KARYA AKHIR EVALUASI KADAR INTERLEUKIN-12 DAN INTERLEUKIN-4 PADA PENDERITA KUSTA TIPE MULTIBASILER 12 BULAN SETELAH TERAPI KOMBINASI RIFAMPISIN OFLOKSASIN MINOSIKLIN EVALUATION OF INTERLEUKIN-12 AND INTERLEUKIN-4 LEVEL IN MULTIBACILLARY LEPROSY PATIENTS 12 MONTHS POST RIFAMPICINE OFLOXACINE MINOCYCLINE COMBINED THERAPY EMAN ARIF RAHMAN PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1 (Sp.1) PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018
79
Embed
digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 1. 1. · 2017 Tanggal Versi 27 September 2017 RSUP Balai Pengobatan Kulit Sul-Sel, RS RSUP dr.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KARYA AKHIR
EVALUASI KADAR INTERLEUKIN-12 DAN INTERLEUKIN-4PADA PENDERITA KUSTA TIPE MULTIBASILER 12 BULANSETELAH TERAPI KOMBINASI RIFAMPISIN OFLOKSASIN
MINOSIKLIN
EVALUATION OF INTERLEUKIN-12 AND INTERLEUKIN-4LEVEL IN MULTIBACILLARY LEPROSY PATIENTS 12
MONTHS POST RIFAMPICINE OFLOXACINE MINOCYCLINECOMBINED THERAPY
EMAN ARIF RAHMAN
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1 (Sp.1)PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2018
EVALUASI KADAR INTERLEUKIN-12 DAN INTERLEUKIN-4PADA PENDERITA KUSTA TIPE MULTIBASILER 12 BULANSETELAH TERAPI KOMBINASI RIFAMPISIN OFLOKSASIN
MINOSIKLIN
Karya Akhir
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Spesialis
Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis
Disusun dan diajukan oleh
EMAN ARIF RAHMAN
Kepada
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1 (Sp.1)
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA AKHIR
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Eman Arif Rahman
No.Stambuk : C 111213207
Program Studi : Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian
hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis
ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Makassar, 25 April 2018
Yang menyatakan
Eman Arif Rahman
iii
PRAKATA
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, segala puji
bagi Allah SWT atas seluruh berkah dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat
selesai. Saya mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
berperan sehingga saya dapat menempuh Pendidikan Dokter Spesialis I
sampai tersusunnya tesis ini.
Kepada Direktur Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin, Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dan Ketua Program Pendidikan
Dokter Spesialis I Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar,
saya mengucapkan banyak terima kasih atas izin dan kesempatan yang
diberikan kepada saya untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan dokter
spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Dr.dr.Siswanto Wahab,
SpKK(K), FINSDV, FAADV selaku Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, juga kepada yang
terhormat Ketua Program Studi Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Dr.dr.Khairuddin
Djawad, SpKK(K), FINSDV, FAADV atas segala curahan perhatian,
bimbingan, arahan, didikan, kebaikan, nasehat serta masukan selama saya
menempuh pendidikan.
Kepada yang terhormat Dr.dr.Sri Vitayani Muchtar, SpKK, FINSDV,
FAADV selaku pembimbing I tesis saya, atas segala kebaikan, nasehat, dan
bimbingannya sehingga tersusun tesis ini. Serta kepada yang terhormat Dr. dr.
Arifin Seweng, MPH sebagai pembimbing statistik/metode penelitian saya, atas
segala ajaran, kebaikan, didikan, serta masukannya sehingga tesis ini dapat
selesai. Kepada yang terhormat penguji tesis saya Dr.dr.Farida Tabri, Sp.KK(K),
FINSDV, FAADV, dr.Rizalinda Sjahril, MSC, Ph.D dan Dr.dr.Anni Adriani,
iv
Sp.KK, FINSDV, FAADV atas segala masukan, kebaikan, didikan, arahan,
inspirasi, dan umpan balik yang disampaikan selama penyusunan tesis ini.
Semoga segala kebaikan pembimbing dan penguji tesis ini dibalas dengan
kebaikan dan berlimpah keberkahan dari Allah SWT.
Kepada yang terhormat seluruh Staf pengajardan guru-guru saya di
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin, terima kasih atas segala bimbingan dan kesabaran
dalam mendidik sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini dengan
lancar, semoga ilmu yang telah diberikan dapat menjadi bekal dalam
menghadapi era globalisasi mendatang.
Terima kasih yang dalam kepada orang tuaku tercinta, ayahanda
Sultan Yusuf dan ibunda Sitti Hawang atas segala cinta, kasih sayang, doa,
dukungan- baik moril maupun materil, semangat, pengorbanan, dan nasehat
sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini. Kupanjatkan doa kepada
Sang Maha Kuasa agar mereka senantiasa dilimpahkan keberkahan,
kesehatan, rezeki yang baik, dan kebaikan yang tak pernah putus. Kepada
saudara-saudaraku tersayang Emir Ahmad Ramly dan Erwin Adhe Rashidy
serta keluarga besar saya yang telah mendampingi saya serta memberikan
semangat dan dukungan doa serta ketulusan, kesabaran dan kasih sayang
yang begitu berarti dalam menyelesaikan pendidikan ini. Semoga Allah SWT
menghimpun segala kebaikan dan menyimpannya di tengah keluarga yang
sakinah mawaddah warrahmah.
Penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga kepada istriku
tercinta Okiana Mahardhita dan anakku tercinta Mirza Ali Shirazi, Mu’ammar
Aqeel Salman, dan Marwa Almira Salsabila atas kasih sayang, pengorbanan,
kesabaran, pengertian, kesetiaan, dukungan, material dan doanya selama
saya menjalani pendidikan ini. Doa dan cinta selalu tercurahkan untuk
kebaikan dan keberkahan dari Allah SWT.
v
Kepada seluruh teman-teman Peserta Program Pendidikan Spesialis
iIlmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin terima kasih atas segala bantuan, dorongan dan pengertian
teman-teman selama bersama-sama menjalani pendidikan ini. Terkhusus
kepada sahabat-sahabat saya serta teman-teman sekalian atas segala
perhatian, dukungan, semangat, persahabatan, dan masukan sehingga
memudahkan saya menyelesaikan tesis ini.
Terima kasih kepada semua pihak yang namanya tidak tercantum tapi
telah membantu dalam proses pendidikan penulis dan telah menjadi inspirasi
dan pelajaran berharga bagi penulis. Doa terbaik terpanjatkan agar kiranya
Allah SWT member balasan berkali-kali lipat untuk setiap amalan dan input
dalam proses pendidikan ini.
Semoga Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
selalu melimpahkan berkah dan karunia-Nya bagi kita.
Makassar, 25 April 2018
Eman Arif Rahman
vi
Abstrak
Pendahuluan: Kusta adalah penyakit menular kronis disebabkan Mycobacteriumleprae. Pada kusta, respon imun diperantarai sel merupakan aspek penting dariresistensi host terhadap infeksi mikobakteri dan diduga diatur oleh keseimbanganantara tipe 1 sitokin termasuk Interleukin-12 (IL-12); dengan tipe 2 sitokin sepertiInterleukin-4 (IL-4). Saat ini World Health Organization (WHO) merekomendasikan3 rejimen pengobatan kusta salah satunya adalah Rifampisin Ofloksasin Minoksiklin(ROM). Studi mengenai efek ROM terhadap kusta sampai saat ini masih terbatas,belum ada yang secara khusus menilai efek ROM terhadap sistem imun spesifik,khususnya sitokin.Metode: Penelitian dilakukan dengan metode penelitian prospektif. Sampel penelitianadalah seluruh penderita kusta tipe Multi Basiler (MB) sesuai klasifikasi WHO yangtelah memperoleh terapi ROM dan tercatat sebagai pasien di lokasi peneltian sertamemiliki data rekam medis kadar interleukin-12 dan interleukin-4 sebelumnya.Setelah 12 bulan terapi ROM, darah setiap sampel di ambil dan di lakukanperhitungan dengan menggunakan metode Enzyme linked immunosorbent assay(ELISA) menggunakan kit Quantikine® high sensitivity (HSv).Hasil: Secara statistik menunjukkan bahwa IL-4 setelah 12 bulan terapi ROM selama3 bulan menunjukkan signifikan meningkat. Sebaliknya kadar IL-12 setelah 12 bulanmenunjukkan signifikan menurun.Kesimpulan: Peningkatan kadar IL-4 dan Penurunan IL-12 dapat disebabkan olehbanyak faktor. Oleh karena itu masih di perlukan penelitian lebih lanjut denganpengawasan yang lebih ketat.
Kata Kunci : Kusta, Terapi ROM, Interleukin-12, Interleukin-4
vii
Abstract
Background: Leprosy is a chronic infectious disease caused by Mycobacteriumleprae. In leprosy, cell-mediated immune responses are an important aspect of hostresistance to mycobacterial infections and allegedly governed by anequilibriumbetween type 1 cytokines including Interleukin-12 (IL-12); with type 2 cytokinessuch as Interleukin-4 (IL-4). Currently, the World Health Organization (WHO)recommends 3 leprosy treatment regimens, one of them is Rifampicin OfloxacinMinocycline (ROM). To date, studies on the effects of ROM on leprosy have beenlimited, none have specifically assessed the effects of ROM on specific immunesystems, especially cytokines.Methods: The study was conducted by prospective research method. The sample ofthis research were all multibacillary (MB) type of leprosy patients according to WHOclassification who had received ROM therapy and recorded as the patient at researchlocation and had medical record previous of IL-12 and IL-4 levels. After 12 monthsof ROM therapy, blood samples were collected and calculated using the Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) using the Quantikine® high sensitivity (HSv)kit.Results: There was a statistically significant increase in IL-4 after 12 months of a 3-months-ROM therapy. In contrast, the levels of IL-12 after 12 months showedsignificant decreases.Conclusions: Increased levels of IL-4 and deccreased IL-12 can be caused by manyfactors. Therefore, further research with a closer supervision is required.
Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh menghasilkan sitokin sebagai
respon terhadap stimulasi antigenik. Sitokin yang diproduksi pada penderita
kusta disebabkan oleh stimulasi sistem imun oleh antigen M.leprae, dan saat
antigen ini menurun karena pengobatan, produksi sitokin dapat diturunkan
atau bahkan dapat mencapai kadar normal yang ditemukan pada orang sehat
jika antigen ini dihilangkan secara total. (Moubasher et.al. 1998b)
Interleukin-4 dikenal pertama kali sebagai sitokin yang berperan
penting pada perkembangan respon Th-2.(Trinchieri G, 2003) Dalam suatu
penelitian oleh Niggeman dkk, efek priming IL-4 mencapai tingkat optimal
dalam waktu 2,5 jam. (Niggeman et.al. 1997) Kemampuan IL-4 untuk
memberikan efek penghambatan pada respons sel-mediated T dan ekspresi
preferensial IL-4 mRNA pada lesi pasien LL telah terdokumentasi dengan
baik. (Sasiain, 1998) Pada penelitian ini, di tabel 5 tampak bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna antara kadar IL-4 sebelum terapi dan 12 bulan
setelah terapi menggunakan ROM dimana terjadi peningkatan signifikan. Hal
yang sama juga didapatkan untuk kadar IL-12 yang memperlihatkan
penurunan yang signifikan antara sebelum terapi dan 12 bulan setelah terapi
menggunakan ROM, yang ditunjukkan pada tabel 6. Hasil yang sedikit
berbeda dengan penelitian yang didapatkan oleh Budiani S yang meneliti
pengaruh terapi ROM 3 bulan setelah terapi pada IL-12 dan IL-4. Dan juga
48
penelitian oleh Bandjar FK, yang meneliti pengaruh terapi MDT MB setelah 3
bulan pada IL-12 dan IL-4. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor.
Pertama, pada penelitian ini didapatkan BTA pasien berkisar antara +1
sampai +3 yang menunjukkan bahwa pasien berada pada tipe borderline
dengan sistem imunitas yang tidak stabil. (Bryceson A dan Pfaltzgraff R,
1990). Kusta merupakan penyakit dengan sistem imunitas yang tidak stabil.
Pada satu kutub ekstrim (TT) pasien memperlihatkan imunitas seluler yang
kuat terhadap M.leprae yang secara efektif membatasi pertumbuhan bakteri
melalui produksi sitokin tipe Th-1lokal, yaitu antara lain IL-12 dan IFN-γ. Pada
sisi kutub ekstrim lainnya (LL), ditandai dengan penyakit multibasiler yang
meluas dan kurangnya respon terhadap M.leprae, aktivasi sel Th-2 yang
menghambat sel Th-1, yang menyebabkan defek pada imunitas seluler yang
spesifik terhadap M.leprae. Diantara dua bentuk polar yang stabil tersebut
terdapat bentuk borderline dengan status imunologi yang tidak stabil
(Andrews James WD, 2016; Madan et.al., 2011) Faktor lainnya yaitu pada
penelitian ini subyek kemungkinan memiliki pola sitokin campuran Th0, oleh
karena tidak ada yang berada dalam tipe polar. Sebuah penelitian oleh Misra
dkk memperlihatkan bahwa pola sitokin pasien dari berbagai spektrum kusta
setengahnya memperlihatkan pola campuran, bahkan pada beberapa tipe
polar sekalipun. (Misra et.al., 1995) Pada penelitian lain oleh Hu dan salgame
yang menggunakan Klon dari Th0 menunjukkan bahwa Th0 juga
menghasilkan IFN-γ dan IL-4. Dan kadarnya semakin meningkat ketika di
paparkan bersama IL-12. (Hu and Salgame, 1999)
Sehubungan dengan distribusi kadar IL sebelum terapi dan setelah
terapi, pada tabel 7 tampak bahwa dari 10 subyek, 12 bulan setelah terapi
49
menggunakan ROM kadar IL-4 tidak ditemukan nilai yang menurun pada 9
orang sedangkan pada 1 orang tidak terdeteksi. Hasil ini sedikit berbeda
dengan beberapa hasil penelitian sebelumnya, yang memperlihatkan
penurunan kadar semua sitokin yang diperiksa setelah terapi yang
diakibatkan oleh penurunan jumlah bakteri sehingga terjadi penurunan
stimulasi antigenik. (Moubasher et.al.,1998b; Madan et.al.2011) Hal ini
mungkin dipengaruhi oleh perbedaan pada jenis obat yang digunakan dan
sitokin yang diperiksa dan lama terapi antara penelitian ini dengan penelitian-
penelitian terdahulu tersebut. Kemungkinan ini diperkuat oleh hasil penelitian
oleh Budhiani, yang juga meneliti kadar IL-4 dan IL-12 sebelum dan setelah
terapi 3 bulan dengan menggunakan ROM pada pasien kusta tipe MB,
dimana dari 10 orang subyek, kadar IL-4 menurun pada 5 orang dan
meningkat pada 5 orang.(Budhiani S, 2016) dan oleh hasil penelitian oleh
Bandjar FK, yang juga meneliti kadar IL-4 dan IL-12 sebelum dan setelah
terapi 3 bulan namun menggunakan MDT MB pada pasien kusta tipe MB,
dimana dari 18 orang subyek, kadar IL-4 menurun pada 9 orang dan
meningkat pada 9 orang. (Bandjar FK, 2015)
Selain memiliki peran dalam pembentukkan IgE pada beberapa
penyakit seperti scleroderma, asma bronchial, rhinitis alergi hingga infeksi
parasit. Sel mast dan basofil juga menghasilkan interleukin 4 sehingga
keadaan di atas dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan kadar IL-
4 setelah pengobatan meskipun jumlah bakteri menurun. (Haas et.al.1999)
(Abbas.2004)
Manfaat anti-inflamasi dari respon imun tipe 2 yang diinduksi cacing
tidak mencakup peradangan sebagai konsekuensi patogen mikroba.
