-
RASIONALITAS PERESEPAN ANTIBIOTIK UNTUK PENGOBATAN INFEKSI
SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA ANAK
DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH MUSTIKA MUTHAHARAH
NPM 08045 D3 FI.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN PROGRAM
STUDI DIII FARMASI
2011
-
RASIONALITAS PERESEPAN ANTIBIOTIK UNTUK PENGOBATAN INFEKSI
SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK
DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan kepada
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan
Program Studi D3 Farmasi
Oleh
Mustika Muthaharah
NPM 08045 D3 FI.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIII FARMASI
2011
-
ABSTRAK
Mustika.M. 2011. Rasionalitas Peresepan Antibiotik Untuk
Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Anak di Puskesmas
Pekauman Banjarmasin. Karya Tulis Ilmiah, Program Studi D3 Farmasi
STIK Muhammadiyah Banjarmasin. Pembimbing : (I) Andika, S.Far.,Apt
(II) Hiryadi, M.Kep. Sp.Kom
Kata Kunci : Rasionalitas, Peresepan, Antibiotik, ISPA, Anak
Angka kesakitan dan kematian anak akibat Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) di Indonesia saat ini masih cukup tinggi.
Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) memerlukan
perhatian khusus dan pemilihan obat yang tepat seta tindakan yang
cepat agar menurunkan angka kematian. Ketidakrasionalan peresepan
sering terjadi pada pengobatan Infeksi Saluran Pernafasan.
Penggunaan antibiotic yang tidak sesuai dengan diagnosis penyakit
menyebabkan terjadinya peresepan yang tidak rasional. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui jumlah rasionalitas peresepan
antibiotik yang digunakan untuk mengobati penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) pada pasien anak di Puskesmas Pekauman
Banjarmasin.
Penelitian ini mengambil tempat di Puskesmas Pekauman
Banjarmasin. Rancangan dalam penelitian ini bersifat deskriptif.
Populasi yang digunakan adalah resep untuk pasien anak penderita
ISPA di Puskesmas Pekauman Banjarmasin pada bulan Mei tahun 2011
yang berjumlah 400 resep. Dari polulasi tersebut diambil sebanyak
80 resep sebagai sampel dengan menggunakan metode acak sederhana.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi.
Data primer diperoleh dari hasil observasi resep sedangkan data
sekunder diperoleh dari formulir monitoring indikator peresepan
antibotik Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Hasil penelitian
disajikan dalam bentuk tabulasi dan persentase yang kemudian di
analisis secara deskripitif.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa peresepan antibiotik untuk
pengobatan ISPA pada anak di Puskesmas Pekauman Banjarmasin yang
rasional adalah sebanyak dua puluh dua resep (dua puluh tujuh koma
lima persen). Jumlah tersebut jauh lebih kecil daripada jumlah
ketidakrasionalan yang terjadi yaitu sebanyak lima puluh delapan
resep (tujuh puluh dua koma lima persen).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasionalitas peresepan
antibiotik untuk pengobatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada
anak di Puskesmas Pekauman Banjarmasin terbilang cukup rendah
sehingga perlu ditingkatkan dengan melakukan pemilihan obat yang
tepat sesuai dengan diagnosis ISPA yang diderita pasien.
-
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan dan kekampuan
sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul
RASIONALITAS
PERESEPAN ANTIBIOTIK UNTUK PENGOBATAN ISPA PADA ANAK DI
PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN.
Proposal ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan
untuk
menyelesaikan pendidikan Diploma III Farmasi di Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin.
Dalam proses penulisan proposal ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Hj. Ulfah Hidayati, SST.,M.Kes selaku Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin.
2. Ibu Sri Rahayu, S.Far.,Apt selaku Ketua Program Studi D3
Farmasi.
3. Bapak Andika, S.Far.,Apt selaku pembimbing I yang telah
banyak memberikan
bimbingan, masukan dan motivasi sehingga Karya Tulis Ilmiah ini
dapat
diselesaikan.
4. Bapak Hiryadi, M.Kep. Sp.Kom selaku pembimbing II yang telah
memberikan
bimbingan untuk penulisan proposal ini.
5. Dinas Kesehatan Kota yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian
di Puskesmas Pekauman Banjarmasin.
-
6. Bapak Dr. M. Fuadi selaku Kepala Puskesmas Pekauman yang
telah
memberiakan arahan dan secara tidak langsung mengajarkan penulis
tentang
pentingnya menjaga amanah dan tanggungjawab.
7. Ibu dr. Masliani selaku dokter dari poli anak di Puskesmas
Pekauman
Banjarmasin yang telah memberikan bimbingan dan tambahan ilmu
kepada
penulis.
8. Ibu Rina Feteriyani, S.Far.,Apt yang telah banyak membantu
penulis dalam
pemilihan judul, memberikan saran serta kemudahan dalam proses
pengambilan
data sejak studi pendahuluan hingga penelitian selesai.
9. Kedua orang tua tercinta yang selalu menyertai dengan doa dan
memberikan
dukungan moril dan materil dengan ikhlas.
10. Teman-teman seperjuangan dan sahabat terdekat (Try, Pooh,
Cha, Riza) yang
selalu memberikan dorongan semangat dan saling membantu dalam
proses
penulisan proposal ini.
Penulis menyadari dalam penulisan proposal ini masih terdapat
kekurangan,
untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna
menyempurnakan
proposal ini. Semoga proposal ini dapat memberikan manfaat bagi
banyak pihak.
Banjarmasin, 10 Agustus 2011
Penulis
-
Kupersembahkan KaryaTulis Ilmiah ini untuk keluargaku
tercinta..Kupersembahkan KaryaTulis Ilmiah ini untuk keluargaku
tercinta..Kupersembahkan KaryaTulis Ilmiah ini untuk keluargaku
tercinta..Kupersembahkan KaryaTulis Ilmiah ini untuk keluargaku
tercinta..
Terimakasih untuk semua doa, cinta dan dukungan yang kalian
berikanTerimakasih untuk semua doa, cinta dan dukungan yang kalian
berikanTerimakasih untuk semua doa, cinta dan dukungan yang kalian
berikanTerimakasih untuk semua doa, cinta dan dukungan yang kalian
berikan
Abi. Seorang motivator terbaik sepanjang masa yang pernah
kumiliki.Abi. Seorang motivator terbaik sepanjang masa yang pernah
kumiliki.Abi. Seorang motivator terbaik sepanjang masa yang pernah
kumiliki.Abi. Seorang motivator terbaik sepanjang masa yang pernah
kumiliki.
Selalu tersenyum dan menguatkan saat aku Selalu tersenyum dan
menguatkan saat aku Selalu tersenyum dan menguatkan saat aku Selalu
tersenyum dan menguatkan saat aku
Terimakasih untuk selalu mendukung dan memberikan semangat
Terimakasih untuk selalu mendukung dan memberikan semangat
Terimakasih untuk selalu mendukung dan memberikan semangat
Terimakasih untuk selalu mendukung dan memberikan semangat
Ibu Guru terbaik sepanjang masa bagiku.Ibu Guru terbaik
sepanjang masa bagiku.Ibu Guru terbaik sepanjang masa bagiku.Ibu
Guru terbaik sepanjang masa bagiku.
Mengajarkanku semua hal baik dalam kehidupanMengajarkanku semua
hal baik dalam kehidupanMengajarkanku semua hal baik dalam
kehidupanMengajarkanku semua hal baik dalam kehidupan
Sosok yang sederhana, tegas namun sangat perhatianSosok yang
sederhana, tegas namun sangat perhatianSosok yang sederhana, tegas
namun sangat perhatianSosok yang sederhana, tegas namun sangat
perhatian
Seperti peramal yang selalu bias membaca semua pikirankuSeperti
peramal yang selalu bias membaca semua pikirankuSeperti peramal
yang selalu bias membaca semua pikirankuSeperti peramal yang selalu
bias membaca semua pikiranku
Selalu menenangkan disaat badai kegelisahan menderakuSelalu
menenangkan disaat badai kegelisahan menderakuSelalu menenangkan
disaat badai kegelisahan menderakuSelalu menenangkan disaat badai
kegelisahan menderaku
Terimakasih untuk setiap bait doa yang selalu dipanjatkan
untukku Terimakasih untuk setiap bait doa yang selalu dipanjatkan
untukku Terimakasih untuk setiap bait doa yang selalu dipanjatkan
untukku Terimakasih untuk setiap bait doa yang selalu dipanjatkan
untukku
Kupersembahkan KaryaTulis Ilmiah ini untuk keluargaku
tercinta..Kupersembahkan KaryaTulis Ilmiah ini untuk keluargaku
tercinta..Kupersembahkan KaryaTulis Ilmiah ini untuk keluargaku
tercinta..Kupersembahkan KaryaTulis Ilmiah ini untuk keluargaku
tercinta..
Abi.Abi.Abi.Abi.
Ibu..Ibu..Ibu..Ibu..
Dan ade.Dan ade.Dan ade.Dan ade.
