LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI
IDENTITAS PASIENNama: Ny MUsia: 39 tahunJenis Kelamin:
PerempuanAlamat : Jl Jafri zam-zam Gg karya RT 79 No 30 E
Pendidikan: SMA TamatAgama: Islam Suku: Banjar/IndonesiaStatus:
Belum Menikah RMK: 68 48 67RIWAYAT PSIKIATRIKAutoanamnesa tanggal
27 Juni 2011 dengan pasien jam 12.00 WITAA. KELUHAN UTAMANyeri pada
leherKELUHAN TAMBAHANSakit kepala,sulit tidur, tangan terasa dingin
dan sering mengeluarkan air mata.
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANGAwal bulan februari 2011 pasien
mengalami perseteruan dengan kaka ipar karena kaka ipar sudah
menghina ibu kandung pasien. Pada saat perseteruan emosi pasien
makin meningkat dan tidak terkendali sehingga pasien memukul kaka
ipar. Kejadian tersebut membuat pasien sangat membenci dan dendam
terhadap kaka ipar. Kemudian pasien dengan kakak ipar saling
memaafkan. Pasien sudah bisa memaafkan tetapi masih merasa dendam
dengan kaka ipar. Pada saat bertemu dengan kaka ipar, pasien cuma
bertegur sapa seperti biasa dan berusaha untuk menjauh, karena
pasien sangat membenci dan kecewa karena sudah menghina ibu pasien.
Kemarahan pasien tidak bisa diungkapkan sebab pasien memiliki sifat
pendiam. Pada awal bulan maret pasien sering mengalami cemas dan
susah tidur karena masih selalu memikirkan masalah perseteruannya
dengan kakak ipar. Awal bulan Mei 2011 pasien mengalami muntah,
sakit kepala, kepala terasa berputar, nyeri dibagian leher dan
keluar darah dihidung (mimisan). Pada tanggal 3 mei 2011 pasien
dibawa ke puskesmas karena terlihat pucat dan kaku pada tangan dan
kaki, kemudian di puskesmas TD pasien 80/60 mmHg dan pasien hanya
rawat jalan saja. Sorenya pasien merasa penyakitnya tambah parah
dan tanggal 4 Mei 2011 pasien di rawat inap di RSUD ulin selama 11
hari. Selama di rawat inap pasien mengeluh nyeri tengkuk, jantung
berdebar, nafsu makan penurun dan susah tidur. Setelah 11 hari
dirawat pasien dibolehkan pulang dan rawat jalan. Selama rawat
jalan dibagian poli penyakit dalam pasien masih mengeluhkan nyeri
dan terasa kaku dileher, sulit untuk digerakkan, mimisan masih ada
walaupun sudah berkurang. Dari penyakit dalam menyarankan ke poli
saraf. Di poli saraf pasien dikatakan nyeri kepala dan diberi obat
penahan nyeri (asam mefenamat dan obat vitamin B complek), kemudian
pasien kontrol lagi ke poli saraf karena tidak sembuh-sembuh nyeri
dileher dan mengeluarkan air mata dengan sendirinya. Nyeri
dilehernya membuat pasien menjadi susah tidur, pasien sering
terbangun tengah malam sehingga dipagi hari membuat badan pasien
menjadi lemas, lesu dan tidak ada gairah untuk bekerja. Rekan kerja
pasien menyarankan untuk mengambil cuti buat beristirahat. Akhirnya
pasien cuti selama seminggu, selama cuti kondisi pasien masih sama
dan tidak ada perubahan. Pekerjaan pasien selain honor disekolah,
pasien juga mengajar mengaji disore hari. Pasien sering kecewa,
cemas, dan marah dengan anak muridnya karena anak didiknya tidak
bisa terus dengan apa yang pasien ajarkan. Pasien juga sering kesal
kepada anak muridnya kalau anak muridnya menanyakan kenapa pasien
tidak kawin lagi. Pasien tidak bisa mengungkapkan kemarahannya,
pasien hanya mendiamkan diri. Pasien mengatasi masalah ditempat
yang sunyi dengan cara sholat dan menangis seorang diri, setelah
pasien menangis pasien merasa nyaman sebab beban yang diterimanya
sudah mulai berkurang dan rasa sakit dileher menjadi berkurang.