50
Komplikasi yang terkait dengan infeksi bersamaan memiliki implikasi global
sebagai akibat distribusi tumpang tindih infeksi bakteri dan cacing endemik di
banyak negara berkembang. Kegagalan untuk menginduksi profil sitokin
terpolarisasi yang tepat mengurangi respons imun tipe 1 terhadap bakteri dan
dikaitkan dengan promosi fenotipe M2, yang dikaitkan dengan kerusakan
bakteri diinternalisasi, meskipun peningkatan produksi TNF-α. Hal ini dapat
mempengaruhi hasil. (Lucina et.al 2002)
Interleukin-12, sebuah sitokin heterodimerik dengan berat molekul
70.000 terdiri dari dua subunit terkait-disulfida yang ditunjuk p35 dan p40,
sangat penting dalam interaksi antara lengan bawaan dan adaptif kekebalan
dan merupakan sitokin utama dan sangat penting dalam respon terhadap
patogen intraselular melalui produksi IFN-c dan promosi imunitas yang
dimediasi sel. (Catherine,2010). Analysis of cytokine production in whole
blood cultures. Seluruh sistem kultur darah digunakan untuk menilai produksi
monokin oleh sel-sel darah mengikuti prosedur. Produksi IL-12 dalam PBMC
kira-kira 10 kali lipat lebih kecil dibandingkan pada whole blood cultures.
Dalam semua percobaan dikultur selama 20 jam. Produksi IL-12 optimal
setelah 16 jam dan tetap pada tingkat yang sama hingga 48 jam. (Meyaard et
al., 1997). Pada penelitian ini dari tabel 7 tampak bahwa dari 10 orang
subyek, kadar IL-12 menurun setelah pengobatan pada 7 orang dan
meningkat pada 2 orang dan tidak terdeteksi pada 1 orang. Hasil yang
berbeda didapatkan pada penelitian sebelumnya oleh Budhiani S pada 10
sampel, di mana kadar IL-12 setelah pengobatan terdapat peningkatan pada
4 orang dan menurun pada 6 orang. Hasil yang kurang lebih sama juga
didapatkan pada penelitian oleh Bandjar FK, dimana dari 18 subyek setelah
51
terapi MDT selama 3 bulan, kadar IL-12 meningkat pada 10 orang dan
menurun pada 8 orang. Peningkatan kadar IL-12 ini mengindikasikan
peningkatan respon Th-1 yang berperan menghambat replikasi bakteri
melalui peningkatan aktivitas imunitas seluler (Presky DH et.al. 1998, Bandjar
FK, 2015, Budhiani S, 2016) yang ditunjukkan oleh korelasi negatif dengan
jumlah bakteri setelah terapi. (Abbas.2004)
Terdapat beberapa kemungkinan yang dapat menjelaskan penurunan
IL-12 pada penelitian ini: Pertama, Kusta memiliki dua bentuk polar,
lepromatous dan tuberculoid lepra, dengan profil sitokin yang kontras.
Interferon gamma interleukin tipe-1 (IFN-g), interleukin-2 (IL-2), dan IL-12
mendominasi kutub tuberkuloid, namun profil sitokin Th2-like terjadi pada
kutub lepromatous. Antara dua bentuk kutub adalah bentuk klinis dan
imunologis yang tidak stabil, batas batas tuberkuloidoid (BT) dan kusta
lepromatosa batas (BL). (Little, 2001) pada penelitian ini didapatkan BTA
pasien berkisar antara +1 sampai +3 yang menunjukkan bahwa pasien
berada pada tipe borderline dengan sistem imunitas yang tidak stabil.
(Bryceson A dan Pfaltzgraff R, 1990). Factor lain yang mempengaruhi Efek
regulasi IFN-γ yang memodulasi produksi atau aktivitas sitokin lainnya seperti
IL-12 atau IL-10 seperti yang terlihat pada kusta dapat menyebabkan
peningkatan imunitas yang dimediasi sel. (Sasiain, 1998). penghambatan IL-
12 oleh sitokin lain, terutama oleh IL-10. Di mana bila IL-10 mengalami
peningkatan maka IL-12 akan menunjukkan penurunan. IL-10 merupakan
penghambat kuat produksi IL-12 dengan cara menghambat transkipsi dari
gen pengkode IL-12 maupun induksi sintesis suatu protein khusus. (Trinchieri
G, 2003, Hari Sai Priya, 2009) Selain oleh sel Th-2, IL-10 juga diproduksi
52
oleh monosit bahkan juga oleh beberapa sel Th-1, sehingga penurunan sel
Th-2 tidak serta merta meningkatkan IL-12. (Katsikis PD et.a;., 1995)
Beberapa kondisi seperti inflamasi kronik pada usus juga dapat mendukung
produksi IL-10 oleh sel B. (Mizoguchi et.al.,2002); kondisi koinfeksi antara
mikobakterium tuberculosis dan leishmaniasis terutama pada daerah endemik
bakteri mykobakterium dapat menunjukkan tidak beresponnya IL-12.