Terimakasih untuk semua doa, cinta dan dukungan yang kalian
berikanTerimakasih untuk semua doa, cinta dan dukungan yang kalian
berikanTerimakasih untuk semua doa, cinta dan dukungan yang kalian
berikanTerimakasih untuk semua doa, cinta dan dukungan yang kalian
berikan
Abi. Seorang motivator terbaik sepanjang masa yang pernah
kumiliki.Abi. Seorang motivator terbaik sepanjang masa yang pernah
kumiliki.Abi. Seorang motivator terbaik sepanjang masa yang pernah
kumiliki.Abi. Seorang motivator terbaik sepanjang masa yang pernah
kumiliki.
Ayah nomor satu seluruh dunia.Ayah nomor satu seluruh dunia.Ayah
nomor satu seluruh dunia.Ayah nomor satu seluruh dunia.
Sosok yang hangat, sabar dan menyenangkanSosok yang hangat,
sabar dan menyenangkanSosok yang hangat, sabar dan
menyenangkanSosok yang hangat, sabar dan menyenangkan
Selalu tersenyum dan menguatkan saat aku Selalu tersenyum dan
menguatkan saat aku Selalu tersenyum dan menguatkan saat aku Selalu
tersenyum dan menguatkan saat aku lemah dan goyah lemah dan goyah
lemah dan goyah lemah dan goyah
Terimakasih untuk selalu mendukung dan memberikan semangat
Terimakasih untuk selalu mendukung dan memberikan semangat
Terimakasih untuk selalu mendukung dan memberikan semangat
Terimakasih untuk selalu mendukung dan memberikan semangat
dalam setiap langkah yang kupilih.dalam setiap langkah yang
kupilih.dalam setiap langkah yang kupilih.dalam setiap langkah yang
kupilih.
Ibu Guru terbaik sepanjang masa bagiku.Ibu Guru terbaik
sepanjang masa bagiku.Ibu Guru terbaik sepanjang masa bagiku.Ibu
Guru terbaik sepanjang masa bagiku.
Mengajarkanku semua hal baik dalam kehidupanMengajarkanku semua
hal baik dalam kehidupanMengajarkanku semua hal baik dalam
kehidupanMengajarkanku semua hal baik dalam kehidupan
Sosok yang sederhana, tegas namun sangat perhatianSosok yang
sederhana, tegas namun sangat perhatianSosok yang sederhana, tegas
namun sangat perhatianSosok yang sederhana, tegas namun sangat
perhatian
Seperti peramal yang selalu bias membaca semua pikirankuSeperti
peramal yang selalu bias membaca semua pikirankuSeperti peramal
yang selalu bias membaca semua pikirankuSeperti peramal yang selalu
bias membaca semua pikiranku
Selalu menenangkan disaat badai kegelisahan menderakuSelalu
menenangkan disaat badai kegelisahan menderakuSelalu menenangkan
disaat badai kegelisahan menderakuSelalu menenangkan disaat badai
kegelisahan menderaku
Terimakasih untuk setiap bait doa yang selalu dipanjatkan
untukku Terimakasih untuk setiap bait doa yang selalu dipanjatkan
untukku Terimakasih untuk setiap bait doa yang selalu dipanjatkan
untukku Terimakasih untuk setiap bait doa yang selalu dipanjatkan
untukku
Ade Ade Ade Ade
Jadilah diri sendiri, karena meski terlahir dari rahim
yangJadilah diri sendiri, karena meski terlahir dari rahim
yangJadilah diri sendiri, karena meski terlahir dari rahim
yangJadilah diri sendiri, karena meski terlahir dari rahim yang
sama, kita lahir dengan membawa cahaya yang berbeda sama, kita
lahir dengan membawa cahaya yang berbeda sama, kita lahir dengan
membawa cahaya yang berbeda sama, kita lahir dengan membawa cahaya
yang berbeda
warnawarnawarnawarna
Maka bersinarlah dengan cahaya yang kau punyaMaka bersinarlah
dengan cahaya yang kau punyaMaka bersinarlah dengan cahaya yang kau
punyaMaka bersinarlah dengan cahaya yang kau punya
Kupersembahkan KaryaTulis Ilmiah ini untuk keluargaku
tercinta..Kupersembahkan KaryaTulis Ilmiah ini untuk keluargaku
tercinta..Kupersembahkan KaryaTulis Ilmiah ini untuk keluargaku
tercinta..Kupersembahkan KaryaTulis Ilmiah ini untuk keluargaku
tercinta..
Terimakasih untuk semua doa, cinta dan dukungan yang kalian
berikanTerimakasih untuk semua doa, cinta dan dukungan yang kalian
berikanTerimakasih untuk semua doa, cinta dan dukungan yang kalian
berikanTerimakasih untuk semua doa, cinta dan dukungan yang kalian
berikan
Abi. Seorang motivator terbaik sepanjang masa yang pernah
kumiliki.Abi. Seorang motivator terbaik sepanjang masa yang pernah
kumiliki.Abi. Seorang motivator terbaik sepanjang masa yang pernah
kumiliki.Abi. Seorang motivator terbaik sepanjang masa yang pernah
kumiliki.
Ayah nomor satu seluruh dunia.Ayah nomor satu seluruh dunia.Ayah
nomor satu seluruh dunia.Ayah nomor satu seluruh dunia.
Sosok yang hangat, sabar dan menyenangkanSosok yang hangat,
sabar dan menyenangkanSosok yang hangat, sabar dan
menyenangkanSosok yang hangat, sabar dan menyenangkan
lemah dan goyah lemah dan goyah lemah dan goyah lemah dan
goyah
Terimakasih untuk selalu mendukung dan memberikan semangat
Terimakasih untuk selalu mendukung dan memberikan semangat
Terimakasih untuk selalu mendukung dan memberikan semangat
Terimakasih untuk selalu mendukung dan memberikan semangat
dalam setiap langkah yang kupilih.dalam setiap langkah yang
kupilih.dalam setiap langkah yang kupilih.dalam setiap langkah yang
kupilih.
Jadilah diri sendiri, karena meski terlahir dari rahim
yangJadilah diri sendiri, karena meski terlahir dari rahim
yangJadilah diri sendiri, karena meski terlahir dari rahim
yangJadilah diri sendiri, karena meski terlahir dari rahim yang
sama, kita lahir dengan membawa cahaya yang berbeda sama, kita
lahir dengan membawa cahaya yang berbeda sama, kita lahir dengan
membawa cahaya yang berbeda sama, kita lahir dengan membawa cahaya
yang berbeda
Maka bersinarlah dengan cahaya yang kau punyaMaka bersinarlah
dengan cahaya yang kau punyaMaka bersinarlah dengan cahaya yang kau
punyaMaka bersinarlah dengan cahaya yang kau punya
-
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR
.....................................................................................
ii LEMBAR PERSEMBAHAN
..........................................................................
iv
DAFTAR ISI
....................................................................................................
v DAFTAR TABEL
............................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR
.......................................................................................
viii DAFTAR LAMPIRAN
....................................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
..........................................................................
1
B. Rumusan Masalah
.....................................................................
6 C. Tujuan Penelitian
.....................................................................
7 D. Manfaat Penelitian
...................................................................
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Rasionalitas Peresepan
............................................................. 8 B.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
.................................. 12 C. ISPA Non Pneumonia
............................................................... 15
D. Pengobatan ISPA Non Pneumonia
........................................... 18 E. Antibiotik Untuk
Pengobatan ISPA .......................................... 19 F.
Kerangka Pikir
..........................................................................
20
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
................................................................
21
B. Variabel dan Definisi Operasional
............................................ 21 C. Tempat dan Waktu
Penelitian ................................................... 22
D. Populasi dan Sampel
.................................................................
22 E. Jenis Data dan Sumber Data
..................................................... 24
-
F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
....................................... 24 G. Metode Pengumpulan
Data ....................................................... 26 H.
Etika Penelitian
.........................................................................
26 I. Jalan Penelitian
.........................................................................
28
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
..................................... 29 B. Analisa Data
.............................................................................
33
C. Pembahasan
..............................................................................
34
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
..............................................................................
38
B. Saran
........................................................................................
38
DAFTAR PUSTAKA
.......................................................................................
39 LAMPIRAN
-
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Definisi Operasional . 22
2. Tabel Distribusi Frekuensi Sederhana .. 25 3. Lembar
Observasi . 26 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Data Proyeksi 2009 30
5. Jumlah Rumah Tangga Penduduk dan Rata-rata Penduduk per
Rumah
Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Tahun 2010 .. 31 6.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin .. 32 7. Jumlah Penduduk
Berdasarkan Kelompok Umur . 32 8. Jumlah Sampel Penelitian
Berdasarkan Jenis Kelamin 33 9. Rasionalitas Peresepan Antibiotik
Untuk Pengobatan ISPA Pada Anak di
Puskesmas Pekauman Banjarmasin .. 34
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir . 20
-
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Izin Studi Pendahuluan 41 2. Surat Izin Penelitian dari
Institusi ..... 42 3. Surat izin Penelitian dari Instansi ..... 43
4. Surat Permohonan Bimbingan KTI ...... 44 5. Lembar Konsultasi
Bimbingan KTI ( Pembimbing I ).. 45 6. Lembar Konsultasi Bimbingan
KTI ( Pembimbing II ).... 46 7. Lembar Observasi. 47 8. Pernyataan
Keaslian Tulisan 48 9. Riwayat Hidup . 49 10. Hasil Tabulasi Data
.. 50
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat merupakan suatu komponen penting dalam pelayanan
kesehatan.