Awal Juni 2011 pasien mengaku kalau perasaannya senang dan pasien
sering dimintai air yang berisi doakan oleh para muridnya dan
pasien mengaku kalau dirinya bisa meramalkan nasib seseorang dan
ramlannya tersebut selalu terbukti. Tanggal 20 juni pasien datang
ke poliklinik jiwa dengan keluhan nyeri pada leher dan bahu dan
mendapat terapi sandepril, clobazam, alprazolam, aasam mefenamat
dan vitamin B komplek. Tanggal 27 juni 2011 pasien datang ke
kembali ke poliklinik jiwa dengan keluhan nyeri tengkuk yang tidak
hilang.C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULUPada awal Mei tahun 2006 sewaktu
pasien mengurus sidang perceraiannya dengan suaminya, pasien sempat
pingsan di pengadilan tidak sadarkan diri dan langsung dibawa ke
RSUD ulin. Menurut pasien dirinya pingsan karena sangat sedih
terhadap perkawinannya yang gagal. Di RSUD ulin dirawat selama 20
hari pada bulan Mei. Setelah keluar dari RS pasien tidak bisa
berjalan dan pelor tidak bisa berbicara dan kemudian menjalani
terapi reahabilitasi medik selama 8 bulan dari akhir bulan mei
sampai januari 2007 dan akhirnya pasien dapat berjalan kembali.
Setelah bercerai tahun 2007 pasien menjadi sering diam, murung dan
sering mengeluh sakit kepala tiap bulan. Pada pertengahan 2007
pasien mulai bekerja mengajar di bagian laboratorium SMP 2
Banjarmasin sebagai pegawai honor. Pasien Tidak ada riwayat adanya
gangguan jiwa sebelumnya, tidak ada riwayat kejang,tidak ada
riwayat mengalami penurunan kesadaran dan tidak ada riwayat
kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala.D. RIWAYAT KEHIDUPAN
PRIBADI1. Riwayat PerinatalTidak didapatkan data yang cukup
mendukung2. Riwayat Masa Bayi ( 0 1,5 tahun ) = Trus vs Mistrust
Tidak didapatkan data yang cukup mendukung3. Riwayat Masa
Kanak-Kanak (1,5-3 tahun ) = Autonomy vs Shame, Doubt Tidak
didapatkan data yang cukup mendukung4. Riwayat Masa Prasekolah ( 3
6 tahun ) = Initiative Vs Guilt Tidak didapatkan data yang cukup
mendukung5. Riwayat Masa Sekolah (6 12 tahun) = Industry vs
InferiorityTidak didapatkan data yang cukup mendukung6. Riwayat
Masa Remaja (12-20 tahun) = Identity vs Identity ConfusionPasien
mengaku memiliki cukup teman dan cukup mudah bergaul. Pasien
memiliki beberapa teman akrab dan tidak ada musuh. Pasien mengaku
cukup tertutup pada orang lain dan sukar untuk mempercayai orang
lain, pasien lebih suka menyendiri dan tidak suka berisik, namun
tidak pendendam, tidak mudah tersinggung, tidak suka melawan,
perasaanya tidak cepat berubah antara gembira dan sedih dan selera
humornya baik. Pasien mampu mengekspresikan kehangatan maupun
kelembutan. Pasien bukan orang yang suka mencari perhatian dan
mengutamakan penampilan fisik dan bukan oang yang ragu-ragu dan
kaku. Pasien orang yang mandiri tidak bergantung pada orang lain
dan tidak memiliki perhatian yang berlebihan terhadap dirinya.
Pasien bukan orang yang mudah tegang dan takut atau menghindari
aktivitas sosial. Pasien bisa bergaul dengan lingkungan social dan
emosi cukup stabil dan tidak mudah marah.7. Riwayat Masa Dewasa
(21-40 tahun) = intimacy vs isolationPasien mengaku memiliki banyak
teman, nampaknya pasien telah cukup baik mengalami fase intimacy
karena cukup terjalin persahabatan yang sehat dan memiliki
relasi.8. Riwayat pendidikanPasien lancar mengikuti pendidikan di
sekolah dari SD hingga SMA dan tidak pernah tinggal kelas. Setelah
tamat SMA pasien bekerja di bank, kemudian setelah bekerja 3 tahun
di bank pasien menikah sehingga pasien tidak melanjutkan lagi ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.9. Riwayat pekerjaanSetelah
tamat SMA pasien bekerja di bank, kemudian setelah menikah pasien
berhenti bekerja. Pada pertengahan tahun 2007, pada usia 35 tahun
pasien mulai bekerja lagi. Pasien bekerja di bagian laboratorium
SMP Negeri 2 Banjarmasin. Pasien nampak menikmati pekerjaannya dan
tidak ada masalah serta pasien mengajar mengaji di Tk Al-Quran
sejak pertengahan tahun 2007
10. Riwayat perkawinanPasien menikah pada umur 25 tahun, dengan
sebelumnya didahului dengan pacaran. Awal rumah tangga hubungan
pasien dengan suami harmonis kemudian setelah lahir anak pertama
pasien sering bertengkar kecil dengan suaminya. Tahun 2007 pasien
mengalami masalah dengan suami karena suami mempunyai istri muda.
