BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan masa dan perubahan zaman yang cepat, menuntut orang untuk bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hiupnya. Tuntunan itu dapat menimbulkan beberapa sikap tubuh tidak disadari oleh penderitaannya, terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan sehari-hari dan bekerja. Nyeri pinggang juga dapat menurunkan produktivitas manusia. Daerah punggung bawah bagian lumbal di syarafi oleh Nervus Ischiadicus yang merupakan syaraf perifer paling besar yang terdiri dari serabut- serabut saraf Spinal L 4 - S 3 . Nervus Ischiadicus jika terjadi penekanan oleh neoplasma atau osteofit di Spina Ischiadicus akan menimbulkan nyeri yang terasa menjalar di sepanjang perjalanan. Nervus Ischiadicus yang disebut nyeri Ischialgia (Priguna, 1988). Penyakit Ischialgia akibat Spondiloarthritis maka penyebab timbulnya kelainan adalah proses degenerasi yang erat hubungannya dengan adanya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan masa dan perubahan zaman yang cepat, menuntut orang
untuk bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hiupnya. Tuntunan itu
dapat menimbulkan beberapa sikap tubuh tidak disadari oleh penderitaannya,
terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan sehari-hari dan bekerja. Nyeri
pinggang juga dapat menurunkan produktivitas manusia.
Daerah punggung bawah bagian lumbal di syarafi oleh Nervus
Ischiadicus yang merupakan syaraf perifer paling besar yang terdiri dari
serabut-serabut saraf Spinal L4 - S3. Nervus Ischiadicus jika terjadi
penekanan oleh neoplasma atau osteofit di Spina Ischiadicus akan
menimbulkan nyeri yang terasa menjalar di sepanjang perjalanan. Nervus
Ischiadicus yang disebut nyeri Ischialgia (Priguna, 1988). Penyakit Ischialgia
akibat Spondiloarthritis maka penyebab timbulnya kelainan adalah proses
degenerasi yang erat hubungannya dengan adanya trauma atau proses
ketuaan. Proses degeneratif ini dimulai dari Discus Intervertebralis yaitu
timbulnya proses dehidrasi dan berkurangnya kekenyalan Nucleus pulposus
disertai degenerasi Fibriler dan Annulus fibrosu kehilangan elastisitasnya.
Akibat proses ini pada korpus vertebralis di bagian tulang khondral
yang menghadap kearah nucleus pulposus mengeras dan melebar, berbentuk
osteofit di ujung-ujung tulang. Sehingga merangsang ligamentum dan
jaringan Myofascia yang sangat peka terhadap rangsangan sehingga timbul
rasa nyeri di daerah tersebut ( TITAFI, 1988).
Penekanan rasa nyeri syaraf Ischiadicus biasanya timbul rasa nyeri
sepanjang perjalanan syarafnya, adnya spasme pada otot pinggang, adanya
keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) pada trunk, adanya kelemahan otot
yang disyarafi beberapa problematik fisioterapi. Fisioterapi sebagai salah
satu tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan terapi kesehatan yang
dapat melakukan tindakan terapi pada kondisi ini dengan menggunakan
Short Wave Diathermy (SWD).Trans Electrical Nerve Stimulation (TENS)
sebagai modalitasnya dan Willium Flexi Exercise sebagai latihannya.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui penantalaksanaan Fisioterapi pada kondisi
Ischialgia.
1.2.2 Tujuan Khusus
Untuk memenuhi tugas akhir praktikum lapangan dalam
penulisan makalah dan laporan kasus mahasiswa program Binawan
di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Ischialgia?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan Ischialgia?
3. Gejala apa yang ditimbulkan dari ischialgia?
4. Bagaimana intervensi fisioterapi pada pasien dengan kasus Ischialgia?
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi penulis
Mengetahui proses asuhan fisioterapi pada kasus
musculoskletal dengan masalah pada Ischialgia secara teoritis dan
klinis serta mengaplikasikannya dalam praktek secara baik dan
benar.
