HUBUNGAN PENYUSUNAN TUGAS AKHIR DENGAN KEJADIAN STRES PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH ACEH BARAT SKRIPSI ZUHRI MAIRIDA NIM : 09C10104192 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH - ACEH BARAT TAHUN 2014
44
Embed
SKRIPSIrepository.utu.ac.id/516/1/I-V.pdf · 2017. 9. 21. · dan tindakan serta perilakunya, karena semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi pula tekanan-tekanan yang dihadapinya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN PENYUSUNAN TUGAS AKHIR DENGAN
KEJADIAN STRES PADA MAHASISWA FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS
TEUKU UMAR MEULABOH
ACEH BARAT
SKRIPSI
ZUHRI MAIRIDA
NIM : 09C10104192
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH - ACEH BARAT
TAHUN 2014
iii
ABSTRAK
ZUHRI MAIRIDA. Hubungan Penyusunan Tugas Akhir Dengan Kejadian Stres
Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar
Meulaboh Aceh Barat. Dibawah bimbingan Kiswanto, M.Si dan Jun Musnadi Is,
SKM, M. Kes.
Stres merupakan suatu tanggapan penyesuaian diperantaian oleh perbedaan-
perbedaan individual dan proses-proses Psikologi, akibat dari setiap tindakan
lingkungan, situasi, atau peristiwa yang menempatkan tuntutan psikologi dan fisik
berlebihan kepada seseorang.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi yaitu dengan
menggunakan pendekatan Cross Sectional yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara, pengetahuan, sikap dan tindakan dengan kejadian stres Pada
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Teuku Umar Meulaboh
Aceh Barat. Populasi penelitian berjumlah 233 orang dengan jumlah sampel 47
orang yang diambil dengan teknik random sampling. Uji statistik menggunakan
Chi-square test pada taraf signifikan 95% dengan aplikasi komputer.
Hasil penelitian diperoleh ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dengan kejadian stres dimana nilai p value = 0,023 yang berarti lebih kecil dari α
(0,05), ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan kejadian stres dimana
nilai p value = 0,035 yang berarti lebih kecil dari α (0,05) dan ada hubungan
yang signifikan antara tindakan dengan kejadian stres dimana p value = 0,21 yang
berarti lebih kecil dari α (0,05).
Di harapkan pada seluruh mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir kuliah
agar jangan menganggap tugas akhir kuliah ini sebagai beban, guna untuk
menghindari terjadinya stres yang akhirnya dapat menghambat penyusunan tugas
akhir kuliah. Sebagai bahan masukan Bagi Akademik Fakultas Kesehatan
Masyarakat, agar bisa bekerjasama dengan mahasiswa guna meringankan beban
dalam penyusunan tugas akhir sehingga dapat terhindar dari stres.
Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Kejadian Stres.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stres merupakan suatu tanggapan penyesuaian diperantaian oleh
perbedaan-perbedaan individual dan proses-proses Psikologi, akibat dari setiap
tindakan lingkungan, situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan
psikologi dan fisik berlebihan kepada seseorang. Bagi para ilmuwan, stres telah
menjadi kawasan riset yang cukup menarik perhatian dan kaya akan informasi-
informasi keilmuan. Berbagai disiplin ilmu telah memberikan sumbangan yang
berarti bagi studi tentang stres. Istilah stres berasal dari kata stingere (bahasa
latin) yang berarti mengekang (Hidayat, 1998).
Menurut Hans dalam Hawari (2008), stres adalah respons tubuh yang
sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Misalnya bagaimana
respon tubuh sesorang manakala yang bersangkutan mengalami beban pekerjaan
yang berlebihan. Bila tubuh sanggup mengatasinya artinya tidak ada gangguan
pada fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang bersangkutan tidak mengalami
stres. Tetapi bila sebaliknya ternyata tubuh mengalami gangguan pada satu atau
lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan
fungsi pekerjaannya dengan baik, maka disebut mengalami stres.
Dalam perkembangan selanjutnya ternyata dampak stres ini tidak hanya
mengenai gangguan fungsional hingga kelainan organ tubuh, tetapi juga
berdampak pada bidang kejiwaan (psikologik/psikiatrik) misalnya kecemasan dan
atau depresi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari stres,
2
masalahnya adalah bagaimana hidup beradaptasi dengan stres tanpa harus
mengalami distres (Hawari, 2008).