(Trindade et.al 2013) Ketidakberesponan monosit pada pasien lepromatosa,
sehingga meskipun distimulasi oleh IFN-γ, monosit tetap tidak dapat
menghasilkan IL-12 (Libraty DH, 1997);. dan terakhir Kemungkinan
penghambatan IL-12 oleh prostaglandin E2 (PGE2). PGE2 telah ditunjukkan
memiliki kemampuan untuk menginduksi IL-10 dan menekan produksi dari
banyak sitokin proinflamasi. Pada studi in vitro, PGE2 memiliki kemampuan
secara selektif menghambat produksi sitokin Th-1 IFN-γ, menekan produksi
IL-12 oleh monosit dan sel dendritik, menekan reseptor IL-12, namun tidak
menekan sitokin Th-2 IL-4 dan IL-5. Overproduksi PGE2 ditemukan pada
banyak penyakit terkait Th-2, terutama pada dermatitis atopik dan asma.
(Kalinski P, 2011)
Keterbatasan pada penelitian ini antara lain oleh karena kurangnya
jumlah sampel yang di gunakan serta tidak dilakukan skrining lengkap secara
menyeluruh terhadap kondisi nutrisi dan penyakit seperti sistemik infestasi
parasit, rinitis alergi, asma bronkial dan dermatitis atopik, sehingga pengaruh
penyakit tersebut terhadap peningkatan maupun penurunan sitokin tidak
dapat disingkirkan.
Penelitian ini sepanjang pengetahuan peneliti merupakan penelitian
yang kedua kali melihat efek terapi ROM terhadap profil sitokin pasien kusta
53
tipe MB. Hasil dari penelitian ini masih belum dapat dijadikan pegangan
mengenai efektivitas terapi ROM, oleh karena keterbatasan di atas, sehingga
diperlukan penelitian lanjutan jumlah sampel yang lebih banyak dan dengan
skrining yang lebih ketat termasuk pemeriksaan adanya koinfeksi penyakit
sistemik lainnya dari bidang kesehatan lainnya.
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian ini dan pembahasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Terdapat perubahan yang bermakna pada kadar IL-12 12 bulan setelah
terapi 3 bulan dengan ROM, tetapi cenderung mengalami penurunan.
2. Terdapat perubahan yang bermakna pada kadar IL-4 12 bulan setelah
terapi 3 bulan dengan ROM. Di mana terjadi signifikan meningkat.
B. SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menilai kadar IL-12 secara
bertahap pada penderita kusta tipe MB dengan jumlah sampel yang lebih
banyak dan dengan skrining sampel yang lebih ketat.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menilai kadar IL-4 secara
bertahap pada penderita kusta tipe MB dengan jumlah sampel yang lebih
banyak dan dengan skrining sampel yang lebih ketat.
55
DAFTAR PUSTAKA
Abulafia, J. A.Vignale, R. 1999 Leprosy: pathogenesis updated. Int J Dermatol.38: 321-34.
Abbas AK, Lichtman AH. 2004. Basic Immunology Functions and Disorders ofthe Immune System. Saunders Elsevier. p4.
Amiruddin, MD. 2012 Penyakit kusta sebuah pendekatan klinis, Makassar,Brillian Internasional
Amiruddin, M. D., Hakim, Z. & Darwis, E. 2003 Diagnosis Penyakit Kusta. dalamSjamsoe-Daili, E. S., Menaldi, S. L., Ismiarto, S. P. & Nilasari, H. (Eds.)Kusta. 2nd ed. Jakarta, Balai Penerbit FKUI.
Assiri, A., Yezli, S., Tayeb, T., Almasri, M., Bamgboye, A. E. & Memish, Z. A.2014. Eradicating leprosy in Saudi Arabia: Outcome of a ten-year surveillance(2003-2012). Travel Medicine and Infectious Disease, 12, 771-7.
Belgaumkar, V. A., Gokhale, N. R., Mahajan, P. M., Bharadwaj, R., Pandit, D. P.,Shantanu & Deshpande 2007 Circulating cytokine profiles in leprosypatients. Lepr Rev. 78: 223-30.
Bhat, R., Prakash C. 2012.Leprosy : An overview of pathophysiology. HindawiPublishing Corporation. 1-6
Brocker, C., Thompson, D., Matsumoto, A., Nebert, DW. 2010. “Evolutionarydivergence and functions of the human interleukin (IL) genefamily.”.Human Genomics 5,1: 30–55.
Budiani, S. 2016. Analisis kadar interleukin-12 dan interleukin-4 pada penderitakusta tipe multibasiler pre dan pasca terapi kombinasi rifampisinofloksasin minosiklin. Program Pasca Sarjana Universitas HasanuddinMakassar
Bryceson, A. & E.Pfaltzgraff, R. 1990. Leprosy, London, Churchill Livingstone.
Chambers, H. F. (2001) Antimicrobial agents (Continued) Protein SynthesisInhibitors and Miscellaneous Antibacterial Agents. In: Goodman, L. S.,Gilman, A, Hardman, J.G. & Limbird, L.E.(Eds.) Goodman & Gilman's ThePharmacological Basis of Therapeutics, Tenth ed. New York, McGraw-HillMedical Publishing Division.