Pasien merasa marah karena sudah dikhianati oleh suami. Pasien
tidak bisa mengeluarkan kemarahannya dan hanya berdiam dengan
menangis sendiri. Pasien memikirkan kalau keadaan ini semakin
bertambah rumit, pasien membicarakan dengan suami kalau pasien
tidak ingin diduakan dan suami harus memilih salah satu dari
mereka, apapun keputusan dari suami pasien akan menerima. Suami
memutuskan kalau dia memilih istri mudanya, akhirnya mereka
bercerai dengan cara baik-baik. Pasien berusaha dengan ikhlas atas
cobaan yang diberikan, rasa dendam dan benci baik pada suami maupun
istri muda tidak ada. Suami bertanggung jawab dan masih membiayai
anak-anak mereka. Hubungan sosial antara suami dan istri muda
baik.
E. RIWAYAT KELUARGAGenogram :
+++
Keterangan : : Penderita : Laki-laki : Perempuan Pasien adalah
anak ke-5 dari 5 orang bersaudara. Tidak terdapat riwayat gangguan
jiwa dalam keluarga pasien.F. RIWAYAT SITUASI SEKARANGSaat ini
pasien tinggal dengan kedua anaknya. Dan ibu kandung pasien.
Keluarga pasien memahami keadaan pasien dan selalu berusaha
menolong pasien. G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN
LINGKUNGANNYAPasien tidak merasa dirinya mengalami kelainan
jiwa
STATUS MENTALA. DESKRIPSI UMUM1. PenampilanSeorang perempuan
berperawakan sedang, kurus, kulit cokelat dan roman muka sesuai
dengan umur. Pasien mengenakan pakaian terusan warna hijau motif
bunga, kerudung warna biru serta pasien tampak berdandan dengan
memakai lipstik merah. Pasien tampak rapi dan terawat. Saat ditanya
oleh pemeriksa maka pasien segera menjawab dengan spontan, bersikap
kooperatif dan selalu tersenyum.
Petikan wawancara dengan pasien tanggal 27 Juni 2011 pukul 12.00
WITA: Sepanjang autoanamnesis pasien tampak senang dan selalu
tersenyum. Pasien selalu menjawab pertanyaan pemeriksa dengan
berbicara lancar dan suara yang jelas dan tidak ragu-ragu.
Sepanjang autoanamnesis pasien memandang pemeriksa dan selalu
tersenyum kepada pemeiksa, Pasien mampu menjelaskan identitas diri
dan mengenali orang lain yaitu pasien lain yang sedang menunggu
untuk pemeriksaan. Pasien mampu mengenali tempat pasien berada
yaitu di poliklinik jiwa di lantai dua dan pasien mampu mengenali
apakah sekarang siang atau malam. Pasien mengetahui hari serta
tanggal saat dilakukan wawancara serta pasien mampu menjawab dengan
benar ketika pemeriksa menanyakan hari sebelum dan sesudah hari
senin. Pasien mengetahui kenapa pasien sekarang berada di
poliklinik jiwa karena pasien sakit. Pasien mampu mengenali
pemeriksa sebagai dokter yang akan memeriksa pasien. Pasien mampu
menjawab pertanyaan dengan siapa dia diantar ke poliklinik jiwa
serta menggunakan apa ke poliklinik jiwa dan pasien menjawab dengan
temannya menggunakan sepeda motor. Pasien mampu menjawab alamat
pasien tinggal dan bersama siapa pasien tinggal. Pasien juga mampu
menjawab dengan benar nama SD, SMP serta SMA tempat pasien dulu
bersekolah dan mampu mengingat nama wali kelas tiga sewaktu SMA.
Pasien mampu mengingat nama saudara-saudara pasien. Pasien mampu
mengulang nama tiga benda yang disebutkan pemeriksa. Pasien dapat
berkosentrasi dengan baik ketika menghitung 100 7 sebanyak 5x
kemudian disuruh menyebutkan nama bulan dari januari sampai
desember kemudian diurut secara terbalik tetapi agak lambat. Pasien
mampu menjawab nama presiden RI saat ini serta apa ibu kota
Belanda. Saat ditanya pemeriksa apakah pasien ada mendengar bisikan
atau melihat sesuatu pasien menjawab tidak ada. Saat pasien ditanya
apa yang ada dipikiran pasien, pasien menjawab sedang senang dan
pasien mengaku kalau merasa dirinya dapat memperkirakan nasib
seseorang. Pasien menjawab akan mengembalikan dompet yang berisi
alamat pemilik ketika pemeriksa menanyakan sikap pasien apabila
pasien menemukan dompet ditengah jalan.