1.4.2 Bagi mahasiswa/I fisioterapi
Menjadi bahan masukan dalam menambah pengetahuan
sebagai upaya memberikan pelayanan fisioterapi yang lebih baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Ischialgia
Iskialgia atau sciatika adalah nyeri yang menjalar (hipoestesia,
parestesia atau disastesia) ke bawah sepanjang perjalanan akar saraf
iskidikus (Cailliet,1981).
Ischialgia sebagai gejala nyeri yang timbul akibat perangsangan
nervus ischiadicus (Soemarmo Markam, 1982).
Ischialgia sebagai nyeri di daerah pangkal paha (Kamus Kedokteran,
1983).
Ischialgia sebagai nyeri yang berpangkal pada daerah lumbosakralis
yang menjalar ke pantat dan selanjutnya ke bagian posterolateral tungkai
atas, bagian lateral tungkai bawah, serta bagian lateral kaki (Mahar Mardjono
dan Priguna Sidharta, 1978).
Ischialgia adalah nyeri pada daerah tertentu sepanjang tungkai yang
merupakan manifestasi rangsangan saraf sensoris perifer dari nervus
iskhiadikus (Sidharta,1999).
Menurut Sidharta (1999) iskhialgia dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Iskhialgia sebagai perwujudan neuritis iskhiadikus primer
Iskhialgia akibat neuritis iskhiadikus primer adalah
ketika nervus iskhiadikus terkena proses radang. Tanda dan
gejala utama neuritis iskhiadikus primer adalah nyeri yang
dirasakan bertolak dari daerah sakrum dan sendi panggul,
tepatnya di foramen infra piriformis atau incisura iskhiadika
dan menjalar sepanjang perjalanan nervus iskhiadikus dan
lanjutannya pada nervus peroneus dan tibialis. Nyeri tekan
ditemukan pada incisura iskhiadika dan sepanjangspasium
poplitea pada tahap akut. Juga tendon archiles dan otot tibialis
anterior dan peroneus longus terasa nyeri pada penekanan.
Kelemahan otot tidak seberat nyeri sepanjang tungkai. Karena
nyeri itu maka tungkai di fleksikan, apabila diluruskan nyeri
bertambah hebat. Tanda-tanda skoliosis kompensatorik sering
dijumpai pada iskhialgia jenis ini.
Diagnosa neuritis iskhiadikus primer ditetapkan apabila
nyeri tekan pada otot tibialis anterior dan peroneus longus.
Dan pada neuritis sekunder nyeri tekan disepanjang nervus
iskhiadikus, tetapi di dekat bagian nervus iskhiadikus yang
terjebak saja. Timbul nyerinya akut dan tidak disertai adanya
nyeri pada punggung bawah merupakan ciri neuritis primer
berbeda dengan iskhialgia yang disebabkan oleh problem
diskogenik. Reflek tendon archiles dan tendon lutut biasanya
tidak terganggu.
2. Iskhialgia sebagai perwujudan entrapment radikulitis atau
radikulopati
Pada iskhialgia radikulopati merupakan akibat dari
jebakan oleh tumor, nukleus pulposus yang menjebol ke
dalam kanalis vertebralis maupun osteofit atau peradangan
Origo : inferior rami of pubis dan ischium ischial
tuberosity
Insertio:a line fro great trochanter to linea
aspera femur,linea aspera ,adductor tubercole ,
medil supra condilare line of femur
Adductor longus
Origo : Anterior aspec of pubis
Insersio : Linea aspera along middle 1/3 femur
Adductor brevis
Origo : Inferior ramus of pubis
Insersio : line lesser trohanter to linea aspera,
upper portion of linea aspera
Pectineus
Origo : pectineal line of pubis
Insersio : Line from lesser trohanter to linea
aspera
Gracilis
Origo : Body and ramus of pubis
Insersio : proksimal aspecct of medial surface
tibia
v. Medial rotasi
Tensor facia latae
Gluteaus minimus
Gluteus medius
vi. Lateral rotasi
Piriformis
Origo : anterior suface sacrum, sacrotuberous
ligament
Insersio : Freater trohanter femur
Gemellus superior
Origo : iscial tuberositas
Insersio : Greater trohanter femur
Obturator internus :
Origo : Obturatory membran dan forament, inner
surface of pelvis, inferior rami of pubis dan
ischium
Insersio : greater trohanter femur
Obturator Eksternus :
Origo : rami of pubis dan ischium, outer surface
of obturatory membran
Insersio : Greater trohanter femur
Quadrratus femoris
Origo : ischial tubrosity
Insersio : quadrate tuberosity femur
2.7 Penatalaksanaan fisioterapi pada Ischialgia
I. Assessment
a. Anamnesa
Anamnesis pada pasien ischialgia mencakup identitas
pasien (nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama,
diagnosa medis, tgl operasi, jenis operasi dan tanggal
pemeriksaan) dan riwayat penyakit (keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang dan riwayat penyakit dahulu), data didapat
dengan cara wawancara secara langsung pada pasien atau
keluarga pasien, selain itu data dapat kita dapatkan dari dokter
yang merujuk dan perawat.