Correa RGCF, de Aquino DMC, Caldas AJM, Amaral DKCR, Franca F.S,Mesquita ERRBP. 2012. Epidemiological, clinical, and operational aspectsof leprosy patients assisted at a referral service iin the state of Maranhao,Brazil. Rev Soc Bras Med Trop 45 (1): 89-94.
Corps AN, Curry VA, Harrall RL, Dutt D, Hazleman BL, Riley GP. 2003.Ciprofloxacin reduces the stimulation of prostaglandin E2 output byinterleukin-1B in human tendon-derived cells. Rheumatology 42: 1306
56
De Bruin W, Dijkkamp E, Post E, Van Brakel WH. 2013. Combining peer-led selfcare interventions for people affected by leprosy or diabetes in leprosy-endemic countries. What do health care professionals think? Lepr Rev 84:266-7
DelVecchio M, Bajetta E, Canova S, Lotze MT, Wesa A, et.al. 2007. Interleukin-12: Biological properties and clinical application. Clin Cancer Res 13 (16):4677-83.
Dinkes 2011 Data kusta tahunan tingkat propinsi. Sulawesi Selatan.
Dinkes 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2012
Dogra, S. Kumaran,M,S. Narang, T.Radotra,B,S. Kumar,B. 2013 Clinicalcharacteristics and outcome in multibacillary (MB) leprosy patientstreated with 12 months WHO MDT-MBR: a retrospective analysis of 730patients from a leprosy clinic at atertiary care hospital of Northern India.Lepr Rev. 84:65–75
Fajardo TT, Villahermosa LG, Cruz ECd, Abalos RM, Franzblau SG, Walsh GP.1994. Minocycline in lepromatous leprosy. Int J of Lepr 63 (1): 8-15
Gelber RH, Murray LP, Siu P, Tsang M, Rea TH. 1994. Efficacy of minocyclinein single dose and at 100 mg twice daily for lepromatous leprosy. Int J ofLepr 62 (4): 568-72
Grosset JH, 2001. Newer drugs in leprosy. Int J Lepr Other Mycobact Dis 69:s14-s18
Hameed A, Iqbal T, Nawaz M, Batool F, Baig T,et.al. 2002. Pharmacokinetics ofofloxacin in male volunteers following oral administration. Pak J Bio Sc 5(10): 1098-1100
Haas H, Falcone F.H., Holland M.J., Schramm G, Haisch K. 1999. Earlyinterleukin 4: its role in the switch towards a Th2 response and IgEmediated allergy. Int Arch Allergy Immunol. 119: 86-94
Hu, C. & Salgame, P. 1999. Inability of interleukin-12 to modulate T-helper 0effectors to T-helper 1 effectors: a possible distinct subset of T cells.Immunology, 97, 84-91.
Jacobson R.R.1994.Treatment of Leprosy.In Hastings R.V.&OpromollaD,V,A.(Eds).Leprosy.Second ed.Edinburgh,Churchill Livingstone.
James, W. D., Bereger, T. D. & Elston, D. M. 2016. Hansen's Disease. Andrews’Diseases Of The Skin: Clinical Dermatology,. Twelfth ed. Philadelphia:Elsevier.
Jarduli, L,R.,Sell ,A,M.,Reis,P,G.,Sippert,E,A.,Ayo,C,M. 2013.Role of HLA, KIR,MICA and cytokines genes in leprosy. Hindawi Publishing Corporation. 1-17
.
57
Ji, B., Jamet, P., Sao, S., Perani, E,. Traore, I,. Grosset, J. 1997. High relapserate among lepromatous leprosy patients treated with rifampin plusofloxacin daily for 4 weeks. Antimicrob Agents and Chemotherapy;4:1953-6.
Eichelmann K, et al. Lepra: Puesta al día. Definición, patogénesis,clasificación, diagnóstico y tratamiento. Actas Dermosifiliogr.2013;104:554-63.
Kang, T. J., Yeum, C. E., Kim, B. C., You, E. Y. & Chae, G. T. 2004. Differentialproduction of interleukin-10 and interleukin-12 in mononuclear cells fromleprosy patients with a toll-like receptor 2 mutation. Immunology. 112:674-680.
Kim, J., Uyemura,K.,Van Dyke,M,K.,Legaspi A,J.2001. A role for IL-12 receptorexpression and signal transduction in hist defense in leprosy. JImmunology.789-95
Kloppenburg M, Brinkan BMN, Rooij-Dijk H, Miltenburg AM, Daha MR,Breedveld FC, et.al. 1996. The tetracycline derivative minocyclinedifferentially affects cytokine production by monocytes and Tlymphocytes. Antimicrob.Agents Chemother. 40(4): 934-940
Lastoria JC, Abreu MAMMd. 2014. Leprosy: review of the epidemiological,clinical, and etiopathogenic aspects – Part 1. An Bras Dermatol. 89(2):205-18
Libraty, D. H., Airan, L. E., Uyemura, K., Jullien, D., Spellberg, B. & Rea, T. H.1997 Interferon gamma differentially regulates interleukin-12 andinterleukin-10 production in leprosy. J Clin. Invest. 99: 336-41.