2. KesadaranKomposmentis3. Perilaku dan aktivitas motorik
Normoaktif4. PembicaraanPasien berbicara lancar dengan suara yang
jelas dan tidak ragu-ragu. 5. Sikap terhadap pemeriksaKooperatif6.
Kontak PsikisKontak (+) wajar (+) dapat dipertahankan. B.KEADAAN
AFEKTIF, PERASAAN, EKSPRESI AFEKTIF, KESERASIAN DAN EMPATI
1.Afek(mood): Hipertim2.Ekspresi afektif: Senang, gembira,
senyum3.Keserasian: Appropriate4.Empati: Dapat dirabarasakan C.
FUNGSI KOGNITIF1.Kesadaran: komposmentis2. Orientasi: Waktu: Baik
Tempat: Baik Orang: Baik Situasi: Baik3.Konsentrasi: Baik4.Daya
ingat : Jangka pendek: Baik Jangka panjang: Baik Segera:
Baik5.Intelegensia dan Pengetahuan Umum : Sesuai dengan tingkat
pendidikan formal pasienD. GANGGUAN PERSEPSI1.Halusinasi:
(-)2.Depersonalisasi/ Derealisasi : (-)E.PROSES PIKIR1.Arus pikir :
a. Produktivitas : Pasien menjawab bila ditanya b. Kontinuitas :
Koheren dan berkesinambunganc. Hendaya berbahasa : Tidak ada 2. Isi
Pikir: a. Preocupasi: ide-ide kebesaran b. Waham: waham kebesaran
(merasa dirinya dapat memperkirakan nasib seseorang)F. PENGENDALIAN
IMPULSTidak tergangguG. DAYA NILAIa.Daya norma sosial: baikb. Uji
daya nilai : baikc. Penilaian realita : terganggu
H. TILIKANT4: Menyadari keadaan sakitnya disebabkan karena
sesuatu yang tidak diketahui dalam diri pasien.I. TARAF DAPAT
DIPERCAYATidak dapat dipercayaPEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT1. STATUS
INTERNUSKeadaan Umum : Baik Tanda vital :TD : 120/90 mmHgN : 88
x/menitRR : 20 x/menitT : 36,5 CKepala Mata : palpebra tidak edema,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks cahaya
+/+Telinga : sekret -/-Hidung: sekret -/- epistaksis (-) Mulut:
mukosa bibir kering, pucat (-), lidah tidak tremorLeher: KGB tidak
membesar, JVP tidak meningkatThoraks I : bentuk simetrisP :
fremitus raba simetrisP : Pulmo : sonor Cor : batas jantung normalA
: Pulmo : vesikuler, Ronki/wheezing -/- Cor : S1S2 tunggalAbdomen I
: simetrisP : hepar/lien/massa tidak terabaP : timpaniA : BU (+)
normalEkstremitas Superior : edema -/- parese -/- tremor
-/-Inferior : edema -/- parese -/- tremor -/-2. STATUS NEUROLOGIS N
I-XII: normal Gejala rangsang meningeal : tidak ada Gejala TIK
meningkat: tidak ada Refleks patologis: tidak ada Refleks
fisiologis: normalIKHTISAR PENEMUAN BERMAKNAAutoanamnesis Pada awal
Mei tahun 2006 sewaktu pasien mengurus sidang perceraiannya, pasien
sempat pingsan di pengadilan tidak sadarkan diri dan langsung
dibawa ke RSUD ulin. Pada tahun 2007 setelah pasien bercerai
(stressor), pasien menjadi sering diam, murung dan sering mengeluh
sakit kepala tiap bulan. Awal bulan februari 2011 pasien mengalami
perseteruan dengan kaka ipar karena kaka ipar sudah menghina ibu
kandung pasien (stressor). Pada awal bulan april pasien sering
mengalami cemas dan masih selalu memikirkan masalah perseteruannya
dengan kakak ipar 4 Mei 2011 pasien di rawat inap di RSUD ulin
selama 11 hari. Selama di rawat inap pasien mengeluh nyeri tengkuk,
jantung berdebar, anoreksia dan insomnia. Pasien sering kecewa,
cemas, dan marah dengan anak muridnya karena anak didiknya tidak
bisa terus dengan apa yang pasien ajarkan. Pasien kesal kepada anak
muridnya kalau anak muridnya menanyakan kenapa pasien tidak kawin
lagi. Awal Juni 2011 pasien mengaku kalau dia sering dimintai air