Stres dapat dialami oleh setiap individu, salah satunya adalah individu
sebagai mahasiswa, mahasiswa adalah individu yang melanjutkan tingkat
pendidikannya sampai dengan perguruan tinggi yang mempunyai tanggung jawab
yang lebih besar daripada tingkatan pendidikan yang dilalui sebelumnya. Pada
tingkat perguruan tinggi, individu dituntut untuk lebih dewasa dalam pemikiran
dan tindakan serta perilakunya, karena semakin tinggi tingkat pendidikan,
semakin tinggi pula tekanan-tekanan yang dihadapinya dalam segala aspek.
Tuntutan Universitas terhadap mahasiswa, adalah memberikan kontribusi yang
baik bagi dunia kerja nantinya, tetapi kenyataannya mahasiswa sendiri terkadang
kesulitan dalam menjalankan tugas akhir atau skripsi. Skripsi adalah sebuah karya
ilmiah yang disusun oleh seorang mahasiswa program sarjana (Program strata
satu) dari hasil-hasil penelitiannya atas dasar analisis data primer atau analisis
data sekunder (Djarwanto, 2005).
Skripsi dan stres sudah sangat umum terdengar bersamaan, dimana sering
kali skripsi menjadi sesuatu yang menakutkan untuk dihadapi. Banyak sekali
permasalahan yang dialami oleh mahasiswa seperti mendapatkan dosen
pembimbing yang sulit ditemui, mengalami perbedaan pendapat dengan dosen
pembimbing, merasa kebingungan dengan data yang harus diolah sehingga
menimbulkan perasaan tidak puas dengan hasil pekerjaan, dan cemas bila skripsi
tersebut dinyatakan tidak layak oleh penguji. Jika merasa seperti itu, maka
3
mahasiswa akan merasa sedang mengalami tekanan. Hal ini dapat mempengaruhi
kondisi fisik dan psikis, emosi akan sulit untuk terkontrol (Hawari, 2008)
Sebagian mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku
Umar merasa bahwa stres adalah suatu kondisi yang menekan keadaan psikis
seseorang dalam mencapai suatu tujuan dimana untuk mencapai tujuan tersebut
terdapat batasan atau penghalang. Maka untuk hal yang satu ini perlu ada
penekanan khusus dari pihak Universitas, karena dengan tugas akhir atau skripsi
ini pula yang menjadi tolak ukur kelulusan mahasiswa pada umumnya, jadi
melalui hal ini perlu ada kerjasama yang baik dari Universitas dengan para
mahasiswa dalam kajian tugas akhir atau skripsi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umar dengan judul “Hubungan Penyusunan Tugas Akhir
dengan Kejadian Stres pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umar Meulaboh Meulaboh Aceh Barat”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka penulis merumuskan permasalahan
diatas yaitu : Bagaimanakah Hubungan Penyusunan Tugas Akhir dengan
Kejadian Stres pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat?
4
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan penyusunan Tugas Akhir dengan Kejadian
Stres Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar
Meulaboh Aceh Barat.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kejadian stres
pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku
Umar Meulaboh.
2. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan kejadian stres pada
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar
Meulaboh.
3. Untuk mengetahui hubungan tindakan dengan kejadian stres pada
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar
Meulaboh.
1.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian impiris atas berbagai pengaruh antar variabel serta
dukungan teori, maka diajukan 3 buah hipotesis dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
Ha: Ada hubungan pengetahuan dengan kejadian stres pada Mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh
Aceh Barat.
5
Ha: Ada hubungan sikap dengan kejadian stres pada Mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh.
Ha: Ada hubungan tindakan dengan kejadian stres pada Mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh .
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Peneliti
Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari dibangku kuliah, dan
dapat membandingkan teori-teori dan praktek di lapangan.
2. Bagi Fakultas
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan bagi Mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat khususnya dan sebagai referensi bagi mahasiswa
yang ingin melakukan penelitian tentang masalah ini.
1.5.1 Manfaat Aplikatif
1. Mahasiswa
Bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Teuku
Umar Meulaboh penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan
masukan untuk lebih memahami gejala stres sejak dini.
2. Bagi Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat
Sebagai bahan masukan agar bisa bekerjasama dengan mahasiswa guna
meringankan beban dalam menyusun skripsi sehingga dapat terhindar
dari stres.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stres
2.1.1 Pengertian stres
Menurut Handoko dalam Rettob (2008), stres adalah suatu kondisi
ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang.
Sedangkan menurut Kreitner (2005), stres adalah respon yang adaptif,
dihubungkan oleh karakter dan proses Psikologis individu yang merupakan suatu
konsekuensi dari setiap tindakan eksternal, situasi atau peristiwa yang
menempatkan tuntutan psikologis dan fisik khusus pada seseoorang.