Lockwood DJ, Sarno E, Smith WC. 2007. Classifying leprosy patients-searching for the perfect solution? Lepr Rev 78: 317-8
Lockwood, D. N. J. 2004 Leprosy. dalam Burn, T., Breathnach, S., Cox, N. &Griffiths, C. (Eds.) Rook's Textbook of Dermatology. 8th ed. USA,Blackwell Science.
Lockwood DNJ, Cunha MDG. 2012. Developing new MDT regimens for MBpatients: time to test ROM 12 month regimens globally. Lepr Rev 83:241-4
Luzina, I. G., Keegan, A. D., Heller, N. M., Rook, G. A. W., Shea-Donohue, T. &Atamas, S. P. 2012. Regulation Of Inflammation By Interleukin-4: AReview Of “Alternatives”. J Leukoc Biol, 92, 753–764.
M.da GS Cunha, Virmond M, Schettini AP, Cruz RC, Ura S, Ghuidella C, et.al.2012. Ofloxacin multicentre trial in MB leprosy FUAM-Manaus and ILSL-Bauru, Brazil. Lepr Rev 83: 261-2
Madan,N,K. Agarwal K, Chander R. 2011 Serum cytokine profile in leprosy andits correlation with clinico-histopathological profile. Lepr Rev. 82:371-82
58
Manandhar U., Adhikari, R. & Sayami, G. 2013. Clinico-histopathologicalcorrelation of skin biopsies in leprosy. Journal of Pathology of Nepal, 3,452-8.
Martins MVSB, Guimares MMS, Spencer JS, Hacker MAVB, Costa LS, CarvalhoFM, et.al. 2012. Pathogen-specific epitopes as epidemiological tools fordefining the magnitude of Mycobacterium leprae transmission in areasendemic for leprosy. PloS Negl Trop Dis 6(4): e1616
Mesa NG, Zarzuelo A, Galvez J. 2013. Minocycline: far beyond an antibiotic. BrJ Pharmacol. 169: 337-352
Meyaard, L., Hovenkamp, E., Pakker, N., Kraan, T. C. T. M. V. D. P. & Miedema,F. 1997. Interleukin-12 (IL-12) Production in Whole Blood Cultures FromHuman Immunodeficiency Virus-Infected Individuals Studied in Relationto IL-10 and Prostaglandin E2 Production. Blood, 89, 570-576.
Moubasher, A. E. A., Kamel, N. A., Zedan, H. & Raheem, D. E. A. 1998aCytokines in leprosy. Int J dermatol. 37: 733-40.
Moubasher, A. E. A., Kamel, N. A., Zedan, H. & Raheem, D. E. A. 1998bCytokines in leprosy, II. Effect of treatment on serum cytokines inleprosy. Int J Dermatol. 37: 741-6.
Mukhtar, S.V. 2003. Profil Bakteriologis dan Histopatologis Sebelum danSesudah Quadriple Therapy pada Penderita Kusta Tipe Multibasiler.Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin Makassar
Nguyen, P. V., Kafka, J. K., Ferreira, V. H., Roth, K. & Kaushic, C. 2014. Innateand adaptive immune responses in male and female reproductive tractsin homeostasis and following HIV infection. Cellular and MolecularImmunology volume, 11, 410-427.
Niggemann, B., Zuberbier, C. T., Herz, U., Enssle, K., Wahn, U. & Renz, H. 1997.Interleukin-4 (IL-4) enhances and soluble interleukin-4 receptor (sIL-4R)inhibits histamine release from peripheral blood basophils and mastcells in vitro and in vivo. Mediators of Inflammation, 6, 111-8.
Noordeen, S. K. 1994 Epidemiology of leprosy. dalam Hastings, R. C. &Opromolla, D. V. A. (Eds.) Leprosy. 2nd ed. Edinburgh, ChurchillLivingstone.
Noto S, Schreuder PAM, Naafs B. 2011. The Diagnosis of Leprosy. In LeprosyMailing List. p.8-20.
Ohyama, H., Kato, N., Takeuchi, K., Soga, Y. & Uemura, Y. 2004 Monocytes ofdistinct clinical type of leprosy are differentially activated by cross-linking class II HLA molecules to secrete IL-12. APMIS. 112: 271-4.
59
Ottenhoff THM, Verreck FAW, Lichtenauer-Kaligis EGR, Hoeve MA, Sanal O,van Dissel JT. 2002. Genetics, cytokines and human infectious disease:lessons from weakly pathogenic mycobacteria and salmonellae. NatureGenetics 32: 97-104
Parkash O. 2009. Classification of leprosy into multibacillary andpaucibacillary groups: an analysis. FEMS Immunol Med Microbiol 55: 1-5
Penna M.L.F, Buhrer-sekula S, Pontes M.A.D.A, Cruz R, Goncalves H.D.S,Penna G.O. 2012. Primary result of clinical trial for uniform multidrugtherapy for leprosy patients in Brazil (U-MDT/CT-BR): reactionsfrequency in multibacillary patients. Lepr Rev. 83: 308-319
Presky,D,H.,Yang,H.,Minetti,L,J.,Chua,A,O.,Nabavi,N. 1996. A functionalinterleukin 12 receptor complexi composed of two β-type cytokinereceptor subunits. Proc.Nati.Acad.Sci, 93,14002-07
Priya, V. H. S., Anuradha, B., Gaddam, S. L., Hasnain, S. E., Murthy, K. J. R. &Vallur, V. L. 2009. In Vitro Levels of Interleukin 10 (IL-10) and IL-12 inResponse to a Recombinant 32-Kilodalton Antigen of Mycobacteriumbovis BCG after Treatment for Tuberculosis. Clinical And VaccineImmunology, 16, 111–115.