Penggunaan obat yang benar, tepat dan aman dapat memberikan efek
yang
maksimal bagi penyembuhan. Antibiotik sebagai salah satu jenis
obat yang
digunakan untuk menyembuhkan infeksi oleh mikrobakteri merupakan
jenis obat
yang seringkali diresepkan oleh dokter karena efektifitasnya
yang sangat baik untuk
mengobati penyakit yang disebabkan oleh mikrobakteri.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah suatu tanda dan
gejala akut
akibat infeksi yang terjadi pada setiap bagian saluran
pernafasan baik atas maupun
bawah yang disebabkan oleh jasad renik, bakteri, virus maupun
riketsin tanpa atau
disertai radang dari parenkim (Alsagaff & Abdul, 2005:110).
ISPA adalah infeksi
saluran pernafasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan
saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung sampai
gelembung paru, beserta
organ-organ disekitarnya seperti: sinus, ruang telinga tengah,
dan selaput paru
(Rasmaliah, 2004: 4).
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau ISPA baik Infeksi
Saluran
Pernafasan atas maupun bawah, dewasa ini semakin sering
dijumpai. Di berbagai
tempat pelayanan kesehatan seringkali dijumpai pasien dengan
keluhan gangguan
pernafasan dari yang tergolong infeksi ringan seperti flu sampai
infeksi berat seperti
Tuberculosis (TBC), Bronkhitis dan Pneumonia.
-
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan ini tergolong berbahaya
karena dapat
menular dengan cepat dan jika infeksi menyerang saluran
pernafasan bagian bawah
maka dapat menyebabkan infeksi berat yang memerlukan penanganan
khusus. Apabila
penanganan yang dilakukan tidak cepat dan tepat maka akan
menimbulkan resiko
kematian (Mandal, 2008; 42).
Terapi pengobatan untuk penyakit ISPA dilakukan berdasarkan
kepada jenis
infeksi yang terjadi. Jika infeksi terjadi pada saluran nafas
bagian atas (hidung, mulut,
kerongkongan, tenggorokan), kejadian kegawatan relatif jarang
terjadi. Contoh
penyakit infeksi saluran pernafasan bagian atas seperti
influenza dan sinusitis. Untuk
penyakit influenza yang disebabkan oleh virus biasanya dapat
sembuh dengan
sendirinya setelah 7 hari. Akan tetapi dapat juga diberikan
terapi pengobatan dengan
pemberian antihistamin dan dekongestan sebagai terapi pendukung
untuk mengobati
peradangan yang terjadi karena infeksi ringan tersebut.
Sedangkan untuk infeksi pada
saluran pernafasan bagian bawah (paru-paru dan organ pernafasan
sekitarnya) biasanya
beresiko besar untuk terjadi kegawatan sehingga memerlukan
terapi pengobatan yang
khusus dan intensif (Mandal, 2008: 28).
ISPA pada anak sebagian besar disebabkan oleh pneumococcus yang
dapat
menyebabkan terjadinya penyakit pneumonia. Pneumococcus
merupakan 90%
penyebab utama terjadinya infeksi dan radang paru pada masa
anak-anak. Pengobatan
untuk ISPA yang terjadi pada saluran pernafasan bagian bawah dan
disebabkan oleh
infeksi bakteri dilakukan dengan menggunakan antibiotik. Sebagai
terapi pengobatan
awal sebelum diketahui jenis bakterinya dapat digunakan
antibiotik berspektrum luas
seperti golongan aminopenisilin. Sebagai obat pilihan pertama
dapat digunakan
-
ampisilin atau amoksisillin dengan dosis 125-250mg per oral tiap
8 jam atau 30mg/kg
berat badan selama 7 hari. Jika infeksi yang terjadi sudah berat
maka dosis dapat
ditingkatkan menjadi 2 kali lipat. Antibiotik lainnya yang dapat
digunakan untuk terapi
pada infeksi pernafasan adalah erythromycin dengan dosis
20-40mg/kg barat badan/
hari selama maksimal 7 hari. Dapat juga digunakan sefadroksil
dengan dosis 25mg/kg
berat badan (anak dibawah 1 tahun) atau 250-500mg (1 tahun
keatas), diberikan 2 kali
sehari setiap 12 jam (Sukandar, 2008: 767).
Untuk terapi pengobatan yang lebih spesifik dapat dilakukan
setelah adanya
pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui jenis bakterinya. Jika
jenis bakteri telah
diketahui maka dapat diberikan antibiotik berspektrum sempit
yang sesuai dengan jenis
bakteri penyebab infeksi, misalnya setelah pemeriksaan
laboratorium diketahui kuman
yang menginfeksi saluran pernafasan tersebut adalah
Pneoumococcus yang merupakan
bakteri gram positif maka dapat di berikan terapi obat dengan
menggunakan
benzilpenisislin (Penisislin-G) yang berspektrum sempit dan
bekerja efektif terhadap
bakteri gram positif. Hal ini dimaksudkan agar dapat membunuh
bakteri dengan lebih
spesifik hingga pengobatan menjadi lebih fokus dan memberikan
efek yang maksimal
(Ethical Digest, 2010: 24).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu
penyebab kematian
tersering pada anak di Negara sedang berkembang (WHO, 2003).
Penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyebab kematian yang
paling sering terjadi
pada anak-anak di seluruh dunia. 40%-60% dari kunjungan di
Puskesmas adalah oleh
penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA
mencakup 20%-30%
(Rasmaliah, 2004). Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
masih merupakan
-
penyebab utama kesakitan dan kematian balita di Indonesia yaitu
sebesar 28% (Rosdy
dan Kristiani, 2005: 2).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2002,
penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan penyebab utama
kesakitan dan
kematian balita di Indonesia. Menurut catatan Dinas Kesehatan
Kalimantan Selatan,
sepanjang tahun 2009 tercatat 5 balita meninggal akibat serangan
ISPA. Jumlah
penderita ISPA di 13 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan
Selatan ini tercatat
mencapai 111.590 orang, terdiri dari 52.130 balita dan 59.460 di
atas usia lima tahun
dengan jumlah penderita terbanyak di wilayah Kota Banjarmasin.
Berdasarkan data
Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan tahun 2010 hingga bulan
oktober menyebutkan
bahwa kasus ISPA yang terjadi sebanyak 120.354 kasus yang
tersebar di 13
kabupaten/kota. Banjarmasin menempati urutan pertama sebagai
daerah dengan kasus
ISPA terbanyak yaitu 33.083 kasus. Berdasarkan data Dinas
Kesehatan Kota
Banjarmasin, Puskesmas Pekauman pada tahun 2009 menempati urutan
pertama untuk
kasus ISPA pada anak dan balita dari 26 Puskesmas di daerah Kota
Banjarmasin.
Berdasarkan data dari Puskesmas Pekauman selama tiga tahun
terakhir kasus ISPA pada
anak dan balita selalu menempati urutan pertama dalam daftar 10
penyakit terbanyak
pada poli anak di Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Selama tahun
2010 penyakit
ISPA menempati posisi ketujuh dari 10 penyakit terbanyak di
Puskesmas Pekauman.
Untuk bulan Januari 2011 ISPA menempati posisi keenam, sedangkan
pada bulan
Februari dan Maret menempati posisi ketujuh dari 10 penyakit
terbanyak yang terjadi di
Puskesmas Pekauman.
-
Penggunaan obat dikatakan rasional apabila pasien mendapatkan
obat sesuai
dengan indikasi penyakitnya, dalam dosis sesuai dengan kondisi
masiang-masing, untuk
jangka waktu yang cukup dan dengan harga yang paling terjangkau.
Salah satu dampak
dari penggunaan obat yang tidak rasional adalah terjadinya
peningkatan angka
morbiditas dan mortalitas penyakit. Seperti halnya penderita
ISPA ringan (non
pneumonia) pada anak yang seringkali mendapatkan resep
antibiotik yang sebenarnya
tidak diperlukan. Hal ini menjadikan pemakaian obat tidak tepat
indikasi dan
memperbesar resiko terjadinya resistensi pemakaian antibiotik
pada anak, sedangkan
pada anak yang jelas menderita pneumonia akhirnya justru tidak
mendapatkan terapi
yang akurat, karena antibiotik yang tersedia telah digunakan
untuk mereka yang tidak
memerlukan. Dengan demikian tidaklah mengherankan apabila saat
ini angka kematian
anak akibat ISPA masih cukup tinggi di Indonesia.
Penggunaan antibiotik pada pengobatan ISPA sebenarnya hanya
untuk jenis ISPA
pneumonia atau ISPA yang disebabkan oleh infeksi mikrobakteri.
Sedangkan untuk
ISPA non pneumonia yang biasanya disebabkan oleh virus
penggunaan antibiotik tidak
dapat membantu penyembuhan. Pemberian antibiotik untuk penderita
ISPA non
pneumonia hanya akan meningkatkan resiko terjadinya resistensi
antibiotik terhadap
penderita. Penderita menjadi lebih rentan terinfeksi dan sulit
untuk diobati dengan
antibiotik tertentu yang menyebabkan tubuh penderita menjadi
resisten terhadap
antibiotik tersebut (Alsagaff, 2005: 121).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Pekauman pada
bulan April
tahun 2011, diperoleh data peresepan antibiotik yang tidak
rasional untuk pengobatan
ISPA non pneumonia pada anak periode Juli 2010 - Maret 2011.
