B uku ini memberi kesimpulan bahwa kedua motif, baik motif agama maupun motif ekonomi memiliki pengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah di bank syariah. Motif agama dan motif ekonomi secara bersama-sama memberikan kontribusi sebesar 72,3% terhadap loyalitas nasabah bank syariah. Jika dibandingkan dari kedua motif tersebut, motif agama memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan motif ekonomi. Hal ini dikarenakan adanya dorongan atau faktor budaya lokal nasabah bank syariah yang kental akan nilai-nilai religiusitas. Sehingga terdapat afiliasi antara agama, budaya, dan pola pikir masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dalam menggunakan jasa layanan bank syariah. Tingkat loyalitas nasabah di bank syariah berada pada kategori tinggi sebesar 70,33%. Namun, tingkatan tiap-tiap dimensinya berbeda-beda. Dimensi loyalitas nasabah terdiri dari empat macam, yaitu kepuasan pelanggan (customer satisfaction) berada dikategori sedang sebesar 65,67%, retensi pelanggan (customer retention) berada pada kategori sedang sebesar 68,33%, perpindahan pelanggan (migration barrier) berada pada kategori sedang sebesar 67,00%, dan antusias pelanggan (customer enthusiasm) berada pada kategori tinggi sebesar 71,00%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat loyalitas nasabah bank syariah sudah cukup baik, karena rata-rata berada pada kategori sedang dan tinggi dengan nilai persentase di atas 50%.
245
Embed
DORNDOrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50080... · 2020-02-06 · setiap sujud mereka. Kedua adikku tersayang, Mufidah Almuthmainnah Sari dan Imamul Ihsan Muslim
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Buku ini m e m b e r i
kesimpulan bahwa kedua motif, baik motif agama
maupun motif ekonomi memiliki pengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah di bank syariah. Motif agama dan motif ekonomi secara bersama-sama memberikan kontribusi sebesar 72,3% terhadap loyalitas nasabah bank syariah. Jika dibandingkan dari kedua motif tersebut, motif agama memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan motif ekonomi. Hal ini dikarenakan adanya dorongan atau faktor budaya lokal nasabah bank syariah yang kental akan nilai-nilai religiusitas. Sehingga terdapat afiliasi antara agama, budaya, dan pola pikir masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dalam menggunakan jasa layanan bank syariah. Tingkat loyalitas nasabah di bank syariah berada pada kategori tinggi sebesar 70,33%. Namun, tingkatan tiap-tiap dimensinya berbeda-beda. Dimensi loyalitas nasabah terdiri dari empat macam, yaitu kepuasan pelanggan (customer satisfaction) berada dikategori sedang sebesar 65,67%, retensi pelanggan (customer retention) berada pada kategori sedang sebesar 68,33%, perpindahan pelanggan (migration barrier) berada pada kategori sedang sebesar 67,00%, dan antusias pelanggan (customer enthusiasm) berada pada kategori tinggi sebesar 71,00%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat loyalitas nasabah bank syariah sudah cukup baik, karena rata-rata berada pada kategori sedang dan tinggi dengan nilai persentase di atas 50%.
MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI
(Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah)
Ummul Fadhilah Sari
MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah Penulis : Ummul Fadhilah Sari Editor : Imam Zaki Fuad Desain Sampul : Numay Layout : Zahrul Athriah
ISBN: 978-602-6902-75-7
Penerbit Cinta Buku Media Redaksi: Alamat : Jl. Musyawarah, Komplek Pratama A1 No.8 Kp. Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan Hotline CBMedia 0858 1413 1928 e_mail: [email protected] Cetakan: Ke-1 Februari 2017 All rights reserverd Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.
iii
Kata Pengantar
lhamdulillahirabbil ‘alamin. Segala puji bagi Allah
‘Azza wa Jalla atas segala limpahan rahmat, taufiq dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menerbitkan buku ini.
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan bagi junjungan besar
kita Rasulullah Muhammad SAW, sang pembawa kebenaran, yang
telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang
terang benderang, dengan cahaya Addinul Islam.
Awalnya, tulisan ini merupakan karya ilmiah tesis yang
kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul “Motif
Agama dan Motif Ekonomi : Studi Loyalitas Nasabah Bank
Syariah”. Buku ini mengkaji tentang tujuan atau motif nasabah
menggunakan jasa dan layanan bank syariah. Temuan hasil
penelitian ini menyatakan bahwa ada dua motif nasabah dalam
menggunakan jasa dan layanan bank syariah, yaitu motif agama dan
motif ekonomi. Kedua motif ini (motif agama dan motif ekonomi)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas nasabah bank
syariah. Namun, jika keduanya dibandingkan, pengaruh motif agama
lebih besar dari pada pengaruh motif ekonomi.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rasa keingintahuan penulis
terhadap perkembangan sebuah bank syariah di Kota Bengkulu,
Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang
berkembang sangat pesat dalam jangka waktu 5 tahun saja, padahal
Kota Bengkulu merupakan kota kecil dengan jumlah penduduk
±300ribu jiwa dan berstatus ekonomi menengah ke bawah.
Perkembangan Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu
yang cukup pesat ini menjadi tanda tanya bagi penulis. Bagaimana
bisa sebuah lembaga keuangan perbankan berkembang pesat di kota
kecil yang berekonomi lemah? Berdasarkan hasil penelitian penulis
A
iv
ditemukan fakta bahwa nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Cabang Bengkulu cukup loyal dalam menggunakan jasa dan layanan
perbankan. Loyalitas nasabah ini dipengaruhi oleh tujuan atau motif
nasabah, ada yang bermotif agama dan ada pula yang bermotif
ekonomi. Berdasarkan hasil uji statistik dari kedua motif tersebut,
motif agama yang lebih dominan mempengaruhi loyalitas nasabah
Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu. Hal ini
dikarenakan adanya dorongan atau faktor budaya lokal nasabah
Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang kental
akan nilai-nilai religiusitas. Sehingga terdapat afiliasi antara agama,
budaya, dan pola pikir masyarakat yang berpengaruh terhadap
keputusan dalam menggunakan jasa layanan bank syariah.
Selama penulisan karya ini, penulis telah didukung oleh
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
berjasa dalam penyelesaian karya ini :
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Masykuri Abdillah, selaku
Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Prof. Dr. Didin Saepudin, MA, selaku ketua Program
Doktor, dan Dr. J.M. Muslimin, MA, selaku ketua Program
Magister.
2. Prof.
3. tua tercinta, Papanda Sutan Sarimatua Muslim, MM, M.Pd
Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku pembimbing dan promotor
penulis yang telah memberikan arahan dan kritikan dalam
perbaikan dan penyempurnaan penulisan buku ini.
4. Seluruh Dosen Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, staf akademik, administrasi, perpustakaan yang
dengan segenap hati melayani dan memfasilitasi penulis.
v
5. Kedua orang dan Mamanda Eviyenti Sari yang tidak pernah
lelah memberi motivasi dukungan, dan lantunan doa dalam
setiap sujud mereka. Kedua adikku tersayang, Mufidah
Almuthmainnah Sari dan Imamul Ihsan Muslim serta seluruh
keluarga besar yang telah menjadi penyemangat penulis.
6. Sahabat terbaik sepanjang masa, Sondang Asih Januarti, S.Pd,
yang jauh dimata dekat dihati. Thanks for everything.
7. Para sahabat, yang telah menghiasi hari-hari penulis di
masalah, studi terdahulu yang relevan, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II: Merupakan landasan teori tentang loyalitas,
religiusitas dan perilaku konsumen, yang membahas hubungan
antara religiusitas dan pengaruhnya terhadap motif seseorang,
membahas hubungan antara perilaku konsumen, kebutuhan dan
motif, serta pemaparan tentang konsep loyalitas.
BAB III: Merupakan hasil analisis data tentang motif nasabah
menggunakan produk dan jasa layanan Bank Muamalat Indonesia
Cabang Bengkulu, yang terbagi dalam dua kategori yaitu motif
agama dan motif ekonomi. Pembahasan motif agama mencakup
tentang menghindari larangan riba, konsep keadilan, dan penerapan
nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
BAB IV: Merupakan hasil analisis data loyalitas nasabah
Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu, yang memaparkan
tentang tolak ukur seorang nasabah dapat dikategorikan loyal,
antara lain pengukuran kepuasan nasabah, retensi nasabah,
perpindahan nasabah, dan antusias nasabah.
BAB V : Merupakan bagian akhir atau penutup dari penelitian
ini yang meliputi kesimpulan dan saran.
32 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
33
BAB II
Diskursus Religiusitas,
Perilaku Konsumen dan Loyalitas
ada bab ini akan dipaparkan teori-teori, tolak ukur, dan
parameter tentang religiusitas, perilaku konsumen dan
konsep loyalitas. Pemaparan teori tentang religiusitas dalam
penelitian ini dimaksudkan sebagai landasan dasar munculnya motif
agama seseorang. Penulis melihat adanya indikasi hubungan antara
tingkat religiusitas dengan motif agama seseorang. Dengan tingkat
religiusitas yang tinggi, akan mempengaruhi pola pikir, keputusan
dan tindakan setiap individu. Seseorang yang religius akan memiliki
tujuan dan melakukan tindakan sesuai dengan ketentuan agama
yang dianutnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang erat antara tingkat religiusitas dengan motif agama seseorang.
Sedangkan teori perilaku konsumen dibahas dan dipaparkan pada
bab ini dikarenakan motif ekonomi seseorang didasari karena
perilakunya sebagai seorang konsumen atau pelaku kegiatan
ekonomi, yang dalam teori ekonomi dijelaskan bahwa setiap
individu atau pelaku ekonomi akan berusaha untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dalam menjalankan kegiatan perekonomian.
Konsep tentang loyalitas juga dipaparkan dalam bab ini dikarenakan
sebagai landasan teori dan tolak ukur pengukuran loyalitas nasabah
pada lembaga perbankan syariah.
A. Pengaruh Agama dan Religiusitas terhadap Motif Individu
Kajian tentang religiusitas termasuk dalam bidang ilmu
psikologi, sehingga tujuan dari kajian ini adalah untuk menganalisis
hubungan antara manusia dan perilakunya. Dengan semakin
P
34 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
banyaknya kajian tentang religiusitas, pada akhirnya dibentuklah
cabang ilmu psikologi agama.1 Tujuan dari ilmu psikologi agama
adalah untuk membantu manusia memahami bagaimana cara
berperilaku, berpikir, dan mengedepankan nilai-nilai keagamaan
nya.2 Religiusitas (religiousity) berasal dari kata religius (religious),
religius merupakan kata sifat (adjective) dari religion.3
Beberapa hasil penelitian terdahulu pada bidang keilmuan
sosial menyatakan bahwa agama (religion) merupakan salah satu
variabel penting sebagai identitas diri dan karakteristik seseorang.4
Agama dan manusia adalah dua hal yang saling berhubungan erat,
oleh karena itu manusia dapat dikategorikan sebagai Homo
Religius.5 Agama mengajarkan kepada manusia tentang apa saja
1Steven Eric Krauss, “The Muslim Religiosity Personality Measurment
Inventory (MRPI)’s Religiosity Measurment Model : Toward Filling The Gaps in
Religiosity Research of Muslim”, Pertanika Journal of Social Science and Humanity, Vol.13 No.2 (Serdang : University of Putra Malaysia Press, 2005) : 131.
Lihat juga Jalaludin, Psikologi Agama (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001),
3. 2Robert H.Thouless, Pengantar Psikologi Agama (Jakarta : PT.Raja
Grafindo Persada, 1995), 1. 3Religious menurut kamus oxford adalah 1) adjective of religion, 2) (of a
person) believing in and practicing a religion, yaitu keberagamaan seseorang dalam
menjalankan perintah agamanya. Sedangkan makna Religion menurut kamus
oxford memiliki dua definisi, 1) belief in worship or god or gods, yaitu sebuah
kepercayaan untuk memuja Tuhan atau dewa-dewa. 2) particular system of faith and worship based on such belief, yaitu bagian dari sistem kepercayaan dan
peribadatan yang berdasarkan keyakinan. Oxford Learner’s Pocket Dictionary, Fourth Edition, (Oxford : University Press, 2008), 372.
4Netdet Delener, “Religious Contrasts in Consumer Decision Behaviour
Patternss : Their Dimensions and Marketing Implications”, European Journal of Marketing, Vol.1 No.1 (1994) : 36. Lihat juga Susy Y.R Sanie-Herman, Teori Ekonomi Mikro Agama : Pengaruh Religiusitas Terhadap Perilaku Ekonomi (Banten : CV.Efko Grafika, 2012), 23. Lihat juga Herlina Yustati, Religiusitas dan
Konsumerisme Mahasiswa Muslim : Studi atas Konsumsi Perspektif Ekonomi
Islam, Tesis UIN Syarif Hidayatullah, (Jakarta, 2014), 23. 5Mircea Eliade mendifinisikan tentang ‘homo religius’ dalam ‘The Scared
and The Profane’ yang dikutip oleh Sastrapratedja menyatakan bahwa, homo
DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 35
yang menjadi kewajiban dan kepatuhan. Kepatuhan yang dimaksud
adalah patuh terhadap aturan, petunjuk, perintah, yang diberikan
Allah kepada manusia lewat utusan-utusanNya, dan oleh utusan-
utusanNya tersebut diajarkan kepada umat manusia berupa ilmu
pengetahuan dan contoh keteladanan.6 Agama juga berkaitan
dengan budaya, dan kedua bagian tersebut tidak bisa dipisahkan,
sehingga dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil
keputusan.7 Secara teoritis, tingkat religiusitas seseorang dapat
mempengaruhi sudut pandangan (perception), keputusan
(preference) dan perilakunya (behaviour).8 Religiusitas juga
mempengaruhi perilaku ekonomi seseorang, terutama dalam
mengambil keputusan ekonomi berkaitan dengan pelaksanaan
religius adalah makhluk yang hidup secara alami dalam suatu alam yang agamis,
penuh dengan nilai keagamisan dan cenderung pada keyakinan agamanya serta
ingin mengabdi pada zat yang maha tinggi, yaitu Tuhan pemilik alam semesta.
Pengalaman agamanya akan mempengaruhi, membentuk pola kehidupan sehari-
harinya. Sastrapratedja, Manusia Multidimensional : Sebuah Renungan Filsafah,
(Jakarta : Gramedia, 1987), 38. Lihat juga, Lukman Al-Hakim, Religiusitas dan
Etos Kerja dalam Peningkatan Ekonomi Umat : Studi pada Masyarakat Suku Sasak
di Lombok Nusa Tenggara Barat, Disertasi SPs UIN Syarif Hidayatullah, (Jakarta,
2008), 55. 6Makna ‘agama’ menurut Islam yang dikemukakan oleh Agus Salim dalam
bukunya yang berjudul Tauhid, dalam Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-agama (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1994), 4.
7Mahesh Patel, “Influence of Religion on Shopping Behaviour of
Consumers-An Exploratory Study”, Journal of Economic, Volume 1, Issue No.5
(2009) : 68. Lihat juga Safiek Mokhlis, “The Influence of Religion on Retail
Patronage Behaviour in Malaysia”, Disertation Faculty of Management University
of Stirling Scotland, (United Kingdom, 2006), 15. 8Anas Zarqa, Islamic Economics : an Approach to Human Welfare Ch.2
dalam Aidit Ghazali dan Syed Omar bin Syed Agil (eds), Readings in the Concept and Methodology of Islamic Economics : Translating Islamic Principles in to Socio-Economics Realities (Petaling Jaya-Selangor : Pelanduk Publication, 1996),
28. Lihat dalam Susy Y.R Sanie-Herman, Teori Ekonomi Mikro Agama : Pengaruh Religiusitas Terhadap Perilaku Ekonomi (Banten : CV.Efko Grafika, 2012), 23.
36 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
komitmen beragama.9 Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan
antara tingkat religiusitas dengan tujuan seseorang dalam
melakukan tindakan (motif), tujuan atau motif yang didasari oleh
pertimbangan keagamaan dapat disebut juga dengan motif agama.
Max Weber10
dalam karyanya yang berjudul The Protestant
Ethic and The Spirit of Capitalism menjelaskan bahwa ada
hubungan antara agama dengan tingkah laku manusia (perilaku
ekonomi) yang melatarbelakangi beberapa sekte Protestan tertentu.
Teori ini didasari pada fenomena empiris dimana Weber
menemukan bahwa terdapat korelasi antara afiliasi agama protestan
pada kondisi pra kapitalis, yang melahirkan kapitalis modern yang
disebut dengan semangat kapitalis. Hal ini didasarkan pada
fenomena banyak dijumpainya agen penting (pemimpin
perusahaan), tenaga teknis, dan komersial terlatih yang cenderung
didominasi oleh orang-orang protestan mendorong seseorang untuk
bekerja sungguh-sungguh, karena menurut mereka bekerja bukanlah
semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidup saja, tapi juga
merupakan suatu ‘panggilan’ atau ‘tugas suci’ dari doktrin
keagaman pemeluk Protestan. Bagi Weber hal inilah yang dianggap
berpengaruh besar pada peralihan dari ekonomi tradisional ke arah
ekonomi modern.
9Umer Chapra, The Future of Economic An Islamic Walfare (United
Kingdom : The Islamic Foundation, 2000), 119. 10Max Weber, “Die Protestantische Ethik und der Geist des Kapitalismus”,
Archivfur Sozialwissenchaft und Sozialpolitik,Volume XX-XXI, No.V (1904-
1905). Diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Charles Scribner’s Sons, The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism, (New York : McGraw-Hill, 1986).
Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Yusup Priyasudiarja, Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme (Yogyakarta : Jejak Press, 2007), 48-49.
DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 37
Brian Jzinbauer11
mengutip beberapa definisi agama dari para
ilmuwan, diantaranya pendapat William James (1961)
mendefinisikan agama sebagai perasaan, tindakan, dan pengalaman
seseorang dalam kesendirian, sehingga mereka dapat memahami diri
mereka sendiri dan bertindak sesuai dengan ketentuan Tuhan.
Argyle dan Beit Hallahmi (1975) mengatakan bahwa agama adalah
suatu sistem kepercayaan terhadap kekuatan super, ritual ibadah
yang dilakukan bertujuan untuk memuja kekuasaan tersebut.
Batson, Schoenrade, dan Ventis (1993) menyatakan bahwa agama
sebagai sarana bagi individu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan
dan untuk mengatasi masalah pribadi yang sedang dihadapi, karena
kita sadar bahwa kita dan orang lain seolah-olah akan hidup dalam
waktu yang lama padahal suatu saat nanti kita juga akan mati.
Lai Fatt Sian12
juga mengutip pendapat Andrew Lindridge
yang mengatakan bahwa semua agama mempengaruhi perilaku
konsumen dan keputusan pembelian masing-masing penganutnya,
baik secara langsung ataupun tidak, yang didasarkan pada kerangka
etika beragama yang mengatur cara hidup mereka. Monzer Kahf13
mengutip pendapat Michael Mayer yang mengatakan bahwa agama
merupakan keyakinan dan peraturan mutlak yang mengajarkan
seseorang tentang bagaimana cara berperilaku terhadap Tuhan,
orang lain, dan maupun dirinya sendiri. Religiusitas bagi seorang
Muslim merupakan keyakinan beragama yang berlandaskan nilai-
11Brian J.Zinnbauer, and others, “The Emerging Meanings of Religiousness
and Spirituality : Problems and Prospects”, Journal of Personality, Vol.1(1999) :
893. 12Lai Fatt Sian, “An Investigation in to the Impact of Income, Culture and
Religion on Consumption Behaviour : A Comparative Study of the Malay and the
Chinese Consumers in Malaysia”, Disertation Philosophy in Management Studies,
University of Exeter, (United Kingdom, 2009), 22. 13Mozer Kahf, The Islamic Economics : Analytical study of the Functioning
of the Islamic Economic System (Plainfield, Indiana : The Muslim Students
Association of the Uniterd and Canada, 1979), 3.
38 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
nilai ketauhidan dan keyakinan tersebut diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.14
Mahesh Patel mengutip pendapat dari Johnson, Jang, Larson
dan Lee (2001) yang menyatakan bahwa makna dari religiusitas
adalah sebuah tolak ukur batas komitmen beragama seseorang yang
mengakui agamanya, melaksanakan setiap ajaran agamanya,
maupun menjauhi hal-hal yang dilarang agamanya, hingga tercermin
dalam sikap dan perilaku kehidupan orang tersebut.15
Fuad Nashori
dan Rachmy Diana Mucharam mengutip rumusan religiusitas yang
dinyatakan oleh Glock and Stark yaitu religiusitas sebagai
komitmen yang berhubungan dengan agama atau keimanan, dan
dapat tercermin melalui perilaku individu yang menganutnya. Hal
ini berarti, religiusitas dapat mengukur seberapa jauh pengetahuan,
seberapa kokoh keyakinan, seberapa banyak pelaksanaan ibadah,
seberapa besar pengamalan kaidah, dan seberapa dalam penghayatan
seseorang terhadap agama yang dianutnya.16
Ada beberapa tolak ukur yang dapat digunakan untuk melihat
tingkat religiusitas seseorang, meskipun belum ada tolak ukur
tunggal (uni-dimensional) yang pasti, namun para ilmuwan setuju
bahwa pengukuran religiusitas dapat dilakukan secara kuantitatif17
14Steven Eric Krauss, “The Muslim Religiosity Personality Measurment
Inventory (MRPI)’s Religiosity Measurment Model : Toward Filling The Gaps in
Religiosity Research of Muslim”, Pertanika Journal of Social Science and Humanity, Vol.13 No.2 (Serdang : University of Putra Malaysia Press, 2005) : 174.
15Mahesh Patel, “Influence of Religion on Shopping Behaviour of
Consumers An Exploratory Study” Journal of Economic, Volume 1 Issue No.5,
(2009) : 72. 16Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan
Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam (Yogyakarta : Menara Kudus, 2002),
71. 17Morton B.King and Richard A.Hunt, “Measuring the Religious Variable :
Replication“, Journal for the Scientific Study of Religion Vol.11 No.3 (Sep 1972) :
240. Lihat juga Morton King, “Measuring the Religious Variable : Nine Proposed
Dimensions”, Journal for the Scientific of Religion Vol.6 No.2 (1967) : 173.
DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 39
dengan menggunakan pendekatan multi-dimensional yang dalam
setiap komponennya harus dipelajari secara individual.18
Jumlah dan
jenis komponen dimensi religiusitas dapat bervariasi, disesuaikan
dengan tujuan, kegunaan, sifat dan konteks yang akan diteliti.19
Tolak ukur tingkat religiusitas menurut Glock dan Stark20
dibagi menjadi lima dimensi, antara lain :
1. Idiologi atau keyakinan, yang menunjukkan seberapa besar
tingkat keyakinan seseorang terhadap agama yang dianutnya
dan seberapa taat dalam menjalankan ajaran agamanya.