yang diberi doa oleh para muridnya dan pasien mengaku kalau dirinya
bisa meramalkan nasib seseorang dan ramlannya tersebut selalu
terbukti.AutoanamnesisAfek(mood): HipertimEkspresi afektif:
Senang,gembira senyumPreocupasi: ide-ide kebesaranWaham:waham
kebesaran (merasa dirinya dapat memperkirakan nasib
seseorang)Penilaian realita : tergangguVI.EVALUASI
MULTIAKSIAL1.Aksis I: Gangguan afektif bipolar, episode kini
hipomanik (F.31.0)2.Aksis II: Kepribadian paranoid (F.60.0)3.Aksis
III: None4.Aksis IV: Masalah keluarga dan pekerjaan5.Aksis V: GAF
scale 70-61VII. DAFTAR MASALAH1. OrganobiologikStatus internus dan
kelainan neurologi tidak ada kelainan2. Psikologik Afek(mood)
hipertim, ekspresi afektif senang,gembira senyum, preocupasiadanya
ide-ide kebesaran, terdapat waham kebesaran (merasa dirinya dapat
memperkirakan nasib seseorang) dan penilaian realita terganggu3.
Sosial KeluargaAdanya masalah perceraian dan masalah pekerjaan yang
menjadi stressor pada pasien.VIII.PROGNOSISDiagnosis penyakit:
dubia ad bonam (gangguan afektif bipolar episode kini
hipomanik)Perjalanan penyakit: dubia ad malam (kronis)Ciri
kepribadian: dubia ad malam (kepribadian paranoid) Stressor
psikososial: dubia ad bonam (bercerai dengan suami)Riwayat
herediter: dubia ad bonamUsia saat menderita: dubia ad bonam
Pendidikan: dubia ad bonam (SMA)Perkawinan: dubia ad malam
(cerai)Ekonomi: dubia ad bonam Lingkungan sosial : dubia ad
bonamOrganobiologi: dubia ad bonam (tidak ada penyakit fisik)
Pengobatan psikiatrik : dubia ad bonam (rutin kontrol)Ketaatan
berobat: dubia ad bonam (rutin minum obat)Kesimpulan: dubia ad
bonamIX.RENCANA TERAPIPsikofarmaka: Kalxetin 2 x 10 mgClobazam 2 x
10 mgHalopeidol 2 x 1,5 mgPsikoterapi: Support terhadap penderita
dan keluargaMencoba lebih percaya dan terbuka dengan
keluargaReligius: Bimbingan /ceramah agama, shalat berjamaah,
pengajianRehabilitasi : sesuai bakat dan minat (tes
psikotes)Laboratorium : Darah rutin dan kimia darahTerapi kejang
listrik (ECT)X.DISKUSIGangguan afektif bipolar adalah kondisi umum
yang dijumpai, dan diantara gangguan mental menempati posisi kedua
terbanyak sebagai penyebab ketidak mampuan atau disabilitas.
Gangguan bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu
gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak
biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut bipolar
karena penyakit kejiwaan ini didominasi adanya fluktuasi periodik
dua kutub, yakni kondisi manik (bergairah tinggi yang tidak
terkendali) dan depresi.Penyebab gangguan bipolar multifaktor.
Mencakup aspek bio-psikososial. Secara biologis dikaitkan dengan
faktor genetik dan gangguan neurotransmitter di otak. Secara
psikososial dikaitkan dengan pola asuh masa kana-kanak, stres yang
menyakitkan, stres kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan
banyak lagi factor lainnya. Didapatkan fakta bahwa gangguan alam
perasaan (mood) tipe bipolar (adanya episode manik dan depresi)
memiliki kecenderungan menurun kepada generasinya, berdasar
etiologi biologik. 50% pasien bipolar mimiliki satu orangtua dengan
gangguan alam perasaan/gangguan afektif, yang tersering unipolar
(depresi saja). Jika seorang orang tua mengidap gangguan bipolar
maka 27% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam perasaan.
