahan

Tidak mengganggu sirkulasi pejalan kaki. (Burton)

Tidak membatasi visual di dalam taman. (Burton)

Aksesibilitas

Aksesibilitas

di dalam

taman

Dari dan

menuju

fasilitas

parkir

Terpisah antara pejalan kaki dan kendaraan agar lansia

tidak terserempet. (Burton)

Terdapat petugas keamanan. (Burton)

Burton &

Lynne

(2006)

Dari dan

menuju

pintu

masuk/kelua

r

Pintu gerbang tidak tertutup dan gelap. (Burton)

Terdapat petugas yang mencegah terjadinya

kriminalitas. (Burton)

Dipisahkan antara akses pejalan kaki dan kendaraan

untuk keamanan. (Burton)

Dari dan

menuju

bangunan

fasilitas

Tidak gelap dan di sudut. (Burton)

Terdapat pengarah yang tidak membuat tersesat.

(Burton)

Antar

elemen dan

fasilitas

taman

Terdapat pegangan tangan yang mencegah lansia

terjatuh. (Burton)

Kondisi jalan yang baik agar lansia tidak tersandung.

(Burton)

Material

Material pada

elemen dan

Fasad

bangunan

Tidak menggunakan warna material dan cat yang

terang dan menyilaukan sehingga dapat menyakitkan

mata. (Burton & WHO)

Burton &

Lynne

(2006),

Permen PU

No.30/2006

, Turel et al.

Jalan Tidak bermotif, halus, rata, tidak licin, tidak retak, dan

menyilaukan agar tidak membuat pusing dan bingung.

Tidak berlubang yang dapat membuat tersandung.

(Burton, WHO, Turel & Permen PU)

Page 92: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

61

fasilitas

dalam taman

Menggunakan warna kuning atau jingga pada jalur

pemandu agar mudah dikenali lansia maupun

penyandang cacat. (Permen PU)

(2007),

WHO

(2007) Pagar

pembatas

Tidak masif dan menutupi taman sehingga membuat

kesan tertutup. (Burton)

Tidak dari material berduri yang dapat

membahayakan. (Burton)

Tempat

duduk

Tidak licin. (Burton)

Tidak terdapat tonjolan yang dapat membahayakan.

(Burton)

Toilet Bahan dan permukaan lantai harus tidak licin agar

tidak berbahaya. (WHO)

Shelter Transparan agar tetap dapat diawasi sehingga

meminimalkan kriminalitas. (Burton & WHO)

Ramp dan

tangga

Bertekstur dan kokoh agar tidak licin saat hujan.

(Turel & Permen PU)

Kotak

telepon

Transparan agar tetap dapat terawasi dari luar.

(Burton)

LINGKUP

AREA

ASPEK

KENYAMAN

AN

VARIABEL SUB-

VARIABEL

INDIKATOR ACUAN

Lingkungan

luar taman

Fungsi

Fungsi guna

lahan dan

jalan sekitar

taman.

Guna lahan

Didominasi lingkungan perumahan agar tidak

membuat lansia merasa asing dan stress. (Burton)

Mudah menemukan layanan dan fasilitas umum

sehingga tidak menyulitkan saat membutuhkan.

(Burton)

Burton &

Lynne

(2006)

Jalan Terdapat hirarki jalan sehingga lansia dapat memilih

jalan yang tidak terlalu ramai. (Burton)

Bukan jalan yang ramai dan padat lalu lintas, terutama

jalan utama sehingga tidak bising dan berpolusi.

(Burton)

Pinggir jalan difokuskan untuk pealan kaki agar tidak

mengganggu aktivitas berjalan kaki. (Burton)

Desain

Desain

bangunan dan

lingkungan

sekitar taman.

Bentuk

bangunan

Bentuk tidak asing sehingga lansia tidak merasa stress

karena asing. (Burton)

Menghindari desain formal agar tidak mengintimidasi

dan menakutkan. (Burton)

Burton &

Lynne

(2006),

Turel et al.

(2007).

WHO

(2007)

Jalan Terdapat area istirahat yang melindungi dari cuaca dan

mudah digunakan untuk pengguna dengan fisik

terbatas. (Burton & WHO)

Memiliki pencahayaan cukup untuk melancarkan

aktivitas. (Burton & WHO)

Terdapat penahan akustik dan buffer, seperti

pagar,pohon dan semak-semak. (Burton)

Jalan berliku dengan vista terbuka perlahan agar tidak

membosankan. (Burton)

Antar jalan saling terhubung dan tidak berjauhan agar

lansia tidak salah mengambil rute. (Burton)

Bebas dari sampah, kebisingan dan polusi bau. (Burton

& WHO)

Penanda Berada pada tempat yang mudah dilihat. (Turel)

Penulisan terbaca dengan jelas dan juga menggunakan

huruf Braille agar bisa dibaca tunanetra. (Turel dan

Permen PU)

Memiliki penerangan yang baik. (Turel)

Memiliki tinggi sesuai sudut jarak pandang manusia.

(Permen PU)

Menggunakan proporsi dan desain warna yang tepat

agar nyaman dilihat dan dikenali. (Permen PU)

Perabot

jalan

Sesuai kebutuhan pengguna jalan. (Burton)

Tersedia di sepanjang jalan sesuai fungsi. (Burton)

Vegetasi Dapat melindungi dari cuaca. (Burton & WHO)

Page 93: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

62

Tidak menghalangi pandangan dan sirkulasi. (Burton)

Tidak menimbulkan banyak sampah. (Burton &

WHO)

Dapat mendukung penghijauan sekaligus keindahan.

(Burton & WHO)

Aksesibilitas

Aksesibilitas

dari

lingkungan

sekitar

menuju taman

dan sekeliling

taman.