2. Praktik keagamaan, untuk melihat rutinitas pelaksanaan
ibadah yang diperintahkan ajaran agamanya.
3. Pengalaman keagamaan, yaitu pengalaman yang berkaitan
dengan kejadian, perasaan, persepsi, dan sensasi, yang
membuktikan bahwa Tuhan itu ada dan selalu mengawasi
kita.
4. Pengetahuan Agama, seberapa besar pengetahuan seseorang
terhadap agama yang dianutnya, seperti prinsip-prinsip dasar
agama, apa saja perintah dan larangan agama, macam-macam
ritual ibadah, pedoman kitab suci.
5. Konsekuensi, yaitu bagaimana pengamalan nilai-nilai agama
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dampak dari agama
tersebut tercermin pada dirinya.
18Brian J.O’Connell, “Dimensions of Religiosity among Catholics”, Review
of Religious Research Vol.16 No.3 (Spring, 1975) : 198. Lihat Juga Safiek Mokhlis,
“Relevancy and Measurement of Religiosity in Consumer Behavior Research”,
International Business Research Vol.2 No.3, (2009) : 8. 19Safiek Mokhlis, “Relevancy and Measurement of Religiosity in Consumer
Behavior Research” International Business Research Vol.2 No.3, (2009) : 77. 20Charles Y.Glock and Rodney Stark, Religion and Society in Tension,
(Chicago : Rand McNally, 1965), 19-21.
40 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Tiliouine dan Belgoumidi, membuat pengukuran religiusitas
Islam yang lebih komprehensif, antara lain dimensi idiologi atau
keyakinan beragama dan praktik keagamaan (sama seperti teori-
teori religiusitas umum) serta menambahkan dua dimensi lainnya
yaitu altruism dan enrichment, teori ini dinamakan CMIR
(Comprehensive Measure of Islamic Religiosity).21
Rincian dari
teori ini antara lain :22
1. Keyakinan beragama (believe) yang berkaitan dengan nilai-
nilai aqidah, keimanan, ketauhidan, hari kiamat, surga,
neraka, dll.
2. Praktik agama (practice), yang berhubungan dengan sholat,
zakat, puasa, menutup aurat, dan lainnya.
3. Altruism agama, yang berkaitan dengan aspek relasional,
seperti patuh kepada orang tua, kerabat, tetangga, maupun
orang lain.
4. Enrichment agama, yaitu memperkaya pengetahuan agama
seperti kegiatan yang pertemuaan keagamaan, pengajian
kitab-kitab, mempelajari buku-buku tentang agama, dll.
Hamdani23
membuat tolak ukur tingkat religiusitas
berdasarkan konsep al-Quran tentang kategorisasi manusia, yang
21Muhammad Syukri Salleh, “Religiosity in Development : Theoretical
Construct of an Islamic Based Development” International Journal of Humanities and Social Science Vol.2 No.14 (Special Issue-July 2012) : 269.
22Habib Tiliouine and Abbes Belgoumidi, “An Exploratory Study of
Religiosity : Meaning in Life and Subjective Wellbeing in Moeslem Students from
Algeria”, The International Society for Quality of Life Studies (ISQOLS) (Springer
2009) : 115. 23Syed Nizar Hussaini Hamdani, “Religious Orientation as a Factor in Time
Allocation : Evidence from Cross-Section Pakistani Data“, Ph.D.Disertation,
Quiad-i-Azzam University Islamabad, (Pakistan, 2000), 62. Lihat dalam Susy Y.R
Sanie-Herman, Teori Ekonomi Mikro Agama : Pengaruh Religiusitas Terhadap Perilaku Ekonomi (Banten : CV.Efko Grafika, 2012), 44.
DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 41
berkaitan dengan keimanan dan sifat-sifat manusia. Hamdani
mengelompokkan orang-orang beriman (Muslim) dalam tiga
tingkatan religiusitas sebagai berikut :
1. Muslim yang sangat religius, yaitu seorang muslim yang
memiliki sifat-sifat positif, seperti berperilaku santun
terhadap sesama manusia, rajin menjalankan ibadah, jujur
dalam bekerja, bertanggung jawab dan dapat dipercaya
(amanah). Muslim kategori ini dalam al-Quran disebut
sebagai orang-orang yang bertaqwa, mukmin, saleh.
2. Muslim yang religiusitasnya moderat, yaitu seseorang yang
menerima, mengakui, dan bertindak sesuai ajaran Islam,
mematuhi perintah-perintah agama dan menjauhi apa-apa
yang dilarang, namun juga terkadang tidak patuh pada
sebagian ajaran Islam lainnya dan tidak terlalu sensitif
terhadap aturan-aturan Islam. Seperti tidak terlalu
mempedulikan hal-hal yang wajib, sunnah, mubah, atau
syubhat. Muslim kategori ini cenderung mematuhi ajaran
Islam seperti kebanyakan orang menjalankannya, jadi hanya
meniru apa yang dianggapnya baik oleh lingkungan
sekitarnya, tanpa mencari tahu lebih dalam tentang kebenaran
yang sesungguhnya dari amal perbuatannya tersebut, dalam
al-Quran orang-orang Muslim kategori ini disebut sebagai
orang yang beriman dan orang-orang yang mengakui
kebenaran.
3. Muslim yang kurang religius, yaitu orang-orang yang
mengaku beragama Islam, kadang kala menjalankan ritual ke-
Islaman, tapi juga sering melanggar syariat Islam. Al-Quran
menyebut orang-orang ini sebagai orang yang fa>siq, fa>jr,
mufsidi>n dan z}a>lim.
Di luar pengkategorian tersebut di atas, masih ada dua
kategori lain, yaitu : 1) kelompok orang-orang yang munafik, dan 2)
42 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
orang-orang yang tidak beriman atau bukan muslim, kafir dan
musyrik. Orang-orang munafik digambarkan dalam Al-Quran adalah
orang yang mengaku Islam pada satu saat tetapi saat lain ia
memperolok-olok atau bahkan menentang ajaran Islam.24
B. Hubungan Motif, Motivasi, Kebutuhan dan Perilaku
Konsumen
Teori ilmu ekonomi mengatakan bahwa manusia adalah
makhluk ekonomi yang selalu berusaha memenuhi kebutuhan
hidupnya dan bertindak secara rasional.25
Memenuhi kebutuhan
hidup merupakan hakikat manusia dan wajib dilakukan.26
Dalam
ilmu ekonomi konvensional, kebutuhan didefinisikan sebagai
keinginan untuk memperoleh suatu barang maupun jasa yang dapat
memfasilitasi, memenuhi, maupun memuaskan diri individu.27
Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu.
Kebutuhan setiap individu berbeda-beda. Beberapa kebutuhan
bersifat fisiologis (physiological or biogenic needs), kebutuhan
tersebut muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus, dan lelah.
Kebutuhan yang lain bersifat psikogenis (psychogenic needs),
24QS.At-Taubah : (67) “Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. satu
dengan yang lainnya adalah sama, mereka menyuruh (berbuat) yang munkar dan
melarang (perbuatan) yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir).
Mereka telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka (pula).
Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik”. (68) “Allah
(mengancam) orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir
dengan neraka Jahannam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah (neraka) itu bagi
mereka, dan Allah melaknati mereka, dan mereka mendapat azab yang kekal”.
Lihat juga Susy Y.R Sanie-Herman, Teori Ekonomi Mikro Agama : Pengaruh Religiusitas Terhadap Perilaku Ekonomi (Banten : CV.Efko Grafika, 2012), 44-45.
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 27. 35Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran, Edisi Kedua (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), 23. 36L.G.Schiffman and L.L.Kanuk, Consumer Behavior 7th Edition, (New
Jersey : Prentice Hall, 2000), 7. 37M.R.Solomon, Customer Behavior : Buying, Having, and Being, 9th
Edition, (New York : McGraw-Hill, 2010), 56.
DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 45
akan mendorong konsumen untuk menurunkan dan mengurangi
tingkat kebutuhan. Mowen dan Minor38
, “Motivation refers to an
activated state within a person that leads to goal directed behaviour.
It consists of the drives, urges, wishes, or desires that initiate the
sequence of events leading to a behaviour.” Motivasi mengacu pada
keadaan diri seseorang yang mengarah pada tindakan yang memiliki
tujuan. Hal ini berasal dari dorongan, desakan, keinginan, atau
hasrat yang merupakan permulaan rangkaian kejadian yang
mengarah pada tindakan/perilaku seseorang.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen.
Kebutuhan itu sendiri merupakan suatu motif yang muncul karena
konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara
yang seharusnya dirasakan dengan yang sesungguhnya dirasakan.
Kebutuhan yang dirasakan tersebut mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan memenuhi kebutuhannya, inilah yang disebut
sebagai motivasi.39
Beberapa teori tentang motivasi dan
hubungannya dengan kebutuhan antara lain, menurut Sigmund
Freud menyatakan bahwa seseorang tidak bisa sepenuhnya
memahami motivasi apa saja yang dapat mendorong perilaku
dirinya secara pasti. Sebaliknya, Abraham Maslow menyatakan
bahwa motivasi seseorang dipengaruhi oleh kebutuhannya.
Sedangkan Frederick Herzberg menjelaskan bahwa, dalam perilaku
konsumen terdapat dua faktor motivasi yaitu faktor dissatisfiers
(faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan) dan faktor
satisfiers (faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan).40
38John.C Mowen dan Michael Minor. Consumer Behavior 5th Edition (New
Jersey : Prentice Hall, 1998), 160. 39Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran, Edisi Kedua, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), 23. 40Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Marketing Management, 12th
Edition (New Jersey : Pearson Education, Inc, Prentice Hall, Upper Saddle River,
46 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Menurut Jeffrey, et al (1996), proses motivasi terjadi karena
adanya kebutuhan, keinginan maupun harapan yang tidak terpenuhi
yang menyebabkan timbulnya ketegangan. Pada tingkat tertentu
ketegangan ini akan berubah menjadi hasrat yang mendorong
individu melakukan suatu tindakan (perilaku) untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginannya tersebut. Di dalam melakukan perilaku
inilah sangat memungkinkan terjadi perbedaan antara konsumen
yang satu dengan konsumen yang lain, meskipun sebenarnya mereka
memiliki kebutuhan dan keinginan yang sama. Setelah sebagian
atau seluruh kebutuhan terpenuhi, maka akan terjadilah penurunan
ketegangan. Menurunnya ketegangan ini bukan berarti sudah tidak
ada kebutuhan dan keinginan lagi. Kebutuhan dan keinginan yang
berbeda akan muncul dan menuntut untuk dipenuhi. Inilah dinamika
motif dan motivasi yang tidak pernah berhenti selama manusia
hidup.41
Motivasi konsumen akan berubah dan berkembang sejalan
dengan berkembangnya pengalaman dan proses pembelajaran yang
berlangsung. Kebutuhan akan mulai berkembang seiring dengan
perkembangan yang terjadi dilingkungan masyarakat. Konsumen
akan berinteraksi dengan konsumen lain dan dari interaksi itu
konsumen akan mendapatkan informasi-informasi penting berkaitan
dengan cara-cara untuk memenuhi kebutuhan. Konsumen juga
belajar dari media yang ada disekitarnya serta belajar dari
lingkungannya. Dari hal tersebut pengetahuannya akan meningkat
dan keinginan-keinginan pun akan berkembang.42
2006). Diterjemahkan oleh Benyamin Molan, Manajemen Pemasaran, Edisi Ke-12
Jilid 1, Cetakan IV (Indonesia : PT Macanan Jaya Cemerlang, 2009), 226-228. 41F.Digree Jeffrey, et al, “Observation : Translating Values in to Product
Wants”, Journal of Advertising Research, Vol.36 No.6 (1998) : 93-103. 42Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran,
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 27.
DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 47
Pada umumnya motif atau kebutuhan manusia memiliki sifat-
sifat sebagai berikut, antara lain :
1. Kebanyakan kebutuhan manusia tidak pernah terpuaskan
sepenuhnya. Misalnya seorang konsumen setelah kebutuhan
transportasinya terpenuhi dengan membeli mobil Avanza,
tahun depan timbul keinginannya untuk mengganti mobilnya
dengan mobil Innova, yang dinilainya lebih tepat untuk
menunjukkan gaya hidup dan kelas sosial ekonominya yang
akan datang.
2. Kebutuhan baru muncul setelah kebutuhan lama terpenuhi.
Setelah kebutuhan saran transportasi terpenuhi dengan mobil
Avanza, timbul keinginan untuk mengganti dengan mobil
yang lebih mahal, Innova. Hal ini memperlihatkan bahwa jika
suatu kebutuhan terpenuhi maka timbul kebutuhan baru yang
berbeda, yang lebih tinggi dan dinilai lebih cocok dengan
kondisi ekonominya.
3. Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan
mempengaruhi tujuan berikutnya. Apabila konsumen gagal
dalam mencapai tujuan sebelumnya, maka konsumen pada
umumnya akan menentukan tujuan yang mungkin lebih
rendah atau tujuan pengganti yang memungkinkan untuk
dapat dicapainya. Sebaliknya, konsumen yang telah berhasil
mencapai suatu tujuan yang diinginkan, akan meningkatkan
tujuan berikutnya yang lebih tinggi dari yang sebelumnya.
Contohnya, seseorang yang gagal membeli Android keluaran
terbaru, akan berusaha membeli Android keluaran lama yang
harganya lebih murah, namun fungsinya hampir sama.43
4. Motif bersifat majemuk. Sangat jarang tindakan seorang
konsumen hanya didasari pada satu motif, tetapi umumnya
43Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 30.
48 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
didorong oleh beberapa motif sekaligus. Contohnya,
seseorang yang mempunyai mobil BMW selain bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan, kenyamanan, dan keamanannya
dalam berkendara, juga untuk mendapatkan prestise dari
orang lain.44
Ada dua macam pembagian motif, yaitu motif primer dan
motif sekunder. Kedua motif ini menekankan faktor-faktor
psikologis dan faktor-faktor sosial, atau dengan istilah lain faktor-
faktor yang timbul dari dalam individu (faktor personal) dan faktor-
faktor yang berpengaruh yang datang dari luar individu (faktor
environmental). Faktor personal berperan penting dalam
menentukan interaksi sosial yang membentuk perilaku individu.
Faktor-faktor personallah yang menentukan perilaku manusia.
Menurut Edward E.Sampson, terdapat perspektif yang berpusat
pada situasi.45
Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia,
bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Menurut
Watson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah
diprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Telah diakui secara
luas adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan manusia dan
bukan pengaruh lingkungan atau situasi. Diakui pula adanya faktor-
faktor biologis yang mendorong perilaku manusia, yang lazim
disebut sebagai motif biologis. Yang paling penting dari motif
44Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran,
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 31. Lihat juga Aaron Quin Sartain, Psychology : Understanding Human Behaviour, Third Edition, McGraw Hill Book Company,
(Tokyo : Kogakusho Company, 1961), 56. 45David C.Edward, General Psychology, (London : The McMillan
Company, Collier McMillan Ltd, 1968), 145. Lihat juga Nina W.Syam, Psikologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2011), 42.
DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 49
biologis adalah kebutuhan makan, minum, istirahat, seksual,
berlindung dari bahaya.46
Berbagai klasifikasi motif sosiogenesis menurut para ahli,
dapat diuraikan sebagai berikut :47
1. W.I Thomas dan Florian Znaniecki :
a. Kebutuhan memperoleh pengalaman baru
b. Kebutuhan untuk mendapatkan respon
c. Kebutuhan akan pengakuan
d. Kebutuhan akan rasa aman
2. David McClelland : 48
a. Kebutuhan berprestasi (need for achievement)
b. Kebutuhan akan kasih sayang (need for affiliation)
c. Kebutuhan akan kekuasaan (need for power)
3. Abraham Maslow : 49
a. Kebutuhan biologis (physiological needs)
b. Kebutuhan rasa aman (safety / security needs)
c. Kebutuhan sosial (social / affilation needs)
d. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs)
e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs)
4. Melvin H.Marx :
46J.B,Watson, Psychology Care of Infant and Child (New York : Norton
Company, 1993), 76. 47Nina W.Syam, Psikologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi (Bandung :
terbanyak ke-2 yaitu 26%. Berikutnya responden berpenghasilan
1.000.000 – 2.000.000 berjumlah 18%. Responden berpenghasilan
6.000.001 – 8.000.000 sebesar 14% dan terakhir nasabah yang
berpenghasilan 8.000.001 – 10.000.000 hanya sebanyak 0,67%.12
Dari data yang penulis peroleh, responden yang berpenghasilan
11Hasil analisis dari pengamatan penulis terhadap nasabah Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang menjadi responden dalam penelitian ini,
didukung juga oleh data hasil wawancara penulis dengan beberapa nasabah yang
sudah manula pada tanggal 18-26 Agustus 2014. 12Hasil perolehan data kuesioner penelitian penulis pada nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Agustus 2014. Ditambah
dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari -
Februari 2015.
76 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
2.000.001 s/d 4.000.000 mayoritas bekerja sebagai karyawan swasta
maupun pegawai negeri. Sedangkan nasabah yang tidak diketahui
pendapatannya sebanyak 8%. Nasabah yang tidak diketahui
pendapatannya ini kebanyakan nasabah yang berstatus sebagai
mahasiswa yang memang belum memiliki pekerjaan atau ibu rumah
tangga yang tidak dapat dipastikan berapa pendapatan bulanan yang
diberikan oleh suaminya, atau mungkin nasabah juga yang tidak
mau diketahui berapa pendapatan bulanannya, karena beranggapan
bahwa pendapatan bulanan merupakan privasi seseorang yang tidak
seharusnya diketahui orang lain.13
4. Pekerjaan
Tabel 3.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Responden Jumlah (Orang) Persentase
Mahasiswa 18 orang 6 %
Pegawai Negeri Sipil (PNS) 66 orang 22 %
Pedagang 39 orang 13 %
Pegawai Swasta 48 orang 16 %
Guru/Dosen 63 orang 21 %
Pengusaha/Wirausaha 30 orang 10 %
Pensiunan 12 orang 4 %
Ibu Rumah Tangga 21 orang 7 %
Pengacara 2 orang 0,67 %
Dokter 1 orang 0,33 %
13Hasil analisis dari pengamatan penulis terhadap nasabah Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang menjadi responden dalam penelitian ini,
didukung juga oleh data hasil wawancara penulis dengan beberapa nasabah yang
sudah manula pada tanggal 18-26 Agustus 2014.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 77
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, nasabah BMI
cabang Bengkulu yang menjadi responden penelitian penulis
memiliki pekerjaan yang beragam. Responden yang bekerja sebagai
Pegawai Negeri Sipil (PNS) memperoleh presentase terbesar yaitu
22%. Persentase terbanyak ke-2 diperoleh oleh nasabah responden
yang bekerja sebagai guru/dosen sebesar 21%. Persentase terbesar
ketiga ditempati responden yang bekerja sebagai pegawai swasta
sebanyak 16%. Kemudian responden yang bekerja sebagai pedagang
13%, wirausahawan sebanyak 10%, ibu rumah tangga 7%,
mahasiswa 6%, pensiunan 4%, serta profesi pengacara 0,67% dan
dokter 0,33%.14
Hasil data penelitian yang penulis peroleh di
lapangan menunjukkan bahwa mayoritas nasabah responden di BMI
cabang Bengkulu berprofesi sebagai PNS dan pengajar (guru dan
dosen).
5. Suku
Tabel 3.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Suku
Asal Suku Jumlah (Orang) Persentase
Minang 96 orang 32 %
Batak 45 orang 15 %
Lembak 39 orang 13 %
Rejang 51 orang 17 %
Jawa 30 orang 10 %
Sunda 12 orang 4 %
Palembang 21 orang 7 %
Madura 6 orang 2 %
14Hasil perolehan data kuesioner penelitian penulis pada nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang dilaksanakan pada bulan
Agustus 2014. Ditambah dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis
pada bulan Januari - Februari 2015.
78 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Pada tabel data di atas, responden yang berasal dari suku
Minang paling dominan dibanding suku-suku lainnya yaitu sebanyak
32%. Responden terbanyak berikutnya berasal dari suku Rejang
(salah satu suku asli Bengkulu, Kabupaten Kepahiang) sebesar 17%.
Lalu suku Batak sebesar 15%. Suku Lembak (suku asli Kota
Bengkulu) sebesar 13%. Suku Jawa 10%, suku Palembang 7%, suku
Sunda sebesar 4%, dan responden yang paling sedikit berasal dari
suku Madura sebesar 2%.15
Dari hasil perolehan data penelitian
lapangan penulis, dapat diketahui pula bahwa keberadaan suku
Minang lebih dominan dari pada suku Lembak atau Rejang yang
merupakan suku asli provinsi Bengkulu, hal ini dikarenakan kota
Bengkulu merupakan daerah yang masyarakatnya majemuk. Banyak
suku-suku dari luar provinsi Bengkulu yang berdatangan dan
berdomisili di Bengkulu, bahkan menetap berpuluh-puluh tahun dan
memiliki keturunan (anak, cucu, cicit).16
6. Jenjang Pendidikan
Tabel 3.6
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Pendidikan Responden Jumlah (Orang) Persentase
SMP 21 orang 7 %
SMA 60 orang 20 %
Diploma 57 orang 19 %
S1 108 orang 36 %
15Hasil perolehan data kuesioner penelitian penulis pada nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang dilaksanakan pada bulan
Agustus 2014. Ditambah dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis
pada bulan Januari - Februari 2015. 16Hasil analisis dari pengamatan penulis terhadap nasabah Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang menjadi responden dalam penelitian ini,
didukung juga oleh data hasil wawancara penulis dengan beberapa nasabah yang
sudah manula pada tanggal 18-26 Agustus 2014.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 79
S2 48 orang 16 %
S3 6 orang 2 %
Dari data di atas dapat diketahui bahwa responden yang
paling banyak adalah nasabah yang berlatar belakang pendidikan S1
sebanyak 36%. Persentase terbanyak berikutnya responden
berpendidikan SMA sebesar 20%. Berikutnya nasabah berbasis
pendidikan Diploma sebesar 19%. Nasabah yang berjenjang
pendidikan S2 sebanyak 16%, berpendidikan SMP sebanyak 7%,
dan terakhir berlatar pendidikan S3 sebanyak 2%.17
Ini menunjukkan
bahwa nasabah Bank Muamalat Indonesia cabang Bengkulu
mayoritas berpendidikan atau berasal dari kalangan terpelajar. Hal
tersebut juga diperkuat dengan banyaknya nasabah yang berbasis
Diploma, S2, bahkan jenjang pendidikan S3.