Bila kedua orangtua mengidap gangguan bipolar maka 75% anaknya
memiliki resiko mengidap gangguan alam perasaan. Keturunan pertama
dari seseorang yang menderita gangguan bipolar berisiko menderita
gangguan serupa sebesar 7 kali. Bahkan risiko pada anak kembar
sangat tinggi terutama pada kembar monozigot (40-80%), sedangkan
kembar dizigot lebih rendah, yakni 10-20%. Berdasarkan Diagnostic
and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar dibedakan menjadi
2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Perbedaannya adalah pada
gangguan bipolar I memiliki episode manik sedangkan pada gangguan
bipolar II mempunyai episode hipomanik. Beberapa ahli menambahkan
adanya bipolar III dan bipolar IV namun sementara ini yang 2
terakhir belum dijelaskan. Gangguan bipolar I dibagi lagi menjadi
beberapa bagian menurut perjalanan longitudinal gangguannya. Namun
hal yang pokok adalah paling tidak terdapat 1 episode manik di
sana. Walaupun hanya terdapat 1 episode manik tanpa episode depresi
lengkap maka tetap dikatakan gangguan bipolar I. Adapun
episode-episode yang lain dapat berupa episode depresi lengkap
maupun episode campuran, dan episode tersebut bisa mendahului
ataupun didahului oleh episode manik. Gangguan bipolar II mempunyai
ciri adanya episode hipomanik. Gangguan bipolar II dibagi menjadi 2
yaitu tipe hipomanik, bila sebelumnya didahului oleh episode
depresi mayor dan disebut tipe depresi bila sebelum episode depresi
tersebut didahului oleh episode hipomanik. Berdasarkan Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III, gangguan ini
bersifat episode berulang yang menunjukkan suasana perasaan pasien
dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini pada
waktu tertentu terdiri dari peninggian suasana perasaan serta
peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada
waktu lain berupa penurunan suasana perasaan serta pengurangan
energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah terdapat
penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai
dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan,
sedangkan depresi cenderung berlangsung lebih lama. Episode pertama
bisa timbul pada setiap usia dari masa kanak-kanak sampai tua.
Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun.
Semakin dini seseorang menderita bipolar maka risiko penyakit akan
lebih berat, kronik bahkan refrakter.Episode manik dibagi menjadi 3
menurut derajat keparahannya yaitu hipomanik, manik tanpa gejala
psikotik, dan manik dengan gejala psikotik. Hipomanik dapat
diidentikkan dengan seorang perempuan yang sedang dalam masa
ovulasi (estrus) atau seorang laki-laki yang dimabuk cinta.
Perasaan senang, sangat bersemangat untuk beraktivitas, dan
dorongan seksual yang meningkat adalah beberapa contoh gejala
hipomanik. Derajat hipomanik lebih ringan daripada manik karena
gejala-gejala tersebut tidak mengakibatkan disfungsi sosial. Pada
manik, gejala-gejalanya sudah cukup berat hingga mengacaukan hamper
seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial. Harga diri membumbung
tinggi dan terlalu optimis. Perasaan mudah tersinggung dan curiga
lebih banyak daripada elasi. Tanda manik lainnya dapat berupa
hiperaktifitas motorik berupa kerja yang tak kenal lelah melebihi
batas wajar dan cenderung non-produktif, euphoria hingga logorrhea
(banyak berbicara, dari yang isi bicara wajar hingga menceracau),
dan biasanya disertai dengan waham kebesaran, waham kebesaran ini
bisa sistematik dalam artian berperilaku sesuai wahamnya, atau
tidak sistematik, berperilaku tidak sesuai dengan wahamnya. Bila
gejala tersebut sudah berkembang menjadi waham maka diagnosis mania
dengan gejala psikotik perlu ditegakkan.Gangguan ini tersifat oleh
episode berulang (yaitu sekurang-kurangnya dua) yang menunjukkan
suasana perasaan (mood) pasien dan tingkat aktivitasnya jelas
terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari
peninggian suasana perasaan (mood) serta peningkatan energi dan
aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa
penurunan suasana perasaan (mood) serta pengurangan enersi dan
aktivitas depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan
sempurna antar episode, dan insidensi pada kedua jenis kelamin
kurang lebih sama disbanding dengan gangguan suasana perasaan
(mood) lainnya. Pada pasien ini didiagnosis gangguan afektif
bipolar, episode kini hipomanik (F.31.0) karena dari anamnesis
didapatkan tanda-tanda yaitu terdapat gangguan alam perasaan dan
proses pikir. Pada pasien didapatkan tingkat peninggian suasana
perasaan serta peningkatan energi dan aktivitas (atau hipomania),
dimana pada pasien mengaku kalau 2 minggu terakhir perasaannya
senang dan pasien sering dimintai air yang didoakan oleh para
muridnya dan pasien mengaku kalau dirinya bisa meramalkan nasib
seseorang dan ramlannya tersebut selalu terbukti dimana hal ini
menjurus pada waham kebesaran. Di lain waktu pada pasien juga
terjadi penurunan suasana perasaan serta pengurangan energi dan
aktivitas (depresi) seperti yang dialami pasien pada tahun 2007
sewaktu pasien mengurus sidang perceraiannya dengan suaminya,
pasien sempat pingsan di pengadilan tidak sadarkan diri dan
langsung dibawa ke RSUD ulin. Pada saat itu pasien pingsan karena
sangat sedih dan kecewa terhadap perkawinannya yang gagal hingga
akhirnya pasien mengalami stroke serta awal bulan februari 2011
pasien mengalami perseteruan dengan kaka ipar karena kaka ipar
sudah menghina ibu kandung pasien. Kejadian tersebut membuat pasien
sangat membenci dan dendam terhadap kaka ipar. Akibat perseteruan
pasien dirawat di di RSUD ulin dengan keluhan nyeri dilehernya.