Tidak semua orang yanng mengalami stresor psikososial yang sama akan
mengalami stres. Ternyata pada seseorang yang mengalami tipe kepribadian
tertentu yaitu tipe kepribadian “A” (“A” type personality) atau disebut pula
sebagai pola perilaku tipe “A” (type “A” Behavior P attern) lebih rentan
(vulnerable) terkena stres. Sedangkan orang dengan tipe kepribadian “B” (“B”
type personality or type “B” behavior patttern) lebih kebal (immune) terhadap
stres. Meskipun demikian tidak berarti orang dengan tipe kepribadian di luar
kategori di atas tidak akan mengalami stres, atau dengan kata lain orang dengan
kepribadian tipe “A” tadi resiko mengalami stres lebih besar dari pada tipe
kepribadian lain (Hawari, 2008).
Dari beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian stres maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa stres adalah keadaan dimana individu merasakan
adanya tekanan dari dalam diri karena ancaman dari tuntutan yang dianggap
7
melebihi kapasitas individu dalam penanganannya dan sangat terkait sekali
dengan kondisi dan reaksi fisik bagi individu.
2.1.2 Tipe Kepribadian (Pola Perilaku)
Dalam kaitannya dengan tipe kepribadian yang beresiko tingi terkena stres
(yaitu tipe “A”), Rosenmen dan Chesney dalam Hawari (2008),
menggambarkannya antara lain dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Ambisius, agresif dan kompetitif (suka akan persaingan), banyak jabatan
rangkap.
2. Kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung dan marah
(emosional).
3. Kewaspadaan berlebihan, kontrol diri kuat, percaya diri berlebihan
(over confidence).
4. Cara bicara cepat, bertindak serba cepat, hiperaktif, tidak dapat diam
5. Bekerja mengenal waktu (workaholic).
6. Pandai berorganisasi dan memimpin dan memerintah (otoriter).
7. Lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan.
8. Kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak relaks), serba tergesa-
gesa.
9. Mudah bergaul (ramah), pandai menimbulkan perasaan empati dan bila
tidak tercapai maksudnya mudah bersikap bermusuhan.
10. Tidak mudah dipengaruhi, kaku (tidak fleksibel).
8
Sedangkan orang dengan kepribadian tipe “B” atau pola perilaku tipe “B”
adalah kebalikan dari tipe “A” tersebut di atas, yaitu dengan ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Ambisinya wajar-wajar saja, tidak agrresif dan sehat dalam kompetisi
serta tidak memaksakan diri
2. Penyabar, tenang, tidak mudah tersinggung dan tidak mudah marah
(emosi terkendali)
3. Kewaspadaan dalam batas yang wajar demikian pula kontrol diri dan
percaya diri tidak berlebihan
4. Cara bicara tidak tergesa-gesa, bertindak pada saat yang tepat, perilaku
hiperaktif
5. Dapat mengatur waktu dalam bekerja (menyediakan waktu untuk
beristirahat)
6. Dalam berorganisasi dan memimpin bersikap akomodatif dan
manusiawi
7. Lebih suka bekerjasama dan tidak memaksakan diri bila menghadapi
tantangan
8. Pandai mengatur waktu dan tenang (relaks), tidak tergesa-gesa
9. Mudah bergaul, ramah dan dapat menimbulkan empati untuk mencapai
kebersamaan (mutual benefit)
10. Tidak kaku (fleksibel), dapat menghargai pendapat orang lain, tidak
merasa dirinya paling benar
9
Contoh pola perilaku atau tipe kepribadian “A” dan “B” tersebut di atas
merupakan sifat-sifat yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
berarti mutlak harus ada pada diri seseorang, seringkali batasannya kabur ataupun
tumpang tindih (overlapping).
2.1.3 Tahapan stres
Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali disadari karena
perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat dan baru dirasakan bilamana
tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari
baik dirumah, ditempat kerja ataupun dipergaulan lingkungan sosialnya. Amberg
dalam Hawari (2008), dalam penelitiannya membagi tahapan-tahapan stres
sebagai berikut :
1. Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan
biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :
a. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).
b. Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya.
c. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun
tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai rasa
gugup yang berlebihan pula.
d. Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah
semangat, namun tanpa disadari cadangan energi semakin manipis.
10
2. Stres tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan”
sebagaimana diuraikan pada tahap I diatas mulai menghilang, dan
timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi tidak
lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk beristirahat.