b. Inspeksi
Ini dilihat sejak pasien masuk keruangan fisioterapi.
Inspeksi yang dilakukan dimulai dari warna kulit pasien,
oedema, atropy otot, dan bekas sayatan saat operasi serta melihat
kemampuan berjalan saat latihan berjalan sehingga bisa
diketahui kondisi serta kemampuan gerak dan fungsinya.
c. Pemeriksaan Gerak dan Fungsi
Pemeriksaan ini meliputi fungsi gerak pasif dan aktif,
pada tungkai yang patologis, gerakan yang dilakukan adalah
gerakan yang mengindikasikan, dan tidak melakukan gerakan
yang menjadi kontra indikasi. Dari hasil pemeriksaan ini
bisasanya didapat keterbatasan gerak karena adanya nyeri,
oedema, kekakuan dan spasme otot.
Test Khusus
a. Palpasi
Biasanya palpasi dilakukan setelah pemeriksaan fungsi
dengan tujuan untuk mengetahui respon dan struktur yang
bersangkutan setelah aktifitas palpasi dilakukan terutama pada
kulit dan subcutaneus untuk mengetahui temperatur, oedema dan
spasme, pada anggota gerak bawah setelah operasi.
b. Antropometri Panjang tungkai
Pengukuran ini dilakukan untuk membuat perbandingan
antara sisi yang sakit (dalam hal ini sisi yang mengalami operasi)
dan sisi yang sehat untuk menentukan apakah ada pemendekan
dari pada tungkai.
c. Pemeriksaan kekuatan otot
Terutama otot penggerak hip dan knee, yang dilakukan
dengan menggunakan metode manual muscle test (MMT).
d. Nyeri
Nyeri merupakan suatu mekanisme pertahanan tubuh
yang bersifat subjektif, pada post AMP sering ditemukan nyeri
pada wilayah sayatan operasi. Salah satu metode pengukuran
nyeri yang dapat digunakan adalh VAS (Visual Analog Scale).
e. ROM (Range Of Motion)
Pemeriksaan ROM dilakukan dengan menggunakan
goniometer dan dituliskan dengan metode ISOM (International
Standar Of Measurement).
II. Problem Fisioterapi
Asuhan pelayanan fisioterapi yg diberikan pada pasien Fracture
Collum Femoris Dextra dilakukan secara bertahap sesuai dengan problema
yg ditemukan pada saat melakukan assessment.
III. Diagnosa Fisioterapi
Diagnosa fisioterapi dibuat berdasarkan analisa dari hasil
pemeriksaan fisioterapi. Diagnosa tersebut haruslah menggambarkan
anatomi jaringan spesifik, patologi dan ganggun gerak dan fungsi.
IV. Program Fisioterapi
Dalam menentukan perencanaan, harus ditentukan terlebih dahulu
tujuan yang akan dicapai, yang mencakup tujuan jangka pendek dan
jangka panjang. Adapun penentuan tujuan dilakukan berdasarkan
problema fisioterapi yang ditemukan dalam proses assessment.