Pasien sering kecewa, cemas, dan marah dengan anak muridnya karena
anak didiknya tidak bisa terus dengan apa yang pasien ajarkan.
Pasien juga sering kesal kepada anak muridnya kalau anak muridnya
menanyakan kenapa pasien tidak kawin lagi hal ini membuat keluhan
nyeri dilehernya semakin bertambah, pasien menjadi susah tidur,
pasien sering terbangun tengah malam sehingga dipagi hari membuat
badan pasien menjadi lemas, lesu dan tidak ada gairah untuk
bekerja. Tingkah laku masih dalam batas normal, sekarang ini pasien
menunjukkan perilaku normal dan afek hipertim, dan tidak ada
riwayat perubahan perilaku.Berdasarkan pemeriksaan psikiatrik
didapatkan penampilan pasien rapi.dan terawatt Perilaku dan
aktifitas psikomotor normal dengan ekspresi senang dan gembira,
pembicaraan koheren, empati dapat dirabarasakan. Dari fungsi
kognitif didapatkan daya konsentrasi dan daya ingat baik. Pasien
menjawab sesuai dengan pertanyaan pemeriksa dan relevan terhadap
pertanyaan pemeriksa.Pada pasien ini memiliki kepribadian paranoid
ditandai sifat pencuriga, dan tidak terbuka pada orang lain. Pada
pasien ini tidak terdapat riwayat herediter. Terdapat beberapa
stressor psikososial yaitu setiap keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang itu
terpaksa mengadakan penyesuaian diri (adaptasi) untuk menanggulangi
stressor (tekanan mental) yang timbul. Namun, tidak semua orang
mampu melakukan adaptasi dan mampu menanggulanginya sehingga
memunculkan keluhan-keluhan kejiwaan. Pada umumnya jenis stressor
psikososial dapat digolongkan menjadi masalah perkawinan, problem
orang tua, hubungan interpersonal, pekerjaan, lingkungan hidup,
keuangan, hukum, perkembangan, penyakit fisik atau cidera, faktor
keluarga dan lain-lain.Stressor psikososial pada pasien ini adalah
faktor keluarga dimana pasien bercerai dengan suami pasien tahun
2008. Namun pasien mengaku hal ini tidak terlalu mempengaruhi
keluhannya.selain itu ada adanya perseteruan pasien dengan kaka
ipar serta stresor pekerjaan dimana pasien kesal dengan anak
muridnya. Prognosis untuk penderita ini adalah dubia ad bonam,
karena dilihat dari perjalanan penyakit, stressor psikososial, usia
saat menderita, pendidikan, ekonomi, lingkungan sosial,
organobiologi, pengobatan psikiatrik, ketaatan berobat.
Psikofarmaka yang diberikan Kalxetin 2 x 10 mg, Clobazam 2 x 10 mg,
Halopeidol 2 x 1,5 mg. Kalxetin merupakan antidepresan golongan
baru yang secara kimiawi tidak berhubungan dengan golongan
trisiklik, tetrasiklik, atau antidepresan lainnya. Mekanisme kerja
antidepresi ini diduga berhubungan dengan efek inhibisinya terhadap
reuptake serotonin oleh sel neuron. Penelitian pada dosis klinis
menunjukkan bahwa obat ini menghambat reuptake serotonin, tetapi
tidak untuk norepinefrin, ke dalam platelet. Sehingga efek samping
antikolinergik yang biasanya muncul pada penggunaan antidepresan
golongan siklik tidak terjadi pada golongan ini. Sebagai golongan
obat antidepresan serotoninergik, juga efektif untuk pengobatan
gangguan obsessive-compulsive dan bulimia nervosa. Indication
Depresi, gangguan obsessive-compulsive, bulimia nervosa.Clobazam
merupakan anti anxietas golongan benzodiazepine,obat ini digunakan
untuk mengurangi sindrom anxietas. Pemakaian preparat
benzodiazepine dalam dosis tinggi dan jangka waktu lama dapat
menimbulkan toleransi, ketergantungan dan efek sindroma putus zat.
Terutama bila mempergunakan benzodiazepine dengan waktu paruh yang
singkat.Haloperidol diberikan untuk mengatasi gejala mania pada
pasien ini. Adapun efek samping dari pemberian obat anti psikotik
yaitu: 1. Sedasi dan inhibisi psikomotor2. Gangguan otonomik
(hipotensi ortostatik, antikolenergik berupa mulut kering,
kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, dan mata kabur).3.
Gangguan endokrin4. Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut,
akathisia dan sindrom Parkinson berupa : tremor, bradikinesia,
rigiditas)5. HepatotoksikEfek samping gangguan ekstrapiramidal
haloperidol lebih besar dibandingkan chlorpromazine karena
haloperidol lebih cenderung ke blokade reseptor dopamine di sistem
ekstrapiramidal daripada di sistem limbik (sebaliknya untuk
chlorpromazine).Apabila terjadi sindrom Parkinson maka
penatalaksanaannya adalah menghentikan obat anti psikosis atau bila
obat anti psikosis masih diperlukan diberikan trihexilphenidyl atau
sulfas atrofin. Jika sindrom Parkinson sudah terkendali diusahakan
penurunan dosis secara bertahap untuk menentukan apakah masih
dibutuhkan penggunaan obat anti Parkinson.Psikoterapi,
rehabilitasi, terapi religius dan perilaku juga perlu diberikan
pada pasien ini. Perlu pemeriksaan psikologi terlebih dahulu untuk
memilih metode yang cocok dengan minat dan bakat pasien. Semua
terapi diatas sangat menunjang kesembuhan pasien. Sedangkan
pemeriksaan laboratorium darah dimaksudkan untuk mengetahui fungsi
hepar dan ginjal karena efek samping dari terapi psikofarmaka
adalah hepatotoksik dan nefrotoksik. Pada pasien dengan gangguan
bipolar dapat dilakukan terapi dengan terapi kejang listrik (ECT).
Terapi kejang listrik (ECT) merupakan perawatan untuk psikiatri
dengan menggunakan arus listrik singkat melewati otak pasien yang
berada dalam pengaruh anestesi dengan menggunakan alat khusus.
Frekuensi penggunaan biasanya 2 sampai 5 kali per minggu dan terapi
segera dihentikan sesudah tampak kemajuan klinis Adapun indikasi
penggunaan ECT antara lain : depresi berat, gangguan bipolar,
schizophrenia terutama pada tipe katatonik, tipe schizoafektif dan
akut. SEdangkan kontra indikasi penggunaan ECT :1. Mutlak : SOL
(Space Occupying Lesion), infark myocard 2. Relatif a. Penyakit
jantung: dekompensasio kordis, angina pektoris, A-V Block,
aneurisma aorta, dll b. Kelainan tulang skoliosis, kiphosis, dll c.
Kehamilan d. Hipertensi berat e. Hiperpireksia f. Diatesa
Haemoragic g. Epilepsih. Ansietas berat Pada penggunaan ECT juga
terdapat komplikasi antara lain :1. Kematian sangat jarang 2.
Dislokasi atau fraktur 3. Apneu (berhenti bernafas)4. Cardiac
arrest5. Reaktivasi proses tambah lama6. Pneumonia7. Amnesia8.
Delirium
DAFTAR PUSTAKA
1 Yayan AS.Ganggan afektif bipolar. ; (online),
(http://www.google.com) diakses 30 juni 2011.
2 Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Rujukan Ringkasan
dari PPDGJ III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma
Jaya, 2002.
3 Sungkar AS. Pedoman diagnosis dan terapi lab/upf ilmu
kedokteran jiwa.Surabaya: RSUD Dr. Soetomo, 1994.
4 Maslim R. Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik
edisi ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma
Jaya, 2007.
5 Safyuni Naswati, dr,Sp.KJ.Psikoterapi dan rehabilitasi
psikiatrik.; (online), (http://www.google.com) diakses 7 juli
2011.
11