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada
pada stres tahap II adalah sebagai berikut :
a. Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar.
b. Merasa mudah lelah sesudah makan siang.
c. Lekas merasa capai menjelang sore hari.
d. Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel
discomfort).
e. Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar).
f. Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang.
g. Tidak bisa santai.
3. Stres tahap III
Bila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa
menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada stres tahap
II tersebut diatas, maka yang bersangkutan akan menunjukan keluhan-
keluhan yang semakin nyata dan mengganggu yaitu :
a. Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan maag
(gastritis), buang air besar tidak teratur (diare).
b. Ketegangan otot-otot semakin terasa.
11
c. Perasaan ketidak tenangan dan ketegangan emosional semakin
meningkat.
d. Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk
tidur (earlly insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar
kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi/dini hari
dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia)
e. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau
pingsan).
Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter
untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya
dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna
menambah suplai energi yang mengalami difisit.
4. Stres tahap IV
Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter
sehubungan dengan keluhan-keluhan stres tahap III diatas, oleh dokter
dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik
pada organ tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan yang bersangkutan terus
memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat, maka gejala
stres tahap ke IV akan muncul:
a. Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.
b. Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah
diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.
12
c. Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan
kemampuan untuk merespon secara memadai (adequate).
d. Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.
e. Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang
menegangkan.
f. Seringkali menolak ajakan (negativis) karena tiada semangat dan
kegairahan.
g. Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.
h. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat
dijelaskan apa penyebabnya.
5. Stres tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres
tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut:
a. Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and
psychological exhaustion)
b. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang
ringan dan sederhana
c. Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal
disorder)
d. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat,
mudah bingung dan panik.
13
6. Stres tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks seseorang mengalami
serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang
orang mengalami stres tahap VI ini berulang-kali di bawa ke Unit
Gawat Darurat bahkan ke ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan
karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres
tahap VI ini adalah :
a. Debaran jantung teramat keras.
b. Susah bernafas (sesak dan megap-megap)..
c. Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran
d. Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan.
e. Pingsan atau kolaps (collapse).
Bila dikaji maka keluhan atau gejala-gejala sebagaimana
digambarkan diatas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang
disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh sebagai akibat
stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk
mengatasinya.
2.1.4 Stres pada eksekutif
Stres yang dialami oleh seseorang tidak saja yang bersangkutan mengeluh
secara subyektif sebagaimana diuraikan pada tahapan stres diatas. Dan, bila yang
bersangkutan tidak mengemukakan keluhan-keluhan tadi orang lain sukar untuk
mengetahuinya apakah seseorang itu sedang mengalami stres atau tidak. Namun,
manisfestasi seseorang itu sedang mengalami stres dapat dilihat dari perubahan-
14
perubahan perilaku (behavior changes) terutama pada para eksekutif. Connor
dalam Hawari (2008), mengemukakan perubahan-perubahan yang dapat terjadi
secara tiba-tiba seringkali tanpa disadari oleh eksekutif yang bersangkutan, bahwa
ia sedang mengalami stres. Perubahan –perubahan tersebut adalah :
a. Meminum minuman keras dan merokok berlebihan dari biasanya.
b. Gangguan fungsi seksual, libido dapat meningkat atau bahkan
menurun tidak seperti biasanya.
c. Kesulitan dalam mengambil keputusan yang semula mampu dan
percaya diri.
d. Bila harus mengambil keputusan, sering kali keputusan yang diambil
adalah yang paling aman buat dirinya. Keputusan dan kebijakan yang
diambil tidak konsisten (selalu berubah-ubah).
e. Gangguan dalam alam perasaan (affective) yaitu mudah tersinggung
dan mudah marah serta reaktif dalam merespons permasalahan yang
dihadapinya.
f. Terjadi perubahan secara mencolok dan tiba-tiba berat badan
bertambah atau bahkan sebaliknya menurun.
g. Terjadi perubahan pola makan yaitu tiba-tiba menjalani diet, atau
gemar berolah raga yang semula biasa-biasa saja, namun perubahan
tersebut hanya bersifat sementara.
h. Terdapat perubahan dalam etika dan moral, dari yang semula jujur dan
terbuka menjadi kurang jujur dan tertutup.
15
i. Menghindar, mengelakkan diri dan melempar atau kurang bertanggung
jawab
j. Sering kali bersikap berlebihan dalam menghadapi hal-hal yang kecil
dan sepele dan reaktif (bereaksi tidak proporsional).