7. Lamanya Responden Menabung di BMI cabang Bengkulu
Tabel 3.7
Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Menabung
Masa Menabung Jumlah (Orang) Persentase
1 – 2 tahun 75 orang 25 %
3 – 4 tahun 141 orang 47 %
5 – 6 tahun 42 orang 14 %
7 – 8 tahun 30 orang 10 %
9 – 10 tahun 12 orang 4 %
Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa nasabah
yang paling banyak di BMI cabang Bengkulu adalah nasabah yang
17Hasil perolehan data kuesioner penelitian penulis pada nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang dilaksanakan pada bulan
Agustus 2014. Ditambah dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis
pada bulan Januari - Februari 2015.
80 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
masa menabungnya selama 3 – 4 tahun yaitu sebesar 47%. Nasabah
responden terbanyak kedua adalah nasabah dengan masa menabung
selama 1 – 2 tahun sebanyak 25%. Responden terbanyak ketiga
adalah Berikutnya nasabah dengan masa menabung selama 5 – 6
tahun sebanyak 14%. Lalu nasabah dengan masa menabung selama
7 – 8 tahun sebanyak 10% dan terakhir nasabah dengan masa
menabung 9 – 10 tahun sebanyak 4%.18
8. Status
Tabel 3.8
Karakteristik Responden Berdasarkan Status
Status Responden Jumlah (Orang) Persentase
Belum Menikah 96 orang 32 %
Menikah 141 orang 47 %
Janda/Duda 9 orang 3 %
Tidak diketahui 54 orang 18 %
Dari data di atas dapat diketahui bahwa nasabah responden
BMI cabang Bengkulu yang paling banyak berstatus menikah
sebesar 49%. Nasabah yang belum menikah sebesar 32%, nasabah
yang berstatus janda/duda sebanyak 3%, dan sebesar 16% nasabah
responden BMI cabang Bengkulu tidak diketahui statusnya.19
Menurut penulis, hal ini kemungkinan dikarenakan sebagian
nasabah BMI cabang Bengkulu beranggapan bahwa status
18Hasil perolehan data kuesioner penelitian penulis pada nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang dilaksanakan pada bulan
Agustus 2014. Ditambah dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis
pada bulan Januari - Februari 2015. 19Hasil perolehan data kuesioner penelitian penulis pada nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang dilaksanakan pada bulan
Agustus 2014. Ditambah dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis
pada bulan Januari - Februari 2015.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 81
merupakan hal privasi, sehingga sebagian dari mereka tidak ingin
diketahui statusnya.
B. Profil Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu
Berdirinya Bank Muamalat Indonesia, sebagai bank syariah
pertama yang murni syariah pada tanggal 24 Rabius Tsani 1412H
bertepatan pada tanggal 1 November 1991 dan mulai beroperasi
pada tanggal 27 Syawal 1412H / 1 Mei 1992 merupakan hasil dari
kerja keras tim kelompok kerja pendirian perbankan syariah
Indonesia, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah
Indonesia, dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha
muslim di Indonesia.20
Sejalan dengan otonomi daerah, lembaga perbankan
konvensional maupun syariah turut serta dalam melakukan upaya
pemberdayaan daerah. Salah satu daerah yang diprogramkan
PT.Bank Muamalat Indonesia adalah Bengkulu. PT Bank Muamalat
Indonesia juga turut berperan dalam hal pendanaan untuk kemajuan
potensial alam provinsi Bengkulu. Sehingga, pada tanggal 18
September 2003 dibukalah PT Bank Muamalat Indonesia (BMI)
cabang Bengkulu yang berkantor di Jl.S.Parman No.62D Padang
Jati, Kota Bengkulu.21
Pada saat awal beroperasi diutuslah dua orang dari Bank
Muamalat Indonesia (BMI) pusat untuk menjalankan sistem
operasional di Bank Muamalat Indonesia cabang Bengkulu. Kedua
orang tersebut diberi tugas dan wewenang yang berbeda. Orang
pertama berwenang sebagai pimpinan cabang (Branch Manager)
20Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta :
Ekonisia, 2004), 31. 21Hasil data penelitian lapangan penulis, berupa file-file dan dokumentasi
yang penulis peroleh dari officer operasional Bank Muamalat Indonesia (BMI)
cabang Bengkulu, Bapak Muhammad Herlan, pada tanggal 22 Agustus 2014.
82 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
sekaligus menjabat sebagai manajer operasional (Operational
Manager). Orang kedua berperan sebagai manajer keuangan
(Account Manager) dan merangkap sebagai kepala sistem
operasional perusahaan (Officer Operational).22
Bank Muamalat Indonesia cabang Bengkulu telah mengalami
empat kali pergantian kepala cabang. Kepala cabang yang pertama
dipimpin oleh Bapak Okki Sukardian yang menjabat pada tahun
2003 sampai tahun 2006. Pada tahun 2006 sampai tahun 2007
kepala cabang BMI cabang Bengkulu dijabat oleh Bapak Imrad
Amra. Kepala cabang berikutnya sekaligus merangkap sebagai
operational manager dijabat oleh Bapak Dendy Prasetya dengan
masa jabatan dari tahun 2007 sampai Juni 2011. Kepala cabang BMI
cabang Bengkulu berikutnya dijabat oleh Bapak Edi Santoso, yang
memulai masa jabatannya sejak Mei 2013 sampai dengan Januari
2015. Kepala cabang BMI cabang Bengkulu saat ini dijabat oleh
Bapak Gadjah Nonto yang memulai masa jabatannya dari Februari
20015.23
Berdasarkan Surat keputusan dewan direksi PT Bank
Muamalat Indonesia yang menenetapkan bahwa, PT Bank
Muamalat Indonesia cabang Bengkulu sebagai cabang tipe ”A”
(Aliansi). Kantor cabang aliansi atau diistilahkan dengan kantor
cabang ”A”, lebih menekankan kepada kerjasama antar lembaga
keuangan mikro syariah seperti koperasi, BPRS, dan lain-lain.
Adapun bentuk lainnya adalah kantor cabang tipe ”B” (Busnees)
yang lebih menekankan kepada kerjasama usaha menengah ke atas
dengan tujuan untuk menghasilkan laba (profit). Dan kantor cabang
22Hasil wawancara penulis dengan bagian HRD Bank Muamalat Indonesia
(BMI) cabang Bengkulu, Ibu Ida Noor Anggraeni, pada tanggal 18 Agustus 2014. 23Wawancara penulis dengan Kepala HDR Bank Muamalat Indonesia
(BMI) cabang Bengkulu, Ida Noor Anggraeni pada bulan Agustus 2014, dan hasil
wawancara penulis dengan Manager Front Office Ibu Fitria Asti pada tanggal 14
Februari 2015.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 83
tipe ”C” (Coorporate) yang lebih mengarah pada bentuk kerjasama
antara perusahaan-perusahaan besar dalam lingkup yang sangat luas
untuk memperoleh keuntungan yang besar pula.24
Setiap perusahaan mempunyai kebijakan visi dan misi
tertentu sebagai penunjang kegiatan operasional. Visi merupakan
sasaran tujuan opeerasional perusahaan dan misi merupakan cara
pencapaian tujuan tersebut. Visi Bank Muamalat Indonesia (BMI)
yaitu, menjadi bank syariah utama di Indonesia, yang dominan di
pasar spiritual, dan dikagumi di pasar rasional. Dan misi Bank
Muamalat Indonesia (BMI), yaitu menjadi Role Model lembaga
keuangan syariah dunia dengan penekanan pada semangat
kewirausahaan, keunggulan manajemen, orientasi investasi yang
inovatif untuk memaksimumkan nilai stakeholder.25
Konsep manajemen yang diterapkan Bank Muamalat
Indonesia sangat unik dan memiliki ciri khas tersendiri, yang
dinamakan dengan sistem The Celestial Management. The Celestial
Management26 diterapkan bertujuan untuk menjadikan perusahaan
sebagai sebuah spririt dalam bermuamalah yang dapat
meningkatkan kualitas sumber daya insani. Paradigmanya adalah
bahwa hidup dan kehidupan merupakan bagian dari pengabdian
kepada Allah yang maha kuasa. Dalam The Celestial Management
terkandung nilai-nilai moral perusahaan yang dilihat dari beberapa
aspek, antara lain aspek spritual, sosial, dan ekonomi. Kandungan
24Hasil Laporan Magang Perbankan Syariah penulis di Bank Muamalat
Indonesia (BMI) cabang Bengkulu pada bulan Juni 2009. 25Jurnal Bank Muamalat Indonesia (BMI), tahun 2009. Lihat juga di
www.bankmuamalat.co.id/tentang/visi-misi. 26The Celestial Management merupakan sebuah konsep spiritual
management yang menjadi budaya organisasi Bank Muamalat Indonesia. Konsep
ini merupakan ssebuah upaya untuk mentransformasikan ajaran agam Islam yang
bersumber dari Alquran dan Assunnah berkenaan dengan bisnis ke dalam budaya
organisasi. Lihat A.Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen Syariah : Teori dan Praktik The Celestial Management (Jakarta : Penerbit Salemba
Empat, 2010), 69.
84 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
nilai-nilai tersebut diklasifikasikan dalam konsep sebagai berikut,
antara lain :
1. Sebagai tempat beribadah, Bank Muamalat Indonesia
menanamkan nilai-nilai ZIKR, yang merupakan cerminan
dari: 27
a. Zero Based, yaitu setiap sumber daya insani perusahaan harus
berani melihat perkembangan perusahaan dari sudut pandang
yang bersih dan jernih, serta terbebas dari bayang-bayang
pengalaman masa lalu. Tantangan perusahaan untuk maju dan
berkembang dimasa depan tidak akan sama, bahkan hampir
pasti berbeda setiap harinya.
b. Iman, yaitu setiap kebijakan dan keputusan telah diambil dan
disetujui oleh perusahaan, maka haruslah diyakini dengan
sepenuh hati. Agar apapun yang dikerjakan terasa ikhlas dan
mendapat nilai ibadah dimata Allah Swt. Karena tujuan
utama seorang Muslim dalam bekerja adalah untuk mencari
ridho Allah Swt semata.
c. Konsisten, yaitu sebuah komitmen yang dipegang teguh oleh
seluruh elemen, baik top manager, maupun karyawan biasa
terhadap ketetapan yang sudah diyakini agar tidak keluar dari
keputusan awal (istiqamah).
d. Result Oriented, yaitu tidak memaksakan dan mengutamakan
pendapat sendiri. Memberikan peluang dan kebebasan kepada
karyawan untuk berkarya, yang penting bagaimana usaha
pencapaian sasaran yang dituju.
2. Sebagai tempat untuk memperoleh kesejahteraan, Bank
Muamalat Indonesia menanamkan nilai-nilai PIKR, yang
tercermin dari : 28
27A.Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen Syariah :
Teori dan Praktik The Celestial Management (Jakarta : Penerbit Salemba Empat,
2010), 96-97.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 85
a. Power Sharing, yaitu kebebasan karyawan dalam
mengggunakan kekuatan dan potensi yang dimiliki untuk
berkarya dan membuat keputusan sesuai ruang lingkup
pekerjaannya tanpa menunggu arahan dari atasannya
(inisiatif).
b. Information Sharing, yaitu penyebaran informasi yang ada
haruslah transparan dan bersifat horizontal tanpa harus
dihambat sekat-sekat vertikal birokratis.
c. Knowledge Sharing, yaitu mutu pendidikan karyawan tentang
ilmu bisnis dan laporan keuangan harus mumpuni, sehingga
karyawan yang bersangkutan mengerti hubungan antara
peranan dirinya dengan perusahaan.
d. Reward Sharing, yaitu penghargaan bagi siapa saja yang
berprestasi dan memiliki kinerja baik, tidak hanya dikalangan
top manager, tapi juga karyawan biasa.
3. Sebagai kekuatan yang berupaya meraih kemakmuran melalui
prinsip Bank Muamalat mengutamakan nilai MIKR, yang
tercermin dari : 29
a. Militan, berorientasi pada misi pemberdayaan umat. Ikhlas
beribadah dan tidak mudah putus asa, mandiri dan berani
serta bisa berdikari dalam menempatkan potensi dirinya,
karena reward utama yang diharapkan adalah kemuliaan
akhirat.
b. Intelek, yaitu memiliki ide-ide terbaik yang mencakup semua
aspek ilmu pengetahuan (knowledge), kemampuan (skill), dan
28A.Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen Syariah :
Teori dan Praktik The Celestial Management, Jakarta : Penerbit Salemba Empat,
2010, h.147. 29A.Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen Syariah :
Teori dan Praktik The Celestial Management (Jakarta : Penerbit Salemba Empat,
2010), 213-214.
86 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
kepribadian (attitude) yang dibutuhkan untuk berprestasi,
namun tetap bersikap sportif dalam menghargai pendapat dan
keunggulan orang lain.
c. Kompetitif, yaitu kemampuan untuk berdaya saing di bursa
tenaga kerja, dengan persaingan yang sehat dan sportifitas
tinggi. Sehingga kinerja karyawan dapat terus meningkat
dalam menjalankan kegiatan sistem operasional perusahaan.
d. Regeneratif, yaitu semangat kompetitif yang terus tumbuh
dan berganti sehingga dapat bertahan lama di pasar
persaingan.
Produk-produk perbankan yang ada pada Bank Muamalat
Indonesia pusat tidak semuanya digunakan oleh Bank Muamalat
Indonesia Cabang Bengkulu, karena penggunaan produk pada kantor
cabang biasanya disesuaikan dengan permintaan nasabah daerah
sekitar akan produk-produk tertentu yang sesuai dengan kebutuhan
nasabah tersebut. Produk-produk Bank Muamalat Indonesia Cabang
Bengkulu banyak digunakan oleh nasabahnya, antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Penghimpunan Dana (funding), antara lain dalam bentuk : 30
a. Giro Wadi’ah adalah titipan dana dari pihak ketiga kepada
bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM, dan sarana
pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Giro
pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu dibagi
30Hasil data penelitian yang penulis peroleh dari bagian officer operational
Bank Muamalat Indonesia (BMI) cabang Bengkulu pada bulan Agustus 2014.
Didukung dengan data Laporan Magang Perbankan Syariah penulis di Bank
Muamalat Indonesia (BMI) cabang Bengkulu pada bulan Juni 2009. Ditambah
dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis pada tanggal 12 Januari –
20 Februari 2015.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 87
menjadi 3 macam, giro untuk perorangan, giro untuk
perusahaan, dan giro untuk yayasan/koperasi.
b. Tabungan Ummat adalah titipan dana pihak ketiga pada bank
yang penarikannya dapat dilakukan dengan syarat tertentu
sesuai perjanjian antara bank dengan nasabah. Penarikan
tabungan menggunakan slip penarikan, buku tabungan, kartu
ATM, atau dengan cara pemindahbukuan.
c. Tabungan Haji atau Tabungan Arafah adalah titipan dana dari
pihak ketiga kepada bank dengan tujuan untuk
pemberangkatan haji ke tanah suci. Tabungan ini biasanya
berjangka waktu pendek. Sebelum tiba waktu keberangkatan,
dana ini dikelola oleh bank terlebih dahulu, jika mendapat
keuntungan, maka nasabah juga berhak mendapatkan bagi
hasil dari titipan dana tabungan tersebut.
d. Shar‘E yaitu merupakan sebuah produk kemasan kartu
perdana mirip box perdana cellular namun berisi kartu ATM.
Produk ini sejenis layanan tabungan dengan kartu ATM,
namun tidak dengan buku tabungan. Hanya dengan Rp
125.000, langsung dapat diperoleh satu kartu Shar‘E dengan
saldo awal tabungan Rp 100.000 dan Rp. 25.000 merupakan
biaya administrasi. Jika nasabah Shar‘E ingin membuat buku
tabungan, maka akan dikenakan biaya pembuatan buku
sebesar Rp 25.000. Shar‘E dapat dibeli melalui kantor pos dan
diinvestasikan hanya untuk usaha halal dengan bagi hasil
kompetitif.
e. Deposito Mudhorobah adalah titipan dana dari pihak ketiga
pada bank syariah dengan jangka waktu tertentu sesuai
kesepakatan antara bank dengan nasabah, yang penarikannya
tidak dapat dilakukan setiap saat. Penarikan biasanya dapat
dilakukan sekali dalam sebulan pada tanggal yang ditentukan,
88 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
apabila nasabah melakukan penarikan tidak sesuai dengan
ketentuan akan dikenai denda.
f. Deposito Fulinves merupakan produk investasi dari Bank
Muamalat Indonesia yang menggunakan akad Mudaharabah
Muthlaqah dan memperoleh fasilitas asuransi syariah dalam
jangka waktu 6 sampai 12 bulan, dan dapat diperpanjang
secara otomatis pada saat jatuh tempo.
2. Penyaluran dana (lending), antara lain dalam bentuk : 31
a. Pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan yang diberikan
oleh pihak bank kepada nasabah untuk pembelian suatu
barang yang dibutuhkan sedangkan keuntungannya diperoleh
dari margin harga barang tersebut berdasarkan kesepakatan.
Biasanya Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu
memberikan pembiayaan murabahah dalam bentuk jual beli
rumah atau kendaraan.
b. Pembiayaan Musyarokah, adalah akad kerja sama antara dua
pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu
dengan penyertaan modal, keuntungan akan dibagi sesuai
nisbah bagi hasil yang disepakati di awal dan risiko akan
ditanggung bersama. Aplikasi pembiayaan ini terjadi pada
kerja sama antara Bank Muamalat Indonesia Cabang
Bengkulu dengan Bank Safir Cabang Bengkulu.
c. Pembiayaan Mudharobah, yaitu dimana pihak bank berperan
sebagai penyokong dana (shohibul maal) dan nasabah
berperan sebagai pengelola dana (mudharib). Perolehan
31Hasil data penelitian yang penulis peroleh dari bagian officer operational
Bank Muamalat Indonesia (BMI) cabang Bengkulu pada bulan Agustus 2014.
Didukung dengan data Laporan Magang Perbankan Syariah penulis di Bank
Muamalat Indonesia (BMI) cabang Bengkulu pada bulan Juni 2009. Ditambah
dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari -
Februari 2015.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 89
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan di awal. Aplikasi
ini sering terjadi pada kerja sama antara Bank Muamalat
Indonesia Cabang Bengkulu dengan Koperasi Pegawai Negeri
(KPN) yang ada di Kota Bengkulu.
d. Pembiayaan Al-Qard, adalah pinjaman yang diberikan pihak
bank kepada nasabah sebagai pinjaman murni tanpa
mengambil keuntungan untuk keperluan yang bersifat
darurat/mendesak. Meskipun tidak mengambil keuntungan,
namun pihak bank dibolehkan meminta pengganti biaya
administrasi yang telah dikeluarkan untuk melaksanakan akad
ini. Pembiayaan Al-Qord dibagi menjadi dua macam, yaitu
untuk talangan haji dan untuk keperluan mendesak karyawan
bank.
3. Pelayanan jasa (service), antara lain dalam bentuk : 32
a. Wakalah bil Ujroh, adalah akad pemberian kuasa oleh satu
pihak (nasabah) kepada pihak lain (bank) dalam hal-hal yang
diwakilkan. Atas jasanya, maka pihak yang menerima kuasa
dapat meminta imbalan tertentu sebagai balas jasa. Aplikasi
sistem ini terjadi dalam bentuk produk transfer dan kliring.
b. Ujroh, adalah imbalan (fee) yang dibayar oleh nasabah kepada
pihak bank atas jasa pelayanan bank seperti penggunaan ATM
dan Kartu Debit.
32Hasil data penelitian yang penulis peroleh dari bagian officer operational
Bank Muamalat Indonesia (BMI) cabang Bengkulu pada bulan Agustus 2014.
Didukung dengan data Laporan Magang Perbankan Syariah penulis di Bank
Muamalat Indonesia (BMI) cabang Bengkulu pada bulan Juni 2009. Ditambah
dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis pada tanggal 12 Januari –
20 Februari 2015.
90 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
C. Motif Nasabah Menggunakan Jasa Layanan BMI Cab.
Bengkulu
Menggunakan jasa dan layanan suatu bank syariah bagi
seorang nasabah, pastinya didasari oleh tujuan atau motif tertentu.
Dari hasil penelitian lapangan penulis yang bertempat di Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu, ditemukan dua
macam motif yang paling mendasari seorang nasabah menggunakan
produk, jasa dan layanan bank syariah, yaitu motif agama dan motif
ekonomi. Motif agama adalah tujuan atau motif nasabah dalam
menggunakan bank syariah yang dilandasi oleh nilai-nilai
keagamaan. Sedangkan motif ekonomi adalah tujuan atau motif
nasabah menggunakan bank syariah yang dilandasi oleh kebutuhan
ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian penulis pula, motif agama
yang melandasi seorang nasabah menggunakan jasa dan layanan
bank syariah terbagi menjadi tiga macam, antara lain : 1) Menjauhi
larangan riba, 2) Berpedoman pada prinsip keadilan, dan 3)
Penerapan nilai-nilai Islam dalam kehidupan. Demikian pula dengan
motif ekonomi nasabah menggunakan jasa layanan bank syariah,
terbagi menjadi tiga macam, yaitu : 1) Produk perbankan yang
memenuhi kebutuhan nasabah, 2) Persentase nisbah bagi hasil lebih
besar dari pada bunga bank, serta 3) Menghidari terjadinya
Negative Spread.33
Selanjutnya, penulis akan mengukur seberapa besar motif
agama dan motif ekonomi nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Cabang Bengkulu dalam menggunakan jasa layanan bank syariah,
dengan instrumen model likert yang berisikan pernyataan-
pernyataan berjumlah 15 item untuk motif agama dan 15 item untuk
33Analisis penulis berdasarkan hasil penelitian lapangan di Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu berupa wawancara dengan beberapa responden.
Analisis ini juga didasari dengan melihat fakta dan realita tujuan atau motif
nasabah dalam menggunakan produk, jasa dan layanan Bank Muamalat Indonesia
(BMI) Cabang Bengkulu, pada bulan Januari-Februari 2015.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 91
motif ekonomi, dengan lima alternatif jawaban, antara lain, Tidak
Pernah (TP), Jarang (JR), Kadang-kadang (KK), Sering (SR), Selalu
(SL). Masing-masing jawaban diberi skor berbeda karena
disesuaikan dengan pertanyaan yang favorable dan unfavorable.