Jumlah resep yang
-
tidak rasional adalah sebanyak 36 resep dari jumlah total 60
resep untuk pasien ISPA
anak usia 0-12 tahun. Jumlah dalam persen yakni sebesar 60% dari
total peresepan. Dari
total 60 resep untuk pengobatan ISPA non pneumonia, 36 resep
diataranya
menggunakan antibiotik sebagai pilihan terapi sedangkan untuk
pengobatan ISPA non
pneumonia sebenarnya tidak diperlukan terapi dengan menggunakan
antibiotik.
Ketidaksesuaian pemilihan terapi pengobatan dengan patofisiologi
penyakit yang
diderita pasien menjadikan resep tersebut dapat dikatakan tidak
rasional. Jumlah
ketidakrasionalan tersebut masih dapat berubah tergantung kepada
jumlah pasien ISPA
yang datang untuk berobat ke Puskesmas. Berdasarkan latar
belakang tersebut diatas,
penulis akhirnya memutuskan untuk mengangkat permasalahan
tentang Rasionalitas
Peresepan Antibiotik untuk Pengobatan ISPA pada Anak di
Puskesmas Pekauman
Banjarmasin.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat
dirumuskan
masalah sebagai berikut: Bagaimana rasionalitas peresepan
antibiotik untuk
pengobatan ISPA di Puskesmas Pekauman Banjarmasin ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui rasionalitas
peresepan
antibiotik untuk pengobatan ISPA di Puskesmas Pekauman
Banjarmasin.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi Puskesmas Pekauman Banjarmasin :
-
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan
evaluasi
terhadap rasionalitas peresepan antibiotik untuk pengobatan ISPA
pada anak
2. Manfaat bagi peneliti :
a. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai
rasionalitas
peresepan antibiotik untuk pengobatan ISPA.
b. Sebagai suatu bentuk kepedulian terhadap permasalahan dalam
pelayanan
kesehatan yang terjadi khususnya mengenai rasionalitas peresepan
antibiotik
untuk pengobatan ISPA pada anak.
3. Manfaat bagi pembaca :
Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat
dijadikan
bahan acuan dan perbandingan untuk penelitian yang berhubungan
ataupun
sejenis.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rasionalitas Peresepan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2005, rasional adalah
sesuatu
yang dilakukan menurut pertimbangan dan pikiran yang sehat,
menurut penikiran
yang logis. Rasionalitas adalah pendapat yang berdasarkan
pemikiran yang
bersistem dan logis; hal dan keadaan rasional.
Resep dalam arti yang sempit ialah suatu permintaan tertulis
dari dokter,
dokter gigi, atau dokter hewan kepada apoteker untuk membuatkan
obat dalam
bentuk sediaan tertentu dan menyerahkannya kepada penderita.
Suatu resep
umumnya hanya diperuntukkan bagi satu penderita. Pada
kenyataannya resep
merupakan perwujudan akhir dari kompetensi, pengetahuan dan
keahlian dokter
dalam menerapkan pengetahuannya dalam bidang farmakologi dan
terapi. Selain
sifat-sifat obat yang diberikan dan dikaitkan dengan variabel
dari penderita, maka
dokter yang menulis resep idealnya perlu pula mengetahui nasib
obat dalam tubuh:
penyerapan, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat;
toksikologi serta penentuan
dosis regimen yang rasional bagi setiap penderita secara
individual. Resep juga
merupakan perwujudan hubungan profesi antara dokter, apoteker
dan penderita
(Joenoes, 2004: 7).
Peresepan atau penulisan resep adalah tindakan terakhir dari
dokter untuk
penderitanya, yaitu setelah menentukan anamnesis, diagnosis dan
prognosis serta
-
terapi yang akan diberikan; terapi dapat profilaktik,
simtomatik, kausal. Terapi ini
diwujudkan dalam bentuk resep. Penulisan resep yang tepat dan
rasional
merupakan penerapan berbagai ilmu, karena begitu banyak
variabel-variabel yang
harus diperhatikan, maupun variabel unsur obat dan kemungkinan
kombinasi obat,
ataupun variabel penderitanya secara individual (Joenoes, 2004:
13).
Jadi rasionalitas peresepan dapat diartikan sebagai suatu
penulisan resep atau
permintaan tertulis oleh dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada apoteker yang
dilakukan dengan penuh pertimbangan berdasarkan kepada pemikiran
yang
bersistem dan logis. Definisi peresepan yang rasional itu
sendiri menurut WHO
adalah penggunaan obat yang efektif. aman, murah, tidak
polifarmasi, drug
combination (fixed), individualisasi, pemilihan obat atas dasar
daftar obat yang
telah ditentukan bersama. Pemberian obat yang rasional adalah
pemberian obat
yang mencakup 6 tepat atau benar, yaitu tepat pasien, tepat
obat, tepat waktu, tepat
dosis, tepat jalur pemberian dan tepat dokumentasi (Priyanto,
2008: 26).
Penulisan suatu resep seyogyanya didasarkan pada serangkaian
langkah
rasional. Penerapan langkah yang dimaksud dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Membuat diagnosis spesifik.
Resep yang dibuat semata-mata pada keinginan untuk memuaskan
pasien secara
psikologis sehingga memerlukan beberapa jenis terapi, sering
tidak mencapai
sasaran dan dapat mengakibatkan timbulnya efek-efek samping.
Suatu diagnosis
spesifik, meskipun suatu perkiraan diperlukan untuk pindah ke
tahap
berikutnya.
-
b. Pertimbangan patofisiologi dari diagnosis yang terpilih
Bila patologi penyakit sudah betul-betul dimengerti, penulis
resep menempati
posisi yang jauh lebih baik untuk memilih terapi yang efektif.
Pasien harus
diberi informasi dengan tingkat dan banyaknya informasi yang
sesuai dengan
patofisiologi penyakit.
c. Memilih sasaran terapi spesifik
Suatu sasaran terapi harus dipilih untuk setiap proses
patofisiologi yang
diterapkan dalam tahap terdahulu. Misalnya pada pasien dengan
arthritis
rematoid, penghilangan nyeri dengan mengurangi proses peradangan
merupakan
salah satu tujuan terapi utama yang menentukan pertimbangan
golongan obat
yang akan digunakan. Penghentian proses penyakit pada arthritis
rematoid
adalah suatu tujuan terapeutik yang lain yang dapat memberikan
peningkatan
terhadap pertimbangan golongan obat dan resep lain.
d. Menentukan obat pilihan
Satu atau lebih golongan obat akan ditentukan oleh setiap tujuan
terapi yang
telah ditetapkan dalam tahap sebelumnya. Seleksi suatu obat
pilihan (drug of
choice) di antara golongan obat ini akan mengikuti pertimbangan
karakteristik
tertentu dari pasien dan presentasi klinik. Untuk obat-obatan
tertentu,
karakterisik seperti umur, ras, penyakit lain, dan obat lain
yang sedang
digunakan merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan
obat yang
pali sesuai untuk penatalaksanaan keluhan yang ada.
e. Penentuan regimen dosis yang sesuai
-
Regimen dosis ditentukan terutama oleh fakmakokinetik obat pada
pasien
tersebut. Bila pasien diketahui mempunyai penyakit organ utama
yang
diperlukan untuk eliminasi obat yang dipilih, maka penyesuaian
regimen dosis
rata-rata akan diperlukan. Untuk obat seperti ibuprofen yang
eliminasi
utamnya melalui ginjal, maka fungsi ginjal harus diukur. Bila
fungsi ginjal
normal, waktu paruh ibuprofen (kira-kira 2 jam) memerlukan
pemberian 3 atau 4
kali sehari. Dosis yang dianjurkan menurut buku-buku dan
kepustakaan dari
pabrik obat adalah 400-800 mg 4 kali sehari.
f. Merancang rencana untuk memonitor kerja obat dan menentukan
kapan terapi
berakhir.
Penulis resep harus dapat menjelaskan pada pasien jenis-jenis
efek obat yang
akan dimonitor dan cara memonitor, termasuk uji laboratorium
(bila diperlukan)
serta tanda dan gejala yang harus dilaporkan oleh pasien. Dalam
keadaan yang
memerlukan batasan terapi (misal, pada umumnya penyakit
infeksi), lama terapi
harus ditentukan dengan jelas sehingga pasien tidak akan
menghentikan minum
obat sebelum waktunya dan akan mengerti mengapa resep tidak
perlu
diperbaharui (obat tidak perlu dilanjutkan).
g. Merencanakan program pendidikan pasien.
Penulis resep dan anggota tim kesehatn lainnya harus
dipersiapkan untuk
mengulangi, menyebarluaskan dan memperkuat informasi yang akan
di transfer
kepada pasien sesuai dengan keperluan. Semakin toksik obat yang
diresepkan,
semakin penting arti program pendidikan ini. Pentingnya
informasi dan
keterlibatan pasien dalam tiap tahap diatas harus diketahui
seperti yang telah
-
diperlihatkan oleh pengalaman dengan obat-obatan teratogenik
(Lofholm &
Katzung, 2004: 1010).
B. Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA)
1. Pengertian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Menurut World Health Organization (2007), Infeksi Saluran
Pernafasan
Akut adalah penyakit saluran pernafasan atas atau bawah,
biasanya menular,
yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar
dari
penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang
parah dan
mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya dan faktor
lingkungan.
Namun demikian, ISPA didefinisikan sebagai infeksi saluran
pernafasan akut
yang disebabkan oleh infeksi yang ditularkan dari manusia ke
manusia.
Menurut WHO (1994) infeksi saluran pernafasan adalah infeksi
yang
menyerang bagian saluran pernafasan seperti hidung, telinga,
pharynx,
epiglottis, larynx, trachea, bronchi, bronchioli atau paru-paru.
Infeksi saluran
pernafasan akut bagian atas mencakup infeksi akut pada telinga,
hidung, dan
tenggorokan. Sedangkan infeksi pernafasan akut bagian bawah
mencakup
infeksi akut pada epiglottis, larynx, trachea, bronchi,
bronchioli dan paru.
2. Gejala dan Tanda Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Pasien ISPA dapat menunjukkan berbagi gejala seperti batuk,
sukar
bernafas, hidung tersumbat, pilek dan sakit tenggorokan (WHO,
1994). Timbulnya
gejala biasanya cepat yaitu dalam beberapa jam atau beberapa
hari (WHO, 2007).
-
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara
pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran
pernapasanya.
Infeksi saluran pernapasan atas terutama yang disebabkan oleh
virus, sering terjadi
pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
Akan tetapi
ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering teradi pada anak
kecil terutama
apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan
lingkungan yang
tidak higienis. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena
meningkatnya
kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar
karena dipakai
untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau
berlebihannya
pemakaian antibiotik (Alsagaff & Abdul, 2005: 111).
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda tampak
di
pemeriksaan klinik dan tanda-tanda tampak di pemeriksaan
laboratorium. Tanda-
tanda klinis ISPA adalah sebagai berikut :
a. Pada sistem pernafasan : Nafas pendek, tidak teratur dan
cepat, retraksi /
tertariknya kulit kedalam dinding dada, suara nafas lemah atau
hilang, suara
nafas seperti ada cairannya sehingga terdengar keras.
b. Pada sistem peredaran darah dan jantung : denyut jantung
cepat atau lemah,
hipertensi, hipotensi dan gagal jantung.
c. Pada sistem syaraf : Gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, kejang
dan koma.
d. Pada hal umum : Mudah letih dan banyak berkeringat.
Untuk tanda-tanda laboratorium dapat diketahui melalui
pemeriksaan secara
khusus dengan menggunakan sampel berupa sputum (dahak). Sampel
berupa sputum
-
sangat baik digunakan, bakteri, jamur atau virus yang
menyebabkan ISPA dapat
diketahui dengan lebih akurat karena sputum merupakan spesimen
yang bersentuhan
langsung dengan saluran pernafasan. Suatu spesimen sputum
dianggap mewakili sekresi
saluran nafas bagian bawah yang dapat dikeluarkan melewati
saluran nafas bagian atas.
Tetapi untuk pasien bayi dan balita seringkali kesulitan dalam
pengambilan sputum
sebagai sampel karena pasien tidak dapat mengeluarkan sendiri
sputum tersebut.
Penggunaan nebulizer bisa membantu mengeluarkan sekret. Kultur
sputum merupakan
cara diagnosis yang direkomendasikan untuk membantu pemberian
terapi. Kultur ini
sangat membantu mengidentifikasi signifkasi epidemiologi dari
organisme penyebab,
baik untuk melihat pola penularan atau resistensi (Ethical
Digest, 2010: 20).
Hasil analisa laboratorium dapat digunakan untuk mengetahui
penyebab utama
ISPA, apakah disebabkan oleh bakteri, jamur, atau virus. Jika
ISPA disebabkan oleh
bakteri maka hasil laboratorium juga dapat memberikan keterangan
tentang jenis bakteri
yang menjadi penyebab ISPA tersebut.
C. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Non Pneumonia
Penyakit ISPA non pneumonia sebagian besar disebabkan oleh
virus
pernafasan. Sampai saat ini telah dikenal lebih dari 100 jenis
virus penyebab ISPA.
Infeksi virus memberikan gambaran klinik yang khas. Gambaran
klinik secara
umum yang sering didapati adalah: rhinitis, nyeri tenggorokan,
batuk-batuk dengan
dahak kuning atau putih kental, nyeri retrosternal dan
konjungtivitis. Suhu badan
akan meningkat antara 4-7 hari, disertai dengan malaise,
mialgia, nyeri kepala,
-
anoreksia, mual, muntah-muntah dan insomnia. Kadang-kadang dapat
juga terjadi
diare (Alsagaff & Abdul, 2005: 112).
Penyakit ISPA non pneumonia dapat berkembang menjadi ISPA
pneumonia
apabila selama masa inkubasi penderita terinfeksi bakteri atau
sebelumnya telah
menderita penyakit paru yang menahun seperti Tuberkulosis (TBC)
misalnya.
Gambaran klinik perkembangan ISPA non pneumonia menjadi ISPA
pneumonia
dapat diketahui dengan menghitung waktu peningkatan suhu tubuh
dan bentuk fisik
sputum. Apabila peningkatan suhu tubuh berlangsung sangat lama
dan sputum yang
semula berwarna jernih berubah menjadi keruh, berwarna kuning
atau hijau maka
penderita telah mengalami perkembangan penyakit ISPA non
pneumonia menjadi
ISPA pneumonia. Ada 6 gambaran sindroma ISPA yang disebabkan
oleh virus Non
pneumonia) yaitu :
1. Sindroma Korisa (Coryzal/Common Cold Syndrome)
Sindroma ini ditandai dengan peningkatan sekresi hidung,
bersin-bersin, hidung
buntu, kadang-kadang disertai sekresi air mata dan
konjungtivitis ringan.
Sekresi hidung mula-mula cair kemudian mokoid dan selanjutnya
menjadi
purulen. Keadaan tersebut seringkali menimbulkan nyeri kepala
dan nyeri
setempat. Sindroma korisa biasanya diawali dengan suara serak
dan rasa nyeri
tenggorok. Kadang-kadang disertai keluhan sistemik berupa nyeri
kepala,
mialgia, malaise, rasa lemah malas dan rasa dingin. Penyebab
sindroma ini
biasanya rhinovirus, parainfluenza I dan II, echovirus,
coxsackie dan RSV.
2. Sindroma Faring (Pharyngeal Syndrome)
-
Gambaran klinik yang menonjol adalah suara serak dan nyeri
tenggorok dengan
derajat ringan sampai berat. Terdapat keradangan faring dan
pembesaran
adrenoid serta tonsil, kadang-kadang adrenoid sangat besar
sehingga
menimbulkan obstruksi pada hidung. Kadang bercak-bercak serta
eksudasi
berwarna didapatkan pada permukaan tonsil disertai pembesaran
kelenjar di
leher. Sering dijumpai penderita dengan batuk-batuk, tanpa
disertai korisa.
Gejala sindroma faring berua panas dingin, malaise, nyeri/pegal
seluruh badan,
nyeri kepala, dan kadang-kadang suara parau. Penyebab utama
sindrom ini
adalah adenovirus.
3. Sindroma Faringokonjungtiva
Merupakan varian dari sindroma faring yang disebabkan oleh virus
yang sama.
Gejala klinik diawali dengan faringitis yang berat kemudian
diikuti dengan
konjuntivitis yang sering kali bilateral. Dapat juga dimulai
dengan gejal
konjungtivitis yang berlangsung selam 1-2 minggu sebelum gejala
faringitis itu
sendiri. Pada sindroma faringokonjungtiva didapatkan fotofobi
dan nyeri pada
bola mata.
4. Sindroma Influenza
Gambaran yang menonjol pada sindroma influenza adalah gangguan
fisik
cukup berat, dengan gejala batuk, meriang, panas badan, lemah
badan, nyeri
kepala, nyeri tenggorok, nyeri retrostenal, nyeri seluruh tubuh,
malaise dan
anoreksia. Gejala-gejala ini terjadi secara mendadak dan dengan
cepat dapat
menular ke semua anggota keluarga dalam satu rumah.
-
5. Sindroma Herpangina
Gambaran klinik Sindroma Herpangina berupa vesikel-vesikel yang
terdapat di
dalm mulut an faring. Vesikel ini kemudian mengalami ulserasi
dengan tepi
yang membengkak, disertai nyeri tenggorokan, nyeri kepala dan
panas badan.
Penyebab sindroma herpangina adalah virus Coxssckie A dan
umumnya
menyerang anak-anak.
6. Sindroma Laringotrankeobronkitis Obstruktif Akuta (Croup
Syndrome)
Pada anak-anak, gambaran klnik dari sindroma
laringotrankeobronkitis
obstruktif akuta tampak gawat dan berat berupa batuk-batuk,
sesak napas yang
disertai stridor inspirasi, sianosis serta gangguan-gangguan
sistemik lainnya.
Gejala awal sering ringan yaitu berupa sindroma korisa, kemudian
cepat
memburuk berupa obstruksi jalan napas yang hebat dengan
penarikan sela
antara iga dan toraks bagian bawah serta penggunaan otot-otot
napas bantu
secara menonjol.