Akses

penyeberang

an jalan

Terdapat jalur penyeberangan sehingga lansia dapat

mandiri. (Burton & Turel)

Terdapat bangunan atau pohon peneduh saat

menunggu menyeberang jalan. (Burton & Turel)

Tidak jauh dan mudah dicapai. (Burton)

Burton &

Lynne

(2006),

Permen PU

No.30/2006 Akses dari

jalur

pedestrian

Terdapat hirarki dari jalan besar hingga ke jalur

pedestrian. (Turel)

Terdapat peneduh yang melindungi dari cuaca. (Turel)

Jika ada ketinggian, maka disediakan ramp 1/8 agar

pengguna kursi roda tetap dapat mengakses. (Permen

PU)

Akses dari

pemberhenti

an

kendaraan

umum

Terdapat peneduh yang melindungi dari cuaca.

(Burton)

Mudah dicapai. (Burton)

Material

Material pada

elemen dan

fasilitas di

lingkungan

sekitar taman.

Fasad

bangunan

Tidak didesain dengan pola rumit yan terkesan formal

dan mengintimidasi. (Burton)

Menggunakan warna-warna yang tidak mencolok agar

nyaman dilihat. (Burton)

Menggunakan material-material yang mudah dikenali.

(Burton)

Burton &

Lynne

(2006),

Turel et al.

(2007),

WHO

(2007) Jalan Terdapat perbedaan tekstur untuk jalur pejalan kaki

dan kendaraan agar aktivitas masing-masing tidak

saling mengganggu. (WHO & Turel)

Tidak menggunakan pola rumit yang membuat kesan

formal. (WHO & Turel)

Ruang dalam

taman

Fungsi

Fungsi

bangunan,

fasilitas dan

sirkulasi

dalam taman

Fasilitas Terdapat fasilitas (bangunan) umum dan layanan

servis yang sesuai kebutuhan pengguna taman.

(Burton)

Dapat digunakan sepanjang waktu.(Burton)

Tersedia kebutuhan fasilitas (non bangunan) darurat

saat lansia di taman, yaitu toilet, terapi dan kesehatan.

(Burton & WHO)

Burton &

Lynne

(2006),

WHO

(2007)

Sirkulasi Dipisahkan antara jalur sirkulasi kendaraan, pejalan

kaki, terapi, dan kursi roda sehingga tiap aktivitas

tidak saling mengganggu. (Burton & WHO)

Bebas dari PKL, parkir mobil dan pohon agar tidak

mengganggu aktivitas berjalan kaki. (WHO)

Desain

Desain

sirkulasi,

elemen,

fasilitas dan

pembatas

taman

Jalan Dapat digunakan oleh lansia normal maupun dengan

kursi roda. (Turel & Permen PU)

Terdapat vegetasi peneduh yang melindungi dari

cuaca. (Burton & WHO)

Berliku dengan vista terbuka perlahan agar tidak

membosankan. (Burton)

Jauh dari keramaian dan kebisingan lalu lintas

kendaraan. (Burton & WHO)

Saling terhubung satu sama lain untuk memudahkan

rute. (Burton)

Burton &

Lynne

(2006),

Permen PU

No.30/2006

, Turel et al.

(2007),

WHO

(2007),

Perda

Surabaya

tentang

RTH

(2002)

Tempat

duduk

Kursi nyaman dan kokoh sehingga tidak membuat

khawatir saat digunakan. (Burton)

Terdapat sandaran kaki dan tangan agar tidak

membuat lelah. (Burton)

Ketinggian kursi berkisar antara 420-480 mm sehingga

ramah dan mudah untuk lansia dan penyandang cacat.

(Burton)

Jarak berdekatan(maks. 100-125 m) sehingga lansia

dengan keterbatasan tetap dapat berbicara. (Burton)

Penanda Mudah dilihat dan jelas dibaca sehingga dapat

mempermudah lansia. (Burton)

Page 94: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

63

Penulisan juga menggunakan huruf Braille agar bisa

dibaca tunanetra. (Permen PU)

Tidak menggunakan warna mencolok yang

mengganggu kenyamanan visual lansia. (Burton)

Memiliki tinggi sesuai sudut jarak pandang manusia.

(Permen PU)

Menggunakan proporsi dan desain warna yang tepat

agar nyaman dilihat dan dikenali. (Permen PU)

Toilet Mudah dilihat, dikenali dan dicapai. (Burton & WHO)

Mudah digunakan terutama bagi yang berketerbatasan

fisik. (Burton & WHO)

Terdapat penanda yang juga dapat dikenali oleh para

penyandang cacat. (Permen PU)

Mudah dijangkau dengan berjalan kaki. (WHO)

Pintu tidak berat dan susah dibuka bagi lansia. (WHO)

Ketinggian tempat duduk toilet adalah 45-50 cm

(sesuai standar pengguna kursi roda). (Permen PU)

Fasilitas

parkir

Dekat pintu gerbang dan jalur pedestrian agar rute

tidak membuat lelah. (Burton)

Terdapat area kursi roda sehingga tidak membuat

pengguna kursi roda terintimidasi dan tetap dapat

beraktivitas. (Burton)

Terdapat penanda disabilitas sehingga lansia tetap

nyaman dan tidak terganggu. (Burton)

Jarak maks. dengan taman adalah 60 m agar tidak jauh

dan membuat lelah berjalan. (Permen PU)

Penerangan Tersedia di sepanjang jalur sirkulasi, tempat duduk,

maupun tempat-tempat aktivitas untuk melancarkan

aktivitas terutama pada lansia dengan visual terbatas.

(Burton & WHO)

Tidak menciptakan ruang gelap yang menghambat

aktivitas. (Burton)

Tidak menyilaukan sehingga menganggu kenyamanan

visual. (Burton)

Vegetasi Menyesuaikan tempat perletakan dan fungsi (vegetasi

untuk pembatas, penghias, peneduh, dll). (Burton)

Dapat menaungi dan melindungi dari cuaca (minimal

60 %). (Perda Surabaya)

Dapat mendukung keindahan taman dan membuat efek

menenangkan dan membahagiakan. (Burton & WHO)

Berguna sebagai peneduh namun tetap estetik.

(Burton)

Dapat meningkatkan efek terapi sehingga bermanfaat

bagi fisiologis dan psikologis lansia. (Burton)

Pada aera yang sering dilihat menggunakan vegetasi

yang berwarna menarik agar menyenangkan saat

dilihat. (Burton & WHO)

Pembatas

taman

Tidak membatasi visual sehingga tetap dapat melihat

ke luar taman. (Burton)

Elemen

keindahan

Mendukung keindahan taman, seperti air mancur,

patung, dan sculpture. (Burton)

Serasi dengan bentuk taman agar nyaman dilihat.

(Burton)

Aksesibilitas

Aksesibilitas

di dalam

taman

Dari dan

menuju

fasilitas

parkir

Terdapat peneduh dan pelindung dari cuaca. (Burton)

Mudah dilihat dan dicapai dengan berjalan kaki.

(Burton)

Burton. &

Lynne

(2006),

Permen PU

No.30/2006 Dari dan

menuju

pintu

masuk/kelua

r

Terdapat peneduh dan pelindung dari cuaca. (Burton)

Dekat dengan parkir sehingga tidak membuat pejalan

kaki lelah. (Burton)

Dari dan

menuju

Saling terhubung sehingga memudahkan rute berjalan.

(Burton)

Page 95: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

64

bangunan

fasilitas Mudah dicapai dengan berjalan kaki sehingga tidak

membuat lelah. (Burton)

Antar

elemen dan

fasilitas

taman

Saling terhubung. (Burton)

Terdapat peneduh. (Burton)

Terdapat tempat istirahat. (Burton)

Material

Material pada

elemen dan

fasilitas

dalam taman

Fasad

bangunan

Tidak menggunakan pola rumit yang berkesan formal

dan tidak umum sehingga mengintimidasi dan asing.

(Burton)

Burton &

Lynne

(2006),

Permen PU

No.30/2006

, Turel et al.

(2007)

Jalan Terdapat perbedaan tekstur sehingga pengguna jalan

dapat memahami perbedaan fungsi jalan. (Turel &

Permen PU)

Tidak menggunakan pola rumit yang membuat

bingung. (Permen PU & Turel)

Dilengkapi dengan fasilitas terapi untuk kaki. (Turel)

Pagar

pembatas

Transparan sehingga tidak membatasi visual ke luar

taman. (Burton)

Tempat

duduk

Menggunakan kayu atau material yang tahan terhadap

panas atau dingin. (Burton)

Tidak berlubang sehingga nyaman digunakan untuk

waktu yang lama. (Burton)

Shelter Menggunakan material transparan agar tidak

membatasi visual dan pencahayaan. (Burton & WHO)

Ramp dan

tangga

Bertekstur dan tidak licin sehingga memudahkan

aktivitas. (Turel & Permen PU)

Material yang kuat dan kokoh sehingga tidak membuat

khawatir. (Turel & Permen PU)

Terdapat perbedaan warna antara sirkulasi dan tangga.

(Turel & Permen PU)

Kotak

telepon

Menggunakan material transparan sehingga tidak

membatasi visual. (Burton)

3.5. Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Data primer

Pengumpulan data primer merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan

melihat dan memastikan kondisi secara langsung terhadap subjek dan objek penelitian. Data

ini bersifat kualitatif, karena tidak terukur secara numerik, yang meliputi survei lapangan,

wawancara dan kuesioner. Untuk pengguna lansia data diperoleh melalui pengamatan

lapangan, wawancara dan penyebaran kuesioner. Untuk kuesioner diberikan kepada

pengguna lansia (dengan bantuan bimbingan pengisian oleh peneliti) dan pada pengguna

umum sebagai pengguna dan pengamat taman.

Tabel 3.3 Data primer

No. Metode

Pengumpulan

Data

Sumber data

Primer

Data /Informasi

yang didapatkan

Kegunaan

1.

Observasi

lapangan

Kondisi fisik

lapangan

Kondisi aktual

taman lansia yang

dikaji

Menganalisis taman

Menganalisis lokasi taman

Menganalisis konteks kawasan taman

Faktor yang

mempengaruhi

keamanan dan

kenyamanan taman

Menganalisis fasilitas taman yang

berpengaruh pada keamanan dan

kenyamanan lansia

Page 96: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

65

Menganalisis fasilitas taman yang

mempengaruhi keamanan dan kenyamanan

lansia

Mengetahui keamanan dan kenyamanan

akses dari dan menuju taman

Kondisi eksisisting

lingkungan sekitar

Mengetahui kondisi kawasan objek kajian

Mengetahui pengaruh kawasan terhadap

objek kajian

Menganalisis kesesuaian taman berdasarkan

persepsi pengguna

2.

Wawancara

Pengunjung

lansia

Persepsi terhadap

taman

Mengetahui kebutuhan taman berdasarkan

persepsi pengguna

Menganalisis kesesuaian kondisi aktual

dengan kebutuhan lansia dengan sudut

pandang pengguna lain

Pengunjung

umum

Persepsi terhadap

taman Mengetahui kebutuhan lansia berdasarkan

sudut pandang pengunjung lain

Menganalisis kesesuaian fungsi taman

dengan kebutuhan pengguna selain lansia

3. Penyebaran

kuesioner/angket

Pengunjung

lansia

Penilaian taman

Mengidentifikasi penilaian lansia terhadap

kualitas keamanan dan kenyamanan taman.

Pengunjung

umum

Penilaian taman

Mengidentifikasi penilaian taman

berdasarkan kesesuaian dengan lansia dari

sudut pandang pengunjung umum.

3.5.2 Data sekunder

Pengumpulan data sekunder berupa pengumpulan data melalui studi literatur (Tabel

3.4) baik dari pustaka yang telah ada maupun pengumpulan data dari sumber-sumber instansi

terkait. Studi literatur digunakan sebagai penunjang tinjauan teori serta memperkaya

wawasan yang dapat menunjang mengenai keamanan dan kenyamanan bagi pengguna lanjut

usia di ruang luar. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah mengkaji

dengan mengumpulkan serta membaca dari sumber literatur yang ada dan diolah untuk

dilaporkan sebagai data penelitian dengan teknik deskriptif analisis.

Tabel 3.4 Data sekunder

No. Jenis Data Sumber data

Sekunder

Data Informasi yang

didapatkan

Kegunaan

1. Pengumpulan

data

pustaka/literatur

(buku, jurnal,

artikel,

prosiding)

Perpustakaan dan

internet

Data yang berkaitan dengan

ruang terbuka publik, taman

kota, taman lansia, kriteria

taman lansia dan aspek

keamanan dan kenyamanan

bagi lansia.

Menganalisis faktor faktor yang dapat

mempengaruhi keamanan dan

kenyamanan bagi pengunjung lanjut

usia di ruang luar.

2. Dokumen

Instansional

Website resmi BPS

Kota Surabaya

Data statistik penduduk

lanjut usia kota Surabaya

yang terbaru.

Menganalisis faktor pengaruh faktor

peningkatan penduduk lansia terhadap

kebutuhan ruang luar.

Dinas Kebersihan

dan Ruang Terbuka

Hijau Kota

(DKRTH)

Surabaya

Rancangan awal taman

lansia.

Menganalisis lokasi taman dan

mengevaluasi kesesuaiannya.

Website resmi

WHO

Checklist kota ramah lansia. Menganalisis faktor-faktor indikator

ruang luar yang ramah lansia.

Page 97: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

66

3.6. Metode Analisis dan Sintesis Data

3.6.1 Analisis data

Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif analisis dan analisis POE

(Post Occupancy Evaluation) atau evaluasi purna huni. Deskriptif analisis digunakan saat

menerjemahkan data-data hasil observasi lapangan sehingga lebih terstruktur dan mudah

untuk dipahami. Penjabaran data dapat dengan teknik tabulasi, diagramatik dan/atau sketsa

dengan penjelasan naratif yang dilengkapi dengan foto, gambar, peta, bagan maupun tabel.

Deskriptif analisis tersebut digunakan untuk mengorganisasikan data-data kondisi aktual

yang terkait dengan aspek keamanan dan kenyamanan bagi pengguna lansia di Taman

Lansia Surabaya. Sedangkan analisis POE digunakan untuk mengevaluasi kondisi

lingkungan sekitar dan tapak yang berkaitan dengan aspek keamanan dan kenyamanan

sesuai kebutuhan pengguna lansia di Taman Lansia Surabaya (Zimring, Craig M. & Janet

E.R. 1980). Dalam analisis POE, ada 3 fokus dalam penelitian yaitu fungsional, teknis dan

perilaku. Dalam penelitian ini, analisis POE akan dibatasi pada fungsional elemen dan

fasilitas di lingkungan sekitar dan dalam taman lansia saja. Analisis POE terbagi menjadi 3

tahap, yaitu observasi lapangan untuk mendeskripsikan dan memetakan permasalahan;

evaluasi secara mendalam terhadap aspek yang difokuskan untuk dapat merumuskan

gagasan rekomendasi yang sesuai; dan mewujudkan rekomendasi tersebut untuk menjadi

suatu rancangan yang baru.

Pada penelitian ini, analisis POE yang dilakukan hanya pada sampai tahap 2 yaitu

evaluasi untuk menghasilkan rekomendasi yang berkaitan dengan aspek keamanan dan

kenyamanan di taman bagi lansia. Pada tahap pertama saat yaitu memetakan permasalahan

di lapangan, analisis didukung dengan data yang diperoleh melalui dokumentasi, wawancara

dan juga kuesioner. Keseluruhan permasalahan di lapangan dibatasi hanya pada aspek

keamanan dan kenyamanan. Pada tahap kedua, evaluasi yang dilakukan untuk menilai sejauh

mana penerapan aspek keamanan dan kenyamanan bagi pengguna lansia di taman. Evaluasi

yang digunakan menggunakan variabel penelitian untuk menilai aspek keamanan dan

kenyamanan untuk di dalam taman maupun lingkungan sekitar berdasarkan teori Burton &

Lynne (2006), indikator ruang terbuka menurut WHO, dan Permen PU No. 30/PRT/M/2006

untuk menghasilkan suatu kesimpulan mengenai kekurangan di taman. Hasil evaluasi

tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil wawancara dan kuesioner.

Untuk kuesioner, metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah dengan

membuat kesimpulan berdasarkan skala penilaian yang telah dipilih oleh responden dalam

Page 98: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

67

mengisi kuesioner. Dalam mendukung analisis dan sintesis variabel – variabel penelitian

yang ada, terdapat penilaian – penilaian dari responden yang terdiri dari “Tidak

mendukung”, “Cukup Mendukung”, “Mendukung”. “Sangat Mendukung” dan “Tidak tahu”.

Untuk menentukan kesimpulan penilaian responden terhadap keamanan dan kenyamanan

suatu variabel, rekapitulasi data kuantitatif hasil tiap penilaian responden dibuat dalam

bentuk data persen. Selanjutnya pada data kuantitatif penilaian tersebut, penilaian yang

memiliki jumlah lebih dari 50 % akan dijadikan kesimpulan untuk penilaian tersebut karena

memiliki dominan penilaian yang terbesar, sedangkan jika tidak ada data yang mencapai 50

% maka satu atau dua penilaian yang memiliki jumlah data tertinggi akan dijadikan

kesimpulan suatu variabel. Untuk membuat kesimpulan secara keseluruhan juga digunakan

cara yang sama dengan sudah menggabungkan keseluruhan kesimpulan data kuantitatif yang

ada dari hasil kuesioner. Sebagai contoh dalam membuat kesimpulan penilaian kuesioner,

berdasarkan hasil rekapitulasi kuesioner terhadap pengaruh fungsi jalan di lingkungan

sekitar taman adalah mendukung (58,82 %), cukup mendukung (35,29 %), dan tidak

mendukung (5,88 %) sehingga kesimpulan yang diperoleh adalah “mendukung” karena

memiliki penilaian lebih dari 50 %. Contoh lainnya, dari hasil rekapitulasi kuesioner

terhadap pengaruh fungsi bangunan di lingkungan sekitar taman terhadap keamanan bagi

pengunjung lansia adalah mendukung (41,16 %), cukup mendukung (35,29 %), tidak

mendukung (20,59 %) dan sangat mendukung (2,94 %) sehingga kesimpulannya adalah

“mendukung” dan “cukup mendukung” karena memiliki dua penilaian yang dominan

meskipun tidak mencapai nilai 50 %. Hasil kuesioner tersebut juga menunjukkan variabel –

variabel yang masih memiliki kekurangan baik terhadap keamanan maupun kenyamanan di

lingkungan sekitar dan dalam taman. Kekurangan tersebut selanjutnya dikaitkan lagi dengan

teori kriteria aspek keamanan dan kenyamanan taman lansia agar bisa menghasilkan suatu

gagasan rekomendasi.

Tabel 3.5 Tahapan metode analisis data POE (Post Occupancy Evaluation)

Tahapan Analisis Data Capaian

Pemetaan

permasalahan

lapangan

Mendeskripsikan dan

menjelaskan permasalahan

keamanan dan kenyamanan di

taman

Mendapatkan gambaran kondisi permasalahan taman sesuai

pembagian tiap elemen untuk aspek keamanan dan kenyamanan

bagi lansia

Evaluasi data Mengolah dan menganalisis data

berdasarkan perbandingan

pustaka dan

pendukung(wawancara dan

kuesioner)

Mengetahui hasil perbandingan antara kondisi aktual dengan

kondisi ideal berdasarkan standar keamanan dan kenyamanan

taman bagi lansia, literatur dan peraturan terkait untuk dibuat

gagasan rekomendasi berdasarkan kekurangan yang ada

Penyimpulan

data

Merinci kebutuhsn setiap elemen

taman berdasarkan kebutuhan

dari pengguna lansia

Memperoleh kesimpulan kondisi lapangan dan kondisi yang

dibutuhkan secara ideal dari pengguna lansia terkait aspek

keamanan dan kenyamanan taman.

Page 99: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

68

3.6.2 Sintesis data

Sintesis data merupakan penjelasan mengenai kesimpulan kondisi keamanan dan

kenyamanan bagi pengguna lansia di taman berdasarkan kondisi elemen dan fasilitas yang

ada di taman. Setelah aspek keamanan dan kenyamanan elemen dan fasilitas taman lansia

dievaluasi dan diperoleh kesimpulan mengenai permasalahan di taman, permasalahan

tersebut kemudian akan diberikan rekomendasi yang ideal berdasarkan acuan-acuan teori

yang ada. Pada saat sintesis data, metode yang dilakukan adalah metode deskriptif dengan

menggunakan teknik tabulasi dan narasi untuk menjelaskan permasalahan dan tanggapan

berupa solusi untuk permasalahan yang ada.

3.7. Metode Rekomendasi dan Penyimpulan

Tahap selanjutnya adalah rekomendasi berdasarkan hasil solusi permasalahan yang

diperoleh pada tahap sintesis data. Rekomendasi ini bertujuan untuk mendapatkan gagasan

awal untuk penataan dan perancangan elemen dan fasilitas taman berdasarkan aspek

keamanan dan kenyamanan taman untuk pengguna lanjut usia dikaitkan dengan teori,

standar dan peraturan terkait yang didukung dengan data kebutuhan pengguna lansia di

taman yang diperoleh dari wawancara dan kuesioner. Dalam membuat rekomendasi, metode

yang digunakan adalah metode pragmatik-intuitif untuk mendapatkan solusi berdasarkan

kondisi yang ideal dan rasional. Setelah itu rekomendasi desain berupa konsep desain awal

tersebut akan disajikan dengan metode deskriptif untuk menghasilkan gagasan konsep

Taman Lansia yang ideal bagi pengguna lansia dan sesuai dengan kriteria kota ramah lansia

serta dapat menjadi masukan bagi perancangan taman-taman untuk pengguna lansia di

tempat lain. Rekomendasi konsep desain yang ada menggunakan acuan dari teori Burton &

Lynne (2006), teori penelitian Turel et al. (2007), indikator ruang terbuka menurut WHO,

Permen PU No. 30/PRT/M/2006, dan data pendukung yang diperoleh dari hasil wawancara

dan kuesioner terhadap pengguna taman. Dalam membuat rekomendasi juga akan selalu

dievaluasi lagi kesesuaiannya dengan permasalahan yang ada, analisis data dan sintesis data

yang ada. Hasil dari rekomendasi ini akan menjadi solusi bagi permasalahan keamanan dan

kenyamanan bagi pengguna lansia di Taman Lansia Surabaya sehingga dapat menjadikan

taman tersebut sesuai dengan kriteria ruang terbuka yang dibutuhkan untuk mewujudkan

Surabaya menjadi Kota Ramah Lansia tahun 2030 serta dapat ditindaklanjuti oleh penelitian

selanjutnya maupun diimplementasikan oleh pemerintah dan arsitek lansekap dalam bentuk

rancangan untuk perbaikan taman lansia.

Page 100: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

69

Gambar 3.2 Diagram kerangka metode penelitian

Latar Belakang Masalah

Kota Surabaya sedang mengarahkan untuk menjadi Kota Taman atau “Green City” sebagai

upaya untuk meningkatkan ruang terbuka hijau “RTH” kota

Meningkatnya populasi lanjut usia di kota Surabaya sehingga kebutuhan ruang terbuka hijaunya

juga semakin meningkat sehingga dibuatnya Taman Lansia sebagai taman tematik untuk

pengguna lanjut usia

Kota Surabaya sedang dalam persiapan untuk program Kota Ramah Lansia tahun 2030 sehingga

fasilitas dan pelayanan bagi pengguna lanjut usia harus ditingkatkan

Keamanan dan kenyamanan merupakan bagian dari aspek untuk ruang terbuka bagi pengguna

lanjut usia, Taman Lansia seharusnya menerapkan aspek tersebut terutama untuk mendukung

program Kota Ramah Lansia Surabaya.

Penentuan Lokasi, Objek

dan Subjek Penelitian

Penyusunan Waktu dan

Instrumen Penelitian

Penetapan Variabel

Penelitian

Pengumpulan Data

Metode:

Data primer: observasi lapangan,

wawancara dan penyebaran

kuesioner

Data sekunder: deskriptif-analisis

dan studi literatur

Sumber data:

Data primer: Kondisi fisik

lapangan dan pengunjung

taman

Data sekunder: pustaka

dan dokumen instansional

Analisis Data Metode:

Analisis deskriptif dan Post

Occupancy Evaluation (POE)

Capaian:

1. Gambaran kondisi

permasalahan di

lapangan.

2. Perbandingan kondisi

aktual dengan kondisi

ideal

Sintesis Data Metode:

Deskriptif

Capaian:

Solusi yang sesuai untuk

permasalahan yang ada

Rekomendasi

Metode:

Pragmatik-intuitif dan Deskriptif

Capaian:

Konsep taman lansia yang

ideal berdasarkan aspek

keamanan dan

kenyamanan

Kesimpulan

Rumusan Masalah

Bagaimana keamanan dan kenyamanan bagi pengguna lanjut usia di Taman Lansia Surabaya?

Page 101: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

277

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada analisis, sintesis dan rekomendasi untuk kondisi di

lingkungan sekitar dan di dalam Taman Lansia Surabaya, maka hasil penelitian untuk

penerapan aspek keamanan dan kenyamanan bagi pengguna lansia di taman tersebut adalah

sebagai berikut.

1. Aspek keamanan di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya beberapa masih kurang

mendukung. Untuk fungsi bangunan dan jalannya kurang mendukung karena berada di

peruntukan kawasan perdagangan dan jasa serta dikelilingi oleh jalan arteri. Dari desain

juga masih banyak yang kurang aman, belum sesuai standar, dan belum sesuai dengan

jumlah yang dibutuhkan. Aksesibilitas juga masih kurang mendukung karena kurang

penanda dan ramp di zebra cross, jalur pedestrian yang perlu perbaikan, serta

penambahan adanya shelter. Namun untuk material sudah cukup mendukung hanya saja

perlu menghindari penggunaan material yang tidak aman.

2. Aspek keamanan di dalam Taman Lansia Surabaya juga beberapa masih kurang

mendukung. Untuk fungsi bangunan kurang adanya fasilitas keamanan namun untuk

sirkulasi karena sudah memisahkan pejalan kaki dan kendaraan sehingga cukup aman.

Untuk desain masih kurang mendukung karena masih banyak yang belum sesuai standar

keamanan pada jalur pedestrian, penanda dan fasilitas parkir; perlu ditambah toilet yang

aman; memperbaiki vegetasi; dan menambah ramp. Untuk aksesibilitas juga kurang

mendukung pada parkir yang terlalu dekat dengan jalan raya, perbedaan ketinggian yang

tidak aman dan perlu adanya pegangan tangan. Sedangkan untuk material juga masih

kurang mendukung karena belum sepenuhnya sesuai standar dan banyak yang sudah

rusak.

3. Aspek kenyamanan di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya juga masih ada yang

kurang mendukung. Diantaranya adalah fungsi jalan masih kurang sesuai standar namun

fungsi bangunan sudah cukup. Untuk desain juga masih kurang karena banyak elemen

di jalur pedestrian yang masih kurang seperti shelter, tempat duduk, penerangan dan

tempat sampah. Aksesibilitas juga kurang mendukung karena saat menyeberang dan

Page 102: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

278

menunggu kendaraan umum kurang naungan serta jalan yang masih kurang akses dan

untuk material sudah cukup mendukung karena sesuai standar.

4. Aspek kenyamanan di dalam Taman Lansia Surabaya juga masih ada yang kurang

mendukung. Diantaranya adalah kurang fasilitas toilet dan kesehatan serta fungsi jalan

belum sesuai standar. Desain yang kurang mendukung pada jalur pedestrian, tempat

duduk, toilet, fasilitas parkir, dan penerangan. Untuk aksesibilitas sudah cukup

mendukung hanya saja perlu menambah naungan dan tempat duduk di sekeliling taman.

Sedangkan untuk material kurang mendukung karena banyak yang rusak dan perlu

perbaikan.

Selain itu, didukung dengan kesimpulan hasil wawancara dan penyebaran kuesioner bahwa

lebih dari 50 % responden berpendapat bahwa elemen dan fasilitas di lingkungan sekitar dan

dalam Taman Lansia Surabaya hanya memilih “Cukup Mendukung”, dan sisanya memilih

“Tidak Mendukung” dan “Mendukung” yang artinya masih banyak responden merasa

elemen dan fasilitas belum sepenuhnya memenuhi aspek keamanan dan kenyamanan bagi

pengguna lansia. Dari hasil pembahasan yang meliputi analisis dan sintesis tersebut, aspek

keamanan dan kenyamanan di lingkungan sekitar dan di dalam Taman Lansia Surabaya

masih kurang memenuhi padahal taman tersebut merupakan taman tematik yang memang

difungsikan sebagai ruang terbuka bagi lansia sehingga memunculkan rekomendasi untuk

perbaikan dan penambahan ke depannya. Kurangnya taman tersebut dalam aspek keamanan

dan kenyamanan tentu berpengaruh terhadap kualitas taman bagi lansia. Padahal jika kota

Surabaya ingin menuju Kota Ramah Lansia tahun 2030, pemenuhan aspek keamanan dan

kenyamanan tersebut menjadi hal yang sangat penting untuk dipenuhi terutama berkaitan

dengan pengguna lansianya.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai aspek keamanan dan kenyamanan bagi pengguna

lansia di Taman Lansia Surabaya baik di lingkungan sekitar maupun di dalam taman telah

dirumuskan beberapa saran sebagai berikut.

1. Kondisi lingkungan sekitar dan di dalam Taman Lansia Surabaya banyak yang masih

belum aman dan nyaman bagi pengguna lansia seperti misalnya peruntukan kawasan

pada perdagangan dan jasa sehingga jauh dari perumahan, desain jalur pedestrian yang

perlu perbaikan, aksesibilitas penyeberangan jalan yang kurang akses maupun naungan,

dan masih banyak lagi sehingga hasil dari penelitian ini minimal dapat menjadi masukan

Page 103: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

279

untuk perbaikan Taman Lansia Surabaya terutama untuk mendukung Surabaya menjadi

Kota Ramah Lansia tahun 2030.