Pertanyaan favorable dengan jawaban Selalu (SL) diberi skor 5,
jawaban Sering (SR) diberi skor 4, jawaban Kadang-kadang (KK)
diberi skor 3, jawaban Jarang (JR) diberi skor 2, dan jawaban Tidak
Pernah (TP) diberi skor 1. Pemberian skor akan menjadi sebaliknya
untuk pertanyaan yang unfavorable, jawaban Selalu (SL) diberi skor
1, jawaban Sering (SR) diberi skor 2, jawaban Kadang-kadang (KK)
diberi skor 3, jawaban Jarang (JR) diberi skor 4, dan jawaban Tidak
Pernah (TP) diberi skor 5. Deskripsi frekuensi nilai hasil
perhitungan skor kuesioner motif agama nasabah secara keseluruhan
dapat dilihat pada gambar di bawah ini :34
Gambar 3.1
34Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan di
Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014
ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015.
Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20.
92 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Berdasarkan hasil perhitungan seluruh nilai skor kuesioner
motif agama nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang
Bengkulu yang menjadi responden dalam penelitian ini, diperoleh
nilai terendah dengan skor 27 sebanyak 7 orang dan nilai tertinggi
dengan skor 71 sebanyak 11 orang. Adapun nilai tertinggi dari
seluruh item pernyataan kuesioner yaitu dengan skor 75, sedangkan
untuk nilai terendah dengan skor 15. Hasil perhitungan ini
menunjukkan bahwa motif agama nasabah Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu cukup baik, karena hampir
mendekati nilai skor tertinggi. Skor nilai tertinggi dari nasabah yang
menjadi responden hanya kurang 4 poin dari skor tertinggi dengan
nilai 75. 35
Dari hasil perolehan skor motif agama pada gambar di atas,
penulis akan mengkategorikan tingkat motif agama menjadi tiga
kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Pengkategorian ini
didasari oleh hasil pengolahan data SPSS terhadap nilai mean dan
standar deviasi, karena data berdistribusi normal. Berdasarkan
pengkategorian tersebut, maka tingkat motif agama nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu, adalah sebagai
berikut :
35Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner
penelitian lapangan di Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada
bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan
Januari-Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 93
Gambar 3.2
Tingkat Motif Agama
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa motif agama yang
berada pada kategori tinggi sebanyak 62 orang dari jumlah
keseluruhan 300 individu, dengan persentase 20,67%. Motif agama
nasabah dengan kategori sedang memperoleh suara tertinggi
sebanyak 202 orang, dengan persentase 67,33%. Sedangkan motif
agama nasabah berkategori rendah sebanyak 36 orang dengan
persentase 12,00%. Gambar di atas menunjukkan bahwa tingkat
motif agama nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang
Bengkulu sudah cukup baik, karena memiliki persentase di atas nilai
rata-rata yaitu pada kategori sedang sebesar 67,33%.36
Menurut penulis tingginya tingkat motif agama nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu ini disebabkan oleh
banyak faktor, salah satunya keinginan nasabah untuk kembali pada
sistem ekonomi (muamalah) yang berlandaskan nilai-nilai ke-
Islaman, oleh sebab itu nasabah lebih memilih menggunakan jasa
36 Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan di
Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014
ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015.
Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20.
0
100
200
300
TinggiSedang
Rendah
62
202
36
Kategori
94 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
layanan perbankan yang sesuai dengan syariah Islam. Tingginya
ketaatan nasabah terhadap nilai-nilai ke-Islaman, seperti perintah
larangan praktik maisyir, gharar, dan riba, menjadikan nasabah
memilih dan mempercayai Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang
Bengkulu sebagai lembaga keuangan berbasis kesyariahan dalam
melakukan kegiatan transaksi ekonomi (muamalah) mereka.37
Agama merupakan unsur penting dalam setiap individu
karena menggambarkan karakteristik dan identitas diri seseorang.38
Agama mempengaruhi perilaku seseorang dalam mengambil
keputusan,39
karena tingkat pemahaman agama seseorang dapat
mempengaruhi bagaimana pola pikir dan sudut pandang,40
termasuk
keputusan dalam transaksi ekonomi yang berkaitan dengan
komitmen beragama,41
seperti penggunaan layanan jasa perbankan
syariah. Lembaga keuangan seperti bank syariah, hadir
dimasyarakat untuk memberi peluang bagi umat agar dapat kembali
37Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner
penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada
bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan
Januari-Februari 2015, serta wawancara penulis dengan beberapa orang nasabah
yang menjadi responden. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS
ver.20. 38Netdet Delener, “Religious Contrasts in Consumer Decision Behaviour
Patternss : Their Dimensions and Marketing Implications”, European Journal of Marketing Vol.1 No.4 (1994) : 36.
39Mahesh Patel, “Influence of Religion on Shopping Behaviour of
Consumers-An Exploratory Study”, Journal of Economic Volume 1, Issue No.5
(2009) : 68. Lihat juga Safiek Mokhlis, “The Influence of Religion on Retail
Patronage Behaviour in Malaysia”, Disertation Faculty of Management University
of Stirling Scotland (United Kingdom, 2006), 15. 40Anas Zarqa, Islamic Economics : an Approach to Human Welfare, Ch.2
dalam Aidit Ghazali dan Syed Omar bin Syed Agil (eds), Readings in the Concept and Methodology of Islamic Economics : Translating Islamic Principles in to Socio-Economics Realities (Petaling Jaya-Selangor : Pelanduk Publication, 1996),
28. 41Umer Chapra, The Future of Economic An Islamic Walfare (United
Kingdom : The Islamic Foundation, 2000), 119.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 95
pada sistem ekonomi (muamalah) yang sesuai dengan tuntunan
Islam.
Dalam penelitian ini, penulis menganalisa bagaimana motif
agama nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) cabang Bengkulu.
Apakah nasabah BMI cabang Bengkulu menggunakan jasa layanan
bank syariah bertujuan untuk mematuhi perintah agama seperti
menjauhi larangan riba, keinginan akan sistem bagi hasil yang
berprinsip pada keadilan, dan implementasi atau penerapan nilai-
nilai agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dari data kuesioner
yang penulis peroleh, menghasilkan beberapa temuan yang
menyatakan bahwa motif agama nasabah BMI cabang Bengkulu
dalam menggunakan jasa layanan perbankan syariah, antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Menghindari Praktik Riba
Tujuan utama didirikannya lembaga keuangan syariah
didasari oleh upaya umat Muslim untuk kembali pada sistem
ekonomi (muamalah) yang berlandaskan ajaran Islam, yang
berpedoman pada Al-quran dan As-Sunnah.42
Hal ini menunjukkan
bahwa adanya keinginan kaum Muslimin dalam memenuhi
kebutuhan komitmen beragama mereka. Berdirinya Bank Muamalat
Indonesia (BMI) yang merupakan bank syariah pertama di Indonesia
menjalankan kegiatan operasional perbankan dengan menggunakan
sistem bagi hasil, bukan dengan sistem bunga seperti yang
digunakan oleh bank konvensional, karena sistem bunga dalam bank
konvensional disepakati para ulama dan cendikiawan Muslim
terindikasi praktik riba yang tidak sesuai syariah Islam dan
diharamkan, sebagaimana Allah swt melarang praktik riba dalam
Al-Quran :
42Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta :
Gema Insani Press, 2001), 18.
96 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Artinya : ”Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan karena penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, disebabkan mereka berkata bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu ia berhenti (dari mengambil riba), maka apa yang telah diambilnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa yang kembali (mengambil riba), maka mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS.Al-Baqarah 275)
Pelarangan riba dalam Islam tidak hanya merujuk pada Al-
Quran, melainkan juga pada Al-Hadits/As-Sunnah. Posisi hadits
yang berfungsi untuk menjelaskan lebih lanjut aturan yang telah
digariskan oleh Al-Quran, pelarangan riba dalam hadits dijelaskan
lebih terinci. Salah satu Hadits Riwayat Muslim yang berkenaan
dengan pelarangan riba, seperti :
وكاتبه ومؤكله ابلرا کلٲ: م.ص للها لسور لعن لقا جابر عن ) مسلم رواه ( اءسو هم لوقا وشاهديه
”Jabir berkata, bahwa Rasulullah saw mengutuk orang yang menerima riba, orang yang membayarnya, orang yang
MOTIF NASABAH Bank Syariah 97
mencatatnya, dan dua orang saksinya, kemudian beliau bersabda : Mereka semua itu sama (dosanya)”. (HR.Muslim)
Dalam Ushul Fiqh, ada kaidah yang menyatakan bahwa :
تيم ما واالي جباو فهو به الٳ جبال
”Sesuatu yang harus ada untuk menyempurnakan yang wajib, maka ia wajib diadakan”.
43
Falsafah dasar perbankan syariah mengacu kepada ajaran
agama Islam yang bersumber pada Al-Quran, Al-Hadits/As-Sunnah,
Al-Ijtihad, Al-Ijma’, dan Al-Qiyas.44
Umat Islam meyakini Al-
Quran sebagai firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi terakhir,
Nabi Muhammad,saw yang menjadi kitab suci dan berisikan
himpunan dari ajaran-ajaran wahyu yang terbaik, wajib dibaca
maupun dipelajari.45
Al-Hadits merupakan segala perkataan,
perbuatan, ketetapan atau tarir (pengakuan terhadap sesuatu dengan
cara tidak memberi komentar) yang dilakukan Nabi
Muhammad,saw. Pada umumnya, para ahli Hadits menyamakan
istilah Al-Hadits dengan istilah As-Sunnah.46
Al-Ijma’ ialah
kesepakatan pendapat atau hasil al-ijtihad (pemikiran) di antara para
ulama fiqh (mujtahid) tertentu mengenai suatu hukum syariat Islam
43Adiwarman A.Karim, Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta :
Rajawali Pers, 2011), 14. 44Wirdyaningsih,dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta :
Kencana, 2005), 4. 45Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta : Jambatan, 1992), 794. Lihat dalam
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2005), 4.
Lihat juga M.Ahmad Ad-Da’ur, Bantahan Atas Kebohongan-Kebohongan Seputar Hukum Riba dan Bunga Bank (Bogor : Al-Azhar Press, 2004), 11.
46Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta : Jambatan, 1992), 271. Lihat dalam
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta : Kencana, 2005), 4.
Lihat juga M.Ahmad Ad-Da’ur, Bantahan Atas Kebohongan-Kebohongan Seputar Hukum Riba dan Bunga Bank (Bogor : Al-Azhar Press, 2004), 13.
98 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
(syara’).47 Sedangkan Al-Qiyas adalah suatu metode untuk
menemukan hukum suatu peristiwa yang tidak ada kejelasan
hukumnya dalam sumber hukum utama, yaitu Al-Quran dan Al-
Hadits/As-Sunnah, dengan cara menghubungkan atau menyamakan
dengan hukum suatu peristiwa yang telah ditegaskan hukumnya
dalam sumber-sumber hukum tersebut karena adanya persamaan
’illat (motif hukum) antara kedua peristiwa tersebut.48
Ajaran agama Islam mengajarkan pada umat manusia untuk
berusaha mendapatkan kehidupan yang baik di dunia maupun di
akhirat. Memperoleh kehidupan yang baik dunia akhirat inilah yang
dapat menjamin tercapainya kesejahteraan lahir dan batin. Hal ini
sesuai dengan firman Allah,swt yang berbunyi :
Artinya : Dan di antara mereka ada orang yang berdoa : “Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka”. (QS.Al-
Baqarah : 201)
Ayat di atas adalah sebaik-baiknya doa bagi seorang Muslim.
Hal ini berarti, bahwa dalam mengejar kehidupan di dunia tidak
dapat dilakukan dengan menghalalkan segala cara, tetapi harus
dilakukan dengan gerakan amal saleh. Perbuatan amal saleh adalah
perbuatan baik yang mendatangkan pahala baginya dan
47Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta : Jambatan, 1992), 271. Lihat dalam
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta : Kencana, 2005), 4.
Lihat juga M.Ahmad Ad-Da’ur, Bantahan Atas Kebohongan-Kebohongan Seputar Hukum Riba dan Bunga Bank (Bogor : Al-Azhar Press, 2004), 16.
48Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta : Jambatan, 1992), 271. Lihat dalam
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta : Kencana, 2005), 4.
Lihat juga M.Ahmad Ad-Da’ur, Bantahan Atas Kebohongan-Kebohongan Seputar Hukum Riba dan Bunga Bank (Bogor : Al-Azhar Press, 2004), 17
MOTIF NASABAH Bank Syariah 99
mendatangkan faedah bagi orang lain. Amal saleh dapat berupa
tingkah laku dan perbuatan yang termasuk ke dalam kategori ibadah
maupun yang termasuk dalam kategori muamalah.49
Berdasarkan falsafah inilah, para nasabah bank syariah
bersedia menggunakan jasa dan layanan perbankan syariah dengan
tujuan untuk menghindari praktik riba yang terjadi dalam bank
konvensional yang menggunakan sistem bunga. Dari hasil
pengolahan data kuesioner penelitian lapangan penulis, diperoleh
persentase motif agama nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Cabang Bengkulu dalam menggunakan jasa dan layanan bank
syariah untuk menghindari praktik riba, adalah sebagai berikut :
Gambar 3.3
Motif Agama : Menghindari Praktik Riba
Gambar di atas dapat dilihat bahwa, persentase motif agama
nasabah Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu untuk
menghindari riba berada pada kategori tinggi sebanyak 73%,
kategori sedang sebanyak 19% dan kategori rendah sebanyak 8%
dari jumlah keseluruhan responden 300 orang. Hal ini menunjukkan
bahwa menjauhi larangan riba dalam Islam merupakan motif utama
49Wirdyaningsih,dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta :
Kencana, 2005), 5.
73%
19%
8%
Tinggi
Sedang
Rendah
100 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
nasabah menggunakan bank syariah.50
Selain itu, ada beberapa
alasan lainnya nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang
Bengkulu dalam menggunakan jasa dan layanan perbankan syariah
untuk menghindari praktik riba yang terindikasi dalam sistem bunga
yang terdapat di bank konvensional, antara lain adalah sebagai
berikut :
a. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka
suatu hasil usaha, seperti penetapan bunga simpanan atau
bunga pinjaman yang dilakukan pada bank konvensional.51
Mengapa nasabah bank syariah ingin menghindari sistem ini?
Karena manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa
yang akan diusahakannya/dilakukannya esok dan apa yang
akan diperolehnya, hanya Allah,swt saja yang mengetahui apa
yang akan terjadi esok. Seperti yang tertera dalam QS.Al-
Luqman (31) ayat 34 :
Artinya : Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok dan tiada
50Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan
penulis di Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-
Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-
Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20. 51Hasil wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia
Cabang Bengkulu pada tanggal 20 Agustus 2014, jam 10.30 WIB. Hal ini sesuai
dengan pendapat Wirdyaningsih,dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia
(Jakarta : Kencana, 2005), 17.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 101
seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS.Al-Luqman : 34).
b. Menghindari penggunaan sistem presentasi biaya terhadap
hutang atau imbalan terhadap simpanan yang mengandung
unsur melipatgandakan secara otomatis utang atau simpanan
tersebut hanya karena berjalannya waktu.52
QS.Ali Imran (3) :
130.
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”.
(QS.Ali Imran :130)
Istilah ‘berlipat ganda’ yang dimaksud disini adalah riba nasi'ah.
Menurut sebagian besar ulama bahwa riba nasi'ah itu selamanya
haram, walaupun tidak berlipat ganda. Riba nasiah ialah
pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang
meminjamkan. Riba yang dimaksud dalam ayat ini riba nasiah
yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.53
52Hasil wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia
Cabang Bengkulu pada tanggal 21 Agustus 2014, jam 13.15 WIB. Hal ini sesuai
dengan pendapat Wirdyaningsih,dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia
(Jakarta : Kencana, 2005), 17-18. 53Karnaen A.Perwataatmadja dan Hendri Tanjung, Bank Syariah : Teori,
Praktik dan Peranannya (Jakarta : Celestial Publishing, 2007), 12. Lihat juga
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik (Jakarta : Gema
Lihat juga M.Ahmad Ad-Da’ur, Bantahan Atas Kebohongan-Kebohongan Seputar Hukum Riba dan Bunga Bank (Bogor : Al-Azhar Press, 2004), 39. Lihat juga
Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syariah : Kritik atas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo-Revivalis (Jakarta : Paramadina, 2004), 42.
56Hasil wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia
Cabang Bengkulu pada tanggal 18 Agustus 2014, jam 11.25 WIB. Hal ini sesuai
dengan pendapat Wirdyaningsih,dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia
(Jakarta : Kencana, 2005), 17-18.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 103
penambahan uang pinjaman tidak boleh disyaratkan diawal
oleh si pemberi utang, hal ini sesuai dengan Hadits Shahih
Muslim oleh Ma’mur Daud Bab Riba No.1569 s/d 1572.
Intinya, membayar utang dengan lebih baik (yaitu dengan
memberikan tambahan) harus atas dasar sukarela dan
prakarsanya harus datang dari orang yang mempunyai utang.57
2. Menerapkan Prinsip Keadilan
Tujuan/motif agama lainnya yang tidak kalah penting dari
menghindari praktik riba dalam penggunaan jasa dan layanan
perbankan syariah bagi nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
cabang Bengkulu adalah berpegang pada prinsip keadilan,
menerapkan nilai-nilai keadilan dalam melakukan setiap transaksi
ekonomi, seperti kegiatan transaksi dalam bank syariah yang
menggunakan sistem bagi hasil yang sesuai dengan prinsip keadilan.
Aplikasi prinsip keadilan dalam sistem bagi hasil ini tergambar
dengan adanya pembagian hasil pendapatan yang sama rata baik
keuntungan maupun kerugian. Sehingga tidak ada salah satu pihak
yang merasakan dirugikan.
Penerapan prinsip keadilan ini juga merupakan salah satu
sistem ekonomi (muamalah) yang sesuai dengan ajaran syariah
Islam, yang berpedoman pada Al-quran dan As-Sunnah, dan
merupakan pemikiran dasar didirikannya lembaga keuangan syariah,
seperti perbankan syariah oleh umat Muslim.58
Hal ini menunjukkan
bahwa adanya keinginan kaum Muslimin dalam memenuhi
kebutuhan komitmen beragama mereka. Berdirinya Bank Muamalat
Indonesia yang merupakan bank syariah pertama di Indonesia,
menjalankan kegiatan operasional perbankannya dengan
57Wirdyaningsih,dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta :
Kencana, 2005), 17-18. 58Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta :
Gema Insani Press, 2001), 18.
104 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
menggunakan sistem bagi hasil, bukan dengan sistem bunga seperti
yang digunakan oleh bank konvensional, karena sistem bunga dalam
bank konvensional disepakati para ulama dan cendikiawan Muslim
selain terindikasi praktik riba, juga tidak sesuai dengan prinsip-
prinsip keadilan dalam berekonomi (muamalah).
Kebebasan dalam melakukan transaksi ekonomi (muamalah)
harus melalui keputusan dan kesepakatan bersama dari semua pihak
yang melakukan transaksi (kontrak). Kesepakatan atau persetujuan
yang sudah diputuskan oleh pihak-pihak yang bersangkutan
dianggap sebagai syarat terwujudnya keadilan dari sebuah transaksi.
Al-Quran mengajarkan umat manusia untuk berlaku adil dan
perintah ini sangat jelas penegasannya dan tidak dapat diragukan.59
Hal ini sesuai dengan firman Allah,swt yang berbunyi :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS.An-Nisa’ : 29)
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa, jika ingin melakukan
suatu transaksi haruslah berdasarkan suka sama suka, tidak ada
salah satu pihak yang merasa keberatan dengan transaksi atau
kontrak yang dijalankan. Jika transaksi yang dilakukan tersebut
59Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam (Pakistan : The International
Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh Samson Rahman, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), 95.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 105
tidak berdasarkan suka sama suka, maka itu sama saja dengan
memakan harta seseorang dengan cara yang batil atau cara yang
tidak benar.60
Dalam surat An-Nisa’ ayat 29-30 dapat disimpulkan
bahwasanya dalam melakukan sebuah transaksi harus memenuhi dua
syarat kesepakatan agar transaksi tersebut dapat menjadi legal atau
sah. Pertama, harus disepakati secara bersama-sama, suka sama suka
antara pihak-pihak yang melakukan transaksi. Kedua, hasil
pendapatan dari perputaran usaha (keuntungan atau laba) yang
diperoleh jangan sampai hanya menguntungkan satu pihak saja dan
merugikan pihak lainnya. Praktik-praktik riba, judi, lotre, balapan,
taruhan, dan semua permainan yang menggunakan uang maupun
sejenisnya sangat dilarang, karena mengandung unsur-unsur yang
akan merusak sahnya syarat pertama ataupun syarat kedua.61
Transaksi bisnis (dalam studi kasus penelitian ini bisnis
keuangan dan perbankan syariah) tidak bisa dikatakan telah
mencapai sebuah bentuk transaksi yang saling rela antar pelakunya
(tija>ratan ’an tara >dlin minkum) jika di dalamnya masih ada tekanan,
penipuan, penggelapan, atau mis-statement yang digunakan oleh
salah satu pihak yang melakukan transaksi. Kesepakatan bersama
(suka sama suka) bertujuan untuk menghindari semua bentuk
paksaan dalam transaksi dari pihak manapun. Agar kesepakatan
menjadi sah (legal), sudah menjadi syarat mutlak harus terlepas dari
paksaan apapun bentuknya. Dengan kata lain, hanya transaksi bisnis
60Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam (Pakistan : The International
Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh Samson Rahman, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), 96.
61Ali Musa Razi Muhajir, Islam in Practical Life (Lahore : Sh.Muhammad
Ashraf, 1974), 150. Lihat juga Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam (Pakistan :
The International Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh Samson
Rahman, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), 96.