Penyebab utama keadaan ini adalah virus parainfluenza, RSV,
adenovirus dan
virus influenza. Pada umumnya gejala tersebut menghilang dengan
cepat, akan
tetapi ada kalanya berkembang menjadi kegagalan pernapasan
yang
memerlukan tindakan trakeostomi dengan segera. Hal ini
disebabkan ada
superinfeksi antibiotik yang biasanya disebabkan oleh kuman
Streptokokus
Hemolitikus dan Stafilokokus. Pada keadaan gawat dapat diberikan
antibiotika
ampisislin atau eritromisin. Pemberian kortikosteroid intravena
sering juga
-
diperlukan. Sindroma ini harus dibedakan dengan infeksi
bakterial karena
mempunyai gambaran klinis yang sama (Alsagaff & Abdul, 2005:
113).
D. Pengobatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Non
Pneumonia
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa penyakit ISPA
non
pneumonia disebabkan oleh virus sehingga untuk pengobatannya
tidak dapat
dilakukan dengan menggunakan antibiotik. Pemberian antibiotik
pada penderita
ISPA non pneumonia tidak akan memberikan efek kesembuhan karena
antibiotik
tidak dapat bekerja terhadap infeksi virus. Untuk infeksi virus
seharusnya diobati
dengan menggunakan anti virus, akan tetapi sampai saat ini belum
ditemukan obat
yang khusus anti virus untuk mengobati penyakit ISPA non
pneumonia. Karena hal
tersebut maka tujuan terapi pada penderita ISPA non pneumonia
adalah terapi
simtomatik. Obat yang dapat digunakan adalah analgetik ,
antipiretik, dekongestan,
antitusif, mukolitik, ekspektoran dan kortikosteroid.
Obat-obatan tersebut dapat
diberikan secara oral atau topikal seperti tetes / semprot
hidung dan obat kumur.
Pengobatan tidak harus selalu menggunakan obat-obatan kimia,
pengobatan
tradisional juga dapat menjadi pilihan dalam mengobati gejala
yang timbul pada
ISPA non pneumonia (Mandal, 2008: 28).
Perkembangan ISPA non pneumonia menjadi ISPA pneumonia dapat
dicegah
dengan penanganan yang baik dan cepat, segara setelah gejala
klinis terlihat
sehingga tidak terjadi infeksi bakteri. Tindakan pengobatan yang
cepat, tepat dan
-
akurat menjadi factor penting dalam penyembuhan penyakit ISPA
(Chayono, 2010:
72).
E. Antibiotik untuk Pengobatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA)
Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba
terutama fungi yang
dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Banyak
antibiotik dewasa
ini yang dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun
dalam praktek
sehari-hari antimikroba sintetik yang tidak diturunkan dari
produk mikroba
(misalnya sulfonamide dan kuinolon) juga sering digolongkan
sebagai antibiotik
(Anonim,2006: 571).
Pemberian antibiotik untuk pengobatan pada ISPA harus
memperhatikan
jenis dan penyebab terjadinya ISPA tersebut sebagai berikut
:
1. ISPA pneumonia berat : Dilakukan perawatan intensif di Rumah
Sakit, diberikan
antibiotik melalui jalur infus atau injeksi, diberi alat bantu
pernafasan berupa
oksigen dan sebagainya.
2. ISPA pneumonia : Diberikan antibiotik secara oral. Pilihan
obatnya
kotrimoksazol, jika terjadi alergi dapat diberikan amoksisillin,
penisilin,
ampisilin.
3. ISPA Non pneumonia : pengobatan dilakukan tanpa menggunakan
antibiotik.
Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat diberikan obat
batuk
tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang
merugikan.
Bila demam dapat diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.
Penderita
-
dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan
terdapat bercak
nanah dan pembesaran kelenjar getah bening dileher dianggap
sebagai radang
tengggorokan oleh kuman streptococcus dan harus diberi
antibiotik selam 10
hari (Rasmaliah,2004: 34)
F. Kerangka Pikir
Gambar 1. Kerangka Pikir
Rasionalitas Peresepan antibiotik untuk
pengobatan ISPA
-
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan dalam penelitian ini adalah jenis rancangan
penelitian
noneskperimental yang bersifat deksriptif. Metode penelitian
deskriptif adalah
penelitian yang berhubungan dengan variabel yang ada tanpa
membuat suatu
perbandingan atau pun menghubungkan (Hidayat, 2009:30).
Rancangan penelitian
ini digunakan untuk mengetahui rasionalitas peresepan antibiotik
untuk pengobatan
ISPA pada anak di Puskesmas Pekauman Banjarmasin.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau
ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu
konsep pengertian
tertentu/sebagai konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai
(Notoamodjo,
2010: 130). Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah
rasionalitas
menyangkut tentang peresepan antibiotik untuk pengobatan ISPA
pada anak.
2. Definisi
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara
operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan
peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu
objek atau
fenomena (Hidayat, 2007: 79).
-
Dalam penelitian ini, peneliti membuat tabel definisi
operasional sebagai berikut :
Tabel 3.1. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional
Parameter Alat
Ukur
Skala
Ukur
Kategori
Rasionalitas
peresepan
antibiotik
Kesesuaian
peresepan
antibiotik dengan diagnosis ISPA pada pasien anak.
Resep
antibiotik yang
diberikan untuk
pasien
ISPA non pneumonia
Lembar
observasi
Ordinal Rasional
( Non Pneumonia
antibiotik)
Tidak rasional
(Non Pneumonia =
antibiotik)
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas Pekauman
Banjarmasin.
2. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli tahun 2011.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
-
Populasi pada penelitian ini adalah semua resep untuk pasien
anak penderita
ISPA di Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Populasi resep untuk
pasien anak
penderita ISPA di Puskesmas Pekauman Banjarmasin pada bulan Mei
tahun
2011 berjumlah 400 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau
sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,
2007:60).
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah resep untuk
pasien
anak penderita ISPA Non pneumonia di Puskesmas Pekauman pada
bulan Mei
tahun 2011. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan
rumus
sebagai berikut:
Keterangan : n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Anggota Populasi
d = Nilai presisi yang ditetapkan
400
n =
400 (10%) + 1
400
n =
4 + 1
N
n =
Nd + 1
-
400
n =
5
n = 80
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, sampel yang digunakan
dalam penelitian
ini adalah sebanyak 80 resep. Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan
menggunakan metode acak sederhana.
E. Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan sebagai bahan materi penelitian adalah data
primer dan
data sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan sendiri oleh
peneliti dan
langsung didapatkan dari hasil observasi. Data tersebut adalah
resep untuk pasien
anak penderita ISPA di Puskesmas Pekauman Banjarmasin.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini yaitu data yang
diperoleh
dari Puskesmas Pekauman Banjarmasin berupa formulir monitoring
indikator
peresepan periode Juli 2010-Maret 2011 serta daftar 10 penyakit
terbanyak periode
Januari-Maret 2011.
-
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data adalah sebagai berikut:
a. Editing, adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh
atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan
data atau
setelah data terkumpul.
b. Coding, adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang
terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat
penting bila
pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya
dalam
pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu
buku (code
book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu
kode dari suatu
variabel.
c. Entry Data, adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan
kedalam master table atau database komputer, kemudian membuat
frekuensi
sederhan atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi.
2. Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, data diolah secara manual dalam
bentuk
tabulasi dan persentase. Data yang sudah diolah tersebut
kemudian dianalisa secara
deskriptif.
Data yang diperoleh dari hasil observasi kemudian
dipersentasekan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Mahfoedz, 2009).
-
Keterangan : P = Persentase
F = Jumlah resep yang tidak rasional
N = Jumlah resep (sampel)
Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi
dengan
menggunakan tabel distribusi frekuensi sederhana seperti di
bawah ini :
Tabel 3.2. Tabel Distribusi Frekuensi Sederhana
Kategori Rasionalitas Jumlah Persentase ( % )
Rasional .......... ..
Tidak Rasional .. ..
\
G. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini proses pengumpulan data dilakukan dengan
cara
observasi atau pengamatan. Pengamatan dilakukan dengan cara
terlibat
F
P = x 100 %
N
-
langsung dalam pelayanan resep sehingga memudahkan untuk
melakukan analisa
terhadap rasionalitas resep.
Sebagai instrumen pengumpulan data dibuat lembar observasi dalam
bentuk
tabel yang di isi oleh peneliti berdasarkan hasil pengamatan
sebagai berikut :
Tabel 3.3. Lembar Observasi
Tgl
No
Jenis Kelamin
P/L
Umur
Diagnosis
Item Obat
Antibiotik Ya / Tidak
Rasional Ya /
Tidak
H. Etika Penelitian
Penelitian dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi dari
Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin, kemudian dilanjutkan
dengan
mengajukan permohonan izin kepada Dinas Kesehatan Kota
Banjarmasin untuk
mendapatkan persetujuan melakukan penelitian di Puskesmas
Pekauman
Banjarmasin dengan menekankan masalah etika yang harus
diperhatikan antara lain
sebagai berikut :
-
1. Informed consent
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed
Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilekukan dengan
memberikan
lember persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed
Consent adalah
agar subjek mengerti maksud dan tujan penelitian, mengetahui
dampaknya.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan persetujuan responden yang
diperoleh
melalui lembar persetujuan dan diberikan kepada subjek yang akan
diteliti.