Rea, T. H. & Modin, R. L. 2008. Leprosy. dalam Wolff, K., Goldsmith, L. A., Katz,S. I., Gilchrest, B. A., Paller, A. S. & Leffell, D. J. (Eds.) Fitzpatrick'sDermatology in General Medicine. 7th ed. New York, McGraw Hill.
Rees, R. J. W. & Young, D. B. 1994 The microbiology of leprosy. dalamHastings, R. C. & Opromolla, D. V. A. (Eds.) Leprosy. Edinburgh,Churchill Livingstone.
Ridley, D.S, Jopling, W.H. 1966. Classification of leprosy according toimmunity: a five group system. Int J Lepr. 34(3): 255-71
Sampaio, E. P, Sarno, E. N. 1998 Expression and cytokine secretion in thestate of immune reactivation in leprosy. . Braz J Med Biol Res. 31: 69-76.
Sasiain, M. D. C., Barrera, S. D. L., S. Fink, M. F., N, M. A., Farin˜A, M. H.,Pizzariello, G. & Valdez, R. 1998. Interferon-gamma (IFN-g) and tumournecrosis factor-alpha (TNF-a) are necessary in the early stages ofinduction of CD4 and CD8 cytotoxic T cells by Mycobacterium lepraeheat shock protein (hsp) 65kD. Clin Exp Immunol, 203, 114:196.
Setia, M.S, Shinde, S.S, Jerajani H.R, Boivin, J.S. (2011) Is There a Role forRifampicin, Ofloxacin, and Minocycline (ROM) Therapy in the Treatmentof Leprosy? Systematic Review and Meta-Analysis. Trop Med & InternHealth. 16 : 1541-51
Sharma DP, Ramsay AJ, Maguire DJ, Rolph MS, Ramshaw IA. 1996.Interleukin-4 mediates down regulation of antiviral cytokine expressionand cytotoxic T-lymphocyte responses and exacerbated vaccinia virusinfection in vivo. J of Virol 70 (10): 7103-7
Steding, C. E., Wu, S.-T., Zhang, Y., Jeng, M.-H., D.Elzey, B. & Kao, C. 2011. TheRole Of Interleukin-12 On Modulating Myeloid-Derived Suppressor Cells,Increasing Overall Survival And Reducing Metastasis. Immunology, 133,221–238.
T. J. Kang et al. 2004. Differential production of interleukin-10 and interleukin-12 in mononuclear cells from leprosy patients with a Toll-like receptor 2mutation. Immunology. 112 674–680
Trindade, M. A. B., Denise Miyamoto, G. B., Sakai-Valente, N. Y., Vasconcelos,D. D. M. & Naafs, B. 2013. Case Report: Leprosy and Tuberculosis Co-Infection: Clinical and Immunological Report of Two Cases and Reviewof the Literature. Am. J. Trop. Med. Hyg., 88, 236–240.
Trao,V,T. Huong,P,L. Thuan, A,T. Anh,D,D. 1998 Changes in cellular responseto mycobacterial antigens and cytokine production patterns in leprosypatients during multiple drug therapy. Immunology. 94:197-206
Villahermosa, L.G, Fajardo, T.T, Abalos, R.M, Cellona, R.V, Balagon, M.V, Cruz,E.C.D, Tan, E.V. 2004. Parallel Assasment of 24 Monthly Doses ofRifampicin, Ofloxacin, and Minocycline Versus Two Years of World HealthOrganization Multi-Drug Therapy for Multi-Bacillary Leprosy. Am J TropMed Hyg. 75(2) : 197-200.
Walker SL, Lockwood DNJ. 2006. The clinical and immunological features ofleprosy. British Medical Bulletin 77 and 78: 103-21
World Health Assembly 1991. Elimination of Leprosy : resolution of the 44thWorld Health Assembly. World Health Assembly.
WHO 1982. Chemotherapy of leprosy for control programmes.Report of WHOStudy Group. WHO techical report series 675.World HealthOrganization,Geneva,Switzerland.
WHO Expert Committee on Leprosy, Seventh Report, 1998. World HealthOrgan Tech Rep Ser 874
Williams,I,R.,Rich,B,E.,& Kupper,T,S. 2012 Cytokines.In Wolf K,GoldsmithLA.Katz SI,Gilchrest BA. (Eds).Fitzpatrick's Dermatology in GeneralMedicine.New York, McGraw-Hill Medical.
Worobec, S. M. 2009 Treatment of Leprosy/Hansen's disease in the early 21stcentury. Dermatologic Therapy. 22: 518-37
Worobec, S.M. 2012. Current approaches and future directions in the treatmentof leprosy. Research and Reports in Trop Med; 3: 79-91.