106 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
yang terlepas dari paksaan dan intimidasi, ketidakadilan, eksploitasi
inilah yang dianggap sebagai transaksi bisnis yang halal.62
Kesepakatan yang benar adalah sebuah tuntutan dan syarat
mutlak. Semua bentuk tindak paksaan hendaknya dihindari,
meskipun mungkin saja langkah ini diambil ketika mengalami
kondisi/situasi tertentu dalam prilaku bisnis. Hukum Islam memang
memberikan keringanan (rukhshah), jika seorang Muslim
menghadapi kesulitan dan keterpaksaan. Prinsip pemberian
keringanan ini bisa saja diaplikasikan pada prilaku bisnis dan juga
pada aspek kehidupan yang lainnya.63
Tidak adanya pengekangan
terhadap kebebasan yang dinikmati oleh seorang pelaku bisnis
Muslim dalam hal betransaksi (muamalah) merefleksikan prinsip-
prinsip keadilan. Oleh sebab itulah para nasabah masih tetap loyal
menggunakan jasa dan layanan perbankan syariah, karena dalam
sistem bagi hasil yang menjadi pedoman kegiatan operasional bank
syariah sesuai dengan prinsip keadilan.64
Berdasarkan hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner
penelitian lapangan penulis, diperoleh persentase motif agama
nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu
62Mahmud Muhammad Babilli, Al-Ma>l fi> Al-Isla>m (Beirut : Daar Al-Kitab
Al-Lubnani, 1975), 106. Lihat juga Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam
(Pakistan : The International Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh
96. 63Sayyid Abu Al-‘Ala Maududi, Mu’asyiyat Islam, (Lahore : Islamic
Publication, 1969), 430-431. Lihat juga Sayyid Abu Al-‘Ala Maududi, Ethical Viewpoint of Islam (Lahore : Islamic Publication, 1974). Lihat juga Sayyid Abu Al-
‘Ala Maududi, Capitalism, Sosialism and Islam, (Kuwait : Islamic Book Publishers,
1977). Lihat juga Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam (Pakistan : The
International Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh Samson Rahman,
Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), 96. 64Analisis penulis berdasarkan hasil wawancara penulis terhadap para
nasabah yang menjadi responden pada penelitian lapangan penulis di Bank
Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014 dan penelitian
lanjutan pada bulan Januari-Februari 2015.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 107
menggunakan jasa dan layanan bank syariah untuk menerapkan
prinsip keadilan dalam melakukan transaksi ekonomi (muamalah),
adalah sebagai berikut :
Gambar 3.4
Motif Agama : Menerapkan Prinsip Keadilan
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa, persentase motif
agama nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu
dalam menerapkan prinsip keadilan berada pada kategori tinggi
sebanyak 61%, kategori sedang sebesar 26%, dan kategori rendah
sebanyak 13% dari jumlah keseluruhan responden 300 orang. Hal ini
menunjukkan bahwa menerapkan prinsip keadilan dalam melakukan
transaksi ekonomi (muamalah) terutama dalam lembaga keuangan
perbankan menjadi salah satu tujuan/motif seorang nasabah
menggunakan jasa dan layanan bank syariah.65
Sistem bagi hasil (profit and loss sharing) yang merupakan
karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank Islam
secara keseluruhan dapat dikatakan sesuai dengan penerapan prinsip
keadilan. Secara syariah, sistem bagi hasil ini berdasarkan kaidah
mudharabah. Berdasarkan sistem bagi hasil ini, bank Islam akan
65Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan
penulis di Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-
Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-
Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20.
61%
26%
13%
Tinggi
Sedang
Rendah
108 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan
pengusaha yang meminjam dana. Dengan penabung, bank akan
bertindak sebagai pengelola (mudharib), sedangkan penabung
bertindak sebagai penyedia dana (shohibul maal)66
Nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu
beranggapan bahwa, menjalankan transaksi ekonomi keuangan
perbankan atas dasar bagi hasil (suka sama suka) merupakan
aplikasi dari penerapan prinsip-prinsip keadilan, yang mana nasabah
penabung berperan sebagai pihak pemilik dana (shohibul maal) dan
pihak bank berperan sebagai pengelola dana (mudharib) atau dapat
sebaliknya, nasabah peminjam berperan sebagai pengelola dana
(mudharib) dan pihak bank berperan sebagai pemilik dana (shohibul
maal), keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai kesepakatan nisbah
bagi hasil, begitu pula jika terjadi kerugian, tetap dibagi sama rata,
sehingga tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan. Berbeda
dengan sistem yang terdapat dalam bank konvensional yang
menggunakan bunga. Pembagian keuntungan dan kerugian yang
didapat dari hasil pengelolaan dana pinjaman tidak ada kejelasan.
Ada kalanya salah satu pihak yang bertransaksi mendapat
keuntungan besar, dan pihak lainnya hanya diberi sebagian kecil dari
keuntungan. Ada pula kalanya salah satu pihak yang bertransaksi
mengalami kerugian dalam pengelolaan dana pinjaman, namun
pihak lainnya tetap menuntut pengembalian dana pinjaman berikut
dengan tambahannya (kelebihan/keuntungan dana), padahal
kenyataannya perputaran dana mengalami kerugian, sebagaimana
yang terjadi dalam praktik bunga yang terdapat di bank
konvensional. Jika hal tersebut tetap dilakukan, berarti ini termasuk
dalam kategori riba.67
66Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta :
Gema Insani Press, 2001), 137. 67Analisis penulis berdasarkan hasil perolehan data penelitian lapangan,
berupa wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
MOTIF NASABAH Bank Syariah 109
Penegasan pelarangan praktik riba mengacu pada QS.Al-
Baqarah (2) ayat 275 dan QS>.An-Nisa’ (4) ayat 29 yang intinya
Allah,swt telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba serta
suruhan untuk menempuh jalan periagaan dengan suka sama suka,
maka setiap transaksi kelembagaan ekonomi Islam harus selalu
dilandasi atas dasar sistem bagi hasil dan perdagangan atau yang
transaksinya didasari oleh adanya pertukaran antara mata uang
dengan barang atau jasa. Sehingga dapat mendorong produksi
barang dan jasa, mendorong kelancaran arus barang dan jasa, dapat
menghindari penyalahgunaan kredit kredit, spekulasi dan inflasi.68
3. Penerapan Nilai-nilai Islam dalam Kehidupan
Transaksi ekonomi (muamalah) merupakan kebutuhan
manusia. Manusia merupakan makhluk ekonomi yang selalu
berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya.69
Memenuhi kebutuhan
hidup dan bertindak secara rasional merupakan sifat manusiawi. Hal
ini merupakan hakikat manusia untuk menafkahi diri sendiri
maupun keluarganya, dan wajib dilakukan. Dalam menjalankan
kegiatan perekonomian, Islam memberi kebebasan manusia untuk
mencari keuntungan dalam setiap transaksi ekonomi (muamalah)
yang dijalankan demi tercapainya kebahagian hidup di dunia
maupun akhirat. Namun, dalam melakukan aktivitas perekonomian,
manusia tetap harus sesuai dengan batasan-batasan syariat dan
sejalan dengan tuntunan agama, karena manusia juga makhluk
Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data penelitian
lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015. 68Wirdyaningsih,dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta :
Patternss : Their Dimensions and Marketing Implications”, European Journal of Marketing Vol.2 No.4 (1994) : 36. Lihat juga Susy Y.R Sanie-Herman, Teori Ekonomi Mikro Agama : Pengaruh Religiusitas Terhadap Perilaku Ekonomi (Banten : CV.Efko Grafika, 2012), 23. Lihat juga Herlina Yustati, Religiusitas dan
Konsumerisme Mahasiswa Muslim : Studi atas Konsumsi Perspektif Ekonomi
kepada manusia tentang apa saja yang menjadi kewajiban dan
kepatuhan. Kepatuhan yang dimaksud adalah patuh terhadap aturan,
petunjuk, perintah, yang diberikan Allah kepada manusia lewat
utusan-utusanNya, dan oleh utusan-utusanNya tersebut diajarkan
kepada umat manusia berupa ilmu pengetahuan dan contoh
keteladanan.75
Islam sebagai agama yang komprehensif juga mengatur
perilaku ekonomi penganutnya. Islam mengatur perilaku ekonomi
umatnya dengan mengedepankan akhlak, dengan berakhlak yang
baik (akhlaqul karimah) manusia menjalani kehidupan sehari-
harinya sesuai dengan pedoman syariat, sehingga terjadi
kesinambungan antara praktik ekonomi (muamalah) individu
dengan tuntunan ajaran Islam. Etika ilmu ekonomi Islam berusaha
untuk mengarahkan umat agar senantiasa melakukan praktik
ekonomi yang sesuai dengan syariat Islam.76
Bagi seorang Muslim
adanya agama sebagai sarana bagi individu untuk mendekatkan diri
74Mircea Eliade mendifinisikan tentang ‘homo religius’ dalam ‘The Scared
and The Profane’ yang dikutip oleh Sastrapratedja menyatakan bahwa, homo
religius adalah makhluk yang hidup secara alami dalam suatu alam yang agamis,
penuh dengan nilai keagamisan dan cenderung pada keyakinan agamanya serta
ingin mengabdi pada zat yang maha tinggi, yaitu Tuhan pemilik alam semesta.
Pengalaman agamanya akan mempengaruhi, membentuk pola kehidupan sehari-
harinya. Sastrapratedja, Manusia Multidimensional : Sebuah Renungan Filsafah,
(Jakarta : Gramedia, 1987), 38. Lihat juga, Lukman Al-Hakim, “Religiusitas dan
Etos Kerja dalam Peningkatan Ekonomi Umat : Studi pada Masyarakat Suku Sasak
di Lombok Nusa Tenggara Barat”, Disertasi SPs UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta,
2008), 55. 75Makna ‘agama’ menurut Islam yang dikemukakan oleh Agus Salim dalam
bukunya yang berjudul Tauhid, dalam Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-agama (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1994), 4.
76Analisis penulis berdasarkan hasil perolehan data penelitian lapangan,
berupa wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data penelitian
lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015.
112 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
kepada Tuhan.77
Semua agama mempengaruhi perilaku seseorang
dalam mengambil keputusan, termasuk keputusan dalam melakukan
transaksi ekonomi (muamalah) baik secara langsung ataupun tidak,
yang didasarkan pada kerangka etika beragama yang mengatur cara
hidup mereka.78
Seseorang yang menjalankan kehidupan sehari-
harinya berdasarkan pedoman agama, dapat dikatakan seorang yang
religius. Religiusitas bagi seorang Muslim merupakan keyakinan
dalam beragama yang berlandaskan pada nilai-nilai ketauhidan dan
keyakinan tersebut diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.79
Keberagamaan seorang yang religius akan tercermin dari sikap dan
perilaku kehidupannya. Religiusitas adalah sebuah tolak ukur batas
komitmen beragama seseorang yang mengakui agamanya,
melaksanakan setiap ajaran agamanya, maupun menjauhi hal-hal
yang dilarang agamanya, hingga tercermin dalam sikap dan perilaku
kehidupan orang tersebut.80
Hal ini berarti, religiusitas dapat
mengukur seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan,
seberapa banyak pelaksanaan ibadah, seberapa besar pengamalan
77Brian J.Zinnbauer, and others, “The Emerging Meanings of Religiousness
and Spirituality : Problems and Prospects”, Journal of Personality, Vol.10 No.5
(1999) : 893-894. 78Lai Fatt Sian, “An Investigation in to the Impact of Income, Culture and
Religion on Consumption Behaviour : A Comparative Study of the Malay and the
Chinese Consumers in Malaysia”, Disertation Philosophy in Management Studies
University of Exeter (United Kingdom, 2009), 22. 79Steven Eric Krauss, “The Muslim Religiosity Personality Measurment
Inventory (MRPI)’s Religiosity Measurment Model : Toward Filling The Gaps in
Religiosity Research of Muslim”, Pertanika Journal of Social Science and Humanity, Vol.13 No.2 (Serdang : University of Putra Malaysia Press, 2005) : 174.
80Mahesh Patel, “Influence of Religion on Shopping Behaviour of
Consumers An Exploratory Study”, Journal of Economic Volume 1 Issue No.5,
(2009) : 72.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 113
kaidah, dan seberapa dalam penghayatan seseorang terhadap agama
yang dianutnya.81
Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian
lapangan penulis, diperoleh persentase motif agama nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu dalam menerapkan
nilai-nilai Islam dengan menggunakan jasa dan layanan bank
syariah, adalah sebagai berikut :
Gambar 3.5
Motif Agama : Penerapan Nilai-Nilai Agama Islam
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa, persentase motif
agama nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu
dalam menerapkan nilai-nilai agama Islam berada pada kategori
tinggi sebanyak 68%, kategori sedang sebesar 21%, dan kategori
rendah sebanyak 11% dari jumlah keseluruhan responden 300 orang.
Hal ini menunjukkan bahwa menerapkan nilai-nilai agama Islam
81Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan
Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam, (Yogyakarta : Menara Kudus, 2002),
71.
68%
21%
11%
Tinggi
Sedang
Rendah
114 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
menjadi salah satu tujuan/motif seorang nasabah menggunakan jasa
dan layanan bank syariah.82
Agama juga berkaitan dengan budaya, dan kedua bagian
tersebut tidak bisa dipisahkan, sehingga dapat mempengaruhi
perilaku seorang nasabah dalam mengambil keputusan.83
Secara
teoritis, tingkat religiusitas seseorang dapat mempengaruhi sudut
pandangan (perception), keputusan (preference) dan perilakunya
(behaviour).84 Religiusitas juga mempengaruhi perilaku ekonomi
seseorang, terutama dalam mengambil keputusan ekonomi berkaitan
dengan pelaksanaan komitmen beragama.85
Hal ini menunjukkan
bahwa adanya hubungan antara tingkat religiusitas dengan tujuan
seseorang dalam melakukan tindakan, tujuan (motif) yang didasari
oleh pertimbangan keagamaan.
Dari perolehan data sebelumnya dapat dilihat bahwa nasabah
Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu berasal dari
suku-suku yang berbeda. Latar belakang perbedaan asal suku tentu
akan mempengaruhi motif agama setiap nasabah. Dari data di atas
dapat diketahui pula bahwa keberadaan suku Minang lebih dominan
82Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan
penulis di Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-
Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-
Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20. 83Mahesh Patel, “Influence of Religion on Shopping Behaviour of
Consumers-An Exploratory Study”, Journal of Economic Volume 1, Issue No.5
(2009) : 68. Lihat juga Safiek Mokhlis, “The Influence of Religion on Retail
Patronage Behaviour in Malaysia”, Disertation Faculty of Management University
of Stirling Scotland (United Kingdom, 2006), 15. 84Anas Zarqa, Islamic Economics : an Approach to Human Welfare, Ch.2
dalam Aidit Ghazali dan Syed Omar bin Syed Agil (eds), Readings in the Concept and Methodology of Islamic Economics : Translating Islamic Principles in to Socio-Economics Realities (Petaling Jaya-Selangor : Pelanduk Publication, 1996),
28. Lihat dalam Susy Y.R Sanie-Herman, Teori Ekonomi Mikro Agama : Pengaruh Religiusitas Terhadap Perilaku Ekonomi (Banten : CV.Efko Grafika, 2012), 23.
85Umer Chapra, The Future of Economic An Islamic Walfare (United
Kingdom : The Islamic Foundation, 2000), 119.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 115
dari pada suku Lembak atau Rejang yang merupakan suku asli
provinsi Bengkulu. Hal ini dikarenakan kota Bengkulu merupakan
daerah yang masyarakatnya majemuk. Banyak suku-suku dari luar
provinsi Bengkulu yang berdatangan dan berdomisili di Bengkulu,
bahkan menetap berpuluh-puluh tahun dan memiliki keturunan.86
Orang-orang suku Minang sudah menyebar disetiap
kabupaten yang ada di Provinsi Bengkulu. Keberadaan suku Minang
yang mayoritas ini jika dilihat dari sejarah, Provinsi Bengkulu
termasuk dalam wilayah kerajaan Kesultanan Serawai, Sumatra
Barat.87
Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat Minang kental
dengan nilai-nilai Islam dalam menjalankan kegitan harian mereka.
Slogan suku minangkabau yang berbunyi “Adat besandi syara’,
syara’ besandi Kitabullah”, memiliki makna bahwa dalam
menjalankan adat, suku Minangkabau harus sesuai dengan syariat
Islam. Hal ini menunjukkan bahwa suku Minang sangat menjunjung
tinggi nilai-nilai Ke-Islaman. Hal ini juga mendasari nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang bersuku Minang
memiliki motif agama yang tinggi dalam menggunakan jasa dan
layanan bank syariah. Mayoritas orang-orang suku Minang memiliki
religiusitas yang tinggi terhadap agama yang dianutnya yaitu Islam,
sehingga mereka ingin mengaplikasikan nilai-nilai syariah islam
dalam kehidupan mereka sehari-hari, salah satunya dengan loyal
menggunakan bank syariah.88
86Hasil analisis dari pengamatan penulis terhadap nasabah Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang menjadi responden dalam penelitian ini,
didukung juga oleh data hasil wawancara penulis dengan beberapa nasabah yang
sudah manula pada tanggal 18-26 Agustus 2014. 87Http://go.bengkuluprov.go.id/ver3/index.php/profil-bengkulu. Diakses
pada tanggal 5 Desember 2014. 88Hasil analisis dari pengamatan penulis terhadap nasabah Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang menjadi responden dalam penelitian ini,
didukung juga oleh data hasil wawancara penulis dengan beberapa nasabah yang
bersuku Minangkabau, pada tanggal 18-26 Agustus 2014.
116 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Selain nasabah yang bersuku Minang, nasabah yang bersuku
Jawa juga memperoleh nilai motif agama yang tinggi. Menurut
penulis, hal ini dikarenakan banyak ajaran tradisi Jawa yang berakar
dari Islam. Bahkan masuknya ajaran Islam ke Bengkulu berasal dari
tanah Jawa pada Abad ke XV.89
Sama halnya dengan masyarakat
suku Minangkabau yang memiliki slogan keagamaan, masyarakat
suku Jawa juga mempunyai beberapa slogan, diantaranya ”Kang
tumpareng tanah Jowo, agomo ageming aji”, yang maknanya bagi
orang Jawa agama merupakan pakaian yang mulia/agung atau juga
bisa diartikan bahwa agama itu adalah hukum/syariat yang harus
dijalankan. Hal ini juga menunjukkan bahwa masyarakat Jawa
menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan. Sehingga wajar saja jika
nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang
bersuku Jawa memiliki motif agama yang tinggi.90
Selain motif agama, ada motif lain yang mendasari seorang
nasabah menggunakan jasa layanan bank syariah, yaitu motif
ekonomi. Deskripsi frekuensi nilai hasil perhitungan skor kuesioner
motif ekonomi nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang
Bengkulu secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar di bawah
ini, ada beberapa tujuan atau motif ekonomi nasabah bersedia
menggunakan jasa dan layanan bank syariah, motif ekonomi
tersebut antara lain yaitu untuk memenuhi kebutuhan nasabah
melalui produk-produk yang ditawarkan bank syariah, persentase
bagi hasil lebih menguntungkan daripada bunga bank konvensional,
dan untuk menghidari terjadinya Negative Spread. Berikut penulis
jabarkan perolehan hasil penelitian lapangan penulis, adalah sebagai
berikut :
4. Produk Perbankan yang Memenuhi Kebutuhan Nasabah
Sudah dijelaskan diawal bahwa salah satu tujuan atau motif
ekonomi seorang nasabah menggunakan jasa dan layanan bank
syariah adalah untuk memberi kepuasan dan memenuhi kebutuhan
nasabah akan transaksi ekonomi (muamalah). Tidak dipungkiri,
ketika seorang nasabah memilih untuk menggunakan sebuah bank
syariah ada tujuan atau motif tertentu yang mendasari nasabah
tersebut mengambil keputusan untuk menggunakan produk dan
layanan bank syariah. Salah satu tujuannnya bisa saja untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika penawaran produk dan layanan
jasa yang ditawarkan bank syariah dapat memenuhi kebutuhannya,
maka nasabah akan mengambil keputusan untuk menggunakan
produk dan jasa layanan bank syariah tersebut.100
Memenuhi kebutuhan ekonomi dalam Islam wajib hukumnya.
Dan karena pada masa modern ini kegiatan perekonomian tidak
akan sempurna tanpa adanya lembaga keuangan, maka lembaga
keuangan seperti perbankan pun wajib diadakan, tentunya lembaga
perbankan yang sesuai dan berlandaskan syariah Islam. Beragam
produk perbankan syariah yang ditawarkan pihak bank kepada para
100Analisis penulis berdasarkan hasil perolehan data penelitian lapangan,
berupa wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data penelitian
lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015.
122 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
nasabah. Mulai dari produk penghimpunan dana seperti giro,
tabungan dan deposito mudharabah, hingga produk-produk
pembiayaan seperti dana pembangunan rumah tinggal, kendaraan,
maupun haji dan umroh, maupun jasa-jasa (service) perbankan
seperti jasa transfer, rekening listrik, air, telepon, seluler dan lain
sebagainya. Semua produk-produk tersebut ditawarkan pihak bank
guna untuk memenuhi kebutuhan transaksi ekonomi nasabahnya.101
Berdasarkan hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner
penelitian lapangan penulis, diperoleh persentase motif ekonomi
nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu dalam
menggunakan jasa dan layanan bank syariah guna untuk memenuhi
kebutuhan transaksi ekonomi nasabah, adalah sebagai berikut :
Gambar 3.8
Motif Ekonomi : Produk yang Memenuhi Kebutuhan Nasabah
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa, persentase motif
ekonomi nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang
Bengkulu dalam memenuhi kebutuhan transaksi ekonomi berada
101Hasil perolehan data penelitian lapangan, didukung oleh dokumen-
dokumen dan artikel-artikel dari pihak manajemen bank syariah yang penulis teliti
yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus
2014, ditambah dengan data penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari
2015.
59% 28%
13%
Tinggi
Sedang
Rendah
MOTIF NASABAH Bank Syariah 123
pada kategori tinggi sebanyak 59%, kategori sedang sebesar 28%,
dan kategori rendah sebanyak 13% dari jumlah keseluruhan
responden 300 orang. Hal ini menunjukkan bahwa memenuhi
kebutuhan transaksi ekonomi merupakan salah satu tujuan/motif
seorang nasabah menggunakan jasa dan layanan bank syariah.102
Sebagai makhluk ekonomi, manusia memang dituntut untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam ilmu ekonomi pun telah
dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk ekonomi yang selalu
berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan bertindak secara
rasional.103
Dalam Islam, sebagai seorang Muslim, sudah menjadi
kewajiban manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, karena
memang memenuhi kebutuhan hidup merupakan sifat dan hakikat
manusia dan wajib dilakukan.104
Dalam ilmu ekonomi konvensional,
kebutuhan didefinisikan sebagai keinginan untuk memperoleh suatu
barang maupun jasa yang dapat memfasilitasi, memenuhi, maupun
memuaskan diri individu.105
Sedangkan menurut ilmu ekonomi
Islam, kebutuhan bukan hanya keinginan untuk memperoleh barang
atau jasa saja yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan lahiriyah
(tubuh), tetapi juga kebutuhan akan sesuatu yang tidak berwujud
nyata tapi ada, seperti ilmu pengetahuan, agama, akhlak, moral,
102Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan
penulis di Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-
Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-
Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20. 103Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Cetakan Ketiga
(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008), 3. 104Ahmad M.Saefudin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam
(Jakarta : Rajawali Press, 1987), 39. 105Sadono Sukirno, Pengantar Mikro Ekonomi (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 1997), 5.