2.1.5 Reaksi tubuh terhadap stres
Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa yang dimaksud dengan stres
adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental
atau beban kehidupan). Kecuali gejala-gejala tahapan stres maupun perubahan
perilaku yang telah di uraikan, maka seseorang yang mengalami stres dapat pula
dilihat ataupun dirasakan dari perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya.
Misalnya sebagai berikut ;
a. Rambut, warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun
mengalami perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam.
Ubanan (rambut memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian pula
dengan kerontkan rambut
b. Mata, ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca
tidak jelas karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot bola mata
mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus
lensa mata.
c. Telinga, pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging
(tinitus).
16
d. Daya pikir, kemampuan berpikir dan mengingat serta konsentrasi
menurun, menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala atau
pusing.
e. Ekspresi wajah, wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi
berkerut, mimik nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk
senyum/tertawa dan kulit muka kedutan (tic facialis).
f. Mulut, mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum.
Selain dari pada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan
sehingga ia sukar menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar
di tenggorokan mengalami Spasme (muscle cramps) sehingga serasa
“tercekik”.
g. Kulit, pada orang yang mengalami stres reaksi kulit bermacam-macam,
pada kulit dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau
berkeringat berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit juga berubah,
kulit menjadi lebih kering.
h. Sistem pernapasan, pernafasan seseorang yang mengalami stres dapat
terganggu misalnya nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadinya
penyempitan pada saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan
dan otot-otot rongga dada.
i. Sistem kardiovaskuler, sistem jantung dan pembuluh darah atau
kardiovaskuler dapat terganggu faalnya karena stres.
j. Sistem pencernaan, orang yang mengalami stres sering kali mengalami
gangguan pada sistem pencernaannya.
17
k. Sistem perkemihan, yang sering dikeluhkan adalah frekuensi untuk
buang air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita
kencing manis (diabetes mellitus)
l. Sistem otot dan tulang, yang bersangkutan sering mengeluh otot terasa
sakit (keju) seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang.
m. Sistem endokrin, kadar gula tinggi dan bila hal ini berkepanjangan bisa
mengakibatkan penyakit kencing manis (diabetes mellitus) dan
gangguan hormonal (menstruasi pada wanita).
n. Libido, kegairahan seseorang dibidang seksual dapat terpengaruh,
seringkali mengeluh libido menurun atau sebaliknya meningkat tidak
sebagaimana biasanya.
2.1.6 Cara Mengatasi Stres
Stres tidak bisa dihindari, bisa masuk dan keluar dari kehidupan manusia
secara teratur. Stres bisa disebabkan oleh berbagai masalah seperti masalah
keluarga, masalah pekerjaan dan masalah kesehatan. Adapun cara menghilangkan
stres adalah sebagai berikut (Donald, 2008) :
1. Buat tubuh bekerja, latihan fisik bisa membebaskan tubuh dari hormon
stres. Berolahraga membuat tubuh sehat dan merupakan cara alami
melepaskan stres.
2. Cukup tidur, tidur adalah cara tubuh untuk mengembalikan cadangan
energi.
3. Mengatur pola makan dengan benar, tubuh sehat dan bahagia adalah
cara menghilangkan stres yang efektif. Suka atau tidak, stres adalah
18
reaksi tubuh terhadap segala sesuatu yang mengganggu keadaan alami,
ini berarti bahwa tubuh memiliki efek mendalam terhadap timbulnya
stres dan cara menghilangkannya.
2.2 Tugas Akhir/ Skripsi
2.2.1 Pengertian Tugas Akhir/Skripsi
Skripsi dapat diartikan sebagai karya tulis yang disusun oleh seorang
mahasiswa dengan pembimbing oleh dosen pembimbing utama dan dosen
pembimbing dua sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana
(S1), menurut Djarwanto dalam Novilia (2005), skripsi adalah sebuah karya
ilmiah yang disusun oleh seorang mahasiswa program Sarjana (program strata
satu) dari hasil penelitiannya atas dasar analisis data primer atau data sekunder.
Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan
suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang
membahas suatu permasalahan/fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan
menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku. Skripsi merupakan suatu karya tulis
ilmiah, berupa paparan tulisan hasil penelitian yang membahas suatu masalah
dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku
dalam bidang ilmu tersebut.
Menurut Darmono (2007), Skripsi merupakan karya ilmiah yang ditulis
oleh mahasiswa program sarjana pada akhir masa studinya berdasarkan hasil
penelitian, atau kajian kepustakaan, atau pengembangan terhadap suatu masalah