2. Anonymity (tanpa nama)
Masalah ini merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
penggunaan
subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan
nama
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada
lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentially (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dalam memberikan jaminan
kerahasiaan
penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua
informasi
yang telah dikumpulkan dijaminkerahasiaannya oleh peneliti.
I. Jalan Penelitian
Penelitian dimulai dari analisa situasi dan studi
literatur/pustaka.
Selanjutnya proses bimbingan judul pada bulan Maret 2011. Pad
bulan April
dilaksanakan studi pendahuluan di lokasi penelitian, dilanjutkan
dengan
-
menetapkan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Proses
pengajuan judul ke
komite skripsi dilakukan pada tanggal 11-30 April 2011.
Menyususun kerangka pikir, mengidentifikasi variabel
penelitian,
menentukan populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel
dilakukan dalam
proses bimbingan proposal Karya Tulis Ilmiah yang dilaksanakan
pada tanggal 1
Mei-20 Juni 2011.
Proses pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 22 Juni-2 Juli
2011 di
Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Proses pengambilan data dimulai
dengan
menentukan objek penelitian yang dipilih sesuai dengan kriteria
populasi dan
sampel yang telah ditentukan dengan menggunakan metode acak
sederhana. Setelah
didapatkan objek yang memenuhi keriteria kemudian dilakukan
pemeriksaan
mengenai rasionalitas peresepan antibiotik pada resep. Data yang
diperoleh
kemudian dimasukkan kedalam lembar observasi berbentuk
tabel.
Data yang sudah terkumpul kemudian dibuat dalam bentuk tabulasi
dan
persentase yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Proses
tersebut dilakukan
dengan bimbingan yang dilaksanakan pada tanggal 4-14 Juli
2011.
-
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Puskesmas Pekauman terletak di jalan K.S. Tubun No.81
Banjarmasin yang
didirikan pada tahun 1974 dan merupakan Puskesmas yang pertama
kali ada di
wilayah Banjarmasin. Puskesmas Pekauman merupakan Puskesmas
Induk yang
membawahi empat Puskesmas Pembantu (Pustu) yaitu Pustu Kelayan
Selayan,
Pustu Basirih, Pustu Kuin Kacil dan Pustu Mantuil. Puskesmas
Pekauman juga
membawahi dua Puskesdes yaitu Puskesdes Mantuil dan Puskesdes
Handil
Bamban.
1. Geografi dan Batas Wilayah
Penelitian ini mengambil tempat di wilayah kerja Puskesmas
Pekauman
Banjarmasin. Puskesmas Pekauman ini berlokasi di Kelurahan
Pekauman
kecamatan Banjarmasin Selatan. Puskesmas Pekauman didirikan pada
tahun
1974 dengan luas lahan 2400 m. Luas wilayah kerja Puskesmas
Pekauman
adalah 10,6 km yang meliputi 4 kelurahan, yaitu :
a. Kelurahan Pekauman dengan luas wilayah 1,20 Km
b. Kelurahan Kelayan Barat dengan luas wilayah 0,15 Km
c. Kelurahan Kelayan Selatan dengan luas wilayah 4,25 Km
d. Kelurahan Mantuil dengan luas wilayah 5,05 Km
Dengan batasan wilayah sebagai berikut :
-
a. Sebelah Utara : Sungai Martapura
b. Sebelah Selatan : Kabupaten Banjar
c. Sebelah Barat : Sungai Martapura
d. Sebelah Timur : Kelayan Luar
2. Sarana dan Prasarana
Puskesmas Pekauman memiliki sarana pelayanan kesehatan yang
cukup
lengkap. Puskesmas Pekauman memiliki sarana pelayanan kesehatan
berupa ruang
pemeriksaan yaitu Poli Umum beserta Kamar Tindakan, Poli Anak,
Poli Gizi dan
Lansia, KIA / KB (Poli Kebidanan & Imunisasi) dan Poli
PKPR.
Selain itu terdapat juga sarana dan prasarana penunjang lainnya
seperti Klinik
Sanitasi, Laboratorium, Apotek, Gudang Obat, Loket pendaftaran
dan ruang Tata
Usaha. Tersedia juga mushola, toilet karyawan dan toilet pasien.
Untuk sarana
transportasi Puskesmas Pekauman memiliki sebuah mobil yang
digunakan untuk
melakukan pelayanan Puskesmas Keliling.
3. Demografi
Adapun jumlah Penduduk di Wilayah kerja Puskesmas Pekauman
berdasarkan
data proyeksi tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 4.1.
-
Tabel 4.1. Jumlah penduduk berdasarkan data proyeksi tahun
2009
Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah RT
Pekauman
Kelayan Selatan
Kelayan Barat
Mantuil
10.372
22.90
8.288
11.629
30
63
30
34
Jumlah 53.194 160
Sumber : Profil Puskesmas Pekauman Tahun 2009
Jumlah rumah tangga penduduk dan rata-rata penduduk per rumah
tangga
berdasarkan Tahun 2010 adalah seperti pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Jumlah rumah tangga penduduk dan rata-rata penduduk
per rumah tangga di
wilayah kerja Puskesmas Pekauman tahun 2010
No.
Kelurahan
Jumlah Rumah
Tangga
Jumlah Penduduk
Rata-rata
jiwa/rumah tangga
1. Mantuil 2612 10977 4
2. Kelayan Selatan 6667 19642 3
3. Pekauman 2783 12370 4
4. Kelayan Barat 1799 9203 5
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Pekauman Tahun 2010
-
Banyaknya jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah
kerja
Puskesmas Pekauman tahun 2010 juga dapat dilihat pada tabel
4.3.
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah
kerja Puskesmas
Pekauman Tahun 2010
No. Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Mantuil 5508 5469 10977
2. Kelayan Selatan 9864 9778 19642
3. Pekauman 6152 6218 12370
4. Kelayan Barat 4687 4516 9203
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Pekauman Tahun 2010
Sedangkan untuk jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di
wilayah
kerja Puskesmas Pekauman dapat dilihat pada tabel 4.4. sebagai
beikut :
-
Tabel 4.4. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di wilayah
kerja Puskesmas
Pekauman Tahun 2010
No.
Kelurahan
0-4 tahun
5-9 tahun
10-19 tahun
20-59 tahun
60 tahun dan ke
atas
1. Mantuil 1112 826 2237 6272 530
2. Kelayan Selatan 2313 1584 3691 11106 948
3. Pekauman 1247 842 2243 7233 805
4. Kelayan Barat 892 658 1652 5385 616
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Pekauman Tahun 2010
B. Hasil Penelitian
1. Jumlah Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian diperoleh data jumlah sampel berdasarkan
jenis
kelamin seperti tertera pada tabel 4.5.
-
Tabel 4.5. Jumlah sampel penelitian berdasakan jenis kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah
1. Laki-laki 42 orang
2. Perempuan 38 orang
Jumlah total sampel 80 orang
Sumber : Data primer yang diolah
2. Rasionalitas Peresepan Antibiotik Untuk Pengobatan ISPA Pada
Anak di Puskesmas
Pekauman
Untuk hasil penelitian terhadap rasionalitas peresepan
antibiotik untuk
pengobatan ISPA pada anak juga disajikan dalam bentuk tabel.
Hasil penelitian
terhadap rasionalitas peresepan antibiotik untuk pengobatan ISPA
pada anak dapat
dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6. Rasionalitas Peresepan Antibiotik untuk Pengobatan
ISPA pada Anak di
Puskesmas Pekauman Bulan Mei Tahun 2011
Kategori Jumlah Resep Persentase
Rasional 22 27,5 %
Tidak Rasional 58 72,5 %
Jumlah 80 100 %
Sumber : Data primer yang diolah
-
C. Pembahasan
Pada bagian ini akan dibahas mengenai permasalahan tersebut
berdasarkan
data diatas, yaitu berdasarkan kategori hasil data dari sampel
mengenai rasionalitas
peresepan antibiotik untuk pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan
Akut pada anak
di Puskesmas Pekauman bulan Mei tahun 2011.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah penyakit saluran
pernafasan atas
atau bawah, biasanya menular. Infeksi saluran pernafasan akut
bagian atas
mencakup infeksi akut pada telinga, hidung, dan tenggorokan.
Sedangkan infeksi
pernafasan akut bagian bawah mencakup infeksi akut pada
epiglottis, larynx,
trachea, bronchi, bronchioli dan paru Penyakit ISPA non
pneumonia sebagian
besar disebabkan oleh virus pernafasan. Sampai saat ini telah
dikenal lebih dari 100
jenis virus penyebab ISPA (Anonim,1994).
Infeksi virus memberikan gambaran klinik yang khas. Gambaran
klinik
secara umum yang sering didapati adalah: rhinitis, nyeri
tenggorokan, batuk-batuk
dengan dahak kuning atau putih kental, nyeri retrosternal dan
konjungtivitis. Suhu
badan akan meningkat antara 4-7 hari, disertai dengan malaise,
mialgia, nyeri
kepala, anoreksia, mual, muntah-muntah dan insomnia.
Kadang-kadang dapat juga
terjadi diare.
Gejala spesifik yang timbul pada penderita ISPA tergantung
kepada jenis
virus yang menyerang. Jenis virus penyebab ISPA yaitu Influenza
virus,
Parainfluenza virus, Respiratory syncitial virus ( RS-virus),
Adenovirus,
Rhinovirus, Coxsackie virus A, Coxsackie virus B, Echovirus dan
Coronavirus.
-
Gejala yang timbul akibat infeksi virus ini dikelompokkan
menjadi enam bagian
berdasarkan sindrom yang ada yaitu sindroma Korisa, Sindroma
Faring, Sindroma
Faringokonjungtiva, Sindroma Influenza, Sindroma Herpangina dan
Sindroma
Laringotrakeobronkitis Obstruktif Akuta (Croup Syndrome).
Penyakit ISPA non pneumonia disebabkan oleh virus sehingga
untuk
pengobatannya tidak dapat dilakukan dengan menggunakan
antibiotik. Pemberian
antibiotik pada penderita ISPA non pneumonia tidak akan
memberikan efek
kesembuhan karena antibiotik tidak dapat bekerja terhadap
infeksi virus. Untuk
infeksi virus seharusnya diobati dengan menggunakan anti virus,
akan tetapi sampai
saat ini belum ditemukan obat yang khusus anti virus untuk
mengobati penyakit
ISPA non pneumonia. Karena hal tersebut maka tujuan terapi pada
penderita ISPA
non pneumonia adalah terapi simtomatik. Obat yang dapat
digunakan adalah
analgetik, antipiretik, dekongestan, antitusif, mukolitik,
ekspektoran dan
kortikosteroid. Obat-obatan tersebut dapat diberikan secara oral
atau topikal seperti
tetes / semprot hidung dan obat kumur (Mandal,2008).
Pemberian antibiotik harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Diagnosis
yang tepat akan menentukan rasionalitas pemilihan obat untuk
terapi pengobatan
pasien. Kesalahan dalam diagnosis akan mengakibatkan kesalahan
juga pada
pemilihan obat untuk terapi pengobatan. Selain itu peresepan
obat yang tidak sesuai
dengan diagnosis dapat menyebabkan pengobatan menjadi tidak
rasional dan dapat
menimbulkan efek yang berlebihan dan tidak diharapkan.
-
Pemberian antibiotik yang tidak diperlukan dapat meningkatkan
resiko
terjadinya efek resistensi sehingga bakteri menjadi tidak peka
terhadap jenis
antibiotik yang diberikan. Bakteri tersebut membentuk kekebalan
dan tidak dapat
mati jika menggunakan jenis antibiotik dengan dosis yang sama
sehingga harus
dilakukan penambahan dosis dan memperpanjang lama penggunaan
obat atau
pemilihan antibiotik jenis baru.
Penggunaan antibiotik dengan dosis besar dan jangka waktu yang
lama
akibat terjadinya resistensi dapat menimbulkan efek samping yang
fatal seperti
adanya reaksi anafilaksis. Pemberian antibiotik pada bayi dapat
menyebabkan
pergeseran ikatan bilirubin dengan albumin sehingga mengganggu
sistem imun.
Mekanisme reaksi imun juga dapat berkembang menjadi hepatitis
anikterik dengan
nekrosis sel hati.
Efek samping lain yang ditimbulkan oleh pemakaian antibiotik
dalam waktu
lama dan dosis besar adalah timbulnya komplikasi pada saluran
kemih yang
disebabkan oleh pembentukan dan penumpukan kristal dalam ginjal,
kaliks, pelvis,
ureter atau kandung kemih yang menyebabkan iritasi dan
obstruksi. Ada pula efek
samping ringan yang sering terjadi pada penggunaan antibiotik
seperti reaksi alergi
dan gangguan saluran cerna (diare). Resiko efek samping tersebut
diatas akan
semakin besar apabila pasien adalah bayi dan anak-anak karena
pada umumnya
bayi dan anak-anak memiliki organ dan sistem tubuh yang belum
berkembang
sepenuhnya seperti fungsi hati dan ginjal yang menjadi alat
untuk metabolisme,
ekskresi serta detoksifikasi bagi tubuh sehingga memudahkan
terjadinya efek toksik
(Setiabudy,2007).
-
Dari hasil data yang diolah tentang rasionalitas peresepan
antibiotik untuk
pengobatan ISPA pada anak hanya 27,5 % resep yang rasional.
Resep dibuat sesuai
dengan ketentuan untuk pengobatan penyakit ISPA non pneumonia
yang bersifat
simptomatis tanpa penggunaan antibiotik. Sedangkan jumlah resep
yang tidak
rasional mencapai 72,5 % dari total keseluruhan resep. Angka
ketidakrasionalan
resep ini dikarenakan adanya penggunaan antibiotik yang tidak
diperlukan dalam
pengobatan. Penggunaan obat yang tidak diperlukan seperti
antibiotik tersebut
menjadi faktor penyebab terjadinya tidak tepat indikasi yang
mengakibatkan resep
dinilai tidak rasional.
-
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap
rasionalitas peresepan
antibiotik untuk pengobatan infeksi saluran pernafasan akut pada
anak di
Puskesmas Pekauaman Banjarmasin tahun 2011 dapat disimpulkan
bahwa hampir
separuh resep dikatakan rasional.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti menyarankan beberapa
hal
sebagai berikut :
1. Kepada pihak Puskesmas agar lebih spesifik dalam menegakkan
diagnosis
penyakit sehingga dapat memberikan terapi pengobatan yang sesuai
dengan
diagnosis yang ada.
2. Meningkatkan rasionalitas peresepan dengan pemilihan obat
yang sesuai dengan
kebutuhan pasien berdasarkan diagnosis yang telah ditegakkan,
karena
penggunaan obat yang rasional dan tidak berlebihan sesuai dengan
diagnosis
penyakit akan memaksimalkan proses penyembuhan dan mengurangi
efek
samping dari pengobatan.
-
DAFTAR RUJUKAN
Alsagaff, Hood & Mukty, Abdul (Eds.). 2005. Dasar-Dasar Ilmu
Penyakit Paru. Surabaya. Airlangga University Press.
Chayono, JB Suharjo B. 2010. Kesalahan Diagnosis dan Keselamatan
Pasien. Ethical Digest, hlm.72-76.
Depkes RI. 2002. Penggunaan Obat Rasional. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Ethical Digest. April 2010. Penyakit Paru Terbanyak.,
hlm.20-23.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan
Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
Joenoes, Nanizar Zaman. 2003. ARS PRESCRIBENDI (Resep yang
Rasional) Edisi 1. Surabaya. Airlangga University Press.
Katzung, Bertram G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik (Buku 2)
Edisi 8. Terjemahan dan Editor oleh Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Machfoedz, Irham. Metodelogi Penelitian Bidang Kesehatan,
Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran. Yogyakarta: Fitramaya
Mandal, B.K.,Wilkins, E.G.L., Dunbar, E.M., White, R.T. Mayon.
2004. Lecture Notes Penyakit Infeksi. Terjemahan oleh dr. Juwalita
Surapsari. 2008. Jakarta: Erlangga
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodelogi Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Rasmaliah. 2004. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan
Penanggulangannya. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
-
Rosdy, Edi & Kristiani. 2005. Penanggulangan ISPA.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Sukandar, Elin Yulinah, dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta.
PT. ISFI Penerbitan.
WHO. 1994. Out Patient Management of Young Children With Acute
Respiratory Infection.
WHO. 2003. Penanganan ISPA pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara
Berkembang. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
-
Lampiran 1. Surat Izin Studi Pendahuluan
-
Lampiran 2.
Surat Izin Penelitian dari Institusi
-
Lampiran 3.
Surat Izin Penelitian dari Instansi
-
Lampiran 4.
Surat Permohonan Bimbingan
-
Lampiran 5.
Lembar Konsultasi Bimbingan KTI ( Pembimbing I)
-
Lampiran 6
. Lembar Konsultasi Bimbingan KTI ( Pembimbing II)
-
Lampiran 7.
LEMBAR OBSERVASI
Tgl No. R/
Jenis Kelamin
P/L
Umur Diagnosis Item Obat
Antibiotik Ya / Tidak
Rasional Ya /
Tidak
-
Lampiran 8
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : MUSTIKA MUTHAHARAH
NPM : 08045 D3 Fi.
Program Studi : DIII FARMASI
Program : REGULER
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya
tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
plagiat, yaitu
pengambilalihan tulisan, atau pikiran orang lain yang saya akui
sebagai hasil tulisan
atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Kerya
Tulis Ilmiah ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Banjarmasin, 20 Juni 2011
Pembuat Pernyataan
Mustika Muthaharah
-
Lampiran 9
RIWAYAT HIDUP
1. Nama Lengkap : Mustika Muthaharah
2. Tempat/tanggal lahir : Banjarmasin, 23 Maret 1991
3. Nama orang tua : a. Drs. H. Suriadi Kurnain
b. Dra. Hj. Siti Salmah
4. Riwayat Pendidikan :
a. TK : Taman Kanak-kanak Muslimat NU Buntok
b. SD : Sekolah Dasar Negeri XIV Buntok
c. SMP : Madrasah Tsanawiyah Negeri Buntok
d. SMA : Madrasah Aliyah Normal Islam Puteri Rasyidiyah
Khalidiyah Amuntai