124 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
norma, dan lain sebagainya yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan ruhiyah (jiwa) setiap manusia.106
Islam sebagai agama yang rahmatan lil‘a>lamin, memberikan
kebebasan kepada penganutnya untuk melakukan kegiatan ekonomi.
Namun Islam tetap mengatur umatnya dalam memenuhi kebutuhan
hidup dengan mengedepankan akhlak, sehingga terjadi
kesinambungan antara dunia dan akhirat. Dalam etika ekonomi
Islam diatur bagaimana usaha manusia untuk mengurangai
kebutuhannya yang berlebihan. Sebagai seorang Muslim tidak
seharusnya memenuhi kebutuhan secara berlebih-lebihan. Hal ini
sesuai dengan firman Allah yang berbunyi :
Artinya : “Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makanlah dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”.(QS.Al-A’raaf :
31)
Dapat dikatakan wajar jika seorang nasabah bank syariah
memiliki tujuan atau motif untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Karena setiap individu memiliki banyak kebutuhan pada waktu-
waktu tertentu. Kebutuhan setiap individu berbeda-beda. Beberapa
kebutuhan bersifat fisiologis (physiological or biogenic needs),
kebutuhan tersebut muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus,
dan lelah. Kebutuhan yang lain bersifat psikogenis (psychogenic
106Yu>suf al-Qarad}a>wi, Daur al-Qiyam wa al-akhla>q fi>al-Iqtis{a>di al-Isla>mi,
(Kairo : Maktabah Wahbah, 1995), 201. Lihat juga Afzalur Rahman, Economis Doctrines of Islam Jilid 2, penerjemah Soeroyo,dkk dengan judul Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2, (Jakarta : Dana Bhakti Wakaf, 1995), 8. Lihat juga Sarwono, Analisis Perilaku Konsumen Perspektif Ekonomi Islam, Innofarm : Jurnal Inovasi Pertanian
Vol.8 No.1 (2009) : 45.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 125
needs), kebutuhan ini muncul dari tekanan psikologis seperti
kebutuhan akan rasa aman, kenyaman, pengakuan dan
penghargaan.107
Kebutuhan pada diri seseorang dapat menjadi motif
jika sudah mencapai level intensitas tertentu. Ketika seseorang
mempunyai suatu kebutuhan tertentu, maka kebutuhan tersebut
dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan.108
Pemenuhan kebutuhan seorang nasabah tergantung dari pengalaman
pribadinya, kapasitas fisik, norma dan nilai-nilai budaya yang ada,
serta kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut,109
serta
harus sesuai dengan tuntunan syariah Islam yang memperhatikan
kehalalannya, sebagai firman Allah,swt :
Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (QS.Al-
Baqarah : 168)
107Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 32. Lihat juga Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, Edisi Kedua, (Bogor :
Ghalia Indonesia, 2011), 24-26. 108Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Marketing Management 12th
Edition, (New Jersey : Pearson Education, Inc, Prentice Hall, Upper Saddle River,
2006). Diterjemahkan oleh Benyamin Molan, Manajemen Pemasaran Edisi Ke-12
126 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah”. (QS.Al-Baqarah : 172)
Memenuhi kebutuhan hidup merupakan alasan yang terdapat
dalam diri setiap manusia yang menyebabkan manusia melakukan
tindakan. Semua keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh
individu pada hakikatnya didasari oleh tujuan atau motif tertentu.110
Ketika seseorang memiliki kebutuhan dan ingin memperolehnya,
maka ada suatu dorongan, hasrat, keinginan, dan tenaga penggerak
lainnya, yang berasal dari dalam dirinya, untuk melakukan sesuatu
tindakan.111
Dengan mempunyai motif tertentu, dapat memberikan
tujuan dan arahan bagi manusia dalam melakukan tindakan atau
berperilaku.
Perilaku merupakan aktivitas yang dilakukan individu dalam
usaha memenuhi kebutuhan. Perilaku dapat diamati dalam bentuk
pengambilan keputusan, pemilihan merek dan penolakan terhadap
suatu produk.112
Perilaku pemenuhan kebutuhan ini timbul karena
adanya dorongan dari dalam diri setiap individu atau perorangan.
Pemenuhan kebutuhan seseorang akan mengarah pada tindakan
yang memiliki tujuan. Hal ini berasal dari dorongan, desakan,
110Alisuf Basri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan (Jakarta :
University of Chicago, 1978) diterjemahkan oleh Muslichah Zarkasi, Psikologi Manajemen, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2004), 12-13.
112Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran,
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 28.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 127
keinginan, atau hasrat yang merupakan permulaan rangkaian
kejadian yang mengarah pada tindakan/perilaku seseorang.
Kebutuhan itu sendiri merupakan suatu motif yang muncul karena
seseorang merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara
yang seharusnya dirasakan dengan yang sesungguhnya dirasakan.
Kebutuhan yang dirasakan tersebut mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan memenuhi kebutuhannya.113
Di dalam melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan, sangat
memungkinkan terjadi perbedaan antara nasabah yang satu dengan
nasabah yang lain, meskipun sebenarnya mereka memiliki
kebutuhan dan keinginan yang sama. Pada tingkatan tertentu
seorang nasabah akan mempunyai hasrat yang mendorong nasabah
tersebut melakukan suatu tindakan (perilaku) untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginannya. Setelah sebagian atau seluruh
kebutuhan terpenuhi, maka akan ada kebutuhan dan keinginan
lainnya lagi. Kebutuhan dan keinginan yang berbeda akan muncul
dan menuntut untuk dipenuhi. Inilah yang terjadi pada diri
seseorang dan tidak pernah berhenti selama manusia hidup.114
Kebutuhan akan berkembang seiring dengan perkembangan
yang terjadi dilingkungan masyarakat. Seorang nasabah akan
berinteraksi dengan nasabah lainnya dan dari interaksi itu nasabah
akan mendapatkan informasi-informasi penting berkaitan dengan
cara-cara untuk memenuhi kebutuhan. Nasabah juga belajar dari
media yang ada disekitarnya serta belajar dari lingkungannya. Dari
hal tersebut pengetahuannya akan meningkat dan keinginan-
keinginan pun akan berkembang.115
113Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran, Edisi Kedua (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), 23. 114F.Digree Jeffrey, et al, “Observation : Translating Values in to Product
Wants”, Journal of Advertising Research, Vol.36 No.6 (1998) : 93-103. 115Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 27.
128 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Kebutuhan manusia memiliki beberapa sifat. Kebanyakan
kebutuhan manusia tidak terpuaskan sepenuhnya. Misalnya seorang
nasabah yang telah terpenuhi kebutuhan dengan diberikan
pembiayaan rumah tinggal, tahun depan timbul keinginannya untuk
melakukan transaksi pembiayaan mobil. Kebutuhan baru akan
muncul setelah kebutuhan lama terpenuhi. Keberhasilan dalam
memenuhi suatu kebutuhan akan mempengaruhi kebutuhan
berikutnya. Apabila nasabah gagal dalam memenuhi kebutuhan
sebelumnya, maka nasabah akan menentukan tingkat kebutuhan
yang mungkin lebih rendah atau kebutuhan pengganti yang
memungkinkan untuk dapat dicapainya. Sebaliknya, nasabah yang
telah berhasil mencapai suatu kebutuhan yang diinginkan, akan
meningkatkan kebutuhan berikutnya yang lebih tinggi dari yang
sebelumnya. Contohnya, seseorang yang gagal membeli Android
keluaran terbaru, akan berusaha membeli Android keluaran lama
yang harganya lebih murah, namun fungsinya hampir sama.116
Kebutuhan juga bersifat majemuk. Sangat jarang tindakan
seorang nasabah hanya didasari pada satu motif, tetapi umumnya
didorong oleh beberapa motif sekaligus. Contohnya, seseorang yang
mempunyai mobil BMW selain bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan, kenyamanan, dan keamanannya dalam berkendara, juga
untuk mendapatkan prestise dari orang lain.117
Berdasarkan
penjabaran-penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa dapat
dikatakan wajar jika seorang nasabah bank syariah mempunyai
116Analisis penulis berdasarkan hasil perolehan data penelitian lapangan,
berupa wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data penelitian
lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015.
117Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 31. Lihat juga Aaron Quin Sartain, Psychology : Understanding Human Behaviour, Third Edition, McGraw Hill Book Company,
(Tokyo : Kogakusho Company, 1961), 56.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 129
tujuan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya dalam
menggunakan jasa dan layanan bank syariah, karena pada
hakikatnya memenuhi kebutuhan adalah sifat dasar manusia
(manusiawi), dan Islam mewajibkan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.118
5. Bagi Hasil Lebih Menguntungkan daripada Bunga Bank
Tujuan atau motif ekonomi lainnya yang mendasari seorang
nasabah menggunakan produk dan layanan bank syariah adalah
karena beranggapan bahwa nisbah bagi hasil lebih besar dari pada
bunga yang diberikan oleh bank konvensional. Sistem bagi hasil ini
tergambar dengan adanya pembagian hasil pendapatan yang sama
rata baik keuntungan maupun kerugian. Sehingga tidak ada salah
satu pihak yang merasakan dirugikan. Berbeda dengan sistem bunga
pada bank konvensional, yang mengharuskan bagi pihak yang
mendapat pinjaman dana untuk membayar tambahan dana pinjaman
setiap jangka waktu tertentu. Tentunya hal ini akan memberatkan
bagi pihak peminjam, karena belum tentu pinjaman dana tersebut
memperolah keuntungan dari perputarannya.119
Selain itu sistem
bagi hasil juga merupakan salah satu sistem ekonomi (muamalah)
yang sesuai dengan ajaran syariah Islam, yang berpedoman pada Al-
quran dan As-Sunnah, dan merupakan pemikiran dasar didirikannya
lembaga keuangan syariah, seperti perbankan syariah oleh umat
Muslim.120
Berdirinya Bank Muamalat Indonesia yang merupakan
118Analisis penulis berdasarkan hasil perolehan data penelitian lapangan,
berupa wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data penelitian
lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015. 119Analisis penulis berdasarkan hasil wawancara penulis dengan nasabah
Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014,
ditambah dengan data penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015. 120Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta
: Gema Insani Press, 2001), 18.
130 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
bank syariah pertama di Indonesia, menjalankan kegiatan
operasional perbankannya dengan menggunakan sistem bagi hasil,
bukan dengan sistem bunga seperti yang digunakan oleh bank
konvensional, karena sistem bunga dalam bank konvensional
disepakati para ulama dan cendikiawan Muslim mengandung unsur-
unsur ribawi yang tidak manusiawi.121
Selain itu, menurut para nasabah yang menggunakan jasa dan
layanan bank syariah, jika diperhitungkan sistem bagi hasil jauh
lebih menguntungkan dari pada bunga yang diberikan bank
konvensional. Pendapat ini didasari oleh pemikiran nasabah yang
beranggapan bahwa perhitungan keuntungan yang diperoleh
tidakhanya berdasarkan nisbah bagi hasil perusahaan perbankan
saja, tetapi juga keuntungan akan nilai barokah dan pahala yang
akan didapatkan dari Allah,swt. Jadi, hitungan-hitungan laba
ruginya, tidak hanya perhitungan laba rugi didunia saja tapi juga
laba rugi didunia.122
Dalam kajian fiqh muamalah, sistem bagi hasil (profit and
loss sharing) ini sesuai dan berlandaskan kaidah mudharabah.
Nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu
beranggapan bahwa, menjalankan transaksi ekonomi keuangan
perbankan berdasarkan bagi hasil merupakan aplikasi transaksi
ekonomi atas dasar suka sama suka. Sistem ini tidak akan
menguntungkan satu pihak yang bertransaksi saja dan merugikan
pihak lainnya, sehingga nasabah mengganggap sistem bagi hasil ini
lebih menjamin dan memberi keuntungan dibanding persentase
121Analisis penulis berdasarkan hasil perolehan data penelitian lapangan,
berupa wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data penelitian
lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015. 122Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang menjadi responden dalam
penelitian lapangan penulis, pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data
penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015
MOTIF NASABAH Bank Syariah 131
bunga yang diiming-imingi bank konvensional. Berdasarkan sistem
bagi hasil ini, bank Islam akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan
penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. Dengan
penabung, bank akan bertindak sebagai pengelola dana simpanan
nasabah (mudharib), sedangkan penabung bertindak sebagai pemilik
modal (shohibul maal)123 atau dapat sebaliknya, nasabah peminjam
berperan sebagai pengelola dana (mudharib) dan pihak bank
berperan sebagai pemilik dana (shohibul maal), keuntungan yang
diperoleh dibagi sesuai kesepakatan nisbah bagi hasil, begitu pula
jika terjadi kerugian, tetap dibagi sama rata, sehingga tidak ada
salah satu pihak yang merasa dirugikan. Berbeda dengan sistem
yang terdapat dalam bank konvensional yang menggunakan bunga.
Pembagian keuntungan dan kerugian yang didapat dari hasil
pengelolaan dana pinjaman tidak ada kejelasan. Ada kalanya salah
satu pihak yang bertransaksi mendapat keuntungan besar, dan pihak
lainnya hanya diberi sebagian kecil dari keuntungan. Ada pula
kalanya salah satu pihak yang bertransaksi mengalami kerugian
dalam pengelolaan dana pinjaman, namun pihak lainnya tetap
menuntut pengembalian dana pinjaman berikut dengan
Motif Ekonomi : Bagi Hasil Lebih Menguntungkan daripada Bunga
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa, persentase motif
agama nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu
dalam menerapkan nilai-nilai agama Islam berada pada kategori
tinggi sebanyak 53%, kategori sedang sebesar 31%, dan kategori
rendah sebanyak 16% dari jumlah keseluruhan responden 300 orang.
Hal ini menunjukkan bahwa salah satu tujuan/motif ekonomi
seorang nasabah menggunakan jasa dan layanan bank syariah adalah
anggapan bahwa bagi hasil lebih menguntungkan dari pada bunga
bank konvensional.127
Melakukan transaksi ekonomi (muamalah) harus melalui
keputusan dan kesepakatan bersama dari semua pihak yang
melakukan transaksi (kontrak). Kesepakatan atau persetujuan yang
sudah diputuskan oleh pihak-pihak yang bersangkutan dianggap
sebagai syarat terwujudnya keadilan dari sebuah transaksi
ekonomi.128
Jika ingin melakukan suatu transaksi haruslah
berdasarkan suka sama suka, tidak ada salah satu pihak yang merasa
keberatan dengan transaksi atau kontrak yang dijalankan. Jika
127Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan
penulis di Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-
Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-
Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20. 128Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam (Pakistan : The International
Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh Samson Rahman, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), 95.
53% 31%
16%
Tinggi
Sedang
Rendah
134 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
transaksi yang dilakukan tersebut tidak berdasarkan suka sama suka,
maka hal itu sama saja dengan memakan harta seseorang secara
batil.129
Transaksi bisnis (dalam studi kasus penelitian ini bisnis
keuangan dan perbankan syariah) tidak bisa dikatakan telah
mencapai sebuah bentuk transaksi yang saling rela antar pelakunya
(tija>ratan ’an tara>dlin minkum) jika di dalamnya masih ada tekanan,
penipuan, penggelapan, atau mis-statement yang digunakan oleh
salah satu pihak yang melakukan transaksi. Kesepakatan bersama
(suka sama suka) bertujuan untuk menghindari semua bentuk
paksaan dalam transaksi dari pihak manapun. Agar kesepakatan
menjadi sah (legal), sudah menjadi syarat mutlak harus terlepas dari
paksaan apapun bentuknya. Dengan kata lain, hanya transaksi bisnis
yang terlepas dari paksaan dan intimidasi yang dapat dianggap
sebagai transaksi bisnis halal.130
Kesepakatan yang benar adalah sebuah tuntutan dan syarat
mutlak. Semua bentuk tindak paksaan hendaknya dihindari,
meskipun mungkin saja langkah ini diambil ketika mengalami
kondisi/situasi tertentu dalam prilaku bisnis. Hukum Islam memang
memberikan keringanan (rukhshah), jika seorang Muslim
menghadapi kesulitan dan keterpaksaan. Prinsip pemberian
keringanan ini bisa saja diaplikasikan pada prilaku bisnis dan juga
pada aspek kehidupan yang lainnya.131
Berdasarkan pendapat dan
129Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam (Pakistan : The International
Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh Samson Rahman, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), 96.
130Mahmud Muhammad Babilli, Al-Ma>l fi> Al-Isla>m, (Beirut : Daar Al-Kitab
Al-Lubnani, 1975), 106. Lihat juga Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam,
(Pakistan : The International Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh
Samson Rahman, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta Pustaka Al-Kautsar, 2003), 96. 131Sayyid Abu Al-‘Ala Maududi, Mu’asyiyat Islam (Lahore : Islamic
Publication, 1969), 430-431. Lihat juga Sayyid Abu Al-‘Ala Maududi, Ethical Viewpoint of Islam (Lahore : Islamic Publication, 1974). Lihat juga Sayyid Abu Al-
MOTIF NASABAH Bank Syariah 135
pemikiran inilah nasabah BMI cabang Bengkulu tetap menggunakan
jasa layanan bank syariah.132
6. Menghidari terjadinya Negative Spread
Salah satu tujuan atau motif ekonomi yang mendasari seorang
nasabah menggunakan produk dan layanan bank syariah selain untuk
memperoleh keuntungan laba bagi hasil adalah untuk menghindari
kemungkinan mengalami tekor atau keuntungan minus dari
perputaran Dana Pihak Ketiga (DPK), seperti yang dialami oleh
bank konvensional ketika terjadi krisis ekonomi global, fenomena
ini yang disebut dengan istilah negative spread.133
Negative spread
adalah kondisi dimana pengeluaran bank untuk biaya-biaya
simpanan Dana Pihak Ketiga (DPK) lebih besar dari pada
pendapatan bunga hasil kredit yang disalurkan.134
Tingginya tingkat suku bunga pada masa krisis telah
berdampak buruk pada bank-bank konvensional berupa kesulitan
menemukan nasabah peminjam yang mampu membayar tingkat
suku bunga pinjaman yang tingginya di atas 30%. Daya beli
masyarakat yang rendah karena terjadinya inflasi tidak mampu
menanggung biaya produksi maupun kenaikan harga-harga barang
yang diakibatkan tingginya tingkat bunga. Langkanya nasabah
‘Ala Maududi, Capitalism, Sosialism and Islam (Kuwait : Islamic Book Publishers,
1977). Lihat juga Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam (Pakistan : The
International Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh Samson Rahman,
Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), 96. 132Analisis penulis berdasarkan hasil wawancara penulis terhadap para
nasabah yang menjadi responden pada penelitian lapangan penulis di Bank
Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu. 133Analisis penulis berdasarkan hasil perolehan data penelitian lapangan,
berupa wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data penelitian
lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015. 134Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Yogyakarta : Ekonisia, FE
UII, 2004), 45.
136 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
peminjam yang mampu membayar tingkat suku bunga tinggi,
dihadapkan dengan kenyataan terus membengkaknya jumlah
nasabah penyimpan yang tergiur dengan tingginya tingkat bunga
simpanan diatas 36%. Akibatnya sekuat apapun modal yang dimiliki
bank tersebut, lambat laun tapi pasti pihak bank akan mengalami
devisit.135
Konsep keuangan barat yang berdasarkan bunga menjadi
penyebab timbulnya permasalahan kemanusiaan di semua
komunitas masyarakat dan banyak negara. Konsep keuangan yang
berbasis bunga telah menimbulkan ketidakadilan (inequity).
Ketidakadilan tersebut telah mengakibatkan banyak sekali
masyarakat terutama di negara-negara yang sedang berkembang
baik negara Islam maupun negara non-Islam dan bahkan juga
negara-negara maju dan negara-negara industri menghadapi nasib
yang sama. Sistem keuangan yang berbasis bunga merupakan
penghalang terbesar bagi tercapainya keadilan yang merata. Sitem
tersebut telah mengakibatkan banyak hutang yang tidak terbayar,
menciptakan sekelompok orang-orang kaya yang tidak peduli dan
mengabaikan orang-orang lain yang tertindas, kekurangan dari segi
ekonomi, sehingga semakin miskin. Para ahli keuangan dan ekonom
yang berorientasi pada ekonomi kerakyatan juga merasakan dan
berpendapat hal yang sama. Benar bahwasanya banyak masyarakat
yang menderita karena sistem bunga tersebut, bukan hanya
masyarakat dari negara miskin dan berkembang saja, tetapi juga
masyarakat di negara-negara kaya seperti Amerika, Inggris maupun
Belanda. Terlebih-lebih masyarakat di negara miskin akan menjadi
semakin miskin dan kesusahan. Negara-negara tersebut akan
semakin tertimbun hutang yang makin lama makin besar jumlahnya
akibat pembebanan bunga. Sementara pinjaman dana (hutang) yang
135Karnaen A.Perwataatmadja dan Henri Tanjung, Bank Syariah : Teori,
Praktik, dan Peranannya (Jakarta : Celestial Publishing, 2007), 18-19.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 137
diterima negara tersebut tidak berhasil mencapai pengentasan
kemiskinan yang dialami oleh rakyatnya.136
Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian
lapangan penulis, diperoleh persentase motif ekonomi nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu menghindari
terjadinya negative spread dalam menggunakan jasa dan layanan
bank syariah, adalah sebagai berikut :
Gambar 3.10
Motif Ekonomi : Menghindari Terjadinya Negative Spread
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa, persentase motif
ekonomi nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang
Bengkulu menghindari terjadinya negative spread dalam
menggunakan jasa dan layanan bank syariah berada pada kategori
tinggi sebanyak 46%, kategori sedang sebesar 31%, dan kategori
rendah sebanyak 23% dari jumlah keseluruhan responden 300 orang.