2. Bagi akademisi dan kepentingan ilmu pengetahuan, agar dapat mengembangkan

penelitian ini baik untuk Taman Lansia Surabaya yang memang mendukung Surabaya

menjadi Kota Ramah Lansia tahun 2030 maupun pada taman lansia di tempat lain.

Untuk penelitian di Taman Lansia Surabaya sendiri, penelitian dapat dilanjutkan dengan

meneliti 4 kriteria taman untuk pengguna lansia menurut Burton dan Lynne (2006)

selain keamanan dan kenyamanan, yaitu familiar, legible, distinctive, dan accessible.

Untuk penelitian di taman tematik lansia lainnya, dapat dievaluasi berdasarkan acuan

hasil penelitian ini.

3. Untuk perencana dan perancang kota terutama arsitek lansekap, hasil penelitian ini

dapat menjadi komparasi dan masukan dalam merancang taman lansia maupun

lingkungan kawasan kota yang aman dan nyaman bagi pengguna lansia yang sudah

berdasarkan teori, standar, peraturan dan juga masukan dari masyarakat.

4. Untuk instansi pemerintah agar dapat lebih banyak mengeluarkan kebijakan yang

berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna lansia sehingga kualitas

lansia dapat menjadi lebih baik dan mengubah pandangan masyarakat yang

menganggap lansia sebagai beban agar lebih memperhatikan pelayanan dan fasilitas

publik bagi lansia. Sehingga untuk menuju Surabaya menuju Kota Ramah Lansia tahun

2030, pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan yang dapat membuat lingkungan

sekitar dan dalam Taman Lansia Surabaya, taman-taman kota lainnya, serta kawasan

kota menjadi lebih aman dan nyaman bagi pengguna lansia yang salah satunya dapat

mengacu dari hasil penelitian ini.

Page 104: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

281

DAFTAR PUSTAKA

Akmal, HF. 2012. Perbedaan Asupan Energi, Protein, Aktivitas Fisik dan Status Gizi antara

Lansia yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Senam Bugar Lansia. Skripsi UNDIP.

Ambardini, AL. 2009. Aktivitas fisik pada lanjut usia. Yogyakarta: UNY.

An, Somi et al. 2012. The Effect of the Public Exercise Environment on the Physical Activity

for the Active Ageing of the Elderly. Indoor Built Environment 22: 319-331

Askari, A. H. et al. 2015. Engagement in Public Open Spaces Across Ace Groups: The Case

of Merdeka Square in Kuala Lumpur City, Malaysia. Urban Design International 20

(2): 93 – 106.

BPS Kota Surabaya. 2016. Kota Surabaya dalam Angka 2016. Surabaya: BPS Surabaya.

Burton, Elizabeth & Lynne Mitchell. 2006. Inclusive Urban Design: Streets for Life. Oxford:

Architectural Press

Curl, Angela et al. 2015. Developing an audit checklist to assess outdoor fall risks. Urban

Design and Planning 169: 138 – 153

Dinas Tata Kota. 2006. Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Unit Pengembangan

(UP) Dharmahusada Tahun Anggaran 2006. Surabaya: Dinas Tata Kota Surabaya.

Dirjen Penataan Ruang Departemen PU. 2008. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan

Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan tahun 2008. Jakarta: Dirjen PU.

Dong, Jie et al. 2014. The Public Spaces Design Based on the Living Needs of the Elderly.

Mechanics and Materials 584-586: 796-800

Feldman, D. & P. Dean. 2011. Challenges for Caregiving for Elderly Deaf Women:

Inequality to Equity: Promoting Health and Wellness of Woman with Disabilities.

Washington, DC.

Hakim, Rustam. 2014. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap : Prinsip-Unsur dan

Apikasi Desain. Jakarta: Bumi Aksara.

Harris, Charles W. & Nicholas T. Dines. 1987. Time Saver Standards for Landscape

Architecture : Second Edition. New York: McGraw-Hill Publishing Company.

Hastareksa. 2016. Awal 2016, Pemkot Kembangkan 30 Taman di Surabaya.

http://surabayaonline.co.id (diakses pada tanggal 27 November 2016)

Hermawati, Istiana. 2015. Kajian Tentang Kota Ramah Lanjut Usia dalam Seminar dan

Lokakarya tentang Kota Ramah Lansia. LPPM UNY. Yogyakarta, 23 April 2015.

Yogyakarta: B2P3KS.

Hetyorini & Dwi Ngestiningsih. 2015. Kajian Geriatri dan Ruang Terbuka Publik Dalam

Mendukung Penyediaan Taman lansia di Kota Semarang. Prosiding SNST ke 6: 11-

17

Page 105: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

282

Ilmiajayanti, Freska & D.I.K.Dewi. 2015. Persepsi Pengguna Taman Tematik Kota Bandung

terhadap Aksesibilitas dan Pemanfaatannya. Jurnal Ruang 1 (1) : 21-30

Junaidi, Said. 2011. Pembinaan Fisik lansia melalui Aktivitas Olahraga Jalan Kaki. Jurnal

Media Ilmu Keolahragaan Indonesia 1 (1): 17-21

Karacor, AK. & E. Akcam. 2016. Comparative Analysis of The Quality Perception in Public

Spaces of Duzce City. Current Urban Studies 4: 257-266

Kathy, Gunter. 2002. Healthy, Active Ageing: Physical Activity Guidelines for Older Adults.

Oregon: Oregon State University.

Kharismawan, R. & A.S.Mahendra. 2012. Kajian Kualitas Taman-Taman Kota Eks-Lahan

SPBU di Surabaya Dilihat dari Perpektif Pengguna. Seminar Nasional Cities 2012:

1-13. DOI: 10.13140/RG.2.1.4415.1840

Kwanda, Timoticin et al. 2014. The Emphatic Urban Parks in Surabaya: The People’s

Perception on Aesthetic and Uses of the Parks. International Conference on

Emphatic Architecture 2014: 177-185

Lyle, J.T. 1985. Design for Human Ecosystems: Landscape, Landuse, and Natural

Resources. New York: Jenson Books Inc.