V. Intervensi
Intervensi yang dilakukan haruslah sesuai dengan kebutuhan
pasien atau keluhan utama pasien, agar dalam melakukan intervensi
selanjutnya pasien dapat melakukannya dengan rasa nyaman dan sesuai
pada tujuan akhir yang akan dicapai. Adapun berbagai intervensi yang
dapat dilakukan antara lain, yaitu :
VI. Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan secara berkala (misal dua kali seminggu)
atau setiap hari, dimana tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengetahui
apakah terapi yang kita berikan bermanfaat atau berguna bagi
penyembuhan pasien, ataukah harus dirubah jika tidak ada perubahan
terhadap penyembuhan keadaan pasien. Evaluasi yang dapat kita lakukan
dapat lihat dari perubahan masalah yang dihadapi pasien.
BAB III
STATUS KLINIK
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E J
Umur : 47 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Pulo gebang
A. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama
Os mengeluh nyeri pinggang bawah hingga ke tungkai kanan dan
menjalar ke jari-jari kaki.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada bulan September 2013 pasien merasakan nyeri di pinggang
sampai tungkai bawah dan tidak tahu penyebab utamanya.
c. Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada
d. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada
B. Pemeriksaan Umum
1) Tekanan darah : 120/80 mmHg
2) Denyut nadi : 86x/ menit
3) Frekuensi pernapasan : 22x/ menit
4) Suhu tubuh : 36oC
C. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
─ Statis
Pasien tidak dapat duduk dan selalu mengangkat pantat
yg sakit.
Pasien tidak dapat berjalan dalam waktu yg lama.
─ Dinamis
Pasien terlihat kesakitan ketika dilakukan gerakan pada
daerah pinggang.
Pada saat berjalan pasien lebih menumpu ke kaki yg
sehat.
b. Palpasi
Nyeri tekan pada m. Piriformis dan spasme pada m.
Gastrocnemius.
Ada spasme m. Piriformis dan m. Gastrocnemius
Adanya spasme pada m. Erektor spine.
c. Tes orientasi
Aktifitas jongkok – berdiri (squad and bounching)
menimbulkan nyeri pada knee.
d. Pemeriksaan fungsi dasar
Gerakan Aktif Pasif
Fleksi Nyeri, ROM normal Nyeri, elastis end feel, ROM normal
Ekstensi Tidak Nyeri, ROM normal Tidak Nyeri, elastic end feel, ROM normal
Rotasi sinister Tidak nyeri, ROM normal Tidak nyeri, elastis end feel, ROM normal
Rotasi dextra Tidak nyeri, ROM normal Tidak nyeri, elasti end feel, ROM normal
L.fleksi sinistra Tidak Nyeri, ROM normal Tidak Nyeri, elastis end feel, ROM normal
L. fleksi dextra Tidak nyeri, ROM normal Tidak nyeri, end elastic end feel, ROM normal
Regio Lumbal
Regio HIP joint
Gerakan Aktif Pasif
Fleksi Tidak Nyeri, ROM terbatas Nyeri, elasitis end feel, ROM terbatas
Ekstensi Tidak Nyeri, ROM terbatas Tidak nyeri, elastis end feel, ROM terbatas
Abduksi Tidak nyeri, ROM normal Tidak nyeri, elastis end feel, ROM normal
Adduksi Tidak nyeri, ROM normal Tidak nyeri, elastis end feel, ROM normal
Internal rotasi Tidak Nyeri, ROM normal Tidak nyeri, elastis end feel, ROM normal
External rotasi Tidak nyeri, ROM normal Tidak nyeri, elastis end feel, ROM normal
e. Pemeriksaan VAS
0 1-4 5-7 8-10
0 : tidak ada nyeri
1-4 : nyeri ringan
5-7 : nyeri sedang
8-10 : nyeri berat
Hasil dari pengukuran nilai ambang nyeri adalah 6 yang berarti
sedang.
f. Tes SLR + Bragard
Hasilnya : nyeri
Ada gangguan pada tendon aschilles dan m. tibialis anterior peroneus
longus dan penyempitan n. Ischiadicus.
g. Tes Patrick
Hasilnya : tidak ada nyeri
Tidak ada gangguan pada l. Sacroilliaca anterior.
h. Tes Antipatrik
Hasilnya : tidak nyeri
Tidak ada gangguan pada l. sacroilliaca posterior.
i. Tes Kontraktur
Hasil : Nyeri pada m. Piriformis sinistra, m. Rectus femoris, m.