Hal ini menunjukkan bahwa menghindari kemungkinan terjadinya
negative spread menjadi salah satu tujuan/motif ekonomi seorang
nasabah menggunakan jasa dan layanan bank syariah.137
136Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah : Produk-produk dan Aspek-
aspek Hukumnya (Jakarta : PT.Kencana Prenadamedia Group, 20014), 155-157. 137Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan
penulis di Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-
46%
31%
23%
Tinggi
Sedang
Rendah
138 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Bank syariah tidak akan menghadapi resiko tingkat suku
bunga, karena menggunakan sistem bagi hasil.138
Keunggulan
perbankan syariah terutama dalam daya tahannya terhadap terpaan
krisis dan bukan lagi pada tataran teori, sudah terbukti. Salah satu
penelitian yang dibuat oleh International Monetary Fund (IMF),
yakni “The Effects of the Global Crisis on Islamic and Conventional
Banks: A Comparative Study” menunjukkan bahwa secara umum
bank syariah lebih kuat dibandingkan dengan keuangan
konvensional saat krisis global. Ada banyak sebab, mengapa
keuangan syariah lebih kuat dibandingkan dengan keuangan
konvensional. Salah satunya adalah perbankan syariah terbebas
dari negative spread. Sumber pendapatan lembaga perbankan
syariah berasal dari pendapatan yang diperoleh dari nasabah
peminjamnya (debitur). Pada sistem konvensional (riba) sumber
pendapatan berasal dari bunga atau jasa, sedangkan pada lembaga
keuangan yang menggunakan sistem syariah pendapatan tersebut
bisa berbentuk bagi hasil ataupun margin (bagi akad jual beli).
Pendapatan tersebut sebagian dialokasikan untuk membayar
nasabah penyimpannya baik yang menyimpan dalam bentuk
tabungan ataupun deposito.139
Hal ini terbukti pada Bank Muamalat Indonesia, bank syariah
pertama yang murni syariah di Indonesia, yang memakai sistem
perbankan muamalah Islam, tidak mengalami gejolak kesehatan
perbankannya sewaktu Indonesia menghadapi krisis moneter yang
cukup hebat. Tidak seperti bank konvensional yang kenyataannya
pada tahun 1997 sebanyak 63 bank sudah ditutup, 14 bank di take
Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-
Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS Ver.20. 138Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Yogyakarta : Ekonisia, FE
UII, 2004), 130. 139 Iwan Rudi Saktiawan, Keuangan Syariah Tidak Negatif Spread, Jakarta,
10 Desember 2013. Http://www.p2kp.org/wartadetil.asp?mid=6230&catid=2& di
akses tanggal 6 Januari 2016.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 139
over dan 9 bank lagi harus direkapitalisasikan dengan biaya ratusan
triliyun rupiah.140
Lembaga perbankan syariah dan lembaga perbankan
konvensional memiliki mekanisme pengalokasian pendapatan dari
debitur untuk biaya operasonal lembaga dan nasabah penyimpan
yang berbeda. Spread pada perbankan konvensional menggunakan
rumus pengurangan, sedangkan pada sistem perbankan syariah
menggunakan rumus perkalian. Sekecil apapun nilai pendapatan
(bagi hasil) yang diperoleh oleh bank syariah, namun spread pada
sistem syariah akan selalu positif, tidak mungkin negatif. Itulah
sebabnya, pada saat krisis moneter di Indonesia, bank yang spread-
nya positif hanyalah Bank Muamalat Indonesia, karena pada saat itu
hanya BMI satu-satunya bank yang menggunakan sistem syariah,
sedangkan bank lain berada pada posisi negatif, karena tidak
menggunakan sistem syariah.141
140Ummul Fadhilah Sari, “Analisis Dampak Basis Pedidikan Formal Sumber
Daya Insani (SDI) terhadap Pemahaman Akad Fiqh Muamalah di Perbankan
Syariah, : Studi Kasus di Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu”, Skripsi
STAIN Bengkulu, (Bengkulu 2011), 1. 141 Iwan Rudi Saktiawan, Keuangan Syariah Tidak Negatif Spread, Jakarta,
10 Desember 2013. Http://www.p2kp.org/wartadetil.asp?mid=6230&catid=2& di
akses tanggal 6 Januari 2016.
140 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
141
BAB IV Peran Motif Terhadap
Loyalitas Nasabah Bank Syariah
oyalitas merupakan istilah kuno yang secara tradisional
telah digunakan untuk melukiskan kesetiaan dan
pengabdian antusias kepada suatu hal. Dalam konteks bisnis, istilah
ini digunakan untuk melukiskan kesediaan pelanggan agar terus
berlangganan pada sebuah perusahaan dalam jangka panjang, dengan
membeli dan menggunakan barang maupun jasa secara berulang-
ulang, serta secara sukarela merekomendasikan produk maupun jasa
perusahaan tersebut kepada orang lain, baik keluarga, sanak saudara,
teman-teman, dan rekan-rekannya.1 Namun, pada kenyataannya
hanya sedikit pengusaha yang memandang pelanggannya sebagai
penunjang hidup perusahaan.2 Inilah arti penting yang dapat
diberikan pelanggan loyal bagi sebuah perusahaan, yaitu merupakan
sumber pendapatan terus-menerus dalam kurun waktu bertahun-
tahun bagi perusahaan.
Loyalitas pelanggan adalah hal penting yang memerlukan
perhatian khusus dalam dunia bisnis. Para pelaku bisnis telah lama
menyadari bahwa tanpa adanya pelanggan yang loyal diperusahaan
1Christopher H.Lovelock dan Lauren K.Wright, Principles of Service
Marketing and Management, (Upper Saddle River, New Jersey : Prentice Hall.Inc,
1999) diterjemahkan oleh Agus Widyantoro,dkk, Manajemen Pemasaran Jasa,
(Jakarta : PT.Indeks, 2007), 133. 2Frederick G.Reichheld, The Loyalty Effect, (Boston, Massachusetts, USA
: Harvard Business School Press, Harvard University, 1996), 1.
L
142 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
dapat menurunkan daya saing dipasaran.3 Loyalitas pelanggan atau
disebut dengan loyalitas ‘nasabah’ dalam istilah dunia perbankan,
merupakan suatu dorongan perilaku untuk melakukan pembelian
ulang terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan oleh bank.
Konsep loyalitas nasabah lebih mengarah pada perilaku (behavior)
dibandingkan dengan sikap (attitude). Seorang nasabah loyal akan
melakukan pembelian secara teratur dalam jangka waktu yang lama.
Hal ini termasuk dalam karakteristik pelanggan loyal, seperti
melakukan pembelian secara teratur (make regular repeat
purchases), membeli produk atau jasa (purchases across product and
service lines), merekomendasikan produk kepada orang lain (refers
other), menunjukkan kekebalan dari produk sejenis yang ditawarkan
pesaing (demonstrates immunity to the full of the competition).4
Loyalitas nasabah merupakan hakikat dari sebuah kesetiaan
nasabah terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan
perbankan, yang dalam bahasa pemasaran disebut sebagai “a certain
sign of solid value creation”5, maka loyalitas tidak dapat dilepaskan
dari proses penciptaan nilai produk dan service yang diberikan
kepada nasabah, yang pada akhirnya membentuk suatu rangkaian
rantai nilai yaitu, profit, pertumbuhan perusahaan, kepuasan
nasabah, loyalitas nasabah, nilai produk dan jasa, kemampuan
karyawan, kepuasan karyawan, loyalitas karyawan, dan
3Faisal Saleh, “Loyalitas Nasabah Bank Muamalat Indonesia : Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya : Studi Kasus Nasabah PT.Bank Mamalat Indonesia
Cabang Sudirman”, Tesis Universitas Indonesia, (Depok, 2005), 5. 4Jill Griffin, Customer Loyalty : How to Earn It, How to Keep It (New
York, USA : Lexington Book Press, 2002), 24. Lihat juga Jill Griffin,
Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetian Pelanggan (Jakarta : Erlangga,
2005), 31. 5Frederick G.Reichheld, The Loyalty Effect (Harvard Business School,
Harvard University, 1996), 1.
PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 143
produktifitas karyawan.6 Loyalitas nasabah tidak dapat terjadi
dengan begitu saja, loyalitas akan berlanjut hanya sepanjang
nasabah merasakan bahwa ia menerima nilai yang lebih baik
(termasuk kualitas yang lebih tinggi sesuai dengan harga yang
dikeluarkan) dibandingkan dengan yang diperolehnya ketika beralih
ke perusahaan perbankan lain penyedia produk dan jasa yang sama.
Jika perusahaan perbankan pertama tersebut melakukan sesuatu
yang mengecewakan nasabah atau jika pesaing mulai menawarkan
nilai yang jauh lebih baik, maka risikonya nasabah akan berpaling
pada perusahan perbankan lainnya.
Mempertahankan loyalitas seorang nasabah bukan perkara
mudah. Mempertahankan nasabah terbukti lebih efisien dibanding
mencari nasabah baru, karena untuk mendapatkan nasabah baru,
berarti perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk
melakukan promosi.7 Perusahaan perbankan harus dapat melakukan
suatu cara untuk mempertahankan dan meningkatkan jumlah
nasabah perusahaannya. Survei tahunan perlu dilakukan untuk
mendorong kesadaran bank agar meningkatkan kualitas relationship
dan partnership antara bank dan nasabah, maka dibuatlah standar
pengukuran loyalitas nasabah yang mengacu pada empat dimensi,
yaitu kepuasan pelanggan (customer satisfaction), retensi pelanggan
Mas}lah}ah secara bahasa berarti kebergunaan (utility) atau kesejahteraan (welfare),
yang oleh Abdul Hamid Al-Ghazali (505H/1111M) dan Abu Ishaq Al-Shatibi
(790H/ 1388M). Masalih} (plural of mas}lah}ah) dibagi menjadi tiga kategori yaitu,
esensial (essential/daruriyah), pelengkap (complementary/hajiyah), dan keinginan
(desirable /tahsiniyah). Merupakan tugas pemimpin negara (pemerintah atau
khalifah) untuk memastikan mas}lah}ah tingkat pertama memenuhi kebutuhan
umat/masyarakat. Lihat Muhammad Akram Khan, “The Role of Government in the
Economy”, The American Journal of Islamic Social Sciences, Vol.14, No.2, (1997)
: 157.
162 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Table 4.1
Hasil Uji Regresi untuk Kontribusi
Variabel Independent Variabel Dependent Kontribusi
Loyalitas Nasabah Motif Agama dan
Motif Ekonomi 72,3 %
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS diperoleh nilai koefisien
determinasi sebesar 72,3% yang berarti motif agama dan motif
ekonomi 72,3 % dalam mempengaruhi loyalitas nasabah secara
bersama-sama dan sisanya 27,7% dipengaruhi oleh faktor lain.40
Banyak macam motif nasabah dalam menggunakan jasa layanan
bank syariah, diantaranya ada motif agama dan motif ekonomi.
Motif agama adalah motif dengan landasan nilai-nilai keagamaan,
sedangkan motif ekonomi adalah motif yang didasari oleh
pemenuhan kebutuhan ekonomi seseorang atau individu. Kedua
motif ini terbukti secara empiris mempengaruhi tingkat loyalitas
nasabah di bank syariah. Dengan motif agama yang dimiliki seorang
nasabah bank syariah dapat mempengaruhi perilaku nasabah dalam
mengambil keputusan,41
termasuk keputusan untuk tetap loyal
menggunakan jasa layanan perbankan yang sesuai dengan tuntunan
Islam, yaitu bank syariah,42
karena secara teoritis, tingkat motif
40Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner
penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada
bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan
Januari-Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20. 41Mahesh Patel, “Influence of Religion on Shopping Behaviour of
Consumers-An Exploratory Study”, Journal of Economic Volume 1, Issue No.5
(2009) : 68. Lihat juga Safiek Mokhlis, “The Influence of Religion on Retail
Patronage Behaviour in Malaysia”, Disertation Faculty of Management University
of Stirling Scotland (United Kingdom, 2006), 15. 42Analisis penulis dari perolehan data penelitian lapangan di Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu berupa hasil wawancara penulis
dengan beberapa orang nasabah yang menjadi responden.
PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 163
agama seseorang didasari oleh tingkat religiusitas, dan tingkat
religiusitas orang tersebut dapat mempengaruhi sudut pandangan
(perception), keputusan (preference) dan perilakunya (behaviour).43
Tingkat religiusitas juga mempengaruhi perilaku ekonomi
seseorang, terutama dalam mengambil keputusan ekonomi berkaitan
dengan pelaksanaan komitmen beragama.44
Hal ini menunjukkan
bahwa adanya hubungan antara motif agama seorang nasabah
dengan keputusan untuk tetap loyal menggunakan jasa dan layanan
bank syariah.45
Begitu pula dengan motif ekonomi, secara empiris
mempengaruhi loyalitas nasabah dalam menggunakan jasa dan
layanan bank syariah, karena pada hakikatnya seorang nasabah juga
makhluk ekonomi yang selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dan bertindak secara rasional.46
Memenuhi kebutuhan
hidup merupakan hakikat manusia dan wajib dilakukan.47
Dalam
ilmu ekonomi konvensional, kebutuhan didefinisikan sebagai
keinginan untuk memperoleh suatu barang maupun jasa yang dapat
memfasilitasi, memenuhi, maupun memuaskan diri individu.48
Motif
43Anas Zarqa, Islamic Economics : an Approach to Human Welfare Ch.2
dalam Aidit Ghazali dan Syed Omar bin Syed Agil (eds), Readings in the Concept and Methodology of Islamic Economics : Translating Islamic Principles in to Socio-Economics Realities (Petaling Jaya-Selangor : Pelanduk Publication, 1996),
28. Lihat dalam Susy Y.R Sanie-Herman, Teori Ekonomi Mikro Agama : Pengaruh Religiusitas Terhadap Perilaku Ekonomi (Banten : CV.Efko Grafika, 2012), 23.
44Umer Chapra, The Future of Economic An Islamic Walfare (United
Kingdom : The Islamic Foundation, 2000), 119. 45Analisis penulis dari perolehan data penelitian lapangan di Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu berupa hasil wawancara penulis
dengan beberapa orang nasabah yang menjadi responden. 46Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Cetakan Ketiga
(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008), 3. 47Ahmad M.Saefudin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam
(Jakarta : Rajawali Press, 1987), 39. 48Sadono Sukirno, Pengantar Mikro Ekonomi (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 1997), 5.
164 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
(baik motif agama maupun motif ekonomi) merupakan alasan yang
terdapat dalam diri manusia yang menyebabkan manusia melakukan
tindakan. Semua keputusan dan tindakan manusia pada hakikatnya
didasari oleh motif.49
Motif manusia merupakan suatu dorongan,
hasrat, keinginan, dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam
dirinya, untuk melakukan sesuatu tindakan.50
Dengan mempunyai
motif tertentu, dapat memberikan tujuan dan arahan bagi manusia
dalam melakukan tindakan atau berperilaku, termasuk perilaku
untuk tetap loyal menggunakan jasa dan layanan bank syariah.51
Dari kedua motif tersebut (motif agama dan motif ekonomi),
terdapat perbedaan pengaruh terhadap loyalitas nasabah, seperti
pada tabel di bawah ini :
Table 4.2
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Variabel
Independent Variabel Dependent t Hitung Sig.
Loyalitas
Nasabah
Motif Agama
Motif Ekonomi
19,145
14,439
0,000
0,000
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS dengan melihat tabel
coefficientsa, maka diperoleh nilai t hitung sebesar 19,145 untuk
motif agama (X1) dan sebesar 14,439 untuk motif ekonomi
berpengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah (Y), yang
49Alisuf Basri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan (Jakarta :
University of Chicago, 1978) diterjemahkan oleh Muslichah Zarkasi, Psikologi Manajemen (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2004), 12-13.
51Analisis penulis dari perolehan data penelitian lapangan di Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu berupa hasil wawancara penulis
dengan beberapa orang nasabah yang menjadi responden.
PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 165
ditentukan oleh faktor kepuasan pelanggan, retensi pelanggan,
perpindahan pelanggan, dan antusias pelanggan. Dari tabel di atas
dapat dilihat bahwa t hitung bernilai positif, yang berarti jika terjadi
kenaikan skor motif agama dan motif ekonomi, maka tingkat
loyalitas nasabah bank syariah juga mengalami kenaikan.52
Motif agama dan motif ekonomi memiliki pengaruh dalam
mempertahankan loyalitas pelanggan atau nasabah bank syariah.
Cara terbaik dalam mempertahankan pelanggan dan memperoleh
kesetiaan dari mereka adalah dengan cara mengkonsentrasikan pada
kebutuhan dan keinginan mereka. Perusahaan harus mampu
melakukan diferensiasi dalam penawarannya, yang tidak ada pada
pesaing lain. Selain itu, program loyalitas pelanggan juga harus
tepat jika ingin memberikan pengaruh. Kemampuan pihak
manajemen perbankan dalam menjaga pertumbuhan perusahaan
tentunya tidak lepas dari kemampuannya dalam menjaga dan
meningkatkan loyalitas basis nasabah yang mereka miliki.53
Nasabah bank syariah merupakan makhluk ekonomi yang
akan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan
bertindak secara rasional,54
karena memang sudah menjadi hakikat
individu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti keinginan
untuk memperoleh suatu barang maupun jasa yang dapat
memfasilitasi individu, dan hal itu wajib dilakukan.55
Namun,
52Analisis penulis dari perolehan data penelitian lapangan di Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu berupa hasil wawancara penulis
dengan beberapa orang nasabah yang menjadi responden. Data diolah menggunakan
program SPSS Ver.20. 53Analisis penulis dari perolehan data penelitian lapangan di Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu berupa hasil wawancara penulis
dengan beberapa orang nasabah yang menjadi responden. 54Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Cetakan Ketiga,
(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008), 3. 55Ahmad M.Saefudin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam,
(Jakarta : Rajawali Press, 1987), 39.
166 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
nasabah bank syariah juga merupakan makhluk yang bersifat
mukallaf (memikul beban keagamaan). Berdasarkan sifat ini maka
manusia dalam melakukan semua aktivitasnya harus sesuai dengan
tuntunan agama. Namun manusia juga diberi kebebasan melakukan
kegiatan ekonomi dalam batas-batas syariat.56
Kebutuhan ekonomi
manusia menurut Islam dibagi menjadi dua kategori, yaitu
kebutuhan yang harus dipenuhi untuk diri sendiri dan keluarga
(kebutuhan lahiriyah) maupun kebutuhan yang harus dipenuhi dalam
beragama (kebutuhan ruhiyah) seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf,
dan lain sebagainya.57
Hal ini dimaksudkan untuk mendorong
manusia agar tercapainya kebahagiaan hidup di dunia maupun
akhirat.58
Perilaku nasabah bank syariah secara Islami merupakan
perilaku dimana nasabah bebas melakukan kegiatan ekonomi namun
dalam batas syar’i. Keyakinan bahwa menabung di bank syariah
merupakan kewajiban mereka sebagai seorang muslim tetap
diimbangi dengan tujuan ekonomi. Jika pada awalnya nasabah
menabung di bank syariah karena kepatuhan mereka terhadap ajaran
Islam, namun pada akhirnya mereka juga akan mencari jasa
56Fatmah Azis, “Perilaku Konsumen Muslim : Religious Motive dan
Economic Motif dalam Pengambilan Keputusan”, Artikel Ilmiah, Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surabaya, (April 2012), 10. Diakses pada
tanggal 9 September 2014. Lihat www.fatmahazis.file.wordpress.com. 57Yu>suf al-Qarad{a>wi<, Daur al-Qiyam wa al-Akhla>q fi al-Iqtis}a>di al-Isla>mi,
(Kairo : Maktabah Wahbah, 1995), 201. Lihat juga Afzalur Rahman, Economic Doctrines of Islam jilid 2, diterjemahkan oleh Soeroyo,dkk, Doktrin Ekonomi Islam, jilid 2 (Jakarta : Dana Bhakti Wakaf, 1995), 8. Lihat juga Sarwono, “Analisis
Perilaku Konsumen Perspektif Ekonomi Islam”, Innofarm : Jurnal Inovasi Pertanian
Vol.8 No.1 (2009) : 45. 58Fatmah Azis, “Perilaku Konsumen Muslim : Religious Motive dan
Economic Motif dalam Pengambilan Keputusan”, Artikel Ilmiah, Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surabaya, (April 2012), 10. Diakses pada
tanggal 9 September 2014. Lihat www.fatmahazis.file.wordpress.com.
PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 167
pelayanan perbankan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka
secara ekonomi.59
Loyalitas nasabah pengguna jasa dan layanan bank syariah
berdasarkan pengelohan data hasil penelitian ini menunjukkan
peningkatan setiap tahunnya. Pengaruh dimensi relationship dan
partnership terhadap loyalitas nasabah justru meningkat. Fenomena
ini mengindikasikan bahwa kesetiaan nasabah tabungan syariah
cenderung lebih dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat emosional
ketimbang hal-hal yang sifatnya transaksional. Momentum
pertumbuhan DPK tabungan syariah yang relatif tinggi perlu dijaga
dengan upaya yang kuat.60
59Fatmah Azis, “Perilaku Konsumen Muslim : Religious Motive dan
Economic Motif dalam Pengambilan Keputusan”, Artikel Ilmiah, Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surabaya, (April 2012), 11. Diakses pada
tanggal 9 September 2014. Lihat www.fatmahazis.file.wordpress.com. 60Analisis penulis dari perolehan data penelitian lapangan di Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu berupa hasil wawancara penulis
dengan beberapa orang nasabah yang menjadi responden.
168 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
169
BAB V Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya, tesis ini
menyimpulkan bahwa kedua motif, baik motif agama maupun motif
ekonomi memiliki pengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah di
bank syariah. Motif agama dan motif ekonomi secara bersama-sama
memberikan kontribusi sebesar 72,3% terhadap loyalitas nasabah
bank syariah. Jika dibandingkan dari kedua motif tersebut, motif
agama memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan motif
ekonomi. Hal ini dikarenakan adanya dorongan atau faktor budaya
lokal nasabah bank syariah yang kental akan nilai-nilai religiusitas.
Sehingga terdapat afiliasi antara agama, budaya, dan pola pikir
masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dalam
menggunakan jasa layanan bank syariah. Tingkat loyalitas nasabah
di bank syariah berada pada kategori tinggi sebesar 70,33%. Namun,
Sian, Lai Fatt. “An Investigation in to the Impact of Income,
Culture and Religion on Consumption Behaviour : A
Comparative Study of the Malay and the Chinese
Consumers in Malaysia”. Disertation Philosophy in
Management Studies University of Exeter United
Kingdom. 2009.
Solichun, M. Idrus Syafei, Munawwir, dan Ahmad Suryadi. “Islamic
Bank Analysis of Marketing Strategy with Perspective
Competitive Advantage Muamalat Bank of Indonesia in
Jakarta”. International Journal of Business and Management Invention Vol.2 Issue 8 (August 2013).
Tiliouine, Habib and Abbes Belgoumidi. “An Exploratory Study of
Religiosity, Meaning in Lifeand Subjective Wellbeing in
Moeslem Students from Algeria”. The International
Daftar Pustaka 185
Society for Quality of Life Studies (ISQOLS) Vol.4
(Springer 2009) : 109-127.