Martinoni, M. & A.Sartoris. 2011. Criteria for The Elderly People City? Simplify the

Complexity to Act In Concrete Terms. Project.

Masruroh, Fika et al. 2015. Kajian Arsitektural Taman yang Mengakomodasi Aksesibilitas

Difabel Studi Kasus Taman Tribeca Park Mall, Taman Menteng dan Taman Ayodia.

Jurnal Arsitektur NALARs 14 (2) : 145 – 167

Moleong, L.J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya

Nyman, S.R. et al., 2013. Characteristics of outdoor falls among older people: a qualitative

study. BMC Geriatrics 13: 125 – 139

Othman, AR. & F.Fadzil. 2015. Influence of outdoor Spaces to the Elderly Wellbeing in a

Typical Care Centre. Procedia-Social and Behavioral Sciences 170: 320-329

Papalia, D.E. et al. 2007. Human Development (10th edition). New York: Mc-Graw Hill.

Paramitasari, A.U. & Medhiansyah P.P. 2016. Evaluasi Pasca Huni (Post Occupancy

Evaluation) pada Taman Lansia di Kota Bandung. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI

2016: 7-14

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka

Hijau Kawasan Perkotaan. Jakarta: Departemen Dalam Negeri

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas

dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Jakarta: Departemen

Pekerjaan Umum.

Page 106: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

283

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 tahun 2008 tentang Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Jakarta : Departemen

Pekerjaan Umum.

Phillips, J. et al. 2013. Older People and Outdoor Environments : Pedestrian Anxieties and

Barriers in the Use of Familiar and Unfamiliar Spaces. Geoforum 47: 113-124

Poorjafar, M.R. et al. 2010. Effective Environmental ideas for Encouraging Successful

Public Spaces Formation with the Emphasis on the Elderly Preferences of Siraz. Iron

Elderly Magazine 5(11): 22-34

Raco, J.R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya.

Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia

Republik Indonesia. 1998. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998

tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Lembaran Negara RI tahun 1998, No. 3796.

Jakarta: Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Lembaran Negara RI tahun 2007, No. 4725. Jakarta: Sekretariat Negara.

Ridwan, M.F. 2015. Kota Besar di Indonesia Minim Ruang Terbuka Hijau.

http://www.republika.co.id. (diakses pada tanggal 26 November 2016)

Sajadzadeh, Hasan et al. 2015. The Relationship Between Environmental Quality and

Elderly Presence Ability in Urban Open Spaces, Case Study : Laleh Park, Tehran.

Armanshahr Architecture and Urban Development 8 (14): 57-66

Sassi, Enrico & Elena Molteni. 2011. Design of Public Space in The City of The Elderly. For

Urban planning for an ageing society project.

Silas, Johan et al. 2014. Revitalisasi Eks TPA Keputih Menjadi Taman Kota untuk

Mendukung Surabaya Menjadi Eco-City. Simposium Nasional RAPI XIII- 2014 FT

UMS: 1-8

Simanjuntak, PA. 2012. Desain Alat Bantu Mobilitas Pengguna Lanjut Usia untuk

Beraktivitas di Tempat Umum. Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain

1: 1 – 7.

Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 7391 tahun 2008 tentang Spesifikasi Penerangan

Jalan di Kawasan Perkotaan. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

Suryani, Irma. 2009. Pemanfaatan Ruang luar bagi lansia dalam skala perkotaan. Skripsi.

Tidak dipublikasikan. Depok: Universitas Indonesia

Thompson, C.W. 2013. Activity, Exercise and The Planning and Design of Outdoor Spaces.

Journal of Environmental Psychology 34: 79-96

Tournier, I. et al. 2016. Review of Safety and Mobility Issues Among Older People

Pedestrians. Accident Analysis and Prevention 91 : 24 – 35

Turel, H.S., et al. 2007. Evaluation of Elderly People’s Requirements in Open Public Spaces:

A Case Study in Bornova District (Izmir, Turkey). Building and Environment 42:

2035-2045

Page 107: SKRIPSIrepository.ub.ac.id/804/31/Dwi%20Rahayu%C2%A0Amini.pdfLansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan

284

Urbayatun, Siti. 2006. Hubungan antara pemenuhan kebutuhan dengan afek positif dan afek

negatif pada lansia. Humanitas : Indonesian Pshycological Journal 3 (3) : 63 – 72

Pemerintah Kota Surabaya. 2014. Peraturan Daerah kota Surabaya No.12 tahun 2014 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya tahun 2014-2034. Surabaya:

Pemerintah Kota Surabaya.

Wang, Che. 2014. Nearby Outdoor Environments and Seniors Physical Activities. Frontiers

of Architectural Research 3 (3): 265-270.

Widigdo C., Wanda & I.K. Canadarma. 2010. Surabaya sebagai Kota Taman atau “Green

City”. http://fportfolio.petra.ac.id. (diakses pada tanggal 26 November 2016)

Williams, E.I. 1995. Caring for Older People in the Community 3rd edition. Oxford:

Radcliffe Medical Press.

World Health Organization. 2007. Global Age-friendly Cities: A Guide. France: WHO.

Yung, E.H.K. et al. 2016. Public Open Spaces Planning for The Elerly: The Case of Dense

Urban Renewal District in Hong Kong. Land Use Policy 59: 1 – 11.

Zein, Anastasia O.S. 2015. Pendekatan Desain Interior untuk Hunian Lansia Sebagai Upaya

Mengatasi Degeneratif. Studi Kasus Rumah Tinggal Jl. Bukit Dago Utara, Bandung.

Jurnal Itenas Rekarupa 1 (3): 20-32.

Zimring, Craig M. & Janet E.R. 1980. Post Occupancy Evaluation An Overview.

Environment and Behavior 12 (4): 429-450.