Hamstring.
Adanya pemendekan pada m. Hamstring.
II. PROBLEM FISIOTERAPI
─ Adanya nyeri menjalar sampai ketungkai
─ Kontraktur pada m. Hamstring
─ Spasme m. Piriformis, m. Erector spine, m. gastrocnemius
─ Terjepitnya n. Ischiadicus
III. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
Gangguan fungsional pinggang bawah dan tungkai sinistra akibat ischialgia
IV. PROGRAM FISIOTERAPI
a. Tujuan
1) Jangka Pendek
Mengurangi nyeri
Mengurangi spasme m. piriformis dan m. gastrocnemius
Mengurangi kontraktur pada m. Hamstring
Melepaskan penjepitan n. Ishiadicus
2) Jangka Panjang
Mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional
berjalan pasien.
V. INTERVENSI FISIOTERAPI
MWD
Posisi pasien tengkurap,jarak antara tranduser dengan permukaan
tubuh pasien 3 cm.
Tujuan : untuk melancarkan sirkulasi darah, untuk menurunkan
nyeri.
─ Dosis
F : 3 x seminggu
I : 80 MHZ
T : Coplanar dengan intermitten
T : 10 menit
TENS
Tujuan : untuk menaikan sirkulasi darah secara local dan membantu
mengurangi nyeri.
─ Dosis
F : 3 x seminggu
I : 45 Ma
T : Kontak langsung (2 pet)
T : 15 Menit
Friction
Pasien tengkurap kemudian fisioterapis menekan otot piriformis/otot
yang spasme, menggunakan ibu jari atau bagian-bagian tubuh yang
runcing.
Tujuan : untuk melemaskan otot yg spasme
─ Dosis:
F : 3 x Semingggu
I : Toleransi Pasien
T : kontraksi isotonik maupun isometric
T : 3 x hitungan dengan 5 x repitisi
Streching
Pasien terlentang dengan posisi knee di tekuk kemudian fisioterapis
membawa lututnya kesamping badan kiri dan kanan sampai terasa
terulur.
Tujuan : untuk mengulur otot Quadratus lumborum.
─ Dosis:
F : 3 x seminggu
I : toleransi pasien
T : kontak langsung hold relax
T : 8x hitungan dan 6x repetisi
Strengtening
Pasien terlentang dengan posisi knee di tekuk kemudian fisioterapis
membawa lututnya kesamping badan kiri dan kanan sampai terasa
terulur dan diberikan tahanan di lateral knee kearah dalam dan kearah
keluar.
Tujuan : untuk penguatan otot abductor dan adductor.
─ Dosis:
F : 3 x seminggu
I : toleransi pasien
T : active assisted
T : 8 x hitungan dan 6 x repitisi
VI. HOME PROGRAM
a) Pasien dilarang mengangkat barang dalam keadaan berdiri.
b) Pasien dianjurkan memakai korset / brace.
c) Dalam keadaan berdiri disarankan agar satu kaki pasien di sanggah
dengan bangku.
d) Saat ingin bangun dari tempat tidur, diharuskan memposisikan tubuh
miring terlebih dahulu, baru kemudian bangun.
Kamali A. (1983). Kamus Kedokteran. Penerbit PT.Dian Rakyat. JakartaMardjono M dan Sidharta P. (1978). Neurologi Klinis Dasar. PenerbitPT.Dian Rakyat, JakartaMarkam S. (1982). Neurologi. Penerbit PT.EGC. JakartaGanong, W. F. (Edisi Bahasa Indonesia Wijaya Kusumah M) (1999). Buku Ajar Fisioterapi Kedokteran (Review of Medical Physiologi) edisi 14, Cetakan 1, Buku Kedokteran EGC.