Worthington, Everett.L. “The Religious Commitment Inventory :
Development, Refinement and Validation of Brief Scale
for Research and Counselling”. Journal of Counselling Psychology Vol.50 No.1 (2003) : 84-96.
Yustati, Herlina. “Religiusitas dan Konsumerisme Mahasiswa
Muslim : Studi atas Konsumsi Perspektif Ekonomi Islam”.
Jakarta : Tesis UIN Syarif Hidayatullah. 2014.
Zinnbauer, Brian J. “The Emerging Meanings of Religiousness and
Spirituality : Problems and Prospects”. Journal of Personality. Vol.67 No.6 (1999).
WEBSITE DAN WEB PAGES
www.ccsenet.org/journal.html
www.fatmahazis.file.wordpress.com
www.ijbmi.org
www.sp2010.bps.go.id
www.bankmuamalat.co.id
186 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
187
Glosarium
Agama : Suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas
kepercayaan dan praktik yang berhubungan
dengan hal-hal yang suci.
Altruisme : Paham (sifat atau sikap) lebih memperhatikan
dan mengutamakan kepentingan orang lain
(kebalikan dari egoisme).
Bank : Lembaga yang berfungsi sebagai tempat
transaksi ekonomi keuangan, bertugas sebagai
penghimpun dana dari pemilik modal, dan
menyalurkan kepada pengelola modal, serta
memberikan jasa layanan perbankan lainnya.
Ekonomi : Hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan
hidup seperti pangan, sandang, maupun papan,
serta hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
produksi, distribusi, dan konsumsi.
Karakteristik : Mempunyai sifat khas yang menggambarkan
ciri orang tersebut yang sesuai dengan
perwatakannya.
Konsumen : Orang atau lembaga yang melakukan kegiatan
konsumsi, memakai barang hasil produksi
maupun menggunakan jasa layanan.
Kualitas : Tingkat baik buruknya sesuatu; kadar; derajat
atau taraf (kepandaian, kecakapan,
mutu). Segala hal yang bersifat mendasar.
Loyalitas : Kesetiaan dan kepatuhan seseorang terhadap
sesuatu hal yang dipercayanya.
188 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Motif : Pola/ corak/ sebab/ alasan/ latar belakang/
tujuan seseorang melakukan sesuatu tindakan.
Keperluan, kebutuhan atau keinginan seseorang
Motivasi : Dorongan yang timbul pada diri seseorang
secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan
suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
Nasabah : Orang yang menjadi pelanggan bank,
melakukan transaksi yang berkaitan dengan
kegiatan perbankan seperti, penyimpanan uang,
pembiayaan, dan jasa layanan perbankan
lainnya.
Negative Spread : Kondisi dimana pengeluaran bank untuk biaya-
biaya simpanan Dana Pihak Ketiga (DPK) lebih
besar dari pada pendapatan bunga hasil kredit
yang disalurkan.
Perilaku : Tanggapan atau reaksi individu terhadap
rangsangan atau lingkungan sekitarnya.
Religiusitas : Seberapa jauh tingkat pengetahuan seseorang
tentang agama yang dianutnya, seberapa kokoh
keyakinannya, seberapa banyak pelaksanaan
ibadahnya, dan seberapa dalam penghaya
tannya.
Riba : Tambahan (az-ziyadah), berkembang (an-
numuw), meningkat (al-irtifa’), dan membesar
(al-‘uluw). Dengan kata lain, riba adalah
penambahan, perkembangan, peningkatan, dan
pembesaran atas pinjaman pokok yang diterima
pemberi pinjaman dari peminjam sebagai
imbalan karena menangguhkan sebagian
modalnya selama periode waktu tertentu.
189
Indeks
A Abbes Belgoumidi, 40
Afzalur Rahman, 2, 124, 166
Agama, 27, 30, 33, 34, 35, 39, 40,
42, 63, 73, 93, 94, 99, 107, 110,
111, 113, 114, 158, 162, 163, 164
Al-Ghazali, 161
B Batson, 37
D Delener, 34, 94, 110
Dimensi, 61, 63, 148, 151, 153, 156,
169
E Ekonomi, 2, 15, 16, 21, 23, 24, 25,
26, 27, 30, 34, 35, 40, 42, 63, 73,
110, 111, 114, 118, 119, 122, 123,
124, 133, 137, 158, 160, 161, 162,
163, 164, 166, 167
Ekonomi Islam, 34, 110, 124, 166
Euis Amalia, 161
G Glock, 38, 39
H Habib Tiliouine, 40
Hamdani, 40
I Indonesia, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11,
12, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22,
23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 36,
43, 44, 45, 53, 54, 55, 56, 58, 69,
70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78,
79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87,
88, 89, 90, 92, 93, 94, 95, 97, 98,
99, 100, 101, 102, 103, 106, 107,
108, 109, 111, 113, 114, 115, 116,
117, 118, 119, 120, 121, 122, 125,
127, 128, 129, 130, 131, 132, 133,
135, 137, 138, 139, 142, 144, 145,
146, 147, 148, 149, 151, 152, 153,
154, 156, 157, 158, 159, 160, 162,
163, 164, 165, 167, 172
K Konsumerisme, 34, 110
Konsumsi, 34, 110
Kontribusi, 162
Kuantitatif, 26, 29, 30
L Lai Fatt Sian, 37, 112
M Mahasiswa, 34, 53, 76, 110
190 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Mahesh Patel, 35, 38, 94, 112, 114,
162
Media, 23, 26, 28, 29, 48, 49
Merek, 6, 7, 19, 20, 49
Monzer Kahf, 37
Muhammad Abdul Mannan, 158
Muslim, 1, 10, 27, 34, 37, 38, 41, 70,
73, 81, 84, 95, 96, 97, 98, 102,
103, 106, 110, 111, 112, 119, 123,
124, 129, 134, 166, 167, 172
P Produk, 14, 27, 63, 70, 86, 87, 90,
101, 102, 121, 122, 137
Protestan, 36
R Regresi, 30, 162, 164
Reliabilitas, 29
Religius, 34
Religiusitas, 15, 16, 33, 34, 35, 37,
40, 42, 73, 110, 111, 112, 114,
163
S Safiek Mokhlis, 35, 39, 94, 114, 162
Sosial, 15, 16, 26
Stark, 38, 39
suf al-Qarad}a>wi, 124
V Validitas, 29
Variabel, 27, 63, 162, 164
191
LAMPIRAN -LAMPIRAN
192 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
SEKOLAH PASCASARJANA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PERBANKAN DAN KEUANGAN SYARIAH
Kepada YTH Bapak / Ibu Responden Di- Tempat
Assalamu ‘alaikum Wr.Wb.
Saya adalah mahasiswa Manajemen Perbankan dan Keuangan Syariah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian di Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu dengan topik “Motif Agama dan Motif Ekonomi : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah”. Memohon bantuan Bapak/Ibu agar berkenan meluangkan sedikit waktunya untuk mengisi lembar kuesioner ini. Jawaban dari kuesioner ini hanya akan dipergunakan dalam penelitian saya saja. Seluruh data yang Bapak/Ibu berikan akan terjaga kerahasiaannya. Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu ‘alaikum Wr.Wb. Ummul Fadhilah Sari
Lampiran 1 : Lembar Kuesioner
Lampiran-Lampiran 193
I. Data Responden
1. No.responden :
2. Jenis kelamin : (a) laki-laki (b) perempuan
3. Status : (a) menikah (b) belum menikah
(c) janda/duda
4. Umur : _______________
5. Pekerjaan : _______________
6. Pendidikan : _______________
7. Pendapatan : _______________
8. Suku : _______________
9. No.Telpon/Hp : _______________
II. Daftar Pertanyaan
Petunjuk : Jawablah pernyataan berikut ini dengan memberikan
tanda silang ( X )
pada jawaban yang paling sesuai menurut
Bapak/Ibu.
Keterangan : TP : Tidak Pernah
JR : Jarang
KK : Kadang-kadang
SR : Sering
SL : Selalu
No. Pernyataan Penilaian
TP JR KK SR SL
A. Motif Agama
1 Saya menabung di bank syariah
karena menghindari praktik riba
yang dilarang oleh agama.
2 Saya hanya menggunakan bank
yang memakai sistem bagi hasil
saja.
194 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
3 1. Saya menggunakan produk dan
jasa bank syariah daripada bank
konvensional.
4 2. Saya memperoleh keuntungan
dari hasil bunga bank.
5 3. Saya hanya menabung di bank
konvensional yang memakai
sistem bunga.
6 4. Saya menjadi nasabah bank
syariah karena, bank syariah
menggunakan sistem bagi hasil
yang adil.
7 Jika memperoleh keuntungan dari
pembiayaan bank syariah untung
dan rugi saya bagi sama rata.
8 Saya hanya ingin memperoleh
keuntungan dengan sistem bagi
hasil saja.
9 Saya berusaha adil setiap
melakukan transaksi ekonomi.
10 Saya tidak menyembunyikan
perolehan keuntungan yang saya
dapat dari dana pembiayaan bank
syariah.
11 Saya menjadi nasabah bank
syariah untuk mengaplikasikan
nilai-nilai syariah dalam
kehidupan saya.
12 Sebagai Muslim, saya
berkewajiban menggunakan
layanan jasa perbankan yang
sesuai dengan agama saya.
13 Dengan menggunakan bank
syariah perilaku ekonomi saya
jadi lebih Islami.
14 Saya menggunakan layanan bank
syariah karena ingin mengetahui
Lampiran-Lampiran 195
bagaimana akad-akad dalam fiqh
muamalah.
15 Dengan menggunakan bank
syariah saya jadi terbiasa
melakukan transaksi yang halal.
No. Pernyataan Penilaian
TP JR KK SR SL
B. Motif Ekonomi
1 Saya menjadi nasabah bank
syariah karena produk yang
beraneka ragam.
2 5. Saya menabung di bank syariah
karena produk yang ditawarkan
bank syariah sesuai dengan
kebutuhan saya.
3 Saya menabung di bank syariah
karena lebih banyak hadiah dan
undian dibandingkan bank
konvensional.
4 Saya menggunakan produk-
produk bank syariah karena
biaya administrasi yang murah.
5 Saya menabung di bank syariah
karena keuntungan bagi hasil
lebih besar dari pada bunga bank
konvensional.
6 Saya melakukan pinjaman di
bank syariah karena sistem bagi
hasil tidak terlalu berisiko.
7 Saya menjadi nasabah bank
syariah karena bank syariah
menggunakan sistem bagi hasil
yang tidak berisiko.
196 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
8 Berinvestasi di bank syariah
lebih terjamin karena kondisi
keuangan bank syariah tetap
stabil meskipun sedang krisis.
9 Bank syariah dapat membantu
mengatasi masalah keuangan
saya.
10 Saya berinvestasi di bank
syariah karena selain
keuntungan yang didapat lebih
besar juga memiliki resiko yang
kecil.
11 Saya menabung di bank syariah
karena investasi dana tabungan
saya memiliki prospek yang
lebih baik.
12 Saya mendepositokan uang saya
di bank syariah karena
keuntungan dari nisbah bagi
hasil yang saya dapatkan lebih
besar dibanding deposito di
bank konvensional.
13 Saya menabung di bank syariah
karena potongan tabungan di
bank syariah lebih kecil
dibanding bank konvensional.
14 Saya mengajukan pembiayaan di
bank syariah karena lebih
menguntungkan dibanding
sistem perkreditan di bank
konvensional.
15 Saya menggunakan bank syariah
karena bank syariah sudah
terbukti dapat bertahan dari
krisis global.
Lampiran-Lampiran 197
No. Pernyataan Penilaian
TP JR KK SR SL
C. Loyalitas Nasabah
1 Saya menggunakan bank syariah
karena ATM bank syariah
mudah dijangkau dan
mempunyai banyak jaringan.
2 Kemampuan petugas customer service dalam menjawab
pertanyaan sudah dapat
memberikan saya penjelasan.
3 Petugas bank syariah cepat dan
tepat dalam memberikan
pelayanan nasabah yang
komplain.
4 Ketika saya dirugikan karena
kesalahan pelayanan bank
syariah, saya mendapatkan
kompensasi.
5 Karyawan bank syariah
memiliki kesabaran dan
kerendahan hati dalam melayani
nasabah.
6 Saya ingin lebih lama lagi
menjadi nasabah BMI, bahkan
ingin seumur hidup saya.
7 Saya puas dengan kualitas
layanan bank syariah dan akan
tetap menggunakan jasa layanan
BMI.
8 Saya mudah tergiur dengan
penawaran hadiah produk yang
diberikan oleh bank lainnya.
9 Saya bersedia menjadi nasabah
198 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
bank lain, jika bank tersebut
memberikan bagi hasil yang
lebih besar.
10 Saya tidak akan pindah ke bank
lain, walaupun produk yang
ditawarkan bank lain tersebut
menarik.
11 Saya khawatir jika pindah ke
bank lain, saya akan
mendapatkan pelayanan yang
lebih buruk.
12 Jika saya berpindah ke bank
lain, saya akan kerepotan
mengurus persyaratan dari awal.
13 Saya tidak terima jika ada yang
komentar negatif tentang
produk dan jasa layanan yang
saya gunakan.
14 Saya bersedia menggunakan
inovasi produk maupun produk
terbaru yang ditawarkan bank.
15 Saya melakukan transaksi dan
layanan jasa perbankan secara
teratur.
16 Saya suka menyarankan kepada
keluarga, sanak saudara, teman,
tetangga, dan rekan kerja untuk
menggunakan produk dan jasa
layanan bank syariah.
-------------------Terima Kasih atas Partisipasi Saudara/i------------------
Lampiran-Lampiran 199
Lampiran 2 : Uji Validitas dan Uji Reabilitas Loyalitas Nasabah
Responden
Identitas Responden Skor Angket Loyalitas Nasabah Jumlah
L/P Lama Usia 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 2 5 56 3 5 5 3 3 5 3 5 5 3 4 3 4 5 5 5
66
2 2 2 20 5 5 5 5 5 4 5 4 3 4 5 2 4 5 5 5
71
3 1 3 30 2 3 5 3 3 5 2 5 5 5 2 2 3 5 5 5
60
4 2 6 44 5 5 4 1 5 5 2 5 5 3 5 2 4 3 4 5
63
5 1 5 43 4 4 4 4 4 5 3 5 5 4 3 3 5 4 4 5
66
6 1 2 24 5 4 3 4 5 5 3 5 5 5 4 3 4 5 3 5
68
7 2 1 20 3 3 4 4 3 5 3 5 5 4 3 3 3 4 4 5
61
8 1 4 36 3 5 5 4 3 5 4 5 5 3 3 4 4 5 5 3
66
9 1 5 45 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 2 5 5 5 5
74
10 2 2 21 3 4 4 4 3 5 3 5 5 1 4 3 4 4 4 3
59
11 2 3 22 5 5 5 4 3 5 3 5 5 5 4 3 4 5 5 5
71
12 2 2 29 3 5 2 5 4 5 2 5 5 4 4 2 4 4 2 5
61
13 1 4 29 5 5 5 4 4 5 2 5 5 5 2 2 5 5 5 5
69
14 1 3 24 3 3 4 4 2 4 3 5 5 3 3 3 4 4 4 4
58
15 2 5 50 3 3 1 1 3 4 3 5 5 2 2 3 4 4 1 3
47
16 2 6 33 2 2 3 3 3 4 2 4 4 4 3 2 4 4 3 2
49
200 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
17 2 3 52 4 5 4 4 4 5 3 5 5 1 3 3 4 4 4 2
60
18 1 5 45 3 3 3 3 3 5 2 5 5 3 3 2 3 3 3 4
53
19 2 5 40 4 4 5 3 4 5 4 5 5 5 3 4 5 5 5 4
70
20 2 6 33 4 4 4 4 4 5 3 5 5 2 4 3 4 5 4 5
65
21 1 2 23 3 3 4 4 4 5 3 5 5 4 4 3 4 4 4 3
62
22 2 4 36 4 4 4 4 3 5 3 5 5 3 3 3 4 5 4 5
64
23 1 5 47 2 2 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3
47
24 1 7 49 4 5 4 3 4 5 3 5 5 5 4 3 4 5 4 5
68
25 2 4 61 3 3 4 3 3 4 3 5 5 2 3 3 4 2 4 3
54
26 1 4 37 2 5 4 3 3 5 3 5 5 5 4 3 4 5 4 5
65
27 1 3 42 5 3 5 5 5 4 2 5 5 4 4 2 4 4 5 5
67
28 2 4 44 3 4 4 4 3 5 3 5 5 3 4 3 4 4 4 3
61
29 2 7 60 4 2 3 3 3 4 5 4 4 4 4 5 4 4 3 3
59
30 2 4 40 3 2 1 2 2 4 4 5 5 3 2 4 4 5 1 1
48
31 1 7 50 3 2 3 2 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 1
50
32 2 5 42 3 2 2 1 3 5 3 5 5 3 3 3 3 5 3 3
52
33 2 3 40 5 1 1 1 4 3 1 2 2 5 1 1 1 3 1 2
34
34 1 5 31 4 4 4 4 4 5 5 5 5 3 4 5 4 5 4 3
68
35 2 5 47 3 4 4 1 3 4 3 3 3 2 3 3 3 4 4 2
49
Lampiran-Lampiran 201
36 1 3 31 2 3 3 1 2 5 2 4 4 5 1 2 3 4 2 3
46
37 2 4 45 2 2 3 1 4 4 1 3 3 4 1 1 3 3 2 3
40
38 1 5 35 1 5 1 1 1 4 1 3 3 1 1 1 5 5 3 1
37
39 2 6 48 2 1 1 1 2 5 2 5 5 2 1 2 5 5 3 1
43
40 1 2 24 1 1 3 1 3 4 1 4 4 4 2 1 4 3 3 2
41
41 1 3 53 1 3 3 1 2 4 1 4 4 5 2 1 4 4 2 1
42
42 1 6 54 1 2 1 1 2 3 2 4 4 3 1 2 3 4 1 1
35
43 2 1 24 1 2 1 1 3 4 1 2 2 4 1 1 3 4 2 1
33
44 2 5 33 5 2 1 5 3 3 5 3 3 3 1 5 3 2 3 2
49
45 2 3 30 3 2 1 1 1 3 2 2 2 3 1 2 2 4 2 2
33
46 1 2 28 3 1 2 2 4 4 2 3 3 3 3 2 3 4 3 3
45
47 1 6 35 1 3 3 1 2 3 1 3 3 3 1 1 3 3 3 1
35
48 2 6 38 4 2 1 4 2 3 1 3 3 3 4 1 3 3 3 1
41
49 2 4 45 2 3 3 1 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1
41
50 1 2 25 2 2 2 1 1 4 2 4 4 4 2 2 4 4 2 2
42
51 2 3 30 2 2 2 1 2 4 1 4 4 4 1 1 3 3 4 2
40
52 1 6 49 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 2 3
54
53 1 1 20 2 3 2 1 3 3 1 3 3 3 2 1 2 2 2 3
36
54 1 2 27 5 4 2 1 2 5 1 4 4 5 1 1 3 4 1 5
48
202 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
55 2 6 44 2 3 2 2 3 4 2 3 3 4 2 2 3 3 4 3
45
56 2 7 58 2 2 1 5 2 3 2 4 4 3 1 2 3 4 2 1
41
57 1 3 28 1 3 2 1 1 5 5 4 4 3 1 5 3 3 3 1
45
58 2 2 26 1 4 4 1 3 4 1 4 4 4 2 1 4 3 2 1
43
59 2 3 39 2 1 1 1 2 3 2 5 5 2 1 2 5 3 3 1
39
60 1 5 42 3 3 4 3 3 5 3 5 5 1 5 3 5 2 3 5
58
61 1 6 48 5 5 5 3 4 4 5 5 5 5 5 5 5 2 4 5
72
62 1 8 54 3 3 2 2 2 5 4 5 5 3 4 4 5 3 4 5
59
63 2 4 25 1 5 5 3 5 4 5 5 5 2 5 5 5 3 2 4
64
64 1 2 33 4 4 3 3 4 4 4 5 5 5 5 4 1 3 4 4
62
65 2 4 46 4 5 4 3 4 3 4 5 5 4 5 4 5 2 5 3
65
66 2 7 50 4 3 3 4 4 5 3 5 5 5 5 3 5 3 3 4
64
67 1 4 31 4 3 3 3 4 5 5 5 5 2 5 5 5 3 3 5
65
68 1 8 60 5 5 5 4 5 4 5 5 5 3 5 5 4 3 5 5
73
69 1 4 41 4 3 4 3 4 5 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4
68
70 2 5 37 4 3 4 4 4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5
70
71 2 3 28 5 4 4 3 4 5 3 5 5 5 5 3 5 5 3 2
66
72 2 7 59 4 4 2 4 3 4 5 4 4 4 5 5 4 3 3 5
63
73 1 5 56 4 2 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4
56
Lampiran-Lampiran 203
74 2 4 53 1 3 2 3 2 3 3 4 4 3 3 3 2 4 4 1
45
75 2 9 63 3 3 3 2 2 4 3 5 5 4 4 3 3 4 2 3
53
76 1 5 53 4 4 3 3 3 3 4 5 5 3 4 4 5 3 3 4
60
77 2 4 49 3 3 3 3 3 5 3 5 5 5 5 3 5 2 3 3
59
78 1 8 68 3 4 3 3 5 4 5 5 5 5 5 5 5 2 3 5
67
79 2 7 43 4 4 4 4 5 4 4 5 5 3 5 4 5 3 3 4
66
80 1 3 30 4 4 4 1 4 4 4 5 5 5 5 4 5 3 3 4
64
81 2 8 55 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 5 4 4 3 3 4
57
82 1 4 29 2 3 3 3 3 4 4 5 5 5 2 4 5 3 3 3
57
83 2 3 35 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 3 4 4
62
84 2 8 60 3 3 3 2 3 4 4 5 5 3 5 4 5 2 3 4
58
85 1 5 30 3 3 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 5 2 3 4
61
86 1 5 24 5 5 4 3 5 4 5 5 5 3 5 5 4 3 4 5
70
87 1 5 30 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4
61
88 2 6 28 3 3 4 3 5 5 2 4 4 5 4 2 5 2 4 3
58
89 2 8 40 3 4 3 5 3 3 5 4 4 5 3 5 3 5 3 5
63
90 1 4 35 3 2 4 5 3 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5
69
91 2 2 45 3 4 5 5 4 3 5 3 3 5 2 5 3 3 3 5
61
92 1 3 68 2 2 3 4 4 1 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4
60
204 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah